Anda di halaman 1dari 54

LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN JENIS STROKE DENGAN

LAMA PERAWATAN PADA PASIEN STROKE

SKRIPSI

NUR MEILIANY BOUTY


NIM. C01416063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2020
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Saya mau mencurahkan waktu, uang, tenaga, pikiran, untuk terus belajar dan berjuang sampai saya mencapai
impian saya (Tung Desem Waringin)”

Kehidupan kita adalah anugrah, bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga dapat memberi inspirasi bagi
orang lain. Mulailah mencatat setiap detik yang kita lalui, bagikan kepada orang-orang disekitar, agar hati yang
sedih menjadi gembira, agar jiwa yang haus menjadi hilang dahaga, dan wajah yang murung menjadi tawa
(Alberthine Endah)

Working hard is important, but there's something that matters even more: believing in yourself (Harry Potter)

Ya robb, segala puja dan puji sukur kupersembahkan hanya untuk-Mu. Seraa bersukur atas apa yang telah
diberikan untuk diri ini, bersukur atas nikmat yang telah diberikan berupa akal, rezeki , dan juga ilmu yang
bermanfaat serta kesabaran untuk bisa bangkut dari setap cobaan.

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang tercinta

Ayah (FAISAL BOUTY) dan IBU (MUN BOU) yang selalu berusaha untuk berdoa demi kebahagiaan dan juga
kesuksesanku, mereka adalah orang-orang yang selalu ada dalam susah maupun duka disaat diriku
mengalami kendala. Mereka adalah alasanku untuk tetap semangat untuk bisa menyelesaikan studiku hingga
akhir. Serta Kakaku (Mohammad Reza Bouty) yang selalu membimbingku selama ini untuk menelesaikan
masalah-masalah yang selalu diriku alami selama studi.

Teman-Teman Seperjuangan Keperawatan Umgo Angkatan 2016 Terutama Untuk Kelas Keperawatan C.
Terima Kasih Atas Kebersamaan Selama Ini

Almamater Tercinta Tempatku Menimba Ilmu


Universitas Muhammadiyah Gorontalo
KATA PENGANTAR

Dengan Sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, penulis
memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-nya
sehingga penulis dapat meneyelesaikan penyusunan hasil penelitian/skripsi dengan
judul “Hubungan Jenis Stroke dengan Lama Perawatan Pasien Stroke”
Penulis selama menjalani studi dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan
ini menyampaikan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Dr. Dr. H. Muh.


Isman Jusuf, Sp.S.
2. Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Ibu Prof. Dr. Hj.
Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum.
3. Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Drs. H.
Sjamsuddin N. Tuli, M.Si.
4. Wakil rektor III Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Dr. Ir.
Hasim, M.Si
5. Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Dr.
Munkizul Uman Kau, S.Fil, M.Phil
6. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo)
Bapak Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep., MM., M.Kep Sekaligus selaku
Pembimbing 1
7. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
(UMGo) Bapak Ns. Pipin Yunus, S.Kep., M.Kep
8. Ketua Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Ns. Rona Febriyona, S.Kep., M.Kes
9. Pembimbing 2 Ns. Haslinda Damansyah, S.Kep., M.Kep yang telah banyak
membantu dan memberikan bimbingan, penghargaan serta masukan dalam
menyelesaikan proposal ini.

i
10. Kedua orang tua penulis yang telah membimbing dengan kasih sayang dan
pengorbanannya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan ini.
11. Seluruh teman-teman mahasiswa keperawatan angkatan 2016 atas
kebersamaan selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh


keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan skripsi
penelitian ini.

Gorontalo, September 2020

Penulis

ii
ABSTRAK

NUR MEILIANY BOUTY, Literatur Review Hubungan Jenis Stroke dengan Lama
perawatan Pada Pasien Stroke. Dibimbing oleh ABDUL WAHAB PAKAYA sebagai
Ketua dan HASLINDA DAMANSYAH sebagai anggota
Stroke atau yang sering disebut dengan cerebrovasculer accident merupakan
kelainan pembuluh darah yang terjadi di otak. Stroke terdiri dalam dua kasus yaitu
Hemorrhagic stroke (Stroke hemoragik) dan Ischemic stroke (Stroke iskemik/non
hemoragik).Tujuan Penelitian ini untuk mengidentifikasi adanya hubungan Jenis
Stroke dengan Lama Perawatan Pada pasien Stroke. Penelitian ini menggunakan
metode Sistematic Literatur Review dengan melakukan pengumpulan data melalui
website Google dengan melakukan pencarian pada situs Google Schoolar,
Perpusnas, PubMed dan Indonesia One Search. Dengan menggunakan kriteria
inklusi dan eksklusi. Jumlah artikel/Jurnal yang ditemukan sebnyak 8 jurnal yang
kemudian dikelompokan melalui metode penelitian yang digunakan. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa pasien dengan jenis stroke hemoragik memiliki median lama
perawatan yang lebih lama dibandingkan dengan stroke iskemik. Hal ini dikarenakan
pasien dengan stroke hemoragik masuk dengan keadaan mengalami penurunan
kesadaran. Terdapat beberapa faktor-faktor pendukung terhadap lamanya
perawatan pada pasien stroke yaitu diantaranya umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, komplikasi penyakit, keparahan dari penyakit tersebut dan juga adanya
jaminan kesehatan.

Kata kunci : Jenis Stroke, Lama Perawatan stroke, Length Of Stay Stroke

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGATAR ......................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
1.3 Tujuan penelitian .................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6


2.1 Landasan Teori ...................................................................................................... 6
2.1.1 Konsep Dasar Stroke ...................................................................................... 6
2.1.2 Konsep Dasar Lama Perawatan ....................................................................... 19
2.2 Kerangka Teori ...................................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 24


3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................................... 24
3.2 Strategi Pencarian Literatur.................................................................................... 25
3.3 Tahapan Literatur Review ...................................................................................... 26
3.4 Teknik Analisa Data ............................................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 29


4.1 Hasil Literatur Review ............................................................................................... 29
4.2 Pembahasan ............................................................................................................ 39
4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 43

BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 44


5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 44
5.2 Saran ....................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
1. lokasi-lokasi Aneurisma Intrakranial .......................................................................... 8
2. Klasifikasi Aneurisma berdasarkan bentuk ukuran .................................................... 9
3. Gejala klinis aneurisma berdasarkan lokasi .............................................................. 14
4. Tabel Kriteria Inklusi dalam Penelitian ...................................................................... 25
5. Tabel Penelitian Relevan ......................................................................................... 31

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka teori........................................................................................................... 23
2. Alur Literatur Review ................................................................................................. 26
3. Diagram Alur Seleksi Proses Seleksi Literature ........................................................ 27
4. Proses Pencarian Artikel/Jurnal ............................................................................... 30

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke atau yang sering disebut dengan cerebrovasculer accident merupakan
kelainan pembuluh darah yang terjadi di otak. Stroke terdiri dalam dua kasus yaitu
Hemorrhagic stroke (Stroke hemoragik) dan Ischemic stroke (Stroke iskemik/non
hemoragik). karakteristik lesi dan lokasi dapat dipelajari untuk mengetahui hubungan
antara lokasi lesi dan jenis stroke. Namun, stroke memiliki arti yang lebih spesifik
yaitu Stroke (Cerebral Apoplexy) adalah kondisi terjadi kehilangan perfusi ke
pembuluh darah otak secara akut yang meyebabkan kehilangan fungsi neurologis
secara tepat (Satyanegara et al., 2014). Stroke merupakan salah satu penyakit yang
memiliki morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Stroke adalah penyebab utama
kematian dan kecatatan di banyak negara.
World Health Organiazation (WHO) mengemukakan bahwa terdapat 17.9 juta
orang yang meninggal setiap tahun dan terdapat lebih dari >75% kematian yang
terjadi di negara yang memiliki penghasilan rendah dan menegah yaitu sebesar 85%
akibat dari stroke dan peyakit jantung. secara global dari 108 negara yang
menanggapi mengenai stroke (46%), di wilayah Afrika terdapat 45%, di wilayah
Amerika terdapat 42% dan di wilayah South-East Asia terdapat 11% (WHO, 2017)
Menurut World Stroke Organization (WSO) terdapat lima setegah juta orang
meninggal karena stroke setiap tahunnya lebih dari 80 juta orang yang hidup saat ini
yang pernah mengalami stroke secara global dan 60% orang yang berumur 70
tahun yang mengalami stroke. terdapat 10% dari orang-orang yang hidup
mengalami stroke sedang dibahwah usia 44 tahun dan terdapat 49% dengan jenis
kelamin laki-laki dan 51% jenis kelamin wanita yang mengalami stroke (World Stroke
Organization, 2016) Dimana kematian akibat stroke lebih tinggi berada di Asia dari
pada di Eropa Barat, Amerika atau Australia (Venketasubramanian et al., 2017).
Kemenkes RI (2019) Kejadian stroke sering terjadi pada negara-negara yang
memiliki pendapatan rendah dan menegah yang mengalami penigkatan lebih dari

1
dua kali lipat. Kejadian stroke menurun sebanyak 42% pada negara yang
berpendapatan tinggi. Selama 15 tahun terakhir, rata-rata penyakit stroke terjadi dan
menyebabkan kematian lebih banyak pada negara-negara yang berpendapatan
rendah dan menegah dibangingkan dengan negara-negara yang berpendapatan
tinggi. Di indonesia secara nasional prevalensi stroke yang berada di indonesia pada
tahun 2018 berdasarkan pada penduduk umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar 10,9% atau
diperkirakan sebesar 2.120.362 orang. Provinsi Kalimantan Timur (14,7%) dan di
Yogakarta (14,6) merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi stroke di indonesia
(Kemenkes, 2019). Provinsi Grontalo terdapat pada urutan ke 14 yang memiliki
prevalensi sebesar 10,9% penderita stroke. Pada tahun 2018 yang berdasarkan
pada penduduk yang berumur ≥ 15 tahun dengan tingkat tertinggi terdapat pada
pasien yang berjenis kelamin perempuan dengan 10,9% dan laki-laki 11,0%
(Riskesdas, 2018)
Menurut (Reslina et al., 2015) dalam penelitiannya dijelaskan bahawa pasien
yang memiliki lama perawatan terdapat pada pasien dengan jenis stroke hemrogaik
dengan lamanya hari rawat yaitu selama 14-21 hari. Hal ini dikarenakan karena
sebagian besar pasien yang masuk dengan stroke hemoragik dalam kondisi dengan
kesadaran menurun sehingga butuh penaganan dan perawatan yang intensif dalam
menagani pecahnya pembuluh darah. Sedangkan pada pasien dengan stroke
iskemik memiliki waktu lama perawatan selama 7-10 hari.
Menurut (Somotun et al., 2017) dalam penelitianya dijelaskan bahwa pasien
yang memiliki lama hari perawatan didapatkan pada pasien yang menderita penyakit
stroke iskemik yaitu selama 9,8 hari sedangkan pasien stroke hemoragik hanya
memiliki lama perawatan selama 7,7 hari. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya
lama perawatan dipengaruhi oleh adanya komplikasi-komplikasi dari penyakit yang
dierita dan juga jenis pekerjaan dimana ditemukan bahwa orang menganggur
memiliki sekitar 7 hari atu lebih banyak LOS dibandingkan dengan mereka yang
memiliki pekerjaan. Kemudian lama perawatan ini juga terjadi karena dipengaruhi
oleh adanya penambahan usia.
Menurut (Curtain et al., 2017) dalam penelitiannya dijelaskan bahwa jenis dari
stroke memiliki jumlah perbandingan hari lama rawat yang sama. Dimana lama

