Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL REVIEW JURNAL

“BUDGETING”

OLEH :

GEDE TISTA WIDIARTANA

19.01.1.085

JURUSAN MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SATYA DHARMA

School Of Economics with Spiritual Insight

SINGARAJA

2021
CRITICAL REVIEW TERHADAP JURNAL BERJUDUL :

“Pengaruh Partisipasi Penganggaran Dan Komitmen Organisasi Pada Kinerja


Manajerial Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening”

VOLUME : Vol. 10, No.1

TAHUN : 2015

PENELITI : Dewa Ayu Made Harlista Sukmantari & I Wayan Pradnyantha Wirasedana

REVIEWER : Gede Tista Widiartana

TANGGAL : 01 November 2021

1) Judul

Jurnal berjudul “Pengaruh Partisipasi Penganggaran Dan Komitmen Organisasi Pada


Kinerja Manajerial Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening“ sudah sangat
spesifik, dan dapat menggambarkan permasalahan umum dalam jurnal.

2) Abstrak

Dalam abstark menjelaskan permasalahan mengenai pengaruh partisipasi penganggaran


dan komitmen organisasi pada kinerja manajerial dengan kepuasan kerja sebagai variabel
intervening, studi kasus pada perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar. Tujuan penelitian
untuk melihat pengaruh partisipasi penganggaran pada kepuasan kerja, komitmen organissi
pada kepuasan kerja, partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial, dan kepuasan kerja
pada kinerja manajerial. Data didapatkan melalui metode survey memakai kuesioner. Sampel
sebanyak 32 kuesioner, dan terakhir penulis menjelaskan mengenai hasil studi yang
menunjukan bahwa adanya pengaruh langsung maupun tidak langsung antara partisipasi
penganggran pada kepuasan kerja, komitemen organisasi pada kepuasan kerja, partisipasi
penganggran pada kinerja manajerial, komitmen organisasi pada kinerja social, dan kepuasan
kerja pada kinerja manajerial. Penulis juga menuliskan kata kunci pada asbtrak yaitu :
partisipasi penganggaran, komitmen organinasi, kepuasan kerja, kinerja manajerial.

1
3) Latar Belakang

Pada latar belakang penulis mencantumkan fenomena rill yang terdapat pada halaman 4
yang dijelaskan pada bagian penelitian terdahulu oleh Sri Indah (2005) bahwan adanya
pengaruh posirif antara pastisipaso penganggaran dengan kepuasan kerja dan Brownell dalam
Leach (2002) yang menemukan bahwa partisipasi tidak berperan mempengaruhi kepuasan
kerja.

Pada halaman 3 penulis menjelaskan variabel Y kepuasan kerja, yaitu :

“Kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan yang menyenangkan dari individu sebagai
apresiasi individu terhadap pekerjaannya (Locke, 1976).”

Selain itu peulis menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pada halaman
2 yaitu partisipasi penganggaran (X1) dan komitmen organisasi (X3) :

Hoque dan Peter (2007) mengemukakan bahwa partisipasi penganggaran adalah proses
dimana bawahan ikut berpartisipasi dalam memutusan anggaran akhir dan memiliki pengaruh
pada anggaran akhir tersebut. Keterlibatan karyawan dalam penyusunan anggaran akan
menimbulkan dorongan dari dalam diri mereka untuk ikut menyumbangkan pendapat dan
informasi yang dimiliki serta meningkatkan rasa memiliki perusahaan sehingga kerjasama
diantara anggota organisasi akan ikut meningkat (Siegel dan Marconi, 1989).

Nurfaizzah dan Mildawati (2007) berpendapat komitmen organisasi merupakan suatu


rasa kepercayaan yang kuat terhadap organisasi yang menimbulkan rasa ketersediaan untuk
berusaha melakukan yang terbaik demi kemajuan organisasi. Individu yang memiliki ikatan
emosional terhadap organisasi akan memicu tumbuhnya komitmen organisasional sehingga
individu akan berusaha mencapai tujuan perusahaan dan mengesampingkan kepentingan
pribadi (Latuheru, 2006).

Penulis menjelaskan pengaruh X1 ( partisipasi penganggaran) dan X2 (Komintemen


organiasi) terhadap variabel Y (kepuasan kerja) dan variabel Z (kinerja manajerial) yaitu pada
halaman 3 paragraf 3 kalimat ke 3 :

“Menurut Porter et al. (1979) dalam Veronica dkk. (2009) menyatakan komitmen yang
tinggi menyebabkan individu akan cenderung lebih memperhatikan kelangsungan organis asi

2
serta berusaha mengarahkan organisasi menjadi lebih baik dimasa mendatang sehingga
dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja dan
kinerja manajerial perusahaan. Sebaliknya, apabila individu memiliki tingkat komitmen
organisasi yang rendah serta mementingkan diri sendiri, individu tidak akan memiliki niat
untuk memajukan organisasi sehingga memungkinkan tidak tercapainya kepuasan kerja dan
peningkatan kinerja manajerial perusahaan. “

Penulis mencantumkan penelitian terdahulu pada halaman 4 yaitu:

