Anda di halaman 1dari 142

PENGARUH PENGGUNAAN NAZAM JAZARIYAH TERHADAP

KEMAMPUAN BACAAN QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN


AL-QUR’ANIYYAH TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Sam Rizqi Ramadhan

1113011000080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK
Sam Rizqi Ramadhan (1113011000080). Pengaruh Penggunaan Nazam
Jazariyah Terhadap Kemampuan Bacaan Qur’an Santri Di Pondok
Pesantren Al-Qur’aniyyah Tangerang Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi serta menganalisis dari
dampak Penggunaan nazam jazariyah terhadap kemampuan bacaan Qur’an santri
di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah Tangerang Selatan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Dalam pelaksanaan
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode uji regrei linier sederhana.
Adapun teknik pengumpulan data menggunakan angket, dan observasi. Angket
dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert pada nazam dan model
angket dikotomi pada kemampuan bacaan Qur’an berdasarkan indikator-indikator
nazam jazariyah dan kemampuan bacaan Qur’an. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah
responden sebanyak 35 orang.
Hasil analisis data membuktikan bahwa nazam jazariyah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bacaan Qur’an yakni sebesar
27,8% dengan tingkat kolerasi yang cukup tinggi yakni sebesar 52,7% dengan
tingkat kelinieran sebesar 93,5%. Dan arah pengaruh yang diberikan nazam
jazariyah terhadap kemampuan bacaan Qur’an santri ialah arah pengaruh positif.
Sehingga nazam jazariyah memberikan dampak positif terhadap kemampuan
bacaan Qur’an santri. Rata-rata hasil tes kemampuan bacaan Qur’an santri pun
cukup memuaskan dengan perolehan nilai sebesar 80,9 atau 81 dan frekuensi
terbesar diraih oleh nilai terbesar pula yakni 100 dengan responden sebanyak 11
orang atau 31% dari jumlah sampel. Penggunaan nazam dalam pendidikan agama
Islam sudah menjadi tradisi ulama terdahulu guna memudahkan pembelajarannya.
Sehingga nazam jazariyah ini diharapkan akan mampu meningkatkan kemapanan
santri dalam membaca Al-Qur’an.

Kata kunci: Nazam Jazariyah, Kemampuan Bacaan Qur’an Santri

i
ABSTRACT
Sam Rizqi Ramadan (1113011000080). The Influence Of The Use Of Nazam
Jazariyah On The Ability Of Reading Qur'an In The Al-Qur'aniyyah
Pondok Pesantren Tangerang Selatan.
This study aims to dig information and analyze the impact of the use of the
nazam jazariyah to the student’s ability of reading Qur'an students in Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah South Tangerang.
This research is a kind of quantitative research. In the implementation of this
research, the method used is simple linear regrei test method. The data collection
techniques used questionnaires, and observations. Questionnaires in this study
using Likert scale model on nazam and questionnaire dichotomy model on the
ability of reading Qur'an based on the indicators of jazariyah nazam and the
ability of reading Qur'an. Sampling technique in research using purposive
sampling technique with the number of respondents as many as 35 people.
Result of data analysis proves that jazariyah nazam gives significant
influence to the ability of reading Qur'an that is equal to 27,8% with high enough
level of correlation that is equal to 52,7% with level of linear equal to 93,5%. And
the direction of the influence that is given nazam jazariyah to the reading ability
of the Qur'an santri is the direction of positive influence. So that jazariyah nazam
gives a positive impact on reading ability of Qur'an santri. The average result of
reading ability of Qur'an santri was quite satisfying with the acquisition value of
80,9 or 81 and the biggest frequency was reached by the biggest value that is 100
with the respondent as many as 11 people or 31% from the total sample. The use
of nazam in Islamic religious education has become a tradition of previous
scholars to facilitate learning. So that jazariyah nazam is expected to be able to
improve the establishment of santri in reading the Qur'an.

Keywords: Nazam Jazariyah, Ability of Qur'an Reading

ii
KATA PENGANTAR

‫الرِح ِيم‬ َّ ‫بِ ْس ِم اللَّ ِه‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan
petunjuk dan bimbinganNya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
program Sarjana Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya, para tabi’in dan pengikut setianya, semoga kita tetap konsisten berada
dalam sunnahnya.
Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai usaha untuk aplikasi hasil belajar.
Walaupun penyusunan skripsi ini dilakukan maksimal, namun penulis menyadari
keterbatasan penulis sebagai manusia yang tak luput dari ketidak sempurnaan.
Kajian lebih lanjut dan kontribusi pemikiran-pemikiran dari pihak-pihak yang
lebih kompeten senantiasa penulis dengan tangan terbuka menerima segala saran
maupun masukan yang bersifat membangun, demi lebih matangnya daya analisa
dan pengetahuan penulis ke masa depan. Semoga tulisan ini memberikan
kontribusi yang berarti bagi perkembangan pemikiran tentang pendidikan,
terutama Pendidikan Agama Islam.
Dengan kerendahan hati, izinkanlah penulis menyampaikan untaian kata
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
dalam mengerjakan skripsi ini baik dalam bentuk materi, spirit, do’a maupun yang
lainnya, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
4. Muhammad Zuhdi, Ph. D. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, memberi nasehat kepada penulis dengan ikhlas
demi keberhasilan penulis. Semoga keberkahan hidup senantiasa mengiringi,
dan senantiasa dalam lindunganNya.
5. Dr. Bahrissalim, MA. Selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
meluangkan waktunya untuk penulis berkonsultasi dan memberi motivasi
demi keberhasilan penulis. Semoga keberkahan hidup senantiasa mengiringi,
dan senantiasa dalam lindunganNya.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dari awal hingga akhir
perkuliahan. Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.
7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Bu Isti selaku Staf Jurusan
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi
kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang penulis
butuhkan.
9. Dr. KH. Muhammad Sobron Zayyan, SQ, MA. selaku Pimpinan Umum
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah yang telah mempersilahkan peneliti untuk
meneliti lembaga Pondok Pesantren yang dipimpinnya. Semoga beliau sehat
dan berkah selalu amin.
10. Para ustadz, staff dan karyawan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah yang telah
membantu dan mendukung peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
Khususnya kepada para ustadz tahsinul qiro’ah yang sedia untuk membantu
mengetes bacaan Qur’an santri.
11. Ayahanda Samlani yang juga selaku Ketua RT 001 Kp. Ceger dan Ibunda
Suryani, adik tersayang Mega Pahdiyani dan Laila Rahmawati, beserta
keluarga yang selalu mendoakan penulis, yang telah mencurahkan kasih
sayangnya kepada penulis, memberikan dukungan moril maupun materil serta

iv
doa kepada penulis dalam menyelesaikan jenjang pendidikan di Perguruan
Tinggi ini. Mudah-mudahan Allah SWT selalu meridhoi perjuangan beliau
dan memberi keberkahan untuknya. Aamiin Yaa Robbal’alamiin.
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2013,
terutama kelas B “CABHE” yang telah berjuang bersama-sama. Saling
membahu dan bekerjasama dengan begitu kompaknya.
13. Sahabat dan teman teristimewa Ustadz Syamsul Bahri, Ustadz Baihaqi,
Ustadz Zudin Maulana, S. Pd., Ustadz Saifullah, Alfian Nur Dafiq, M. Zaki
Farhani, A. Syibaweh, Suhandi, A. Munandar, Amirullah, Iwan dan lainnya
yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis.
14. Thanks a lot to my beloved mam, who had supported me and love me like her
child. Mam Inge Sjamsul, mam Diana Thomas, mam Anne, and mam
Angelica. Our english tutor mrs. Henrike Klavert and mrs. Irrina and all of
PMD families who had care and supported me.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan
bantuan, bimbingan, semangat dan doa yang telah diberikan menjadi pintu
datangnya ridho dan kasih sayang Allah di dunia dan di akhirat kelak. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua khususnya bagi penulis, umumnya kepada
semua pembaca.

Jakarta, 03 Januari 2018


Penulis

Sam Rizqi Ramadhan

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM & GRAFIK ......................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............................. 11
A. Kemampuan Bacaan Qur’an .................................................................... 11
1. Kemampuan Bacaan............................................................................... 11
2. Al-Qur’an ............................................................................................... 12
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Bacaan Qur’an .................... 16
B. Nazam Jazariyah ........................................................................................ 26
1. Definisi Nazam....................................................................................... 29
2. Unsur-unsur Nazam ............................................................................... 32
C. Tajwid ......................................................................................................... 35
1. Definisi Tajwid....................................................................................... 35
2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid ......................................................... 36
3. Ruang Lingkup Ilmu Tajwid .................................................................. 37
4. Peletak Dasar Ilmu Tajwid ..................................................................... 38
D. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 40
E. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 43

vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 44
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 44
B. Metode Penelitian......................................................................................... 44
C. Variabel Penelitian ....................................................................................... 45
D. Populasi dan Sampel .................................................................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 47
F. Instrumen Penelitian..................................................................................... 48
G. Teknik Analisis Data .................................................................................... 51
H. Hipotesis Statistik ........................................................................................ 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 60
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren AL-QUR’ANIYYAH ................. 60
1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah ........................................... 60
2. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah ................................. 62
3. Kurikulum Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah ...................................... 62
4. Struktur Organisasi Pesantren Al-Qur’aniyyah ..................................... 67
B. Deskripsi Data ............................................................................................ 90
1. Variabel X .............................................................................................. 72
2. Variabel Y .............................................................................................. 77
C. Uji Persyaratan Analisis ............................................................................ 81
1. Uji Normalitas Residul .......................................................................... 81
2. Uji Linieritas ......................................................................................... 83
3. Uji Heteroskidastisitas Residual............................................................ 84
D. Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan ..................................................... 86
1. Uji Hipotesis Penelitian......................................................................... 86
2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 90
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 91
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 93
A. Kesimpulan ................................................................................................. 93
B. Implikasi ..................................................................................................... 94

vii
C. Saran ........................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 97
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Kemampuan bacaan Qur’an santri ....................................... 49


Tabel 3.2 Instrumen Nazam .................................................................................. 50
Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Realibilitas Instrumen ........................................... 53
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Bacaan Qur’an ................. 53
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Bacaan Qur’an ............. 54
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Nazam Jazariyah ................................... 55
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Nazam Jazariyah................................ 55
Tabel 3.8 Daftar Analisis Varians Untuk Uji Kelinieran dan Signifikasi Regresi 58
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Santri .......................................................................... 64
Tabel 4.2 Kitab atau Buku Ajar Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah .................... 65
Tabel 4.3 Pemetaan Responden ............................................................................. 72
Tabel 4.4 Daftar Nilai Tes Kompetensi Bacaan Qur’an Santri ............................. 74
Tabel 4.5 Kelas Interval Kemampuan Bacaan Qur’an Santri ............................... 76
Tabel 4.6 Daftar Skor Nazam Jazariyah ................................................................ 78
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Residual............................................................... 83
Tabel 4.8 Hasil Uji Linieritas ................................................................................ 84
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedsatisitas Absolut Residual Glejser ....................... 86
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Output Model Summary ........................................... 87
Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi dengan Uji t .............................................................. 88

ix
DAFTAR DIAGRAM DAN GRAFIK

Diagram 4.1 Diagram Kelas Interval Kemampuan Bacaan Qur’an Santri ............ 76
Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas Residual ............................................................... 82
Grafik 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 85

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat
manusia di seluruh dunia, Ia merupakan kunci hidup selamat di dunia dan akhirat,
Ia juga mukjizat yang agung yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW,
Ia lah kitab suci yang paling sempurna dan tiada duanya, Ia lah kitab yang suci
nan murni ajarannya dari intervensi dan investasi manusia, Ia lah muara segala
pengetahuan, Ia lah kitab yang ajarannya paling rasional dan sesuai dengan fitroh
manusia. Maka untuk meraih kunci kesempurnaan tersebut hal yang pertama kali
ditunaikan adalah membacanya, kemudian difahami, dan diamalkan. Karena
memang Al-Qur‟an itu sendiri menurut etimologi adalah “bacaan”. Namun
uniknya kitab suci Al-Qur‟an ini ialah, bahwa Al-Qur‟an tidak cukup hanya
dibaca dengan dialektika bahasa Arab sebagaimana biasanya, ada kaedah khusus
yang menjadikan kalam/ayat Al-Qur‟an berbeda dengan manuskrip arab biasa
ketika di lantukan kalam-kalamnya. Ialah disiplin ilmu tajwid yang menjadikan
pengucapan lafadz Arab dalam Al-Qur‟an berbeda dari lafadz Arab biasanya.
Agar dapat membaca lafadz-lafadz Al-Qur‟an dengan benar maka perlulah
seseorang mempelajari Tajwidul Qiro‟at, yang dimana nanti lebih spesifiknya
disebut dengan disiplin ilmu tajwid.

Akhir-akhir ini kondisi umat islam di Indonesia khususnya, sudah cukup


mengkhawatirkan karena banyak dari umat islam itu sendiri tidak berpegang
teguh terhadap ajarannya yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Sedikit demi sedikit
Al-Qur‟an mulai ditinggalkan bahkan dilupakan, membacanya pun menjadi
barang asing dilidah kaum muslimin. Realitas ini pula yang terjadi pada sebagian
mahasiswa di fakultas Sains dan teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
sebuah perguruan tinggi yang mengkaji ilmu-ilmu keislaman.1 Padahal untuk

1
Gina Giftia AD, “Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur‟an Melalui Metode
Tamam Pada Mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Sunan Gunung Djati Bandung”,
Jurnal TEKNOIF, Vol. 3, 2014, hlm. 143

1
2

masuk pada pemahaman Al-Qur‟an maka langkah awalnya ialah dengan


membacanya, membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
tajwid. Namun semakin lama Al-Qur‟an tidak lagi menjadi rujukan penting dalam
menjalani kehidupan. Apalagi jika melihat kondisi remaja pada saat ini,
kebanyakan remaja saat ini lebih gandrung kepada musik-musik barat yang
menyuguhkan aurat dan kata-kata yang mengumbar syahwat. Mereka lebih
gandrung mempelajari lirik musik dan instrumennya dibanding mempelajari tata
cara membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar dengan kaidah tajwidnya. Oleh
karenanya sewaktu-waktu jika seorang remaja membaca Al-Qur‟an tanpa bekal
ilmu tajwid dikhawatirkan akan terjadi banyak kesalahan dalam membacanya.
Padahal Al-Qur‟an tidak melarang manusia suka terhadap hal duniawi jika itu
dalam batas yang wajar, namun miris jika umat muslim lebih fasih menyanyikan
musik-musik dibanding membaca Al-Qur‟an yang menjadi bekal dalam menjalani
kehidupan. Bahkan kemurahan Allah sudah sangat besar bagi orang yang mau
membacanya, yakni dianggap ibadah jika membaca Al-Qur‟an. Jika membacanya
saja sudah menjadi hal ibadah, bagaimana jika seseorang itu mulai mau
memahaminya lalu mengamalkannya?! Maka dapat dipastikan orang tersebut
akan bahagia didunia dan di akhirat. Namun harus kita ingat bahwa sebelum kita
bisa memahami dan mengamalkan apa yang terkandung di dalam Al-Qur‟an maka
kita harus membacanya dengan benar dan cara membacanya dengan benar dapat
kita pelajari dalam disiplin ilmu tajwid.

Di zaman yang juga serba dinamis ini membuat sebagian manusia enggan
untuk lebih lama berproses, seperti halnya membaca Al-Qur‟an. Sifat terburu-buru
ingin menguasai Al-Qur‟an menjadikan ia melupakan kaidah-kaidah yang
harusnya dikuasai lebih awal seperti ilmu tajwid, sehingga menyebabkan
kekurang optimalan terhadap pelafalan kalimat Al-Qur‟an. Karena bacaan Al-
Qur‟an yang tergolong baik dan benar adalah bacaan yang sesuai dengan aturan
kaidah ilmu tajwid. Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam menjelaskan
lebih lanjut tentang kemampaun membaca ayat Al-Qur‟an yaitu benar bacaannya,
baik dan lancar dalam melafalkan, tepat dan sesuai dari segi makhraj dan ilmu
3

tajwid.2 Oleh karena itu pentingnya ilmu tajwid sebagai gerbang menuju
pengamalan Al-Qur‟an, karena sebelum kita mengambil hikmah didalam Al-
Qur‟an maka kita haruslah terlebih dahulu mahir dalam membacanya.

Hukum mempelajari ilmu tajwid itu sendiri adalah Fardhu Kifayah,


artinya disiplin ilmu ini tidak menjadi beban setiap muslim. Namun, membaca Al-
Qur‟an dengan kaidah ilmu tajwid adalah Fardhu „Ain yang berarti membaca Al-
Qur‟an dengan baik dan benar adalah keharusan bagi setiap muslim. Hal ini
selaras dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Muzammil ayat 4.

     

“atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-
lahan”.

Dan hadits Nabi SAW yang selaras dengan ayat diatas.

َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ِ ‫و عن عب ِد‬


ِ ِ ‫اهلل بِن عم ِرو بِن الْع‬
: ‫ال‬ ِّ ِ‫اص َرض َى اهللُ َعْن ُه َما َع ِن الن‬
َ ‫َِّب‬ َ ْ َْ ْ َْ ْ َ َ
‫آخ ِر آيٍَة‬
ِ ‫ك ِعْن َد‬ ِِ ِ ِ َ ِ‫يُ َقا ُل ل‬
َ َ‫ فَِإ َّن َمْن ِزل‬,‫ِّل ِِف الدُّنْيَا‬
ُ ‫ت تَُرت‬ ْ ‫صاحب الْ ُق ْرآن اقْ َرأْ َوارتَ ْق َو َرت‬
َ ‫ِّل َك َما ُكْن‬
‫ص ِحْي ٌح‬ ٌ ْ‫ال َح ِدي‬
َ ‫ث َح َس ٌن‬ ُّ ‫ود ُاوَد َو الت ُّْرُم ِذ‬
َ َ‫ى َو ق‬ َ ُ‫تَ ْقَرُؤَىا ( َرَواهُ أَب‬

“disabdakan (oleh Nabi Muhammad SAW) kepada ahli Qur‟an, bacalah


dan peliharalah serta telitilah sebagaimana kamu teliti dalam (urusan) duniamu.
Sesungguhnya balasanmu tergantung akhir ayat yang kamu baca” (HR. Imam
Ahmad, Abu Dawud, Nasai, dan Turmudzi : Hasan Shohih)3

Dari kedua dalil tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa perintah
membaguskan bacaan maupun maknanya dengan cara diamalkan adalah menjadi
suatu yang sangat dianjurkan untuk umat muslim yang Al-Qur‟an sebagai

2
Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa
SMA, (Jakarta: 1999/2000), hlm. 73
3
An-Nawawi, Riyadhus As-Shalihin, ( Surabaya : Dar Ilm, tt), hlm. 432-433
4

pedomannya. Maka dari itu jika kita menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman
hidup kita, maka membacanya adalah hal yang wajib karena membacanya adalah
gerbang menuju pengamalan Al-Qur‟an, dan tajwid adalah kunci membaca Al-
Qur‟an dengan baik dan benar. Oleh karenanya penting sekali mempelajari ilmu
tajwid agar pelafalan lafadz-lafad dalam Al-Qur‟an sesuai dengan semestinya dan
terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam pelafalan-pelafan kalimat Tuhan. Jika
membaca Al-Qur‟an adalah wajib, maka mempelajari ilmu tata cara baca Qur‟an
adalah wajib. Sebagiamana dalam kaidah ushul fiqh diterangkan bahwa “perintah
terhadap sesuatu maka terdapat perintah pula hal yang menyampaikannya” atau
“Tidak sempurna perkara yang wajib karena menuntutnya perkara yang lain,
maka perkara yang lain tersebut menjadi wajib”

Dan para ulama fiqih pun berpendapat bahwa “jikalau seorang pembaca
Al-Qur‟an memanjangkan huruf sehingga memunculkan huruf tambahan, atau
meng-idghomkan bacaan pada bukan tempatnya, maka perkara tersebut adalah
haram karena telah menyalahi aturan bacaan yang telah ditetapkan. Maka menjaga
tata cara baca yang telah diwariskan oleh baginda Nabi Muhammad SAW adalah
wajib. Dan meninggalkannya adalah haram dan orangnya dihukumi Fasiq”.4

Dan beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang


mempelajari tajwid dan mahir dalam membaca Al-Qur‟an diantaranya adalah
sebagai berikut :

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َخْي ُرُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم‬ ِ


َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫َو َع ْن عُثْ َما َن بْ ِن َعفَّا َن َر ِض َى اهللُ َعْنوُ ق‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬

)ُ‫ارى‬ َ ُ‫الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمو‬


ُّ ‫(رَواهُ الْبُ َخ‬
“sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya”
(HR. Bukhori)5
Walaupun secara ekplisit kata tajwid tidak nampak pada hadits tersebut
namun secara implisit menunjukkan keutamaan ilmu-ilmu yang meliputi Al-

4
Muhammad bin Ali bin Khalaf al-Husaini al-Haddad, Qaulus sadid Fi Bayani Hukmi
Tajwid, (Damasq: Dar al-gautsany li ad-Dirasatil al-Qur‟aniyyah, tt), hlm, 25
5
An-Nawawi, Riyadhus As-Shalihin, ( Surabaya : Dar Ilm, tt), hlm. 431
5

Qur‟an dan sudah barangpasti tajwid termasuk didalamnya, secara tidak langsung
perintah mempelajari bahkan mengajarkan ilmu tajwid adalah bagian keutamaan
untuk manusia mencapai derajat yang mulia.
Maka dari itu banyak sekali keutamaan-keutamaan jika seseorang
membaca Al-Qur‟an kemudian membaguskannya dengan kaidah tajwid, karena
orang yang membaca Al-Qur‟an dengan menggunakan tajwid akan terhindar dari
kesalahan-kesalahan bacaan Al-Qur‟an serta dapat membaguskan makna. Sebab
dalam disiplin ilmu tajwid tidak hanya membahas tentang makharijul huruf serta
sifat-sifatnya, akan tetapi ma‟rifatil wushul dan wukufnya juga diperhatikan.
Dengan demikian bahwa jelas dengan mempelajari ilmu tajwid dan
mengamalaknnya lewat bacaan Qur‟an yang baik dan benar sangatlah penting dan
utama karena selain membaguskan bacaan juga akan membaguskan makna.
Membaca Al-Qur‟an dengan tajwid juga menjadi penting dan utama
karena menjaga keaslian pelafalan yang diwariskan oleh Rasulullah juga makna
yang terkandung didalamnya. Sebab jika salah dalam membaca dikhawatirkan
akan merubah arti dari lafadz tersebut sehingga bisa merubah maksud dan
maknanya juga. Oleh karenanya untuk mencapai keutamaan yang sempurna maka
sangatlah dianjurkan bagi seorang muslim mempelajari disiplin ilmu tajwid dan
menjadi fardhu ain bagi setiap muslim membaca Al-Qur‟an menggunakan kaidah
ilmu tajwid.
Di beberapa kesempatan peneliti mendapati gaya mengajar yang monoton,
kurang variatif dan menarik sehingga membuat beberapa santri/siswa terkesan
bosan. Namun dalam kesempatan lain pula peneliti mendapatkan pengajaran yang
cukup menarik, para siswa mengikutinya dengan antusias. Selain gaya mengajar
yang cukup humoris ternyata metode yang digunakan cukup menarik yakni
dengan menyenandungkan syi‟ir-syi‟ir yang berhubungan materi tajwid atau yang
disebut dengan nazam. Gina Giftia AD menyebutkan “ salah satu faktor
rendahnya kemampuan membaca maupun menulis Al-Qur‟an disebabkan masih
6

banyak tenaga pendidik belum dapat menggunakan metode yang tepat dan praktis
dalam menyampaikan pelajaran baca tulis Al-Qur‟an.6
Al-Qur‟aniyyah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang
mengunggulkan pengkajian seputar Al-Qur‟an. Dimana pondok pesantren ini
memiliki mata pelajaran Al-Qur‟an yang cukup banyak, khususnya di bidang
tajwid dan Qiro‟ah. Hal ini tercermin dari kurikulum yang diterapkan di pondok
pesantren Al-Qur‟aniyyah yang hampir setiap jenjang kelasnya tak luput dari mata
pelajaran tajwid. Hal berikut juga dapat dilihat dari beberapa prestasi yang telah
dicapai oleh para santrinya dalam bidang Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ).
Dalam ajang MTQ tersebut, salah satu segi yang paling disorot dan ditekankan
oleh dewan juri ialah penilain mengenai tajwidul qiro‟ah yakni ketepatan
melafalkan huruf-huruf hijaiyah, barulah variasi nada yang menjadi daya dukung
bacaannya.

Pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah yang berada di daerah Tangerang


Selatan, didirikan oleh seorang Kiyai muda yang pernah menjadi juara pada
Musabaqah Fahmil Qur‟an se-Nasional yang diadakan di Yogyakarta pada tahun
1991, ialah Kiyai Haji Dr. Muhammad Sobron Zayyan, SQ, MA. Pendiri
sekaligus pimpinan pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah tersebut. Disamping
kecerdasannya yang menonjol beliau juga mempunyai background sebagai Qori‟,
bahkan beliau mengajar langsung tentang Naghom dan Tajwid pada kelas tinggi.
Sehingga tak heran, jika pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah sangat memfokuskan
kurikulumnya untuk mengembangkan kemampuan santrinya dalam membaca Al-
Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dan salah satu
pembelajaran yang menjadi ciri khas pesantren ini ialah, pada setiap mata
pelajarannya baik nahwu, shorof, tajwid dan qiro‟ah yaitu menggunakan nazam
sebagai metodenya.

Nazam, yang dalam kamus bahasa Arab-Indonesia memiliki arti yang


sama dengan al-Syi‟ru7, merupakan sebuah karya sastra ulama yang amat

6
Gina Giftia AD, “Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur‟an Melalui Metode
Tamam Pada Mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Sunan Gunung Djati Bandung”,
Jurnal TEKNOIF, Vol. 3, 2014, hlm. 143
7

bermanfaat dalam ilmu pengetahuan. Hampir dalam setiap bidang ilmu khususnya
yang berbau agama Islam biasanya ulama mengarang atau membuat nazam untuk
memudahkan pembelajarannya. Seperti yang sudah tidak asing lagi bagi kalangan
santri khususnya, bahwa nazam Alfiyah merupakan salah satu contoh nazam yang
dikarang untuk bidang nahwu, merupakan karya sastra yang digandrungi hampir
disetiap pesantren guna untuk memudahkan menghafal dan mempelajarinya. Kita
mengenal juga nazam Nihayatut Taqrib dalam bidang fiqih, begitupun dalam
bidang tajwid kita juga mengenal matan jazariyah yang mana konten atau isinya
menggunakan nazam yang memuat tentang tajwid yang dikarang oleh Syekh
Jazary dan masih banyak lainnya pada masing-masing bidang ilmu.

Penysusunan nazam yang sistematis juga dengan penyuguhan yang


menggairahkan, menjadikan nazam menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian
penutut ilmu agama Islam khususnya dipondok pesantren. Oleh karenanya
penggunaan nazam sebagai metode pembelajaran tajwid diharapkan mampu
memaksimalkan materi yang akan diserap oleh santri/siswa. Dengan terserapnya
materi tajwid dengan baik maka diharapkan akan berimplikasi pada bacaan
Qur‟an yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah tajwid. Oleh karenanya
peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan akibat
penggunaan Nazam Jazariyah sebagai metode pembelajarannya terhadap bacaan
Qur‟an . Maka dari itu penelitian ini diberi judul “PENGARUH PENGGUNAAN
NAZAM JAZARIYAH TERHADAP KEMAMPUAN BACAAN AL-QUR‟AN
SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-QUR‟ANIYYAH TANGERANG
SELATAN”.

Untuk menguatkan keabsahan penelitian ini maka peneliti mencantumkan


suatu penelitian yang berhubuhngan dengan judul penelitin yang dsusun oleh
Yuni Amri Priyanti mahasiswi (IAIN) Purwokerto pada tahun 2016 dengan judul
skripsinya “HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN ILMU TAJWID
DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-QUR‟AN

7
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progresif-IKAPI,
1997), Cet., ke-14 hlm. 1435
8

SURATAN PENDEK SISWA DI MI MAARIF NU RAWALO KABUPATEN


BANYUMAS”, dan skripsi yang ditulis oleh Muh Ali Jurusan Tarbiyah Program
Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga pada tahun 2012 dengan judul
“HUBUNGAN PENGUASAAN ILMU TAJWID DENGAN KEMAMPUAN
PRAKTIK MEMBACA AL-QURAN SISWA SD NEGERI KANDANGAN 04
BAWEN TAHUN AJARAN 2011-2012” dimana pada kesimpulannya kedua
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penguasaan ilmu
tajwid dengan kemampuan membaca dan dengan taraf signifikan. Persamaan
keuda penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis sebenarnya
sangat mirip, sedikit perbedaannya hanya terletak pada variabel X, jika penelitian
diatas menghubungkan langsung antara kemampuan tajwid dengan kemampuan
membaca Al-Qur‟an namun dalam penelitian yang akan diteliti
mendayadukungkan kemampuan tajwid dengan metode nazam.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa disiplin ilmu tajwid merupakan
ilmu yang penting untuk dikaji dan berbagai upaya telah dilaksanakan dalam
rangka memudahkan pembelajarannya guna mempengaruhi terhadap bacaan
Qur‟an, sebab dengan mudahnya tajwid dipelajari maka materinya akan semakin
mudah diserap dengan mudahnya materi diserap diharapkan bacaan Qur‟an siswa
atau santri akan bagus sesuai ketentuan ilmu tajwid.

B. Identifikasi Masalah
Setelah meninjau latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat
teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Banyak orang yang belum lancar membaca Al-Qur‟an sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid
2. Masih banyak dikalangan pelajar khususnya sulit mempelajari ilmu tajwid
3. Terdapat beberapa cara mempelajari ilmu tajwid namun sulit dipahami dan
diingat
C. Pembatasan Masalah
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesn belajar santri.
Entah dari kemampuan pedagogig gurunya, kesempurnaan fasilitasnya,
maupun susananya yang mungkin cukup kondusif, namun untuk memfokuskan
9

dan memperdalam kajian dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan
masalah yang akan diteliti. Dari masalah yang telah diidentifikasi maka peneliti
memfokuskan penelitian ini pada pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan
nazam jazariyah pada santri kelas 3 SMP saja atau kelas 3 pondok, dengan
acuan yakni hasil tes bacaan Qur‟an santri dalam bentuk skor yang menjadi
respresentasi keberhasilan santri dalam pembelajaran tajwid, juga karena
nazam Jazariyah ini hanya digunakan pada santri di jenjang kelas 3 SMP.
Maka untuk memaksimalkan penelitia, peneliti menjadikan kelas 1 SMA atau
kelas 4 pondok sebagi objek kajian. Alasan peneliti adalah sebab pada kelas 1
SMA atau kelas 4 pondok para santri telah mendapatkan treatment
pembelajaran dengan menggunakan nazam, dan mereka belum terlampau jauh
melewati masa-masa pembelajaran dengan nazam sehingga dapat dipastikan
ke-validitasannya bisa dipercaya. Dan dengan rician pembatasan masalah
sebagai beriktu :
1. Nazam
Nazam yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah nazam
yang berkaitan langsung dengan ilmu tajwid, dalam hal ini adalah
matan Jazariyah.
2. Santri
Yang dimaksud santri dalam penelitian ini adalah santri yang mondok
atau menetap dan menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah,
dan objek yang akan menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah santri
kelas 4 pondok atau 1 SMA IT AL-Qur‟aniyyah. Hal tersebut karena
siswa kelas 4 pondok atau kelas 1 SMA IT AL-Qur‟aniyyah telah
mendapatkan treatment pembelajaran tajwid dengan nazam matan
Jazariyah.
3. Kemampuan Bacaan Qur‟an
Kemampuan bacaan Qur‟an yang dimaksud disini adalah kemahiran
bacaan Qur‟an santri pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah kelas 1 SMA
atau 4 Pondok yang telah mendapatkan treatment dengan nazam
Jazariyah.
10

D. Perumusan Masalah

Dari paparan yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :

“Bagaimana pengaruh dari penggunaan nazam Jazariyah terhadap


kemampuan bacaan Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

a. Menggali lebih dalam tentang pembelajaran tajwid dengan


menggunakan Nazam di Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah
b. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan Nazam
Jazariyah terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri di Pondok
Pesantren Al-Qur‟aniyyah
c. Mengetahui seberapa ampuh Nazam digunakan sebagai metode
pembelajaran tajwid
2. Kegunaan Penelitian

Ada beberapa hal yang mendasar penulis mengangat tema ini, yakni fungsi
ataupun kegunaan yang penulis anggap penting dan bermanfaat. Diantara
kegunaan ataupun manfaat diadakannya penelitian ini adalah :

a. Guna mendapatkan informasi tentang Nazam lebih mendalam, karena


masih banyak yang menyamakan Nazam dengan Syair (Arab).
b. Menjadi bahan referensi untuk memperbaiki atau mempertahankan
metode Nazaman dalam pembelajaran tajwid .
c. Mengetahui apakah tradisi Nazaman dikalangan santri khususnya di
Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah menjadi daya tarik tersendiri dalam
menambah motivasi belajar santri.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kemampuan Bacaan Qur’an

1. Kemampuan Bacaan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, bisa,
sanggup melakukan sesuatu. Lalu mendapatkan imbuhan ke-an
menjadi kemampuan, yang berarti kesanggupan, kecakapan,
kekuatan.1 Sedangkan menurut Menurut Robbins, kemampuan adalah
suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan.2 Menurut Ramayulis yang ia kutip dari gordon
kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.3
Sedangkan bacaan berasal dari kata baca yang kemudian
mendapat akhiran –an sehingga jika baca memiliki arti melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis, namun setelah mendapatkan
akhiran –an (baca;an) maka artinya menjadi sesuatu yang dibaca
seperti buku dan sebagainya, dan yang kedua ialah cara membaca.
Dan arti yang tepat untuk mewakili bacaan disini ialah cara membaca,
sebab yang akan diukur pada penelitian ini adalah kemampuan cara
membaca Al-Qur‟an santri.
Membaca adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan
bertujuan.4 Menurut Rahayu S. Hidayat membaca adalah melihat dan
memahami tulisan dengan melisankan atau hanya dalam hati.5

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), Ed., ke-3, hlm. 707
2
Gina Giftia AD, “Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur‟an Melalui Metode
Tamam Pada Mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Sunan Gunung Djati Bandung”,
Jurnal TEKNOIF, Vol. 3, 2014, hlm. 144
3
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 83
4
Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gambitan Pendidikan, (Diponegoro: Bandung,
1998), hlm. 23
5
Rahayu S. Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif, (Jakarta:
Intermasa, 1990), Cet., ke-1, hlm. 27

11
12

Sedangkan Kartina De Hirset menyatakan bahwa kegiatan membaca


adalah jawaban yang berhasil terhadap bentuk visual dari bahasa.6
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kemampuan
bacaan adalah kapasitas kecakapan seseorang dalam melafalkan
huruf-huruf yang terekam pada tulisan sebagi respresentasi dari
keberhasilan visual bahasa.
2. Qur’an/ Al-Qur’an
Al-Qur‟an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca.

Kata Al-Qur‟an diambil dari kata masdar yang berasal dari kata – ‫قرأ‬

‫ قرآن‬- ‫يقرأ‬ yang kemudian diartikan menurut kata isim maf‟ul yakni

maqru (‫ )مقروء‬yang berarti dibaca.

Al-Qur‟an menurut istilah ialah7 :

‫ْي ِج ِْْبيْ ُل َعلَْي ِو‬


ِ ْ ‫ بِو ِاسطَِة ْاْل َِم‬،‫ْي‬ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ َ ْ ‫ الُنَ َّزُل َعلَى َخاِت ْاْلَنْبيَاء َو الْ ُم ْر َسل‬،‫َك ََل ُم اهلل الْ ُم ْعج ُز‬
ِِ ِِ ِ ِ ِ ُ ‫ اَلْ َمْن ُق‬،‫ف‬ ِ ‫وب ِِف اَلْمص‬
ِ ‫اح‬ ِ ُ‫الس ََلم اَلْمكْت‬
ُ‫ الْ َمْب ُد ْوء‬،‫ اَلْ ُمتَ َعبَّ ُد بت ََل َوتو‬،‫ول إلَْي نَا بالت ََّواتُر‬ َ َ َ ُ َّ
ِ ‫ورةِ الن‬
‫َّاس‬ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫ َوُمُْتَتَ ُم ب ُس‬،‫ب ُس ْوَرة اَلْ َفاِتَة‬
“Firman Allah yang mengandung mukjizat, yang diturunkan
kepada penutup para Nabi dan Rasul yakni Nabi Muhammad SAW
dengan perantaraan malaikat Jibril AS yang termaktub pada mushaf-
mushaf, yang diriwayatkan secara mutawattir, yang dianggap ibadah
dengan membacanya, yang diawali dengan surah al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah an-Nas”.

Al-Qur‟an merupakan sebuah nama bagi titah atau firman


Allah yang terkahir yang Allah turunkan kepada penutup para Nabi

6
Gina Giftia AD, “Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur‟an Melalui Metode
Tamam Pada Mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Sunan Gunung Djati Bandung”,
Jurnal TEKNOIF, Vol. 3, 2014, hlm. 144
7
Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan Fi „Ulumi Al-Qur‟an, (Mekkah: Dar al-Kitab al-
Islamiyyah, 2003), Cet., ke- 1, hlm. 8
13

dan Rasul yakni kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ada banyak nama
yang diberikan kepada kitab terkahir ini diantaranya adalah al-Furqan
(surah Al-Furqon: 1), at-Tanzil (surah As-Syu‟ara: 192-193), ad-Dzikr
(surah Al-Hijr: 9), al-Kitab (surah Ad-Dukhan: 1-3), dan masih banyak
lainnya. Penamaan Al-Qur‟an ini berdasarkan firman Allah surah Qaf
ayat 1 dan Al-Isra‟ ayat 98.

   

“Qaaf, demi Al Quran yang sangat mulia”. (QS. Qaf ayat 1)

        

      

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada


(jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-
orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar” (QS. Al-Isra‟ ayat 9)

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa Al-Qur‟an


menurut bahasa ialah bacaan, sehingga untuk kunci untuk
menyelaminya ialah dengan membacanya. Dan membaca Al-Qur‟an
memerlukan bekal agar terhindar dari kesalahan-kesalahan pengucapan
kalimat Al-Qur‟an, ialah ilmu tajwid yang menjadi kunci agar bacaan
Al-Qur‟an baik dan benar.

Al-Qur‟an ini diturunkan dalam bahasa Arab, dan menjadi


bahasa pemersatu umat Islam diseluruh dunia. Sebab dimanapun Al-
8
Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan Fi „Ulumi Al-Qur‟an, (Mekkah: Dar al-Kitab al-
Islamiyyah, 2003), Cet., ke- 1, hlm. 11
14

Qur‟an berada Ia tetap menggunakan bahasa Arab. Berbeda dengan


kitab samawi lainnya, dimana kitab samawi lainnya ditulis dan disalin
ulang berdasarkan bahasa bangsa atau kaumnya. Hal ini menjadi bukti
keontetikkan Al-Qur‟an, Ia disampaikan dengan mutawattir dan
dengan bahasa yang sama yakni bahasa Arab. Dimana mengenai
keontentikan Allah firmankan dalam surah Al-Hijr ayat 9:

      

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan


Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (Al-Hijr ayat 9)

Meskipun menggunakan bahasa Arab, namun tidak serta merta


kita berasumsi bahwa orang arab lah yang palng mengerti dan mahir
dalam Al-Qur‟an. Sebab Al-Qur‟an berbeda dengan dialektika Arab
pada umumnya, pelafalan-pelafalan ayat Al-Qur‟an mempunyai
hukum tersendiri seperti izhar, idgham, iqlab, ikhfa dan lain-lain yang
itu semua kita dapati saat kita mempelajari ilmu tajwid. Salah satu
contoh dialektika Arab pada biasanya berbeda dengan Al-Qur‟an yakni
:

Saat kita melafalkan kata “ َ ‫”أَ ْن‬


‫ت‬ dalam percakapan bahasa

Arab biasa maka kita membaca jelas huruf nun mati tersebut atau apa

adanya, namun saat melafalkan kata “ َ ‫ ”أَ ْن‬dalam ayat


‫ت‬ Al-Qur‟an

maka kita membaca huruf nun mati tersebut dengan samar dan
dengung, dalam kaidah ilmu tajwid disebut dengan Ikhfa.

Hal ini menunjukkan keadilan Allah SWT bahwa meskipun Al-


Qur‟an menggunakan bahasa Arab namun semua orang yang
bersyahadat Allah sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad adalah
utusanNya, maka mempelajari Tajwidul Qiro‟ah adalah wajib,
15

mempelajari ilmu Tajwid itu sendiri adalah fardhu kifayah. Semua


orang yang ingin menggali dan memahami kalam-kalam Allah maka
haruslah ia terlebih dahulu mahir dalam membacanya. Jika sudah
membacanya dengan baik dengan benar maka diharapkan umat
muslim dapat mengambil pelajaran didalamnya sebab Al-Qur‟an
adalah muara ilmu, dan Al-Qur‟an adalah kebenaran yang absolut
sehingga kebenaran ajaran dan ilmu didalamnya tidak diragukan lagi.

Sebagian ulama berpendapat bahwa “barangsiapa yang


mengambil wirid atau wirid asmaul husna dari Al-Qur‟an, maka wajib
bagi orang tersebut membenarkan makhraj dan sifat hurufnya, tidak
akan membawa dampak baik dari bacaan (wiridan) dan tidak akan
terkabul apa yang dimintanya kecuali ia membaguskan dan
membenarkan makhraj dan sifat huruf. Karena tidak akan
mendapatkan keistimewaan dan rahasia-rahasia Al-Qur‟an kecuali
telah benar maknanya, dan makna tersebut akan benar dengan
benarnya pengucapan huruf (hijaiyah), dan huruf tersebut tidak akan
benar diucapkan kecuali sesuai dengan makhraj dan sifat hurufnya”.9
Jika wirid saja yang urgensinya tidak seperti membaca Al-Qur‟an pada
umumnya maka membaca Al-Qur‟an dengan maksud hanya membaca
saja bahkan ketika sholat maka dapat disimpulkan bahwa sangatlah
wajib membacanya dengan kesesuaian makhraj dan keteraturan sifat
huruf-huruf hijaiyah. Oleh karenanya sangatlah penting mempelajari
ilmu tajwid sebagai bekal membaca Al-Qur‟an, sebab membacanya
merupakan gerbang awal memahaminya yang kemudian kita harapkan
dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Al-Qur‟an
merupakan pedoman bagi seluruh umat manusia tidak terkecuali non-
muslim, namun Al-Qur‟an hanya menjamin kebahagiaan bagi mereka
yang beriman dan mengikuti ajaran yang Allah perintahkan dalam Al-
Qur‟an. Hal ini tercermin dalam surah Al-Isra‟ ayat 9.

9
Muhammad bin Ali bin Khalaf al-Husaini al-Haddad, Qaulu al-Sadid Fi Bayani Hukmi
al-Tajwid, (Damasq: Dar al-gautsany li al-Dirasatil al-Qur‟aniyyah, tt), hlm. 37.
16

        

      

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada


(jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-
orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar” (QS. Al-Isra‟ ayat 9)

Dengan demikian yang dimaksud dengan kemampuan bacaan


Qur‟an ialah kapasitas kecakapan seseorang dalam melafalkan huruf-
huruf hijaiyah yang termaktub pada tulisan sebagai respresentasi dari
keberhasilan terhadap bentuk visual bahasa Qur‟an.

3. Faktor yang mempengaruhi Kemampuan Bacaan Al-Qur’an


Secara umum atau secara garis besar faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur‟an ada 2 yakni10 :
1. Faktor Internal, terdiri atas faktor fisiologis umum dan panca
indera, serta faktor psikologis seperti minat, bakat, motivasi, dan
kecerdasan/IQ. Dengan rincian sebagai berikut :
a. Minat, yakni merupakan kecendrungan yang tetap untuk
memerhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.11 Karena
minat merupakan suatu yang mampu membangkitkan semangat
dan motivasi untuk belajar. Adanya minat yang besar untuk
belajar membaca Al-Qur‟an dan kesiapan peserta didik
terhadap pelajaran maka akan mempengaruhi proses dari
pembelajaran tersebut, yang nantinya diharapkan

10
Maidir Harun & Dasrizal, Kemampuan Membaca Dan Menulis Huruf Al-Qur‟an Pada
Siswa SMA, (Jakarta: Balitbang & Diklat Depag RI, 2008), Cet., ke- 1, hlm. 13
11
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada, 2006), hlm. 130
17

kemaksimalan daya serap siswa. Minat belajar membaca Al-


Qur‟an dapat timbul dari berbagai sumber antara lain dari
perkembangan insting, fungsi-fungsi intelektual, pengaruh
lingkungan, pengalaman, kebiasaan, pendidikan dan
sebagainya.
b. Bakat, bakat ialah kecakapan potensial yang bersifat khusus,
yaitu hanya khusus dalam suatu bidang tertentu.12 Meskipun
banyak yang memperselisihkan apakah bakat itu merupakan
sesuatu yang bersifat natural (alami) atau sesuatu yang dapat di
pelajari. Namun bakat menjadi sesuatu yang sangat
berpengaruh pada skill yang akan didalami. Sebab dengan
bakat, artinya seseorang tidak mengalami kesulitan besar
terhadap sesuatu yang ia cita-citakan dengan catatan sesuatu
tersebut sesuai dengan bakatnya. Namun nampaknya dalam
mempelajari bacaan Al-Qur‟an, tidak ber-bakat bukanlah
menjadi alasan yang berarti untuk menyerah dalam
memfasihkan ayat-ayat Qur‟an. Sebab jika Al-Qur‟an hanya
dapat dibaca oleh orang-orang yang berbakat dibidang
linguistik maka Allah tidak akan menjadikan Al-Qur‟an
sebagai pedoman dan mediasi bercakap kepadaNya.
c. Motivasi, menurut Clayton Aldelfer dalam Nashar motivasi
adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar
yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi bacaan
qur‟an santrisebaik mungkin.13 Mc Donald dalam Oemar
Hamalik mendefinisikan motivasi adakah perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.14 Sederhananya

12
Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2005), hlm. 101
13
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta:
Delia Press, 2004), hlm. 42
14
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm.
158
18

bahwa motivasi adalah dorongan yang mengakibatkan


perubahan. Dalam hal ini motivasi yang mempengaruhi
kemampuan dan kehandalan bacaan Qur‟an santri bisa saja
dari berbagai hal, entah dorongan dari diri sendiri atau
dorongan dari luar yang membuatnya tergerak untuk
memperbaiki bacaan Qur‟an. Namun motivasi adalah yang
sangat penting dalam kehidupan.
d. Kecerdasan/IQ, Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono mengemukakan intelegensi adalah suatu
daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan
tepat di dalam situasi yang baru.15 Kecerdasan memang sangat
penting dalam belajar, karena kecerdasan mempengaruhi alur
pembelajaran. Sebab bisa saja anak yang kurang kurang cerdas
atau lamban menyerap materi akan tertinggal pelajaran dan
akhirnya bisa saja mempengaruhi psikologisnya. Dengan
mengikuti alur pembelajaran dengan baik, maka materi
terserap dengan sempurna, dengan terserapnya materi dengan
sempurna, maka diharapkan siswa atau santri dapat
mengaplikasnnya dengan baik, seperti kehandalan siswa dalam
ilmu tajwid akan mempengaruhi kualitas bacaan Qur‟an santri.
2. Faktor Eksternal, terdiri dari lingkungan (sosial dan non sosial),
dan instrumental seperti kurikulum, program, sarana atau fasilitas
serta guru.
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yakni layaknya peran seorang guru, para
tenaga kependidikan seperti kepala sekolah dan jajarannya
serta teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat
belajar seorang siswa. Peran guru selalu menunjukan sikap dan
prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang

15
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hlm. 32
19

baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin


membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong positif
bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di
sekitar perkamungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di
lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak
penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau diskusi atau
meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum
dimilikinya.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan dampak demografi keluarga (letak rumah),
semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai oleh siswa. Contoh
: kebiasaan yang diterapkan orangtua siswa dalam mengelola
keluarga (family management practices) yang keliru, seperti
kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat
menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan
saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung
berprilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang
berat seperti antisosial.16
b. Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar

16
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.
135
20

yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut


menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Contoh : kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta
perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana
umum untuk kegiatan remaja (lapangan voli dll) akan
mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang
sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan
perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap
kegiatan belajar siswa.17
c. Kurikulum
Salah satu perangkat pembelajaran yang sangat penting
ialah kurikulum. Bagaimana tidak, ia bagaikan rel bagi sebuah
perjalanan pembelajaran, ia merupakan pangkal dari sebuah
adanya kegiatan belajar mengajar, maka tidak salah jika Tyler
dan Taba menyatakan bahwa kurikulum adalah a plan for
achieving goals18 (rencana untuk mencapai kesuksesan), bahwa
kegiatan belajar mengajar haruslah direncanakan, dan disadari
betul tentang penyelengaraannya.
Selain definisi kurikulum sebagai perencaanan, masih
banyak lagi definisi yang derikan untuk kurikulum, diantaranya
ialah yang mengartikan kurikulum sebagai mata pelajaran,
pengalaman maupun program. Namun wina sanjaya dalam
kurikulum dan pembelajaran menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kurikulum ialah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan
cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta
implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk
17
Ibid., hlm. 135
18
Allan C. Ornstein & Francis P. Hunkins, Curriculum; Foundation, Principles, And
Issues, (Boston: Pearson, 2009), Ed. Ke-5, hlm. 10
21

nyata.19 Adanya kurikulum ini sangat menopang kesuksesan


belajar dan pembelajaran sebab ia mempunyai peran dan fungsi
sebagai berikut.
1) Peran Kurikulum
a) Peranan Konservatif
b) Peran Kreatif
c) Peran Kritis Dan Evaluatif
2) Fungsi Kurikulum
a) Fungsi Pendidikan Umum
b) Suplementasi
c) Eksplorasi
d) Keahlian
d. Sarana atau Fasilitas
Dewasa ini pengertian alat-alat pendidikan sudah
berkembang sesuai dengan majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dahulu hanya mengenal sebatas apa yang dapat
dipergunakan dalam proses belajar mengajar saja. Tetapi
sekarang orang mengenalnya dengan istilah media pendidikan
dan alat peraga, misalnya papan tulis, radio, film atau gambar
hidup, televisi pendidikan dan sebagainya. Hal yang demikian
sering disebut Audio Visual, yaitu mencakup segala alat yang
dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar.
Muhibin Syah dalam Psikologi Pendidikan menyatakan
“Guru yang menguasai metode mengajar dan mempunyai
dedikasi yang tinggi (terpanggil untuk mengajar) akan lebih
lancar dalam pengajaran apabila dilengkapi dengan alat atau
sarana pengajaran yang cukup memadai”.20

Alat yang dimaksud diantaranya adalah:

19
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), Ed. Ke-5, hlm. 9
20
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.
135
22

a) Alat-alat lama yang masih dapat digunakan, papan tulis,


kapur, buku tulis, bangku belajar, buku pelajaran al-
Qur‟an dan hadits.
b) Alat-alat baru yang diusahakan: seperti kaset, alat
peraga huruf hijaiyah, OHP (Over Head Proyektor).
c) Alat-alat administrasi; seperti buku absent, buku hasil
evaluasi dan lain-lain.

