Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Oleh :

INDANA ZULFA
NIM.2014901064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI NERS
T/P: 2020/2021
A. BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37- 42 mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah
bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu
(Wahyuni, 2012).

Bayi “cukup bulan” adalah bayi yang dilahirkan setelah usia


kehamilan genap mencapai 37 minggu dan sebelum usia kehamilan
genap mencapai 41 minggu (Williamson, 2014 : 3).

2. Ciri –Ciri Bayi Normal

a.Berat badan 2500- 4000 gram.


b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c.Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm .
e.Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit,
kemudian menurun sampai 120-140×/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40×menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa,Kuku panjang .
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan),
Testis sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
l. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada
pipi dan daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.
Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.
mekonium berwarna hitam kecoklatan
(Saleha, 2012)

3. Priode Transisi
(Periode transisi dibagi menjadi 3 tahapyaitu :
1. Periode reaktif pertama
Periode reaktif terjadi segera dimulai setelah kelahiran bayi dan
berlangsung sekitar 30 menit.Pada saat ini jantung bayi berdenyut cepat dan
denyut tali pusat terlihat.Warna memperlihatkan sianosis sementara atau
akrosianosis. Pernapasan cepat, berada ditepi teratas rentang normal dan
terdapat rales dan ronchi dan rales akan hilang dalam 20 menit.
Selama periode reaktifitas pertama setelah lahir, mata BBL terbuka dan
bayi memperlihatkan perilaku terjaga. Bayi mungkin menangis, terkejut,
atau mencari putting susu ibu. selama periode terjaga ini, setiap usaha harus
dilakukan untuk memfasilitasi kontak antara ibu dan BBL. Banyak bayi
akan menyusu selama periode reaktifitas pertama ini, menyusui harus
dianjurkan ketika bayi baru lahir berada pada tahap terjaga penuh sebagai
perlindungan terhadap hipoglikemi fisiologis yang terjadi setelah BBL.
Bayi sering kali mengeluarkan feses segera setelah lahir dan bising usus
biasanya muncul 30 menit setelah bayi baru lahir. Bising usus menandakan
system pencernaan mampu berfungsi.

2. Periode tidur yang tidak berespon


Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah kelahiran
bayi sampai 2 jam.Frekuensi jantung BBL menurun selama periode ini
hingga kurang dari 140x/menit.Frekuensi pernapasan bayi menjadi lebih
lambat dan lemah. Bayi berada dalam ta.hap tidur nyenyak, bising usus ada
tetapi kemudian berkurang, apabila memungkinkan BBL jangan diganggu
untuk pemeriksaan-pemeriksaan mayor atau untuk dimandikan selama
periode ini , tidur nyenyak yang pertama memungkinkan BBL pulih dari
tuntutan kelahiran dan transisi segera ke kehidupan ekstrauteri.

3. Periode reaktif kedua


Selama periode reaktifitas kedua (tahap ketiga transisi) dari usia sekitar 2
sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan perubahan warna terjadi
dengan cepat, yang dikaitkan dengan stimulus lingkungan. Frekuensi
pernapasan bervariasi dan tergantung aktivitas.Pemberian makan segera
sangat penting untuk mencegah hipoglikemia dan dengan menstimulasi
pengeluaran feses, dan mencegah ikterus.Pemberian makan segera juga
memungkinkan kolonisasi bakteri usus, yang menyebabkan pembentukan
vitamin K oleh saluran cerna (traktus intensial).
Periode transisi ke kehidupan ekstrauterin terakhir setelah periode kedua
reaktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2-6 jan stelah persalinan. Kulit dan sluran
percernaan neonatal belum terkolonisasi olehh beberapa tipe bacteria.Oleh
karna itu neonatal jangan diproteksi dari bacteria mneguntungkan.Semua
perawat harus mencuci tangan dan lengan bawah selama 3 menit dengan
sabun antibakteria sebelum menyentuh bayi.Aktivasi ini merupakanproteksi
yang berguna terhadap infeksi neonatal.APGAR SCORE harus dinilai
selam periode ini.( marami, 2015:6-8)
Tabel 1. nilai APGAR bayi baru lahir
Tanda 0 1 2
Appearance Blue (seluruh Body pink, limbs All pink ( seluruh
(warna tubuh biru atau blue (tubuh tubuh kemerahan)
kulit) pucat) kemerahan,
ekstremitas biru)
Pulse Absent (tidak <100 >100
(denyut ada)
jantung)
Grimace None (tidak Grimace (sedikit Cry (reaksi
(refleks) bereaksi) gerakan) melawan,
menangis)
Actifity Limp (lumpuh) Some flexion of Active
(tonus otot) limbs (ekstremitas movement, limbs
sedikit fleksi) well flexed
(gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik
Respiratory None (tidak ada) Slow, irregular Good, strong cry
(usaha (lambat, tidak (menangis kuat)
bernapas) teratur)
(marami, 2015: 48)

