Hukum Agraria Kel.2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

TUGAS HUKUM AGRARIA

“ SENGKETA MENGENAI LAHAN MEGAMENDUNG ANTARA


RIZIEQ SHIHAB DAN PTPN”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

NAMA:
1. Laila Mayang sari (191010073)
2. Meza luna d’azzuri (191010220)
3. Majliyas (191010077)
4. Reza kurnia putri (191010130)
5. Bagas Prassetyo (191010468)
6. Rionaldi saputra simanjuntak (191010075)
7. Anricou Junior Seza (191010051)

DOSEN PENGAMPU: Miftahur Rachman., S.H., M.Kn.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa yang telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “ Sengketa mengenai lahan Megamendung
antara Rizieq Shihab dan PTPN”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Agraria. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang permasalahan yang ada.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua anggota kelompok


serta sekua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 04 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN ............................................................................................... 4
2.1.
2.2.
2.3.
2.4. Permasalahan Dan Penanggulangan Perairan Laut Flores ....................... 16
2.4.1. Ikan Baronang Lingkis (Siganus Canaliculatus)............................. 17
2.4.2. Ikan Tuna ........................................................................................ 20
2.4.3. Ikan layang (Decapterus spp).......................................................... 25
III. PENGELOLAAN ......................................................................................... 27
3.1 Pengelolaan Yang Sudah Dilakukan ......................................................... 27
3.2. Upaya atau Alternatif Pengelolaan yang Diusulkan................................. 29
IV. PENUTUP ..................................................................................................... 37
4.1. Kesimpulan................................................................................................ 37
4.2 Saran.......................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pengertian sengketa tanah tertera dalam UU Sengketa Tanah yaitu Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Indonesia No.3 Tahun 2011. Di dalamnya tertulis bahwa
sengketa tanah atau sengketa adalah perselisihan tanah yang melibatkan badan hukum,
lembaga atau perseorangan dan secara sosio-politis tidak memiliki dampak luas. Singkatnya,
tanah sengketa adalah tanah yang kepemilikannya dipermasalahkan oleh dua pihak, dimana
mereka saling berebut untuk mengklaim kepemilikan tanah tersebut. Tanah sengketa adalah
kasus yang bisa dibilang sering terjadi di Indonesia.

Faktanya, Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan pertanahan Nasional (ATR/BPN)


mencatat telah menangani sebanyak 185 kasus pertanahan dengan adanya indikasi
keterlibatan mafia tanah. Jenis kasusnya pun beragam, misalnya pemalsuan dokumen,
merubah batas tanah secara ilegal dan sebagainya.

Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab melalui kuasa hukumnya,


Munarman, menjelaskan asal-usul tanah seluas 30,91 hektare di Desa Kuta, Megamendung,
Bogor, Jawa Barat yang kini telah dibangun Pondok Pesantren Alam Argokultural Markaz
Syariah FPI. Menurut Munarman, Rizieq mendirikan pesantren di lahan yang menjadi
sengketa dengan PT Perkebunan Nusantara atau PTPN VII itu sejak 2013. 

Lahan itu kosong dan terlantar yang dikuasai secara fisik dan dikelola oleh banyak
masyarakat lebih dari 25 tahun lamanya. Berdasarkan informasi itu, Rizieq Shihab yakin
tanah itu milik masyarakat setempat sehingga yakin untuk membelinya. Saat proses
pengalihan kepemilikan tanah, bukti jual beli antara Rizieq dengan pengelola serta pemilik,
kata Munarman, juga sudah sangat lengkap. Perangkat Desa seperti RT, RW, hingga Bupati
Kabupaten Bogor dan Gubernur Jawa Barat telah mendapat surat mengenai pembelian
lahan itu.

I.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menyusun makalah dengan benar,
memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya serta
menginformasikan, menganalisis, dan membujuk dengan cara yang lugas dan memungkinkan
pembaca untuk terlibat secara kritis dalam suatu topik permasalahan.

Manfaat makalah ini untuk mengasah keterampilan seluruh penulis serta membuk
pikiran untuk memahabi permasalahan yang ada dan dilapangan nantinya.
II. PEMBAHASAN

Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab, Lc., M.A., Ph.D., DPMSS. adalah
seorang cendikiawan Garis keras Islamisme Indonesia, pendiri dan pemimpin Islamisme
kelompok Front Pembela Islam, yang dilarang oleh pemerintah pada bulan Desember 2020.
Habib Rizieq Shihab merupakan pendiri Front Pembela Islam (FPI) yang dia deklarasikan
pada 17 Agustus 1998 di Pondok Pesantren Al-Umm, Tangerang. Sejak itu Habib Rizieq
menjabat Ketua Umum FPI hingga 2013.

