“BUDGETING”
OLEH :
19.01.1.085
JURUSAN MANAJEMEN
SINGARAJA
2021
CRITICAL REVIEW TERHADAP JURNAL BERJUDUL :
TAHUN : 2015
PENELITI : Dewa Ayu Made Harlista Sukmantari & I Wayan Pradnyantha Wirasedana
1) Judul
2) Abstrak
1
3) Latar Belakang
Pada latar belakang penulis mencantumkan fenomena rill yang terdapat pada halaman 4
yang dijelaskan pada bagian penelitian terdahulu oleh Sri Indah (2005) bahwan adanya
pengaruh posirif antara pastisipaso penganggaran dengan kepuasan kerja dan Brownell dalam
Leach (2002) yang menemukan bahwa partisipasi tidak berperan mempengaruhi kepuasan
kerja.
“Kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan yang menyenangkan dari individu sebagai
apresiasi individu terhadap pekerjaannya (Locke, 1976).”
Selain itu peulis menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pada halaman
2 yaitu partisipasi penganggaran (X1) dan komitmen organisasi (X3) :
Hoque dan Peter (2007) mengemukakan bahwa partisipasi penganggaran adalah proses
dimana bawahan ikut berpartisipasi dalam memutusan anggaran akhir dan memiliki pengaruh
pada anggaran akhir tersebut. Keterlibatan karyawan dalam penyusunan anggaran akan
menimbulkan dorongan dari dalam diri mereka untuk ikut menyumbangkan pendapat dan
informasi yang dimiliki serta meningkatkan rasa memiliki perusahaan sehingga kerjasama
diantara anggota organisasi akan ikut meningkat (Siegel dan Marconi, 1989).
“Menurut Porter et al. (1979) dalam Veronica dkk. (2009) menyatakan komitmen yang
tinggi menyebabkan individu akan cenderung lebih memperhatikan kelangsungan organis asi
2
serta berusaha mengarahkan organisasi menjadi lebih baik dimasa mendatang sehingga
dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja dan
kinerja manajerial perusahaan. Sebaliknya, apabila individu memiliki tingkat komitmen
organisasi yang rendah serta mementingkan diri sendiri, individu tidak akan memiliki niat
untuk memajukan organisasi sehingga memungkinkan tidak tercapainya kepuasan kerja dan
peningkatan kinerja manajerial perusahaan. “
• Penelitian yang dilakukan Sri Indah (2005) dan Sinuraya (2009) menemukan adanya
pengaruh positif antara partisipasi penganggaran dengan kepuasan kerja berbeda
dengan penelitian Brownell dalam Leach (2002) yang menemukan bahwa partisipasi
tidak berperan mempengaruhi kepuasan kerja.
• Penelitian yang dilakukan Sinuraya (2009) dan Pradipta (2013) menemukan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Studi yang dilakukan Nasir
(2009) dan Haryanti (2012) menemukkan pengaruh nyata yang signifikan diantara
partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial berbeda dengan studi Poerwati
(2002) yang menyimpulkan bahwa partisipasi penganggaran tidak memiliki pengaruh
pada kinerja manajerial dan Nursidin (2008) menyimpulkan adanya pengaruh negatif
yang signifikan diantara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial.
• Studi yang dilakukan Hariyanti dan Nasir (2002) dan Yunita (2008) menyimpulkan
adanya pengaruh positif antara komitmen organisasi dengan kinerja manajerial dan
Yuleova (2013) yang mengemukakan adanya pengaruh positif antara komitmen
organisasi dengan kinerja melalui kepuasan kerja.
• Studi berbeda yang dilakukan Nouri (1994) dalam Supriyono (2004), dinyatakan bahwa
terjadi relasi yang negative dan signifikan antara komitmen organisasi pada kinerja
manajerial.
• Studi yang dilakukan Mutiara C (2010) dan Tunti (2013) menyimpulkan kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sugioko (2010),mengemukakan
hubungan negatif partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial mampu
dimediasi oleh kepuasan kerja dan Cherrington dan Cherrington dalam Leach (2002)
3
yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara partisipasi dan kinerja dengan
struktur reward yang berperan sebagai variabel intervening.