2
perawatan yang terjadi pada pasien dengan memiliki stroke iskemik memiliki lama
perawatan (LOS) 15-16 hari sengakan dengan stroke hemoragik memiliki lama
perawatan sebesar 5-16 hari yang dikaitkan dengan adanya gagal jantung. Namun
jika pasien tersebut selamat dari pendarahan dan pasien tersebut memiliki usia ≥ 85
tahun maka pasien tersebut akan memiliki lama perawatan (LOS) sebesar 33 hari
perawatan.
Menurut (Darmapadi et al., 2018) menjelaskan bahwa lama perawatan pada
pasien stroke berdasarkan jenis stroke dimana stroke hemoragik memiliki resiko
pulang lebih lama diabandingkan pada pasien stroke iskemik. Hal ini dikarenakan
karena stroke hemoragik memiliki median rawat inap yang lebih lama dibandingkan
dengan stroke iskemik hal ini disebabkan karena masuknya aliran darah ke jaringan
otak yang bisa meneyababkan terjadinya penigkatan tekanan intrakranial yang bisa
menyababkan kerusakan pada jaringan saraf dan terjadi gangguan aliran darah.
Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa lama perawatan juga dilihat dari kondisi usia
dan komplikasi penyakit yang di derita oleh pasien strok tersebut.
Penelitian lain juga (Amiman et al., 2016) dalam penelitiannya dijelaskan bahwa
pasien yang mengalami lama perawatan didaptakan pada stroke hemoragik selama
10,64 hari diandingkan dengan stroke iskemik 6,84 hari. dalam penelitiannya juga
menjelaskan bahwa pasien dengan usia 45-54 tahun merupakan jumlah lama
perawatan yang tinggi, dan juga pasien yang mengalami komplikasi penyakit juga
mengalami proses lama perawatan dengan rata-rata terjadi pada pasien stroke
hemoragik.
Manurut (Aninyah & Nurjanah, 2017) dalam penelitiannya di jelaskan bahwa
pasien dengan stroke iskemik memiliki perawatan yang lebih lama dibandingkan
dengan stroke hemoragik. Dimana stroke iskemik memiliki 18 hari sedangkan
hemoragik memiliki 11 hari perawatan. Hal ini dikarenekan oleh pengobatan yang
akan diberikan kepada pasien tersebut jika pasien tersebut mengalami keparahan
dalam kondisinya maka hal tersebut bisa memperlama perawatan yang akan di
berikan.
Manurut (Thakkar et al., 2019) dalam penelitiannya juga dijelaskan bahwa
pasien dengan jenis stroke hemorgaik memiliki median lama rawat yang lebih lama

3
yaitu (47 hari) dibandingkan dengan stroke iskemik (40 hari). Dalam penelitainnya
menjelsakan bahwa pasien yang mengalami stroke dan di tambah dengan adanya
lama perawatan bisa menyebabkan terjadinya biyaya perawatan yang tinggi di
bandingkan dengan pasien yang tidak mengalami stroke. Diantara pasien yang
mengalami stroke biyaya perawatan yang tinggi dihasilkan dari pasien yang memiliki
stroke hemorgaik dibandingkan dengan stroke iskemik.
Manurut (Zhang et al., 2020) dalam penelitiannya dijelaskan bahwa jenis stroke
tidak berhubungan secara signifikan terhadap lama perawatan (LOS). Namun dalam
penelitiannya didaptkan bahwa lama perawatan yang di alami oleh pasien stroke
diakibatkan karena adanya layanan medis gratis atau asuransi, hal ini dikarenakan
karena pasien meganggap bahwa mereka lebih baik di rawat di rumah sakit selama
biaya tidak menjadi permasalahan karena mereka hanya perlu membayar perawatan
dengan biyaya yang sedikit.
Berdasarkan pada jurnal-jurnal di atas ditemukan bahwa jenis dari stroke
berhubungan dengan lamanya seorang pasien untuk menerima pengobatan di
rumah sakit dimana pada jurnal-jurnal di atas mengemukakan bahwa jenis stroke
hemroragik memiliki waktu lama perawatan yang lebih besar dibandingkan dengan
stroke iskmeik dimana hal ini juga dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor lain yang
bisa menebabkan terjadinya lama perawatan pada pasien stroke. Seperti adanya
komplikasi penyakit yang diderita, pekerjaan, tindakan pengobatan yang akan di
terima dan juga kondisi dari pasien itu sendiri yang bisa menyebabkan terjadinya
lama perawatan di rumah sakit.
Maka peneliti tertarik untuk melakukan Sistematik Review terhadap jurnal-jurnal
maupun artikel-artikel yang meneliti tentang “Adakah hubungan jenis stroke dengan
lama perawatan pada pasien stroke”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di rumuskan
masalah : “Apakah terdapat Hubungan Jenis Stroke Dengan Lama Perawatan Pada
Pasien Stroke

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi adanya Hubungan Jenis Stroke Dengan Lama Perawatan Pada
Pasien Stroke
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan
memperluas ilmu pengetahuan dibidang kesehatan terutama keperawatan pada
penyakit stroke.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat
Sebagai pengalaman untuk memperluas wawasan keilmuan untuk
mengembangkan diri dalam bidang penelitian dan juga bisa mendorog para
perawat untuk memulai serta mengetahui mengenai penyakit stroke
b. Bagi instituti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menigkatkan
pengembangan sistem pendidikan dalam profesi keperawatan dan juga bisa
digunakan sebagai acuan referensi, bacaan dan digunakan dalam penelitian
selanjutnya.
c. Bagi peneliti selajutnya
Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan kerangka berikir untuk
menambah analisis lajutan ataupun refernsi terkait penyakit stroke

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Konsep Dasar Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak yang mengakibatkan
kematian pada sel-sel. Dalam kebanyakan kasus yang terjadi, pasien yang
menegalami stroke bisa mengalami cacat permanen (Williams & Hopper, 2015).
Stroke atau cidera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
menyebabkan terhentinya suplai aliran darah kebagian otak (Wijaya, 2013). Stroke
merupakan suatu keadaan yang timul diseabkan karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak hal ini meneyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga bisa menyebabkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian
(Purwanto, 2016). Stroke merupakan istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan terjadinya perubahan neurologis yang diakibatkan adanya
gangguan pada suplai pembuluh darah yang akan menuju ke otak. Terdapat dua
jenis stroke yang utama yaitu stroke Non-Hemoragik (Iskemik) dan Stroke
Hemoragik (Black & Hawks, 2014).
2. Klasifkasi Stroke
a. Stroke Non-Hemoragik
Stroke Non-Hemoragik (Iskemik) atau yang biasa di sebut dengan stroke
iskemik disebabkan karena adanya ischemia, emboli atau trombus serebral. Hal ini
biasanya bisa terjadi ketika pasien dalam keadaan istirahat yang lama berupa
bangun dari tidur pada pagi hari (Wijaya, 2013). Terdapat sekitar 80-50%
merupakan stroke iskemik yang terjadi karena akibat dari adanya obstruksi atau
bekuan pada salah satu atau lebih pada arteri besar terhadap sikulasi serebrum
(Price, 2015).
b. Stroke Hemoragik

6
Stroke Hemoragik merupakan pendarahan serebral dan pendarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada otak dibagian
daerah tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat dalam
kedaan aktif (Wijaya, 2013). Pendarahan intraserebral ini paling banyak disebabkan
oleh adanya ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pada pembuluh darah. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pendarahan kedalam jaringan otak. Pendarahan
pada intraserebral paling sering terjadi akibat dari penyakit hipertensi dan umumnya
terjadi pada penderita yang berusia 50 tahun (Black & Hawks, 2014).
3. Etiologi
a. Ischemic Strokes atau yang biasa disebut dengan stroke iskemik yaitu terjadi
ketika pasokan darah ke otak terhambat atau secara signifikan melambat.
salah satu penyebab dari stroke iskemik yaitu trombik atau emboli. Stroke
trombotik terjadi ketika adanya okulsi menumpuk di arteri sampai darah
berkurang atau menghentikan aliran darah secara signifikan ke otak. stroke
trombus paling sering terjadi di arteri internal atau pada bagian karotis. Stroke
emboli biasanya disebabkan oleh gumpalan darah yang terdapat pada tubuh
yaitu sering terdapat pada jantung, dan berjalan melalui arteri sampai
tersumbat dalam pembuluh darah yang kecil menyebabkan darah tersumbat.
bisanya emboli akan berjalan dan menumpuk di arteri serebral tengah, anterio
ataupun posterior (Williams & Hopper, 2015).
b. Hemorrhagic stroke atau yang biasa disebut dengan stroke hemoragik yaitu
diketahui secara umum, stroke hemoragik yaitu stroke yang terjadi
gangguan/disfungsi neurologi vokal akut karena hal ini disebabkan adanya
pendarahan primer. Substansi pada otak ini sering terjadi secara spontan
bukan disebabkan karena adanya trauma kapitis, karena hal ini diakibatkan
oleh pecahnya pembuluh arteri vena dan kapiler. Stroke hemoragik terdiri atas
dua yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid.
Pendarahan intraserebral disebabkan karena pecahnya pembuluh darah
terutama disebabkan karena hipertensi yang mengakibatkan darah masuk ke
dalam jaringan otak yang membentuk massa sehingga menekan jaringan otak
dan menimbulkan edema. hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan

7
TIK yang akan berlangsung cepat sehingga hal ini dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. perdarahan intraserebral yang
disebabkan karena hipertensi sering dijumpai pada daerah putamen
thalamus, ponds dan cerebellum. (Wijaya, 2013). Pendarahan pendarahan
intraserebral sering terjadi pada lokasi-lokasi
a) Substansia Alba otak
b) Hemisfer serebri
c) Putamen dan kapsula interna yang berdekatan
d) Thalamus
e) Ponds
f) Cerebellum (Satyanegara et al., 2014)
Perdarahan subarachnoid merupakan Pendarahan yang berasal dari
pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari
pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
parenkim otak. (Wijaya, 2013)
Tabel 1 lokasi-lokasi Aneurisma Intrakranial
Lokasi Presentasi (%)
Sirkulasi Anterior 85-95
1. Serebri anterior 30
Komunikans Anterior 25
2. Karotis interna 30
Komunikans posterior 18
3. Serebri media 25
Sirkulasi Posterior 5-15
1. Serebri posterior 2
2. Basilaris 10
3. Vetebralis 3
Sumber (Satyanegara et al., 2014)

Aneurisma multipel dijumpai pada kira-kira 20% penderita perdarahan


subarachnoid, dan kebanyakan lesinya terletak simetris di arteri karotis
interna.