Kuasa Hukum PTPN VIII Ikbar Firdaus Nurahman akan mengedepankan proses
restorative justice dalam penyelesaian sengketa lahan Megamendung dengan Rizieq Shihab.
Di atas lahan milik PT Perkebunan Nusantara VIII itu berdiri Markaz Syariah yang
dibangun eks pimpinan FPI Rizieq Shihab. PTPN VIII mengedepankan pendekatan ini
karena mengapresiasi program unggulan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo perihal
peningkatan kinerja penegakan hukum, bahwa tidak semua permasalahan harus berujung di
meja hijau.

Maka pihak PTPN VIII pun membuka ruang komunikasi dengan semua pihak yang
menyerobot dan menguasai lahan milik negara tersebut dan mau merestorasi kerugian
negara dengan menyerahkan kembali lahan yang dikuasainya. Kuasa hukum Pondok
Pesantren Markaz Syariah Ichwan Tuankotta sepakat menyelesaikan sengketa lahan ini
lewat proses restorative justice yang ditawarkan kuasa hukum PTPN VIII. Bahkan Ichwan
menyebut, seharusnya sejak awal muncul kisruh juga harus mengedepankan restorative
justice. 

Restorative justice merupakan alternatif dalam sistem peradilan pidana dengan


mengedepankan pendekatan integral antara pelaku dengan korban dan masyarakat sebagai
satu kesatuan untuk mencari solusi serta kembali pada pola hubungan baik dalam masyarakat.

Kuasa hukum pondok pesantren milik Rizieq Shihab itu menyebut tawaran dialog baru
datang dari Kemenko Polhukam. Itu pun sifatnya hanya menjembatani atau sebagai
mediator antara pihaknya dan PTPN VIII.  Pengamat hukum sumber daya alam Universitas
Tarumanagara Ahmad Redi berpendapat PTPN bisa menuntut Rizieq secara perdata sesuai
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Rizieq disangkakan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang tindak
pidana kejahatan perkebunan. Kemudian, Pasal 69 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang kejahatan penataan ruang, Pasal 167 KUHP tentang memasuki pekarangan tanpa izin,
Pasal 385 KUHP tentang Penyerobotan Tanah dan Pasal 480 KUHP tentang Penadahan.
Pasal 1365 KUH Perdata menyebutkan bahwa setiap perbuatan melawan hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Redi menilai gugatan perdata tidak akan
mengganggu proses hukum pidana. 

Laporan polisi PTPN VIII yang teregister dengan nomor: LP/B/0041/I/2021/Bareskrim


tertanggal 22 Januari 2021 mempersangkakan Habib Rizieq dengan Pasal 107 Undang-
Undang Nomor 39/2014 tentang Tindak Pidana Kejahatan Perkebunan, Pasal 69 Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Kejahatan Penataan Ruang, Pasal 167 KUHP tentang
Memasuki Pekarangan Tanpa Izin, Pasal 385 KUHP tentang Penyerobotan Tanah dan Pasal
480 KUHP tentang Penadahan. Sampai saat ini Polri masih menangani laporan tersebut.

Di sisi lain, PTPN VIII bakal mengambil alih lahan yang ditempati Pondok Pesantren
Agrokultural Markaz Syariah yang diasuh Rizieq Shihab di Kecamatan Megamendung.
Sekretaris Perusahaan PTPN VIII Naning Diah Trisnowati menyatakan bahwa pihaknya
berupaya menyelamatkan aset-aset negara, termasuk lahan berstatus hak guna usaha (HGU)
di lahan Pesantren itu. Langkah ini diambil untuk mengoptimalkan lahan yang masih
produktif untuk dikelola, sehingga memberikan hasil keuangan kepada negara.

