PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Produk
Lumpia merupakan jajanan tradisional khas Tionghoa dan merupakan kuliner khas
dari Semarang. Selain rasanya yang enak dan murah, lumpia juga memiliki isian yang
sehat, biasanya terdiri dari sayuran segar, rebung, telur, daging, maupun makanan laut
(Sufi, 2006). Sejarah kemunculan Lumpia di Semarang tak bisa lepas dari peran pedagang
Tionghoa. Pada tahun 1800, seorang perantau Tionghoa bernama Tjoa Thay Yoe datang ke
Semarang untuk mengubah nasib. Setibanya di Semarang, dia mencoba berjualan makanan
khas Tionghoa, yaitu sejenis martabak yang diisi rebung dan dicampur daging babi.
Dalam menjual kuliner itu, Tjoa menyasar konsumen dari para pendatang Tionghoa
dan Tionghoa peranakan. Tapi dalam menjalani bisnis kuliner itu, Tjoa bersaing dengan
Wasi, seorang perempuan Jawa yang menjual makanan sejenis namun isinya berbeda.
Wasi mengisi martabaknya dengan campuran daging ayam, udang, dan telur yang rasanya
manis. Persaingan kedua pedagang ini masih berada pada kategori persaingan sehat. Dari
persaingan itu, Tjoa dan Wasi kemudian menjadi sahabat dekat dan akhirnya menikah.
Dari pernikahan mereka itulah lahirlah makanan yang disebut Lumpia, yang merupakan
percampuran antara resep Tjoa dengan Wasi. Percampuran resep keduanya menghilangkan
semua bahan yang haram seperti daging babi, minyak babi, dan sejenisnya. Resepnya
kemudian diganti dengan rebung yang dicampur dengan udang dan daging ayam.
Bumbunya juga diubah.
Lumpia mulai dikenal oleh masyarakat luas ketika ada pesta olahraga Games of the
New Emerging Forces (GANEFO) yang diselenggarakan pada tahun 1963 di Jakarta.
Sempat mengalami pasang surut terutama karena ada pembatasan kegiatan budaya
Tionghoa di era rezim Orde Baru, namun industri Lumpia masih tetap bertahan hingga
kini. Karena sejarahnya yang panjang itu, pada tahun 2014 Lumpia ditetapkan sebagai
warisan budaya nusantara oleh UNESCO.
Daya tahan lumpia di sentra produksi umumnya berkisar antara satu sampai dua
hari. Faktor yang menentukan umur simpan lumpia adalah jenis lumpia dan ketahanan
terhadap kelembaban. Lumpia bisa dinikmati dengan dua cara. Cara pertama, Lumpia
digoreng hingga kulitnya menjadi renyah. Cara kedua, Lumpia bisa disantap saat basah.
Untuk cara ini, isi lumpia digulung dengan kulit dan langsung disajikan. Secara
umum, rasa Lumpia pada beberapa tempat penjualan di Semarang rasanya sama.
Perbedaannya terletak pada keberanian memberikan bumbu.
1.4 Tujuan
Sebuah penelitian dibentuk karena adanya tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan
dari penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari biaya produksi dari sebuah produk
2. Mengetahui dan memahami bahan-bahan yang diperlukan baik bahan baku
maupun bahan penolong dari produk lumpia.
3. Mengetahui dan memahami rincian perhitungan Biaya Bahan Baku (BBB),
Biaya Tenaga Kerja (BTK), dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) dalam satu kali
masa produksi lumpia dalam sehari.
4. Mengetahui dan memahami rincian perhitungan laporan harga pokok produksi
dari produk lumpia dalam sehari.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah:
1. Bagi masyarakat umum dapat memberikan sumbangan berupa pemikiran kepada
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah mengenai pemahaman tentang biaya
produksi si si dari produk yang dijual
2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
antara teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan yang
sebenarnya di dalam dunia usaha mikro, kecil dan menengah.
3. Bagi pembaca, dapat menjadi suatu informasi dan referensi yang berguna untuk
dikembangkan pada penelitian sejenis lainnya.