Anda di halaman 1dari 8

PJJ Daring Dan Luring

Irwin Syah Putra (1914080008)

Rio Erwan Pratama, Sri Mulyati, Pembelajaran Daring dan Luring pada Masa Pandemi Covid-
19, Gagasan Pendidikan Indonesia, Vol.1, No.2, 2020, pp. 49-59

PJJ Daring
Dan Luring

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah


pembelajaran dengan menggunakan
suatu media yang memungkinkan
terjadi interaksi antara pengajar dan
pembelajar

pembelajaran pembelajaran
intervensi atau
jarak jauh fisika jarak jauh fisika
solusi
secara Daring secara Luring

guru
menerapkan
Penyebab Penyebab intervensi atau
Implikasi pembelajaran Implikasi
masalah masalah solusi
secara luring
atau tatap muka

kendala dalam
pembelajaran daring yaitu guru menyampaikan orang tua
peserta didik
terkadang siswa yang tidak materi dgn kurang
kurang pembelajaran memberikan materi
mengerjakan tugas dengan menggunakan media memantau siswa
memahami yang di lakukan pembelajaran dengan
alasan tidak memiliki atau model saat
materi yang di tidak efektif kreatif dan inofatif
fasilitas teknologi yang pembelajaran yang pembelajaran di
ajarkan
mendukung seperti kreatif agar tidak bosa rumah
smartphone, tidak adanya
sinyal dan tidak ada kuota
atau pulsa yang memadai.
kompetensi bekerja sama antara
kompetensi guru menerangkan
yang di guru dan wali murid
murid mudah yang di materi pembelajaran
harapkan tidak untuk membimbing
guru masih ada bosan dan jenuh harapkan tidak degan bahasa yang
bisa tercapai dan memantau siswa
yang tidak bisa bisa tercapai mudah di pahami siswa
degan maksimal saat belajar di rumah
menggunakan
teknologi

peserta didik
banyak nya pendidik bekarja sama
mersa bosan dan
murid yang dgn orang tua untuk
jenuh saat nilai siswa bisa
tidak memahami mengantrol siswa saat
melakukan menjadi jelek
materi yang di mengerjakan tugas di
pembelajarn
berikan rumah
daring
Keterampilan Abad 21

Irwin Syah Putra (1914080008)

Kurniawan, S. (2019). Tantangan Abad 21 bagi Madrasah di Indonesia. Intizar, 25(1), 55-68.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., Nyoto, A., & Malang, U. N. (2016). Transformasi pendidikan
abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 26, pp. 263-278

Keterampilan Abad 21

Keterampilan abad ke-21 merupakan


keterampilan penting yang harus dikuasai
oleh setiap orang agar berhasil dalam
menghadapi tantangan, permasalahan,
kehidupan, dan karir di abad ke-21

Penyebab Implikasi Intervensi

Abad 21 di tandai sebagai abad Implikasi dari masalah keterampilan abad 21


keterbukaan artinya kehidupan ini adalah pendidikan menjadi sangat penting Solusi yang bisa di lakukan untuk
manusia di abad ini banyak mengalami bagi peserta didik dengan memiliki mengatasi masalah keterampilan
perubahan. Selain itu abad 21 meminta keterampilan belajar dan berinovasi, abad 21 :
sumber daya manusia yang berkualitas keterampilan menggunakan teknologi dan
yang di hasilkan oleh lembaga yang informasi. Selain implikasi masalah yang
dikelola secara profesional sehingga dari ketrampilan abad 21 :
menghasilkan hasil yang unggulan.
Selain itu abad 21 menuntut manusia
berbagai terobosan dalam berfikir,
penyusunan konsep, dan tindakan- 1. Karena keterampilan abad 21 ini
tindakan. Dengan kata lain diperlukan menuntut peserta didik untuk mampu
keterampilan yang baru untuk berpikir kritis maka cara kita sebagai guru
menghadapi tantangan tersebut. Abad 1. Menuntut peserta didik untuk mengarahkan dan membimbing peserta
21 di tandai dengan perkembangan mampu berpikir kritis dalam didik untuk bisa berpikir kritis.
teknologi informasi yang semakin pemecahan masalah
pesat serta perkembangan otomasi. Jadi
abad 21 inj sudah merubah total baik
manusia maupun dunia pendidikan.
Dan abad 21 dikenal dengan masa
pengetahuan, yang mana di era ini
semua alternatif upaya pemenuhan 2. Melatih daya pikir peserta didik dan
kebutuhan hidup dalam berbagai memberikan semangat agar peserta didik
2. Menuntut peserta didik mampu bisa mengembangkan kreativitas dan
konteks lebih berbasis pengetahuan. berkomunikasi dan bekerja sama mampu untuk memberikan inovasi
serta berkolaborasi secara efektif. inovasi baru