8
Tabel 2 Klasifikasi Aneurisma berdasarkan bentuk ukuran

Aneurisma Ukuran
1. Sangat kecil (<3mm)
2. Kecil (4-5 mm)
3. Sedang (7-10 mm)
4. Besar (11-24 mm)
5. Sangat besar/giant (> 25 mm)
Sumber (Satyanegara et al., 2014)

4. Patofisiologi
a. Stroke Iskemik
a) Trombus
Penggumpalan(Trombus) terjadi karena adanya kerusakan pada bagian garis
endotelial dari pembuluh darah. Atrosklerosis merupakan penyebab utama.
Arteriosklerosis menyebabkan lemak tertumpuk dan menyebabkan terbentuknya
plak pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan plak terus membesar
dan menyebabkan terjadinya penyempitan (Stenosis) pada arteri . Stenosis ini
menghambat aliran darah yang biasanya lancar pada arteri. Menyebabkan darah
akan berputar-putar pada bagian permukaan yang terdapat palk, menyebabkan
terjadinya penggumpalan yang akan melekat pada palak tersebut. Akhirnya
rongga pembuluh darah menjadi tersumbat. Bahkan hal ini bisa menyebabkan
penyumbatan dapat terjadi karena inflamasai padaarteri disebut arteritis atau
vaskulitis tetapi hal terebut jarang terjadi. Trombus bisa terjadi di semua bagian
sepanjang arteri karotid atau pada cabang-cabangnya. Bagian yang bisa terjadi
penyumbatan adalah pada bagian yang megarah pada percabangan dari karotid
utama atau kebagian dalam dan bagian luar arteri karotid. Stroke pada trombus
merupakan jenis tipe yang paling sering muncul kepada penderita diabetes.
(Black & Hawks, 2014)
b) Embolisme
Embolisme merupakan penyebab utama ke dua dari berbgaai penyebab
utama stroke. Penderita emboilisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan
penderita trombosis. Kebnyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam
jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan
penyakit jantung (Wijaya, 2013). Sumbatan pada arteri serebral yang disebebkan

9
oleh embolus yang menyebabkan embolik. Embolus terbentuk di bangian luar
otak, kemudian terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus
tersebut melekat pada pembuluh darah dan menyumbat arteri. Embolus yang
paling sering terjadi adalah plak. Treombus dapat terlepas dari arteri karotis bagian
dalam pada bagian luka plak dan bergerak kedalam sirkulasi serebral. Hal ini
dapat menyebabkan terjadi kejadian fibrasi atrial kronik dapat berhubungan
dengan tingginya kejadian pada stroke embolik. Yaitu diamana darah terkumpul
didalam atrium yang kosong. Gumplan darah yang sangat kecil terbentuk dalam
atrium kiri dan bergerak menuju jantung dan kedalam sirkulasi serebral. Pompa
mekanik jantung buatan mempunyai permukaan yang lebih kasar dibandingkan
oto jantung yang normal dan dapat menyebabkan penigkatan resiko terjadinya
penggumpalan. Endokaditis yang disebabkan oleh bakteri ataupun yang non
bakteri dapat menjadi sumber sumber tajadinya emboli. Sumber-sumber yang
menjadi penyebab lainnya emboli adalah tumor, lemak, bakteri dan udara. Emboli
ini bisa terjadi pada selurh bagian pembuluh darah serebral. Kejadian pada
pembuluh darah serebral menigkat bersamaan dengan menigkatnya usia (Black &
Hawks, 2014).
b. Stroke Hemoragik
a) Pendarahn intraserebrum (parenkimatosa)
Pendarahan intraserebrum kedalam parenkim (jaringan otak) ini sering terjadi
karena mengalami cidera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan terjadina ruptur
pada salah satu dari banyakna arteri kecil yang terdapat pada jaringan otak. Jika
terjadi pendarahan pada suatu individu yang tidak mengalami hipertensi, hal yang
perlu dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk mengetahui
kasus lain yang diderita berupa gangguan perdarahan, malformasi arterovena, dan
tumor yang bisa menyebabkan erosi. Stroke yang menyebabkan perdarahan
intraserebrum, hal ini sering terjadi saat pasien dalam keadaan terjaga dan aktif,
dimana kejadian ini sering kali disaksikan oleh orang lain. Hal ini disebabkan
karena lokasinya yang berdekatan dengan arteri dalam, basal ganglia dan kapsula
interna yang sering menerima beban besar dari tekanan dan iskemia yang di
sebabkan oleh stroke pada tipe ini. Ganglia basala meodulasi fungsi motorik

10
voluntar dan bahwa semua serat-serat aferen dan eferen di separuh korteks
mengalami pemadatan untuk bisa masuk dan keluar dari kapsula interna, maka
hal ini dapatdilihat bahwa stroke di salah satu bagian ini diperkirakan menimbulkan
defisit yang sangat merugikan. Biasanya pendarahan yang terjadi di bagian dalam
jaringan otak menyebabkan terjadinya defisit neurologik fokal yang cepat dan
memburuk secara perogresif dalam beberapa menit sampai kurang dari 2 jam.
Hamiperesis di sisi yang berlawanan dari letak pendrahan merupakan tanda khas
pertama pada keterlibatan kapsula interna.
Infark serebrum setelah embolus di suatu srteri otak mungkin terjadi karena
akibat pendarahan bukan adanya sumbatan oleh embolus itu sendiri. Alasannya
adalah bahwa, apabila embolus lenyap/terlepas atau dibersihkan dari arteri,
akibatnya dinding pembuluh darah setelah tempat okulsi mengalami perlemahan
selama beberapa hari pertama setelah okulsi. Dengan demikian waktu ini dapat
terjadi kebocoran atau perdarahan dari dinding pembuluh yang melemah ini.
Karena itu, hipertensi perlu untuk di kendalikan untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut pada minggu-minggu pertama stelah strok embolik.
b) Pendarahan Subaraknoid
Pendarahan subaraknoid memiliki dua kausa utama yaitu terjadinya rupturnya
suatu anurisma vaskular dan trauma kepala. Anurisma srebri merupakan
merupakan suatu benjolan dinding pada arteri yang mengandung lapisan intima
dan adventisia (Tidak megandung lapisan muskularis, sehingga denan dmikian
dinding ini lebih relatif menjadi lebih lemah dan mudah untuk pecah. Benjolan ini
sebagian besar merupakan suatu cacat pada arteri yang diduga merupakan suatu
kelainan pada dinding pembuluh kongenital atau akibat dari adanya perubahan
degeneratif pasca kelahiran dan bisanya membutuhkan waktu yang lebih lama
sehingga menjadi cukup besar sehingga menjadi serta menimbulkan gejala klinis
akibat adanya pendesakan terhadap jaringan otak disekiarnya. Aneurisma
pembuluh darah otak dapat mempunyai bentuk yang sekuler (Anurisma Berry),
fusiforme, difus, galnduler, dan dapat berukuran sangat besar (Aneurisma
raksasa/Giant aneurusm yang dimana diameternya > 2,5 cm). Struktur pada
aneurisma biasanya bisa menyebabkan terjadinya perdarahan di dalam rongga

11
subarachnoid. Terjadinya ruptur pada aneurisme biasanya terjadi pada ada usia
antara 55-60 tahun. Ukuran lokasi serta usia penderita merupakan suatu penentu
prognosis serta resiko pada kasus stroke. Wanita lebih banyak menderita
aneurisme. Proses terjadinya aneurisme diakibatkan oleh interaksi berbagai faktor
seperti mutasi pada gen yang berperan dalam pembentukan sel endotelial dan otot
polos serta pada proses pembentukan matriks ekstraseluler. Faktor-faktor tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan pada matriks ekstraseluler di mana hal ini bisa
terjadi destruksi kolagen yang melebihi sintesanya akibat terjadinya perubahan ini
adalah terjadinya remodelling pada pembuluh darah yang akhirnya menjadi
aneurisma. Ini juga dapat disebabkan oleh infeksi mikrotik trauma keganasan dan
penyakit pembuluh darah/ vaskulopati (Satyanegara et al., 2014).
Malformasi arteriovena (MAV) adalah jaringan kapiler yang mengalami
malormasi kongenital dan merupakan penyabab PSA yang lebih yang di jumpai.
Dalam keadaan normal, jaringan kapiler terdiri dari pembuluh-pembuluh darah
yang garis tengahnya hanya 8/1000 mm. Hal ini deisebabkan karena ukurannya
yang halus, arteriol-arteriol halus ini memiliki resistensi vaskular tinggi yang
memperlambat aliran darah sehingga oksigen dan zat makanan dapat berdifusi
kedalam jaringan otak. Pada MAV pembuluh dapat melebar sehingga darah
mengalr di antra arteri-arteri bertekanan tinggi dan sistem vena bertekanan
rendah. Akhirnya, diding venula menjadi lemah dn darah dapat keluar dengan cept
ke jaringan otak. Pada sebagian besar pasien, pendarahan yang terjadi di
intraparenkim dengan pembesaran kedalam ruang sub araknoid. Perdarahan
meungkin masif, yang menyebabkan kematian, atau keil dengan garis tengah 1 cm
(Price, 2015).
5. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Hipertensi yaitu faktor-faktor resiko utama pada hipertensi karena hal ini
disebabkan oleh adanya arterosklerosis pada pembuluh darah serebral sehingga
pembuluh darah tersebut bisa mengalami penebalan dan terjadi degenerasi yang
kemudian akan pecah sehingga bisa menimbulkan terjadinya perdarahan pada
otak.

12
b. Penyakit Kardiovaskuler
Pada pasien yang mengalami penyakit kardiovaskuler misalnya embolisme
serebral ini berasal dari jantung sperti penyakit arteri koroner, gagal jantung
kongestif, MCI (Infark Miokard), hipertrofi ventrikel kiri.
c. Diabetes melitus
Pada penderita yang mengalami Dmakan mnegalami penyakit vaskuler yang
akan menyebabkan terjadinya mikrovaskularisasi dan terjadi arterosklerosis.
Terjadinya arterosklerosis ini dapat menyababkan emboi yang kemudian dapat
menyembat dan terjadi iskemia. Iskemia ini dapat menyababkan perfusi otak
menurun dan pada akhirnya terjadi stroke
d. Merokok
Pada pasien yang merokok hal ini akan menyebabkan teimbulnya palque
pada pembuluh darah nikotin sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis
dan kemudian berakibat pada stroke
e. Alkoholik
Alkoholik ini dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak
dan kardiak aritmia sreta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli
serebral.
f. Penigkatan Kolestrol
Penigkatan kolestrol yang tubuh dapat meneyebabkan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak yang mneyebabkan aliran darah lambat masuk ke otak,
yang menyebabkan perfusi otak mengalami penurunan.
g. Obesitas
Pada orang-orang yang mengalami kadar kolestrol yang tinggi. Selain itu
dapat mengalami hipertensi karena dapat terjadi pada pembuluh darah. Keadaan
ini berkontribusi pada stroke. (Wijaya, 2013)
6. Manifestasi Klinik
a. Peringatan dini awal
terdapat beberapa jenis dari stroke yang memiliki tanda-tanda peringatan
awal yang dikenal dengan istilah serangan iskemik jangka pendek. Manifestasi dari
stroke iskemik yaitu dapat terjadi Hemiaresis transien (tidak permanen), kehilangan

13
kemampuan berbicara, dan kehingan sensori setengah/hemisensori. Maniestasi
stroke karena trombosis berkembang dalam hitungan menit kehitungan jam sampai
hari. Serangan ini berlangsung lambat karena ukuran dari trombus terus menigkat.
Pertama-tama terjadi sumbatan sebagian di pembuluh darah yang terkena
kemudian menjadi total. Kebalikan dari stroke trombotkm yaitu menifestasi dari
stroke sembolik yang dapat terjadi tiba-tiba dan tanpa peringantan awal.
Stroke hemoragik juga terjadi dengan sangat capat dengan manifestasi yang
berkembang hanya dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Manifestasi yang
sering terjadi termaksud sakit kepala yang berasal dari bagian belakang
leher,vertigo atau kehilangan kesadarankarena hipotensi (sinkop), parastesia,
paralisis sementara, epistaksis dan perdarahan pada retina. Maniestasi pada
gangguan harus ada lebih dari 24 jam untuk bisa di diagnosis sebagai stroke. TIA
adalah gangguan neurologis yang utama berlangsung kurang dari 24 jam. Gejala
klinis pada aneursima yang besar dan menekan struktur vital di otak hingga dapat
menampilkan gejala defisit pad neurologis fokal yang progresif, seperti hemiparesis,
paresis saraf kranialis (Paling sering yaitu paralisa N.III)

