Anda di halaman 1dari 9

Program Kreativitas Mahasiswa

Kue Kering ”Sumpia Ebi Kriuk” Jajanan tradisional

Lezat, Gurih, dan bernilai Ekonomi Tinggi

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kewirausahaan yang diampu

Oleh Ir. H. Jamaluddin

Oleh :

Muhammad Agung Laksono (121080200261)

Soma Mei Nandaka (121080200290)

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk kepada kami sehingga mampu menyusun Proposal Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Kewirausahaan Kue Kering ”Sumpia Ebi Kriuk” Jajanan
tradisional Lezat, Gurih, dan bernilai Ekonomi Tinggi ini. Kami juga menyampai-
kan penghargaan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang telah bersusah
payah mendidik dan membesarkan kami, serta telah mendo’akan agar berhasil di
kemudian hari.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Ir. H. Jamaluddin.
yang telah membimbing penulisan proposal ini berupa waktu dan ilmu yang
sangat bermanfaat, serta teman-teman yang telah berpartisipasi dalam
memberikan pemikiran, ide dan saran dalam penyelesaian proposal ini.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan kami dalam menyusun proposal yang sederhana
ini. Untuk itu merupakan suatu kehormatan bagi kami akan saran dan kritikan
yang diberikan, bila sifatnya untuk penyempurnaan proposal ini.

Sidoarjo, Juni 2014


A. JUDUL
Kue Kering ”Sumpia Ebi Kriuk” Jajanan Tradisional Lezat, Gurih, Dan
Bernilai Ekonomi Tinggi.
B. LATAR BELAKANG MASALAH

Makanan tradisional Indonesia yang mencakup segala jenis makanan


olahan asli Indonesia, termasuk makanan utama, kudapan maupun yang
dikenal dan lazim dikonsumsi oleh masyarakat di daerah, sangat penting
artinya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
perbaikan gizi. Akan tetapi ada indikasi bahwa makanan tradisional sulit
untuk dapat disandingkan dengan makanan modern sehingga relatif kurang
memiliki peluang untuk memasuki pasar modern, seperti fast food, hotel, dan
restoran. Hingga kini makanan tradisional cenderung tergeser oleh makanan
modern yang justru berpeluang menimbulkan berbagai macam penyakit. Oleh
karena itu makanan tradisional memerlukan pengembangan kearah inovasi
agar memiliki nilai estetika yang tinggi sehingga mampu disandingkan
dengan makanan modern.

Keberadaan zat gizi makanan atau jajanan sangat penting bagi tubuh. Hal
ini karena, bagi tubuh nilai suatu pangan ditentukan oleh isinya atau nutrien
(zat gizi) apa yang dikandungnya, apakah sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh tubuh atau tidak. Dari kenyataan inilah muncul istilah ”nilai gizi” suatu
bahan pangan. Apabila bahan pangan tersebut mengandung nutrien yang
lengkap dan dapat digunakan oleh tubuh, maka bahan tersebut dikategorikan
mempunyai nilai gizi tinggi, dan demikian pula sebaliknya. Zat gizi inilah
yang nantinya dapat mendongkrak nilai jual makanan atau jajanan tradisional
dimana di Indonesia notabene sangat unik dan beragam.

Selain kandungan gizinya, ada beberapa faktor yang membuat produk atau
jajanan menjadi tinggi nilai jualnya, yaitu: jajanan yang berbahan dasar
daerah setempat, sehingga benar-benar mencerminkan jajanan atau masakan
tradisional, yang didukung juga dengan keunikan produknya. Hal ini
dikarenakan nilai (harga) pangan dari luar ditentukan oleh indera
manusia/konsumen, pertama-tama mata konsumen akan melihat apakah
bentuk (rupa) dan warnanya menarik, apakah rasanya enak, apakah
kekerasannya memenuhi selera dan sebagainya.

Faktor selanjutnya adalah bahan dasar pembuatannya, jika bahan dasar


pembuatannya sudah populer di wilayah tersebut, maka berpeluang besar
untuk menarik perhatian konsumen. Inilah salah satu analisa untuk bagaimana
mengembangkan makanan atau jajanan sehingga memiliki mutu yang
berkualitas baik dalam segi kandungan gizi maupun segi ekonomi yang
dihasilkan dari pemasarannya. Hal ini dapat dicontohkan dengan pembuatan
Sumpia Ebi Kriuk yang berbahan dasar tepung terigu dengan ebi sebagai
isinya.