3. Melatih dan mengajak peserta didik


3. Menuntut peserta untuk untuk lebih banyak banyak membaca.
mampu mengembangkan Yang mana dengan melatih literasi peserta
kreativitas dan berinovasi didik maka pengetahuan peserta didik pun
akan bertambah
Literasi sains

Irwin Syah Putra (1914080008)

Milanto, S., Zainuddin, A., & Setyarsih, W. Profil Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik
SMA di Kabupaten Pamekasan Dalam Bahasan Fluida Statis..

Muhajir, S. N., Lestari, P. R., & Rahayu, N. S. (2021). Tingkatan Literasi Sains Mahasiswa
Calon Guru Fisika. Jurnal Pendidikan UNIGA, 15(1), 378-384.

Litersi Sains

Literasi sains menurut PISA adalah


kemampuan menggunakan kemampuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, menarik
kesimpulan berdasarkan bukti dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktifitas manusia (PISA,
2012)

penyebab masalah Implikasiinya intervensi atau solusi

Di Indonesia, kemampuan literasi kemampuan awal literasi sains


sains peserta didik saat ini masih siswa atau peserta didik tidak siswa pendidikan fisika sebagian
dalam kategori rendah. terbiasa untuk memecahkan besar berada pada kategori
Berdasarkan hasil PISA khusus masalah dengan terlibat langsung rendah, kemudian setelah di
nya pada mata pelajaran fisika dan membaca berbagai sumber. berikan perlakuan berupa problem
penyebabnya karena kurang siswa tidak mendapatkan solving labroratory siswa
dilatihnya peserta didik dalam pengalaman belajar yang nyata memiliki tingkat literasi sains
menerapkan, menganalisis, dan sehingga konsep materi yang yang lebih beragam
mengevaluasi konsep fisika dalam dipahami oleh mahasiswa tidak
memecahkan permasalahan di maksimal.
kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut disebabkan ketersediaan
soal-soal yang berbasis literasi
sains masih sangat terbatas
memberikan metode-metode atau
model-model pembelajarn yang
mudah di pahami siswa untuk
kompetensi yang di harap kan dapat memahami materi yang di
tidak dapat tercapai secara ajarkan
maksimal
PISSA

Irwin Syah Putra (1914080008)

Andi Pratiwi Irwan, Usman, Bunga Dara Amin, Analisis Kemampuan Literasi Sains Pesrta
Didik Ditinjau Dari Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika Di Sman 2 Bulukumba, Jurnal Sains
dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid 15, Nomor 3. Desember 2019, Hal: 17 – 24
Milanto, S., Zainuddin, A., & Setyarsih, W. Profil Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik
SMA di Kabupaten Pamekasan Dalam Bahasan Fluida Statis

Beberapa penelitian yang relevan menyebutkan faktor utama rendahnya kemampuan literasi
sains peserta didik khususnya dalam bidang fisika karena kurang dilatihnya peserta didik
dalam menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi konsep fisika dalam memecahkan
permasalahan di kehidupan sehari-hari. Hal tersebut disebabkan ketersediaan soal-soal yang
berbasis literasi sains masih sangat terbatas

kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia masih


sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara
Penyebab lain

lingkungan dan iklim belajar disekolah mempengaruhi variasi skor literasi


siswa. Demikian juga keadaan infrastruktur sekolah, sumber daya manusia
sekolah dan tipe organisasi serta manajemen sekolah, sangat signifikan
pengaruhnya terhadap prestasi literasi siswa

PISA merupakan sistem ujian yang Pembelajaran Tidak kontekstual Permasalahan utama dalam pembelajaran sains yang
diinisasi oleh Organisation for sampai saat ini belum mendapat pemecahan secara tuntas adalah adanya anggapan
Economic Cooperation and pada diri peserta didik bahwa pelajaran ini sulit dipahami dan dimengerti
Development (OECD), untuk
mengevaluasi sistem pendidikan dari
72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga
tahun PISA 2018 menetapkan Indonesia berada pada urutan ke 70 dari 78 negara peserta Selama hampir 20
tahun terakhir sejak PISA merilis hasil kemampuan literasi sains peserta didik di seluruh dunia, Negara
Implikasi Indonesia selalu berada pada urutan bawah. Hal ini menunjukan bahwa kualitas pembelajaran sains di
Indonesia jauh di bawah negara-negara anggota OECD
PISSA