Tabel 3 Gejala klinis aneurisma berdasarkan lokasi

Lokasi aneurisma Presentasi klinis


Sinus karvernous Oftalmoplegia, gangguan NII,VI
A. Hipofisealis anterior Oftalmoplegia, gangguan NII
A. Komunikans anterior Sindrom lobus frontal, gangguan NII
A. Serebri Media Disfasia, Kejang
A. Ophtalamikus Gangguan NII, NIII
A. Posterior Kommunikans Gangguan NIII
A. Carotis Hemiparesis
A. Serebri Anterior Sindroma lobus frontal
A. Serebri Posterior Inferior Kompresi batang otak, gangguan NV,
VI, VII
A. Serebralis anterior Gangguan NV, NIII, NIV
A. Basilarlis Kompresi batang otak
A. vertebralis Kompresi batang otak
Persabungan A. vetebralis dan A, Kompresi batang otak
Basilaris
Sumber (Satyanegara et al., 2014)

14
b. Temuan secara umum
Kebnyakan klien tiba di runag gawat darurat dengan konsisi yang mengalami
hipertensi. Temuan secara umum dari dari stroke yang tidak berhubungan dengan
bagian pembuuh darah yaitu sakit kepala, muntah, kejang, perubahan status
mental, demam dan perubahan pada status elektrokardiagram (EKG), perubahan
pada EKG mungkin termaksud kondisi atrial fibrasi yang bisa memantu
mengindikasikan penyabab dari stroke. Infark miokard yang baru terjadi bisa kita
lihat dengan adanya perubahan pada gelombang-T, pemendekan intrval PR,
perpanjngan interval QT, kontraksi ventrikel yang prematur, bradikardi pada bagian
sinus dan takikardi pada bagian ventrikel dam puraventrikel. Perdarahan
subarkhnoid juga bisa menimbulkan abnormalitas pada segmen-ST dan
gelombang-T. adanya demam dapat mengindikasikn cedera pada hipotalamus.
c. Gejala khusus yang sering terjadi pada pasien stroke
a) Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas yang mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik, misalnya :
1) Himplegia (Paralisis/kelumpuhan terhadap salah satu sisi tubuh)
2) Hemiparesis (Terjadinaya kelemahan terhadap salah satu sisi tubuh)
3) Terjadinya penurunan tonus otot secara abnormal
b) Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang sering memepengaruhi stroke yaitu bahasa dan komunikasi,
diantaranya yaitu :
1) Disartria adalah kesulitan berbicara yang ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebebkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara
2) Disfasia atau bisa disebut dengan afasia adalah kehilangan bicara yang
terutama ekspresif/ represif. Apraksia adalah ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajri sebelumnya.

15
c) Gangguan persepsi
1) Homonimus hemianopsia adalah kehilangan setengah lapang pandang
dimana sisi visual yang terkena. Karena hal ini berkaitan dengan sisi tubuh
yang paralisis.
2) Amorfosinteisis, yaitu kedaan dimana hal ini cenderung berpaling dari sisi
tubuh yang sakit dan mengakibatkan sisi/ruang yang sakit tersebut.
3) Gangguan hubungan visual spasia adalah gangguan dalam mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spesial.
4) Kehilangan sensori yaitu antara lain pasien tidak mampu merasakan posisi
dan gerakn tubuh (Kehilangan proprioseptik) sulit menginterpretasikan
stimulasi visual , tktil, auditorius (Wijaya, 2013).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. MRI
MRI merupakan alat dengan menggunakan gelombang mengnetik unuk
memnentukan posisi serta besar atau luas terjadinya perdarahan pada otak. hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalamilesi dan infark dari
hemoragik.
b. CT scan
CT scan akan memperlihatkan secara spesiik edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak infark atau iskemia, serta menujukan lokasinya secara pasti.
hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, biasanya masuk ke
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
c. Angiografi serebri
Angiografi serebri membantu menemukan penyabab dari stroke yang secara
spesifik seperti pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dn untuk mencari
sumbari dari perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
d. USG Doppler
USG Doppler digunakan untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
yaitu masalah pada sisitem karotis.

16
e. Elektro encefalography (EEG)
Elektro encefalography merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat
masalah yang timbul dan akibat dari jaringan yang mengalami infark sehingga
menurunnya implus listrik dalam jaringan otak
f. Sinar X tengkorak
Sinar X tengkorak menggambarkan perubahan pada kelenjar lempeng pienal
daerah yang berlawanan dai massa yang luas, lasifikasi pada karotis interna
terdapat pada trombosis serebral, klasifikasi pada parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarakhnoid.
g. Pungsi lumbal
Tekanan yang menigkat dan siertai adanya bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan intrakranial.
penigkatan pada jumlah protein ini menunjukanadanya prosis inflamasi.hasil
pemeriksaan likulor yang merah biasanya bisa dijumpaipada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya wara likuor masih normal
sewaktu-waktu hari pertama.
h. Pemeriksaan laboratorium
a) Gula darah
b) Drah rutin
c) Analisa Gas Darah (ags)
d) Cairan serebrospinal
e) Elektrolit
f) Biokimia darah. (Purwanto, 2016)
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitusbila
disertai muntah, hal ini boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik
stabil
b) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilisasi adekuat bila perlu berikan
oksigen 1-2 liter/menit bila terdapathasil gas darah
c) Kandung kemih yang dalam keadaan punuh dikosongkan denan kateter

17
d) Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal
e) Suhu tubuh dipertahankan
f) Nutrisi yang diberikan per oral hany boleh diberikan setelah tes fungsi
menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau pasien yang mengalami
kesadaran menurun
g) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak terdapat kontraindikasi
b. penatalaksanaan medis
a) Anti Platelet/Ati Trombolitik (Asteosol, Ticlopidin, Cilostazol, Dipridamol)
b) Trombolitik (Streptokinase)
c) Antikoagulan (Heparin)
d) Hemorrhagea (Pentoxyfilin)
e) Antagonis Serotonin (Noftidrofuryl)
f) Antagonis Calsium (Nomodipin, Piracetam)
c. Penatalaksanan Khusus/Komplikasi
a) Atasi kejang (Antikonvulsan)
b) atsai tekanan intrakranial yang meniggimanitol, gliserol, firosemid, intubasi,
steroid, dll)
c) atasi dekompresi (Kraniotomi)
d) untuk pelaksanaan faktor resiko
1) Atasi Hipertensi
2) Atasi Hiperglikemia
3) Atasi Hiperurisemia (Wijaya, 2013)
9. Komplikasi
a. Penurunan aliran darah serebral
b. Hipoksia serebral
c. Embolisme serebral
d. ISK, inkontinensia
e. Pneumonia aspirasi
f. Tromboplebitis
g. Abrasi kornea
h. Kontraktur

18
i. Dekubitus
j. Encephalitis
k. Disritmia, hidrosepalus, vasupasme
l. CHF
2.1.2 Konsep Dasar Lama Perawatan
1. Definisi Lama Perawatan (Lenght of stay)
Lenght of stay (LOS) adalah gambaran lamanya pada seorang pasien yang
berada di rumah sakit untuk menerima perawatan. LOS dikatakan bahwa
merupakan salah satu dalam menentukan suatu keberhasilan dari suatu terapi.
Semkin sedikit/rendahnya waktu pasien berada di rumah sakit maka hal ini bisa
dikatakan bahwa efektif dan efesiannya pelayanan di rumah sakit tersebut (Amiman
et al., 2016). Angka dalam menghitung pasien yang mengalami lama perawatan ini
dikenal dengan istilah average Lenght of stay (aLOS). Menurut standar nasional
untuk mengukur LOS pelayanan di RS yaitu 7-10 hari (Komplikasi, gawat darurat,
infeksi nosokomial, tingkat kesalahan, tingkat kontaminai dalam darah,dan
kepuasan pada pasien) (Nursalam, 2014).
2. Cara menghitung Average Lenght Of Stay (aLOS=L)
"L" merupakan merupakan rata-rata dalam lama perawatan pada seseorang
penderita yang di rawat di rumah sakit. Manurut (Setyawan & Supriyanto, 2019) "L"
bisa dihitung dengan cara :
a. Cara 1
Dengan menjumlahkan secara kumulatif jumlah dari hari perawatan setiap
penderita termaksud yang meinggal dunia di rumah sakit selama kurun waktu
setahun, kemudian dibagi dengan jumlah penderita yang dirawat di rumah sakit
kemudian dihitung dalam kurun waktu pencatatan satu tahun.pasien dihitung
sebagai admisi adalah :
a) pasien yang perlu dirawat di rumah sakit semalam atau lebih
b) bayi yang lahir dengan memiliki kelainan prematur
yang tidak di hitung yaitu :
a) Perawatan yang kurang dari semalam
b) bayi yang lahir normal dan sehat

19
b. cara 2
sebagai denominatornya merupakan angka Discharge (D) dan Death (d).
Angka D+d dihitung dalam pertahun. yang termaksud Discharge (D) yaitu :
a) penderita yang sudah sembuh
b) penderita yang ad perbaikannya dan dipulangkan untuk mendapatkan
perawatan di rumah (Home Care)
c) Penderita yang dipindahkan kerumah sakit lain untuk dilakukan perawatan
lebih lanjut
d) Pederita yang dikirim ke lembaga sosial ataupun yayasan untuk bisa
mendapatkan rehabilitasi
H
Rumus 1 : L= A = Admission (Pasien yang dirawat)
A
H
Rumus 2 : L= D+d = Jumlah penderita pulang atau meninggal
D+d
Rumus 3 : "L" Untuk suatu jenis penyakit tertentu
H Penyakit tersebut setahun
L=
Jumlah Penderita penyakit tersebut setahun
3. Faktor-faktor
Menurut (Wartawan, 2012) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terhadap lama rawat seseorang. Baik secara internal dan eksternal diamana
secara internal faktr-faktor yang berasal dari dalam rumah sakit dan eksternal
berada di ar rumah sakit
a. Faktor-faktor Secara Internal yaitu :
a) Jenis dan derajat penyakit
Pasien yang memiliki penyakit akut dan kronis ana memerlukan lama
perawatan yang berbeda, kasus yang kronis akan memerlukan lama hari rawat
lebih lama dari pada penyakit yang bersifat akut
b) Tenaga medis yang menagani
Perbedaan keterampilan dan memutuskan melakukan dalam melakukan
suatu tindakan antar dokter yang berbeda bisa mempengaruhi lama hari rawat
pasien. Jumlah tenaga dokter maupun perawat berperan penting untuk menagai
pasien