Penulis tidak mencantumkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam jurnal, seharusnya
penulis mencantumkan hal tersebut, sebagai berikut :
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
4
4) Tinjauan Pustaka
Tidak terdapat tinjauan pustaka pada jurnal, penulis langsung menjelaskan mengenai
metodeogi penelitian, seharusnya penulis mencantumkan hal tersebut dan menjelaskan gran
teori, sebagai berikut ini :
BAB II
LANDASAN TEORI
Masalah yang sering muncul dari adanya keterlibatan manajer tingkat bawah/menengah
dalam menyusun anggaran (partisipasi anggaran) adalah penciptaan senjangan aggaran. Para
peneliti akuntansi menemukan bahwa senjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk diantaranya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono,1999). Schiff
dan Lewin (1970) menyatakan bahwa bawahan menciptakan senjangan anggaran karena
dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan memudahkan pencapaian
target anggaran, terutama jika penilaian prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian
anggaran.
5
tersebut kepada atasan (principal). Kesimpulan yang didapat ialah partisipasi anggaran akan
menyebabkan bawahan memberikan informasi yang dimilikinya untuk membantu organisasi.
B. Anggaran
1. Definisi Anggaran
“Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur
dalam satuan moneter standar satuan ukur yang lain, mencakup jangka waktu satu tahun.
Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan
jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan”.
6
2. Tujuan Anggaran
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan, demikian pula halnya dengan
anggaran. Secara umum anggaran bertujuan memberikan pedoman bagi perusahaan dalam
menjalankan operasi dan aktifitas sehari-hari. Dengan adanya anggaran maka perusahaan
cendrung memenuhi target-target yang telah ditetapkan sehingga produktifitas tercapai dan
pemborosan dapat diminimalisir.
Menurut Nafarin (2004:15) secara spesifik, tujuan disusunnya anggaran adalah antara lain :
a) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.
b) Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat
memudahkan pengawasan.
d) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
e) Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan
nyata terlihat.
f) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan
keuangan.
7
3. Fungsi Anggaran
Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yang meliputi fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Hal ini disebabkan karena anggaran berfungsi
sebagai alat manajemen dalam melaksanakan perannya.
a. Fungsi Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena
anggaran memberikan gambaran yang lebih jelas/nyata dalam unit dan uang.
b. Fungsi pelaksanaan
c. Fungsi pengawasan
b. Alat Pengendalian
Anggaran digunakan untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif,
mengawasi kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program karena anggaran
8
memberikan rencana detail atas pendapatan (penerimaan) dan pengeluaran pemerintah
sehingga pembelanjaan yang dilakukan dapat diketahui dan dipertanggungjawabkan kepada
publik.
Anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat dicapai atau menuntut tetapi
dapat diwujudkan sebagai motivasi bagi seluruh pegawai agar dapat bekerja secara ekonomis,
efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi.
Menurut Mulyadi (2001:467) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar anggaran dapat
berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian, yaitu:
9
2) Adanya organisasi anggaran.
3) Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengirim pesan
dalam penyusunan anggaran dan sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan
anggaran.
4. Klasifikasi Anggaran
Nafarin (2004:22) mengelompokkan anggaran dalam sudut pandang antara lain sebagai
berikut:
10
b) Anggaran parsial, yaitu anggaran yang disusun secara tidak lengkap, hanya bagian
tertentu saja.
5. Manfaat Anggaran
C. Partisipasi Anggaran
1. Pengertian Partisipasi Anggaran
11
Menurut Milani dalam Gozali (2002) partisipasi anggaran adalah tingkat pengaruh dan
keterlibatan yang dirasakan individu dalam proses perancangan anggaran. Menurut kenis
(1979) dalam Darlis (2001) mendefinisikan partisipasi anggaran sebagai sejauh mana manajer
berpartisipasi dalam menyiapkan anggaran dan mempengaruhi sasaran anggaran dari masing-
masing pusat pertanggungjawaban.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggsaran atau penganggaran
partisipatif adalah tingkat pengaruh dan keterlibatan manajer- manajer pusat
pertanggungjawaban dalam menyiapkan dan mempengaruhi sasaran anggaran dibagiannya
masing-masing.
Welseh, Hilton dan Gordon (2001:98) menyatakan ada dua dampak positif partisipasi
manajer tingkat menengah dan tingakat bawah dalam proses penyusunan anggaran, yaitu:
Pertama, proses partisipasi mengurangi asimetri informasi dalam organisasi. Dengan demikian,
memungkinkan manajemen tingkat atas mempunyai pengertian dalam masalah lingkungan
dan teknologi manajer tingkat bawah yang mempunyai pengetahuan yang lebih khusus.