1) perkembangan literasi berjalan sesuai


dengan tahap yang dapat diprediksi

2) program literasi yang baik bersifat


dapat berimbang

3) program literasi teritegrasi dengan


kurikulum

4) kegiatan membaca dan menulis


dilakukan kapanpun

5) kegiatan literasi mengembangkan


Intervensi atau budaya lisan
solusi
6) kegiatan literasi perlu
mengembangkan kesadaran
terhadap keberagaman

memaparkan bahwa dalam menjelaskan


fenomena secara ilmiah dibutuhkan
pengetahuan peserta didik tetang konten sains
khususnya fisika,

PISA memberikan
kerangka pembangun sedangkan dalam mengevaluasi dan
penilaian literasi sains mendesain penelitian ilmiah,
yang melibatkan tiga
kompetensi
maupun dalam menginterpretasi data
dan bukti secara ilmiah peserta didik
membutuhkan pengetahuan
prosedural dan pengetahuan
epistemik
TIMSS

Irwin Syah Putra (1914080008)

Hamid, I., Abdullah, H., & Khaeruddin, K. (2021, July). Pengembangan Tes Pengetahuan Metakognitif Berbasis
Fisika Dengan Model Two-Tier Multiple Choice. In Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs Universitas Negeri
Makassar (Vol. 3, pp. 110-113).

TIMSS

(TIMSS) merupakan evaluasi berskala


internasional yang paling mutakhir
yang diselenggarakan di 50 negara
untuk mengukur kemajuan dalam
pembelajaran matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)

Penyebab Implikasi Itervensi / Solusi

kemampuan siswa Rendahnya kemampuan memecahkan masalah pada mata


Soal Timss Indonesia berdasarkans pelajaran fisika disebebakan oleh beberapa faktor salah satu
Memiliki Indeks survei TIMSS 2011 lebih diantaranya Kemampuan pemecahan masalah yang harus
Kesukaran Tinggi ke arah tingkat rendah dimiliki oleh siswa adalah kemampuan memahami masalah,
menyusun langkah penyelesaian dan menafsirkan solusi yang
didapat

Salah satu penyebab TIMSS 2015 Indonesia


rendahnya perstasi dan hasil berada di peringkat 44 Lingkungan keluarga siswa dan sikapnya terhadap matematika dan
belajar fisika peserta didik dari 49 negara IPA
indonesia disebabkan umumnya siswa dari lingkungan keluarga dengan sumber-sumber
karena rendahnya pendidikan yang tergolong tinggi paling tidak tiga jenis alat belajar:
kemampuan peserta didik komputer, meja belajar, dan kamus
dalam memecahkan
masalah

Kurikulum.
Indoneia harus memiliki kurikulum nasional sebagai acuan pendidikan.
Penggunaan sistem tes dan asesmen untuk menyokong implementasi
kurikulum, pengembangan kurikulum, dan keperluan policy makers

Konteks dan praktek pembelajaran


Pembelajaran disekolah hendaknya lebih bermakna guru-guru
mempersiapkan pembelajaran dengan persiapan yang optimal, dan
melakukan pembelajaran dengan menggunkan strategi, metode yang
melibatkan siswa sehingga dapat membantu siswa dalam memahami
konten atau konsep yang jelas

Faktor sekolah
Pada umumnya siswa di sekolah dengan fasilitas belajar yang baik memiliki
kemampuan rata-rata yang baik pula dibandingkan dengan sekolah dengan
fasilitas kurang
KPS

Irwin Syah Putra (1914080008)

Erina, R., & Kuswanto, H. (2015). Pengaruh model pembelajaran instad terhadap keterampilan
proses sains dan hasil belajar kognitif fisika di SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 202-
211.

Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Sains adalah


kemampuan seseorang untuk memecahkan
masalah dunia sains yang dimulai dari
memahami masalah, merumuskan
hipotesis, merancang percobaan,
membuktikan hipotesis, mengumpulkan
data dan menarik kesimpulan.