20
c) Tindakan yang dilakukan
Tindakan yang dilakukan dokter termaksud pemeriksaan penunjang rumah
sakit bisa berpengaruh terhadap lama hari rawat. Pasien yang memerlukan
tindakan operasi akan memerlukan parsiapan dan pemulihan lebih lama
dibandingkan dengan pasien dengan prosedur standar
d) Atas Permintaan Sendiri (APS)
APS (Atas permintaan sendiri) merupakan pasien yang berada di rawat inap
yang pulang atas kemauan sendiri ataupun kemauan dari keuarga pada saat
pasien masih dalam menjalani proses asuhan keperawatan dan belum di ijinkan
oleh dokter penaggung jawab pelayanan (DPJP) untuk pulang
b. Faktor-Faktor Eksternal Yaitu :
a) Umur pasien
Umur pasien memeiliki hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya
reisko, dan sifat resistensi tertentu. Dengan bertambahnya usia pasien maka
kemampuan dalam sistem kekbalan tubuh seseorang untuk menghancurkan
organisme asing akan berkurang. Dimana penigkatan umur beruhungan dengan
progresif terhadap adanya kemungkinan pulang lebih awal dari rumah sakit baik
pada hari ke 14 atau hari ke 28
b) Pekerjaan pasien
Walaupun dalam pekerjaan secara tidak lansung memepengaruhi lama hari
rawat pasien, namun mempengaruhi cara pasien itu dalam membayar biyaya
perawatan mereka. Pekerjaan bisa menentukan pendapatan fan ada atau tidaknya
jaminan kesehatan untuk mengngguang biyaya perawatan
c) Alasan pulang
Pasien bisa pulang atau keluar dari rumah sakit bila telah mendapat
persetujuan dari dokter yang merawatnya. Tetapi terdapat beberapa enderita
walaupun dinyatakan sembuh dan boleh pulag namun harus ertunda karena masih
harus menunggu pengurusan pembayaran oleh pihak penaggung jawab biyaya
perusahaan/asuransi kesehatan ataupun surat keterangan tidak
mampu.sedangkan terdapt juga pasien-pasien yang pulang atas kemauan

21
sendiri/keluarga (pulang paksa) sehingga terjadinya pemendekan lama rawat
pasien.
d) Penyakit penyerta/ komorbiditas
Komorbiditas merupakan terdapatnya 2 atau lebih dignosis penyakit pada
indifidu yang sama.
e) Tingkat kerapuhan pasien
kerapuahn pasien terutama pada pasien yang sudah lanjut usia bisa menjadi
salah satu petanda awal memanjangya lama rawat pasien.
4. Lama perawatan pasien stroke
Lama perawatan pada pasien stroke iskemik akan dirawat kurang lebih dari 7-
10 hari. Pasein dengan stroke hemoragik biasanya akan dirawat lebih lama yaitu
diantara 14-21 hari. Hal ini disebabkan karena bergantung pada perubahan kondisi
pasien. Masa-masa kritis yang terjadi dalam perawatan pasien stroke adalah pada
hari-hari pertama. Pada umumnya masa kritis yaitu 48-72 jam seteah terjad
serangan stroke. Perburukan kondisi klinis ini dijumpai pada 26-43% pasein stroke
iskemik dan 33-51% pasien stroke hemoragik. Faktor resiko yang menyebabkan
terjadinya perburukan penurunan kondisi pada pasien yaitu usia tua, menderita
diabetes melitus, menderita penyakit jantung koroner RS, tekanan darah yang
sangat tinggi atau sangat rendaha saat masuk RS, dan terjadinya kenaikan suhu
tubuh. penurunan kondisi pasien dapat disebabkan adanya perluasan
sumbatan/perdarahan, munculnya edema otak atau akibat komplikasi lain misalnya
infeksi. perburukan secara klinis maupun neurologis harus bisa dikenali secara dini.
pada umumnya pengawasan dan evaluasi harus akan dilakukan secara ketat
selama 3-5 hari pertama setelah onset serangan. keluarga memiliki peran yang
besar pula untuk bisa mendeteksi adanya perburuka. segera laporkan kepada
perawat atau dokter jika terjadi perbahan kondisi pasien.
pasien stroke bisa diperbolehkan pulang jika kondisi medisnya sudah stabl
dan faktor resikonya terkendali. program rehabilitasi bisa dilakukan sambil berobat
jalan untuk menigkatkan kemandirian pasien. masa ems pemulihan pada pasien
stroke adalah 6 bulan perbikan yang signifikan umumnya tidak akan terlalu tampak
(Pinzon & Asanti, 2010)

22
2.2 Kerangka Teori

Faktor-Faktor Lama Perawatan

Klasifikasi Stroke 1. Faktor-faktor Secara Internal yaitu : Jenis dan


derajat penyakit, Tenaga medis yang
1. Stroke iskemik menagani, Tindakan yang dilakukan, APS
2. Stroke Hemoragik 2. Faktor-faktor Secara Eksternal yaitu: Umur
pasien, Pekerjaan pasien, Alasan pulang,
Penyakit penyerta/ komorbiditas, tingkat
kerapuhan pasien

Jenis Stroke Lama Perawatan

Gambar 1 : Kerangka Teori

Sumber : Wijaya, 2013 ; Santoso, 2010 ; Wartawan, 2012 ; Price, 2015 ; Black
& Hawks, 2014

Keterangan :

: Hubungan

: Diteliti

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan
penelitian kualitatif diamana penelitian ini bersifat secara global, tidak terperinci,
tidak pasti dan bersifat fleksibel. Penelitian ini menggunakan metode Literatur
Review. Literatur review adalah salah satu tahap dalam membuat suatu konteks
teoritis terhadap tema yang sedang diteliti dan bagaimanakah tema tersebut telah
diteliti oleh peneliti lainnya. Hal yang perlu diperhatian pada studi literatur review
yaitu diawali dengan mencari artikel jurnal-jurnal mengenai laporan-laporan
penelitian kemudian lakukan sintesis topik. Artikel jurnal tersebut dapat memberikan
informasi mengenai studi-studi terkini mengenai topik yang sedang diteliti kemudian
peneliti tersebut dapat menelusuri artikel-artrikel atau jurnal-jurnal pada waktu
lampau dan mencari buku-buku yang terkait dengan topik penelitian (Manzilati,
2017).
Kajian pustaka atau yang biasa disebut dengan literatur review yaitu kegiatan
untuk bisa mendalami, menelaah, mencermati dan mengidentifikasi terhadap suatu
pengetahuan. Kajian pustaka ini akan lebih mengarah pada pandangan kitis
terhadap penelitian-penelitian yang sudah dilakukan secara signifikan dengan
penelitian yang sedang atau akan kita lakukan (Fitrah & Luthfiyah, 2017)
Studi literatur bisa kita dapatkan dari beberapa sumber baik itu jurnal, buku,
internet, dokumentasi dan pustaka (Nurasalam, 2008). Kajian pustaka merupakan
ringkasan dari artikel jurnal, buku dan dokumen lain untuk mengambarkan keadaan
masa lalu dan informasi saat ini kemudian mengatur literatur tersebut menjadi topik
dan mendokumentasikn kebutuan dalam penelitian yang akan diusulkan (Fitrah &
Luthfiyah, 2017)

24
3.2 Strategi Pencarian Literatur
Strategi pencarian literatur yaitu melakukan penelusuran pada artikel ataupun
jurnal publikasi pada google schoolar, pubmed, dan Perpusnas dengan
menggunakan kata kunci yang dipilih yaitu Jenis Stroke, Lama Perawatan Pasien
Stroke dan Length Of Stay Stroke. Kemudian artikel ataupun jurnal yang sesuai
dengan kiteria inklusi dan eksklusi diambil kemudian selanjutnya dianalisis. Literatur
review ini menggunakan literatur dengan terbitan 2015-2020 yang dapat diakses
fulltext berbentuk PDF. Kriteria jurnal yang direview merupakan artikel jurnal dengan
penelitian yang berbahasa indonesia dan inggris dengan subjek manusia dewasa.
Jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan memiliki tema hubungan jenis
stroke dengan lama perawatan pada pasien stroke kemudian dilakukan review.
Kemudian jurnal yang terpilih untuk dilakukan review merupkan jurnal yang
didalamnya terdapat tema mengenai hubungan jenis stroke dengan lama perawatan
pada pasien stroke.

Tabel Kriteria Inklusi dalam Penelitian


Kriteria Inklusi
Jangka Waktu Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun (2015-2020)
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Subyek Manusia Dewasa
Jenis Jurnal Original Artikel Penelitian (Bukan review penelitian) Tersedia Full
text
Tema Isi Jurnal Tema hubungan jensi stroke dengan lama perawatan pada
pasien stroke

25
3.3 Tahapan Literatur Review
Secara sistematis tahap-tahap dalam menulis penelitian yaitu sebagai berikut :

Studi literatur

Pengumpulan Data

Konsep yang diteliti

Konseptualisasi

Analisa

Kesimpulan dan saran

Gambar 2 : Alur Literatur Review

Data yang digunakan terhadap penelitian ini yaitu menggunakan penelitian yang
sudah dilakukan dan diterbikan secara online baik itu jurnal maupun artikel-artikel
yang menjelasakan mengenai hubungan jenis stroke dengan lama perawatan
pasien stroke. Penelitian ini mencari informasi jurna-jurnal menggunakan mesin
pencari yaitu google terhadap situs-situs google scholar, perpusnas, PubMed dan
Indonesia One Serch. Adapun tahapan-tahapan tersebut yaitu:

26
Kata Kunci :
1. Jenis Stroke
2. Lama Perawatan
Pasien Stroke
3. Length Of Stay Stroke

Pencarian pada Situs :


Literatur dikeluarkan :
1. Perpusnas
1. Judul
2. Schoolar
2. Hanya abstrak
3. pubMed
3. Tidak dapat di akses/
4. Indonesia One Serch
buka

Literatur yang eksklusi :


1. Literatur Review
Jurnal Full Text yang dapat 2. Literatur merupakan
di akses penuh ulasan teori, opini,
artikel,dan issue

Exklude by analisis data


Jurnal yang dilakukan Hasil tidak dapat
Review menunjukan tujuan dari
penelitian

Kriteria Inklusi
Jurnal yang memenuhi 1. Full Text
syarat 2. Rentang waktu
penerbitan jurnal tahun
2015-2020

Gambar 3 : Diagram Alur Seleksi Proses Seleksi Literature

3.4 Teknik Analisa Data


1. Organize
Organize adalah mengorganisasi literatur yang akan direview. Tahapan-
tahapan yang digunakan yang digunakan untuk mengorganisasikan literatur review

27
atau dalam mencari ide,tujuan umum serta kesimpulan pada literatur yaitu dengan
cara membaca beberapa abstark dalam paragraf pendahuluan, kemudin hasil dan
kesimpulan hingga mengelompokan literatur berdasarkan pada suatu kategori.
2. Synthesize
Synthesize yaitu menyatukan hasil pada organisasi literatur menjadi sebuah
ringkasan agar bisa menjadi satu kesatuan yang padu dengan mencari keterkaitan
antar literatur
3. Identify
Identify yaitu mengidentifikasi isu-isu dalam literatur. Isu yang dimaksud
Yaitu isu yang dianggap sangat penting untuk bisa dikupas dan dianlisis guna bisa
mendapatkan suatu tulisan yang menarik untuk bisa di baca.