Demikian juga sarana penunjang dalam mempermudah


pencapaian tujuan pendidikan atau belajar Al-Qur‟an seperti
kitab suci Al-Qur‟an, ruang belajar yang lengkap dengan meja
kursi serta lampu penerang perpustakaan dan sebagainya.

e. Guru
Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 14 tahun
2005 BAB I pasal 1 menyebutkan bahwa “Guru merupakan
pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.21 Tugas tersebut
akan lebih efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas
tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran,
kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu
atau norma etik tertentu.
Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara
metodologi pembelajaran dan keilmuan. Tautan antara
keduanya tercermin dalam kinerjanya selama transformasi
pengetahuan.
Pada konteks transformasi pembelajaran ilmiah, guru
harus memiliki kompetensi mengelola semua sumber daya

21
Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru &
Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet., ke-2, hlm. 3
23

kelas, seperti ruang kelas, fasilitas pembelajaran, suasana


kelas, siswa, dan interaksi sinerginya. Di sini lah esensi bahwa
guru harus kompeten di bidang manajemen kelas atau lebih
luas lagi disebut sebagai manajemen pembelajaran.22
Adapun untuk menjadi seorang guru yang professional.
Dalam upaya menampilkan diri sebagai sosok yang dapat
diteladani, guru professional akan selalu memperhatikan dan
mengembangkan kompetensi yang harus menjadi bagian dari
kekuatan dirinya.
UU RI No. 14 tahun 2005 BAB IV pasal 10 tentang guru
menyebutkan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.23
Dengan rincian kompetensi sebagai berikut :
a) Kompetensi Pedagogik :
(1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, spiritual, social, kultural, emosional, dan
intelektual.
(2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik.
(3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu.
(4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
(5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran.
(6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

22
Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung : Alfabeta, 2013),
hlm. 17
23
Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru &
Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet., ke-2, hlm. 9
24

(7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun


dengan peserta didik.
(8) Menyelenggarakan pendidikan evaluasi proses dan hasil
belajar.
(9) Memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan
pembelajaran.
(10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
b) Kompetensi Kepribadian
(1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional Indonesia.
(2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
(3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa.
(4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
(5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.24
c) Kompetensi sosial.25
Kompetensi sosial yang harus dikuasai seorang
guru/pendidik adalah sebagai berikut :
(1) Bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga dan status social ekonomi.
(2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua,
dan masyarakat.

24
Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Refika Aditama, 2014),
hlm. 96
25
Achjar Chalil dan Hudaya Latuconsina, Pembelajaran Berbasis Fitrah, (Jakarta : PT
Balai Pustaka, 2009), hlm. 98
25

(3) Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah


republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial
budaya.
(4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan
profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
d) Kompetensi Profesional
(a) Menguasai materi, sturktur, konsep, dan pola piker
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
(b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
(c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
(d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif.
(e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.26

Dan adapun ciri-ciri guru yang mampu menghantarkan


dirinya sebagai sosok professional dengan ciri-ciri berikut ini :

1) Memiliki wawasan masa depan secara tepat.


2) Meningkatkan diri melalui pendidikan dan pelatihan.
3) Mampu mengatasi hambatan yang dihadapi.
4) Memiliki sejumlah gagasan dan mampu
mengutarakannya.
5) Mampu melengkapi kekurangan yang dihadapi.
6) Bergairah dalam melakukan berbagai kegiatan.
7) Senantiasa melakukan penilaian.
8) Memiliki harapan.27

26
Cucu Suhana, op.cit, hlm. 97
27
Ibid, hlm.101-102
26

Selain memiliki empat kompetensi, guru juga harus


memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengajar. Kreativitas itu
sendiri adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu
yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen
yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan
bermanfaat. 28

Jadi, guru yang memiliki kreativitas. Akan membuat


suasana kelas menjadi aktif dan tidak menimbulkan kejenuhan
pada peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung.

B. Nazam Jazariyah
Nazam Jazariyah adalah nazam yang membahas disilpin ilmu tajwid
yang dikarang oleh Imam Jazary yang bernama asli Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin `Ali bin Yusuf Al-Jazari29 As-Syafi‟i30
yang terkenal dengan sebutan Ibnu al-Jazary. Beliau diberi gelar dengan
nama Abu al-Khair.
Beliau lahir pada malam Sabtu 25 Ramadhan 751 Hijriah di Dimasyq,
Syam setelah ibunya melaksanakan shalat tarawih. Beliau menghatamkan
hafalan Al-Qur‟an pada umur 14 tahun. Beliau juga seorang ulama yang
sangat berkompeten pada beberapa bidang seperti hadits, tafsir, fiqh, usul
fiqh, tauhid, tasawuf, nahwu, sorof, balaghah dan lain-lain.31 Namun
kecenderungan beliau pada bidang tajwid dan qiro‟at membuat beliau
lebih masyhur dengan pakar tajwid dan qiro‟ah dibanding disiplin ilmu
yang lain.
Beliau adalah orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan yang
telah mengembara ke berbagai penjuru negeri, diantaranya ialah Mesir,
Hijaz dan Bashrah. Berkat kecerdasan dan ke‟alimannya beliau diberikan
28
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2016), hlm. 103
29
Mahmud Muhammad Abdul Mun‟im Al-Abdi, al-Raudatu al-Nadiyyah Syarah Matan
Jazariyyah, (Mesir : Maktabah Al-Azhar li Al-Turats, 2001), hlm. 7
30
Ibnu Al-Jazary, Matan Jazariyah, (Surabaya: Balai Buku, tt), hlm. 2
31
Aiman Rusydi Suaid, Mandhzumat al-Muqaddimah, (Makkah: Dar Nur al-Maktabah,
2006), Cet., ke-4, hlm. III-V
27

izin oleh beberapa ulama besar yakni Syekh Abu Al-Fida Ismail bin Katsir
atau yang masyhur dengan sebutan Ibnu Katsir, juga oleh Syekh al-
Qazwiny dan Syekh Al-Bulqiny. Selain nazam jazariyah beliau memiliki
beberapa karya lain juga pada bidang lain diantaranya ialah an-Nasyr fi
Qiro‟at al-„Asyr yang kemudian dibuatkan nazam juga oleh beliau sendiri
dengan nama kitabnya Tayyibat an-Nasyr, dan Nazam Durrat al-
Mudiyyah, Ghayatu al-Mahara fi Ziayadati ala al-„Asyr yang kesemuanya
membahas bidang tajwid dan qiro‟ah. Kemudian pada bidang nahwu al-
Jauharatu fi Nahwi dan lain sebagainya.32
Nazam jazariyah ini teridiri dari 109 bait dengan menggunakan pola
bahar rajaz. Dimana bahar rajaz ini memiliki rumus dengan ta‟filah yakni

mustaf‟ilun (‫ستَ ْفعِلُ ْن‬


ْ ‫ ) ُم‬pada umumnya dan mempunyai enam bagian
ta‟filah, namun karena bahar rajaz juga terkadang mempunyai perubahan-
perubahan maka rumusan ta‟filahnya menjadi beberapa macam yakni

(‫ستَ ْفعِلُ ْن‬ ِ


ْ ‫) ُم‬, )‫( َم َفاعلُ ْن‬, )‫( َم ْفعُ ْولُ ْن‬, )‫ت‬
ِ ِ
ْ ُ َ‫(فَعل‬, )‫(فَعُ ْولُ ْن‬, )‫ ( ُم ْفتَعلُ ْن‬hal ini terjadi karena
adanya pembuangan huruf yang diperbolehkan pada tiap-tiap bagian
ta‟filahnya sehingga banyak kemasukan „illat, zihaf, masythur, manhuk,
dan majzu‟, disamping itu bahar inilah yang paling banyak mengalami
perubahan. dan bait pada nazam dibagi menjadi dua bagian yang di sebut
dengan “Syatar”. Syatar yang pertama dinamakan “Shadar” dan yang
kedua dinamakan “Ajuz”. Shadar tersebut dibagi lagi menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu hasywu dan „arudh, sedangkan „Ajuz tersebut dibagi menjadi
2 (dua) bagian, yakni hasywu dan dharab33, seperti bait yang terdapat
dalam Kitab nazam Jazariyah pada bab sifat huruf :
‫العجز‬ ‫الصدر‬
‫الض َّد قُ ْل‬
ِّ ‫ص َمتَ ةٌ َو‬ ِ ِ ‫ِص َفاتُ َها َج ْهٌر َوِر ْخ‬
ْ ‫ ُمْن َف ت ٌح ُم‬# ‫ٌو ُم ْستَف ْل‬
ِ‫ض‬
‫ض ْد َدقُ ْل‬ ِ ِ ‫ِص َفاتُ َها َج ْه ُر ْن َور ِْخ‬
ْ ‫ت َو‬
ْ ُ َ‫ص َمت‬
ْ ‫ ُمْن َفت ُح ْن ُم‬# ‫ُو ْن ُم ْستَف ْل‬
32
Ibid., hlm. III-V
33
Emil Badi‟ Ya‟kub, a-Mu‟jam al-Mufasshal Fi „Ilmi Al Arudh wa Al Qafiyah wa Funun
al-Syi‟r, (Beirut: Dar Kitab al „Alamiyyah, 1991), hlm. 170
28

O// O/ O/ O/// O/ O/// O/ # O// O/ O/ O// O/O/ O//O//


‫ ُم ْفتَعِلُ ْن ُم ْفتَعِلُ ْن ُم ْستَ ْفعِلُ ْن‬# ‫اعلُ ْن ُم ْستَ ْفعِلُ ْن ُم ْستَ ْفعِلُ ْن‬
ِ ‫م َف‬
َ
‫الضرب‬ ‫احلشو‬ ‫العروض‬ ‫احلشو‬
Bait tersebut mencerminkan bahwa dalam bab sifat huruf jenis baitnya
adalah bait al-muqaffa, artinya sesuai antara „arudh dengan dharab
walaupun hasywunya tidak mempunyai jenis ta‟filah yang merata, dengan

„arudh dan dharab yang shohih (mengikuti wazan awal yakni ‫( ُم ْستَ ْفعِلُ ْن‬.
Dan qofiyah pada bait tersebut adalah qofiyah jenis al-Mutadarak, yakni
apabila qafiyah yang diakhirnya terdapat dua huruf yang berharakat dan
setelahnya adalah satu huruf yang sukun, seperti:

‫ي ال ي ت ن ي ف ي ه ا َج َذ ْع‬
O//O/O/ O//O/O/
‫مستفعلن‬ ‫مستفعلن‬
dinamakan al-mutadarak karena harokatnya saling menjaga34. Dan
untuk memprediksi akan kesemua „arudh dan Dharab pada nazam
jazariyah ini akan memakan waktu yang cukup lama, maka dari itu
penulis hanya merincikan sekelumit dari potongan nazam jazariyyah saja.
Sebab nanti akan kita temukan akan arudh dan dharab yang berbeda
seperti yang masuk pada golongan syadz (keluar dari kaidah). Namun
yang pasti dapat diketahui dari nazam ini adalah polanya yang
membentuk pola bahar rajaz.
Nazam jazariyah ini memiliki 15 bab yang masing-masing babnya
tidak memiliki jumlah nazam yang sama, dan 15 bab yang dimaksud
adalah 1) bab makharijul huruf, 2) bab sifat-sifat huruf, 3) bab tajwid, 4)
bab tafkhim dan tarqiq, 5) bab tanbihat, 6) bab mutamatsilain,
mutajanisain, mutaqaribain, dan mutabadi‟ain, 7) bab dhad dan dhza, 8)
bab nun dan mim yang bertasydid dan mim sukun, 9) bab nun sukun dan

34
Said Mahmud „Uqail, Dalilu Fi al-Arudh, (Beirut: „Alahu al-Kutub, 1999), Cet., Ke- 1,
hlm. 22-23
29

tanwin, 10) bab mad, 11) bab waqaf, ibtida, saktah, dan qatha‟, 12) bab
ma‟rifatul maqthu‟ dan maushul, 13) bab ta‟ats, 14) bab hamzah washal,
15) bab raum dan isymam.

1. Definisi Nazam
Nazam menurut etimologi berarti “menyusun”, Secara epistimologi
naẓam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam kamus ilmiah
populer diartikan sebagai syair; pantun atau puisi dua belas baris
berima dua-dua dan empat-empat, mengkisahkan loyalitas hamba
sahaya.35 Dalam KBBI tersebut bahwa kita lihat ada kemiripan
tentang pengertian Nazam dengan sya‟ir, sebab saat kita mencari kata
nazam dalam bahasa Indonesia maka keluar juga kata “al-Syi‟ru”36.
Dan dalam beberapa litertur berbahsa Arab pun mengenai terminologi
atau ta‟rifatnya bagi nazam ini ada yang menyamakannya (muradif)
dengan syair, diantaranya ialah yang diterangkan oleh Emil Badi‟
Ya‟kub bahwa nazam ialah :

‫ال َكَلَ ُم الْ َم ْوُزْو ُن الْ ُم َقفَّى‬

“Suatu kalimat yang mempunyai irama dan sajak”

Namun ia menambahkan definisi diatas dengan keterangan “seni


karangan, dimana banyak dari sebagian kritikus (sastra)
menerjemahkan bahwa nazam bukanlah (tidak sama dengan) sya‟ir
apabila tidak memenuhi syarat-syarat sya‟ir, seperti khayalan,
perasaan, dan lainnya yang menjadi batasan bagi sya‟ir kecuali
wazan”. Beliau menjelaskan bahwa biasanya sya‟ir penuh dengan
perasaan yang hidup, perasaan yang menyentuh, kemudian sya‟ir
tersebut mempengaruhi atau berdampak pula pada perasaan kita.
Karena sya‟ir timbulnya dari hati, dan tempat terjadinya ialah juga di

35
Pius Partanto dan M Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Aloka, 2001), hlm,
520.
36
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir-, (Surabaya : Pustaka Progresif-
IKAPI, 1997), Cet., ke-14, hlm. 1435.
30

dalam hati -hal ini selaras dengan pengertian sya‟ir yang mengandung
daya hayal dan imajinasi. Pada pengertian syair terdapat kata imajinasi
(khayal), dimana khayal adalah daya bayang, daya fantasi, tetapi
bukan lamunan.37 Khayalan juga merupakan ungkapan jiwa atau batin
seorang penyair yang dituangkan dalam bentuk susunan kalimat
syair.38 Sedangkan nazam dibuat kecuali hanya dengan menjaga
wazan, dan peristiwa, seperti teraturnya ikatan manik-manik pada
kawat, tanpa adanya ruh dan kehidupan.39 Ungkapan tersebut mungkin
saja menjelaskan tentang keteraturan diksi pada nazam hanya
keteraturan semata, tidak berpengaruh atau berdampak pada perasaan.
Dengan kata lain secara singkat bahwa syair dan nazam memiliki
kesamaan tentang pengertiannya, namun memiliki perbedaan dari segi
maksud atau tujuannya.
Menurut Fahmi Basyaiban naẓam itu mensyairkan ilmu
pengetahuan menjadi sebuah bait syair dan pembacaannya
menggunakan irama tertentu.40
Sedangkan Syair menurut Ibnu Rasyiq ialah : “Sesungguhnya syi‟r

terdiri dari empat hal, yaitu lafadz, wazan, makna dan qafiah. Ini

batasan syi‟r, karena ada sebuah ungkapan yang berirama dan

berqafiah tetapi tidak dapat dikatakan syi‟r, karena tidak dibuat-buat

dan tidak dimaksud syi‟r seperti Al-Qur‟an dan Hadits nabi.”41

Khairrurijal Fahmi dan Nuruddin mendifinisikan syair ialah


“perkataan yang memiliki wazan (musikalitas) dan qafiyah (sajak)

37
Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab; Pengantar Teori dan Terapan, (Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media, 2006), hlm. 48
38
Mas‟an Hamid, Ilmu Arudh Dan Qawafi, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), hlm. 42
39
Emil Badi‟ Ya‟kub, al-Mu‟jam al-Mufasshal Fi „Ilmi al-Arudh wa al-Qafiyah wa Funun
As Syi‟r, (Beirut: Dar Kitab Al „Alamiyyah, 1991), hlm. 447
40
http://www.fahmibasyaiban.web.id/2013/01/mengenalkan-islam-dengan-nadhom.html
(Diunduh pada tanggal 08 Oktober 2017)
41
Wargadinata, Wildana dan Fitriani, Laily, Sastra Arab dan Lintas Budaya, (Malang: UIN
Malang Press, 2008), hlm. 25
31

yang mengungkapkan imajinasi dan gambaran indah yang


42
memberikan pengaruh.
Dan dijelaskan pula bahwa Syair ialah suatu kalimat yang sengaja
disusun dengan menggunakan irama dan sajak yang mengungkapkan
tentang khayalan atau imajinasi yang indah.43
Sehingga antara syair dan nazam keduanya sama-sama memiliki
lafadz, wazan, makna dan qafiah. Kesamaan dari bentuk lahir antara
syair dan nazam ini,yang jika kita tidak jeli dalam menelaahnya bisa
jadi terjadi kesalahpahaman dalam mengidentifikasi apakah bait itu
syair atau bait nazam.
Dengan kata lain, bahwa syair merupakan ungkapan kecerdasan
seseorang dalam mengungkapkan perasaan-perasaan, sedangkan
nazam merupakan keceradasan seseorang dalam mengungkapkan
pengetahuan-pegetahuan yang dimana keduanya memiliki ikatan
dengan wazan dan qafiyah.
Mempelajari nazam, maka kita juga akan dituntut sedikit
banyaknya mengetahui tentang aturan nada (wazan) dan rimanya
(sajak) atau sering disebut juga dengan ilmu arudh dan qafiyah. Hal
ini menjadi salah satu syarat agar nazam dapat difungsikan dengan
baik, karena jika melantunkan nazam tidak sesuai rumus yang telah
ditetapkan oleh ulama dalam nazam tersebut, maka kemungkinan
besar kita akan kesulitan untuk menyenandungkannya atau bisa
terdengar fals. Adanya nazam ini ialah menambah semangat para
pelajar dalam menuntut ilmu, karena dalam bernazam ada unsur
musikalitas didalamnya, sedangkan puisi arab (nazam) yang baik ialah
puisi yang mampu menunjukkan unsur musikalitas sehingga siapapun
yang mendengarnya akan terbawa oleh alunan irama dan ritmenya

42
Khairurrijal Fahmi dan Nuruddin, Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Syair Imam al-Syafi‟I:
Kajian Struktural Genetik, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Prodi
Pend. Bahasa Pascasarjana Univ. Negeri Jakarta, 2014, hlm. 182
43
Mas‟an Hamid, Ilmu Arudh Dan Qawafi, (Surabaya: Alpha, 2006), hlm. 13
32

serta berbekas pada perasaan dan semangat para pendengarnya. 44 Jika


nazam yang dilantunkan tidak sesuai rumus yang ditentukan dan
menimbulkan ke-fals-an maka tidak lagi menjadi penambah ghiroh
santri dalam mempelajari tajwid akan tetapi sebaliknya akan
mengganggu dan menghambat pembelajaran santri.
2. Unsur-unsur Nazam
Unsur-unsur yang terkandung dalam nazam sama persis dengan
syair, kecuali jika menyentuh makna dan maksud antara keduanya
maka keduanya akan terlihat berbeda.
Kesamaan unsur antara keduanya ialah keduanya harus memiliki
kalimat, wazan, sajak dan kesengajaan (kehendak) dengan penjelasan
sebagai berikut :
A. Kalimat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kalimat
adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep
pikiran dan perasaan.45 Jika kata “kalimat” diterjemahkan
kedalam Bahasa Arab maka yang muncul adalah kata “kalam”,
hal tersebut perlu diperjelas sebab jika yang dimaksud kalimat
dalam arti bahasa Indonesia kemudian kita mencari maksud
yang sama dengan kata yang sama pula Dalam bahasa Arab
maka akan terjadi kesalahpahaman definisi. Sebab yang
dimaksud “kalimat” dalam bahasa Arab adalah “kata” dan
yang dimaksud “kalimat” dalam bahasa Indonesia adalah
“rangkaian kata”, sedangkan yang dimaksud dengan
“rangkaian kata” dalam bahasa Arab ialah “kalam”.
Kalimat (kalam) menurut para ahli gramatikal Arab
(nahwu) yang dimaksud kalimat adalah rangkaian kata yang

