8 Cornu Aspersum - Astrophytum
8 Cornu Aspersum - Astrophytum
Cornu aspersum
Domain: Eukaryota
Kingdom: Metazoa
Phylum: Mollusca
Class: Gastropoda
Subclass: Pulmonata
Order: Stylommatophora
Suborder: Sigmurethra
Unknown: Helicoidea
Family: Helicidae
Genus: Cornu
Species: Cornu aspersum
Deskripsi
Kepala dan kaki panjangnya 5-10 cm ketika dijulurkan, abu-abu kekuningan sampai
hitam kehijauan, seringkali dengan garis pucat di sepanjang punggung dari pangkal
tentakel hingga cangkang. Spesimen dengan bagian lunak yang seluruhnya gelap
kadang-kadang diamati.
Telur
Telur diletakkan dalam lubang hingga 7 cm di bawah permukaan tanah yang digali oleh
siput dan ditutup dengan tanah. Koloni bervariasi dalam jumlah telur dari sekitar 40
hingga 100 yang berkumpul bersama dan bergabung dengan lendir yang lengket dan
tidak berwarna. Telur berbentuk bulat-oval, panjang kira-kira 4,25 mm dengan lebar 4
mm. Telur terbungkus dalam kutikula membran terdiri dari beberapa lapisan konsentris
atau film dan keputihan, cangkang tipis.
Juvenile
Cangkang muda yang baru menetas, yang rapuh dan tembus cahaya, tidak memiliki
pola pita dan bintik cangkang. Namun, saat mereka tumbuh, cangkangnya dengan cepat
menjadi berwarna. Polimorfisme warna dan pola cangkang lebih baik diamati pada
individu muda karena periostrakum cenderung menjadi lebih gelap pada siput dewasa.
Individu tua mudah dikenali karena beberapa bagian periostracum menjadi aus,
memperlihatkan cangkang kalsifikasi di bawahnya. Pada populasi alami, pembentukan
bibir yang dipantulkan di sekitar bukaan cangkang menunjukkan kematangan seksual
dan akhir dari pertumbuhan somatik. Dua kelas juvenil dibedakan oleh pembudidaya
bekicot karena alasan praktis (Daguzan, 1982), berdasarkan diameter cangkang (D),
yaitu juvenil tahap pertama dengan D < 22 mm dan remaja tahap kedua dengan D > 22
mm.
Tanaman inang
Actinidia chinensis (kiwi, Chinese gooseberry), Allium cepa (bawang bombai, onion), Alcea
sp., Allium spp. (onion, garlic, leek, etc), Alnus sp. (alders), Alyssum sp.(alison), Avena
sativa (oat, oats), Beta vulgaris (bit, beetroot), Brassica sp., Brassica oleraceae var. capitata
(kubis, cabbage), Citrus, Capsicum, Calibrachoa sp., Consolida sp., Coriandrum sativum
(ketumbar, coriander), Dahlia sp., Delphinium sp. (larkspur), Dianthus sp. (anyelir,
carnation), Fragaria ananassa (stroberi, strawberry), Hedera helix (ivy), Helianthus annuus
(bunga matahari, sunflower), Hordeum vulgare (barli, barley), Humulus lupulus (hop), Iberis
sp. (candytuft), Laburnum anagyroides (common laburnum), Lactuca sativa (selada, lettuce),
Lathyrus odoratus (sweet pea), Lilium sp. (lily), Malus domestica (apel, apple), Medicago
lupulina (black medick), Nasturtium (watercress), Nasturtium officinale (selada air,
watercress), Opuntia ficusindica (pricky pear), Penstemon sp., Petunia sp., Pisum sativum
(pea), Persea americana (avokad, avocado), Phaseolus vulgaris (buncis, common bean),
Poaceae, Prunus armeniaca (aprikot, apricot), Pyrus communis (pir, pear), Primula sieboldii,
Ranunculus repens (creeping buttercarp), Raphanus sativus (lobak, radish), Ribes nigrum
(blackcurrant), Rosmarinus officinalis (rosemary), Rosa sp., Rubus fruticosus (blackberry),
Solanum lycopersicum (tomat, tomato), strawberry, Thymus vulgaris (thyme), Trifolium
alexandrium (egyptian clover), Triticum aestivum (gandum, wheat), Vitis vinifera (anggur,
grapevine), Yucca sp., Zea mays (jagung, corn, maize), Zinnia sp. (Permentan 25, 2020)
Daerah Sebar
Africa: Algeria, Canary Island, Egypt, Gambia, Lesotho, Libya, Mauritius, Morocco, Portugal,
Reunion, Saint Helena, Seychelles, South Africa, Tunisia, Zimbabwe
America: Argentina, Brazil, Canada, Chile, Colombia, Ecuador, French Guiana, Guyana,
Guadeloupe, Haiti, Martinique, Mexico, Peru, USA, Uruguay, Venezuela,
Asia: China, Israel, Lebanon, Philippines, Saudi Arabia, Syria, Turkey, Thailand, Uzbekistan
Europe: Albania, Andorra, Austria, Belarus, Belgium, Bosnia and Herzegovina, Bulgaria,
Croatia, Cyprus, Denmark, Estonia, France, Germany, Greece, Gibraltar, Hungary, Ireland,
Italy, Liechtenstein, Luxembourg, Malta, Moldova, Montenegro, Netherlands, North
Macedonia, Norway, Poland, Portugal, Russian Federation, Romania, Serbia, Slovakia,
Slovenia, Spain, Sweden, Switzerland, Ukraine, United Kingdom
Oceania: Fiji, French Polynesia, New Caledonia, Australia, New Zealand, Norfolk Island,
Pitcairn Island, Samoa (Permentan 25, 2020)
Tabel 4. Penilaian faktor yang menentukan kemungkinan masuk Cornu aspersum ke
Indonesia.