permasalahan implikasi intervensi

Implikasi yang ditimbulkan oleh masalah


keterampilan proses sains ini adalah materi Upaya yang bisa di berikan oleh pendidik untuk bisa
yang di berikan oleh pendidik kurang di mengatasi masalah tadi adalah pendidik menciptakan
Setiap pendidik selalu pahami oleh peserta didik. Peserta didik suasana belajar yang bersemangat sehingga dengan
mengharapkan hasil belajar bosan dengan pembelajaran. Karena begitu semangat belajar peserta didik menjadi ada.
peserta didik yang baik namun pendidik kurang tepat dalam memilih model
pada kenyataannya tidaklah pembelajaran yang cocok untuk mata
seperti yang diharapkan karena pelajaran fisika.
masih rendahnya hasil Kognitif
peserta didik. Hal ini disebabkan
oleh pemilihan metode Pendidik harus berpikir bagaimana cara
pembelajaran fisika yang kurang agar memancing semangat peserta didik
menarik sehingga membuat Peserta didik tidak bersemangat dan tidak nya dalam belajar.
peserta didik menjadi kurang antusias dalam belajar fisika karena
paham dengan materi yang pendidik kurang mampu menciptakan
diberikan suasana belajar dikelas yang menarik dan
bersemangat.

Dan pendidik memberikan berupa reward atau hadiah bagi


peserta didik yang mampu menjelaskan kembali materi,
atau mampu menjawab pertanyaan yang di ajukan Karena
dengan begitu keterampilan Kognitif peserta didik akan
terlatih dan keterampilan manual dan juga keterampilan
sosial nya pun juga terlatih.

Dan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing


yang mana model pembelajaran ini sudah banyak di gunakan
dan hasil belajar yang diharapkan tercapai dengan baik dan
mengalami peningkatan yang baik juga. Inkuiri terbimbing
ini mengajarkan peserta didik untuk mengajarkan siswa
untuk memanfaatkan waktu dan menggunakan alat-alat
seperti bahan-bahan dan peralatan yang yang mereka
butuhkan selama percobaan, dan kemudian melakukan
percobaan untuk membuktikan dan mencari tahu sendiri
solusi untuk masalah yang ada. Inkuiri terbimbing pada
proses pembelajaran berlangsung secara terstruktur dengan
melibatkan perpaduan antara pengetahuan baru dipelajari
dengan pengetahuan lama yang telah dipelajari sebelumnya,
seperti: mengidentifikasi, mengeneralisasi, menyimpulkan,
dan memecahkan masalah.
Generasi Z, Alpha, dan Digital

Irwin Syah Putra (1914080008)

Fuadah, Y. T. (2021). PERAN ORANGTUA MILENIAL DALAM PENGGUNAAN SOSIAL


MEDIA PADA ANAK USIA DINI. Jurnal An-Nur: Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan dan
Keislaman, 7(01), 121-132.
Pea, J. I., Walidain, S. N., Hermansyah, H., Fitriyanto, S., & Darmanto, D. (2021). MEDIA
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS TIK TOK UNTUK MEMBANTU PEMECAHAN
MASALAH DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK. Jurnal Riset Kajian
Teknologi dan Lingkungan, 4(1), 247-252.
Nurrohman, A. (2021, July). Analisis Edugame Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran
Di Sekolah Dasar. In SINASIS (Seminar Nasional Sains) (Vol. 2, No. 1).
Generasi Z, Alpha, dan Digital