44
Fadlil Munawwar Mansur, Perkembangan Sastra Arab Dan Teori Sastra Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet., ke-1, hlm. 17
45
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), Ed., ke-3, hlm. 494
33

memberi makna yang diucapkan dengan bahasa.46 Dan kalimat


dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua jenis, yakni kalimat
Natsar atau prosa dan kalimat syair atau puisi.
Kalimat yang digunakan dalam nazam maupun syair tidak
berbeda jauh dengan kalimat yang digunakan dalam natsar
ataupun prosa, hanya saja dalam kalimat prosa maupun natsar
tidak ada ikatan dengan wazan dan sajak, sehingga seorang
naazim dituntut kecerdasannya dalam mengolah kata dan
keteraturan diksi supaya tidak menyalahi aturan yang ada.
B. Wazan Syair/Nazam
Wazan syair atau nazam adalah urutan putusnya suara atau
disebut juga dengan ta‟filah.47 Dimana kumpulan-kumpulan
dari pada ta‟filah (bentuk wazan) akan membentuk syatar.
Syatar adalah bait atau lirik puisi. Dan dari wazan-wazan atau
ta‟filah tersebut maka dapat teridentifikasi jenis bahar. Bahar
adalah jenis dari wazan-wazan itu sendiri atau irama (musik)
yang muncul dari wazan-wazan. Dinamakan bahar karena
menyerupai bahrun (laut) yang mana jikalau kita mengambil
sesuatu dari laut itu maka ketahuilah laut itu takkan pernah
habis. Begitupun dengan wazan bahar yang takkan pernah
selesai jika menimbang kalimat syair pada wazan tersebut.48
Dan bahar bagi syair atau nazam itu ada (16) enam belas
macam, dimana masing-masing dari pada bahar tersebut
memiliki nama dan rumusnya (ta‟filahnya) sendiri.49 Dan
jumlah jenis ta‟filah yang membentuk wazan ada 10 jenis,

46
Shonhaji, Matan al-aJurumiyyah, (Jakarta: al-„Alaydrus, tt), hlm. 2
47
Ali Yunus, Auzanu al-Syi‟ru Wa Qaawafihu, (Qahira: Maktabah al-Adab, 2000), hlm. 21
48
Emil Badi‟ Ya‟kub, al-Mu‟jam al-Mufasshal Fi „Ilmi al-Arudh wa al-Qafiyah wa Funun
al-Syi‟r, (Beirut: Dar Kitab Al „Alamiyyah, 1991), hlm 164
49
Abdul „Alim Ibrahim, Shofwatu al-„Arudh, (Fijalah: Maktabah Gharib, tt), hlm. 19
34

ِ ‫م َف‬, ‫مستَ ْفعِلُن‬, ‫فَعولُن‬, ‫م َفاعلَت‬, ‫اعلُن‬


‫اعْي لُ ْن‬ ِ ِ
yakni َ ْ ْ ُ ْ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ ‫متَ َف‬, ُ ‫فَاع ََلتُ ْن‬, ‫فَا ِع‬
‫َلتُ ْن‬,َ ‫ت‬ ِ 50
ٌ ‫م ْفعُ ْوََل‬,
َ ‫ فَاعلُ ْن‬dan ‫م ْستَ ْف ِع لُ ْن‬.
ُ
C. Sajak/Qafiyah
Sajak dalam KBBI ialah gubahan karya sastra yang sangat
mementingkan keselarasan bunyi bahasa, baik kesepadanan
bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan.51 Ilmu persajakan
dalam bahasa Arab sering dikenal dengan ilmu Qafiyah,
dimana ilmu qafiyah ini berkonsentrasi pada akhir bait syair.
Menurut Imam Khalil yang dimaksud dengan qafiyah
adalah kata terakhir pada bait syair, yang dihitung mulai dari
huruf yang terakhir pada bait sampai dengan huruf hidup
sebelum huruf mati yang ada di antara kedua huruf hidup
tersebut.52 Dan yang dikemukakan oleh Imam Akhfasy bahwa
Qafiyah adalah kata akhir pada bait. Maka dari kedua definisi
tersebut sangat jelas bahwa yang dimaksud qafiyah ialah kata
terakhir yang terdapat pada bait yang dihitung setelah huruf
sukun pertama sampai huruf terakhir bait. Dan qafiyah terbagi
menjadi 5 bagian, yakni Al-Mutakawis, Al-Mutarakib, Al-
Mutadarak, Al-Mutawatir dan Al-Mutaradif.53
D. Maksud/Kesengajaan
Yang dimaksud “maksud” atau “kesengajaan” disini
adalah seorang naazim (pencipta nazam) sadar betul akan
nazam yang dikarangnya dan memilikin maksud dan tujuan.
Karena nazam adalah rangkaian kata (kalimat; dalam bahasa
Arab) yang membentuk kalimat yang berirama dan memiliki

50
Abdul Aziz Atik, Ilmu al-Arudh Wa al-Qafiyah, (Beirut: Dar al-Nahdhah al-Arabiyah,
1987), hlm. 20
51
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), Ed., ke-3, hlm. 979
52
Said Mahmud „Uqail, Dalilu Fi al-Arudh, (Beirut: „Alahu al-Kutub, 1999), Cet., ke- 1,
hlm. 22
53
Ibid., hlm. 22-23
35

rima, sedangkan yang dimaksud “kalimat” (kalam) ialah


lafadz yang tersusun yang berfaidah dan disengaja.54 Sehingga
bila seorang naazim mencipta nazam dalam keadaan tidak
sadar, entah mabuk, tidur, gila dan lain sebagainya, maka batal
lah satu unsur pada nazam yakni kalimat. Sehingga gurauan
atau celotehan tersebut gugur dalam derajat nazam walaupun
memenuhi wazan dan qafiyah.

C. Tajwid
A. Definisi Tajwid

Asal kata Tajwid yaitu dari kata bahasa Arab “jawwada -

yujawwidu- tajwiidan” (‫ُُم َّود‬ ‫ والفعول‬، ‫ فهو ُُم ِّود‬، ‫جتويدا‬


ً ، ‫جيود‬
ِّ ‫جوَد‬
َّ )
berarti membuat sesuatu menjadi bagus. Menurut etimologi Tajwid
adalah :

‫اْلَيِّ ِد‬
ْ ِ‫اْلتْ يَا ُن ب‬
ِْ
“Sesuatu yang mendatangkan kebaikan”55
Atau dalam literatur lain disebutkan :

‫ْي‬ ِ ‫الت‬
ُ ْ ‫َّحس‬
ْ
“Membaguskan”56
Sedangkan menurut terminologi tajwid ialah :

‫ات‬ َّ ‫ف ِم ْن ُمََْرِج ِو َم َع إِ ْعطَائِِو َحقَّوُ َو ُم ْستَ َحقَّوُ ِم َن‬


ِ ‫الص َف‬ ٍ ‫إِخراج ُك ِّل حر‬
َْ ُ َْ
“Mengeluarkan (mengucapkan) setiap huruf dari makhrajnya
(tempat keluarnya huruf) dengan memberikan haqnya dan mustahaq
(menjadi haknya dikemudian) (bagi sifat-sifat) huruf”57

54
Zaini Dahlan, Mukhtashar Jiddan, (Surabaya: Dar al-„Ilm,tt), hlm. 5
55
Muhammad al-Mahmud, Hidayatu al- Mustafidh, (Jakarta : Al-Alaydrus, tt), hlm. 4
56
Nady bin Haddaad, Shofwatu al-Ahkam Fi Tajwidi Khairi al-Kalam, (Riyadh : Dar Al-
Shomai‟e, 2010), hlm. 21
57
Ibid.
36

Yang dimaksud dengan haq huruf ialah sifat asli yang wajib yang
melekat pada setiap huruf di setiap keadaan seperti Hams, syiddah,
rokhowah, dan lain-lain. Dan yang dimaksud dengan mustahaq huruf
ialah sifat yang baru datang atau baru ada pada huruf tersebut seperti
takhfim, tarqiq, qalqalah, ghunnah, dan lain-lain.58

B. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari kaidah-kaidah, hukum-hukum, serta


permasalahan seputar disiplin ilmu tajwid ialah fardhu kifayah, sedang
mengamalkan atau membaca al-qur‟an dengan tajwid adalah fardhu
‟ain. Sebagaimana yang diebutkan dalam kitab hidayatul Mustafidh59 :

‫ْي َعلَى ُك َّل ُم ْسلِ ٍم‬ ِ ٍ ِ ‫ف ِِف أَنَّو فَر‬


ُ ‫ض ك َفايَة َوالْ َع َم ُل بِو فَ ْر‬
ٍ ْ ‫ض َع‬ ُ ْ ُ َ ‫َّج ِويْ ُد ََل ِخ ََل‬
ْ ‫الت‬
ِ ٍِ ِ
َ ْ ‫َوُم ْسل َمة م َن الْ ُم َكلَّف‬
‫ْي‬
“tidak ada perbedaan bahwa mempelajari disiplin ilmu tajwid
ialah fardhu kifayah dan mengamalkan ilmu tajwid (dalam membaca
Al-Qur‟an) adalah fardhu „ain atas setiap muslim dan muslimah yang
baligh”
Sedangkan Imam Jazari menyatakan lewat gubahan syairnya
sebagai berikut60 :
ِ ِ ِ ‫و ْاْلَخ ُذ بِالت‬
ٌ‫ َم ْن ََلْ ُجيَ ِّود الْ ُق ْراَ َن آث‬# ‫َّج ِويْد َحْت ٌم ََل ِزٌم‬ْ ْ َ
ِ ِْ ‫ِْلَنَّوُ بِِو‬
َ ‫ َوَىا َك َذا مْنوُ إِلَْي نَا َو‬# ‫اْللَوُ أَنْ َزََل‬
‫ص ََل‬
Dan membaca Al-Qur‟an dengan tajwid ialah wajib # barang
siapa yang membaca Al-Qur‟an tanpa tajwid maka ia berdosa. Karena
sesungghunya Allah menurunkan Al-Qur‟an beserta tajwidnya # dan
seperti itulah yang sampai kepada kami (kita).

58
Ibid.
59
Muhammad Al-Mahmud, Hidayatul Mustafidh, (Jakarta : Al-Alaydrus, tt), hlm. 4
60
Mahmud Muhammad Abdul Mun‟im Al-Abdi, Al-Raudatu Al-Nadiyyah Syarah Matan
Jazariyyah, (Mesir : Maktabah Al-Azhar li Al-Turats, 2001), hlm. 45-46
37

C. Ruang Lingkup Ilmu Tajwid


Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam pembahasan ilmu
tajwid ialah antara lain :
1. Makhroj huruf
Makhroj berasal dari kata khoroja-yakhruju-khurujan
sedangkan makhroj disini merupakan isim makan yakni
menunjukkan tempat keluar. Oleh karenanya yang dimaskud
mahkrojul huruf disini ialah tempat keluarnya huruf-huruf
hijaiyah. Secara rinci makhroj huruf terbagi menjadi 17 bagian
menurut Imam para Qari yakni Syaikh Jazary dan Imam
Nahwu yakni Syaikh Khalil bin Ahmad Al-Farahidi guru dari
pada Syaikh Imam Syibawaih. Kemudian dari 17 yang rinci itu
digolongkan lagi menjadi 5 bagian secara umum yakni61 :
1. al-Jauf, yakni rongga mulut. Terdapat satu makhroj
pada bagian ini.
2. al-Halq, yakni tenggorokan. Terdapat tiga makhroj pada
bagian ini yaitu Aqshal Halqi, washthul Halqi, dan
Adnal Halqi.
3. al-Lisan, yakni lidah. Terdapat sepuluh makhroj pada
bagian ini.
4. as-Syafatani, yakni dua bibir. Terdapat dua makhroj
pada bagian ini.
5. al-Khoisyum, yakni rongga hidung. Terdapat satu
mahkroj pada bagian ini yaitu huruf-huruf yang dibaca
idghom.
2. Sifat huruf
Sifat menurut etimologi ialah sesuatu yang ada karena ada
yang lain. Menurut terminologi sifat huruf ialah suatu keadaan
yang baru yang terjadi pada huruf ketika huruf itu diucapkan.

61
Ibid., hlm. 14-25
38

3. Ahkamul huruf
Yang dimaksud ahkamul huruf disini ialah mustahaqnya
huruf. Yakni sesuatu yang menimbulkan hukum bagi huruf
tersebut. Seperti, izhar, idgham, iqlab, ikhfa dan lain-lain.
4. Mad dan qoshr
Mad berarti panjang, dan qoshr berarti pendek. Yang
dimaksud disini ialah tentang bagaimana cara memanjangkan
bacaan huruf dan memendekkan bacaan huruf.
5. Waqof dan ibtida‟
Waqof Artinya menghentikan bacaan dan Ibtida ialah
memulai bacaan. Salah satu aturan ketika membaca Al-Qur‟an
adalah tidak boleh mengambil nafas di tengah bacaan. Apabila
sudah habis nafas, maka harus berhenti pula bacaannya, tapi
tidak boleh disembarangan kata untuk berhenti. Untuk itu, kita
harus mengetahui cara berhenti dan memulai bacaan.
6. Rosm Utsmani
Rosm bisa diartikan atsar/bekas, khat/ penulisan atau
metode penulisan. Rosm Utsmani atau disebut juga rosmul
Qur'an adalah tata cara penulisan Al-Qur'an berdasarkan
kaidah tertentu yang tetapkan pada masa Kholifah Utsman bin
Affan.

D. Peletak Dasar Ilmu Tajwid

Belum ada keterangan pasti siapa peletak serta penggagas atas


dasar disiplin ilmu tajwid ini. Yang jelas bahwa apa yang dicontohkan
oleh Rasulullah dalam melafalkan kalimat-kalimat Allah menjadi
pegangan umat muslim dalam membaca Al-Qur‟an. Namun dalam
beberapa literatur dikatakan bahwa penggagas dasar disiplin ilmu
tajwid adalah Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, namun ada yang
sebagian lain yang menyebutkan bahwa yang menggagas ialah Abu
Aswad Ad-Duali, bahkan sebagian lain menyebutkan ialah Abu Ubaid
39

Al-Qasim bin Salam. Juga alasan yang mendasari mengapa disiplin


ilmu tajwid ini baku ialah karena agama islam semakin meluas dan
banyak kaum muslim yang berasal bukan dari bangsa Arab Indonesia
misalnya, oleh karenanya membentengi bacaan Qur‟an dari kesalahan
melafalkannya karena bercampurnya lahjah ataupun diaelek dari
masing-masing daerah maka dibakukanlah disiplin ilmu tajwid ini.
Sebagaimana bahwa dalam membaca Al-Qur‟an harus sesuai dengan
kaidah tajwid. Hal ini telah disenandungkan oleh Abi Mazahim Al-
Khaqani (wafat 325 H) pada kurun waktu abad 3 hijriyah:

ْ ‫أقُ ْو ُل َم َق ًَل ُم ْع ِجبًا ِْل ُْوِِل‬


‫ َوََل فَ ْخَر إِ َّن الْ َف ْخَر يَ ْدعُ ْوا إِ ََل الْ ِك ِْْب‬# ‫احلِ ْج ِر‬
‫اى ِاة َوالْ َف ْخ ِر‬
َ َ‫ي م ْن َشِّر الْ ُمب‬
ِ ‫ ِِبَوََل‬# ‫أُعلِّم ِِف الْ َقوِل الت ََِّلوَة عائِ ًذا‬
َ ْ َ َ ْ َُ

Atau di dalam beberapa buku tajwid disebutkan bahwa


istilah ini muncul ketika khalifah ke-empat, „Ali bin Abi Thalib
menjelaskan Karramallahu Wajhah tentang suatu firman Allah
yang berbunyi :

‫ورتل القرأن ترتيَل‬


Beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata
tartil adalah tajwiidul huruuf wa ma‟rifatil wuquuf, yang berarti
membaca huruf-hurufnya dengan bagus (sesuai dengan makhraj
dan shifat) dan tahu tempat-tempat waqaf.62

Sehingga yang dimaksud bacaan qur‟an santritajwid adalah


capaian yang diraih oleh santri setelah mendapatkan serangkaian
proses pembelajaran, pelatihan dan lain-lain yang berkaitan tajwid
yang dapat diukur dengan skor guna menjadi bahan acuan evaluasi.

62
Muhammad bin Ali bin Khalaf al-Husaini al-Haddad, Qaulu al-sadid Fi Bayani Hukmi
al-Tajwid, (Damasq: Dar al-gautsany li al-Dirasatil al-Qur‟aniyyah, tt), hlm, 26
40

D. Kerangka Berpikir
Upaya memaksimalkan bacaan qur‟an santri perlu adanya
perhatian lebih sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus
diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk berfikir kreatif,
membentuk sikap positif, memecahkan masalah dan memungkingkan
siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, sehingga pada akhirnya
siswa dapat memahami konsep-konsep pembelajaran Tajwid secara benar
dan utuh serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru menyampaikan
materi pelajaran sangat memengaruhi proses belajar mengajar tersebut.
Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Salah satunya adalah metode Nazam, merupakan cara kreatif bagi
tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari,
menjadikannya peta rute yang hebat bagi ingatan, serta memungkinkan
untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja
alami otak dilibatkan sejak awal.
Maka dari pemaparan di atas, kesuksesan mata pelajaran Tajwid
dengan menggunakan metode Nazam dapat dilihat dari bacaan qur‟an
santri. Setelah mengkaji teori-teori tentang metode Nazam dan bacaan
qur‟an santri serta keterkaitan teoritis keduanya, peneliti berasumsi bahwa
“Jika menggunakan metode Nazam maka akan memberikan pengaruh
yang baik dalam meningkatkan bacaan qur‟an santri”.
Karena metode ini menawarkan akan keminatan manusia berupa
musik. Dan musik sangat berkaitan erat dengan pendengaran, dimana alat
indra pendengaran inilah yang menjadi sumber awal memperoleh
pengetahuan. Karena sesungguhnya manusia akan selalu kembali kepada
fitrohnya. Sebagaimana dalam surah An-Nahl ayat 78 :
41

         

      

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa kata (‫ )السمع‬as-

sam‟/pendengaran dengan bentuk tunggal dan menempatkannya sebelum


kata (‫ )اْلبصر‬al-abshar/pengelihatan-pengelihatan yang berbentuk jama‟

serta (‫ )اْلفئدة‬al-af‟idah/aneka hati yang juga berbentuk jamak.

Didahulukannya kata pendengaran atas pengelihatan merupakan


perurutan yang sungguh tepat karena memang ilmu kedokteran modern
membuktikan bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra
pengelihatan. Dalam dunia kedokteran memang dijelaskan bahwa indra
yang pertama kali berkembang ialah pendengaran, bahwa janin sudah
dapat mendengar pada usia 24 minggu (masa usia hamil 6 bulan) baru
kemudian disusul oleh perkembangan indra pengelihatan yang baru mulai
berfungsi pada usia janin 28 minggu (masa usia hamil 7 bulan) yakni saat
retina mulai sensitif terhadap cahaya.63 Beliau juga menyatakan bahwa
para pelajar dan mahasiswa kita lebih banyak menggunakan indra
pendengar dari pada indra pengelihat.64

Dalam Al-Qur‟an sering kali kita dapati jika ayat tentang


mendengar dan melihat maka urutan mendengar mendahului dari pada
melihat. Dan sejak diturunkannya Al-Qur‟an pun cara pemeliharaan yang
pertama kali dilakukan adalah dengan hafalan yang di talaqqi atau
mendengar langsung dari Rasulullah, pun saat Rasulullah menyampaikan
wahyu Allah, beliau menyampaikannya tanpa menggunakan catatan atau

63
Kementerian Agama RI & LIPI, Mengenal Ayat-Ayat Sains Dalam Al-Qur‟an-
Penciptaan Manusia Dalam Perspektif A-Qur‟an Dan Sains, (Jakarta : Widya Cahaya, 2015), Cet.,
ke-1, hlm 91
64
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah- Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur‟an, (
Jakarta : Lentera Hati, 2009), Cet., ke-2, hlm, 672-674
42

spontan begitu saja sesuai yang diwahyukan Allah kepadanya. Hal ini
disebutkan dalam surah Al-An‟am ayat 72 :

         

      


“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka
dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang
kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."

Tradisi menyampaikan informasi menggunakan lisan merupakan


tradisi yang tak dapat dipisahkan dari sisi kehidupan manusia. Jika
dikatakan “lisan” maka indera yang paling tepat atau sesuai untuk
menangkap pesan yang disampaikan lisan ialah telinga. Sebab lisan identik
dengan suara, sedangkan suara hanya dapat ditangkap oleh alat pendengar
yang Allah ciptakan yakni pada telinga. Sebab sebelum ditemukannya
budaya tulis menulis, pesan atau informasi yang hendak disampaikan ialah
dengan lisan. Meskipun zaman terus berkembang, penyampaian informasi
pun mengalami perubahan, namun tradisi menyampaikan informasi
dengan lisan masih dirasakan sangat efektif di khalayak umum dan akan
lebih efektif lagi jika didukung dengan pernyataan hitam di atas putih
karena riskannya lisan dalam menyampaikan informasi, entah bertambah
atau berkurangnya informasi dari sumber aslinya.

Dan menyampaikan informasi dengan lisan akan lebih menarik dan


efisien lagi jika menggunakan nada atau musik yang mendukung informasi
tersebut. Sebab manusia pasti menyukai musik atau nada-nada, entah
genre apa yang disukainya namun tetap saja manusia sejatinya menyukai
musik maupun nada-nada. Terlebih lagi musik mempunyai pegaruh yang
cukup signifikan terhadap perkembangan jiwa dan otak atau emosional
dan intelektual. Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan
rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan
43

secara kognitif dan kecerdasan emosional (emotional intelligent). 65 Hal ini


juga yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh nazam
terhadap pembelajaran tajwid santri. Sebab sebagaimana yang telah
dipaparkan diatas ialah bahwa salah satu unsur dalam nazam adalah musik.

Juga menurut beberapa ulama bahwa nazam dapat memudahkan


para santri menghafal dan memahaminya, diantaranya ialah yang
disampaikan oleh Syeikh Ahmad bin Ruslan al-Syafi‟i beliau menyatakan
bahwa nazam akan memudahkan hafalan para santri khususnya para santri
junior.66 Juga yang dikemukakan oleh Syeikh Syarofuddin Yahya al-
Imrithy pada bagian akhir muqaddimahnya bahwa beliau menyampaikan
mudah-mudahan nazam ini (imrithy) dapat digunakan untuk menghafal
dan memahaminya.67 Oleh karena penjelasan diatas pula peneliti ingin
membuktikan pengaruhnya pada pembelajaran tajwid dengan metode
nazaman di Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah


dipaparkan di atas maka diduga :

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Nazam Jazariyah


terhadap Kemampuan Bacaan Qur‟an Santri Kelas X Pondok
Pesantren Al-Qur‟aniyyah.
2. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Nazam Jazariyah
terhadap Kemampuan Bacaan Qur‟an Santri Kelas X Pondok
Pesantren Al-Qur‟aniyyah

65
Alifa Nisa Huzaifa, Pengaruh Musik Dengan Kecerdasan Otak, (UI: Jurnal Pendidikan
Bahasa Jepang Fak. Pend. Bahasa dan Sastra, 05 Januari 2015), hlm. 2
66
Ahmad bin Ruslan, Matan Zubad, (Makkah: Maktabah Tsaqofah, 1984), hlm. 8
67
Syarofuddin Yahya al-Imrithy, „Imrithy, (Surabaya: Dar al-„Abidin, tt), hlm. 6
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini dilakukan di PONDOK PESANTREN AL-
QUR‟ANIYYAH yakni suatu lembaga pendidikan yang bernaung dibawah
Departemen Pendidikan Indonesia. Sekolah ini berada di Jalan Pesantren Kp.
Ceger Pd. Aren Tangerang Selatan. 15223

Waktu penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari


pertengahan bulan Oktober 2017 hingga selesai pada akhir bulan Desember
2017. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Yakni :

1. Tahap Persiapan : tahap ini meliputi pengajuan judul dan pembuatan


proposal
2. Tahap Penelitian : tahap ini adalah semua kegiatan yang berlangsung di
lapangan yakni pengambilan data.
3. Tahap Penyelesaian : tahap ini adalah kegiatan analisis data dari
penyusunan laporan. Tahap ini dilakukan setelah tahap penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode


survey. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier sederhana. Metode survey merupakan penelitian yang
bermaksud penyandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.1 Adapun yang dimaksud dengan
teknik analisis regresi linier sederhana, yaitu analisis yang digunakan untuk

1
Masyhuri & M. Zainuddin, Metodologi Penelitian; Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Cet., ke-1, hlm. 34

44
45

mengetahui pengaruh atau hubungan secara linier antara satu variabel


independen dengan satu variabel dependen.2

Dengan demikian bahwa penelitian ini mencari suatu pengaruh


yang diberikan antara variabel bebas atau X dengan Variabel terikat yakni
Y, yang dalam hal ini variabel X adalah penggunaan nazam jazariyah dan
variabel Y adalah kemampuan bacaan Qur‟an santri yang akan dibuktikan
dengan angka-angka statistik guna memperoleh data yang respresentatif
sesuai dari penelitian ini.
C. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian.