2) Tidak mungkin keluar dari C. aspersum mungkin keluar dari tanaman inang
inangnya; dan/atau
3) Tidak mati pada saat
penanganan, sebagai akibat
prosedur komersial (misal
penggunaan suhu dingin pada
kontainer)
Ket:
3: Poin (a) – (d) terpenuhi 1: Salah satu atau dua dari poin (a) – (d) terpenuhi
2: Tiga dari poin (a) – (d) terpenuhi 0: Poin (a) – (d) tidak terpenuhi
Nilai risiko: 3, bobot nilai = 3x 0.1 = 0.3
3. Kemungkinan OPT/OPTK bertahan terhadap upaya pengendalian di negara asal (Bobot 10%)
a. Tidak ada atau tidak diketahui - Belum ada informasi mengenai eradikasi yang
program pengendalian dan sistem efektif untuk C. aspersum di China
fitosanitari di negara asal
b. OPT/OPTK berpotensi bertahan v C. aspersum bersifat polifag, stadia dewasa
selama proses budidaya dan dapat dorman selama musim kering
penanganan sampai pasca panen
c. OPT/OPTK berpotensi tidak - C. aspersum berukuran besar, sangat
terdeteksi pada saat pemeriksaan mudah dideteksi secara kasat mata
karantina di negara asal
d. OPT/OPTK berpotensi tidak dapat - C. aspersum berukuran besar sehingga
dibebaskan dengan cara perlakuan memungkinkan untuk dibebaskan secara mekanis
karantina di negara asal di daerah asal.
Ket:
3: Poin (a) terpenuhi dan/atau poin 1: Poin (a) tidak terpenuhi dan salah satu dari poin
(b) – (d) terpenuhi (b) – (d) terpenuhi
2: Poin (a) tidak terpenuhi dan dua 0: Poin (a) – (d)- tidak terpenuhi
dari poin (b) – (d) terpenuhi
Nilai risiko:1 , bobot nilai = 1x 0,1 = 0.1
4. Kemungkinan OPT/OPTK berpindah ke inang yang sesuai di sekitar tempat pemasukan (Bobot
10%)
a. OPT/OPTK dapat bergerak secara v C. aspersum telah disebarluaskan ke
aktif dalam jarak tertentu dan/atau berbagai belahan dunia (i) sengaja sebagai sumber
terdispersi secara pasif (dengan makanan manusia (baik sebagai sumber protein
bantuan carrier, vektor, angin) murah untuk konsumsi lokal maupun untuk
perdagangan restoran gourmet), (ii) secara tidak
sengaja dikaitkan dengan pergerakan tanaman, (iii)
dan oleh penghobi yang mengoleksi bekicot/siput.
C. aspersum kadang-kadang dianggap sebagai
hewan peliharaan domestik. Belakangan ini keong
mas semakin populer sebagai bahan utama krim
dan gel nutrisi kulit (crema/gel de caracol) yang
digunakan untuk menghilangkan kerutan, bekas
luka, kulit kering dan jerawat.