4. Adaptasi Fisiologis BBL Terhadap Kehidupan di Luar Uterus


1. Sistem Pernapasan
Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama
dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernafasan pertama:
a. Tekanan mekanik dan torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulus mekanik)
b. Penurunan Pa O2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak
di sinus karotikus (stimulus kimiawi)
c. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulus
sensorik)
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah
lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya
surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih
sehingga udara tertahan di dalam.Respirasi pada neonatus biasanya bernafas
diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga
terjadi atelaktasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.
2. Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebaigian ke hati,
sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik
kiri darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa
sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir,
paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun.
Tekanan pada jantung kanan turun, sehingga tekanan pada jantung kiri lebih besar
daripada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale
secara fungsional.Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Oleh
karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik an karena
rangsangan biokimia (PaO2 yang naik), duktus arteriosus akan berobliterasi, ini
terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertama 4-5 liter per menit/m 2.
Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1.96 liter per menit/m 2 dan
bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m 2) karena penutupan duktus
arteriosus.
3. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga
metabolisme basal per KgBB akan lebih besar, sehingga BBL harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat
dan lemak. Pada jam-jam pertama energi di dapatkan dari perubahan
karbohidrat.Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapat susu sekitar hari keenam, energi 60% didapatkan dari lemak dan 40% dari
karbohidrat.

4. Keseimbangan air dan fungsi ginjal


Tubuh BBL mengndung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari
kalium karena ruangan ekstraseluler luas, fungsi ginjal belum sempurna karena:
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b. Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
c. Renal blood flow reltif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa
5. Immunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina propia
ilium dan apendiks.Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
sters imunologis. Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi
dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang
dapat melalui plasenta reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasmadan antibodi gama A, G dan M.
6. Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang
dewasa.Pada neonatus traktus digesrivus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah
berbentuk dan berwarna biasa.
7. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu lama.Enzim hati belum aktif benar
pada waktu bayi baru lahir.
8. Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh.
Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa.Keseimbangan asam basa
tersebut dapat diukur dengan pH. Dalam keadaan normal pH cairan tubuh 7,35-7,45.
Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme. Drajat
keasaman (pH) darah pada bayi baru lahir rendah karena glikolisis anaaerobik.
Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.
(indrayani, 2016:484-487)

5. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal


a.Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung
menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kasa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan
dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat
dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan
pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali
pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta
dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah /
kotor. Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa talipusat telah diklem dengan
baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan, membungkus ujung potongan tali pusat
adalah kerja tambahan. Langkah-Langkah memotong dan merawat tali pusat
menurut ) antara lain:
1) Memotong dan Mengikat Tali Pusat
a) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
b) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat
dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm
dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
c) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara
kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
d) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
e) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin
0,5%.
f) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.
Indrayani (2016:488-505) .

2) Nasihat untuk Merawat Tali Pusat


a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
b) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan
apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan
keluarganya.
c) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali
pusat basah atau lembab.
d) Lipat popok dibawah ikatan tali pusat
e) Jika putung tali pusat kotor, bersihkan dengan sabun dan air bersih serta segera
keringkan dengan kain bersih.
f) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah maka segera bawa bayi
kepetugas kesehatan. (Indrayani, 2016:493-494)

c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi


Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Oleh
Karena itu jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermi, sehingga segera dilakukan
pengeringan tubuh bayi dan menyelimuti bayi meskipun bayi berada dalam
ruangan hangat.

d. Memberi Vitamin K
Semua BBL diberi vitamin K1 (phytomenadione) injeksi 1 mg intramuskuler
setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan
BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. Cara
penyuntikan vitamin K adalah:
1) Gunakan semprit sekali pakai steril 1 ml
2) Jika menggunakan sedian 10 mg/ml maka masukan vitamin K1 ke dalam
semprit sebanyak 0,15 ml. suntikan secara intramuscular di paha kiri bayi
bagian anterolateral sepertiga tengan sebanyak 0,1 ml.
3) Jika menggunakan sediaan 2mg/ml maka masukan vitamin K ke dalam
semprit sebanyak 0,75 ml. suntikan secara intramuscular di paha kiri bayi
bagian anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,5 ml. (JNPK-KR, 2012 : 128)

e. Memberi Obat Tetes / Salep Mata


Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah proses
IMD dan bayi selesai menyusu. Salep mata atau tetes mata tersebut mengandung
tetrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang
efekyif jika diberikan > 1 jam setelah kelahiran.
f. Identifikasi Bayi
1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya) tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
4) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal
lahir, nomor identifikasi.
g. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya. Penolong
persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :
1) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
2) Gangguan pernapasan
3) Hipotermia
4) Infeksi
5) Cacat bawaan dan trauma lahir
h. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh
karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh
maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi
untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi
pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur
atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun
demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari
37,5°C)
1) Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
a) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama
bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi
tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda
tersebut.
c) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin
melalui ventilasi/pendingin ruangan.
d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
2) Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
a) Ruang bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
b) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan
tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
c) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu.
Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih
rendah dari puting payudara ibu.
d) Inisiasi Menyusu Dini
e) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di
kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi
akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup
f) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir lakukan
penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai
menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama
jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti
bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu
tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia
yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
g) Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang
paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
h) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia
meliputi tanda-tanda dan bahayanya. (Indrayani, 2016:489-492)
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal selama 24 jam pertama. (Kemenkes RI, 2014:65)
j. Melakukakan kunjungan neonatal
kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3
kali yaitu:
1) Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai 48 jam setelah kelahiran
2) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3-7 hari
3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada ke 8-28 hari

k. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vit K1
secara intramuscular. Imunisasi ini bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. (Kemenkes RI, 2014:66)

Anda mungkin juga menyukai