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Literatur Review


Berdasarkan pada hasil jurnal-jurnal dengan menggunakan kata kunci jenis
stroke,lama perawatan pasein strokedan lenght of stay stroke. Dalam penelitian ini
menggunakan mensin pencarian Google pada situs perpusnas, schoolar, pubmed,
dan indonesia One Serch. Jumlah jurnal yang berasal dari perpusnas 690.207 jurnal,
Schoolar 216.310, PubMed 26.926, dan Indonesia One Serch 1.208. Dari jurnal-
jurnal tersebut kemudian dilakukan Screening atau memilah dengan mambaca
jurnal-jurnal memalui pembacaan sekilas melalui abstrak, judul dengan
memperhatikan kesesaian sumber, kesesuaian isi dari jurnal dan juga
memperhatikan kondisi dari jurnal itu sendiri dengan melihat jurnal-jurnal yang bisa
di akses/dibuka, yang bisa di download dan yang tidak bisa di download. Kemudian
memperhatikan apakah jurnal tersebut merupakan jurnal yang berasal dari bidang
kesehatan dan juga jurnal yang tidak memiliki kata kunci yang tidak di ketikkan
dalam pencarian. Sehingga dalam screening tersebut bisa di dapatkan hasil dari
setiap situs-situs tersebut dimana Perpusnas dengan 545 jurnal Scholar dengan
86.890, pubmed dengan 14.997 dan Indonesia One Serch dengan 446 jurnal.
Kemudian hasil tersebut dilakukan review dan di dapatkan kriteria eksklusi
sebesar 25 jurnal dimana jurnal tersebut dilakukan uji kelayakan dengan membaca
secara keseluruhan isi dari jurnal tersebut. Jurnal tersebut berupa artikel maupun
jurnal dalam literatur review, jurnal yang memiliki variabel yang sama. Kemudian
jurna-jurnal yang tidak memiliki keseuaian untuk di uji akan di eleminasi. Dalam
mempercepat proses untuk mengeleminasi suatu jurnal dilakukan evaluasi isi secara
objektif dimana jurnal yang mendukung atau melemahkan dalam penelitian. Jika
jurnal yang sudah di dapatkan belum bisa menagkap maksud dari penulis jurnal
tersebut maka akan dilakukan pembacaan berulang terhadap jurnal tersebut
sehingga bisa mendapatkan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan di analisis.
Maka jurnal yang di dapatkan berdasakan kriteria inklusi yaitu tersisa 8 jurnal.

29
Dimana junal tersebut merupakan jurnal dalam bentuk full text, memiliki rentang
waktu penerbitan jurnal 2015-2020. Jurnal yang sudah sesuai tersebut kemudian
akan dilakukan analisis dan ekstraksi

Identifikasi Keyboard :
1. Jenis Stroke
2. Lama Perawatan
Pasien Stroke
3. Length Of Stay Stroke

Pencarian pada Situs : Literatur dikeluarkan :


5. Perpusnas (∑690,207) 4. Judul
6. Schoolar (∑216,310) 5. Hanya abstrak
7. pubMed (∑26,926) 6. Tidak dapat di akses/
8. Indonesia One Serch buka
(∑1,208)

Jurnal Full Text yang di


Literatur yang eksklusi :
Peroleh:
(n= 25)
1. Perpusnas (∑38,400)
2. Schoolar (∑ 86,890 3. Literatur Review
3. PubMed (∑14,997) 4. Literatur merupakan
4. Indonesia One Serch ulasan teori, opini,
(∑446) artikel,dan issue

Exklude by analisis data


Jurnal yang dilakukan (n=8)
Review : Hasil tidak dapat
(n = 25) menunjukan tujuan dari
penelitian

Kriteria Inklusi :
Jumlah artikel yang 3. Full Text
memenuhi syarat : 4. Rentang waktu
(n=8) penerbitan jurnal tahun
2015-2020

Gambar 4 : Proses Pencarian Artikel/Jurnal

30
berdasarkan pada review jurnal sebagaimana yang telah dijabarkan dalam studi karakteristik, maka peneliti melakukan
pengelompokan dan pemetaan data yaitu sebagai berikut :

Tabel 5 : Penelitian Relevan


Tujuan Metode
No Studi Tahun Sampel Variabel Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Isra Reslina, (2015) Penelitian ini Untuk Chi Squere variabel bebas Hasil penelitian menunjukkan
Dedy Almasdy, melibatkan 47 mengetahui yaitu jenis stroke bahwa pasien stroke
dan Armenia orang dengan Hubungan dan jumlah jenis hemoragik memerlukan lama
(2015) penelitian yang Pengobatan obat sedangkan hari rawat yang lebih panjang
bersifat Stroke dengan variabel terikat dibandingkan stroke iskemik
Hubungan observatinal Jenis Stroke dan Evektifas (p<0,05), namun tidak
Pengobatan descriptif Jumlah Jenis pengobatan terdapat perbedaan
Stroke dengan analitic Obat yang meliputi bermakna antara tekanan
Jenis Stroke dan lama hari rawat darah dan aktivitas motorik
Jumlah Jenis pasien antara ke dua jenis
Obat stroke ini (p>0,1). Pasien
yang menggunakan obat
dalam jumlah yang banyak,
memilki lama hari rawat yang
lebih panjang dibandingkan
dengan pasien yang
menggunakan jumlah obat
yang sedikit (p<0,05). Namun
tidak terdapat perbedaan
bermakna antara jumlah jenis
obat dengan tekanan darah
dan aktivitas motorik pasien
(p>0,1).
2. Olasheni Abdul- (2017) Dalam Untuk Chi-Squere Variabel bebas Sebanyak 143 catatan
Afeez Somotun, penelitian ini mengetahui yaitu Faktor digunakan dalam analisis
Kayode Omoniyi didapatkan Faktor apa yang yang akhir dengan 53,1% di
Osungbade, sebanyak 143 mempengaruhi mempengaruhi antaranya adalah laki-laki

31
Oluwaseun cactatan lama tinggal lama tinggal dan memiliki usia rata-rata
Oladapo kesehatan rata-rata di rata-rata 61,5 ± 14,2 tahun. Lebih dari
Akinyemi, Taiwo korban stroke antara pasien variabel terikat setengah (53,8%) kasus
Akinyode pada januari stroke di rumah yaitu pasien adalah stroke iskemik. Rata-
Obemb, 2012 sampai sakit tersier stroke rata lama rawat inap adalah
Folashayo desember 2014 Nigeria? 13,7 ± 8,9 hari sedangkan
Ikenna Adeniji analisis bivariat menunjukkan
(2017) proporsi yang lebih besar
pada kasus yang
Faktor apa yang mengonsumsi alkohol,
mempengaruhi diabetes dan hipertensi
lama tinggal mengalami LOS lebih dari 7
rata-rata di hari dibandingkan yang tidak.
antara pasien Namun, perbedaan proporsi
stroke di rumah ini tidak signifikan secara
sakit tersier statistik (0,310 <p <0,883).
Nigeria? Kesimpulan: LOS pasien
stroke di Nigeria terbukti lebih
lama terutama jika
dibandingkan dengan
pengaturan serupa di Afrika
Barat. Tingginya prevalensi
beberapa faktor risiko stroke
seperti diabetes melitus
menunjukkan bahwa
diperlukan kebijakan dan
advokasi untuk mendorong
perubahan gaya hidup untuk
mengurangi kejadian stroke
dan akibatnya membebani
sistem kesehatan.
3. James P. 2017 sampel dalam Untuk Descriptive Variabel bebas Analisis sekunder
Curtain, Man Yu, penelitian ini menganalisis statistics dari penelitian mengidentifikasi prediktor
Allan B. Clark, terdapat 2.965 Penentu lama ini yaitu LOS pada pasien yang
Nicholas D. dengan stroke tinggal setelah menganalisis dipulangkan hidup-hidup atau

32
Gollop, Joao H. stroke sirkulasi penentu dari yang meninggal selama
Bettencourt- anterior total lama perawatan masuk secara terpisah.
Silva, Anthony sedanagkan Cacat sedang (p = 0,014)
Kneale Metcalf variabel terikat sampai parah (p = 0,015) dan
4, Kristian M. yaitu pasien riwayat gagal jantung
Bowles 2,4, dengan stroe kongestif (p = 0,027) dalam
Marcus D. sirkulasi anterior analisis primer dan tempat
Flather, John F. total tinggal pra-stroke di fasilitas
Potter and Phyo perawatan di antara pasien
Kyaw Myint yang selamat untuk pulang (p
(2017) = 0,013) terkait dengan masa
tinggal yang lebih pendek.
Penentu lama Faktor yang terkait dengan
tinggal setelah peningkatan lama rawat
stroke sirkulasi termasuk adanya lateralisasi
anterior total neurologis dalam analisis
primer (p = 0,004) dan di
antara pasien yang
meninggal (p = 0,003 dan p =
0,014 masing-masing untuk
stroke iskemik dan
hemoragik). Pasien dengan
usia lanjut (≥85 tahun)
dengan stroke hemoragik
memiliki LOS lebih lama
terlepas dari hasil kematian.
Pasien dengan kecacatan
pra-morbid rendah (skor
Rankin yang dimodifikasi ≤2
yang meninggal setelah
TACS hemoragik juga
memiliki LOS yang lebih
lama.
4. Luh Putu Kartika 2018 Penelitian ini Untuk Kaplan-Meier Varabel bebas Hasil menunjukkan bahwa
Darmapadmi, I menggunakan mengetahui dan Cox yaitu jenis rata-rata lama rawat inap di

33
Ketut Tangking sampel Determinan Regression kelamin, umur, antara pasien stroke adalah 9
Widarsa, Ketut sebanyak 149 Lama Rawat tekanan darah, hari. Rata-rata lama rawat
Hari Mulyawan pada pasien Setelah Stroke gula darah, inap di antara pasien stroke
(2018) stroke Sirkulasi Anterior kolestrol total, dengan diabetes mellitus,
totaldeterminan komlikasi medis, komplikasi medis selama
Analisis Lama Rawat jenis stroke dan rawat inap dan stroke
determinan lama Setelah Stroke kesadaran hemoragik adalah 7 (CI 95%:
rawat inap Sirkulasi Anterior pasien 6 - 8) hari, 11 (CI 95%: 7 - -)
pasien stroke di totaldeterminan sedangkan lama hari dan 15 (CI 95%: 14 - 17)
rumah sakit Lama Rawat rawat inap hari. Diabetes mellitus,
umum daerah Setelah Stroke sebagai variabel komplikasi medis dan jenis
klungkung Sirkulasi Anterior tergantung stroke adalah faktor yang
menggunakan Total mempengaruhi lama rawat
analisis inap di antara pasien stroke
kesintasan dengan HR = 1,82 (CI 95%:
1,09 - 3,06), HR = 2,73 (CI
95%: 1,36 - 5,46) dan HR =
3,52 (CI 95%: 1.89 - 6.57).
Berdasarkan jenis stroke,
diabetes mellitus
berpengaruh signifikan
terhadap lama rawat inap di
antara pasien stroke iskemik
dan hemoragik dengan HR =
1,74 (CI 95%: 1,01 - 2,99)
dan HR = 2,26 (CI 95%: 5,78
- 8,87). Sementara itu,
komplikasi medis memiliki
efek signifikan di antara
pasien stroke iskemik hanya
dengan HR = 2,65 (CI 95%:
1,24 - 5,68).
5. Reunita C. 2016 Sampel dalam Untuk Deskriptif Variabel bebas Hasil penelitian menunjukkan
Amiman, Melke penelitian ini Mengetahui retrospekti dalam penelitan persentase jumlah pasien
J. Tumboimbela, terdapat Gambaran ini yaitu stroke iskemik 58,02%

