Anda di halaman 1dari 34

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI TANAH SAWAH

(STUDI KASUS DI DESA LAHOTUTU KECAMATAN WONGGEDUKU


KABUPATEN KONAWE)

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi tugas final salah satu syarat kelulusan mata kulia metode
penelitian muamalah

OLEH :

MUHAMMAD RIPAL HALIQ

17020102035

FAKULTAS SYARIAH

PRODI MUAMALAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI(IAIN)

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Waroh matulahi Wabarokatu
Alhamdulillah,alhamdulillahi robbil’alamin asholatu wassalamu mbiaya’i
wal mursalin,wa’ala alihi wasohbihi ajema’in amma’ba’du.Segala puji bagi Allah
SWT. Atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini, shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi yang telah
menjadi contoh teladan bagi kita dalam menjalani kehidupan.
Proposal ini berjudul”tinjauan hukum islam terhadap gadai tanah
sawah” diajukan untuk memenuhi tugas final mata kuliah metode penelitian
muamalah, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada bapak dosen yang
senantiasa membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini, dan juga
kepada teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan.

Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih terdapat banyak


sekali kekurangan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan pembuatan proposal selanjutnya.

Kendari,28 november 2019


1 Rabi'ul-akhir 1441

Penulis,

MUHAMMAD RIPAL HALIQ

17020102035

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULIAN.....................................................................................................................3
A.Latar Belakang.................................................................................................................3
B.Fokus Penelitian...............................................................................................................4
C.Catatan dan rumusan masalah..........................................................................................4
D.tujuan dan manfaad penulisan..........................................................................................4
E.Definisi Operasional.........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
KAJIAN TEORI......................................................................................................................7
A.Kajian Relevan.................................................................................................................7
B.Deskripsi Muamalah.........................................................................................................8
1. Muamalah Adabiyah.......................................................................................10
2. Muamalah Madiyah.........................................................................................11
C.Deskripsi gadai.........................................................................................................16
D.Tijauan Hukum Islam.....................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................................23
METODE PENELITIAN.......................................................................................................23
A.Jenis Penelitian...............................................................................................................23
B.Waktu Dan Tempat Penelitian....................................................................24
C.Sumber Data..........................................................................................................24
D.Teknik Pengumpulan Data............................................................................24
E.Teknik Analisis Data................................................................................................26
F.Teknik Pengecekan Keabsahan Data................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................29
Siadari Ray Pratama,” Pengertian Gadai Tanah Menurut Hukum Adat dan Menurut
Undang-Undang Pokok Agraria,”
https://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertian-gadai-tanah-menurut-
hukum.html (diakses pada 28 november 2019, pukul 17.35)........................................29

2
BAB I

PENDAHULIAN

A.Latar Belakang
Gadai adalah hubungan hukum antara seorang dengan tanah kepunyaan orang
lain,yang telah menerima uang gadai dari padanya,selama uang gadai belum
dikembalikan,tanah tersebut dikuasai oleh “pemegang gadai”,selama itu hasil tanah
menjadi hak pemegang gadai.pengembalian uang gadai atau yang lazim disebut
“penebusan”,tergantung pada kemauan dan kemampuan pemilik tanah yang
menggadaikan.

Gadai dapat diartikan menyerahkan tanah dari penggadai(pemilik tanah)


kepada pemegang gadai (pemegang gadai) untuk menerima pembayaran sejumlah
uang secara tunai dari pemegang gadai,dengan ketentuan penggadai tetap berhak atas
pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali dari pemegang gadai.pada
dasarnya besar uang tebusan adalah sama dengan uang yang di serahkan pemegang
gadai pada awal teransaksi gadai kepada penjual gadai,tidak ada perbedaan nominal
uang

Uang yang akan diterima penggadai tentunya adalah yang di sepakati kedu
belah pihak.sedangkan waktu pengembaliannya tergantung pada kesediaan dan
kemampuan pihak penggadai.dengan demikian waktu gadai adalah tidak
pasti.semakin lama waktu gadai tentunya membawa resiko tersendiri yaitu perubahan
nilai mata uang yang berakibat berbedanya besaran uang dari teransaksi awal gadai
dengan teransaksi pengembalian tanah ( tebusan)

Dari informasi yang saya dapat dari beberapa sumber bahwa gadai tanah seperti ini
juga dilaksanakan di desa lahotutu, kecamatan wonggeduku, kabupaten

3
konawe,dimana ada seorang yang memiliki tanah menawarkan kepada orang lain
tanah miliknya untuk di gadaikan.

Setelah terjadi perjanjian gadai maka tanah dan hasilnya sepenuhnya menjadi milik
orang yang menerima gadai.

Alasan saya ingin mengangkat judul ini saya ingin mengkaji dalam tinjauan hukum
islam tentang gadai tanah

B.Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas,focus penelitian diatas adalah pada
pelaksanaan gadai tanah sawah desah lahotutu,kecamatan wonggeduku,kabupaten
konawe,dan bagai mana dalam tinjauan hukum islam adapun yang menjadi sub fokus
adalah yang terdapat dalam masalah.