Sumpia adalah sejenis kue kering tradisional yang berbentuk seperti


sumpia tapi dengan ukuran yang sangat mini. Cemilan khas Bandung ini
memiliki isi yang bervariasi yaitu abon, udang dan ebi. Rasanya yang enak,
gurih, pedas dan renyah dapat dijadikan alternatif bagi yang menyukai
kudapan gorengan.

Ebi atau Udang Kering adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Udang Kering mengandung energi sebesar 259
kilokalori, protein 62,4 gram, karbohidrat 1,8 gram, lemak 2,3 gram, kalsium
1209 miligram, fosfor 1225 miligram, dan zat besi 6 miligram. Selain itu di
dalam Udang Kering juga terkandung vitamin A sebanyak 210 IU, vitamin
B1 0,14 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 gram Udang Kering, dengan jumlah yang
dapat dimakan sebanyak 90 %.

Sumpia merupakan salah satu jenis dari makanan ringan yang banyak
digemari oleh berbagai macam kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang
dewasa, dengan cita rasa yang khas dan berbeda dengan makanan ringan yang
lainnya. Akseptabilitas adalah salah satu indikator yang digunakan untuk
melihat peluang usaha (Retnaningsih et all 1994 ). Sehingga pemanfaatan ebi
sebagai bahan dasar dari pembuatan sumpia ini adalah pilihan yang tepat
untuk memulai suatu usaha.
C. PERUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah adalah:

a. Sumpia merupakan jajanan populer yang digemari masyarakat.

b. Ebi atau udang kering mempunyai kandungan kalsium, fosfor, zat besi,
protein, dan lemak yang cukup.

c. Metode pembuatan sumpia berbahan dasar ebi cukup mudah dilakukan.

D. TUJUAN
a. Memperkenalkan sumpia kepada konsumen dengan segala cita rasanya
yang khas.
b. Melatih dan mengembangkan keterampilan berbisnis dan manajemen sejak
dini, dan membuka kesempatan bagi kami untuk menjadi pengusaha
muda.
c. Untuk Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewirausahaan.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN


a. Memberikan alternatif makanan sehat berupa sumpia bagi kalangan
mahasiswa dan pelajar.
b. Menghasilkan produk unik yang dapat diterima dan disukai masyarakat.
c. Meningkatkan ide kreativitas usaha makanan di masyarakat.
F. KEGUNAAN PROGRAM
a. Bagi Perguruan Tinggi
Program ini merupakan perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi.
Dengan program ini pula akan meningkatkan khazanah ilmu pengetahuan
yang nantinya menghasilkan produk baru berupa makanan olahan yang
sehat dan bergizi.
b. Bagi Mahasiswa
Program ini melatih mahasiswa untuk dapat mandiri menciptakan
peluang usaha, sehingga mengurangi ketergantungan mahasiswa dalam
mencari lapangan pekerjaan. Selain itu, program ini dapat menyerap
tenaga kerja sehingga mahasiswa ikut aktif dalam mengurangi jumlah
pengangguran.
c. Bagi Masyarakat
Adanya produk sumpia ebi kriuk yang berbahan dasar ebi akan
memberikan pilihan unik jajanan sehat bagi masyarakat. Produk ini
memiliki kelebihan yaitu, pemanfaatan ebi sebagai isi dari sumpia
sehingga biaya produksi akan lebih rendah jika dibandingkan dengan
penggunaan abon sapi.

G. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

Sumpia yang ada di pasaran kebanyakan menggunakan bahan adonan


tepung terigu yang dibuat manual. Hasilnya, kulit sumpia (yang mirip kulit
pangsit) tidak bisa tipis, sehingga saat digulung menjadi tebal dan sedikit
keras. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi pembeli anak-anak atau usia
lanjut. Untuk memulai usaha sumpia, sebaiknya tidak terjebak menjual
produk yang sama dengan orang lain karena menambah persaingan yang
tidak sehat.

Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha ini:

Nama Alat Jumlah Total Harga Fungsi


Mesin spinner 1 Rp2,000,000 Mengurangi sisa minyak pada sumpia
Mesin sealer kecil 1 Rp250,000 Mengemas sumpia agar awet
Wajan 1 Rp150,000
Kompor 1 Rp250,000
Tabung gas elpiji 1 Rp200,000
Aneka wadah
Rp200,000
plastic
Total Rp3,050,000
Asumsi

- Masa pakai wajan 5 tahun.


- Masa pakai mesin sealer dan spinner 4 tahun.
- Masa pakai kompor, tabung gas, dan aneka wadah 2 tahun.