Variabel dibedakan atas variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Variabel
kuantitatif diklasifikasikan atas :

1. Variabel diskrit
2. Variabel kontinum (ordinal, interval, dan ratio)

Pemisahan ini sangat penting untuk menentukan teknik analisis


datanya, karena jenis variabel menentukan jenis data.

Dalam mempelajari pengaruh sesuatu treatment, teradapat variabel


penyebab (X) atau variabel bebas (independent variable) dan variabel akibat
(Y) atau variabel terikiat (dependent variable), tergantung atau independent
variable.3 Maka dalam penelitian ini diketahui bahwa :

Variabel X (Variabel bebas) : Pengaruh Penggunaan Nazam Jazariyah

Variabel Y (Variabel Terikat) : Kemampuan Bacaan Qur‟an Santri

2
Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014),
hlm. 134
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Ed. rev. V,
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 104
46

D. Populasi dan Sampel


1. populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :


obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.4 Definisi lain yang dikutip oleh punaji setyosari kepada
Ary, Jacobs, & Sorensen (2010) mendifinisikan populasi sebagai berikut
“A population is defined as all members of any well-defined class of
people, events, or object.” Populasi itu didefinisikan sebagai sekelompok
orang, objek, atau peristiwa. Populasi itu diartikan juga sebgai
sekelomppok objek, orang, atau peristiwa yang lebih besar dan
daripadanya generalisasi diambil.5

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh


santri kelas 1 SMA atau kelas 4 pondok di PONDOK PESANTREN AL-
QUR‟ANIYYAH Tangerang Selatan. Menurut data yang di dapat dari
pihak yayasan santri yang aktif berjumlah 107 santri yang berasal dari
SMP IT AL- QUR‟ANIYYAH dengan kata lain yang telah mendapatkan
treatment dengan metode nazaman.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi. Apa yang dipelajari dari
sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk
itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul respresentatif.6

4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 80
5
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2013), Cet., ke-3, hlm. 196
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung : Alfabeta, 2016), Cet., ke-23, hlm. 118
47

Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah dengan


“purposive sampling” yang pengambilan sampelnya atau penentuan
sampel untuk tujuan tertentu.7 Untuk menentukan sampel dalam
penelitian ini penulis berpedoman pada aturan yang dipaparkan oleh
Suharsimi Arikunto “apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya lebih besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%”.8 Namun
karena populasi lebih dari 100 maka penulis mengambil sebanyak 37%
dari jumlah keseluruhan, yakni didapatkan sampel sebanyak 35 santri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud disini adalah teknik atau


cara yang digunakan untuk memperoleh data yang empiris dan otentik
yang akan dipergunakan untuk penelitian. Maka dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi, ialah sebuah teknik atau cara atau langkah yang
dilakukan oleh peneliti dengan berkunjung langsung kepada
objek penelitian untuk mengamati atau mengecek tentang
perihal objek yang akan diteliti. Maka dalam observasi pada
penelitian ini ialah mengamati dan mengecek tentang keadaan
dan kejadian yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah
khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menyangkut Syair
dan Nazam.
2. Angket (Questionaire), ialah sejumlah pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.9
Angket yang diberlakukan dalam penelitian ini ialah angket
tertutup, dimana pada setiap item pernyataan telah tersedia

7
Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula,
(Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 63
8
Suharsimi Arikunto, 2002, hlm 105
9
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet., ke-7, hlm.
199
48

alternatif atau pilihan jawaban. Sehingga responden cukup dan


mudah, yakni hanya dengan memilih salah satu pilihan
jawaban yang telah disediakan. Urutan penyusunan angket
pada penelitian ini hanya teriri dari dua aspek, yakni aspek
pengetahuan responden terhadap syair dan nazam, dan aspek
reaksi responden terhadap syair dan nazam.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
baik.10 Dan dalam penelitian ini instrumen yang digunakan ialah Angket
atau skala sikap, digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap
objek tertenutu.11 Yang dalam penelitian ini angket diberikan kepada para
santri yang mendapat perlakuan dengan metode nazaman pada mata
pelajaran tajwid.

1. Instrumen Kemampuan bacaan qur’an santri Santri (Y)


a. Definisi Konseptual

Kemampuan bacaan qur‟an santri adalah kapasitas


kecakapan seseorang dalam melafalkan huruf-huruf
hijaiyah yang termaktub pada tulisan sebagai respresentasi
dari keberhasilan visual bahasa Qur‟an
b. Definisi Operasional

Kemampuan bacaan qur‟an santri santri adalah


kapasitas kecakapan seseorang santri dalam melafalkan
huruf-huruf hijaiyah yang termaktub pada tulisan sebagai
respresentasi dari keberhasilan visual bahasa Qur‟an di
pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah khususnya kelas X
SMA atau kelas 4 pondok setelah mendapatkan

10
Ibid., hlm. 160
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet., ke-13, hlm. 80
49

serangkaian proses pembelajaran, pelatihan dan lain-lain


yang berkaitan kemahiran membaca Al-Qur‟an dan tajwid
yang dalam hal ini dengan nazam jazariyah yang dapat
diukur dengan skor guna menjadi bahan acuan evaluasi
yang diukur melalui 1) kelancaran membaca Al-Qur‟an 2)
ketepatan melafalkan huruf hijaiyah, 3) wawasan santri
tentang tajwid

Tabel 3.1
Instrumen Kemampuan Bacaan Qur’an Santri
Variabel Indikator Pernyataan no. Butir Jumlah

Kelancaran membaca 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
7
Al-Qur‟an
Kemampuan
Ketepatan melafalkan 8, 9, 10, 11, 12, 13,
bacaan 11
huruf hijaiyah 14, 15, 16, 17, 18
qur‟an santri
Wawasan santri 19, 20, 21, 22, 23,
Santri 9
mengenai tajwid 24, 25, 26, 27

Jumlah butir 27

Dalam angket uji kemampuan bacaan Qur‟an digunakan angket


jenis dikotomi yang mana dalam perhitungannya hanya
menggunakan nilai 1 dan 0. Pada angket ini jawaban alternatif
yang digunakan hanya ada dua pilihan yakni IYA dan Tidak. Pada
jawaban IYA akan mendapatkan nilai 1 dan Tidak akan
mendapatkan nilai 0. Angket ini akan dijadikan instrumen
penilaian kemampuan bacaan qur‟an santri yang akan diberikan
kepada para ustadz yang membimbing murottal atau tadarus santri.
Para ustadz akan menilai bacaan Qur‟an para santri sesuai dengan
kemampuan para santri dengan mengacu pada instrumen yang
telah diberikan.
50

2. Instrumen Nazam
a. Definisi Konseptual
Nazam adalah suatu kalimat yang memiliki unsur
irama dan sajak yang memuat tentang suatu ilmu
pengetahuan.
b. Definisi Operasional
Nazam adalah suatu kalimat yang memiliki unsur
irama dan sajak yang memuat tentang suatu ilmu
pengetahuan seperti tajwid, yang dijadikan salah satu
metodik khusus pada pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah
Tangerang Selatan guna memaksimalkan pembelajaran
yang dapat dilihat dari indikator sebagai berikut; 1) Diksi
atau pemilihan kata, 2) Musik Nazam, 3) Memuat Tajwid
Tabel 3.2
Instrumen Nazam
Variabel Indikator Pernyataan no. Butir Jumlah

Pemilihan Kata 1, 2, 3, 4, 5, 6 6

Musik Nazam 7, 8, 9, 10, 11, 12,


Penggunaan 8
13, 14
Nazam
Memuat Tajwid 15, 16, 17, 18, 19,
Jazariyah 11
20, 21, 22, 23, 24, 25

Jumlah butir 25

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah


model angket skala likert yang berbentuk rating-scale,
dimana santri memberikan respon terhadap pernyataan-
pernyataan dengan pilihan sebagai berikut : SS= Sangat
Setuju, S= Setuju, KS= Kurang Setuju, TS= Tidak Setuju,
51

STS= Sangat Tidak Setuju. Untuk memudahkan


perhitungan masing-masing diberi bobot nilai yang
bergerak dari 5 sampai 1 sesuai dengan kualitas
jawabannya yang disusun sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban SS, dengan bobot nilai 5
b. Alternatif jawaban S, dengan bobot nilai 4
c. Alternatif jawaban KS, dengan bobot nilai 3
d. Alternatif jawaban TS, dengan bobot nilai 2
e. Alternatif jawaban STS, dengan bobot nilai 1

G. Teknis Analisis Data


1. Validitas Instrumen
Validitas instrument adalah validitas yang diukur dari sisi
keberhasilan isi tes itu sendiri sebagai alat ukur yang respresentatif dari
semua aspek kelayakan pengujian instrumen yang dalam hal ini adalah
butir soal pilihan ganda.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas instrumen jika mampu
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
pelajaran yang diberikan.12 Sehingga keberhasilan sebuah penelitian
sangat ditopang oleh kevalidan instrumen yang digunakan.

Kemudian dalam pengujian validitas setiap butir soal dapat


dihitung dengan menggunakan teknik korelasi product moment,
yaitu:13
( ) ( )( )
rxy =
√[ ( ) ][ ( ) ]

keterangan:
rxy : Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
N : Jumlah Responden (Number of Cases)
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatek, (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 1998), hlm. 160
13
Anas Sudiono, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet ke-
23, hlm. 206
52

∑X : Jumlah seluruh skor X


∑Y : Jumlah seluruh skor Y
dalam penelitian ini uji validitas diujikan kepada 39 santri dengan
taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh r tabel = 0,316. Untuk
mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau tidak maka r hitung
dibandingkan dengan r tabel dengan kriteria, jika r hitung lebih besar
dari r tabel (rhitung > rtabel) maka instrumen tersebut valid, sedangkan
jika r hitung lebih kecil dari r tabel (rhitung < rtabe) maka instrumen
tersebut tidak valid.

2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan erat dengan tingkat keajegan atau ketetapan
hasil pengukuran.14 Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang
baik jika instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur
beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan rumus Kuder-Richardson yaitu rumus K-R 20
untuk menguji keajegan isntrumen dengan rincian sebagai berikut15 :

r11 = ( )( )

Keterangan :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proposi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proposi subjek yang menjawab item yang salah (q = 1- p)
: jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item dalam tes
s : standar deviasi
Adapun kriteria penafsiran indeks reliabilitas sebagai berikut :

14
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet., ke-6, hlm. 229
15
Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 100
53

Tabel 3.3

Interprestasi Kriteria Reliabilitas Instrumen

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,8-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

a) Hasil Validitas & Reliabilitas Instrumen Kemampuan


Bacaan Qur’an Santri
Dari hasil uji validitas variabel kemampuan bacaan Qur‟an
santri yang menggunakan 3 indikator yang dijabarkan dalam
27 butir penyataan serta diajukan kepada 39 responden dengan
r hitung sebesar 0,316 maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen Bacaan Qur’an Santri

Butir Instrumen Keterangan Jumlah

1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, Valid 25


14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27

4, 7 Tidak Valid 2

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa instrumen


kemampuan bacaan qur‟an santri diperoleh 25 yang valid dan
2 yang tidak valid, dan dari butir instrumen yang valid
kesemua indikator terwakilakan olehnya. Maka dari itu uji
54

persyaratan validitas instrumen terpenuhi dan dapat dilanjutkan


ke uji selanjutnya yakni uji reliabilitas. Maka untuk mengolah
data yang terekam dalam angket yang berbentuk sekor antara 1
dan 0 dengan jumlah sekor maksimal adalah 25.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan program SPSS sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Bacaan Qur’an Santri

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.892 27

Dari tabel hasil perhitungan di atas dapat diketahui


bahwa instrumen kemampuan bacaan Qur‟an santri mendapat
nilai Cronbach Alpha sebesar 0,892. Menurut Sekaran yang
dikutip oleh Duwi, reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang
baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah
baik.16 Karena nilai lebih dari 0,6 tepatnya 0,8 maka instrumen
dinyatakan reliabel dan tingkat reliabilitas sangat tinggi .
Dengan demikian, instrumen tersebut memenuhi uji syarat
instrumen.
b) Hasil Validitas & Reliabilitas Instrumen Nazam Jazariyah
Dari hasil uji validitas variabel Nazam Jazariyah yang
menggunakan 3 indikator yang dijabarkan dalam 25 butir
penyataan serta diajukan kepada 39 responden dengan r
hitung sebesar 0,316 maka diperoleh data sebagai berikut :

16
Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014),
hlm. 66
55

Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrumen Nazam Jazariyah
Butir Instrumen Keterangan Jumlah

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, Valid 24


D
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
a
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25
r
9 Tidak Valid 1
i

data tabel diatas dapat diketahui bahwa instrumen Nazam


Jazariyah diperoleh 24 yang valid dan 1 yang tidak valid, dan
dari butir instrumen yang valid kesemua indikator
terwakilakan olehnya. Maka dari itu uji persyaratan validitas
instrumen terpenuhi dan dapat dilanjutkan ke uji selanjutnya
yakni uji reliabilitas.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan program SPSS sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Nazam Jazariyah

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.931 25

Dari tabel hasil perhitungan di atas dapat diketahui


bahwa instrumen kemampuan bacaan Qur‟an santri mendapat
nilai Cronbach Alpha sebesar 0,931. Menurut Sekaran yang
dikutip oleh Duwi, reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang
baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah
baik.17 Karena nilai lebih dari 0,6 tepatnya 0,9 maka instrumen

17
Ibid., hlm. 66
56

dinyatakan reliabel dan tingkat reliabilitasnya sangat tinggi .


Dengan demikian, instrumen tersebut memenuhi uji syarat
instrumen.

3. Persamaan Regresi Y
Persamaan regresi dapat menggunakan rumus sebagai berikut18:
Ŷ= a + bX
Yang mana koefisien a dan b dapat dicari dengan rumus berikut:

ɑ=

b = Ῡ- b ̅

4. Uji Persyaratan Analisis


Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui apakah analisis
data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Dalam
penelitian ini, karena hipotesis yeng hendak diuji adalah apakah
penggunaan nazam jazariyah memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri, maka uji analisis yang
digunakan adalah uji regresi linier sederhana, sehingga uji prasyarat
analisis yang harus dilakukan adalah uji normalitas residual, uji
linieritas dan uji heteroskedastisitas.

Uji prasyarat analisis terpenuhi jika residual berdistribusi normal,


kelompok data homogen, serta terdapat hubungan yang linier antara
variabel X dan variabel Y. Sebelum melakukan pengujian hipotesis
maka terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data. Normalitas
data atau data berdistribusi normal adalah jika jumlah data di atas atau
di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya.19
Dan pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah Uji
Normalitas Residual. Uji normalitas pada model regresi digunakan
untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan regresi

18
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito,2009), hlm. 312
19
Ali Mauludi, Statistik 1, (Jakarta : Prima Herza Lestari, 2006), hlm. 167
57

terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas residual ini


bertujuan untuk mengetahui apakah sampel mewakili populasi atau
tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:20

1) Analisis grafik, normalitas dilihat dari penyebaran data (titik)


pada sumbu diagonal dari grafik. Sebagai dasar pengambilan
keputusan jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal maka nilai residual tersebut telah
normal.
2) Analisis statistik, dengan menggunakan uji Kolmogrog-
Smirnov Rumus pengujian normalitas adalah sebagai berikut:

ᵪ2 = (fo-fh) 2 / fh
kiteria pengujiannya adalah:
a) Jika nilai Kolmogrof-Smirnov Z < Ztabel maka data residual
terdistribusi normal.
b) Jika nilai Kolmogrof-Smirnov Z > Ztabel maka data residual
terdistribusi tidak normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui linieritas data, yaitu
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak.21
Rumus yang digunakan dalam uji linieritas adalah sebagai
berikut:22
Frreg = Rkreg/RKres
Setelah didapat F kemudian dibandingkan dengan Ftabel dengan
kriteria pengujian Jika Fhitung Ftabel berarti tidak terdapat
hubungan linier, dan Jika Fhitung ≤ Ftabel terdapat hubungan linier.

Untuk mengetahui keberartian dan linieritas persamaan regresi


diatas digunakan tabel anava berikut ini :

20
Santoso, Statistik Hospital, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 173
21
Duwi, op. Cit., hlm. 79
22
Santoso, op. Cit., hlm. 174
58

Tabel 3.8
Daftar Analisis Varians Untuk Uji Kelinieran dan Keberartian
Regresi23
Derajat Jumlah Kuadrat Rata-rata Fhitung (Fo) Ket.
Sumber Bebas (JK) Jumlah
Varians (db) Kuadrat
(RJK)

Total N Ʃ

1 ( )
Regresi (a)

1 ( ) Fo>Fi
Regresi (a/b) b.Ʃxy
( )
( ) maka
( ) regresi
n-2 ( )
Sisa (s) JK(T)-JK(ɑ)-JK(b)
( ) berarti

Tuna Cccok k-2 ( ) Fo<Fi


JK(s)-JK(G)
(TC) ( ) maka
( )
regresi
n-k ( ) ( )
( ) berbentuk
Galat Ʃ ( )
linier

c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada
semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.24 Untuk menguji
heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik dengan dasar
kriteria dalam pengambilan keputusannya, yaitu jika ada pola tertentu
seperti titik-titik yang ada dalam suatu pola yang teratur, maka terjadi

23
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga,2009), hlm 175
24
Duwi, op. Cit., hlm. 108
59

heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas seperti


titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.25

5. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis dengan menggunakan
uji normalitas residual, uji linieritas dan uji heteroskedastisitas, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Pengujian
hipotesis ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah pemahaman
keagamaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketaatan
beragama. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dengan

rumus:26 t = r 2

Kriteria pengujiannya adalah Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t
tabel maka variabel X memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y, dan Jika -t hitung > -t tabel atau t hitung < t tabel maka
variabel X tidak memberkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Y.

H. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik pasti ada dalam penelitian yang menggunakan


sampel, hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

H0 : β = 0

H1 : β ≠ 0

25
Ibid., hlm. 113
26
Sugiyono, op. Cit., hlm. 243
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Qur’aniyah


1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
AL-Quraniyyah, sebuah pesantren yang beridi tegak yang dirintis
pada tahun 1993. Oleh kiyai Muda, Sobron namanya, seorang putra Betawi di
kampung ceger, Jurangmangu Timur Pondok Aren Tangerang Selatan,
tepatnya kelahiran Tangerang 1970. Pada tahun 1991 mencapai puncak
impiannya di dunia seni baca Al-Qur‟an. Beliau dapat memperoleh Juara 1
Lomba Cerdas Cermat Isi Kandungan Al-Qur‟an atau Musabaqoh Fahmil
Qur‟an (MFQ) tingkat Nasional. Semenjak usia belia hingga remaja berbagai
even dan kejuaraan MTQ pun sudah diikutinya, dari mulai tingkat kelurahan,
kabupaten, provinsi hingga nasional. Demikianlah sebuah perjalanan panjang
telah dilaluinya.

Beliau adalah seorang pemuda yang hidup hanya didampingi oleh


seorang ibu yang sudah tua renta, karena ayahnya meninggal ketika beliau
masih kecil (usia empat bulan), tetapi itu tak pernah menjadi penghalang bagi
dirinya untuk menggeluti dunia Al-Qur‟an yang memang menjadi
kegemarannya semenjak kecil. Keberhasilannya di dunia MTQ, membuat
namanya mencuat kepermukaan terutama diwilayah Pondok Aren dan
Tangerang. Beliau melanjutkan studinya di IPTIQ (Institut Perguruan Tinggi
Ilmu Al-Qur‟an), tentunya dengan kondisi yang apa adanya. Dengan
dorongan dari orang tua serta kemauan dan kegigihannya yang keras,
akhirnya beliau berhasil menyelesaikan studinya dengan hasil yang sangat
memuaskan pada tahun 1996, dan menyandang gelar Master Agama (MA)
pada tahun 2005 di Institut Ilmu AlQur‟an (IIQ) Jakarta. Beliau juga telah
menyelesaikan disertasinya guna meraih gelar Doctor di Perguruan Tinggi
Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ) Jakarta pada tahun 2017.

60
61

Saat kuliah di PTIQ Jakarta, beliau dipercaya untuk mengajar di MTs


Islahuddiniyah dan di beberapa majlis ta‟lim remaja dan dewasa (dalam
bidang seni baca Al-Qur‟an) di wilayah Kecamatan Pondok Aren dan
sekitarnya. Santri pun mulai berdatangan untuk mengaji di kediamannya
(santri kalong sebutannya). Kegiatan mengajar tersebut sudah mulai
dilakukannya semenjak ia duduk di kelas 1 PGA, semua ia jalani dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran. Dia juga belajar kepada KH.Muhasyar
Baran (kitab-kitabsalaf) dan memperdalam seni baca Al-Qur‟an (ilmu
naghom) kepada Ust Abdullah (Alm), H. Muhamad Nasir Ceger, KH.Husen
Husien Ulujami Jakarta Selatan (Alm), KH.Muhammad Ali (Ulujami Jakarta
Selatan-Qori Internasional), KH. Muhsin Salim, MA (Qori Internasional/Ilmu
Qiroat Sab‟ah). Dan masih banyak guru-guru lainnya yang ikut mendidik
beliau yang tidak disebutkan di sini. Kegiatan memperdalam Al-Qur‟an terus
ia lakukan hingga saat ini.

Pada tahun 1993, jumlah santri yang belajar mengaji kian bertambah.
Dengan dukungan tokoh masyarakat serta aparatur pemerintah setempat,
maka didirikanlah sebuah lembaga pendidikan dengan nama “Al-
Qur‟aniyyah”. Saat itu, Al-Qur‟aniyyah barulah sebuah majlis ta‟lim remaja
dan anak-anak.Pada tahun kedua, didirikanlah TPA (Taman Pendidikan Al-
Quraniyyah) sebagai pondasi awal berdirinya lembaga pendidikan semi
formal. Lambat laun, nama Al-Qur‟aniyyah semakin melambung, seiring
dengan cemerlangnya prestasi para santri Al-Qur‟aniyyah baik TPA maupun
Ta‟lim remaja. Beriringan dengan itu, tuntutan masyarakat untuk
memondokan anaknya di Al-Qur‟aniyyah pun semakain besar.Dengan
kondisi aula yang seadanya, mulailah diterima santri untuk mukim yang saat
itu berjumlah 15 orang (tahun 1998).Al-Qur‟aniyyah semakain percaya diri
dengan prestasi yang dicapainya.

Pada tahun 2001, mulailah genderang Al-Qur‟aniyyah mulai


ditabuh.Yakni dengan pengurusan Legalisasi Akta Notaris dan menerima
santri mukim, serta dirayakannya MILAD Al-Qur‟aniyyah ke-VIII secara
62

Akbar pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2002, santri mukimin terus
berdatangan hingga mencapai 60 orang.Akhirnya, H. Nasir, Drs. H. Hilman,
MA, Ust Yunus, S.Ag, H. Syafi‟i, Drs Sahlan HD, dan para tokoh yang
lainnya saling bekerja sama membangun Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah
hingga sampai saat ini jumlah santrinya mencapai 489 orang santri mukimin
dan mukimat.

Pembenahaan Sistem Organisasi, Administrasi dan Manajemen pun


terus diadakan perbaikan, seiring dengan orientasi Al-Qur‟aniyyah untuk Go
Publik pada tahun 2003, dan dilanjutkan dengan pembentukan lembaga
Pendidikan Formal SMP-IT pada tahun 2005 serta SMA-IT pada tahun 2008.
Tentunya ini semua terjadi berkat kerjasama yang intens dan solid antara
seluruh jajaran kepengurusan yayasan dan dewan asatidzah yang selalu
mengedepankan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan
keputusannya.