• Penelitian yang dilakukan Sri Indah (2005) dan Sinuraya (2009) menemukan adanya
pengaruh positif antara partisipasi penganggaran dengan kepuasan kerja berbeda
dengan penelitian Brownell dalam Leach (2002) yang menemukan bahwa partisipasi
tidak berperan mempengaruhi kepuasan kerja.
• Penelitian yang dilakukan Sinuraya (2009) dan Pradipta (2013) menemukan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Studi yang dilakukan Nasir
(2009) dan Haryanti (2012) menemukkan pengaruh nyata yang signifikan diantara
partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial berbeda dengan studi Poerwati
(2002) yang menyimpulkan bahwa partisipasi penganggaran tidak memiliki pengaruh
pada kinerja manajerial dan Nursidin (2008) menyimpulkan adanya pengaruh negatif
yang signifikan diantara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial.
• Studi yang dilakukan Hariyanti dan Nasir (2002) dan Yunita (2008) menyimpulkan
adanya pengaruh positif antara komitmen organisasi dengan kinerja manajerial dan
Yuleova (2013) yang mengemukakan adanya pengaruh positif antara komitmen
organisasi dengan kinerja melalui kepuasan kerja.
• Studi berbeda yang dilakukan Nouri (1994) dalam Supriyono (2004), dinyatakan bahwa
terjadi relasi yang negative dan signifikan antara komitmen organisasi pada kinerja
manajerial.
• Studi yang dilakukan Mutiara C (2010) dan Tunti (2013) menyimpulkan kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sugioko (2010),mengemukakan
hubungan negatif partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial mampu
dimediasi oleh kepuasan kerja dan Cherrington dan Cherrington dalam Leach (2002)

3
yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara partisipasi dan kinerja dengan
struktur reward yang berperan sebagai variabel intervening.

Penulis tidak mencantumkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam jurnal, seharusnya
penulis mencantumkan hal tersebut, sebagai berikut :

Rumusan Masalah (Fenomena Penelitian)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah :

1. Apakah pengaruh partisipasi penganggaran pada kepuasan kerja?


2. Apakah pengaruh komitmen organissi pada kepuasan kerja?
3. Apakah pengaruh partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial?
4. Apakah pengaruh kepuasan kerja pada kinerja manajerial?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh partisipasi penganggaran pada kepuasan kerja?


2. Mengetahui pengaruh komitmen organissi pada kepuasan kerja?
3. Mengetahui pengaruh partisipasi penganggaran pada kinerja manajerial?
4. Mengetahui pengaruh kepuasan kerja pada kinerja manajerial?

4
4) Tinjauan Pustaka

Tidak terdapat tinjauan pustaka pada jurnal, penulis langsung menjelaskan mengenai
metodeogi penelitian, seharusnya penulis mencantumkan hal tersebut dan menjelaskan gran
teori, sebagai berikut ini :

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Agensi dan Pendekatan kontijensi


1. Teori Agensi (agency theory)
A. Hansen dan Mowen (2000) mengungkapkan didalam anggaran partisipatif dapat
pula timbul permasalahan, antara lain:
B. Atasan atau bawahan akan menetapkan standar anggaran yang terlalu tinggi
ataupun terlalu rendah,
C. Bawahan akan membuat budgetary slack dengan cara mengalokasikan sumber
dari yang dibutuhkan, dan
D. Terdapat partisipasi semu.

Masalah yang sering muncul dari adanya keterlibatan manajer tingkat bawah/menengah
dalam menyusun anggaran (partisipasi anggaran) adalah penciptaan senjangan aggaran. Para
peneliti akuntansi menemukan bahwa senjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk diantaranya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono,1999). Schiff
dan Lewin (1970) menyatakan bahwa bawahan menciptakan senjangan anggaran karena
dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan memudahkan pencapaian
target anggaran, terutama jika penilaian prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian
anggaran.

Agency theory menjelaskan fenomena yang terjadi bilamana atasan mendelegasikan


wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu tuga atau otoritas untuk membuat
keputusan (Anthony dan Govindarajan,1988). Baiman (1982) di dalam penelitiannya
menyatakan jika bawahan (agent) yang terlibat dalam partisipasi anggaran mempunyai formasi
khusus tentang kondisi lokal, akan memungkinkan bagi mereka untuk melaporkan informasi

5
tersebut kepada atasan (principal). Kesimpulan yang didapat ialah partisipasi anggaran akan
menyebabkan bawahan memberikan informasi yang dimilikinya untuk membantu organisasi.

2. Pendekatan Kontijensi (contingency approach)

Beberapa penelitian dalam bidang akuntansi manajemen melalui pendekatan kontijensi


bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel kontekstual dengan desain sistem
akuntansi dan untuk mengevaluasi berbagai hubungan anatara dua variabel (misalnya:
hubungan anatara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran) dengan menggunakan
variabel kontekstual sebagai variabel moderating. Govindarajan (1986) di dalam penelitiannya
memungkinkan dilakukan pendekatan kontijensi (contigency approach) untuk mengevaluasi
ketidakpastian faktor kondisional yang dapat mempengaruhi efektivitas penyusunan anggaran
terhadap senjangan anggaran. Secara umum teori ini tergantung dari karakter organisasi dan
kondisi lingkungan dimana sistem tersebut akan ditetapkan (Fisher 1995 dalam Romasi
Lumban Gaol 2004). .