b. Media pembawa berbentuk v Pengemasan menggunakan karton box
curah/dikemas menggunakan dengan container tertutup di air cargo, namun
kemasan yang tidak kedap, mungkin saja keong berpindah ke tanaman lainnya
menggunakan alat angkut terbuka di perjalanan karena Astrophytum spp dikirim
bersamaan dengan tanaman kaktus lainnya
c. Tersedia tanaman inang di sekitar v Benih Astrophytum spp dikirim bersamaan
tempat pemasukan selama dengan sukulen dari famili Cactaceae lainya
perjalanan dan tempat penyimpanan
Ket:
3: Poin (a) – (c) terpenuhi 1: Salah satu dari poin (a) – (c) terpenuhi
2: Dua dari poin (a) – (c) terpenuhi 0: Poin (a) – (c) tidak terpenuhi
Nilai risiko: 2, bobot nilai = 2x 0,1 = 0.2
5. Tingkat kesulitan mendeteksi dan mengidentifikasi OPT/OPTK di UPT- KP pemasukan (Bobot
20%)
a. Ketiadaan metode deteksi dan - C. aspersum berukuran besar. Betina
identifikasi yang valid untuk meletakkan telur di tanah membentuk koloni
keperluan karantina hingga 100 butir telur (ukuran kurang lebih 4 mm),
juvenil berukuran kurang lebih 22 mm dan
Panjang dewasa berukuran 5-10 cm (CABI, 2021)
b. Tidak memadainya sumber daya - Sumber daya BBKP Soekarno Hatta
laboratorium UPT-KP memadai
c. Volume media pembawa tinggi dan V 2000 pcs benih Astrophytum (tinggi)
/atau bentuk Media Pembawa
menyebabkan pemeriksaan secara
visual tidak optimal
d. OPT/OPTK memiliki karakter biologi - Deteksi bisa dilakukan secara langsung
yang tidak mudah untuk dideteksi secara morfologi
Ket:
3: Salah satu dari poin (a) atau (b) 1: Hanya poin (d) terpenuhi
terpenuhi
2: Poin (c) terpenuhi 0: Poin (a) – (d) tidak terpenuhi
Nilai risiko: 2 , bobot nilai = 2x 0,2 = 0.4
6. Tingkat kesulitan membebaskan media pembawa dari OPTK (Bobot 25%)
a. Berdasarkan referensi ilmiah belum V Belum ada perlakuan karantina yang efektif
ada perlakuan karantina yang dapat untuk mengeradikasi C. aspersum
membebaskan media pembawa dari
OPT/OPTK
b. Fasilitas perlakuan untuk tindakan V Belum memadai
karantina di tempat pemasukan
belum memadai
c. Metode pengemasan, jumlah dan V Volume tinggi, sulit dilakukan perlakuan
volume media pembawa tinggi terhadap seluruh MP
sehingga sulit dilakukan perlakuan
terhadap seluruh media pembawa
d. Perlakuan karantina tidak dapat v Metode dan fasilitas tidak tersedia
dilakukan di tempat pemasukan
Ket:
3: Poin (a) terpenuhi dan/atau poin (b) – 1: Poin (a) tidak terpenuhi, dan salah satu dari poin
(d) terpenuhi (b) – (d) terpenuhi
2: Poin (a) tidak terpenuhi, dan dua dari 0: Poin (a) – (d) terpenuhi
poin (b) – (d) terpenuhi
Nilai risiko: 3 , bobot nilai = 3x 0,25 = 0.75
Nilai total kemungkinan masuk = (0.75) + (0.3) + (0.1) +(0.2) + (0.4) + (0.75) = 2.5 tinggi
Ket:
3: Paling sedikit poin (a) terpenuhi 1: Poin (a), (b) tidak terpenuhi, dan poin (c)
terpenuhi
2: Poin (a) tidak terpenuhi dan poin (b), 0: Poin (a) – (c) tidak terpenuhi
(c) terpenuhi
Nilai risiko: 3 bobot nilai = 3x 0,25 = 0.75
3. Metode reproduksi dan kemampuan bertahan OPT (Bobot 20%)
a. Memiliki banyak metode - Reproduksi secara seksual, telur-juvenil 1-
reproduksi, baik secara seksual juvenil 2-dewasa
dan aseksual
b. Membentuk struktur/fase bertahan V Stadia dewasa dapat dorman hingga beberapa
atau dapat bertahan ditanah, sisa- bulan selama musim kering
sisa tanaman, benih atau pada
vektor
c. Laju reproduksi tinggi v Dewasa dapat kawin hingga 5 kali dalam
setahun. Betina dapat bertelur hingga 100 butir
dalam sekali peneluran.(CABI, 2021)
d. Jumlah generasi per satuan waktu v Dewasa dapat hidup selama 2 tahun (CABI,
tinggi atau siklus hidup pendek 2021)
Ket:
3: Salah satu dari poin (a) atau (b) 1: Poin (a) dan (b) tidak terpenuhi dan salah satu