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah


a. VISI
Unggul dalam Al-Qur‟an, Sains dan Teknologi serta Berakhlakul
Karimah.
b. MISI
1) Menjadikan Al-Qur‟aniyyah sebagai salah satu pusat pendidikan dan
pengembangan Islam terpadu untuk menghasilkan manusia yang
bertaqwa.
2) Menciptakan pemimpin yang cerdas, kreatif, dinamis, dan
berwawasan global
3) Mencetak manusia yang mampu bersosialisasi di masyarakat dengan
berakhlakul karimah.
3. Kurikulum Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
a. Sistem Kurikulum Terpadu
Program pendidikan yang diterapkan di Al-Qur‟aniyyah adalah
pola pendidikan terpadu dengan sistem Bording School.Yakni
63

keterpaduan antara pendidikan Formal dan pendidikan Non Formal


kepesantrenan dengan masa belajar selama 6 tahun.Dalam pendidiakan
formal mengadopsi multiple intelligence dengan mengacu pada standar
kurikulum DIKNAS dan DEPAG, serta mengedepankan ciri khas Ilmu
Al-Qur'an, sains, teknologi dan bahasa dengan sistem yang
berkesinambungan.

b. Sarana dan Prasaran Pendidikan


 Asrama
 Lab Komputer dan Sains
 Masjid Al-Qur‟aniyyah
 Lapangan Olah Raga
 Klinik
 Perpustakaan
 Wartel
 Alat Peraga
 Koperasi Pondok Pesantren
 Loundry Al-Qur‟aniyyah
c. Kegiatan EkstraKulikuler & Pengembangan Bakat
 Tilawah Qur‟an
 Fahmil Qur‟an
 Syarhil Qur‟an
 Marawis
 Muhadatsah
 Bola Volly
 Bola Basket
 Pencak Silat
 Club Sains
 Paskibra
 Pramuka
 Marching band
64

 Hadroh
 Kaligrafi
 Seni Kerajinan Tangan
 Futsal
 English Club
 Math Club
d. Jadwal Harian
Tabel 4.1
Jadwal Kegiatan Santri

Waktu Kegiatan

Bangun sahur dan bersiap-siap (senin & kamis) sholat


03.00 - 04.10 subuh (khusus hari minggu pukul 02 : 30 shalat
tahajud)

04.10 - 04.50 Shalat subuh dan Dzikir

04.50 - 06.00 Tahfidzul Qur‟an (pengajian pagi)

06.00 - 06.40 Persiapan sekolah (mandi, makan pagi, dll)

06.40 - 07.15 Sholat Dhuha

07.15 - 10.20 KBM Sesi Pertama

10.20 - 10.40 Istirahat

10.40 - 12.00 KBM Sesi Kedua

12.00 - 13.00 Ishoma

13.00 - 15.40 Masuk sekolah kembali

17.50 - 18.20 Shalat maghrib berjama‟ah

18.40 - 19.30 Tahsinul Qiro‟ah (seluruh santri)

19.30 - 20.00 Shalat isya berjama‟ah


65

19.30 - 20.00 Shalat isya berjama‟ah

Tahfidz (Senin - Kamis)

Naghom + rawi pembacaan Al Barzanzi (Jum‟at )


20.00 - 21.00
Mufradat (Sabtu)

Muhadharah (Minggu)

21.30 Istirahat malam

e. Sumber Kitab Atau Buku Ajar Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah


Tabel 4.2
Kitab atau Buku Ajar Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

Tuhfatul Athfal (Nazam- Hidayatul Mustafid Matan Jazariyah (Nazam-


Tajwid) (Tajwid) Tajwid)
Jurmiyyah (Nahwu) Mukhtashar Jiddan „Imrithy (Nazam-Nahwu)
(Nahwu)
Matan Bina Wal Asas Nazam Maqsud (Nazam-
plus Amtsilah Tashrifiyah Kailani „Izzi (Shorof) Shorof)
(Shorof)
Tijan Ad-Darori (Tauhid) Kifayatul „Awam
Jawahirul Kalamiyah (Tauhid)
Arba‟in An-Nawawiyah
(Tauhid)
(Hadits) Riyadhus Sholihin
Arba‟in An-Nawawiyah (Hadits)
Ghoyatut Taqrib (Fiqih)
(Hadits)
Fathul Qorib (Fiqih)
Safinatunnajah (Fiqih)

Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6

Al-Burhan (Tajwid) Qaulussadid (Tajwid) Belajar Mudah Ilmu


Tajwid (Tajwid-Karangan
Mutammimah Al-„Imrithy Alfiyah Ibnu Malik
Pimpinan Pondok
(Nazam-Nahwu)
Nazam Maqsud (Nazam- Pesantren Al-
Shorof) Risalatul Mu‟awwanah Qur‟aniyyah)
(Tasawuf)
Kifayatul „Awam Alfiyah Ibnu Malik plus
66

(Tauhid) Tafsir Jalalain (Tafsir) praktek (Nazam-Nahwu)


Bulughul Marom (Hadits) Mushtolahul Hadits Tafsir Al-Jalalain (Tafsir)
(Hadits)
Fathul Qorib (Fiqih) Kifayatul Akhyar (Fiqih)
Kifayatul Akhyar (Fiqih)
Irsyadatul Jaliyah Mabadi Awaliyah (Ushul
(Qiro‟atus Sab‟ah) Irsyadatul Jaliyah Fiqh)
(Qiro‟atus Sab‟ah)
Jawahirul Maknun
Mabadi Awaliyah (Ushul (Balagah)
Fiqh)
Irsyadatul Jaliyah plus
praktek (Qiro‟atus
Sab‟ah)

f. Prestasi Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah


 Perwakilan Indonesia cabang Musyabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ)
tingkat Internasional di Libya tahun 2007
 Juara II Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) Remaja tingkat
Internasional 2017 di Brunei Darussalam
 Juara I Musabaqoh Hifdzil Qur‟an (MHQ) 5 Juz tingkat Nasional
tahun 2007
 Juara I Musabaqoh Syarhil Qur‟an (MSQ) tingkat Nasional tahun
2010
 Juara II Musabaqoh Fahmil Qur‟an (MFQ) tingkat Nasioanal ke-XX
di Palangkaraya tahun 2003
 Juara I Musabaqoh Fahmil Qur‟an (MFQ) tingkat Provinsi Banten
tahun 2015
 Juara I Musabaqoh Syarhil Qur‟an (MSQ) tingkat Provinsi tahun 2015
 Juara I Murottal Qur‟an tingkat Kabupaten Tangerang tahun 2007
 Juara II Do‟a Matsur Kanak-Kanak tingkat Provinsi Banten tahun
2006
 Juara I Marawis Remaja tingkat Jabodetabek tahun 2007
67

 Juara I Marawis antar SMP wilayah Pondok Aren dan sekitarnya


tahun 2007
 Juara I MTQ putra antar SMP wilayah Jakarta dan sekitarnya tahun
2007
 Juara II Bidang Studi Agama tingkat Gugus Pondok Aren tahun 2007

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah


SUSUNAN DEWAN PENGURUS

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOK PESANTREN AL-


QUR’ANIYYAH

PERIODE 2017-2022

A. Dewan Pembina :
Ketua : Hj. Neneng Sakinah, S.Sos.i

Anggota :

1. H. Djunaidi
2. H. Djainal Abidin
3. H. Abdul Gofur
B. Dewan Pengawas :
Ketua : Sahlan HA (Ketua)

Anggota :
1. Abdul Latif Karim, M.Pd
2. Abdul Hamid
3. Muhasyar
4. H.Saadih
C. Badan Pengurus Harian :
1. Ketua Umum : Dr. KH. M. Sobron Zayyan,MA
2. Ketua I Bidang Pendidikan : Dr. Hj. Siti Amsariah,MA
3. Ketua II Bidang Kepesantrenan&Sosial : Drs. H. Sahlan,HD
68

4. Ketua III Bidang Sarana Prasarana & Usaha : H. M. Yunus, S. Ag


5. Sekretaris Umum : Maulana Yusuf, M.Si.
6. Bendahara Umum : Moch. Halimi, AG,S.Pd.
D. Susunan Pelaksana Kegiatan Divisi, Unit, Lembaga, dan Organiasi
Otonom
1. Divisi
a. Divisi Kesekretariatan
Officer : Kesekretariatan : Romlah Hasan, S.Pd

b. Divisi Kepegawaian
Officer : Kepegawaian : Irsyam Maulana, S.E.

c. Divisi Perencanaan, Anggaran, Operasional dan Evaluasi Kegiatan


(Div.PAE)
OffIcer : 1. Sunarto, S.Pd

d. Divisi Promosi&Penerimaan Siswa Baru (Div.PPSB)


Officer : 1. Ade Rusli, S.Kom

e. Divisi Sarana, Prasarana, Logistik & Urusan Rumah Tangga


Yayasan (Div.SAPRAN RT)
Officer : Maulana Hasanudin, S.Pd

f. Divisi Penerimaan&Monitoring Keuangan (Div.PMK)


Officer :1. Arif Soebarkah, S.E.

g. Divisi Pengeluaran&Pelaporan Keuangan (Div.PPK)


Officer :1. Nasrullah Jamaluddin

2. Lembaga
a) Lembaga Pengasuhan Santri (LPS)
1) Kiroman Katibin (4) Qurota A‟yun
2) H. Jajang, LC (5) Uswatun Hasanah
3) Dzulkarnain ali, S.Th.I (6) Anis zuhrotussholihah
4) Abdul Rozak, S.Pd
69

b) Lembaga Pengembangan Tahfidzul Qur‟an (LPTFQ)


1) H. Anshorudin, MA
c) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)
1) A. Fauzi Ridwan, S. Pd
2) Ilham Mahmudin, S. Pd
d) Lembaga Pengembangan Bahasa (LPBS)
1) Pella Munaya
2) Team
e) Lembaga Pengembangan Bakat (LPBT)
1) H. M. Romlih Muslim, S.Pd
2) Abdul Mufarrich, S.Pd
f) Lembaga Panti Asuhan (LPA)
1) M. Sulaiman, S.Pd
2) Dian Hafidz, S.Pd
3) Fahmi Abdul Ajis
g) Litbang dan Jaminan mutu :
1) Ahmad Dzulfahmi, S. Pd

Struktur OSPP
Organisasi Santri Pondok Pesantren
Al – Qur’aniyyah
(Kepengurusan Putra)
Ketua Pondok Putra : Much. Wildan Imam M

Wakil Ketua : M. Shufi el Kamil

Seketaris : M. Arsyad Akbar

M. Rifai Arsyad

Bendahara : Faisal Hadi

Ujang Ridwan
70

Dep. Pendidikan Dep. Keamanan Dep. Kebersihan

Rafi Affan D Nur Muhammad Ahmad Banhu


Rizky Surawah
Rizqi M Fadhil
Fikri Ananda Sulthan Much. Fikri
Zakaria Adnan
Ardiansyah
Ahmad Iqbal Habibie
Bana Ramadhan
Nur Fauzi
Rio Auladi
Rizki Bp Abdurahman
Mulyanuddin
M. Nurhikamnuddin M. Nizar Akmal
Mahadir Muhammad
Adzanul Rizki
M. Iqbal
Dep. Peribadatan Ahmas Zaky Siradj

Haekal Fadhli
Dep. Bahasa
Adhi Pramudinanto Dep. Kesehatan
Ahmad Fauzi
Wahyu Efendi M. Izul Islami
Muhajir Hasan
Ranji P Hafidz Dzikrullah
Wildanul Firdaus
Hermansyah Kamil
Helmi Mudhofar
Ahmad Farhan Muhammad Irham
Yuzadt Maulana Maulana

Ahmad Fajrul Falah

Dimas Sumargo Y.S

Muhammad Alfi
Dzulfikri

Dep. Olahraga

Muhammad Raihan Sulthoni


71

Muhammad Haikal

Djohar Nur Sya‟bansyah

Abdul Muiz

Maris Firdaus

Muhammad Ezah

(Kepengurusan Putri)

Ketua Pondok Putri : Anggita. A.

Wakil Ketua : Adinda Nur. A

Seketaris : Irene Fauz

Bendahara : Nur Amalina

Dep. Pendidikan Dep. Olahraga Dep. Kesehatan

Nabilah Tilzah Faslia. A Diana A

Niuda Anur F Rizkina. F Putri Nur L

Lulu Qotruunada Sili. W Aqistu Intan

S Melani Faiqza. R Sheha Sabila

Tasya Nurul Aulia S. Aulia. H Putri.

Dep. Keamanan Dep. Peribadatan Dep. Kebersihan

Aulia N. V Annisa Nurul F

Eva Meliana Dhea Vahwatunisa Annisa F

Syarifah. N Sulis Nabila Nashriyatun

Alfasani W Aqelia Vida Khoirunnisa

Apriliana D. H Salsabila Z Syeril. S. A


72

Dep. Bahasa

Aqelia. N

Indah. W

Nurul A

Jelita Ausy

Latifah T

5. Sumber Daya Manusia (SDM)


a. Dewan Pengajar : 43
b. Pengurus Yayasan : 40
c. Tenaga Kebersihan :5
d. Tenaga Keamanan :6
e. Tenaga Medis :1

B. Deskripsi Data
1) Variabel Y
Data yang diperoleh untuk variabel Y yakni kemampuan bacaan Qur‟an
santri melalui tes kompetensi dimana guru atau ustadz menilai langsung
bacaan santri sebanyak 35 santri, yang tersebar pada 4 kelas dengan jumlah
kisaran antara 8 dan 9 responden pada setiap kelas, dengan acuan instrumen
yang telah diberikan maka diperoleh data dengan nilai tertinggi yaitu 100
dengan jumlah responden sebanyak 7 santri dan nilai terendah yaitu 52
dengan jumlah responden sebanyak 3 santri.

Tabel 4.3

Pemetaan Responden

Kelas Jml. Responden

X IPA 1 9
73

X IPA 2 9

X IPS 1 9

X IPS 2 8

Jumlah 35

Jenis instrumen yang dijadikan acuan sebagai tes kompetensi bacaan


Qur‟an santri ialah jenis angket dikotomi, artinya instrumen ini hanya
memiliki 2 alternatif jawaban saja. Dan pada penelitian ini, alternatif jawaban
yang digunakan adalah “IYA” dan “Tidak”. Pada jawaban pernyataan “IYA”
akan diberikan skor 1 dan pada jawaban pernyataan “Tidak” akan diberikan
skor 0, dan pada instrumen penelitian ini jumlah butir pernyataan sebanyak
25 soal. Untuk memudahkan perhitungannya maka jumlah jawaban “IYA”
dikonversikan kedalam skala 100. Maka jawaban “IYA” harus dikalikan 4.
Dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

R = Jawaban “IYA” x 4

Dengan demikian rentang sekor yang diperoleh dari setiap santri yakni
antara 0 sampai 100. Dan KKM (kriteria ketuntasan minimal) untuk murottal
Qur‟an atau bacaan AL-Qur‟an ialah sebesar 75, maka dapat dikelopokkan
antara santri yang tuntas dengan tidak tuntas dalam membaca Al-Qur‟an.

Santri yang menjadi objek pada penelitian ini adalah santri yang berasal
dari pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah yang berstatus menjadi santri sejak
kelas 3 SMP kebawah, dengan tujuan agar penelitian ini tepat sasaran
sehingga hasilnya baik. Sebab pemberian treatment dengan metode nazam
jazariyah ini diberikan pada santri jenjang kelas 3 SMP di Pondok Pesantren
Al-Qur‟aniyyah.

Hasil dari penelitian ini dirincikan dalam bentuk tabel dan diagram batang
yang menggambarkan ditribusi frekuensi data tes kompetensi bacaan Qur‟an
74

santri dimana rentang skor adalah 48 dengan interval kelas sebanyak 8 dan
panjang kelasnya adalah 6. Dengan rincian perhitungan sebagai berikut:

Rentang (r) = data terbesar – data terkecil


= 100 – 52 = 48
Banyaknya kelas (K) = 1+ 3.3 Log N
= 1 + 3.3 Log 35
= 1 + 3.3(1.5)
= 6.0954 dibulatkan menjadi 6

Panjang Kelas = = =8

Tabel 4.4
Daftar Nilai Tes Kompetensi Bacaan Qur’an Santri

No Nama Nilai Kriteria


1 Ahmad Raihan Anwar 60 Belum Tuntas
2 Andre Mahendra 100 Tuntas
3 Daffa Rabani 96 Tuntas
4 Dika Aldoni 88 Tuntas
5 Dzikri Mursyid 64 Belum Tuntas
6 Faisal Anwar 92 Tuntas
7 Farid Irsyad 60 Belum Tuntas
8 Ibkar Ramadhan 84 Tuntas
9 Imam Nur Fauzi 68 Belum Tuntas
10 Ine Hayatul Musyrofah 92 Tuntas
11 Ismi Tazkiah 100 Tuntas
12 Istiqomah Dinda 88 Tuntas
13 Muhammad Aprianto Effendi 100 Tuntas
75

14 Muhammad Deni 60 Belum Tuntas


15 Muhammad Nurul Akbar 96 Tuntas
16 Murdiyanti 60 Belum Tuntas
17 Nanda Setyo 92 Tuntas
18 Naufal Sya'bani 64 Belum Tuntas
19 Nazar Ibnu Hafidz 92 Tuntas
20 Nikola Saputra 88 Tuntas
21 Nur Azizah 64 Belum Tuntas
22 Nur Fajriwati 64 Belum Tuntas
23 Nurul Rizqi 100 Tuntas
24 Rafida Kairani Rahma 100 Tuntas
25 Rajif Ishak 52 Belum Tuntas
26 Rey Syekh Jihan 88 Tuntas
27 Rifda Wafiah 100 Tuntas
28 Rizki Adnan 64 Belum Tuntas
29 Rizki Oktaviani 96 Tuntas
30 Sabrina Ayu Cahyani 68 Belum Tuntas
31 Safna Febiola 84 Tuntas
32 Taufiq Amin 96 Tuntas
33 Umi Fadhilah 56 Belum Tuntas
34 Viryal Al-Farisi 56 Belum Tuntas
35 Winda Putri Nova 100 Tuntas
Tuntas 21
Jumlah
Belum T. 14
76

Tabel 4.5
Kelas Interval Kemampuan Bacaan Qur’an Santri

f. f.
No kelas interval
Absolut Relatif
1 52 59 3 9%
2 60 67 9 26%
3 68 76 2 6%
4 77 84 2 6%
5 85 92 8 23%
6 93 100 11 31%
Jumlah 35 100%

Diagram 4.1
Kelas Interval Kemampuan Bacaan Qur’an Santri

Diagram Bacaan Qur'an


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
kelas interval 52 60 68 77 85 93
59 67 76 84 92 100
f. Absolut 3 9 2 2 8 11
f. Relatif 9% 26% 6% 6% 23% 31%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa santri yang mendapat skor antara
rentang 52 sampai 59 sebanyak 3 orang menempati posisi 9% dari jumlah
keseluruhan responden. Kemudian skor antara rentang antara 60 sampai 67
77

sebanyak 9 orang menempati posisi 26% dari jumlah keseluruhan responden.


Skor antara rentang 68 sampai 76 sebanyak 2 orang menempati posisi 6%
dari jumlah keseluruhan responden. Skor antara rentang 77 sampai 84
sebanyak 2 orang menempati posisi 6% dari jumlah keseluruhan responden.
Skor antara rentang 85 sampai 92 sebanyak 8 orang menempati posisi 23%
dari jumlah keseluruhan responden. Skor antara rentang 93 sampai 100
sebanyak 11 orang menempati posisi 31% dari jumlah keseluruhan
responden. Dengan demikian frekuensi absolut berjumlah 35 (sesuai dengan
jumlah responden) dan jumlah frekuensi relatif berjumlah 100%, maka santri
yang belum tuntas dalam membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar yang
diukur melalui instrumen berupa angket jenis dikotomi dengan jumlah nilai
rentang antara 0 sampai 100 dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
adalah 75 yakni sebanyak 14 atau 40% dari jumlah keseluruhan responden.
Dan santri yang memenuhi standar predikat kelulusan sebanyak 21 santri atau
60% dari jumlah jumlah keseluruhan responden. Karena jumlah responden
“Bacaan Qur‟an” dengan kriteria “Tuntas” mengungguli dari kriteria “Belum
Tuntas”, maka data dianggap baik dan kompitabel.

2) Variabel X
Angket yang digunakan pada instrumen nazam adalah angket dengan
jenis pengukuran skala likert. Dimana pada angket tersebut responden
diberikan 5 pilihan alternatif (sangat setuju dengan skor 5, setuju dengan skor
4, kurang setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, sangat tidak setuju
dengan skor 1) sehingga skor maksimal yang diperoleh dari setiap satu
responden adalah 120 dengan skor minimal adalah 24.
Data yang diperoleh untuk variabel x yakni nazam jazariyah melalui
angket yang disebar pada 4 kelas dengan jumlah responden sebanyak 35
orang yang pada tiap kelasnya disebar angket sebanyak kisaran antara 8 dan 9
sesuai dengan penyebaran data angket bacaan Qur‟an dan telah dijelaskan
diatas, sehingga objek kajiannya tepat sasaran. Dan dari data instrumen butir
soal sebanyak 24 butir diperoleh data tertinggi mencapai skor 157 dan data
terendah mencapai skor 117. Dapat dilihat pada tabel berikut :
78

Tabel 4.6
Kelas Interval Kemampuan Bacaan Qur’an Santri

No. Butir Skor


1 157 13 137
2 142 14 139
3 138 15 140
4 138 16 148
5 138 17 126
6 117 18 126
7 135 19 132
8 120 20 142
9 143 21 141
10 128 22 140
11 133 23 142
12 136 24 147

Butir soal dengan skor tertinggi ditempati pada butir soal nomor 1, dan
butir soal dengan skor paling rendah terdapat pada nomor 6. Bentuk
pernyataan pada nomor 1 mewakili indikator “pemilihan kata” dengan
ungkapan pernyataan “Kosa kata pada nazam jazariyah tersusun rapi”. Hasil
data ini mendukung pada angket nazam yang berarti bahwa instrumen ini
memang benar-benar layak dijadikan sebagai alat ukur yang bukan saja
tanggapan tetapi juga pengetahuan santri tentang nazam jazariyah. Meskipun
pada kenyataannya para santriawan maupun santriawati tidak mempelajari
secara teoritis kajian tentang nazam -atau yang disebut dengan ilmu „arudh
dan qafiyah), namun secara praktisi para santri mengerti tentang bunyi-bunyi
akhir kalimat pada nazam. Misal dapat kita lihat pada bait muqaddimah
nazam jazariyah
79

‫ى الشَّافِعِي‬
ِّ ‫اْلََزِر‬
ْ ‫ُن‬ ِ
ْ‫ ُمَ َّم ُد ب‬# ‫ول َراج ي َع ْف ِو َرب َس ام ِع‬
ِ ُ ‫ي ُق‬
َ
ِ ِ ِ ِِ ِ
‫عي‬
ْ ‫نُْل َجَزر ْي ي ْش َشاْف‬ ْ ‫ ُمَ ْم َم ُد‬# ‫ب بِ ْن َساْمع ْي‬
‫ب‬ ْ ‫يَ ُق ْو ُل َراْ ج ْي َع ْف ِو َر‬
O//O/O/ O///O/ O//O// # O// O/O/ O//O/O/ O//O//

‫اعلُ ْن ُم ْفتَعِلُ ْن ُم ْستَ ْفعِلُ ْن‬


ِ ‫ م َف‬# ‫اعلُن مستَ ْفعِلُن مستَ ْفعِلُن‬
َ ْ ْ ُ ْ ْ ُ ْ ‫َم َف‬
ِ

ِِ ِ ِ
ُ‫و َوُمص ْطََفاه‬ ّ‫ َعلَى نَبِي‬# ُ‫صلَّ ى اللَّ و‬ َ ‫اَ ْحلَ ْم ُد للَّ و َو‬
ِ ِ
‫اى ْو‬ ْ ‫يِ ِه ْي َوُم‬
ُ ‫ص طََف‬ ‫ َعلَى نَِ ْب‬# ‫ص ْل َل لْ ََلْ ُى ْو‬
َ ‫اَ ْحلَ ْم ُدل ْل ََلْه َو‬
O/O// O//O// O//O// # O/O/O/ O//O/O/ O//O/O/
ِ ‫اعلُن م َف‬
‫اعلُ ْن فَعُ ْولُ ْن‬ ِ ِ ِ
َ ْ ‫ َم َف‬# ‫ُم ْستَ ْفعلُ ْن ُم ْستَ ْفعلُ ْن َم ْفعُ ْولُ ْن‬
Pada nazam tersebut akhir kata yang disusun oleh pengarang membentuk
bunyi dan qafiyah yang sama. Pada bait pertama akhir setiap syatar memiliki
harokat sukun yang sebelumnya kasroh, dan syatar kedua memiliki harokat
sukun yang sebelumnya adalah dhommah. Sehingga keteraturan kata dan
bunyi membuat para santri akan lebih mudah mencerna dan menghafalnya,
meskipun pada baitnya berbeda, dimana bait pertama disebut bait muqaffa
namun pada bait kedua adalah bait musharra‟. Namun pola baharnya masih
sama yakni rajaz.
Butir yang mendapatkan skor paling rendah ialah butir nomor 6 yang juga
mewakili indikator “pemilihan kata” dengan ungkapan pernyataan “kosa kata
pada nazam jazariyah banyak menggunakan kiasan”. Hal ini memang sesuai
dengan nazam jazariyah yang diksinya tidak menggunakan kata-kata kiasan.
Sebab biasanya kalimat yang berwazan dan berqafiyah diksi atau pemilihan
katanya menggunakan kata-kata kiasan disebut dengan puisi yang dalam
bahasa Arab disebut dengan Sya‟ir. Dan sebagaimana telah kita ketahui pada
bab dua telah kita bahas mengenai sya‟ir dan nazam beserta keterangan
mengenai keduanya. Misal dapat kita lihat pada beberapa bait nazam yang
dalam menerangkan suatu materi tentang tajwid dengan menggunakan bahasa
langsung atau ilmiah dan bukan kiasan;
80

ِ ِ ِ ‫و ْاْلَخ ُذ بِالت‬
ُ‫ َم ْن ََلْ ُجيَ ِّود الْ ُقَرآ َن آث‬# ‫َّج ِويد َحْت ٌم َلَ ِزُم‬ ْ ْ َ
ِ ِْ ‫ِْلَنَّوُ بِِو‬
َ‫صَل‬َ ‫ َوَى َك َذا مْنوُ إِلَْي نَا َو‬# َ‫اْللَوُ أَنْ َزَل‬
‫ َوِزينَةُ اْل ََد ِاء َوالْ ِقَراءَ ِة‬# ِ‫َوُى َو أَيْضاً ِح ْليَةُ التَِّلََوة‬
‫َّها‬ ٍ ِ ِ ِ ْ ‫وىو إِعطَاء‬
َ ‫ م ْن ص َفة ََلَا َوُم ْستَ َحق‬# ‫َّها‬ َ ‫احلُُروف َحق‬ ُ ْ ََُ

Yang kurang lebih artinya seperti ini :


Dan mempelajari tajwid itu hukumnya wajib # barangsiapa yang tak
membaca Al-Qur‟an dengan tajwid maka berdosa
Karena sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur‟an dengan tajwid # dan
demikianlah membaca Al-Qur‟an dengan tajwid sampai kepada kita
Dan dengan tajwid memperindah bacaan Al-Qur‟an # dan juga sebagai
penghias dalam membacanya
Dan yang dimaksud dengan tajwid ialah memberikan haknya huruf # dari
pada sifat dan yang menjadi hukum selanjutnya
Pengarang dengan bahasa yang tegas dan lugas juga langsung menyatakan
bahwa mempelajari tajwid adalah wajib hukumnya. Sebab memelihara
keotentikan bacaan Al-Qur‟an yang diwariskan oleh Rasulullah ialah dengan
tajwid. Kemudian pengarang menjelaskan yang dimaksud dengan tajwid juga
dengan bahasa yang jelas tanpa memberikan perumpaan atau permisalan.
Maka dengan demikian telah jelas bahwa nazam jazariyah merupakan nazam
yang mumpuni dalam membahas ilmu tajwid, oleh karenanya langkah yang
tepat jika pondok pesantren menjadikan nazam jazariyah menjadi bahan
kajian disiplin ilmu tajwid. Ditambah pemberian nazam jazariyah pada santri
tingkat 3, atau kelas 3 SMP merupakan langkah yang cukup tepat, namun
alangkah baiknya jika pelajaran nazam jazariyah ini tidak hanya diberikan
pada 2 semester saja atau hanya pada kelas 3 saja, sebab penulis melihat
kekurangmaksimalan santri untuk menghafal dan mengerti betul setiap arti
dari kosa kata pada nazam yang akan berimplikasi kepada
kekurangmaksimalan akan pemahaman tentang tajwid.
81

C. Uji Prasyarat Analisis


Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui apakah analisis
data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat
analisis dalam penelitian ini adalah uji normalitas residual, uji linieritas.
Dan uji heteroskedastisitas.
Uji prasyarat analisis dikatakan terpenuhi jika residual berdistribusi
normal, kelompok data, serta terdapat hubungan yang linier antara variabel
X dan variabel Y. Jika salah satu prasyarat analisis tidak terpenuhi maka
pengujian hipotesis tidak dapat dilanjutkan.
Uji prasyarat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program Statistic Product and Service Solution (SPSS).
1. Uji Normalitas Residual
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji
apakah nilai residual yang dihasilkan regresi terdistribusi secara
normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
a. Metode Grafik

Normalitas dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu


diagonal dari grafik. Sebagai dasar pengambilan keputusan, jika
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka nilai residual tersebut telah normal.
82

Grafik 4.1

Hasil Uji Normalitas Residual

Sumber data: primer, diolah pada 10 Desember 2017

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa titik-titik


menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal, maka nilai
residual tersebut terdistribusi normal. Karena residual terdistribusi
dengan normal, maka uji prasyarat terpenuhi. Dengan demikian,
data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilanjutkan ke
analisis data lebih lanjut.

b. Metode Uji One Sample Kolmogrof-Smirnov


Untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal atau
tidak, yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi. Kriteria
pengujiannya adalah:
1) Jika signifikansi < 0,05 maka residual tidak terdistribusi
normal
83

2) Jika signifikansi > 0,05 maka residual terditribusi normal


Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Residual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 35

Mean .0000000
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation 14.39602037

Absolute .116

Most Extreme Differences Positive .077

Negative -.116

Kolmogorov-Smirnov Z .688

Asymp. Sig. (2-tailed) .732

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber data: primer, diolah pada 10 Desember 2017

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi


(Asymp. Sig 2-tailed) sebesar 0,732. Karena nilai signifikansi
lebih dari 0,05, (0,732>0,05) maka residual terdistribusi dengan
normal. Karena residual terdistribusi dengan normal, maka uji
prasyarat terpenuhi. Dengan demikian, data yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat dilanjutkan ke analisis data lebih lanjut.

2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui linieritas data, yaitu
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang liniar atau tidak. Hasil
84

uji linieritas dapat dilihat dari nilai sifnifikansi pada Deviation of


Linearity. Kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear
antara variabel X dengan variabel Y.
b. Jika signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear
antara variabel X dengan variabel Y.
Tabel 4.8
Hasil Uji Linieritas
S
ANOVA Table
u
m
Sum of Df Mean F Sig.
b
Squares Square
e
(Combined) 5474.743 20 273.737 .894 .600

Between Linearity 2716.399 1 2716.399 8.869 .010


Groups
Bacaan Deviation from 2758.344 19 145.176 .474 .935
* Nazam Linearity

Within Groups 4288.000 14 306.286

Total 9762.743 34

Sumber data: primer, diolah pada 10 Desember 2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa signifikansi pada


Deviation of Linearity lebih dari 0,05 (0,935 > 0,05). Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara variabel
nazam jazariyah dengan variabel kemampuan bacaan Qur‟an santri.
Karena data linier, maka uji prasyarat terpenuhi. Dengan demikian,
data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilanjutkan ke analisis
data lebih lanjut.

3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada
semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik
85

seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini uji


heteroskedastisitas dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Metode Grafik (Melihat Pola Titik-titk pada Grafik Regresi)
Dasar kriteria pengambilan keputusannya ialah:
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang kemudian
menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi
heteroskedastisitas.
Grafik 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber data: primer, diolah pada 10 Desember 2017

Dari grafik di atas dapat diketahui titik-titik tidak membentuk


pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Karena
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, maka uji prasyarat
86

terpenuhi. Dengan demikian, data yang diperoleh dalam


penelitian ini dapat dilanjutkan ke analisis data lebih lanjut.

b. Metode Absolut Residual Glejser


Dasar kriteria pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas
2) Jika signifikansi < 0,05 maka terjadi maslah
heteroskedastisitas
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas Absolut Residual Glejser

\
Sumber data: primer, diolah pada 10 Desember 2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien antara


variabel Nazam dengan Unstandardized Residual memiliki nilai
signifikansi 0,368 atau lebih dari 0,05 (0,368 > 0,05). Karena
signifikansi lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas. Karena tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas, maka uji prasyarat terpenuhi. Dengan
demikian, data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat
dilanjutkan ke analisis data lebih lanjut.

D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan


1. Uji Hipotesis Penelitian
Setelah uji prasyarat terpenuhi, yaitu residual terdistribusi
normal, data yang dimiliki linear serta tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas, maka data tersebut dapat digunakan untuk
87

menguji hipotesis. Pengujian hipotesis ini dilakukan agar dapat


mengetahui apakah nazam jazariyahmemberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri. Dalam
penelitian ini Pengujian dilakukan dengan menggunakan program
Statistic Product and Service Solution (SPSS).
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi Output Model Summary

b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 .527 .278 .256 14.613

a. Predictors: (Constant), Nazam

b. Dependent Variable: Bacaan


S
Sumber data: primer, diolah pada 11 Desember 2017

Dalam regresi sederhana angka R pada tabel di atas


menunjukan korelasi sederhana (korelasi Pearson) antara variabel X
terhadap variabel Y. Angka R didapat 0,527 artinya korelasi antara
variabel nazam jazariyah dengan kemampuan bacaan Qur‟an santri
sebesar 0,527. Hal ini berarti terjadi hubungan antara variabel X dan
variabel Y.
R square yaitu menunjukan koefesien determinasi. Angka ini
diubah ke bentuk persen, yang artinya presentase sumbangan
pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Nilar R Square sebesar
0,278 kemudian diubah ke bentuk persen menjadi 27,8% artinya
presentase sumbangan pengaruh variabel nazam jazariyah terhadap
kemampuan bacaan Qur‟an santri sebesar 27,8%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
88

Tabel 4.11
Hasil Uji Regresi dengan Uji t
S Coefficients
a

Model Unstandardized Coefficients Standardiz T Sig.


ed
Coefficient
s

B Std. Error Beta

(Constant) 33.657 13.478 2.497 .018


1
Nazam .502 .141 .527 3.567 .001

a. Dependent Variable: Bacaan

Sumber data: primer, diolah pada 11 Desember 2017

a. Mencari persamaan regresi

Persamaan regresi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :


Ŷ= a + bX
Diktahui bahwa nilai constant (a) sebesar 33.657, sedangkan nilai
nazam (b/koefisien) sebesar 0.502. Sehingga persamaan regresinya
dapat ditulis :

Ŷ= 33.657 + 0,502X

Artinya bahwa nilai konsisten variabel kemampuan bacaan Qur‟an


sebesar 33.657, sedangkan nilai koefisien regresi X sebesar 0.502
menyatakan bahwa setiap penambahan 1% nilai nazam, maka nilai
bacaan Qur‟an bertambah sebesar 0.502. Nilai koefisien regresi
tersebut bernilai positif, sehingga disimpulkan bahwa arah pengaruh
variabel X terhadap variabel Y adalah positif. Maka nazam jazariyah
mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan bacaan Qur‟an
santri.

b. Langkah-langkah pengujian Uji t sebagai berikut:


89

a) Merumuskan umusan hipotesis


Ho :Nazam jazariyah tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri
H1 :Nazam jazariyah memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri
b) Menentukan t tabel
t tabel dapat dilihat pada tabel statistika pada signifikansi 5%
dengan derajat kebebasan n-2 atau 35 – 2 = 33, hasil diperoleh
untuk t tabel sebesar 2,030
Dari ouput didapat t hitung sebesar 3.567 dan signifikansi
sebesar 0,001
c) Menentukan t hitung dan signifikansi
Dari tabel di atas didapat t hitung sebesar 3.567 dan signifikansi
sebesar 0,001
d) Kriteria pengujian
Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak
Jika -t hitung > -t tabel atau t hitung < t tabel maka Ho diterima
Berdasarkan signifikansi:
Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima.
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
e) Membuat kesimpulan
Nilai t hitung > t tabel (3.567 > 2,030) dan signifikansi lebih
kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima,
jadi dapat disimpulkan bahwa nazam jazariyah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bacaan Qur‟an
santri.
90

2. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya
diperoleh bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, diketahui
bahwa nazam jazariyah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan bacaan Qur‟an santri pada taraf signifikan 0,05 (5%) atau
tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Nilai korelasi yang didapatpun cukup kuat, yaitu 0,527 yang
artinya korelasi antara variabel Nazam jazariyah dengan kemampuan
bacaan Qur‟an santri sebesar 0,527. Hal ini berarti terjadi hubungan yang
cukup kuat.
Adapun presentase sumbangan pengaruh variabel nazam jazariyah
terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri sebesar 27,8%, sedangkan
sisanya yakni sebesar 72,2% dipengaruhi oleh variabel lain.
Dalam kajian teori peneliti mengemukakan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan bacaan Qur‟an santri, antara lain sebagai
berikut:
a. Faktor intern, yaitu terdiri atas faktor fisiologis umum dan panca
indera, serta faktor psikologis seperti minat, bakat, motivasi, dan
kecerdasan/IQ.
b. Faktor ekstern, terdiri dari lingkungan (sosial dan non sosial), dan
instrumental seperti kurikulum, program, sarana atau fasilitas
serta guru.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya nazam
jazariyah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
bacaan Qur‟an santri, pengaruh yang diberikan nazam jazariyah terhadap
kemampuan bacaan Qur‟an santri sebesar 27,8% sedangkan sisanya
sebesar 72,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti minat, bakat,
motivasi, IQ, lingkungan baik sosial maupun non sosial, intrumental baik
dari segi sarana dan prasarana ataupun fasilitas, program, kurikulum, serta
faktor tenaga pendidik atau guru.
91

Skor rata-rata variabel nazam jazariyah pada santriawan-santriawati


pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah kelas 4 atau kelas 1 SMA adalah
sebesar 94,1 menunjukan nazam jazariyah bagi santriawan-santriawati
pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah cukup baik, hal ini disebabkan karena
santriawan-santriawati pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah selain dengan
background Al-Qur‟an yang cukup kuat juga bahwa di pondok pesantren
ini tradisi nazaman sudah menjadi satu hal yang membudaya. Hal ini dapat
dilihat dari setiap jenjang kelasnya bahwa, selalu ada suatu bidang studi
yang menggunakan Nazam. Sedangkan skor rata-rata variabel kemampuan
bacaan Qur‟an santri sebesar 80,9 atau dibulatkan menjadi 81, menunjukan
kemampuan bacaan Qur‟an santriawan-santriawati di pondok pesantren
Al-Qur‟aniyyah tergolong cukup baik, hal ini disebabkan bimbingan yang
intensif yang diberikan kepada santriawan dan santriawati dalam proses
pembelajaran mambaca Al-Qur‟an atau murottal Al-Qur‟an guna
membenahi bacaan-bacaan yang keliru serta tidak sesuai dengan ilmu
tajwid. Dan disisi lain, Tahfidzul Qur‟an atau menghafal Qur‟an juga
pelajaran tajwid merupakan salah satu pelajaran wajib pada setiap kelas,
artinya setiap santri diwajibkan memiliki hafalan Qur‟an dan mempelajari
ilmu tajwid.
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa pondok pesantren Al-
Qur‟aniyyah sebagai salah satu pondok pesantren bercirikhas kan dengan
pelajaran-pelajaran Al-Qur‟an yang terbukti dengan konsentrasinya dalam
membenahi bacaan Qur‟an santri lewat bimbingan murottal Al-Qur‟an
yang didukung dengan pemberian materi ilmu tajwid sehingga menjadikan
bacaan Qur‟an santrinya menjadi fasih dan benar.

E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belumlah sempurna
dikarenakan penelitian ini mempunyai keterbatasan, diantaranya:
1. Peneliti hanya melibatkan subyek penelitian dengan jumlah terbatas,
yaitu 37% dari jumlah populasi yakni 35 santri dari jumlah populasi
92

sebanyak 107 siswa/santri, sehingga hasilnya belum dapat


digeneralisirkan pada kelompok subyek dengan jumlah yang besar.
2. Instrumen pengumpulan data belum dapat mengungkap seluruh
aspek yang diteliti. Juga metode pengumpulan data yang hanya
dengan menggunakan 2 metode yakni dengan metode observasi dan
metode angket.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah


dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa nazam jazariyah
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bacaan
Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah Tangerang Selatan. Hal
ini disebabkan karena nazam jazariyah merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi kemampuan bacaan Qur‟an santri, sebab
nazam jazariyah merupakan nazam yang membahas tentang disiplin ilmu
tajwid yang sangat berkaitan erat dengan tata cara membaca Qur‟an yang
baik dan benar. Hal tersebut tercermin pada tingginya tingkat linieritas
yang diperoleh dari data yang mencapai 0,935 yang jika diubah menjadi
persen maka skronya menjadi 93,5%, ini menunjukkan ke-linier-an yang
sangat berarti. Kemudian sumbangan pengaruh yang diberikan nazam
jazariyah terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri ialah sebesar 27,8%
dengan tingkat kolerasi sebesar 52,7%, menunjukkan prosentase yang
cukup tinggi. Dan 72,2% dipengaruhi oleh faktor lain seperti minat, bakat,
motivasi, kecerdasan/IQ, lingkungan (sosial dan non sosial), dan
instrumental seperti kurikulum, program, sarana atau fasilitas serta guru.

Disamping materi nazam jazariyah yang berfokus terhadap tajwid


yang berdampak terhadap kemapanan membaca Al-Qur‟an, penyajian
materi dengan nazam sangat membantu para santri menghafal materi
tajwid yang terkadung dalam nazam jazariyah, sehingga konsep materi
tajwid mudah diingat dan dimutola‟ah. Juga gaya bahasa serta musik atau
irama yang digunakan pada nazam jazariyah mudah dipelajari dan
diapahami. Terbukti dengan skor tertinggi yang diperoleh pada butir
pernyataan nomor satu yang menyatakan bahwa “Kosa kata pada nazam
jazariyah tersusun rapi”. Sehingga keseragaman dan keteratuan kalimat

97
94

membuat santri lebih mudah mencerna dan mengingatnya. Juga dengan


menggunakan bahar rajaz, yang mana bahar ini merupakan bahar yang
paling sering digunakan untuk menyenandungkan nazam-nazam lainnya,
seperti nazam aqidatul „awam yang biasa disenandungkan menjelang
maghrib di pesantren Al-Qur‟aniyyah, membuat santri sudah tak asing lagi
dengan nadanya.

B. Implikasi
Nazam jazariyah telah terbukti memberikan kontribusi positif
terhadap kemampuan bacaan Qur‟an santri sehingga semakin tinggi
kontribusi positif yang diberikan nazam jazariyah maka kemapanan akan
kemampuan bacaan Qur‟an santri akan semakin besar. Oleh karenanya
penggunaan nazam layak dipertahankan dengan terus dievaluasi
pengajarannya, sebab bisa saja sewaktu-waktu penggunaan nazam ini tak
lagi memberi sumbangan yang positif manakala mungkin asatidz yang
mengajarnya kurang berkompeten dibidang tajwid khususnya pengajaran
menggunakan nazam jazariyah. Di sisi lain masih 40% santri yang
dikategorikan tergolong belum tuntas dengan KKM sebesar 75. Entah
karena kurangnya pengruh faktor internal seperti minat, bakat, motivasi,
kecerdasan/IQ ataupun ataupun faktor eksternal seperti lingkungan (sosial
dan non sosial), dan instrumental seperti kurikulum, program, sarana atau
fasilitas serta guru yang membuat kemampuan bacaan Qur‟an santri
kurang berkualitas. Sebab dalam kemapanan santri dalam membaca
Qur‟an bukan hanya dipengaruhi oleh pengetahuan kognitif seperti
pengetahuannya tentang tajwid, namun pengaruh besar juga dari afektif
santrinya yang misalnya giat untuk berlatih membaca Al-Qur‟an. Karena
dapat juga kita dapati mereka yang mahir membaca Al-Qur‟an namun
kurang mengetahui hukum-hukum tajwidnya.
Maka agar hasilnya bisa maksimal, diperlukan peningkatan mutu
disetiap faktor yang mempengaruhi kemapanan bacaan Qur‟an santri, baik
itu internal maupun eksternal. Dengan bersinerginya pada semua faktor
95

akan benar-benar mengashilkan santri yang mahir dalam membaca Al-


Qur‟an.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran


peneliti yang mungkin dapat meningkatkan mutu dan kualitas bacaan
Qur‟an santri Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah Tangerang Selatan
kurang dan lebihnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Santriawan-santriawati
Diharapkan dapat terus meningkatkan ghiroh belajar terutama di
bidang tajwid yang berimplikasi langsung terhadap bacaan Al-Qur‟an,
dan bukan hanya mempelajari materi atau teorinya saja melainkan
juga selalu mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan tentang tajwid
dalam membaca Al-Qur‟an sehingga akan maksimal membacanya.
2. Bagi Tenaga Pengajar Murottal dan Pengajar Nazam Jazariyah
Diharapkan para tenaga pengajar murottal dan nazam jazariyah dapat
meningkatkan kualitas mengajarnya, entah dengan mengadakan
perbaikan pada metode ataupun strateginya. Juga diharapkan mampu
membangun motivasi para santri agar terus mau menambah
pengetahuannya tentang tajwid dan membenahi bacaan Qura‟nnya.
Sebab 72,8% keberhasilan kemampuan bacaan Qur‟an santri ditumpu
pada faktor lain, termasuk diantaranya adalah faktor guru.
3. Bagi Pondok Pesantren
Diharapkan dapat melakukan evaluasi-evaluasi guna memaksimalkan
semua faktor. Sebab keberhasilan suatu pengajaran bisa saja tidak
dengan satu siklus pengajaran saja, namun butuh beberapa siklus dan
pembenahan serta tidak hanya didukung oleh satu faktor saja
melainkan dengan berbagai faktor pendukung lainnya. Juga
diharapkan mampu meningkatkan sinergitas diberbagai elemen,
terutama antara guru mata pelajaran tajwid dan murottal yang
96

keduanya sangat linier dan berhubungan. Dengan maksimalnya


diberbagai faktor dan elemen diharapkan kemapanan kemampuan
santri dalam membaca Al-Qur‟an mencapai 100%.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Al-Abdi, Mahmud Muhammad Abdul Mun‟im. al-Raudatu al-Nadiyyah Syarah
Matan Jazariyyah, Mesir : Maktabah Al-Azhar li Al-Turats, 2001.
Al-Haddad, Muhammad bin Ali bin Khalaf al-Husaini. Qaulu al-Sadid Fi Bayani
Hukmi al-Tajwid, Damasq: Dar al-gautsany li al-Dirasatil al-Qur‟aniyyah,
tt.
Al-Imrithy, Syarofuddin. Yahya. „Imrithy, Surabaya: Dar al-„Abidin, tt.
Al-Mahmud, Muhammad. Hidayatu al- Mustafidh, Jakarta : al-Alaydrus, tt.
Al-Nawawi, Riyadhu al-Shalihin, Surabaya : Dar Ilm, tt.
Al-Shabuni, Muhammad Ali. al-Tibyan Fi „Ulumi Al-Qur‟an, Mekkah: Dar al-
Kitab al-Islamiyyah, Cet. I, 2003.
Atik, Abdul Aziz. Ilmu al-Arudh Wa al-Qafiyah, Beirut: Dar al-Nahdhah al-
Arabiyah, 1987.
Chalil, Achjar & Hudaya Latuconsina. Pembelajaran Berbasis Fitrah, Jakarta :
PT Balai Pustaka, 2009.
Dahlan, Zaini. Mukhtashar Jiddan, Surabaya: Dar al-„Ilm, tt.
Danim, Sudarman. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung : Alfabeta,
2013.
Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk
Siswa SMA, Jakarta: 1999/2000.
Khairurrijal Fahmi dan Nuruddin, Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Syair Imam al-
Syafi‟I: Kajian Struktural Genetik, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa
Arab dan Kebahasaaraban, Prodi Pend. Bahasa Pascasarjana Univ. Negeri
Jakarta, 2014.
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawati S. Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media, 2016
Giftia, Gina AD. “Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur‟an Melalui
Metode Tamam Pada Mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi Uin
Sunan Gunung Djati Bandung”, Jurnal TEKNOIF, Vol. 3, 2014.