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berhubungan dengan


beberapa faktor konsektual seperti ketidakpastian lingkungan (Gordon dan Narayanan, 1984),
komitmen organisasi (Govindarajan 1986). Teori kontijensi dibutuhkan dalam mengevaluasi
faktor-faktor konsektual tersebut sehingga partisipasi anggaran akan menjadi lebih efektif.

B. Anggaran
1. Definisi Anggaran

Hansen dan Mowen (2000:350) mendefinisikan anggaran atau budget sebagai


perencanaan keuangan untuk masa depan yang memuat tujuan serta tindakan-tindakan yang
akan ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu tersebut. Suatu anggaran biasanya meliputi
waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun ini.

Mulyadi (2001:488) mendefinisikan anggaran sebagai berikut :

“Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur
dalam satuan moneter standar satuan ukur yang lain, mencakup jangka waktu satu tahun.
Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan
jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan”.

6
2. Tujuan Anggaran

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan, demikian pula halnya dengan
anggaran. Secara umum anggaran bertujuan memberikan pedoman bagi perusahaan dalam
menjalankan operasi dan aktifitas sehari-hari. Dengan adanya anggaran maka perusahaan
cendrung memenuhi target-target yang telah ditetapkan sehingga produktifitas tercapai dan
pemborosan dapat diminimalisir.

Menurut Nafarin (2004:15) secara spesifik, tujuan disusunnya anggaran adalah antara lain :

a) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.
b) Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat
memudahkan pengawasan.
d) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
e) Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan
nyata terlihat.
f) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan
keuangan.

Hansens dan Mowen (2000:352) mengemukakan tujuan penganggaran oleh perusahaan


sebagai berikut:

a) Memaksa manajer untuk membuat rencana.


b) Memberikan informasi sumber daya yang dapat meningkatkan kualitas pengembilan
keputusan.
c) Sebagai standar bagi evaluasi kerja.
d) Meningkatkan komunikasi dan koordinasi.

7
3. Fungsi Anggaran

Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yang meliputi fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Hal ini disebabkan karena anggaran berfungsi
sebagai alat manajemen dalam melaksanakan perannya.

Menurut Nafarin (2004:20) fungsi anggaran antara lain:

a. Fungsi Perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena
anggaran memberikan gambaran yang lebih jelas/nyata dalam unit dan uang.

b. Fungsi pelaksanaan

Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan


dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan. Apabila salah satu bagian atau
departemen tidak melaksanakan tugas sesuai dengan yang direncanakan, maka bagian lain juga
tidak dapat melaksanakan tugas secara selaras, terarah, terkoordinasi sesuai dengan yang
direncanakan atau yang telah ditetapkan dalam anggaran.

c. Fungsi pengawasan

Anggaran merupakan alat pengendalian/pengawasan. Pengawasan berarti melakukan


evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:

1) Membandingkan realisasi dengan rencana.


2) Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu atau jika ada penyimpangan
yang merugikan.

Anggaran memiliki beberapa fungsi utama (Hendriksen, 2001) yaitu:

a. Sebagai Alat Perencanaan.


Anggaran merupakan alat untuk mencapai visi dan misi organisasi.anggaran digunakan
untuk merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang telah
ditetapkan. Kemudian untuk merencanakan berbagai program dan kegiatan serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaan.

b. Alat Pengendalian
Anggaran digunakan untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif,
mengawasi kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program karena anggaran

8
memberikan rencana detail atas pendapatan (penerimaan) dan pengeluaran pemerintah
sehingga pembelanjaan yang dilakukan dapat diketahui dan dipertanggungjawabkan kepada
publik.

c. Alat Kebijakan Fiksal


Anggaran digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Melalui anggaran dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah. Anggaran juga
digunakan untuk mendorong, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
d. Alat Politik
Anggaran merupakan dokumen publik sebagai komitmen eksekutif dan kesepakatn
legeslatif atas penggunaan dana publik.

e. Alat Koordinasi Dan Komunikasi


Penyusun anggaran memerlukan koordinasi dan komunikasi dari seluruh unit kerja
sehingga apabila terjadi inkonsistensi suatu unit kerja dapat dideteksi secara cepat.
f. Alat Penilaian Kinerja
Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efesiensi
pelaksanan anggaran.
g. Alat Motivasi

Anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat dicapai atau menuntut tetapi
dapat diwujudkan sebagai motivasi bagi seluruh pegawai agar dapat bekerja secara ekonomis,
efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi.

Anggaran dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Anggaran


berfungsi sebagai alat perencanaan artinya bahwa anggaran disusun sebelum aktifitas
perusahaan dilakukan. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian artinya bahwa anggaran
digunakan sebagai pedoman dan pengendali aktivitas perusahaan. Jika aktivitas perusahaan
jauh dari yang dianggarkan, maka akan dilakukan perbaikan- perbaikan sehingga dapat
meminimalisir pemborosan yang ada.