Kedua, proses partisipasi bias menghasilkan komitmen yang lebih besar oleh manajemen
tingkat bawah untuk melaksanakan rencanan anggaran dan memenuhi anggaran.
3. Komite Anggaran
Menurut Hansen dan Mowen (2000:353) komite anggaran bertugas memeriksa anggaran yang
dibuat, memberikan tuntunan dan kebijakan tujuan anggaran, menyelesaikan perselisihan yang
timbul pada saat anggaran dibuat, menyetujui anggaran final, dan memonitor atau memantau
kinerja actual organisasi selama tahun berjalan.
12
Adapun fungsi pokok dari komite anggaran menurut Supriyono (2002:20) antara lain
sebagai berikut:
4. Komitmen Organisasi
Nurfaizzah dan Mildawati (2007) berpendapat komitmen organisasi merupakan suatu rasa
kepercayaan yang kuat terhadap organisasi yang menimbulkan rasa ketersediaan untuk
berusaha melakukan yang terbaik demi kemajuan organisasi. Individu yang memiliki ikatan
emosional terhadap organisasi akan memicu tumbuhnya komitmen organisasional sehingga
individu akan berusaha mencapai tujuan perusahaan dan mengesampingkan kepentingan
pribadi (Latuheru, 2006)
Penulis juga tidak mencantumkan penelitian terdahulu. Seharusnya penulis mencantumkan hal
tersebut:
• Penelitian yang dilakukan Sri Indah (2005) dan Sinuraya (2009) menemukan adanya
pengaruh positif antara partisipasi penganggaran dengan kepuasan kerja berbeda
dengan penelitian Brownell dalam Leach (2002) yang menemukan bahwa partisipasi
tidak berperan mempengaruhi kepuasan kerja.
13
• Penelitian yang dilakukan Sinuraya (2009) dan Pradipta (2013) menemukan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Studi yang dilakukan Nasir
(2009) dan Haryanti (2012) menemukkan pengaruh nyata yang signifikan diantara
partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial berbeda dengan studi Poerwati
(2002) yang menyimpulkan bahwa partisipasi penganggaran tidak memiliki pengaruh
pada kinerja manajerial dan Nursidin (2008) menyimpulkan adanya pengaruh negatif
yang signifikan diantara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial.
• Studi yang dilakukan Hariyanti dan Nasir (2002) dan Yunita (2008) menyimpulkan
adanya pengaruh positif antara komitmen organisasi dengan kinerja manajerial dan
Yuleova (2013) yang mengemukakan adanya pengaruh
• positif antara komitmen organisasi dengan kinerja melalui kepuasan kerja.
• Studi berbeda yang dilakukan Nouri (1994) dalam Supriyono (2004), dinyatakan bahwa
terjadi relasi yang negative dan signifikan antara komitmen organisasi
• pada kinerja manajerial.
• Studi yang dilakukan Mutiara C (2010) dan Tunti (2013) menyimpulkan kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sugioko (2010),mengemukakan
hubungan negatif partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial mampu
dimediasi oleh kepuasan kerja dan Cherrington dan Cherrington dalam Leach (2002)
yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara partisipasi dan kinerja dengan
struktur reward yang berperan sebagai variabel intervening.
5. Pengembangan Hipotesis
Penulis mencantumkan hipotesis pada halaman, tetapi tidak mencantumkan logika berpikir X
berpengaruh terhadap Y.
H1: Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kepuasan kerja pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.
H2: Komitmen organisasi berpengaruh pada kepuasan kerja pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.
H3: Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kinerja manajerial pada Perusahaan Daerah
Parkir Kota Denpasar.
H4: Komitmen organisasi berpengaruh pada kinerja manajerial pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.
14
H5: Kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja manajerial pada Perusahaan Daerah Parkir Kota
Denpasar
Penelitian yang menguji kepuasan kerja berpengaruh positif maupun negatif terhadap
hubungan antar penyusunan anggaran dan kinerja aparat pemerintah telah banyak dilakukan.
Hasil enelitian yang dilakukan Sardjito (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja mempunyai
pengaruh positif terhadap penyusunan anggaran. Sedangkan menurut Sudaryono (1994)
menunujukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap partisipasi penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial. Secara singkat ditentukan bahwa kepuasan kerja
mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja
aparat pemerintah.Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi
terhadap kinerja.
H1:Partisipasi penganggaran berpengaruh pada kepuasan kerja pada Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar.
Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai
kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk mengukur
kinerja manajer. Untuk mencegah dampak fungsional atau disfungsionalnya, sikap dan
perilaku anggota organisasi dalam penyusunan anggaran, perlu melibatkan manajemen pada
level yang lebih rendah sehingga anggaran partisipatif dapat dinilai sebagai pendekatan
manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi ( Bambang Sardjito dan
Osmad Muthaher, 2007).
Bawono (2006) sebagai suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang
melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa
yang akan datang. Disini partisipasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang
menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun manajer level
atas. Dengan kata lain bahwa anggaran yang disusun tidak semata-mata ditentukan oleh atasan
15
saja, melainkan juga keterlibatan atau keikutsertaan bawahan, karena para pekerja atau
manajer tingkat bawah merupakan bagian organisasi yang memiliki hak suara untuk memilih
tindakan secara benar dalam proses manajemen.
Sebagian besar studi menunjukkan bahwa partisipasi anggaran lebih banyak membawa
manfaat pada organisasi. Beberapa manfaat partisipasi dalam proses penyusunan anggaran
antara lain (Siegel dan Marconi, 1989) dalam Krisler Bornadi Omposunggu dan Icuk Rangga
Bawono (2006) :
a. Seseorang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran tidak saja task involved
melainkan juga ego involved dalam kerjasama.
b. Keterlibatan seseorang akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam kelompok, karena
dapat meningkatkan kerjasama antara anggota kelompok di dalam penetapan sasaran,
serta dapat mengurangi rasa tertekan.
c. Keterlibatan seseorang akan mengurangi rasa keperbedaan di dalam mengalokasikan
sumber daya di antara unit-unit yang ada di organisasi.
Bukti empiris yang dijelaskan oleh Govindarajan (1986) menunjukkan bahwa partisipasi
anggaran secara khusus memberi manfaat bagi operasi pusat pertanggungjawaban ketika
organisasi dihadapkan pada ketidakpastian lingkungan. Diikutsertakannya manajer pusat
pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran merupakan bagian terpenting, karena
mereka yang paling mengetahui informasi tentang variabel yang dapat mempengaruhi
pendapatan dan biaya.
Disamping manfaat yang melekat pada partisipasi, tentu saja ada keterbatasannya
(Supriono, 2006) menemukan bahwa bilamana terdapat kecacatan dalam penentuan tujuan
(goal setting), maka partisipasi dapat merusak motivasi pegawai dan menurunkan usaha
pencapaian tujuan organisasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa partisipasi dalam
pengambilan keputusan menunjukkan bahwa tidak selamanya partisipasi dapat berhasil.
Berbagai faktor yang dapat menentukan ketidakberhasilan tergantung pada kedalaman, scope,
dan bobot partisipasi. Kedalaman partisipasi disini ditunjukkan oleh siapa yang seharusnya
berpartisipasi. Sedangkan scope partisipasi ditunjukkan oleh variabilitas keputusan, sementara
bobot partisipasi ditunjukkan oleh derajat kekuatan partisipan dalam penentuan keputusan
akhir.
Proses partisipasi dalam memberikan kekuatan, jika para manajer diberikan kesempatan
untuk menentukan atau menetapkan isi anggaran mereka, sebaliknya akan menjadi lemah
16
ketika mereka tidak diberikan kesempatan untuk menentukan dan menetapkan isi anggaran.
Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi dysfungtional behavior, sebagai contoh adanya
partisipasi semu (pseudo participation), yakni tampak berpartisipasi, tetapi dalam
kenyataannya tidak. Artinya para manajer ini (sebagai bawahan) ikut berpartisipasi, tetapi tidak
diberi wewenang atau pendapat untuk menentukan dan menetapkan isi anggaran (Chong, 2002)
dalam Krisler Bornadi Omposunggu dan Icuk Rangga Bawono (2006). Padahal para manajer
bawah ini sebenarnya memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan yang dipunyai manajer
atas. Pada sebagian besar organisasi, para manajer di tingkat menengah kebawah ini lebih
banyak memiliki informasi yang akurat dibandingkan dengan atasannya. Sementara pada sisi
lain, manajemen tingkat atas yang lebih dominan dalam posisinya akan merasa lebih mampu
menyusun anggaran. Karena adanya perbedaan status ini memunculkan kendala partisipasi.
H3: partisipasi partisipasi anggaran berpengaruh pada kinerja manajeria pada Perusahaan
daerah Parkir Kota Denpasar
Nouri dan Parker, 1998 (dikutip dalam Ahmad dan Fatima, 2008) menganalisis
komitmen organisasi dalam pengaruhnya pada hubungan partisipasi anggaran dan kinerja.