terpenuhi dari poin (c) atau (d) terpenuhi
2: Poin (a) dan (b) tidak terpenuhi dan 0: Poin (a) – (d)- tidak terpenuhi
poin (c) dan (d) terpenuhi
Nilai risiko: 3 , bobot nilai = 3x 0,20 = 0.6
4. Kemampuan adaptasi OPT (Bobot 10%)
a. Distribusi geografis OPT luas V C. aspersum telah menyebar di negara-
(minimal 2 tipe iklim, misalnya negara tropis dan subtropic
tropis dan subtropis)
b. Memiliki banyak spesies tanaman V C. aspersum dapat memakan semua
inang lebih dari satu famili jenis tanaman termasuk gulma
c. OPT bersifat polimorfik -
d. Membentuk biotipe/ras/strain baru -
pada inang yang spesifik atau
habitat baru
Ket:
3: Paling sedikit poin (a) dan (b) 1: Salah satu dari poin (c) atau (d) terpenuhi
terpenuhi
2: Salah satu dari poin (a) atau (b) 0: Poin (a) – (d) tidak terpenuhi
terpenuhi
Nilai risiko:3 , bobot nilai = 3x 0,10 = 0.3
5. Pengaruh sistem budidaya tanaman dan tindakan pengendalian (Bobot 20%)
a. Teknik/metode tidak tersedia untuk v Telur C. aspersum berada di dalam tanah,
program eradikasi OPT Keong memiliki cangkang yang keras pda
stadia dewasa sulit untuk dieradikasi
Aplikasi moluskisida adalah pendekatan
yang paling banyak diterapkan untuk
mengendalikan hama bekicot/siput/keong.
Namun, perlakuan tersebut tidak
sepenuhnya mengendalikan keong dan
harus digunakan dengan benar dan dalam
hubungannya dengan metode lain (fisik,
biologis) dalam pengelolaan terpadu (Flint,
2003).
b. Sumberdaya tidak tersedia untuk v Tidak tersedia
mendukung program eradikasi
c. Sistem budidaya tanaman di PRA v Tanaman budidaya dan tanaman liar tersedia
area dapar mendorong sepanjang tahun sehingga dapat mendorong
perkembangan OPT perkembangan keong
d. Tidak diketahui musuh alami untuk - Musuh alami di Indonesia belum diketahui,
OPT di PRA area namun keong bersifat edible sehingga dapat
dijadikan pakan ternak unggas dan reptil,
makanan manusia atau bahan obat-obatan
(CABI, 2021)
Ket:
3: Poin (a) terpenuhi dan/atau poin (b) 1: Poin (a) tidak terpenuhi dan salah satu dari poin
– (d) terpenuhi (b) – (d) terpenuhi
2: Poin (a) tidak terpenuhi dan dua 0: Poin (a) – (d) tidak terpenuhi
dari poin (b) – (d) terpenuhi
Nilai risiko: 3 , bobot nilai = 3x 0,2 = 0.6
Nilai total kemungkinan menetap = (0.75) + (0.75) + (0.6) +(0.3) + (0.6) =3 tinggi
Berdasarkan perhitungan kemungkinan C. aspersum menetap di Indonesia sebagaimana
tabel 5 menunjukan resiko kemungkinan menetap C. aspersum di Indonesia tinggi.
Berdasarkan perpaduan nilai risiko elemen masuk dan menetap, menunjukan paduan nilai
risiko masuk dan menetap tinggi
c. Jenis dan sebaran tanaman inang v Seluruh jenis tanaman yang tersebar di
budidaya dan inang alami Indonesia berpotensi menjadi inang tau
ditemukan di sebagian besar pulau makanan keong.
di Indonesia
Ket:
3: Poin (a) – (c) terpenuhi 1: Poin (a) tidak terpenuhi dan salah satu dari poin
(b) atau (c) terpenuhi
2: Poin (a) terpenuhi, atau salah satu 0: Poin (a) – (c) tidak terpenuhi
dari poin (b) atau (c) terpenuhi
Ket:
3: Poin (a) dan/atau (b) terpenuhi 1: Hanya poin (d) terpenuhi
2: Poin (c) terpenuhi 0: Poin (a) – (d) tidak terpenuhi
Nilai risiko:3, bobot nilai = 3x 0,2 = 0.6
Nilai total kemungkinan menimbulkan dampak ekonomi = (0.75) + (0.5) + (0) +(0.6) + (0.6) = 2.45
sedang
REFERENSI
LPEI.Kementerian Keuangan RI. 2021. Ekspor Tanaman Hias Indonesia Naik 69,7% selama
pandemic. Tersedia pada https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ekspor-tanaman-hias-
indonesia-naik-69-7-selama-pandemi/#:~:text=Jakarta%2C
%2029%2F12%2F2021,mencapai%20nilai%20USD10%2C77%20juta. (diakses pada 4
Februari 2022)