Menurut Mulyadi (2001:467) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar anggaran dapat
berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian, yaitu:

1) Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses penyusunan


anggaran.

9
2) Adanya organisasi anggaran.
3) Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengirim pesan
dalam penyusunan anggaran dan sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan
anggaran.

4. Klasifikasi Anggaran

Nafarin (2004:22) mengelompokkan anggaran dalam sudut pandang antara lain sebagai
berikut:

1) Menurut dasar penyusunannya, terdiri dari:


a) Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar)
kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan seri anggaran yang dapat
disesuaikan pada tingkat aktivitas yang berbeda-beda.
b) Anggaran tetap, yaitu anggaran yang berdasarkan suatu tingkat aktivitas tertentu.

2) Menurut cara penyusunannya, terdiri dari:


a) Anggaran periodik, yaitu anggaran yang disusun untuk suatu periode tertentu
(umumnya satu tahun) yang disusun pada setiap akhir periode anggaran.
b) Anggaran kontiniu, yaitu anggaran yang dibuat untuk memperbaiki anggaran yang
telah dibuat.

3) Menurut jangka waktunya, terdiri dari:


a) Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), yaitu anggaran yang dibuat dengan
jangka waktu paling lama satu tahun.
b) Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), yaitu anggaran yang dibuat untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun.

4) Menurut bidangnya, terdiri dari:


a) Anggaran operasional, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi.
b) Anggaran keuangan, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran neraca.

5) Menurut kemampuan menyusun, terdiri dari:


a) Anggaran komprehensif, yaitu rangkaian dari berbagai macam anggaran yang
disusun secara lengkap.

10
b) Anggaran parsial, yaitu anggaran yang disusun secara tidak lengkap, hanya bagian
tertentu saja.

6) Menurut fungsinya, terdiri dari:


a) Anggaran aproprisasi, yaitu anggaran yang dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak
boleh digunakan bagi tujuan lain.
b) Anggaran kinerja, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang
dilakukan dalam organisasi (perusahaan).

5. Manfaat Anggaran

Menurut Nafarin (2004:15) manfaat anggaran adalah :

a. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.


b. Dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.
c. Dapat memotivasi pegawai.
d. Menimbulkan rasa tanggungjawab pada pegawai.
e. Menghindari pemborosan, dan pembayaran yang kurang perlu.
f. Sumberdaya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin.
g. Alat pengendali para manajer.

C. Partisipasi Anggaran
1. Pengertian Partisipasi Anggaran

Pada dasarnya, anggaran berbeda dengan penganggaran. Anggaran merupakan alat


sedangkan penganggaran merupakan kegiatan menyusun dan merumuskan anggaran itu
sendiri. Menurut Alim (2003) penganggaran terbagi menjadi dua yaitu penganggaran bottom-
up (partisipatif) dan penganggaran top- down. Pada penganggaran partisipatif, proses
penyusunan anggaran mengizinkan para manajer dengan level yang lebih rendah
berpartisipasi secara signifikan dalam pembentukan anggaran. Sedangkan dalam
penganggaran top-down proses penyusunan anggaran tidak melibatkan bawahan secara
signifikan.

11
Menurut Milani dalam Gozali (2002) partisipasi anggaran adalah tingkat pengaruh dan
keterlibatan yang dirasakan individu dalam proses perancangan anggaran. Menurut kenis
(1979) dalam Darlis (2001) mendefinisikan partisipasi anggaran sebagai sejauh mana manajer
berpartisipasi dalam menyiapkan anggaran dan mempengaruhi sasaran anggaran dari masing-
masing pusat pertanggungjawaban.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggsaran atau penganggaran
partisipatif adalah tingkat pengaruh dan keterlibatan manajer- manajer pusat
pertanggungjawaban dalam menyiapkan dan mempengaruhi sasaran anggaran dibagiannya
masing-masing.

2. Dampak Positif Partisipasi Anggaran

Menurut Bedford (2000:490) menyatakan partisipatif bawahan dalam penentuan anggaran


mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi manajerial,Karena anggaran yang disusun
dengan partisipasi bawahan akan menghasilkan pertukaran informasi yang selektif.

Welseh, Hilton dan Gordon (2001:98) menyatakan ada dua dampak positif partisipasi
manajer tingkat menengah dan tingakat bawah dalam proses penyusunan anggaran, yaitu:
Pertama, proses partisipasi mengurangi asimetri informasi dalam organisasi. Dengan demikian,
memungkinkan manajemen tingkat atas mempunyai pengertian dalam masalah lingkungan
dan teknologi manajer tingkat bawah yang mempunyai pengetahuan yang lebih khusus.
Kedua, proses partisipasi bias menghasilkan komitmen yang lebih besar oleh manajemen
tingkat bawah untuk melaksanakan rencanan anggaran dan memenuhi anggaran.

3. Komite Anggaran

Pada umumnya penyusunan anggaran didelegasikan kepada komite anggaran yang


langsung melaporkan hasilnya kepada manajemen tingkat atas atau direktur utama. Komite
anggaran dikepalai oleh Direktur Anggaran. Anggotanya terdiri dari manajer berbagai
departemen fungsional. Komite ini bertugas menyusun pedoman anggaran, instruksi,
pengumpulan data, realisasi dan laporan anggaran.

Menurut Hansen dan Mowen (2000:353) komite anggaran bertugas memeriksa anggaran yang
dibuat, memberikan tuntunan dan kebijakan tujuan anggaran, menyelesaikan perselisihan yang
timbul pada saat anggaran dibuat, menyetujui anggaran final, dan memonitor atau memantau
kinerja actual organisasi selama tahun berjalan.

12
Adapun fungsi pokok dari komite anggaran menurut Supriyono (2002:20) antara lain
sebagai berikut:

a) Memutuskan kebijaksanaan umum anggaran.


b) Menanyakan, menerima dan memeriksa kembali data anggaran dari berbagai bagian
dalam perusahaan baik anggaran jangka panjang maupun
c) jangka pendek.
d) Menyarankan revisi-revisi yang diperlukan atas data anggaran yang diterima dari
setiap bagian.
e) Menyetujui data anggaran dan revisi-revisi yang diperlukan terhadap data tersebut.
f) Merakit (menggabungkan) data anggaran sesuai dengan rencana induk perusahaan.
g) Mengevaluasi dan merevisi anggaran yang sudah dirakit sebelum disusun dan disahkan
menjadi anggaran yang final.
h) Mengeluarkan laporanperiodic yang memperlihatkan analisa antara anggaran dan
realisasinya, serta merekomendasikan tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna.
i) Kepuasan Kerja
j) Kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan yang menyenangkan dari individu sebagai
apresiasi individu terhadap pekerjaannya (Locke, 1976).”

4. Komitmen Organisasi

Nurfaizzah dan Mildawati (2007) berpendapat komitmen organisasi merupakan suatu rasa
kepercayaan yang kuat terhadap organisasi yang menimbulkan rasa ketersediaan untuk
berusaha melakukan yang terbaik demi kemajuan organisasi. Individu yang memiliki ikatan
emosional terhadap organisasi akan memicu tumbuhnya komitmen organisasional sehingga
individu akan berusaha mencapai tujuan perusahaan dan mengesampingkan kepentingan
pribadi (Latuheru, 2006)

Penulis juga tidak mencantumkan penelitian terdahulu. Seharusnya penulis mencantumkan hal
tersebut:

• Penelitian yang dilakukan Sri Indah (2005) dan Sinuraya (2009) menemukan adanya
pengaruh positif antara partisipasi penganggaran dengan kepuasan kerja berbeda
dengan penelitian Brownell dalam Leach (2002) yang menemukan bahwa partisipasi
tidak berperan mempengaruhi kepuasan kerja.

13
• Penelitian yang dilakukan Sinuraya (2009) dan Pradipta (2013) menemukan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Studi yang dilakukan Nasir
(2009) dan Haryanti (2012) menemukkan pengaruh nyata yang signifikan diantara
partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial berbeda dengan studi Poerwati
(2002) yang menyimpulkan bahwa partisipasi penganggaran tidak memiliki pengaruh
pada kinerja manajerial dan Nursidin (2008) menyimpulkan adanya pengaruh negatif
yang signifikan diantara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial.
• Studi yang dilakukan Hariyanti dan Nasir (2002) dan Yunita (2008) menyimpulkan
adanya pengaruh positif antara komitmen organisasi dengan kinerja manajerial dan
Yuleova (2013) yang mengemukakan adanya pengaruh
• positif antara komitmen organisasi dengan kinerja melalui kepuasan kerja.
• Studi berbeda yang dilakukan Nouri (1994) dalam Supriyono (2004), dinyatakan bahwa
terjadi relasi yang negative dan signifikan antara komitmen organisasi
• pada kinerja manajerial.
• Studi yang dilakukan Mutiara C (2010) dan Tunti (2013) menyimpulkan kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sugioko (2010),mengemukakan
hubungan negatif partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial mampu
dimediasi oleh kepuasan kerja dan Cherrington dan Cherrington dalam Leach (2002)
yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara partisipasi dan kinerja dengan
struktur reward yang berperan sebagai variabel intervening.

5. Pengembangan Hipotesis

Penulis mencantumkan hipotesis pada halaman, tetapi tidak mencantumkan logika berpikir X
berpengaruh terhadap Y.

H1: Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kepuasan kerja pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.

H2: Komitmen organisasi berpengaruh pada kepuasan kerja pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.

H3: Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial pada Perusahaan Daerah
Parkir Kota Denpasar.

H4: Komitmen organisasi berpengaruh pada kinerja manajerial pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.

14
H5: Kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja manajerial pada Perusahaan Daerah Parkir Kota
Denpasar

Seharusnya penulis mencantumkan hal tersebut sebagai berikut :

Hubungan Partisipasi Penganggaran Pada Kepuasan Kerja

Penelitian yang menguji kepuasan kerja berpengaruh positif maupun negatif terhadap
hubungan antar penyusunan anggaran dan kinerja aparat pemerintah telah banyak dilakukan.
Hasil enelitian yang dilakukan Sardjito (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja mempunyai
pengaruh positif terhadap penyusunan anggaran. Sedangkan menurut Sudaryono (1994)
menunujukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap partisipasi penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial. Secara singkat ditentukan bahwa kepuasan kerja
mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja
aparat pemerintah.Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi
terhadap kinerja.

H1:Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kepuasan kerja pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.

Hubungan Partisipasi Penganggaran Pada Kepuasan Kerja

Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai
kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk mengukur
kinerja manajer. Untuk mencegah dampak fungsional atau disfungsionalnya, sikap dan
perilaku anggota organisasi dalam penyusunan anggaran, perlu melibatkan manajemen pada
level yang lebih rendah sehingga anggaran partisipatif dapat dinilai sebagai pendekatan
manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi ( Bambang Sardjito dan
Osmad Muthaher, 2007).

Pengertian partisipasi dalam proses penyusunan anggaran lebih rinci dijelaskan


oleh French et al, (1960) dalam Krisler Bornadi Omposunggu dan Icuk Rangga

Bawono (2006) sebagai suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang
melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa
yang akan datang. Disini partisipasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang
menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun manajer level
atas. Dengan kata lain bahwa anggaran yang disusun tidak semata-mata ditentukan oleh atasan

15
saja, melainkan juga keterlibatan atau keikutsertaan bawahan, karena para pekerja atau
manajer tingkat bawah merupakan bagian organisasi yang memiliki hak suara untuk memilih
tindakan secara benar dalam proses manajemen.

Sebagian besar studi menunjukkan bahwa partisipasi anggaran lebih banyak membawa
manfaat pada organisasi. Beberapa manfaat partisipasi dalam proses penyusunan anggaran
antara lain (Siegel dan Marconi, 1989) dalam Krisler Bornadi Omposunggu dan Icuk Rangga
Bawono (2006) :

a. Seseorang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran tidak saja task involved
melainkan juga ego involved dalam kerjasama.
b. Keterlibatan seseorang akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam kelompok, karena
dapat meningkatkan kerjasama antara anggota kelompok di dalam penetapan sasaran,
serta dapat mengurangi rasa tertekan.
c. Keterlibatan seseorang akan mengurangi rasa keperbedaan di dalam mengalokasikan
sumber daya di antara unit-unit yang ada di organisasi.

Bukti empiris yang dijelaskan oleh Govindarajan (1986) menunjukkan bahwa partisipasi
anggaran secara khusus memberi manfaat bagi operasi pusat pertanggungjawaban ketika
organisasi dihadapkan pada ketidakpastian lingkungan. Diikutsertakannya manajer pusat
pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran merupakan bagian terpenting, karena
mereka yang paling mengetahui informasi tentang variabel yang dapat mempengaruhi
pendapatan dan biaya.

Disamping manfaat yang melekat pada partisipasi, tentu saja ada keterbatasannya
(Supriono, 2006) menemukan bahwa bilamana terdapat kecacatan dalam penentuan tujuan
(goal setting), maka partisipasi dapat merusak motivasi pegawai dan menurunkan usaha
pencapaian tujuan organisasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa partisipasi dalam
pengambilan keputusan menunjukkan bahwa tidak selamanya partisipasi dapat berhasil.
Berbagai faktor yang dapat menentukan ketidakberhasilan tergantung pada kedalaman, scope,
dan bobot partisipasi. Kedalaman partisipasi disini ditunjukkan oleh siapa yang seharusnya
berpartisipasi. Sedangkan scope partisipasi ditunjukkan oleh variabilitas keputusan, sementara
bobot partisipasi ditunjukkan oleh derajat kekuatan partisipan dalam penentuan keputusan
akhir.

Proses partisipasi dalam memberikan kekuatan, jika para manajer diberikan kesempatan
untuk menentukan atau menetapkan isi anggaran mereka, sebaliknya akan menjadi lemah

16
ketika mereka tidak diberikan kesempatan untuk menentukan dan menetapkan isi anggaran.
Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi dysfungtional behavior, sebagai contoh adanya
partisipasi semu (pseudo participation), yakni tampak berpartisipasi, tetapi dalam
kenyataannya tidak. Artinya para manajer ini (sebagai bawahan) ikut berpartisipasi, tetapi tidak
diberi wewenang atau pendapat untuk menentukan dan menetapkan isi anggaran (Chong, 2002)
dalam Krisler Bornadi Omposunggu dan Icuk Rangga Bawono (2006). Padahal para manajer
bawah ini sebenarnya memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan yang dipunyai manajer
atas. Pada sebagian besar organisasi, para manajer di tingkat menengah kebawah ini lebih
banyak memiliki informasi yang akurat dibandingkan dengan atasannya. Sementara pada sisi
lain, manajemen tingkat atas yang lebih dominan dalam posisinya akan merasa lebih mampu
menyusun anggaran. Karena adanya perbedaan status ini memunculkan kendala partisipasi.