Pakar pertanahan dari Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Iwan
Nurdin menilai FPI tidak berhak mendapat ganti rugi jika lahan yang ditempati Pondok
Pesantren Markaz Syariah diambil oleh PT PTPN VIII. Sebab FPI melanggar banyak
Undang-Undang (UU) terkait keberadaan dan berdirinya Pondok Pesantren Alam
Agrokultural Markaz Syariah di atas kavling seluas kurang lebih 31,91 hektare

Jual beli tanah yang dilakukan tidak dapat dibenarkan menurut hukum Indonesia. Karena,
pemegang hak atas tanah adalah PTPN VIII. Dengan demikian, akad terkait lahan harus
dilakukan oleh PTPN VIII. Iwan menambahkan, HGU yang dimiliki PTPN VIII
diperuntukan bagi usaha perkebunan, pertanian, peternakan, tambak perikanan. Sementara
untuk bangunan, maka sertifikat dalam bentuk Hak Guna Bangunan (HGB).  Menurutnya,
sudah tepat PTPN VIII meminta pengosongan lahan yang telah diduduki oleh FPI, kecuali
bagi petani-petani kecil yang menggarap lahan perkebunan sekedar untuk menyambung
hidup.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Restorative justice merupakan alternatif dalam sistem peradilan pidana dengan


mengedepankan pendekatan integral antara pelaku dengan korban dan masyarakat sebagai
satu kesatuan untuk mencari solusi serta kembali pada pola hubungan baik dalam masyarakat.
Sengketa lahan antara PTPN VIII dan pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab (HRS) disarankan
diselesaikan melalui jalur pengadilan. Menyusul somasi PTPN VIII terhadap HRS, lahan
seluas 30,91 hektare di Desa Kuta, Megamendung, Bogor, Jawa Barat yang dibangun
pesantren Markaz Syariah kini menjadi objek sengketa.

PTPN VIII menegaskan lahan tersebut merupakan aset PTPN VIII berdasarkan
Sertifikat HGU Nomor 299 tanggal 4 Juli 2008. PTPN juga mengingatkan adanya ancaman
pidana atas penguasaan fisik tanah HGU tersebut tanpa izin dan persetujuan dari PTPN VIII.
Untuk itu, PTPN VIII memperingatkan agar Pimpinan Pondok Pesantren Alam Agrokultural
Markaz Syariah menyerahkan tanah tersebut atau dikosongkan paling lambat tujuh hari
terhitung sejak surat diterima. Berdasarkan UU Agraria, sebut HRS, sertifikat HGU atas
lahan tidak bisa diperpanjang atau akan dibatalkan jika lahan ditelantarkan oleh pemilik HGU
atau pemilik HGU tidak menguasai secara fisik lahan tersebut.

B. Saran

Dalam kasus ini, diwajibkan masing-masing pihak dapat menggunakan dokumen surat-
surat dan saksi-saksi yang menunjukkan bahwa memiliki hak atas tanah tersebut. Bukti
tersebut dapat dijadikan dasar untuk menilai pihak yang paling berhak atas tanah tersebut.
Penyelesaian sengketa hak atas tanah sebaiknya diselesaikan ke pengadilan untuk
memastikan siapa yang secara hukum memiliki hak atas tanah tersebut.
Jalur hukum harus ditempuh untuk menyelesaikan sengketa. Dalam hukum agraria, siapa
yang memiliki bukti kepemilikan hak atas tanah yang sah, ialah yang berhak atas tanah
tersebut.
Dan bukti-bukti berupa surat tanah misal sertifikat HGU, hak milik, dokumen tertulis
lainnya, termasuk saksi-saksi dihadirkan di persidangan pengadilan negeri. Sementara itu,
ahli hukum dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Suparji Ahmad menilai, mekanisme hukum
dapat ditempuh jika upaya mediasi tidak mencapai titik temu. Dia menyarankan, pihak
bersengketa melakukan mediasi terlebih dahulu dengan profesional dan proporsional agar
tidak menimbulkan kontroversi.
DAFTAR PUSTAKA

https://prospeku.com/artikel/sengketa-tanah---3462
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Rizieq_Shihab
https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/03/01/09271601/apa-itu-restorative-justice-
yang-belakangan-kerap-disebut-kapolri
https://metro.tempo.co/amp/1457395/sengketa-lahan-megamendung-dengan-rizieq-shihab-
ptpn-tempuh-restorative-justice
https://nasional.sindonews.com/newsread/341686/13/sengketa-lahan-megamendung-ptpn-
bisa-gugat-perdata-habib-rizieq-shihab-1613833358
https://m.republika.co.id/berita/qm35a5409/saran-ahli-sengketa-ptpnfpi-diselesaikan-di-
pengadilan
https://nasional.sindonews.com/read/280006/13/membedah-sengketa-lahan-pesantren-di-
megamendung-antara-ptpn-viii-dan-habib-rizieq-1608858744

Anda mungkin juga menyukai