Generasi Z Generasi Alpha Generasi digital

intervensi penyebab implikasi intervensi


penyebab implikasi intervensi permasalahan implikasi
/solusi
Perkemban
Generasi ini
untuk meningkatkan gan
sebagian besar hanya tidak
kemampuan pemecahan keteladanan orang tua teknologi
peserta didik mau dikekang
kurangnya masalah peserta didik seperti kegiatan harus bisa dewasa ini
tampak kurang dan mereka Permasalahan
motivasi khususnya pada pembelajaran orang tua menjadi harus
berminat lebih terfokus itu terjadi
peserta didik fisika, peserta didik dapat membaca dan teladan dan disikapi
kepada karena tidak
dalam belajar mencari informasi atau rujukan Permasalahan menulis, contoh dengan
teknologi yg adanya teguran
yang belajar baik secara mandiri yang muncul, di kegiatan langsung bijaksana
mereka miliki, dri orang tua
membuat maupun kelompok dan butuh saat fasilitas bercerita bersama dalam oleh dunia
jika bekerja kepada
kurang bergairah kemandirian penggunaan media internet sudah anak, bercerita kesehariann pendidikan
generasi ini anaknya
dan cenderung belajar pada pembelajaran yang tepat dan terbuka lebar sebelum tidur, ya serta tidak fokus sehingga
tidak aktif. peserta didik efektif, disesuaikan dengan dan sudah kebiasaan orang menjadikan kama lebih anaknya
kurang perkembangan teknologi tersedia di tua untuk kegiatan banyak terpaku kepada
sehingga dapat diharapkan rumah-rumah, membacakan dan literasi bermain dari teknologi yang
memberi pengaruh yang besar makakekhawatiran menyebutkan sebagai pada bekerja Salah satu
dimilikinya
terhadap proses penyerapan yang menjadi huruf-huruf yang bagian upaya
tanpa mengenal
materi atau pemahaman ancaman adalah di temui di penting waktu tersebut
Karna Generasi Z peserta didik bahwa anak-anak sekitar anak dari adalah
adalah generasi lebih menyukai masihlah kurang pribadinya dengan
yang selalu memili bermain gadget mengintegr
akses dan atau game asikan
ketergantungan daripada teknologi
para pendidik harus siap
terhadap teknologi Kurangnya meninggalkan pola
membaca, padahal dalam
gadget dan keaktifan membaca media
peserta didik pendidikan jadoel, dan merupakan Orang tua dan guru
pelacakan pendidik siap menjadi disekolah selalu pembelajara
informasi secara untuk jendela dunia rendahnya n
mencari manusia pembelajar, harus bekerjasama dalam
acak. Tidak dapat menerima beradaptasi, dan minat literasi membimbing anak
dipungkin diera ini sumber anak terutama
belajar yang mengikuti perubahan jaman terutama dalam
sebagian besar Siswa harus d ajar untuk dalam hal mendorong dan
kehidupan lain membentuk,
mengakibatk mampu memecahkan meningkatkan
memiliki masalah, beradaptas: membuat kata- aktivitas belajar.
ketergantungan an kurangnya kata sederhana
minat belajar kolaborasi, kepemimpinan
pada internet dan merangkai
Teknologi peserta didik dan kreatifitas serta ingvasi. huruf menjadi
menjadi Pendidikan nantinya akan
merambah dalam kembali pada hal-hal kata
seluruh bidang rendah
kemanusiaan mendasar
kehidupan sehari saperti melatih soal rasa,
hari memperkenalkan Internet
berpikir kreatifitas, sikap dengan bijak sesuai dengan
kritis, kolaborasi, usia mereka dan menemani
mengetahui benar salah dan serta mengawasi anak
karakter. dalam menggunakan
teknologi canggih
Hakikat IPA

Irwin Syah Putra (1914080008)

Zuhriyati, Z., Indrawati, I., & Subiki, S. (2021). Penerapan Model Inquiry Dengan Teknik Mind
Mapping Dalam Pembelajaran Ipa-Fisika Di Mts. JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA 3(1)
10-6

Hakikat IPA

hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang


disajikan secara menyeluruh/holistik untuk
mempelajari alam dan gejala-gejalanya atas
dasar unsur sikap, proses, produk, dan
kaitannya dengan teknologi dan masyarakat

Penyebab Implikasi Intervensi

Dikarenakan selama Upaya yang bisa dilakukan untuk


Hakikat IPA bisa dilihat dari hakikat pembelajaran fisika pendidik mengatasi masalah tadi adalah guru
sains. Yang mana hakikat sains itu hanya memberikan materi perlu menerapkan model dan teknik
sendiri adalah produk, proses, dan dengan metode ceramah saja pembelajaran yang bisa melaksanakan
sikap. Tetapi pada kenyataannya maka hal tersebut lah yang ketiga hakikat IPA dan mampu melihat
pendidik selama ini pendidik selama membuat peserta didik tidak hubungan antara dua konsep benar atau
pembelajaran fisika lebih banyak memiliki keterampilan salah nya Membuat peserta didik
ceramah dalam menyampaikan materi keterampilan proses dan sikap - menjadi termotivasi belajar Fisika.
fisika sebagai produk saja. Sehingga sikap ilmiah.
peserta didik kurang berlatih dalam
mengembangkan daya pikir nya dalam
pengaplikasian konsep dalam
kehidupan nyata. Dengan demikian Menerapkan model
masalah utama dalam pembelajaran pembelajaran inkuiri yang mana
fisika adalah tidak terlaksana nya IPA model pembelajaran ini mengacu
Fisika secara utuh sebagai produk, Dan membuat peserta didik kepada proses pembelajaran IPA
proses, dan sikap serta terjadinya salah menjadi bosan belajar fisika Fisika.
konsep pada fisika. Sehingga membuat hasil belajar
fisika Indonesia di kategori
rendah. Dan sering terjadi
kesalahan konsep

Membuat peserta didik untuk aktif dalam


belajar. Selain bisa menerapkan model
pembelajaran inkuiri bisa iuga denga
menerapkan teknik pembelajaran mind
mapping. Karena dari beberapa penelitian
bahwa mind mapping juga mampu
meningkatkan keterampilan yang di miliki
peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai