Anda di halaman 1dari 35

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(Studi Analisis terhadap Pembelajaran Bahasa Arab
pada Program Studi Agama)
Disertasi
Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor
dalam Bidang Pendidikan Bahasa Arab

Oleh:
Azkia Muharom Albantani
NIM. 31151200000016

Promotor:
Prof. Dr. D. Hidayat, MA
Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA

Konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab


Program Studi Doktor Pengkajian Islam
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2017 M / 1438 H
PEDOMAN TRANSLITERASI
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
berkat dan inayah-Nya disertasi yang berjudul ‚Pembelajaran Bahasa Arab di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Studi Analisis Terhadap Pembelajaran Bahasa
Arab pada Program Studi Agama)‛ dapat diselesaikan dengan baik. S}alawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
kepada para sahabatnya, keluarganya, dan kepada kita semua yang senantiasa
berjuang menegakkan agama Islam.
Manusia tidak luput dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Namun
demikian, usaha-usaha penyempurnaan menuju keilmiahan tidak akan terhenti
untuk mencapai suatu tujuan memperoleh rid}a Allah SWT.
Dalam kesempatan ini, ucapan salam ta’dzim dan terimakasih yang tak
terhingga disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., sebagai Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA., sebagai Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; Prof. Dr. Sukron Kamil, MA., sebagai Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
sekaligus sebagai tim penguji ujian pendahuluan;
4. Prof. Dr. Didin Saepuddin, MA., dan Dr. JM. Muslimin, MA., Wakil
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mengarahkan kepada
mahasiswa dengan penuh semangat dan tak mengenal lelah.
5. Prof. Dr. D. Hidayat, MA., yang telah memberikan bimbingan,
motivasi, dorongan, dan suri tauladan kepada penulis;
6. Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA., yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi, baik secara moril maupun materil, serta arahan yang jelas
terhadap penyelesaian disertasi ini;
7. Seluruh dosen dan pegawai Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang secara penuh keikhlasan
memberikan pelayanan maksimal dalam pelaksanaan kuliah dan
penyelesaian disertasi ini;
8. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan kemudahan dan motivasi yang tak dapat disebutkan satu
persatu;
9. Seluruh kawan-kawan mahasiswa Program Studi Pengkajian Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015, yang
telah memberikan motivasi dan bantuan hingga selesainya disertasi ini;
10. Ayahku tercinta Dr. H. Abd. Rozak A. Sastra, MA., dan Ibuku tercinta
N. Jojoh Hodijah, BA (Almh)., yang tidak henti-hentinya memberikan
kasih sayangnya kepada penulis;
11. Istriku tercinta Bintang Tresna Prihartini, S.Pd., dan kedua anakku
tersayang Ayasha Zarin Aftiani dan Mizyan Firaz Aiman, yang telah
terganggu waktu dan kasih sayangnya dalam penyelesaian disertasi ini;
12. Kakakku tercinta Pia Khoirotun Nisa, M.I.Kom dan Imam Fakhrullah
Albantani, M.Si, Adikku tercinta Ayi Fakhrotun Nisa, S.Sos., Iqdam
Maula Albantani, M. Rajieb Albantani, dan Asniatun Nisa, yang telah
memberikan motivasi dan dorongan sehingga disertasi ini dapat
diselesaikan.
Akhirnya, semoga amal bakti dan perjuangan mereka diberikan imbalan
yang setimpal oleh Allah SWT. A<mi>n ya> Rabb al-‘A<lami>n.

Jakarta, Nopember 2017


Penulis

Azkia Muharom Albantani


Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
ABSTRACT

This research aims to identify some strengths, weaknesses, chances,


and threats existing in Arabic Language Learning and to identify some policies
in the university in order to develop the quality of Arabic Language Learning at
the religious studies programs to be better than it used to.
This research is a qualitative research using field research design with
empirical data collection orientation. The researcher directly studied the
curriculum, learning documents, and investigated the Arabic Language
Learning at the religious studies programs. So, the researcher was able to study,
comprehend, describe, analyze, and criticize the curriculum used in learning.
The research found that Arabic Language learning becomes the
hallmark of UIN Jakarta, but it is a regret knowing that there is no prominent
characteristic for UIN Jakarta in general and for the religious studies programs
in specific. The Arabic Language Learning in the university is still unable to
make the students master Arabic language skills well. Arabic language learning
in the religious studies programs is still in the level of prescriptive. It is under
the handling of the lectures as the only draftsman of Arabic Language Learning,
starting from determining learning objective until choosing appropriate course
book. The institution is considered putting lack attention of ideal and
appropriate Arabic language learning programs.

Keywords: Arabic Language Learning, UIN Jakarta, Religious Studies


Programs, Hallmark, Prominent characteristic, Prescriptive Learning
‫ملخص البحث‬

‫يهدف هذا البحث إلى إكدشاف بعض هقاط القىة والضعف والفزص‬
‫والتهديياث املىجىدة في حعلم اللغت العزبيت وإكدشاف بعض السياساث في جامعت‬
‫شزيف هدايت هللا إلاسالميت الحكىميت جاكزجا من أجل جطىيز جىدة حعلم اللغت‬
‫العزبيت في بزامج الدراساث إلاسالميت لخكىن أفضل مما كاهذ عليه‪.‬‬

‫هذا البحث هى البحث الىىعي باسخخدام جصميم البحث امليداوي مع الخىجه‬


‫الخجزيبي لجمع البياهاث‪ .‬قام الباحث بدراست مباشزة للمىاهج الدراسيت‪ ،‬وجحليل‬
‫الىثائق‪ ،‬والخحقيق في حعلم اللغت العزبيت في بزامج الدراساث إلاسالميت‪ .‬لذلك‪ ،‬يمكن‬
‫الباحث من دراست وفهم ووصف وجحليل وهقد املىاهج املسخخدمت في الخعلم‪.‬‬

‫ويدل هخائج البحث على أن حعلم اللغت العزبيت هى املميزة الخاصت في جامعت‬
‫شزيف هدايت هللا جاكزجا‪ ،‬ولكن لم جصبح املميزة املخفىقت فيها عامت‪ ،‬وفي بزامج‬
‫الدراساث إلاسالميت خاصت‪ .‬وال يشال حعلم اللغت العزبيت فيها لم يكن قادرا أن يجعل‬
‫الطالب يسيطزون مهاراث اللغت العزبيت جيدا‪ .‬وحعلم اللغت العزبيت في بزامج الدراساث‬
‫إلاسالميت ال يشال في مسخىي الخىجيه‪ .‬وهي جحذ الخعامل مع املحارزين باعخبارهم‬
‫املخط الىحيد لخعلم اللغت العزبيت‪ ،‬بدءا من جحديد أهداف الخعلم حتى أن يختروا‬
‫الكخاب الدراس ي املىاسب‪ .‬وحعخبر مدراء الجامعت عدم الاهخمام ببرامج حعليم اللغت‬
‫العزبيت املثاليت واملىاسبت‪.‬‬

‫النقاط الحاكمة‪ :‬حعلم اللغت العزبيت‪ ،‬جامعت شزيف هدايت هللا جاكزجا‪ ،‬بزامج‬
‫الدراساث إلاسالميت‪ ،‬السمت املميزة‪ ،‬السمت البارسة‪ ،‬الخعلم الىصفي‬
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai kelebihan,


kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat pada pembelajaran bahasa
Arab; serta mengidentifikasi berbagai kebijakan kampus dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Arab di program studi agama ke
arah yang lebih baik.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan (field research) dengan orientasi pengumpulan data empiris lapangan.
Peneliti secara langsung mengkaji kurikulum, mengkaji dokumen-dokumen
pembelajaran, dan mengamati pembelajaran bahasa Arab pada program studi
agama. Dengan peneliti dapat mempelajari, memahami, menggambarkan,
menganalisis, dan mengkritisi kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Arab
menjadi ciri khas yang dimiliki UIN Jakarta, namun sayangnya belum menjadi
ciri unggul bagi UIN Jakarta pada umumnya, dan bagi prodi agama pada
khususnya. Pembelajaran bahasa Arab di kampus belum mampu membuat
mahasiswa menguasai keterampilan bahasa Arab dengan baik. Pembelajaran
bahasa Arab pada program studi agama masih diposisikan pada tataran
preskriptif saja. Pembelajaran bahasa Arab berada di bawah penanganan dosen
sebagai satu-satunya perencana pembelajaran bahasa Arab, mulai dari
menentukan target pembelajaran sampai dengan memilih buku ajar yang tepat
menurut pengamatan mereka. Pihak kampus dinilai belum menaruh perhatian
yang serius dalam merencanakan pembelajaran bahasa Arab yang ideal dan
tepat sasaran.

Kata Kunci: pembelajaran bahasa Arab, UIN Jakarta, prodi agama, ciri khas,
ciri unggul, pembelajaran preskriptif
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PENGUJI

ABSTRAK

PEDOMAN TRANSLITERASI

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian….1


B. Konteks Permasalahan….10
1. Identifikasi Masalah…. 10
2. Perumusan Masalah….11
3. Pembatasan Masalah….11
C. Tujuan Penelitian….11
D. Signifikansi Penelitian….11
E. Metode Penelitian….12
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian….12
2. Sumber Data….14
3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data….16
4. Teknik Analisis dan Interpretasi Data….16
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan….17
G. Teknik Penulisan dan Penyajian Hasil Penelitian….22

BAB II : TEORI BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA

A. Karakteristik Bahasa Arab Menurut Para Ahli …. 23


B. All in One System/Naz}ariyyah al-Wah}dah
dalam Pembelajaran Bahasa Arab ….25
i
C. Perdebatan antara Behaviorisme (Naz}ariyyah Sulu>kiyah), Kognitivisme
(Naz}ariyyah Ma’rifiyah), dan Konstruktivisme (Naz}ariyyah Tawli>diyah) dalam
Pembelajaran Bahasa Arab …. 32
D. Komponen Pembelajaran Bahasa Arab ….44
E. Faktor Keberhasilan dalam Pembelajaran Bahasa Arab ….63

BAB III : POTRET KEBIJAKAN DAN FAKTOR PENUNJANG


PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI UIN JAKARTA

A. Visi dan Misi UIN Jakarta ….79


B. Profil Singkat Program Studi Agama….82
C. Eksistensi Bahasa Arab di UIN Jakarta ….91
D. AUN-QA dan Kualitas Input Mahasiswa
dalam Pembelajaran Bahasa Arab ….114
E. Komponen Penunjang Pembelajaran ….122

BAB IV : POTRET PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI UIN JAKARTA

A. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab….145


B. Materi Pembelajaran Bahasa Arab….153
C. Metode Pembelajaran Bahasa Arab….189
D. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab….203

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan….213
B. Implikasi….213
C. Rekomendasi….215

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARI

INDEKS

BIOGRAFI

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa adalah sebuah produk budaya yang sekaligus berarti produk sosial
suatu masyarakat. Sebuah kecenderungan budaya untuk mengatakan hal-hal
tertentu, sebagai suatu kompetensi linguistik yang spesifik untuk mengatakan
sesuatu ‚secara benar‛ dan kapasitas sosial untuk menggunakan kompetensi itu
secara tepat.1
Berbicara mengenai bahasa Arab, kalangan pebelajar Indonesia
memberikan kesan yang menunjukkan bahwa bahasa tersebut sulit dan rumit
untuk dipelajari. Setiap bahasa yang ada di dunia ini menurut teori linguistik
memiliki level kemudahan dan kesulitan yang beraneka ragam sesuai dengan
ciri khas yang ada pada sistem bahasa itu, baik secara fonologi, morfologi,
maupun sintaksis, dan semantiknya. Ketekunan dan kesabaran sangat
dibutuhkan oleh setiap orang yang mempelajari bahasa Arab. Persepsi sulit
mempelajari bahasa Arab muncul karena terdapat perbedaan antara bahasa Arab
dengan bahasa Indonesia, terutama sistem tata bunyi (fonologi), tata bahasa
(nah}w dan s}arf), kosakata (mufrada>t), gaya bahasa (us}lub), serta tulisan
(imla>’).2
Bahasa Arab memiliki karakter yang sangat berbeda dengan bahasa asing
lainnya, seperti bahasa Inggris dan Indonesia. Hal ini menjadi salah satu faktor
penghambat pembelajaran keterampilan bahasa Arab yang efektif. Oleh karena
itu, kajian kontrastif antara kedua bahasa sangat diperlukan untuk memberikan
solusi penyelesaian masalah tersebut.3
Sosiokultural bahasa Arab berbeda dengan sosiokultural bangsa Indonesia.
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan dari segi ungkapan-
ungkapan, istilah-istilah, ataupun nama-nama benda. Hal tersebut
membutuhkan penyusunan materi pelajaran bahasa Arab yang mengandung hal-
hal yang dapat memberikan gambaran sekitar sosiokultural bangsa Arab sangat
dibutuhkan. Namun hal tersebut belum terpenuhi dengan baik dalam
pembelajaran bahasa Arab selama ini.
Bahasa Arab merupakan produk budaya bangsa Arab yang mempunyai
dimensi akademik, humanistik, dan pragmatik. Fakta menunjukkan bahwa
banyak kalangan terpelajar di berbagai belahan dunia, baik muslim maupun
non-muslim, melakukan penelitian bahasa Arab untuk kepentingan akademik
ataupun non akademik. Namun sangat disayangkan kesan sulit dan rumit yang
membayangi bahasa Arab dikhawatirkan menjadi bumerang yang menyebabkan

1
Suko Winarsih, ‚Representasi Bahasa dalam Pertarungan Simbolik dan Kekuasaan‛,
Jurnal Lingua Scientia, Vol. 5, No. 1, 2013, 27.
2
Sabaruddin Garancang, ‚Problematika Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi
Islam‛, Jurnal Sosio-Religia, Vol. 9, No. 3, 2010, 965.
3
Ahmadi, ‚Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan dalam Pembelajaran Bahasa Arab
sebagai Second Language‛, at-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, Vol. 3, No. 1, 2014, 27-28.

1
ketidakberhasilan dan ketidakefektifan pembelajaran bahasa Arab. Hal ini
merupakan pekerjaan rumah untuk para ahli dan pendidik bahasa Arab agar
dapat memberikan solusi untuk permasalahan tersebut. 4
Hasil penelitian Aziz Fahrurrozi pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
banyak faktor yang menyebabkan keberhasilan pembelajaran bahasa Arab
belum memadai, salah satunya adalah persoalan metode pembelajaran. Oleh
karena itu, paradigma pembelajaran bahasa Arab harus dialihkan dari sekedar
alat spiritualisasi menuju alat saintifikasi dengan didukung kebijakan
pemerintah negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.5
Kenyataan tersebut menggiring banyak orang dan banyak kalangan
pemerhati pembelajaran bahasa Arab di Indonesia mempersoalkan masalah
efektifitas kurikulum pembelajaran bahasa Arab di Indonesia yang sampai saat
ini, baik dari aspek isi materinya, maupun aspek metodologi pengajarannya,
disinyalir belum mampu mengimbangi peningkatan peran bahasa Arab di
kancah Internasional. Sebenarnya banyak pihak yang ikut bertanggung jawab
terhadap masalah ini. Mulai dari strategi pembelajarannya yang mungkin
kurang tepat, media pembelajaran yang samasekali tidak memadai, minimnya
innovasi dalam pembelajaran sampai pada kompetensi guru bahasa Arab
sebagai hasil studinya pada pendidikan Tinggi yang mungkin saja gagal.6
Imam Suprayogo mengungkapkan terdapat 3 (tiga) akibat ketidaksuksesan
pembelajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam, yaitu (1) kajian Islam
atau keinginan menjadikan al-Quran dan hadits sebagai sumber ilmu
pengetahuan tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan, dan yang terjadi
hanyalah pengajaran semu atau formalitas belaka. Dengan demikian, integrasi
ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan akan sulit terjadi. (2) Citra lulusan
perguruan tinggi Islam di tengah-tengah masyarakat akan menjadi lebih rendah
dibanding pesantren. Perguruan Tinggi Islam ingin melahirkan ulama yang
intelek dan atau intelek yang ulama. Sebagai seorang ulama pasti dituntut
menguasai bahasa al-Quran ini. (3) Sebagai akibat langsung dari kelemahan di
bidang Bahasa Arab tersebut, maka daya tarik dan bahkan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan tinggi Islam tidak akan tumbuh.
Orang akan mengatakan bahwa perguruan tinggi Islam tidak mampu melakukan

4
Muhbib Abd. Wahab, Pemikiran Linguistik Tamma>m H}assa>n dalam Pembelajaran Bahasa
Arab, (Jakarta: Ceqda UIN Jakarta, 2009), 2.
5
Aziz Fahrurrozi, ‚Pembelajaran Bahasa Arab: Problematika dan Solusinya‛, Arabiya>t :
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 1. No. 2, 2014, 178-179. Lihat juga
Dony Handriawan, ‚Mempertegas Kembali Arah Pembelajaran Bahasa Arab (Perspektif Budaya
terhadap Tradisi Belajar Bahasa Arab di Indonesia‛, Jurnal al-Maha>ra, Vol. 1, No. 1, 2015, 63.
6
Asep Muhammad Saepul Islam, ‚Faktor Demotivasi Pembelajaran Bahasa Arab dalam
Perspektif Siswa Madrasah,‛ Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban Vol.
2, No. 1, 2015, 2. Lihat juga Azkia Muharom Albantani, ‚Implementasi Kurikulum 2013 Pada
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah,‛ Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab
dan Kebahasaaraban, Vol. 2, No. 2, 2015,179–180. Lihat juga Muhammad Jafar Shodiq, ‚Telaah
Kurikulum Bahasa Arab Perguruan Tinggi Islam‛, Jurnal al-Ta’rib, Vol. 1, No.1, 2013, 72. Lihat
juga Suwito, ‚Pendidikan yang Memberdayakan‛, Jurnal Edukasi, Vol. 1, No. 1, 2005, 5.

2
kajian Islam secara benar, dan posisinya akan hanya sekedar formalitas untuk
mendapatkan ijazah.7 Bahkan sebuah fakta terungkap bahwa terdapat beberapa
calon lulusan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta belum mengetahui
Surat Al-Fatihah beserta terjemahannya. Hal tersebut akan sangat menghambat
pengembangan pembelajaran bahasa Arab yang ideal bagi mahasiswa karena
pihak kampus bertambah beban untuk mengurus sejumlah mahasiswa yang
belum bisa membaca Al-Quran dengan baik.8
Realitas yang dihadapi sekarang bahwa pembelajaran bahasa Arab pada
program studi agama masih mengalami sejumlah masalah, di antaranya dari
segi kurikulum. Kurikulum merupakan aspek yang krusial dalam menentukan
keberhasilan sebuah pembelajaran dan ‚ketidakberdayaan‛ pembelajaran bahasa
Arab yang dirasakan selama ini. Kurikulum pembelajaran bahasa Arab yang
digunakan pada program studi agama terkesan lebih fleksibel. Hal ini tercermin
pada pencapaian tujuan pembelajaran yang hanya berorientasi pada kebutuhan
institusi, tidak berdasarkan standar nasional seperti di sekolah. Keragaman
orientasi, arah, dan tujuan masing-masing program studi dalam konteks
pembelajaran bahasa Arab menjadikan terjadinya perbedaan kurikulum yang
cukup signifikan. Desain kurikulum yang ada pada tataran konseptual jelas
menampilkan desain yang ideal, tetapi dalam penerjemahan kurikulum tersebut
pada tataran aksional sepertinya belum dapat dikatakan berbanding lurus
dengan tujuan ideal yang diharapkan, terutama pembelajaran bahasa Arab pada
program studi agama.
Kurikulum merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang
diorentasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran, begitupula dalam
pembelajaran bahasa Arab Kurikulum pembelajaran bahasa Arab selama ini
seringkali dinilai kurang produktif, terlalu gemuk dengan materi, dan
terorientasi dengan kompetensi akhir yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran bahasa Arab yang diselenggarakan selama ini hanyalah berpola
untuk memindahkan isi dari pengajar ke peserta didik, sehingga pembelajaran
menjadi monoton, satu arah dari pengajar ke peserta didik, dan membosankan.
UIN Jakarta sebagai universitas di bawah naungan Kementerian Agama
juga ikut berpartisipasi dalam mengimplementasikan kurikulum KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) sebagai amanah dari regulasi
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Namun nyatanya, pihak
kampus belum maksimal memberikan respon terhadap regulasi tersebut
sehingga dokumen pembelajaran yang mengacu terhadap KKNI (rencana
pembelajaran semester) untuk matakuliah universitas belum tersedia, seperti
matakuliah bahasa Arab. Bahkan sebagian mahasiswa cenderung
mempersepsikan bahasa Arab sebatas matakuliah pelengkap yang dinilai tidak

7
Imam Suprayogo, ‚Bahasa Arab dan Kajian Islam di Perguruan Tinggi‛, diakses melalui
http://www.uin-malang.ac.id pada tanggal 4 Oktober 2017.
8
Tim Dosen, ‚Focus Group Discussion (FGD) Dosen Bahasa Arab dan Bahasa Inggris‛, 3
Oktober 2017.

3
strategis, karena bobot yang diberikan hanya 3 sks. Proses pembelajarannya pun
dinilai kurang efektif. Pada saat yang sama, dukungan kebijakan yang bersifat
integratif dari pimpinan UIN dirasakan belum memungkinan proses
pembelajaran bahasa Arab dan Inggris itu dapat mengantarkan para calon
lulusannya berkompeten mengikuti ujian TOAFL sesuai standar kelulusan yang
berlaku.
Berdasarkan fakta di lapangan bahwa secara umum kurikulum bahasa Arab
pada program studi agama, baik tujuan dan materi pembelajaran tidak jauh
berbeda dengan pembelajaran bahasa Arab di madrasah, terkesan terulang-
ulang, tidak simultan dan berkesinambungan. Padahal kurikulum tersebut
idealnya bersifat pengembangan dari pembelajaran bahasa Arab di madrasah.9 2
atau 3 sks matakuliah bahasa Arab sebagai mata kuliah inti dengan kompetensi
dasar kemampuan membaca dan memahami bacaan jelas merupakan hal
mustahil dan menjadikannya terkesan sebagai matakuliah ‚pelengkap‛ saja
sebagai identitas atau adanya label Islam pada lembaga.
Namun dalam rangka menjadikan matakuliah bahasa Arab sebagai
kelanjutan dari pembelajaran bahasa Arab di madrasah adalah hal yang
dilematis, mengingat keberagaman karakteristik input mahasiswa yang tidak
hanya berasal dari madrasah.10 Seharusnya hal tersebut dapat disiasati dengan
mengadakan program-program khusus di luar perkuliahan dan mewajibkan
mahasiswa untuk berpartisipasi aktif di dalamnya, seperti program matrikulasi,
program ‚pengasramaan dan tahun pertama bahasa Arab‛ yang dilakukan UIN
Malang dan UMM, dan ada juga program intensif course bahasa Arab dasar 24
SKS seperti yang dilakukan di Universitas Negeri Malang. Hal tersebut
dilakukan dalam rangka peningkatan mutu output serta memenuhi kebutuhan
mahasiswa. Namun kondisi tersebut baru diterapkan oleh beberapa perguruan
tinggi saja.11
Dari segi waktu pembelajaran, selama ini pembelajaran Bahasa Arab
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan perkuliahan yang telah ditetapkan oleh
setiap fakultas. Dengan waktu sesuai dengan jumlah sks dari mata kuliah
bahasa Arab 2 (dua) sks dan waktu yang disediakan adalah 100 (seratus) menit.
Dengan jumlah waktu tersebut idealnya mahasiswa cepat menyerap materi
yang diberikan oleh pengajar dan menyelenggarakan latihan-latihan
berbahasa.12 Keterbatasan waktu dengan komposisi materi cukup padat dan
9
Ratni Bt. H. Bahri, ‚Pengembangan Materi Pembelajaran Membaca dalam Pembelajaran
Bahasa Arab di Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi‛, Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, Vol. 3, No. 1, 2015, 98.
10
Rodliyah Zaenuddin, ‚Studi Eksplorasi Penggunaan Media pada Pembelajaran Bahasa
Arab di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kab. Cirebon‛, Jurnal Holistik, Vol. 12, No. 1, 2011,
198.
11
Muhammad Jafar Shodiq, ‚Telaah Kurikulum Bahasa Arab Perguruan Tinggi Islam‛, 76-
77.
12
Nanin Sumiarni, ‚Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Mahasiswa Pemula di Pusat Bahasa
Dan Budaya (PBB) IAIN Syekh Nurjati Cirebon (Problematika dan Solusinya)‛, Jurnal Holistik,
Vol. 15, No. 1, 2015, 31.

4
waktu perkuliahan bahasa Arab lebih banyak dilaksanakan pada siang hari, pada
jam-jam kurang efektif untuk belajar bahasa Arab menjadi penyebab kejenuhan
mahasiswa dalam belajar bahasa Arab.13
Selain itu, tidak adanya tindak lanjut pembelajaran Bahasa Arab juga
menjadi problem tersendiri dalam pembelajaran, perkuliahan bahasa Arab hanya
dilaksanakan pada semester pertama, setelah itu apa yang telah mereka pelajari
nyaris tidak digunakan. Padahal bahasa adalah sebagai alat komunikasi jika
tidak pernah digunakan maka seseorang tidak akan menguasainya. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa Arab tidak akan bisa dipahami jika diajarkan satu
semester tanpa dilakukan tindak lanjut.
Sebuah fenomena mengejutkan ketika lulusan jenjang sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta belum bisa sama sekali membaca surat Al-Fatihah dengan
baik.14 Selain itu, pembelajaran bahasa Arab belum dikoordinasikan dengan
baik oleh pimpinan universitas. Dalam hal ini, wakil rektor bidang akademik
yang memikili wewenang tersebut. Padahal di dalam sebuah pembukaan
seminar nasional pada tanggal 25 September 2017, beliau menyampaikan
bahwa Bahasa Arab harus menjadi bagian yang sangat diperhatikan dalam
pembelajaran di UIN Jakarta. Selain itu, beliau berharap penguasaan bahasa
Arab oleh seluruh sivitas UIN Jakarta perlu terus digalakkan dan ditingkatkan
sehingga menjadi bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris.15
Pembelajaran bahasa Arab yang dilakukan di kampus saat ini hanyalah
berupa pembelajaran bahasa Arab dasar (general Arabic). Sedangkan
pencapaian skor TOAFL menjadi prasyarat utama mahasiswa untuk
mendaftarkan dirinya dalam ujian akhir (ujian skripsi). Di sisi lain, pihak
kampus belum menyediakan layanan yang dapat mengakomodir semua
mahasiswa untuk memperoleh skor yang dipersyaratkan.16
Sebuah fakta menunjukkan bahwa pesantren menjadi penyalur banyak ahli
bahasa Arab. Namun ketersediaan Ma’had al-Jamiah sebagai sebuah pesantren
bagi mahasiswa UIN Jakarta belum bisa memaksimalkan fungsinya dalam
memberikan pembelajaran tambahan, seperti pembelajaran bahasa asing (Arab
dan Inggris).17
Di setiap tahun akademik baru, UIN Jakarta menerima mahasiswa baru
berjumlah sebanyak 5000 an lebih mahasiswa. Dari total keseluruhan, pada
2016 hanya 200 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan dasar dalam
13
Achmad Muhlis, ‚Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kelas Mata Pelajaran
Bahasa Arab di MTsN Sumber Bungur Pamekasan‛, Jurnal Nuansa, Vol. 11, No. 2, 2014, 392-
393.
14
Tim Dosen, ‚Focus Group Discussion (FGD) Dosen Bahasa Arab dan Bahasa Inggris‛, 3
Oktober 2017.
15
Tim Redaksi, ‚Bahasa Arab harus Jadi Identitas UIN Jakarta‛, http://www.uinjkt.ac.id/
diakses pada 9 Oktober 2017.
16
Tim Dosen, ‚Focus Group Discussion (FGD) Dosen Bahasa Arab dan Bahasa Inggris‛, 3
Oktober 2017.
17
Tim Dosen, ‚Focus Group Discussion (FGD) Dosen Bahasa Arab dan Bahasa Inggris‛, 3
Oktober 2017.

5
bahasa Arab. Jika pihak kampus tidak menyediakan layanan belajar bahasa
Arab bagi mereka, maka pencapaian skor TOAFL sebagai syarat mengikuti
ujian skripsi akan sulit diperoleh dengan baik.18
Dari segi lingkungan berbahasa, lingkungan bahasa tidak terbentuk secara
maksimal di wilayah kampus. Seharusnya dengan keberadaan Ma’had al-
Jami’ah dapat membantu dalam membentuk lingkungan bahasa dengan
mewajibkan mahasiswa baru tinggal selama 2 (dua) semester, namun karena
keterbatasan tempat maka hal tersebut belum dapat terealisasi. Pembelajaran
bahasa Arab dengan orientasi tujuan dan fokus materi yang jelas akan lebih
bermakna dibandingkan dengan memberikan banyak materi dengan banyak
tujuan tetapi tidak dapat diserap dengan baik oleh pembelajar.
Dalam kegiatan pembukaan seminar nasional pada tanggal 26 September
2016, Rektor menyampaikan bahwa Jika selama ini banyak dosen menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di kelas, ke depan para dosen pun
harus menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar perkuliahan.
Penggunaan dan penguasaan bahasa Arab di kalangan warga sivitas akademika
UIN Jakarta perlu terus didorong agar mereka memiliki kemampuan berbahasa
Arab dengan baik selain bahasa Inggris. Terlebih lagi bahasa Arab kini tak lagi
sebagai bahasa yang hanya berkembang secara akademik melainkan juga sudah
menjadi market (pasar) yang luas. Karena itu pengembangan bahasa Arab di
kampus seyogyanya harus menjadi perhatian serius, misalnya dengan
menciptakan lingkungan berbahasa Arab.19
Bahasa Arab telah menjadi bahasa ilmiah, akademis, dan sekaligus bahasa
populer bagi masyarakat internasional. Oleh karena itu, bahasa Arab harus
dipelajari juga sebagai alat menyampaikan ilmu pengetahuan. 20 Dalam
perspektif ini, program studi yang menggunakan bahasa arab sebagai alat untuk
memahami teks asli ajaran agama maupun alat komunikasi bagi sivitas
akademikanya, hendaknya melihat bahasa arab juga secara fungsional.
Adapun pengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
interaksi pembelajaran sebagai sumber belajar utama mahasiswa untuk
memahami sesuatu, termasuk pada pembelajaran bahasa Arab.21 Apabila
pengajar bahasa Arab tidak memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang
bahasa Arab, maka tentu ia tidak berkompoten dalam mentrasfer pengetahuan
bahasa Arab tersebut. Seorang pengajar bahasa Arab minimal memiliki 3 hal
untuk mampu mengajarkan bahasa Arab, yaitu: kemahiran berbahasa Arab,
pengetahuan tentang bahasa Arab, serta keterampilan mengajarkan bahasa

18
Tim Dosen, ‚Focus Group Discussion (FGD) Dosen Bahasa Arab dan Bahasa Inggris‛, 3
Oktober 2017.
19
Tim Redaksi, ‚Rektor Berharap Bahasa Arab Jadi Bahasa Kedua di Kampus‛,
http://www.uinjkt.ac.id/ diakses pada 9 Oktober 2017.
20
Khoiru Nidak, ‚Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab pada Program Akselerasi di
MAN 2 Tulungagung‛, Jurnal Realita, Vol. 15, No. 2, 2015, 173.
21
Bambang Rianto, ‚Implementasi Program Pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Dasar di
Kota Gorontalo‛, Jurnal Pembaharuan Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, 2014, 19.

6
Arab. Terkadang pengajar kurang terampil dalam mengajar atau kurang
berkemampuan menerapkan metode pembelajaran yang variatif dan menarik
perhatian mahasiswa. Hal ini menyebabkan model pembelajaran bahasa terasa
membosankan dan kaku, sehingga mengakibatkan pebelajar cenderung
menghindari belajar bahasa Arab.22
Orang yang belajar atau mengajar pada perguruan tinggi Islam khususnya
semestinya mengerti, memahami dan menguasai bahasa Arab. Oleh karena itu,
sangat ironis memang, jika terdapat perguruan tinggi Islam yang di dalamnya
tidak ditemukan nuansa aktif belajar bahasa Arab, terlebih lagi jika tidak ada
aturan yang mewajibkan sivitas akademika untuk menggunakan bahasa Arab
sebagaimana diwajibkannya bahasa yang lainnya.
Selain itu, pengetahuan beberapa pengajar tentang sistem pembelajaran
bahasa Arab masih minim, sehingga belum mampu menghadapi kendala-
kendala metodologis pembelajaran secara komprehensif. Pengetahuan beberapa
pengajar tentang metode pembelajaran bahasa Arab masih sangat minim,
sehingga kemampuan untuk melakukan inovasi pembelajaran masih belum
dilakukan secara maksimal, misalnya penggunaan media dan sumber belajar
sebagai penopang metode masing sangat kurang.23
Di sisi lain, minat belajar juga sangat mempengaruhi hasil pembelajaran.
Semakin kecil minat seseorang terhadap ilmu pengetahuan, maka semakin kecil
pula keinginannya untuk mempelajarinya, sehingga proses pembelajaran terasa
membosankan.24 Dalam konteks pembelajaran bahasa asing, Azhar Arsyad
mengistilahkannya dengan sikap belajar defensif. Sikap belajar defensif
cenderung bahasa asing sebagai rangkaian bunyi, kata, aturan atau pola yang
harus secara paksa dipindahkan dari guru atau buku teks ke otak. Murid
cenderung untuk tidak mau ketemu dengan gurunya. Akibatnya, bahasa
dianggap beban. Jika seseorang kurang berminat mengikuti pembelajaran
bahasa Arab, maka muncul masalah-masalah psikologis yang mengganggu
seseorang untuk mengikuti perkuliahan bahasa Arab, maka muncullah kesan
bahwa bahasa Arab itu sebagai beban dan membosankan sehingga perlu
dihindari.25
Kejenuhan dalam belajar bahasa Arab terjadi karena mereka belum
memahami bahasa dengan baik.26 Terlepas dari persepsi tersebut, kesulitan
dalam pembelajaran bahasa Arab bukan hanya disebabkan oleh faktor
22
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2005), 1.
23
Ahmad Muradi, ‚Pengembangan Kompetensi Guru Bahasa Arab Melalui IMLA Sebagai
Organisasi Profesi‛, Arabi: Journal Of Arabic Studies, Vol. 1, No. 2, 2016, 9-10.
24
Mainizar. N, ‚Korelasi Motivasi Belajar Bahasa Arab dengan Minat Berkomunikasi
dalam Bahasa Arab pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau‛, Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8 No.
1,2011, 98-99.
25
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pembelajarannya: Beberapa Pokok Pikiran,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 32.
26
Subur, ‚Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab‛, Jurnal Insania, Vol. 11,
No. 2, 2006, 164-165.

7
psikologis dan sosial (pencitraan), namun juga disebabkan oleh faktor
metodologis (linguistik). Permasalahan metodologis berhubungan dengan
bagaimana materi itu diseleksi, dikemas, dan disampaikan kepada siswa
sehingga dapat dipraktikkan dengan efektif.27
Sementara itu, metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembelajaran. Penggunaan metode dalam pembelajaran bahasa
Arab sangat bergantung kepada prinsip dan konsep yang dipahami oleh
pengajar. Sebuah metode sangat berkaitan dengan aspek-aspek pembelajaran
lainnya, baik metode tradisional maupun modern (inovatif). Oleh karena itu,
seorang pengajar diharuskan memahami kelebihan dan kelemahan di antara
keduanya demi tercapainya pembelajaran bahasa Arab yang efektif.28
Pembelajaran bahasa Arab untuk penutur asing sangat membutuhkan
metode yang berbeda dengan kebutuhan pebelajar dari penutur Arab.
Pembelajar dalam penutur Arab memiliki karakter yang berbeda dengan
pebelajar dalam penutur asing. Oleh karena itu, seorang guru harus pandai
memerhatikan berbagai karakter para siswa dalam rangka memeroleh hasil
pembelajaran yang efektif.
Namun sayangnya, pemilihan metode pembelajaran masih terkendala pada
perbedaan kemampuan siswa, baik itu kemampuan dasar bahasa yang
disebabkan oleh perbedaan latar belakang pendidikan, atau kemampuan
pendukung lainnya seperti kemampuan menghafal, sehingga metode tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal dalam proses pembelajaran. Selain itu,
kondisi/suasana pembelajaran yang dilakukan pada waktu dimana kondisi fisik
pebelajar tidak segar dan fit, misalnya di jam-jam terakhir atau setelah mata
pelajaran eksakta, juga termasuk faktor eksternal yang menjadikan aplikasi
metode pembelajaran tidak efektif.
Berbagai fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa komponen proses
dalam pembelajaran memiliki andil paling besar menjadi faktor
ketidakberhasilan dalam mencapai kesuksesan pembelajaran bahasa Arab.29

27
Muhandis Azzuhri, ‚Metode dan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Internet di
Era Teknologi Informasi‛, Jurnal Insania, Vol. 14, No. 3, 2009, 350. Lihat juga Rusydi Ahmad
Thu’aimah, Ta’lim al-‘Arabiyyah li Ghair al-Na>ti} qi>n biha>: Mana>hijuhu wa Asa>libuhu, (Rabat}:
ISESCO, 1989), 9.
28
Sapri, ‚Metode Pembelajaran Bahasa Arab: antara Tradisional dan Modern‛, Jurnal
Insania, Vol. 13. No. 3, 2008, 7-8. Lihat juga Achmad Muhlis, ‚Pengembangan Pembelajaran
Maharah al-Kalam Berbasis Media Bithaqah Jaybiyah di MTs Negeri Sumber Bungur
Pamekasan‛, Jurnal Okara, Vol. 9, No.2, 2014, 126.
29
Abdul Wahab Rosyidi, ‚Peningkatan Kualitas Pengajar Bahasa Arab sebagai Upaya
Meningkatkan Standar Mutu Pembelajaran Bahasa Arab‛, Jurnal Ilmiah Peuradeun : International
Multidisciplinary Journal , Vol. 2, No. 3, 2014, 209. Lihat juga M. Yusuf T dan Musdalifah,
‚Peningkatan Mah}a>rah al-Kala>m melalui T}ari>qah al-Muha>dathah dalam Bahasa Arab‛, Jurnal
Auladuna, Vol. 1, No. 1, 2014, 25. Lihat juga Susie Russak and Alon Fragman, ‚Spelling
Development in Arabic as a Foreign Language among Native Hebrew Speaking Pupils,‛ Reading
and Writing, Vol 27, No. 2, 2014, 17–18. Lihat juga Yufridal, ‚Pembelajaran Menulis (Insya’)
dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo‛
Jurnal Kodifikasia, Vol. 8, No. 1, 2014, 178.

8
Oleh karena itu, hal tersebut merupakan sekumpulan problematika dalam
pembelajaran yang harus segera dicarikan solusi terbaik.
Dari segi sarana pembelajaran Bahasa Arab, faktor pendukung dalam
keberhasilan proses pembelajaran bahasa Arab salah satunya media
pembelajaran karena fungsi media pembelajaran adalah untuk membangkitkan
rasa senang dan gembira serta konsentrasi kepada pelajaran.30 Media
pembelajaran bahasa Arab antara lain berupa laboratorium bahasa, parabola,
dan alat-alat permainan bahasa. Jumlah sarana yang ada sangat tidak seimbang
dengan jumlah mahasiswa perkuliahan bahasa Arab. Para pengajar pun belum
memaksimalkan penggunaan laboratorium dengan baik.31
Muhammad Rajab Fad}lullah menerangkan bahwa pembelajaran bahasa
Arab harus berorientasi untuk menyiapkan pembelajar agar memahami bahasa
Arab dan dapat berkomunikasi dengan bahasa Arab.32 Selaras dengan
Muhammad Abdul Aziz dan Huda Shalih yang menjelaskan bahwa
pembelajaran bahasa Arab harus berorientasi kepada.33 Di sisi lain, Muhbib
Abdul Wahab mengungkapkan bahwa berbagai potret penyelenggaraan
pendidikan bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan Islam setidaknya
menunjukkan adanya upaya serius untuk memajukan sistem dan mutunya.
Lebih lanjut Muhbib menjelaskan bahwa orientasi pembelajaran bahasa Arab
untuk program studi agama diperuntukkan dalam rangka memahami dan
memahamkan ajaran Islam (fahm al-maqru>’). 34 Dengan demikian, materi
pembelajaran bahasa Arab juga sudah semestinya diselaraskan dengan orientasi
pembelajaran bahasa Arab.35
Berdasarkan latar belakang tersebut, tema penelitian tentang ‚pembelajaran
bahasa Arab pada beberapa program studi agama UIN Jakarta‛ penting dikaji
dan diteliti.

30
Muhammad Jafar Shodiq, ‚Internalisasi Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Bahasa
Arab‛, Jurnal Al-Bidayah, Vol. 6 No. 2, 2014, 186. Lihat juga Heppi Sirajuddin, ‚Analisis
Metode Pembelajaran Bahasa Arab pada Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren di Kaballangan
Kab. Pinrang‛, Jurnal Nady Al-Adab, Vol. 21, No. 1, 2012, 5. Lihat juga Mohammad Kosim ,
‚Pendidikan Islam di Singapura: Studi Kasus Madrasah Al-Juneid Al-Islamiyah‛, Jurnal Al-
Tahrir, Vol.11, No. 2, 2011, 445.
31
Nur Hizbullah dan Zaqiatul Mardiah, ‚Masalah Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah
Aliyah di Jakarta‛, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vo. 2, No.3, 2014, 194.
32
Muhammad Rajab Fad}lullah, Al-Ittijah}a>t al-Tarbawiyahal-Mu’a>s}irah fi> Tadri>s al-Lughah
al-‘Arabiyah, (Kairo: ‘A<lam al-Kutub, 2003), 21.
33
Muhammad Abdul Aziz dan Huda Shalih, Al-Ittijah}a>t al-H{adi>thah fi> Tadri>s al-Lughah al-
‘Arabiyah, (Riyad}: Da>r al-Zahra>, 2012), 5.
34
Muhbib Abdul Wahab, ‚Tantangan dan Prospek Pendidikan Bahasa Arab di Indonesia‛,
http://www.atida.org/melayu/index.php?, diakses 21 Juli 2017.
35
ʻAli Muhammad al-Qasimi, Ittija>ha>t Hadi>thah fi> Taʻlîm al-ʻArabiyyah li al-Na>thiqi>n bi
al-Lughah al-Ukhra>, (Riyadh: ‘Imadah Syuʼun al-Maktabah Jami’ah Riyadh, 1979), 359-369.

9
B. Konteks Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis
mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
a) Persoalan standarisasi kemampuan masih menjadi penyebab
ketidakberhasilan belajar bahasa Arab, meliputi standarisasi
kurikulum, standarisasi input, dan standarisasi proses.
b) Persoalan kurikulum juga masih menjadi penyebab
ketidakberhasilan belajar bahasa Arab, meliputi bahan ajar, jam
belajar, dan sistem pendekatan dalam pembelajaran (sistem sks).
Dosen masih memaknai sks dengan tatap muka pembelajaran,
tanpa menghadirkan tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk
mahasiswa.
c) Standar input menjadi masalah karena mayoritas mahasiswa
berasal dari berbagai sekolah yang tidak mengajarkan bahasa
Arab. Secara teori, UIN merupakan pendidikan lanjutan,
mahasiswa tidak bisa belajar dari awal. Namun sayangnya, alat
ukur seleksi input yang digunakan belum sesuai kriteria untuk
menilai standar kemampuan bahasa Arab.
d) Standar proses seharusnya berlangsung sesuai dengan teori
pembelajaran, meliputi jam pembelajaran, materi pembelajaran,
dan sebagainya. Selain itu, standarisasi dosen belum dilakukan
dengan pemberian berbagai pelatihan peningkatan kompetensi
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
e) Pengelompokan siswa ke dalam kelas bukan dilakukan sesuai
dengan tingkat kemampuan masing-masing. Mahasiswa dengan
kemampuan tinggi harus dikumpulkan ke dalam satu kelas dalam
rangka meningkatkan kemampuan mereka. Adapun mahasiswa
dengan kemampuan rendah dikumpulkan dalam satu kelas untuk
diberikan remedial kemampuan bahasa Arab.
f) Evaluasi pembelajaran bahasa Arab memiliki karakter sedikit
berbeda dengan sistemevaluasi pembelajaran pada bidang
pembelajaran lain. Adapun perbedaan tersebut terlihat pada
sasaran keterampilan berbahasa ataukah penguasaan unsur-unsur
kebahasaan. Dengan demikian, sasaran evaluasi dalam
pembelajaran bahasa arab harus tertuju secara lebih spesifik
kepada salah satu sasaran di atas, baik dilakukan secara
terintegrasi dalam sebuah evaluasi, maupun dilaksanakan secara
parsial pada masing-masing keterampilan atau penguasaan dengan
memilih pendekatan evaluasi yang sesuai dengan sasaran evaluasi.

10
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, Pertanyaan dalam
penelitian ini adalah: ‚bagaimana pembelajaran bahasa Arab pada
program studi agama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?‛
Tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
dan evaluasi pembelajaran merupakan komponen utama yang penting
untuk dikaji dalam rangka perbaikan menuju pembelajaran yang ideal.
Di sisi lain, kebijakan lembaga merupakan hal yang sangat menunjang
keberhasilan pembelajaran bahasa Arab di kampus.

3. Pembatasan Masalah
Penulis melakukan beberapa pembatasan agar penelitian ini terarah
dan fokus, yaitu:
a) Penelitian ini dibatasi pada pengkajian standar proses
pembelajaran bahasa Arab, meliputi waktu pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, kompetensi pengajar,
lingkungan pembelajaran, dan media pembelajaran.
b) Penelitian ini dibatasi pada pembelajaran bahasa Arab yang
diselenggarakan oleh program studi agama di lingkungan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, meliputi Program Studi PAI
(Pendidikan Agama Islam), SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), dan
BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam).
c) Penelitian ini dibatasi pada pengkajian kebijakan kampus
terhadap pembelajaran bahasa Arab pada kurun waktu 10
(sepuluh) tahun terakhir.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang tinjauan analisis kritis pembelajaran bahasa Arab pada
program studi agama di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bertujuan untuk menganalisa dan mengkritisi pembelajaran bahasa Arab
beserta dengan kebijakan kampus perihal pembelajaran dan penguatan
bahasa Arab. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi berbagai kelebihan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang terdapat pada pembelajaran bahasa Arab;
2. Mengidentifikasi berbagai kebijakan kampus perihal pembelajaran dan
penguatan bahasa Arab dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Arab di program studi agama ke arah yang lebih
baik.

D. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa signifikansi teoritis dan praktis, yaitu:

11
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam
aplikasi konsep pengembangan kurikulum pembelajaran keterampilan
berbahasa Arab yang efektif;
2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap
\pengembangan pembelajaran bahasa Arab sebagai modal utama dalam
mencarikan solusi berbagai persoalan dalam pendidikan bahasa Arab;
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para
penggiat bahasa Arab dalam memajukan pembelajaran bahasa Arab,
khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Arab;
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting
dalam peninjauan kembali kurikulum pembelajaran bahasa Arab pada
program studi agama di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya kurikulum pengembangan keterampilan berbahasa Arab.

E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (al-bahth al-kayfi)36
dengan jenis penelitian lapangan (field research/al-bahth al-mayda>ni>) dengan
orientasi pengumpulan data empiris lapangan.37 Peneliti secara langsung
mengkaji kurikulum, mengkaji dokumen-dokumen pembelajaran, dan
mengamati pembelajaran bahasa Arab pada program studi agama. Dengan
peneliti dapat mempelajari, memahami, menggambarkan, menganalisis, dan
mengkritisi kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran.38
Penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library
research) dengan meneliti bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan
pembelajaran bahasa Arab di program studi agama dan serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan
mencatat serta mengolah bahan penulisan.39 Penelitian kepustakaan
dilakukan dengan cara mengumpulkan data/informasi dari berbagai
kepustakaan baik yang terdapat di perpustakaan atau tempat lain seperti
buku-buku, majalah, bahan dokumentasi, surat kabar, internet, dan
sebagainya.40 Dalam hal ini, peneliti menghimpun data-data yang diperlukan
melalui berbagai literatur, baik kitab-kitab, buku-buku, atau tulisan-tulisan
berupa jurnal, tesis, skripsi dan tulisan-tulisan lain yang relevan dengan
penelitian ini.
Penelitian ini merupakan kajian deskriptif analisis kritis. Deskriptif
yang dimaksud adalah penelitian ini dirancang untuk pengumpulan data
dalam rangka menguji hipotesis atau jawaban pertanyaan yang berkaitan

36
John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five
Traditions, (Thousand Oaks, London dan New Delhi: Sage Publication, 1998), 37.
37
Sudarwan Donim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 45.
38
Pupu Saeful Rahmat, ‚Penelitian Kualitatif‛, Jurnal Equilibrum, Vol. 5, No. 9, 2009, 6-7.
39
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), 112.
40
Marzuki, Metodologi Riset, (Ekonisia: Yogyakarta, 2005), 14.

12
dengan orientasi pembelajaran bahasa Arab pada program studi agama.
Sedangkan analisis yang dimaksud adalah penelitian ini mencari pola dan
model pembelajaran bahasa Arab yang berlangsung selama ini. Data
penelitian tidak hanya dideskripsikan, tetapi juga dianalis dan ditafsirkan
sesuai dengan makna data tersebut. Adapun kritis yang dimaksud adalah
penelitian ini mengomentari dan memberikan masukan terhadap realita
dalam pembelajaran bahasa Arab dengan diperkuat berbagai teori
pembelajaran bahasa.41
Peneliti memosisikan diri sebagai ‚instrumen penelitian‛ yang
berinteraksi langsung dengan data-data penelitian dan melakukan
pemaknaan dalam konteks orientasi pembelajaran bahasa Arab pada
program studi agama. Instrumen dalam penelitian kualitatif merujuk kepada
diri peneliti sebagai alat pengumpul data.
Pendekatan evaluatif juga digunakan dalam penelitian ini dengan
maksud mengumpulkan data tentang implementasi pembelajaran bahasa
Arab pada program studi agama.42 Penelitian evaluatif pada umumnya
terpusat pada rekomendasi akhir yang menyatakan bahwa suatu obyek
evaluasi dapat dipertahankan, ditingkatkan, diperbaiki atau bahkan
dihentikan sejalan dengan data yang diperoleh. Penelitian evaluatif dalam
pendidikan mencakup bidang yang cukup luas, yaitu kurikulum, program
pendidikan, proses pembelajaran, pendidik, dan peserta didik.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari hasil
wawancara (interview/al-muqa>balah al-shakhs}iyah), catatan lapangan
(observasi/ al-mula>haz}ah), dan dokumentasi (analisis dokumentasi/ tahli>l al-
watha>’iq). Penggunaan metode penelitian didasarkan atas tujuan pokok
penelitian ini, yaitu berusaha mendeskripsikan situasi secara komprehensif
dalam konteks yang sesungguhnya berkaitan dengan pembelajaran bahasa
Arab untuk program studi agama. Metode evaluasi dengan model evaluasi
Goal Oriented Evaluation digunakan untuk menganalisa keberhasilan
pembelajaran bahasa Arab. Model Goal Oriented Evaluation yang
dikemukakan oleh Tyler merupakan pendekatan evaluasi yang menentukan
peninjauan pada tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara
berkesinambungan. Adapun prosedur pendekatan evaluasi Tyler sebagai
berikut: 1) Perumusan tujuan yang akan diukur, 2) Pemilihan instrumen, 3)
Pemilihan desain evaluasi, 4) Pengumpulan dan analisis data, dan 5)
Interpretasi hasil.
Materi pembelajaran bahasa Arab dalam bentuk buku ajar juga diteliti
dan ditelaah kesesuaiannya dalam penggunaannya pada program studi
agama dengan instrumen penelaahan materi pembelajaran bahasa Arab karya
Abdurrahman ibn Ibrahim Alfauzan meliputi:

41
Ali Sya’ban, Teknik Analisis Data Penelitian, (Jakarta: UHAMKA, 2005), 4-5.
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. 14, 37.

13
a. Sasaran pengguna buku
b. Bahasa yang digunakan oleh buku
c. Tingkatan materi di dalam buku
d. Model penyajian materi
e. Materi penunjang untuk materi utama
f. Tujuan pembelajaran di dalam buku43
Berikut adalah kerangka berpikir penelitian yang dilakukan:

KERANGKA BERPIKIR

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB


DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DISKURSUS

All in One System Konstruktivism


Pembelajaran Kemahiran berbahasa dan unsur bahasa Pembelajaran diselenggarakan secara bermakna
dilakukan secara integratif

Analisis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan model penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan

PENDEKATAN

Pembelajaran bahasa Arab difokuskan kepada Materi pembelajaran disusun secara tematik dan kaidah
kemahiran membaca bahasa Arab disajikan secara fungsional

Temuan:
Pembelajaran bahasa Arab masih bersifat preskriptif
dan diperlukan reorientasi pembelajaran bahasa Arab demi tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Sumber Data
Berdasarkan kualifikasinya, data yang digunakan ada dua macam, yaitu
primer dan sekunder. Data primer meliputi data yang diperoleh secara
langsung di lapangan yang bersumber dari obyek penelitian itu sendiri.
Adapun data sekunder penelitian ini adalah berbagai macam buku dan jurnal
yang membahas tentang pembelajaran bahasa Arab.
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi kepada pembelajaran bahasa Arab
pada program studi agama, yaitu PAI (Pendidikan Agama Islam), SKI
(Sejarah dan Kebudayaan Islam), dan BPI (Bimbingan dan Penyuluhan

43
Abdurrahman ibn Ibrahim Alfauzan, I’da>d Mawa>d Ta’li>m al-Lughah al-‘Arabiyah li ghair
Na>t}iqi>n biha>, Riyad}: King Saud University, 1428 H.

14
Islam). Ketiga program studi tersebut telah mendapatkan pengakuan dari
lembaga sertifikasi bertaraf Asia Tenggara, yaitu AUN-QA.44 Dengan
demikian, pembelajaran bahasa Arab yang diselenggarakan oleh prodi
tersebut juga harus menjadi permodelan untuk pembelajaran pada program
studi agama lainnya. Hal tersebut dalam rangka menjadikan penelitian lebih
berfokus untuk merekonstruksi kurikulum yang sesuai dengan arah
pengembangan program studi. Selain itu, rasionalisasi pemilihan ketiga
prodi tersebut dilakukan melalui klasifikasi dan identifikasi kebutuhan
bahasa Arab pada prodi tersebut di atas.
Prodi PAI memiliki kebutuhan bahasa Arab yang paling tinggi. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa materi ke-PAI-an yang sangat akrab dengan
bahasa Arab, yaitu mata pelajaran Akidah Akhlak, Alquran Hadis, Fiqh, dan
SKI. Sedangkan prodi SKI memiliki kebutuhan menengah dalam
penggunaan bahasa Arab. Hal ini dibuktikan dengan ketersediaan
konsentrasi Sejarah Islam Timur Tengah dan Sejarah Islam Asia Tenggara.
Di sisi lain, Prodi BPI memiliki kebutuhan bahasa Arab yang paling rendah
karena lulusannya ditargetkan menjadi penyuluh agama Islam tanpa harus
menguasai keterampilan mengkaji teks-teks keislaman dengan menggunakan
bahasa Arab.
Penelitian ini dibatasi hanya untuk mengkaji secara mendalam
pembelajaran bahasa Arab yang terjadi pada kedua prodi tersebut selama 3
tahun terakhir (2014-2016). Penulis berasumsi bahwa pokok utama dari
penelitian kualitatif adalah sejauh mana kedalaman pengkajian sebuah
penelitian, bukan seberapa banyak objek yang akan diteliti. Namun
demikian, berbagai sumber dari beberapa program studi agama lainnya akan
tetap digunakan sebagai penunjang dalam penelitian ini.
Penelitian dibagi kepada beberapa tahapan, yaitu tahap pra lapangan,
tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap evaluasi data.
Dalam tahap pra lapangan peneliti melakukan survei pendahuluan dalam
rangka penjajagan lapangan terhadap latar penelitian, mencari data dan
informasi tentang penelitian.
Dalam tahap pekerjaan lapangan, peneliti sudah memasuki dan
memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data. Adapun dalam
tahap analisis data, peneliti melakukan serangkaian proses analisis sampai
pada interpretasi data kualitatif. Sedangkan pada tahap evaluasi, peneliti
melakukan berbagai konsultasi untuk mengevaluasi hasil analisis data
penelitian.

44
AUN Quality Assurance (AUN QA) adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh
ASEAN University Network (AUN) yang bertujuan untuk melakukan penjaminan mutu program
studi yang menjadi anggota AUN. Dengan demikian program penjaminan mutu ini bersifat
regional ASEAN. Adelyna, Anas Miftah Fauzi, and Ahmad Juanedi, ‚Kinerja Akademik Pasca
Sertifikasi AUN-QA pada Program Studi di Institut Pertanian Bogor,‛ Jurnal Aplikasi Bisnis dan
Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2016, 184–185.

15
3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Peneliti menggunakan teknik wawancara45 (in-depth interview)46
sebagai teknik utama untuk menggali secara mendalam informasi tentang
orientasi pembelajaran bahasa Arab pada program studi agama. Adapun
yang menjadi objek wawancara, meliputi:
1) Koordinator Bahasa Arab Pusat Pengembangan Bahasa
2) Dosen Bahasa Arab
3) Mahasiswa
Peneliti juga melakukan studi dokumentasi untuk melacak data dan
informasi penunjang penelitian. Adapun dokumen yang akan dikaji oleh
peneliti, meliputi: 1) pedoman akademik universitas; 2) silabus
pembelajaran; 3) materi ajar bahasa Arab; dan 4) data lain yang terkait
dengan tema penelitian.
Selain itu, peneliti menggunakan teknik observasi sebagai teknik
penunjang dalam mengumpulkan data penelitian. Peneliti mengumpulkan
data dari lapangan dengan mengamati, mengikuti kegiatan, merekam,
memotret, mencatat secara sistematis segala sesuatu yang berkaitan
orientasi pembelajaran bahasa Arab pada program studi agama di
lingkungan UIN Jakarta.
Penggunaan ketiga teknik tersebut dilakukan secara saling melengkapi.
Misalnya, metode wawancara diarahkan untuk mendalami dan melakukan
cek ulang terhadap hasil observasi. Demikian pula metode observasi
diharapkan dapat melengkapi atau cek ulang dari data yang diperoleh dari
data dokumen atau sebaliknya.
Peneliti menggunakan uji triangulasi untuk menguji validitas dan
reliabilitas data, meliputi uji bahan referensi, uji member check, dan
konsultasi dengan para ahli. Bahan referensi digunakan oleh peneliti untuk
mendukung dan membuktikan kebenaran data yang diperoleh. Member
check dilakukan untuk mengetahui kebenaran data setelah dikonfirmasi
kepada objek penelitian. Adapun konsultasi bertujuan untuk menambah
bukti kebenaran data perspektif para ahli. Selain itu, data dapat dikatakan
reliable jika menunjukkan kestabilan hasil setelah dilakukan pengecekan
secara berulang-ulang.

4. Teknik Analisis dan Interpretasi Data


Peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman
dalam penelitian ini dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian untuk
mendukung penelitian yang sedang dilakukan;

45
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 220.
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 155.

16
2) Penyederhanaan data (data reduction/taqs}i>r al-baya>na>t) dalam
rangka memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.
Hal tersebut merupakan proses pemilahan dan pemusat perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari hasil pengumpulan data;
3) Penyajian data (display data/’arad{ al-baya>na>t) meliputi proses
klasifikasi data dalam rangka memudahkan dalam analisis dan
penyimpulan data.47 Bentuk yang terbiasa digunakan dalam
penyajian data penelitian kualitatif lazim dengan menggunakan teks
naratif;
4) Verifikasi data dalam rangka penarikan kesimpulan yang diperkuat
dengan bukti-bukti dari data-data yang telah dikumpulkan.
Verifikasi dilakukan untuk menghilangkan keraguan dalam
penarikan kesimpulan dan menghindari penarikan kesimpulan
menyimpang.
Selain itu, peneliti menggunakan metode analisis data induktif untuk
memahami data dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian
mensintesiskan ke dalam beberapa kategori sesuai dengan teori yang
relevan.48

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan


a) Muhbib Abdul Wahab (2016) meneliti tentang Standarisasi Kurikulum
Pendidikan Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pengembangan kurikulum
Pendidikan Bahasa Arab di lingkungan PTKIN ke depan idealnya juga
merespon tantangan dan tuntutan perkembangan sains dan teknologi.
Kompetensi berbahasa Arab produktif belum cukup untuk memiliki daya
saing di era globalisasi, melainkan juga perlu keterampilan teknis-
profesional dalam bidang ICT. Beberapa kebutuhan baru, akibat tuntutan
globalisasi, seperti pemograman pembelajaran bahasa melalui internet,
pembuatan CD pembelajaran bahasa interaktif, e-book interaktif, desain
pembelajaran berbasis multikecerdasan, perlu mendapat respon positif
dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab.49 Penelitian
ini dikhususkan untuk pengembangan kurikulum program studi pendidikan
bahasa Arab, bukan pengembangan kurikulum bahasa Arab pada program
studi agama.
b) Muhammad Jafar Shodiq (2015) meneliti tentang Telaah Kurikulum
Bahasa Arab Perguruan Tinggi Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

47
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
190.
48
M. Toha Anggoro, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 618.
49
Muhbib Abdul Wahab, ‚Standarisasi Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam Negeri‛, Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan
Kebahasaaraban, Vol. 3, No. 1, 2016, 32.

17
realitas yang dihadapi sekarang bahwa pembelajaran bahasa Arab di
perguruan tinggi masih mengalami sejumlah masalah, sementara upaya
renovasi pembelajaran belum dilakukan secara mendasar dan terarah,
sehingga tidak mengherankan bila kemudian pembelajaran bahasa Arab
menjadi tidak berdaya dan kurang berhasil guna. Image yang berkembang
di kalangan peserta didik tentang sulitnya mempelajari bahasa Arab juga
masih terus berlangsung hingga sekarang. Perlu adanya pengembangan dan
modifikasi kurikulum pembelajaran bahasa Arab dari berbagai pihak
terkait yang berkompeten untuk menjadikan pembelajaran bahasa Arab
menjadi lebih menarik dan berhasil guna. Pemberlakuan Kurikulum 2013
diharapkan tidak hanya sebatas simbolik akademik pembaruan kurikulum
yang hanya berganti cover saja, tetapi tidak menyentuh hal-hal esensial
yang diharapkan dari sebuah pembaruan kurikulum. Penelitian ini tidak
dikhususkan untuk mengkaji pengembangan kurikulum bahasa Arab pada
program studi agama, namun pengembangan kurikulum bahasa Arab secara
umum di seluruh program studi.
c) Enjang Burhanudin Yusuf (2015) meneliti tentang Implementasi
Kurikulum Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Masih banyak perguruan tinggi islam di
Indonesia yang menggunakan metode tradisonal dalam mengajarkan
bahasa arab, yaitu dengan memandang bahasa bukan sebagai satu kesatuan
yang utuh, mereka masih mengajarkan bahasa arab secara parsial dan lebih
banyak menggunakan pendekatan qawaid dan terjemah dalam mengajarkan
bahasa arab. Impelementasi bahasa arab di perguruan tinggi bisa dibagi ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu bahasa sebagai subjek (subjek center),
siswa sebagai fokus bahasa (learner center), dan bahasa menjawab masalah
kekinian (problem center). Manajemen kurikulum di PTAI juga
dikelompokan berdasar pada siapa yang menyelenggarakan pembelajaran
bahasa arab, jika ia merupakan jurusan maka tanggung jawab manajemen
diberikan kepada jurusan dan fakultas masing-masing. Penelitian ini juga
tidak dikhususkan untuk mengkaji pengembangan kurikulum bahasa Arab
pada program studi agama, namun pengembangan kurikulum bahasa Arab
secara umum di seluruh program studi.
d) Qoim Nurani (2015) meneliti tentang Pemikiran Tammam Hassan tentang
Pembelajaran Nahwu dan Relevansinya terhadap Pembelajaran Qira’ah di
Madrasah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran nahwu harus
memiliki prinsip Tadri>ba>t al-Musmairrah dan pembelajaran nahwu
merupakan media untuk belajar bahasa Arab. Relevansi pembelajaran
nahwu menurut Tammam Hassan bahwa pembelajaran Qira’ah harus
dikontekstualisasikan dengan perkembangan zaman serta memiliki tujuan
sosiologis dan professional dalam keterampilan berbahasa. Penelitian ini
membahas pembelajaran bahasa Arab dengan konsep separated system,
sedangkan penelitian yang hendak dilakukan mengarah kepada
pembelajaran bahasa Arab dengan konsep all in one system.

18
e) Mohammad Makinuddin (2015) meneliti tentang Manajemen Kurikulum
Bahasa Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalam melaksanakan
manajemen kurikulum harus memperhatikan prinsip dan fungsi manajemen
kurikulum. Karakteristik manajemen kurikulum bahasa Arab meliputi
mengelola perencanaan bahasa Arab, mengelola implementasi kurikulum
bahasa Arab, mengelola pelaksanaan kurikulum bahasa Arab, Mengelola
perumusan kriteria ketuntasan kurikulum, Mengelola pengembangan bahan
ajar, media pembelajaran dan sumber belajar, Mengelola pengembangan
ekstrakurikuler dan kokurikuler. Pelaksanaan manajemen kurikulum bahasa
Arab juga harus memperhatikan karakteristik bahasa dan karakteristik
bahasa Arab. Penelitian ini bersifat teoretik dan belum menyentuh tataran
praktik.
f) Buhori Muslim (2015) meneliti tentang Reformulasi Kurikulum Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Merujuk pada
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsep pengembangan kurikulum prodi pendidikan bahasa Arab
yang dilakukan adalah berbasis kompetensi mengacu pada kerangka
kualifikasi nasional Indonesia. Dalam pengembangannya diformulasi visi,
misi, deskripsi profil lulusan, cakupan bidang kajian dan mata kuliah, serta
pembangunan keilmuan pada prodi pendidikan bahasa Arab diarahkan pada
bingkai kerangka kualifikasi nasional Indonesia sebagai usaha
menghasilkan kualitas lulusan yang profesional di bidang pendidikan
bahasa Arab dan memiliki nilai-nilai keimanan yang tercermin dalam
perilakunya. Dengan konsep kurikulum ini, prodi pendidikan bahasa Arab
dapat dengan konsisten melahirkan kualitas lulusan yang berkualitas dalam
persaingan global.
g) Miftahul Ula, et.all. (2014) meneliti tentang Implikasi Pembelajaran
Bahasa Arab terhadap Kemampuan Mahasiswa STAIN Pekalongan dalam
Membaca Literatur Bahasa Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan dan orientasi pembelajaran bahasa Arab di STAIN Pekalongan
selama ini menerapkan pendekatan all in one system (naz}ariyat al-
wah}dah), yaitu suatu pendekatan yang melihat bahasa sebagai satu
kesatuan yang utuh dan saling melengkapi dengan memberikan perhatian
terhadap keempat kemahiran bahasa, yaitu kemahiran mendengar (maha>rat
al-istima>’), kemahiran berbicara (maha>rat al-kala>m), kemahiran membaca
(maha>rat al-qira>’ah), dan kemahiran menulis (maha>rat al-kita>bah) secara
seimbang. Akan tetapi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti
mengenai alokasi waktu yang terbatas dibandingkan banyaknya materi.
Maka, empat kemahiran berbahasa diajarkan akan tetapi kemahiran qira>’ah
mendapat perhatian lebih. Mengingat kemahiran ini yang paling

19
dibutuhkan bagi seorang (calon) sarjana Islam.50 Penelitian ini hanya
mengkaji salah satu keterampilan dalam berbahasa Arab, yaitu
keterampilan membaca.
h) Muhammad Muchlish Huda (2014) tentang Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Bahasa Arab di PTAI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahasa Arab di Indonesia, dalam konteks pembelajaran, masih baru
diposisikan pada tataran preskriptif saja. Pembelajaran bahasa Arab
terutama di pesantren-pesantren tradisional masih saja merangkak dan
belum beranjak dewasa. Kurikulum dilihat dari aspek teori hubungannya
dengan komponen-komponen penunjangnya, memiliki empat elemen
penting, di mana keempat element tersebut dapat dijadikan sebagai ‚lahan
basah‛ dalam kegiatan pengembangan kurkulum yang berkelanjutan demi
terciptanya sebuah formulasi kurikulum yang sesuai dengan landasan
filosofis serta selaras dengan tujuan institusional lembaga penyelenggara
pendidikan.51 Penelitian ini mengkaji pengembangan kurikulum bahasa
Arab pada pendidikan tinggi secara umum di Indonesia, namun tidak
mengkaji secara khusus pembelajaran bahasa Arab untuk program studi
agama,
i) Bulkisah (2012) meneliti tentang Pembelajaran Bahasa Arab pada
Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahasa Arab menempati posisi strategis dalam upaya pemahaman
agama Islam maupun sarana komunikasi antar bangsa dan masyarakat
Islam. Oleh karena itu, perguruan tinggi Islam seharusnya mewajibkan
mahasiswa setiap fakultas untuk menggunakan bahasa Arab sebagai alat
komunikasi aktif dan pasif. Selain itu, pembelajaran bahasa Arab di
tingkat perguruan tinggi agama Islam menjadi sebuah keharusan karena
selain merupakan transformasi ilmiah dari khasanah intelektual priode
klasik, pertengahan dan modern,bahasa arab juga dipakai sebagai bahasa
ilmiah,akademis sekaligus bahasa populer.52 Penelitian ini juga tidak
dikhususkan untuk mengkaji pengembangan kurikulum bahasa Arab pada
program studi agama, namun pengembangan kurikulum bahasa Arab secara
umum di seluruh program studi.
j) Arif Widodo (2012) meneliti tentang Implementasi Kurikulum Pendidikan
Bahasa Arab di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aspek implementasi kurikulum dan pembelajaran
bahasa Arab di prodi PBA secara umum berlangsung dengan kategori baik
seperti aspek a) suasana dan situasi pembelajaran yang didasarkan pada

50
Miftahul Ula, et.al., ‚Implikasi Pembelajaran Bahasa Arab terhadap Kemampuan
Mahasiswa STAIN Pekalongan dalam Membaca Literatur Bahasa Arab‛, Jurnal Penelitian, Vol.
6, No. 2, 2009, 2.
51
Muhammad Muchlish Huda, ‚Pengembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di
PTAI‛, El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, Vol. 3, No. 2, 2015, 141.
52
Bulkisah, ‚Pembelajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia‛,
Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 12, No. 2, 2012, 308.

20
taksonomi bloom, b) materi yang diajarkan, c) aspek dan subtansi
kebahasaan, d) strategi yang diterapkan dosen, e) aktivitas pendukung
PBM, f) jenis metode yang diterapkan, g) jenis-jenis tes yang diterapkan
oleh dosen, dan h) jenis instrumen/media pembelajaran. Penelitian ini
dikhususkan untuk mengevaluasi kurikulum pada program studi
pendidikan bahasa Arab, bukan mengevaluasi kurikulum bahasa Arab pada
program studi agama.
k) Inayatur Rosyidah (2011) meneliti tentang Desain Buku Nah}wu Arabi
Berdasarkan Pemikiran Ibn Madha Al-Qurthubi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) konsep nah}wu arabi berdasarkan pemikiran Ibn
Madha adalah membuang prinsip ‘a>mil dalam fi’il mudhari’ mans}u>b dan
membuang ‘illah kedua dan ketiga, semua pemikiran ini dimaksudkan
untuk membantu mempermudah pengajaran nahwu arabi, 2) Nah}wu Arabi
berdasarkan Ibn Madha Al-Qurthubi dapat meningkatkan keefektifan
dalam pengajaran nahw } . Penelitian ini bersifat teoretik tentang
pengembangan bahan ajar materi bahasa Arab secara parsial dan belum
menyentuh kajian praktik.
l) Muhbib Abd. Wahab (2009) meneliti tentang Pemikiran Linguistik
Tamma>m H{assa>n dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemikiran linguistik Tamma>m, terutama pemikiran
nah{wunya, merupakan hasil ijtih}a>d pribadinya yang memadukan antara
warisan khazanah pemikiran klasik, terutama pemikiran ‘Abd al-Qa>hir al-
Jurja>ni dan Ibn Jinni>, dan pemikiran linguistik modern, baik strukturalisme
(de Saussure dan Bloomfield) maupun aliran London (JR. Firth) dan
gramatika generative-transformatif (Noam Chomsky). Ijtihad linguistik
Tamma>m dapat dikontekstualisasikan dalam pengembangan pendidikan
bahasa Arab, terutama reformasi metodologi penelitian bahasa dan
rekonstruksi epistemologi ilmu-ilmu bahasa Arab. Penelitian ini juga
bersifat teoretik tentang kajian ilmu nahwu dan belum menyentuh kajian
praktik.
m) Ahmad Zubaidi (2008) meneliti tentang Pemikiran K.H. Imam Zarkasyi
Gontor tentang Pembelajaran Bahasa Arab (Studi atas Metode Kemahiran
Berbicara dan Kemahiran Menulis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Imam Zarkasyi menggunakan metode eklektif dalam pengajaran kemahiran
berbicara dan menggunakan pendekatan drill/tadri>ba>t dalam pengajaran
kemahiran menulis. Peran pemikiran beliau dalam suksesnya pengajaran
bahasa Arab di Pondok Modern Darussalam Gontor sangat dominan.
Adapun pemikiran beliau sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan
pandangan gurunya, yaitu Syekh Umar al-Hasyimi dan Dr. Mahmud Yunus
Padang. Penelitian ini mengkaji dan menganalisis pembelajaran bahasa
Arab berbasis pesantren. Lembaga tersebut memiliki karakteristik yang
sangat berbeda dengan perguruan tinggi.
Dari beberapa penelitian di atas, terdapat perbedaan objek yang
menjadi lakuna di dalam penelitian yang akan dilakukan. Pertama, dari objek

21
yang dikaji, peneliti memilih program studi agama di lingkungan UIN Jakarta
sebagai objek penelitian. Kedua, bidang yang menjadi objek penelitian ini
adalah kurikulum pembelajaran bahasa Arab dan penerapannya di UIN Jakarta.
Adapun penelitian Muhammad Jafar Shodiq (2015) dan Enjang Burhanudin
Yusuf (2015) merupakan kajian yang memiliki kaitan yang berdekatan dengan
penelitian ini. Distingsi penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dikaji,
yaitu penelitian Shodiq dan Yusuf masih bersifat kritis terhadap kurikulum
pembelajaran bahasa Arab yang diterapkan oleh perguruan tinggi Islam.
Sedangkan penelitian yang akan dikaji oleh peneliti tidak hanya mengkritisi
kurikulum pembelajaran bahasa Arab yang diterapkan, namun juga memberikan
rekomendasi konsep kebijakan pembelajaran yang lebih tepat diterapkan pada
program studi agama.

G. Teknik Penulisan dan Penyajian Hasil Penelitian


Teknik penulisan disertasi ini didasarkan pada Pedoman Penulisan
Tesis/Disertasi Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam yang
diterbitkan oleh Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan ayat Alquran didasarkan pada mush}af yang telah ditash}i>h} oleh
Balitbang Kementerian Agama RI. Sedangkan transliterasi yang digunakan
mengacu pada Transliterasi yang ditetapkan oleh Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasil penelitian ini disajikan dalam semua bab pada disertasi ini, karena
disertasi ini merupakan satu kesatuan yang utuh mengenai hasil pembacaan,
penelusuran data, sistematisasi, validasi, dan konklusi terhadap pembelajaran
bahasa Arab pada program studi agama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyajian hasil penelitian ini juga diperkuat dan divalidasi dengan
berbagai literatur atau referensi terkait yang dicantumkan pada catatan kaki
(footnote/al-hawa>mish). Beberapa hal (istilah, konsep, dan ungkapan) yang
dinilai perlu diberi penjelasan lebih lanjut juga diberikan penjelasan dalam dua
tanda kurung dan/atau dalam catatan kaki. Adapun penelitian ini disajikan
dengan 5 (lima) bab, yaitu:
1. BAB I : Membahas tentang konteks permasalahan, tujuan penelitian,
signifikansi penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan dan pengolahan data, keterbatasan penelitian, dan teknik
penulisan dan penyajian hasil penelitian.
2. BAB II : Membahas tentang kajian teori sekitar teori bahasa dan
pembelajaran bahasa Arab serta prinsip-prinsip implementasi pembelajaran
bahasa Arab.
3. BAB III : Membahas tentang potret kebijakan dan komponen penunjang
pembelajaran bahasa Arab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. BAB IV : Membahas tentang potret pembelajaran bahasa Arab yang
terdapat pada program studi agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. BAB V : Membahas tentang kesimpulan penelitian, implikasi penelitian,
dan rekomendasi dari penelitian.

22

Anda mungkin juga menyukai