Hubungan Partisipasi Penganggaran Pada Kinerja Manajerial

Untuk menghilangkan atau meminimisasi terjadi perbedaan persepsi pada kedua


tingkatan manajer ini, serta memaksimalkan partisipasi agar menjadi efektif, maka para
manajer bawah di tingkat organisasi harus diberi kesempatan untuk memberikan pendapat
dalam proses penyusunan anggaran dengan mengungkapkan informasi yang dimiliki terkait
pekerjaan sebagai konstribusi dalam penetapan jumlah anggaran. Hasil penelitian
Yusfaningrum (2005) menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dapat
meningkatkan kinerja manajerial.Sedangkan Indriantoro (1993) dalam Bambang Sardjito dan
Osmad Muthaher (2007) pada sampel di Indonesia menunjukkan bahwa partisipasi anggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Dari beberapa bukti empiris yang
dikemukakan di atas, maka hipotesis yang dikemukakan disini adalah:

H3: partisipasi partisipasi anggaran berpengaruh pada kinerja manajeria pada Perusahaan
daerah Parkir Kota Denpasar

Hubungan Komitmen Organisasi Pada Kinerja Manajerial

Nouri dan Parker, 1998 (dikutip dalam Ahmad dan Fatima, 2008) menganalisis
komitmen organisasi dalam pengaruhnya pada hubungan partisipasi anggaran dan kinerja.
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa komitmen organisasi dan kinerja memiliki hubungan
positif dan signifikan. Semakin tinggi komitmen terhadap organisasi, manajer merasa memiliki

17
organisasi tempatnya bekerja sehingga membuat manajer akan memberikan hasil upaya dan
kinerja yang lebih baik. Hipotesis hubungan antara komitmen organisasi dan kinerja adalah
sebagai berikut:

H4: terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dan kinerja
manajerial

6. Metodelogi Penelitian

Sampel yang diambil sebanyak 32 kusioner yang disebar kepada direktur utama beserta
staf yang terlinat dalam proses penyusunan anggaran. Dalam jurnal tidak dijelaskan teknik
pengambilam sampel apakah pusposive sampling atau sampel jenuh. Seharusnya penulis
menjelaskan teknik pengambilan sampel dengan teknik sampel jenuh, karna penentuan sampel
dengan semua anggota pupulasi digunakan sebagai sampel.

Penulis tidak mencantumkan persamaan matematis pada jurnal tersebut, seharusnya penulis
mencantumkan hal tersebut sebgai berikut :

Y = P1X1+P2X2+ e1. (1)

Z=P3X1+P4X2+P5Y + e2. (2)

Keterangan :

Y = kepuasan kerja

Z = Kinerja manajerial

X1 = Partisipasi Penganggaran X1 = Komitmen Organisas

e = error

18
Penulis tidak mencantumkan penjelasan mengenai penggunaan alat anailisis. Seharusnya
penulis menjelaskan sebagai berikut:

Tehnik Analisis Data

A. Uji Non- Response Bias


Uji Non- Response Bias dilakukan untuk melihat karakteristik jawaban responden yang
memberikan jawaban dan tidak memberikan jawaban (non responden). Uji dilakukan dengan
cara mengelompokkan data menjadi dua kelompok penting. Kelompok pertama disebut dengan
kelompok awal (early response) yaitu kelompok yang memberikan jawaban sampai dalam
batas waktu optimal yaitu waktu yang diperkirakan responden memberikan jawaban sampai
pada batas tanggal pengembalian. Kelompok kedua disebut sebagai kelompok akhir (late
response) yaitu kelompok reponden yang yang memberikan jawaban melewati batas waktu
optimal sampai dengan waktu terakhir yang ditentukan. Kemudian hasil rata-rata skor jawaban
dari kedua kelompok dilakukan pengujian, ada tidaknya yang signifikan antara kedua
kelompok responden tersebut dengan t-test. Apabila pengujian menunjukkan hasil yang tidak
signifikan (p-value > 0.05) berarti tidak ada perbedaan antara dua kelompok responden dan
sebaliknya.

B. Uji Asumsi Klasik


a) Uji Heterokedastisitas.

Uji asumsi ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas.

Kebanyakan data cross section mengandung situasi heterokedastisitas, karena data tersebut
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Ada beberapa
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas, akan tetapi dalam penelitian ini
menggunakan metode grafik plot dan uji Glejser.

19
Metode grafik plot dilakukan dengan mendiagnosa diagram plot residual. Plot residual
dibandingkan dengan nilai prediksi. Dalam hal ini, jika tidak adapola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas atau dif bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
(Imam Ghozali, 2002).

Sedangkan uji Glejser adalah untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen, dan jika variabel independennya signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi heterokedastisitas, dan sebaliknya jika tidak ada variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada
indikasi terjadi heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2002.)

b) Uji Normalitas.

Uji asumsi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya berdistribusi normal atau tidak (Imam Ghozali,
2002). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data yang normal atau mendekati
normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal.

Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan
khususnya pada sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan
data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

20
Kerangka konseptual pada jurnal :

7. Pembahasan

Pembahasan menjawab permasalahan yang ada yaitu :

a) Pengaruh partisipasi penganggaran (X1) pada kepuasan kerja (Y)


Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh partisipasi penganggaran (X1) pada
kepuasan kerja (Y) diperoleh taraf signifikansi 0,018 < 0,05 dengan koefisien beta sebesar
0,314 sehingga pernyataanhipotesis partisipasi penganggaran berpengaruh pada kepuasan
kerja terbukti.

b) Pengaruh komitmen organisasi (X2) pada kepuasan kerja (Y)

Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh komitmen organisasi (X2) pada kepuasan
kerja (Y) diperoleh taraf signifikansi 0,000 < 0,05 dengan koefisien beta sebesar 0,608
sehingga hipotesis yang menyatakan komitmen organisasi berpengaruh pada kepuasan
kerja terbukti.

c) Pengaruh partisipasi penganggaran (X1) pada kinerja manajerial (Z)

Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh partisipasi penganggaran (X1) pada


kinerja manajerial (Z) diperoleh taraf signifikansi 0,046 < 0,05 dengan koefisien beta

21
sebesar 0,172, sehingga pernyataan hipotesis yang partisipasi penganggaran berpengaruh
pada kinerja manajerial terbukti.

Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh partisipasi penganggaran (X1) pada


kinerja manajerial (Z) melalui kepuasan kerja (Y) diperoleh taraf signifikansi 0,046 < 0,05
dengan koefisien beta sebesar 0,201. Angka tersebut membuktikan partisipasi
penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial melalui kepuasan kerja. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel partisipasi penganggaran dapat
berpengaruh pada kinerja manajerial baik secara langsung maupun tidak langsung.

d) Pengaruh komitmen organisasi (X2) pada kinerja manajerial (Z)


Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh komitmen organisasi (X2) pada kinerja
manajerial (Z) diperoleh taraf signifikansi 0,032 < 0,05 dengan koefisien beta sebesar
0,227, sehingga hipotesis yang menyatakan komitmen organisasi berpengaruh pada
kinerja manajerial terbukti.

Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh komitmen organisasi (X2) pada kinerja
manajerial (Z) melalui kepuasan kerja (Y) diperoleh taraf signifikansi 0,032 < 0,05 dengan
koefisien beta sebesar 0,389. Angka tersebut membuktikan komitmen organisasi
berpengaruh pada kinerja manajerial melalui kepuasan kerja. Berdasarkan angka tersebut
dapat dinyatakan komitmen organisasi dapat mempengaruhi kinerja manajerial baik
langsung maupun tidak langsung.

e) Pengaruh kepuasan kerja (Y) pada kinerja manajerial (Z)

Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh kepuasan kerja (Y) pada kinerja
manajerial (Z) diperoleh taraf signifikansi 0,000 < 0,05 dengan koefisien beta besar
0,639, sehingga hipotesis yang menyatakan kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja
manajerial terbukti.

22
8. Kesimpulan

Kesimpulan mampu menjawab permasalahan yang ada yaitu :

Partisipasi penganggaran mempengaruhi kepuasan kerja secara signifikan. Komitmen


organisasi mempengaruhi kepuasan kerja secara signifikan. Partisipasi penganggaran
mempengaruhi kinerja manajerial secara signifikan. Komitmen organisasi mempengaruhi
kinerja manajerial secara signifikan. kepuasan kerja mempengaruhi kinerja manajerial secara
signifikan.

Terkait dengan variabel partisipasi penganggaran, para pimpinan dalam perusahaan


perlu meningkatkan partisipasi pegawai dalam proses penyusunan anggaran agar memberikan
dampak pada penetapan angka final dari wilayah pertanggungjawabannya dalam menentukan
rencana kerja yang akan dikerjakan para pegawai.Terkait dengan variabel komitmen
organisasi, para pimpinan perlu meningkatkan komitmen dari bawahannya, antara lain dengan
memberikan dorongan terhadap pegawai agar ikut merasa memiliki organisasi. Dengan
demikian, bawahan akan beranggapan segala kerugian yang dialami organisasi adalah kerugian
bagi diri mereka sendiri.

Terkait dengan variabel kepuasan kerja, organsasi hendaknya memperhatikan kepuasan


kerja pegawainya. Perlu adanya peningkatan pemberian penghargaan dari organisasi terhadap
para pegawai sehingga akan memicu mereka untuk memberikan dampak positif terhadap
perusahaan.

9. Saran

Tidak dicantumkan keterbatasan pada saran. Seharusnya penulis mencantumkan saran


sebagai berikut :

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan. Diantara
keterbatasan tersebut adalah tidak dilakukannya metode wawancara dalam penelitian.
Respondenmeminta agar kusioner ditinggalkan, sehingga peneliti tidak bisa
mengendalikanjawaban responden. Oleh karena itu, jawaban yang diberikan oleh responden
belum tentu menggambarkan keadaan sebenarnya. Jumlah populasi penelitian yang tidak
begitu besar kemungkinan mempengaruhi kemampuan hasil penelitian. Data yang dianlasis
dalam penelitian ini menggunakan instrument berdasarkan jawaban responden.

23
Penulis menyarankan penambahan variabel intervening tetapi tidak direkomendasikan
variabel apa. Seharusnya penulis merekomendasikan secara lengkap, sebagai berikut :

Pada penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan penambahan variabel


intervening lainnya sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang lebih beragam. Yaitu
pelimpahan wewenang, gaya kepemimpinan, struktur organisasi, locus of control dan lain- lain.

24

Anda mungkin juga menyukai