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa komitmen organisasi dan kinerja memiliki hubungan
positif dan signifikan. Semakin tinggi komitmen terhadap organisasi, manajer merasa memiliki
17
organisasi tempatnya bekerja sehingga membuat manajer akan memberikan hasil upaya dan
kinerja yang lebih baik. Hipotesis hubungan antara komitmen organisasi dan kinerja adalah
sebagai berikut:
H4: terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dan kinerja
manajerial
6. Metodelogi Penelitian
Sampel yang diambil sebanyak 32 kusioner yang disebar kepada direktur utama beserta
staf yang terlinat dalam proses penyusunan anggaran. Dalam jurnal tidak dijelaskan teknik
pengambilam sampel apakah pusposive sampling atau sampel jenuh. Seharusnya penulis
menjelaskan teknik pengambilan sampel dengan teknik sampel jenuh, karna penentuan sampel
dengan semua anggota pupulasi digunakan sebagai sampel.
Penulis tidak mencantumkan persamaan matematis pada jurnal tersebut, seharusnya penulis
mencantumkan hal tersebut sebgai berikut :
Keterangan :
Y = kepuasan kerja
Z = Kinerja manajerial
e = error
18
Penulis tidak mencantumkan penjelasan mengenai penggunaan alat anailisis. Seharusnya
penulis menjelaskan sebagai berikut:
Uji asumsi ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas.
Kebanyakan data cross section mengandung situasi heterokedastisitas, karena data tersebut
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Ada beberapa
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas, akan tetapi dalam penelitian ini
menggunakan metode grafik plot dan uji Glejser.
19
Metode grafik plot dilakukan dengan mendiagnosa diagram plot residual. Plot residual
dibandingkan dengan nilai prediksi. Dalam hal ini, jika tidak adapola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas atau dif bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
(Imam Ghozali, 2002).
Sedangkan uji Glejser adalah untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen, dan jika variabel independennya signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi heterokedastisitas, dan sebaliknya jika tidak ada variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada
indikasi terjadi heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2002.)
b) Uji Normalitas.
Uji asumsi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya berdistribusi normal atau tidak (Imam Ghozali,
2002). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data yang normal atau mendekati
normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan
khususnya pada sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan
data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
20
Kerangka konseptual pada jurnal :
7. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh komitmen organisasi (X2) pada kepuasan
kerja (Y) diperoleh taraf signifikansi 0,000 < 0,05 dengan koefisien beta sebesar 0,608
sehingga hipotesis yang menyatakan komitmen organisasi berpengaruh pada kepuasan
kerja terbukti.
21
sebesar 0,172, sehingga pernyataan hipotesis yang partisipasi penganggaran berpengaruh
pada kinerja manajerial terbukti.
Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh komitmen organisasi (X2) pada kinerja
manajerial (Z) melalui kepuasan kerja (Y) diperoleh taraf signifikansi 0,032 < 0,05 dengan
koefisien beta sebesar 0,389. Angka tersebut membuktikan komitmen organisasi
berpengaruh pada kinerja manajerial melalui kepuasan kerja. Berdasarkan angka tersebut
dapat dinyatakan komitmen organisasi dapat mempengaruhi kinerja manajerial baik
langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan hasil perhitungan pada pengaruh kepuasan kerja (Y) pada kinerja
manajerial (Z) diperoleh taraf signifikansi 0,000 < 0,05 dengan koefisien beta besar
0,639, sehingga hipotesis yang menyatakan kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja
manajerial terbukti.
22
8. Kesimpulan
9. Saran
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan. Diantara
keterbatasan tersebut adalah tidak dilakukannya metode wawancara dalam penelitian.
Respondenmeminta agar kusioner ditinggalkan, sehingga peneliti tidak bisa
mengendalikanjawaban responden. Oleh karena itu, jawaban yang diberikan oleh responden
belum tentu menggambarkan keadaan sebenarnya. Jumlah populasi penelitian yang tidak
begitu besar kemungkinan mempengaruhi kemampuan hasil penelitian. Data yang dianlasis
dalam penelitian ini menggunakan instrument berdasarkan jawaban responden.
23
Penulis menyarankan penambahan variabel intervening tetapi tidak direkomendasikan
variabel apa. Seharusnya penulis merekomendasikan secara lengkap, sebagai berikut :
24