Bahan Kulit Sumpia:


- 200 gr tepung terigu segitiga
- 50 gr tepung beras
- ½ sdt baking powder
- 80 ml air
- Garam secukupnya
- Minyak untuk menggoreng secukupnya
- Cairkan 1 sdt terigu dengan 50 ml air (untuk perekat)

Bahan Isian Ebi:


- 125 gr ebi, rendam di air panas, tiriskan, haluskan
- 1 sdt gula pasir
- 3 bh cabai merah
- 2 bh bawang merah
- 1 siung bawang putih
- 1/4 sdt garam

Cara Membuat Sumpia Isi Ebi:

1. Untuk isian ebi: Haluskan cabe merah, bawang merah dan bawang
putih. Panaskan minyak goreng, tumis bumbu yang telah dihaluskan
sampai harum. Masukan ebi yang telah dihaluskan. Masak ebi hingga
kering dengan api kecil. Setelah matang tambahkan gula pasir, aduk
hingga rata. Angkat dan dinginkan.
2. Untuk kulit sumpia: Campur semua bahan kemudian aduk
hingga benar-benar rata. Pipihkan adonan menggunakan penggiling mie
dengan ketebalan sesuai selera. Potong adonan berbentuk persegi dengan
lebar 4 cm
3. Isi kulit sumpia dengan isian abon atau ebi secukupnya. Lipat
seperti melipat lumpia lalu rekat
4. Goreng menggunakan minyak yang agak banyak dengan api
sedang, hingga kuning kecoklatan. Angkat tiriskan dengan mesin spinner
agar tidak mudah tengik.
5. Sumpia dikemas kedalam plastik sealer. Sumpia siap dipasarkan.

Analisa Usaha
Berikut ini gambaran perhitungan analisa usaha sumpia kriuk skala home
industry. Asumsi produk per hari sebanyak 10 kg sumpia kriuk (40 bungkus
masing-masing beratnya 250 gram). Mempekerjakan 3 orang karyawan untuk
memproduksi. Bisnis sumpia lebih banyak membutuhkan tenaga kerja terutama
pada proses melipat sumpia.
Perhitungan Harga Jual Dan Keuntungan Sumpia Kriuk
Biaya Produksi Selama Satu Bulan
Kulit Sumpia beku (5 kg x Rp24.000/kg x 26 hari) Rp 3.120.000
Udang kering (3 kg x Rp35.000/kg x 26 hari) Rp 2.730.000
Bawang merah (0,3 kg x Rp12.000/kg x 26 hari) Rp 93.600
Cabai merah (0,3 kg x Rp12.000/kg x 26 hari) Rp 93.600
Garam halus (0,15 kg x Rp1.500/kg x 26 hari) Rp 5.850
Gula pasir (0,6 kg x Rp8.500/kg x 26 hari) Rp 132.600
Kaldu ayam (0,02 kg x Rp15.000/kg x 26 hari) Rp 7.800
Bawang goreng (0,1 kg x Rp45.000/kg x 26 hari) Rp 117.000
Minyak goreng (20 L x Rp8.500/L x 26 hari) Rp 4.420.000
Biaya elpiji (Rp4.000/hari x 26 hari) Rp 104.000
Biaya tenaga kerja (3 orang x Rp30.000/hari x 26 hari) Rp 2.340.000
Plastik dan kotak packaging (40 x Rp1.500/buah x 26 hari) Rp 1.560.000
Biaya listrik (Rp2.000/hari x 26 hari) Rp 52.000 +
Total biaya produksi per bulan Rp 14.776.450

Harga pokok (per bungkus) = Total biaya produksi ssebulan : Jumlah produksi
sebulan
= Rp14.776.450 : (40 x 26)
= Rp14.776.450 : 1040
= Rp14.208

Harga jual = harga pokok + (% keuntungan x harga pokok)


= Rp14.208 + (40% x Rp14.208)
= Rp14.208 + Rp5.683
= Rp19.890 atau Rp20.000

Pendapatan kotor per bulan = Jumlah produksi per bulan x harga jual
= 1040 bungkus x Rp20.000/bungkus
= Rp20.800.000
Keuntungan kotor per bulan = Total pendapatan kotor – total biaya produksi
= Rp20.800.000 – Rp14.776.450
= Rp6.023.550

Jangka waktu pengembalian modal = total biaya : keuntungan x 1 bulan =


14.776.450: 6.023.550 x 1 bulan= 2,45 bulan (dalam waktu kurang dari 3 bulan, modal
sudah bisa kembali)

Efisiensi penggunaan modal = keuntungan/Total biaya x 100% =


14.776.450 : 6.023.550 x 100%= 245,3 % (keuntungan yang diperoleh dalam produksi
massal adalah 245,3 %)

Anda mungkin juga menyukai