97
98

Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992.
Hamid, Mas‟an Ilmu Arudl Dan Qawafi, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.
------------------ Ilmu Arudl Dan Qawafi, Surabaya: Alpha, 2006.
Harun, Maidir & Dasrizal. Kemampuan Membaca Dan Menulis Huruf Al-Qur‟an
Pada Siswa SMA, Jakarta: Balitbang & Diklat Depag RI, Cet. I, 2008,
Hidayat, Rahayu S. Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif,
Jakarta: Intermasa, Cet. I, 1990,
http://www.fahmibasyaiban.web.id/2013/01/mengenalkan-islam-dengan-
nadhom.html, Diunduh pada tanggal 08 Oktober 2017.
Huzaifa, Alifa Nisa. Pengaruh Musik Dengan Kecerdasan Otak, UI: Jurnal
Pendidikan Bahasa Jepang Fak. Pend. Bahasa dan Sastra, 05 Januari 2015.
Ibnu Al-Jazary, Matan Jazariyah, Surabaya: Balai Buku, tt.
Ibnu Ruslan, Ahmad. Matan Zubad, Makkah: Maktabah Tsaqofah, 1984.
Ibrahim, Abdul „Alim. Shofwatu al-„Arudh, Fijalah: Maktabah Gharib, tt.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: Erlangga, 2009.
Kementerian Agama RI & LIPI, Mengenal Ayat-Ayat Sains Dalam Al-Qur‟an-
Penciptaan Manusia Dalam Perspektif A-Qur‟an Dan Sains, Jakarta :
Widya Cahaya, Cet. I, 2015.
Mansur, Fadlil Munawwar. Perkembangan Sastra Arab Dan Teori Sastra Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2011.
Mauludi, Ali. Statistik 1, Jakarta : Prima Herza Lestari, 2006.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir, Surabaya : Pustaka Progresif-
IKAPI, Cet. XIV, 1997.
Muzakki, Akhmad. Kesusastraan Arab; Pengantar Teori dan Terapan,
Yogyakarta : al-Ruzz Media, 2006.
Nady bin Haddaad, Shofwatu alAhkam Fi Tajwidi Khairi al-Kalam, Riyadh : Dar
al-Shomai‟e, 2010.
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan Pembelajaran,
Jakarta: Delia Press, 2004.
Ornstein, Allan C. & Francis P. Hunkins. Curriculum; Foundation, Principles,
And Issues, Boston: Pearson, Ed. V, 2009.
99

Partanto, Pius & M Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Aloka, 2001.
Priyatno, Duwi. SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, Yogyakarta: Andi Offset,
2014.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008.
Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula,
Bandung : Alfabeta, 2011.
Rusyana, Yus. Bahasa dan Sastra dalam Gambitan Pendidikan, Diponegoro:
Bandung, 1998.
Sanjaya, Wina. Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, Ed. 5, 2013.
Santoso, Statistik Hospital, Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Jakarta :
Kencana Prenadamedia Group, Cet. III, 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah- Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur‟an,
Jakarta : Lentera Hati, Cet. II, 2009.
Shonhaji, Matan al-Ajurumiyyah, Jakarta: al-„Alaydrus, tt.
Suaid, Aiman Rusydi. Mandhzumat al-Muqaddimah, Makkah: Dar Nur al-
Maktabah, Cet. IV, 2006.
Sudiono, Anas. Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, Cet.
XXIII, 2011.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2009.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, Cet. XIII, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: CV Alfabeta, Cet. VII, 2009.
---------- Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung : CV Alfabeta, 2013.
--------- Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung : Alfabeta, Cet. XXIII, 2016.
Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung : PT Refika Aditama,
2014.
100

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatek, Jakarta : PT


Rineka Cipta, 1998.
------------------------- Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek Jakarta : PT
Rineka Cipta, Ed. Rev. V, 2002.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005.
---------------------------------- Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2010.
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, Ed. III, 2005.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada, 2006.
Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru &
Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. II, 2009.
„Uqail, Said Mahmud. Dalilu Fi al-Arudh, Beirut: „Alahu al-Kutub, Cet. I, 1999.
Wargadinata, Wildana dan Fitriani, Laily, Sastra Arab dan Lintas Budaya,
Malang: UIN Malang Press, 2008.
Ya‟kub, Emil Badi‟. Al-Mu‟jam al-Mufasshal Fi „Ilmi al-Arudh wa al-Qafiyah wa
Funun al-Syi‟r, Beirut: Dar Kitab Al „Alamiyyah, 1991.
Yunus, Ali. Auzanu al-Syi‟ru Wa Qaawafihu, Qahira: Maktabah al-Adab, 2000.
Uji Validitas Butir Pernyataan Nazam
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml
1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 98
2 5 5 4 3 4 2 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3 2 5 5 4 4 99
3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 98
4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 5 4 4 2 1 2 5 5 4 5 3 4 90
6 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 5 3 5 3 3 3 5 5 4 100
7 5 4 3 2 1 2 3 4 5 4 3 2 1 2 3 4 5 4 3 2 1 2 4 3 1 73
8 4 3 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 107
9 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 5 3 3 3 4 5 4 4 99
10 5 3 4 4 5 2 3 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 113
11 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 5 3 5 3 3 3 5 3 4 98
12 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 5 3 5 3 3 3 3 3 4 95
13 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 104
14 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 118
15 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 110
16 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 117
17 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 118
18 5 5 5 5 4 2 3 4 3 5 4 4 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 108
19 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 108
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100
21 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 106
22 4 4 5 5 3 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 106
23 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 106
24 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 1 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 99
25 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
26 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
27 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
28 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
29 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 122
30 4 5 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 113
31 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4 1 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 5 4 5 111
32 5 5 5 5 4 4 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 116
33 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 120
34 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
35 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
36 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
37 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
38 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 121
39 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 2 115
Uji Validitas Butir Instrumen Bacaan Qur'an
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Jml
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 24
2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
3 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21
4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 25
5 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
6 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 18
7 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 23
8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15
9 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 9
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
11 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 10
12 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 24
13 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 25
14 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 14
15 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 22
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
17 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
18 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
19 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 21
20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 23
21 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 24
22 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
23 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 18
24 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 22
25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 16
26 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 10
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
28 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 9
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 26
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
31 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 13
32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 24
33 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
34 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
36 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 23
37 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25
38 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
BUTIR PERNYATAAN NAZAM
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jml
1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 94
2 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 3 5 3 3 4 2 72
3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 94
4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 89
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 5 4 4 2 1 2 5 5 4 5 3 4 86
6 5 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 2 2 2 3 4 3 4 72
7 5 4 3 2 1 2 3 4 4 3 2 1 2 3 4 5 4 3 2 1 2 4 3 1 68
8 4 3 5 5 4 3 4 4 5 5 4 4 5 5 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 96
9 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 3 4 5 5 3 3 3 4 5 4 4 95
10 5 3 4 4 5 2 3 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 108
11 5 4 5 5 4 5 5 5 4 3 5 4 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 110
12 4 5 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 3 3 5 5 3 5 3 3 3 3 3 4 91
13 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 113
14 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 117
15 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 105
16 4 3 2 2 3 3 4 1 4 3 3 3 4 3 2 4 1 2 3 4 3 3 4 4 72
17 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 113
18 5 5 5 5 4 2 3 4 5 4 4 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 105
19 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 104
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
21 4 3 2 4 5 2 4 1 4 2 4 3 5 4 3 4 1 3 2 4 3 4 3 4 78
22 4 4 5 5 3 2 3 1 5 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 5 3 4 5 88
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 120
24 5 4 3 4 5 2 5 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 3 5 4 3 4 5 89
25 5 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 5 4 3 3 5 3 4 3 5 4 3 4 4 89
26 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 119
27 4 5 5 4 4 4 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 110
28 4 5 4 4 3 2 5 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 5 86
29 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 117
30 4 3 3 2 5 2 2 1 3 1 1 1 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 60
31 5 5 5 5 5 5 4 3 4 2 4 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 108
32 5 4 2 3 4 3 4 3 3 5 4 4 4 3 5 4 3 3 3 4 4 3 4 5 89
33 4 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 1 2 3 2 3 1 3 2 3 3 2 3 3 60
34 4 3 1 2 3 2 3 2 3 2 3 3 1 3 4 3 2 3 4 3 2 2 3 3 64
35 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 118
Butir Bacaan Qur'an
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml Skor Kriteria
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 15 60 BT
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 100 T
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 24 96 T
4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 22 88 T
5 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16 64 BT
6 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92 T
7 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 15 60 BT
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 21 84 T
9 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 17 68 BT
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 23 92 T
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 100 T
12 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 88 T
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 100 T
14 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 15 60 BT
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 24 96 T
16 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 15 60 BT
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 23 92 T
18 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 16 64 BT
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 23 92 T
20 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 22 88 T
21 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 16 64 BT
22 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16 64 BT
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 100 T
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 100 T
25 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 13 52 BT
26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 22 88 T
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 100 T
28 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 16 64 BT
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 24 96 T
30 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 17 68 BT
31 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 21 84 T
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 24 96 T
33 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 14 56 BT
34 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 14 56 BT
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 100 T
Hasil Uji Validitas Kemampuan Bacaan Qur’an

Butir Pernyataan r tabel r hitung Status


Item_1 0.316 0.511 Valid
Item_2 0.316 0.505 Valid
Item_3 0.316 0.455 Valid

Item_4 0.316 0.093 Tidak Valid

Item_5 0.316 0.581 Valid


Item_6 0.316 0.447 Valid

Item_7 0.316 0.130 Tidak Valid

Item_8 0.316 0.521 Valid


Item_9 0.316 0.521 Valid
Item_10 0.316 0.521 Valid

Item_11 0.316 0.521 Valid

Item_12 0.316 0.487 Valid


Item_13 0.316 0.736 Valid

Item_14 0.316 0.660 Valid

Item_15 0.316 0.790 Valid


Item_16 0.316 0.688 Valid
Item_17 0.316 0.797 Valid

Item_18 0.316 0.655 Valid

Item_19 0.316 0.542 Valid


Item_20 0.316 0.678 Valid

Item_21 0.316 0.693 Valid

Item_22 0.316 0.794 Valid


Item_23 0.316 0.717 Valid

Item_24 0.316 0.385 Valid

Item_25 0.316 0.450 Valid


Item_26 0.316 0.388 Valid

Item_27 0.316 0.398 Valid


Hasil Uji Validitas Nazam Jazariyah

Butir Pernyataan r tabel r hitung Status

Item_1 0.316 0.439 Valid

Item_2 0.316 0.535 Valid


Item_3 0.316 0.812 Valid

Item_4 0.316 0.480 Valid

Item_5 0.316 0.554 Valid


Item_6 0.316 0.454 Valid
Item_7 0.316 0.474 Valid

Item_8 0.316 0.594 Valid

Item_9 0.316 0.088 Tidak Valid


Item_10 0.316 0.698 Valid

Item_11 0.316 0.640 Valid

Item_12 0.316 0.717 Valid


Item_13 0.316 0.792 Valid
Item_14 0.316 0.674 Valid

Item_15 0.316 0.733 Valid

Item_16 0.316 0.633 Valid


Item_17 0.316 0.436 Valid

Item_18 0.316 0.692 Valid

Item_19 0.316 0.658 Valid


Item_20 0.316 0.759 Valid

Item_21 0.316 0.795 Valid

Item_22 0.316 0.815 Valid


Item_23 0.316 0.498 Valid
Item_24 0.316 0.667 Valid

Item_25 0.316 0.716 Valid


Identitas Responden
Nama santri :
Kelas :
Skala Variabel Kemampuan Bacaan Qur’an
Petunjuk pengisian instrumen

Terdapat dua pilihan dibawah ini dengan cara pengisian yakni memberi
centang/ceklist () pada kolom yang disediakan sesuai dengan kemampuan bacaan santri.
Dengan ketentuan penilaian :
“Setiap kolom yang diisi dengan centang/ceklist () maka diberikan nilai 1, begitupun
sebaliknya, kolom yang tidak diberikan centang/ceklist () maka diberikan nilai 0.”

No Pernyataan Iya Tidak


1 Santri tidak terbata-bata saat membaca Al-Qur’an
2 Santri membaca Al-Qur’an dengan satu nafas
pada satu kali bacaan
3 Santri membaca Al-Qur’an dengan tempo yang
beraturan
4 Santri memperhatikan tempat waqof dan ibtida
yang tepat
5 Santri membaca Al-Qur’an dengan suara yang
jelas
6 Santri membaca Al-Qur’an tidak ragu-ragu
7 Santri mengucapkan huruf-huruf halq dari
tenggorokan
8 Santri mengucapkan huruf as-Syafatain dari dua
bibir
9 Santri mengucapkan huruf gunnah lewat pangkal
hidung
10 Santri mengucapkan huruf al-Lisan dari lidah
11 Santri jelas membedakan makhraj huruf sya & sha
12 Santri jelas membedakan makhraj huruf tsa & sa
13 Santri jelas membedakan makhraj ta & tha
14 Santri jelas membedakan makhraj da & dha
15 Santri jelas membedakan huruf ja, dza, & za
16 Santri jelas membedakan huruf qaf & kaf
17 Santri membaca jelas hukum bacaan izhar
18 Santri memasukkan huruf yang satu kepada yang
lainnya saat membaca idghom
19 Santri menyamarkan bacaan ikhfa
20 Santri mengganti huruf nun kepada mim saat
membaca iqlab
21 Santri menahan bacaan saat terdapat ghunnah
22 Santri memanjangkan bacaan mad
23 Santri memendekkan bacaan qashr
24 Santri mengetahui bahwa hukum mempelajari
tajwid adalahfardhu kifayah
25 Santri mengetahui membaca Al-Qur’an dengan
tajwid adalah fardhu ‘ain

Keterangan :

Rumus penentuan nilai (R) = Jawaban IYA x 4

R = _____x 4 =…….
Identitas Responden
Nama : ……………
Kelas : ……………
Skala Variabel Penggunaan Nazam Jazariyah
Petunjuk Pengisian Angket

Pilihlah salah satu pernyataan dibawah ini dengan cara memberi centang/ceklist ()
pada kolom yang disediakan sesuai keadaan sebenarnya, dengan ketentuan sebagai berikut :

SS = SangatSetuju, S = Setuju, KS = KurangSetuju, TS = TidakSetuju, STS = Sangat Tidak


Setuju
No Pernyataan SS S KS TS STS
1 Kosa kata pada nazam jazariyah tersusun rapi
2 Kosa kata pada nazam jazariyah mudah dipahami
3 Kosa kata pada nazam jazariyah mudah dilafalkan
4 Kosa kata pada nazam jazariyah mudah diingat
5 Kosa kata pada nazam jazariyah sama seperti kosa kata prosa
bahasa arab pada umumnya
6 Kosa kata pada nazam jazariyah banyak menggunakan kiasan
7 Kosa kata pada nazam jazariyah memilki kesamaan bunyi pada
akhirnya
8 Kosa kata pada nazam jazariyah adalah ringkas
9 Kalimat pada nazam jazariyah mudah disenandungkan
10 Kalimat pada nazam jazariyah memiliki ritme yang teratur
11 Nazam jazariyah mempunyai perulangan bunyi yang indah
didengar
12 Melodi pada nazam jazariyah menambah semangat belajar
13 Nazam jazariyah membantu kreativitas bermusik
14 Rangkaian nada pada nazam jazariyah memiliki beberapa variasi
15 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang
makharijul huruf
16 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang sifat-
sifat huruf
17 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang hukum
nun sukun dan tanwin
18 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang hukum
mim sukun
19 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang hukum
bacaan tarqiq dan takhfim
20 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang hukum
bacaani dgham
21 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang hukum
bacaan ghunnah
22 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang hukum
bacaan mad & qashr
23 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang waqof
dan ibtida
24 Nazam jazariyah adalah nazam yang membahas tentang hukum
hamzah washal

NB : angket ini tidak mempengaruhi nilai anda disekolah


Lampiran Bacaan Qur'an Santri

No Nama Nilai Kriteria


1 Ahmad Raihan Anwar 60 Belum Tuntas
2 Andre Mahendra 100 Tuntas
3 Daffa Rabani 96 Tuntas
4 Dika Aldoni 88 Tuntas
5 Dzikri Mursyid 64 Belum Tuntas
6 Faisal Anwar 92 Tuntas
7 Farid Irsyad 60 Belum Tuntas
8 Ibkar Ramadhan 84 Tuntas
9 Imam Nur Fauzi 68 Belum Tuntas
10 Ine Hayatul Musyrofah 92 Tuntas
11 Ismi Tazkiah 100 Tuntas
12 Istiqomah Dinda 88 Tuntas
13 Muhammad Aprianto Effendi 100 Tuntas
14 Muhammad Deni 60 Belum Tuntas
15 Muhammad Nurul Akbar 96 Tuntas
16 Murdiyanti 60 Belum Tuntas
17 Nanda Setyo 92 Tuntas
18 Naufal Sya'bani 64 Belum Tuntas
19 Nazar Ibnu Hafidz 92 Tuntas
20 Nikola Saputra 88 Tuntas
21 Nur Azizah 64 Belum Tuntas
22 Nur Fajriwati 64 Belum Tuntas
23 Nurul Rizqi 100 Tuntas
24 Rafida Kairani Rahma 100 Tuntas
25 Rajif Ishak 52 Belum Tuntas
26 Rey Syekh Jihan 88 Tuntas
27 Rifda Wafiah 100 Tuntas
28 Rizki Adnan 64 Belum Tuntas
29 Rizki Oktaviani 96 Tuntas
30 Sabrina Ayu Cahyani 68 Belum Tuntas
31 Safna Febiola 84 Tuntas
32 Taufiq Amin 96 Tuntas
33 Umi Fadhilah 56 Belum Tuntas
34 Viryal Al-Farisi 56 Belum Tuntas
35 Winda Putri Nova 100 Tuntas
Tuntas 21
Jumlah
Belum T. 14
Lampiran Observasi Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah

NO SARANA PENDUKUNG KET**


1 Asrama 
2 Mesjid/Mushola 
3 Perpustakaan 
4 LapanganOlah Raga 
5 Alat-alatKesenian 
6 Alat-alatKeterampilan 
7 Lab KomputerdanSains 
8 Klinik 
9 Wartel 
AlatPeraga 
10
Koperasi 
11
Loundry 
12

NO KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KET**


1 Tilawah Qur’an 
2 Fahmil Qur’an 
3 Syarhil Qur’an 
4 Marawis 
5 Muhadatsah 
6 Bola Volly 
7 Bola Basket 
8 PencakSilat 
9 Club Sains 
10 Paskibra 
11 Pramuka 
12 Marching band 
13 Hadroh 
14 Kaligrafi 
15 SeniKerajinanTangan 
16 Futsal 
17 English Club 
18 Math Club 
KODE ASATIDZ, MATA PELAJARAN, JUMLAH JAM DAN PEMBAGIAN KELAS
PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH
No Pelajaran, Jumlah Jam Wali
Nama Guru
Kode & Pembagian kelas Kelas
1 Drs.KH.M.Sobron Zayyan, MA Qiro'at-2(6AB),Tajwid- 2(6AB),Mustholahul Hadits-3(5ABC)
2 Drs. H. Sahlan, HD Tafsir-5(5ABC,6AB),Hadits-5(3ABE)
3 H. M. Yunus, S.Ag Tauhid-8(3ABCDE,4ABC)
4 Drs. H. Abdul Latif, SQ Qiro'at-4(5ABC & Tkhs Senior ), Tahsin-1(Tkhs Junior) Tkh J
5 Dra.Hj.Siti Anshoriyah, MA Ulumul Qur'an-5(5ABC,6AB)
6 Drs. H. Hasanudin, MM Nahwu-2(6AB)
7 Udan Maulana Fiqih/Q.Qutub-5(5ABC,6AB)
8 H.M. Romli Muslim, S.Pd.I Shorof-6(3AB,6AB), Tajwid-3(5ABC) 6A
9 Fahmi Ubaidi, S.Pd.I Tajwid-3(2ABC)
10 Abdul Latif Karim, S.Pd.I Nahwu-3(5ABC),Hadits-2(3CD) 3D
11 Asef Saifullah, S.Ag Fiqih-5(3ABCDE), Tauhid-5(2ABCDE) 3A
12 Abdul Mukhlish, S.Pd Nahwu-6(2ABC)
13 H. Deden Zainal.M, M.Pd Nahwu-3(4ABC), Ushul Fiqh-5(5ABC,6AB) 5B
14 Muhamad Halimi, S.Pd Naghom-2(1AB)
15 Abdul Hamid Tatbiq-4(1ABCD)
16 Abdul Rozak, S.Pd.I Tajwid-3(4ABC),Fiqih-3(4ABC) 4A
17 Nasri Baidowi, S.Pd.I Shorof-3(4ABC), Tasawuf-3(5ABC) 5A
18 Mursin Haykal Hadits-5(2ABCDE),Khot-5(2ABCDE) 2D
19 Nasrullah HN, S.Hi Fiqih-2(2DE)
20 Kiroman Katibin Tajwid-4(1ABCD),Tatbiq-3(2CDE) 1A
21 Ety Herawati, S.Ag Fiqih-4(1ABCD)
22 Muhsinin, S.Pd.I Fiqih-3(2ABC) 2A
23 Achmad Dzulfahmi, S.Pd.I Khot-8(3ABCDE,4ABC) 4C
24 Ahmad Fauzi Ridwan, S.Pd.I Naghom-2(5AB)
25 Dian Hafidz, SQ Naghom-2(4BC)
26 M. Firmansyah Naghom-2(6AB)
27 Zulkarnain Ali Tajwid-3(ABC) 3C
28 Abdul Mufarrich, S.Pd.I Naghom-4(2DE,4A,5C) 5C
29 Rahmat Hidayat, SE Shorof-5(2ABCDE), Nahwu-4(2DE) 2C
30 Zainal Abidin, SE Naghom-3(2ABC) 2B
31 Abdul Aziz.NS. S.Pd.I, M.Pd Tauhid-4(1ABCD)
32 Ilham Mahmuddin Naghom-2(3DE)
33 Lili Ardian Nahwu-10(3ABCDE) 3E
34 Abdul Muiz Qiro'at-6(4ABC), Tajwid-2(3DE) 4B
35 Abu Bakar Tajwid-2(2DE) 2E
36 M. Zaini Dahlan Shorof-8(1ABCD) 1C
37 Sam Rizqi Ramadhan Nahwu-4(1AB) 1B
38 H. Jajang Hermawan, SH,Lc Balagoh-2(6AB),Shorof-8(3CDE&Tkhs J&S),Hadits-3(4ABC),Fikih-1(Tkhs S) 6B
39 Asep Bahruddin, SQ Naghom-3(3ABC), Tajwid-2(Tkhs Junior & Senior) 3B
40 Maulana Hasanuddin, S.Pd Khot-4(1ABCD) 1D
41 Ruly Ahmad, SE Naghom-2(1CD)
42 Ahmad Jailani Romli Tatbiq-2(2AB)
43 Abdul Syakur, S.Pd.I Nahwu-4(1CD)

Mengetahui,
Kepala Unit Pondok Pesantren

( Drs. H. Sahlan, HD )

Anda mungkin juga menyukai