34
Mieke A. H. N. sebesar 293 length of stay Gambaran dengan LOS 6,84 hari dan
Kembuan (2016) pasien pada pasien length of stay persentase jumlah pasien
stroke rawat variabel terikat stroke hemoragik 41,98%
Gambaran inap di RSUP yaitu pasien dengan LOS 10,64 hari.
length of stay Prof. Dr. R. D. stroke Pasien stroke dengan LOS
pada pasien Kandou Manado tertinggi terdapat pada jenis
stroke rawat inap periode Juli kelamin perempuan dengan
di RSUP Prof. 2015-Juni 2016 stroke hemoragik, 11,04 hari;
Dr. R. D. Kandou usia 45-54 tahun, 9,47 hari;
Manado periode stroke hemoragik dengan
Juli 2015-Juni hipertensi, 11,26 hari; stroke
2016 hemoragik tanpa
dislipidemia, 10,67 hari;
stroke hemoragik dengan DM
tipe 2, 12,67 hari; stroke
dengan komplikasi, 9,33 hari;
stroke hemoragik dengan
pneumonia, 10,65 hari; dan
stroke hemoragik dengan
tuberculosis, 23,50 hari.
6. Nur Ainiyah, Siti 2017 Penelitian ini Untuk Chi Square Variabel bebas Hasil pemeriksaan stroke tipe
Nurjanah (2017) menggunakan mengidentifikasi dalam penelitian bivariat (p value: 0,005), jenis
34 sampel pada Faktor Internal ini yaitu kelamin (p value: 0,028),
pasien stroke Yang mangidentifikasi umur (p value: 0,025),
Faktor Internal Mempengaruhi faktor internal riwayat hipertensi (p value:
Yang Lama Rawat dan variabel 0,017), riwayat diabetes
Mempengaruhi Inap Pasien terikat yaitu melitus (p value: 0,028) dan
Lama Rawat Stroke Di lama rawat inap kadar gula darah (nilai p:
Inap Pasien Rumah Sakit pasien stroke 0,015). Berdasarkan hasil
Stroke Di Rumah penelitian tersebut, perlu
Sakit adanya peran gawat darurat
perawat dalam pengadaan
cpmpengiriman secara
komprehensif mengingat
faktor-faktor yang

35
memperburuk prognisis
pasien stroke yang akan
berdampak pada lamanya
rawat inap pasien stroke di
rumah sakit.
7. Samarth kumar 2019 Penelitian ini Untuk chi-square Variabel bebas Penggunaan LVAD
Thakkar, Chintan menggunakan mengetahui test dalam penelitian meningkat secara signifikan
Rupareliya, 1.518 sampel Insiden dan ini yaitu dari 2009 hingga 2014 (2278
Rajkumar Doshi pada pasien dampak stroke mengetahui pada 2009 menjadi 3730
(2019) stroke iskemik dan insiden, dampak pada 2014 [Ptrend <0,001]).
hemoragik stroke iskemik Dari total 20.656 pasien yang
Insiden dan setelah dan hemoragik menjalani implantasi LVAD,
dampak stroke implantasi alat sedangkan 1518 (7,4%) mengalami
iskemik dan bantu ventrikel variabel terikat stroke, 1177 (5,7%)
hemoragik kiri: Sebuah yaituimplantasi mengalami stroke iskemik
setelah studi nasional alat bantu dan 426 (2,1%) mengalami
implantasi alat ventrikel kiri stroke hemoragik. Kematian
bantu ventrikel di rumah sakit yang
kiri: Sebuah disesuaikan paling tinggi
studi nasional dengan stroke hemoragik.
Insiden stroke dikaitkan
dengan lama tinggal yang
lebih lama secara signifikan
dan biaya rawat inap.
Kesimpulan: Insiden stroke
adalah ~ 7% setelah
pemasangan LVAD, dan itu
dikaitkan dengan mortalitas
di rumah sakit dan
pemanfaatan sumber daya
yang secara signifikan lebih
tinggi.
8. Xia Zhang, 2020 Dalam Untuk Hosmer- Varibel bebas Analisis regresi logistik
Huaide Qiu, penelitian ini menganaliis Lemeshow dalam penelitian multivariat menunjukkan
Shouguo Liu, terdapat 383 Prediksi lama tes ini yaitu prediksi bahwa jenis asuransi

36
Jianan Li, sampel dengan rawat inap untuk lama rawat inap kesehatan dan kinerja
Mouwang Zhou pasien stroke pasien stroke rehabilitasi aktivitas sehari-hari (ICF,
(2020) saat masuk rawat inap d230) dikaitkan dengan LOS
untuk rehabilitasi berdasarkan yang berkepanjangan (P
Prediksi lama rawat inap klasifikasi <0,05). Usia dan tingkat
rawat inap untuk berdasarkan internasional mobilitas yang diukur dengan
pasien stroke klasifikasi dari set generik ICF Generic Set tidak
saat masuk internasional fungsi,disabilitas menunjukkan nilai prediksi
untuk rehabilitasi dari set generik dan kesehatan yang signifikan. Model
rawat inap fungsi, sedangkan prediksi menunjukkan
berdasarkan disabilitas, dan variabel terikat diskriminasi yang dapat
klasifikasi kesehatan (ICF): yaitu pasien diterima yang ditunjukkan
internasional dari Sebuah studi stroke oleh area di bawah kurva
set generik dari 50 pusat di (AUC) 0,699 (95% CI, 0,646-
fungsi, Cina 0,752) dan kalibrasi (c2 =
disabilitas, dan 11,66; P = 0,308)
kesehatan (ICF):
Sebuah studi
dari 50 pusat di
Cina
Sumber : Reslina et al., 2015 ; Amiman et al., 2016 ; Zhang et al., 2020 ; Darmapadi et al., 2018 ; Somotun et al.,
2017 ; Darmapadi et al., 2018 ; Zhang et al., 2020 ; Curtain et al., 2017

37
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada beberapa jurnal yang sudah dilakukan review dari penelitian
yang relevan dimana jurnal tentang hubungan pengobatan dengan jenis stroke dan
jumlah jenis penelitian yang dilakukan oleh (Reslina et al., 2015) dalam
penelitiannya melibatkan 47 pasien yang mengalami stroke yang dilakukan di ruang
rawat inap di bangsal syaraf. diamana dalam penelitainnya ditemukan bahwa jenis
stroke yang memiliki lama perawatan yang tinggi terdapat pada penderita dengan
stroke hemorgaik hal ini dikarenakan pasien dengan stroke hemoragik masuk dalam
keadaan mengalami penurunan kesadaran dimana hal tersebut mempengengaruhi
terhadap lama perawatan. Terjadinya penurunan kesadaran ini disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah pada pasien dengan stroke hemoragik sehingga pasien
dengan stroke hemoragik ini memerlukan perawatan yang lebih intensif terutama
pada bagian pembuluh darah yang pecah. Hal ini sejalan dengan teori (Black &
Hawks, 2014) diamana pasien dengan stroke hemoragik disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik memiliki median perawatan
yaitu sebesar 14-21 hari sedangkan pasien iskemik akan dirawat selama kurang
lebih dari 7-10 hari. Dalam penelitiannya juga di jelaskan bahwa banyaknya pasien
yang mengalami stroke hemoragik diakibatkan karena pasien tersebut mengalami
riwayat hipertensi dimana diketahui bahwa pasien dengan stroke hemoragik
merupakan faktor pemicu terjadinya hipertensi hal ini sejalan dengan teori (Price,
2015).
Pendapat tersebut didukung oleh peneliti (Amiman et al., 2016) dalam jurnal
tersebut meneliti tentang Gambaran length of stay pada pasien stroke rawat inap di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2015-Juni 2016. Dalam
penelitiannya juga di jelaskan bahwa stroke dengan jenis stroke hemoragik memiliki
median lama perawatan yang lama dibandingkan dengan stroke iskemik. Dalam
penelitiannya jumlah rata-rata lama perawatan pada pasien stroke hemoragik yaitu
selama 10,20 hari sedangkan iskemik memiliki lama perawatan selama 6,39 hari.
Dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa lama perawatan bukan hanya dilihat
dari jenis dari strok itu sendiri namun juga dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin
dimana pasien dengan usia 45-54 tahun akan beresiko mengalami lama perawatan

39
karena hal tersebut bisa memperparah lamanya perawatan, jika pasien tersebut
berada pada usia 55 tahun. Penelitian ini didukung oleh teori (Wartawan, 2012)
Diamana usia bisa mempengaruhi lamanya perawatan hal dikarenakan pasien
dengan bertambahnya umur bisa menebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan jenis kelamin yang beresiko mengalami lama perawatan terjadi pada
pasien dengan jenis kelamin perempuan dengan stroke hemoragik.
Peneliti lain juga mendukung penelitian tersebut dimana jenis stroke hemoragik
memiliki lama perawatan yang tinggi dibandingkan dengan stroke iskemik. Hal
tersebut di dijelaskan oleh peneliti (Zhang et al., 2020) dengan jurnal yang diteliti
yaitu mengenai insiden dan dampak stroke iskemik dan hemoragik setelah
implantasi alat bantu ventrikel kiri: sebuah studi nasional. Dalam penelitiannya
didapatkan lama perawatan pada pasien dengan stroke hemroagik memiliki 47 hari
sedangkan dengan stroke iskemik memiliki lama perawatan 40 hari. Penelitian ini
didukung oleh teori (Pinzon & Asanti, 2010) yang menjelaskan bahwa pasien
dengan stroke hemoragik memiliki median rawat yang lebih lawa dibandingkan
dengan stroke iskemik dimana hal ini juga dilihat dari kondisi seorang pasien dimana
hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya perawatan yang lama oleh krena itu akan
terjadinya perburukan kondisi seorang pasien. Dijumpai pada 26-43% pasien
dengan stroke iskemik dan stroke hemoragik 33-51% yang mengalami perburukan.
Manurut (Curtain et al., 2017) meneliti mengenai penentu lama tinggal setelah
stroke sirkulasi anterior total. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa pasien dengan
strok iskemik dan hemoragik memiliki lama perawatan 5-16 hari dan stroke iskemik
memiliki lama perawatan 15-16 hari. Dalam penelitiannya juga dijelaskan bahwa
pasien dengan stroke iskemik maupun hemoragik bisa terjadi lamanya perawatan
dikarenakan adanya literasi neurologi. Penelitiannya juga menjelaskan bahwa
pasien dengan kelainan stroke hemoragik kemudian jika pasien tersebut merupakan
lanjut usia ≥85 tahun hal ini bisa menyebabkan terjadinya perawatan yang lama. Hal
ini juga sejalan dengan peneliti (Amiman et al., 2016) dan teori (Wartawan, 2012)
bahwa pasien dengan usia lanjut bisa menyebabkan terjadinya lama perawatan.
Menurut (Darmapadi et al., 2018) dalam penelitiannya mengenai Analisis
Determinan Lama Rawat Inap Pasien Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah

40
Klungkung Menggunakan Analisis Kesintasan juga mendukung terhada jurnal jurnal
tersebut. Penelitiannya dijelaskan bahwa pasien dengan stroke hemoragik memiliki
median lama rawat yang lama dibandingkan dengan stroke iskemik. Hal ini
disebabkan karena prognosis dari stroke hemorgaik lebih buruk, hal ini disebabkan
karena masuknya aliran darah kedalam jaringan otak sehingga hal ini bisa
menegakibatkan terjadinya penigkatan tekanan intrakranial kemudian hal ini yang
bisa menyebabkan terjadinya kerusakan pada aliran darah arteri otak. Hal tersebut
sejalan dengan teori (Wijaya, 2013)dalam penelitian ini juga menjelaskan bahwa
jenis kelamin tidak terbukti bisa mempengaruhi lama perawatan hal ini bertentangan
dengan penelitian (Amiman et al., 2016) yang mengatakan bahwa jenis kelamin bisa
mempengaruhi lamanya perawatan pada pasien stroke. namun dalm penelitiannya
disebutkan bahwa jenis dan derajat suatu penyakit yang membuat stroke memburuk
maka hal ini bisa menyebabkan terjadinya perawatan yang lama pada pasien stroke
tersebut.
Dalam penelitian diatas bisa dikatakan bahwa pasien dengan stroke hemoragik
memilki median lama rawat yang tinggi dibandingkan dengan stroke iskemik. Hal-hal
tersebut juga didukung oleh beberapa teori yang menayatakan bahwa pasien
dengan stroke hemoragik memiliki median lama rawat yang lama. Dalam penelitian-
penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa terjadinya lama perawatan pada pasien
stroke yang bisa disebabkan oleh adanya faktor usia, jenis kelamin, dan juga
terjadina berburukan kondisi pasien berupa terjadinya penurunan kesadaran.
Namun hal ini bertentangan dengan beberapa jurnal yang dilakukan oleh
beberapa peneliti salah satuny yaitu menurut (Somotun et al., 2017) dalam
penelitiannya di temukan bahwa pasien dengan stroke hemroagik memilki lama
perawatan 7,7 hari sedangkan stroke memilki lama perawatan 9,8 hari. Hal ini
disebabkan karena stroke dengan iskemik bnyak ditemukan dan merupakan kasus
yang paling umum dibandingkan dengan stroke hemoragik yang jarang ditemukan.
Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko yang menebabkan terjadinya
keparahan pada stroke iskemik dan juga dalam penelitiannya di dapatkan pasien
yang tidak memiliki pekerjaan memiliki 7 hari lebih banyak lama perawatan
dibandingkan dengan yang memiliki pekerjaan, hal ini didukung oleh teori

41
(Wartawan, 2012) yang menyatakan bahwa daalm pekerjaan pasien tersebut secara
tidak langsung bisa mempengaruhi lama perawatan.
Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Darmapadi et
al., 2018) yang meneliti mengenai Faktor Internal Yang Mempengaruhi Lama Rawat
Inap Pasien Stroke Di Rumah Sakit. Peneliti tersebut mengemukakan bahwa pasien
dengan troke iskemik memiliki lama perawatan selama 18 hari dibandingkan dengan
stroke hemoragik dengan lama perawatan sebesar 11 hari. Dimana hal ini
bertentangan dengan teori (Pinzon & Asanti, 2010) yang menatakan bahwa pasien
dengan stroke hemoragik yang memiliki lama perawatan diabndingkn dengan pasien
stroke iskemik.
Menurut (Zhang et al., 2020) yang meneliti mengenai prediksi lama rawat inap
untuk pasien stroke saat masuk untuk rehabilitasi rawat inap berdasarkan klasifikasi
internasional dari set generik fungsi, disabilitas, dan kesehatan (ICF): Sebuah studi
dari 50 pusat di Cina. Dijelaskan bahwa pasien dengan jenis stroke iskemik maupun
hemoragik yang masuk dengan memiliki jaminan layanan kesehatan gratis akan
berhubungan denggan lamanya perawatan. Dimana menurut penelitiannya, lamanya
perawatan pada pasien stroke iskemik maupun hemoragik disebabkan karena
pasien masuk dengan adanya jaminan layanan kesehatan. Hal ini disebabkan
karena pasien tersebut menganggap bahwa mereka hanya perlu untuk membayar
lebih sedikit. Mereka lebih memilih untuk tidak dipulangkan karena pasien tersebut
meyakini bahwa mereka akan jauh lebih baik untuk dirawat di rumah sakit selama
biaya tidak menjadi persolan. penelitian ini didukung oleh teori (Wartawan, 2012)
yang mengatakan bahwa jaminan kesehatan merupakan faktor-faktor dari lamanya
perawatan.
Dari seluruh jurnal tersebut didapatkan bahwa pasien dengan stroke iskemik
maupun hemoragik sama-sama memiliki hubungan dengan lamanya perawatan.
Dari beberapa jurnal tersebut didaptkan bahwa jenis stroke hemroagik lebih beresiko
mengalmi lamanya perawatan, hal ini disebabkan karena adanya beberapat teori
yang mendukung dan juga sebagian dari beberapa jurnal penelitian mendapatkan
bahwa pasien dengan stroke hemoragik lebih beresiko mengalami lama perawatan.
Terjadinya lama perawatan pada pasien stroke juga didukung oleh adanya beberapa

42
faktor yaitu berupa umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, jaminan kesehatan,
komplikasi dari suatu penyakit dan juga tingkat keparahan dari stroke itu sendiri
berupa pecahnya pembuluh darah yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan
kesadaran terutama pada pasien stroke hemoragik. Dari beberapa faktor-faktor
tersebut terdapat beberapa yang ditentang atau tidak sesuai dengan penelitian dari
beberapa jurnal. Sehingga hal bisa menjadi patokan bahwa tidak selamanya pasien
dengan faktor-faktor tersebut bisa menyebabkan terjadinya lama perawatan pada
pasien stroke terutama pada jenis stroke iskemik dan hemorgaik.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian yaitu peneliti hanya menganalisis jurnal-jurnal
penelitian yang diperoleh secara online dan tidak menambahkan hasil penelitian
yang terbaru yang belum dipublikasikan secara online, sehingga mungkin terdapat
penelitian yang menjelaskan Hubungan jenis stroke dengan lama perawatan pada
pasien stroke yang belum sempat dibahas pada literatur review ini. Penelitian ini
melakukan serch engine melalui Google Schoolar, Indonesia One Serch, Perpusnas
PubMed. Penelitian ini belum menggunakan serch engine yang lain hal ini
dikarenakan keterbatasan yang dialami oleh peneliti. Seperti akases masuk dan
berbayar.

43
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa jurnal-jurnal yang sudah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan jenis stroke dengan lama perawatan pada
pasien stroke. Dimana pasien dengan stroke hemoragik memiliki tingkat lamanya
perawatan dibandingkan dengan stroke iskemik. Lamanya perawatan pada pasien
dengan jenis stroke juga dihubungkan dengan faktor-faktor seperti umur, jenis
kelamin, komplikasi suatu penyakit, dan juga tingkat keparwahan dari jenis stroke itu
sendiri.
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Hasil dari penelitian ini diaharpakan bisa memperluas wawasan keilmuan
dalam mengembangkan diri dalam bidang penelitian terutama pada perawat dan
juga hal ininbisa mendorong para perawat untuk memulai serta mengetahui
mengenai penyakit dari stroke
2. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menigkatkan
pengembangan sistem pendidikan dalam profesi keperawatan dan juga bisa
digunakan sebagai acuan referensi, bacaan dan digunakan dalam penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti slanjutnya menggunakan pencarian-pencarian jurnal
terbaru untuk menambah sumber informasi terkait dengan hubungan jenis stroke
dengan lama perawatan pada pasien stroke.

44
DAFTAR PUSTAKA

Amiman, R. C., Tumboimbela, M. J., & Kembuan, M. A. H. N. (2016). Gambaran


length of stay pada pasien stroke rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Juli 2015-Juni 2016. E-CliniC, 4(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.14500

Aninyah, N., & Nurjanah, S. (2017). Internal Factors Affecting Length Of Stay Stroke
Patient In Hospital. 219–223.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan (Edisi 8). Elsevier Ltd.

Curtain, J. P., Yu, M., Clark, A. B., Gollop, N. D., Bettencourt-Silva, J. H., Metcalf, A.
K., Bowles, K. M., Flathers, M. D., Potter, J. F., & Myint, P. K. (2017).
Determinants of length of stay following total anterior circulatory stroke.
Geriatrics (Switzerland), 2(3), 1–9. https://doi.org/10.3390/geriatrics2030026

Darmapadi, L. K., Widarsa, I. ketut T., & Mulyawan, K. H. (2018). Analisis


Determinan Lama Rawat Inap Pasien Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah
Klungkung Menggunakan Analisis Kesintasan. 5(1), 1–8.

Fitrah, & Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian ; Penelitian Kulitatif, Tindakan


Kelas & Studi Kasus (Nasruddin & M. Aminullah (eds.)). CV Jejak.

Kemenkes, R. (2019). Infodantin Stroke Kemenkes Ri 2019. In Infodantin Stroke


Kemenkes RI 2019. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Manzilati, A. (2017). Metodologi Penelitian Kualiatif : Paradigma, Metode dan


Aplikasi. Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Nurasalam, E. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawaatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional (Edisi 4). Salmeba Medika.

Pinzon, R., & Asanti, L. (2010). Awas Stroke ! Pengertian, Gejala, Tindakan,
Perawatan, dan Pencegahan. Andi Offiset.

Price, S. A. (2015). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (H. et all


Hartanto (ed.); Ed.6). EGC.

Purwanto, H. (2016). Kepererawatan Medikal Bedah II. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.
Reslina, I., Almasdy, D., & Armenia, A. (2015). Hubungan Pengobatan Stroke
dengan Jenis Stroke dan Jumlah Jenis Obat. Jurnal Ipteks Terapan, 9(1).
https://doi.org/10.22216/jit.2015.v9i1.29

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018 Kementrian Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1–100. http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

Santoso, Y. T. (2010). Perbedaan kejadian demensia pada stroke lesi hemisfer kiri
dan stroke lesi hemisfer kanan. Universitas Sebelas Maret.

Satyanegara, Arifin, Z., Hasan, R. Y., Abubakar, S., Yuliatri, N., Prabowo, H.,
Sionno, Y., Widjaya, I. A., & Rahardja, R. R. (2014). Ilmu Bedah Saraf
Satyanegara (Edisi V). PT Gramedia Pustaka Utama.

Setyawan, F. E. B., & Supriyanto, S. (2019). Manajemen Rumah Sakit. Ziftama


Jawara.

Somotun, A.-A., Olasheni, Osungbade, K. O., Akinyemi, O. O., Obembe, T. A., &
Adeniji, F. I. (2017). What factors influence the average length of stay among
stroke patients in a Nigerian tertiary hospital? Pan African Medical Journal, 26,
1–7. https://doi.org/10.11604/pamj.2017.26.228.12249

Thakkar, S., Rupareliya, C., & Doshi, R. (2019). Incidence and impact of ischemic
and hemorrhagic stroke after left ventricular assist device implantation: A
nationwide study. Indian Heart Journal, 71(5), 422–424.
https://doi.org/10.1016/j.ihj.2019.09.009

Venketasubramanian, N., Yoon, B. W., Pandian, J., & Navarro, J. C. (2017). Stroke
epidemiology in south, east, and south-east asia: A review. Journal of Stroke,
19(3), 286–294. https://doi.org/10.5853/jos.2017.00234

Wartawan, I. W. (2012). Analisis Lama Hari Rawat Pasien yang menjalani


pembedahan di ruang rawat inap bedah kelas III RSUP Sanglah Denpasar.
Universitas Indonesia.

WHO. (2017). Atlas - Country resources for neurological disorders. In Atlas: Country
resources for neurological disorders (Vol. 30, Issue November).
https://doi.org/10.5860/CHOICE.42Sup-0341

Wijaya, A. S. (2013). KMB 2: Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)


(Pertama). Nuha Medika.

Williams, L. S., & Hopper, P. D. (2015). Understanding Medical Surgical Nursing


(Volume 2). F.A. Davids Company.

World Stroke Organization. (2016). Global Stroke Fact Sheet. WSO Administrative
Office.
Zhang, X., Qiu, H., Liu, S., Li, J., & Zhou, M. (2020). Prediction of prolonged length
of stay for stroke patients on admission for inpatient rehabilitation based on the
international classification of functioning, disability, and health (ICF) generic set:
A study from 50 centers in China. Medical Science Monitor, 26, 1–11.
https://doi.org/10.12659/MSM.918811

Anda mungkin juga menyukai