C.Catatan dan rumusan masalah


1.batasan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka saya membatasi penenelitian ini pada :

a) Gadai Tanah Di Desa Lahotutu kecamatan wonggeduku


kabupaten konawe.
b) Gadai tanah di tinjau dalam hukum islam.
2.rmusan masalah
Beradasarkan latar belakang maka penulis dapat merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.

a) Bagaimana proses pelaksanaan gadai tanah di desa lahotutu kecamatan


wonggeduku kabupaten konawe ?
b) Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap Gadai tanah ?

D.tujuan dan manfaad penulisan


1.tujuan penulisan

4
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui bagimana proses plaksanaan gadai tanah di desah


lahotutu,kecamatan wonggeduku,kabupaten konawe.
b) Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum islam terhadap plaksanaan
gadai tanah

2.manfaad penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi para fihak,yaitu;

a) Manfaad publik.
1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang proses gadai tanah
dalam tinjauan hukum islam.
2. Sebagai bahan bacaan sekaligus sebagai literature untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan maslah yang di bahas.
3. Hasil penelitian ini di harapkan, dapat membawa wawasan yang lebih
luas kepada pembaca.
4. Dapat memberikan edukasi beru terhadap masyarakat.
b) Manfaat akademik
1. Sebagai perbandingan antara teori yang di dapatkan dari bengku
perkuliahan,dengan fakta yang berada di lapangan.
2. Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan acuan di bidang
penelitian sejenisnya.
c) Manfaat pribadi
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi diri sendiri tentang proses
plaksanaan gadai tanah sawah ditinjau dalam hukum islam.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebi
luas kepada penulis.

5
E.Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap permasalahan yang menjadi
kejian penelitian ini.maka penulis menguraikan beberapa kata yang dianggap perlu
yaitu:

“tinjauan hukum islam terhadap gadai tanah sawah (studi kasus di desa
lahotutu,kecamatan wonggeduku,kabupaten konawe).”

1. Tinjaun, adalah pandangan pendapat “sesudah menyelidiki,


mempelajari, dan sebagainya”.
2. Hukum Islam, syariat yang  berarti hukum-hukum yang
diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh
seorang Nabi.baik hukum yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).
3. Kegiatan Gadai adalah hubungan hukum antara seorang dengan tanah
kepunyaan orang lain,yang telah menerima uang gadai dari padanya,selama
uang gadai belum dikembalikan,tanah tersebut dikuasai oleh “pemegang
gadai”.selama itu hasil tanah menjadi hak pemegang gadai.pengembalian
uang gadai atau yang lazim disebut “penebusan”tergantung pada kemauan dan
kemampuan pemilik tanah yang menggadaikan.
4. Proses Gadai dapat diartikan menyerahkan tanah dari penggadai(pemilik
tanah) kepada pemegang gadai (pemegang gadai) untuk menerima
pembayaran sejumlah uang secara tunai dari pemegang gadai,dengan
ketentuan penggadai tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan
menebusnya kembali dari pemegang gadai.pada dasarnya besar uang tebusan
adalah sama dengan uang yang di serahkan pemegang gadai pada awal
teransaksi gadai kepada penjual gadai,tidak ada perbedaan nominal uang.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A.Kajian Relevan
Penelitian ini dilaksanakan didesa lahotutu,kecamatan wonggeduku,kabupaten
konawe yang bertujuan melakukan penelitian tentang”tinjauna hukum islam
terhadap gadai tanah sawah (studi kasus di desa lahotutu kecamatan wonggeduku
kabupaten konawe)”diharapkan penelitian ini mempunyai relevansi dengan
penelitian sebelumnya sesuai dengan kondisi di lapangan.

Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian sebelumnya yang di


lakukan oleh”Ihwan Azis Mahasiswa Jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah Dan
HukumUniversitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2015” dalam persoalan yang
berjudul (”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek GadaiTanah Sawah Tanpa
Batas Waktu(Studi Di Desa Jetaksari Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan)
Transaksi gadai dalam fikih Islam disebut ar-Rahn. Ar-Rahn menurut bahasa al-
tsubut wa al-dawam yaitu, tetap dan kekal. Ada pula yang menjelaskan bahwa rahn
adalah terkurung atau terjerat. Sebagian ulama‟ memberi arti ar-rahn dengan al-habs
yang artinya tertahan1.ar-rahn terdapat dalam al-Qur‟an surat al-Muddatstsir, (74)
ayat 38: yang artinya:

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya2

.Kata ( ‫ ) ةنيهر‬rahinah terambil dari kata ( ‫ ) نهر‬rahana dengan aneka makna antara lain
gadai yakni sesuatu yang dijadikan jaminan guna memperoleh utang, Lazimnya
sesuatu itu ditahan oleh pemberi utang.dan dari sini kata tersebut diartikan dengan
1
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Beirut; Dar al-Kitab al-Arabi, 1971, h.
2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada, 2008, h. 105.

7
sesuatu yang ditahan,Ayat diatas menegaskan bahwa setiap pribadi tergadai disisi
Allah,Ia harus menebus dirinya dengan amal-amal perbuatan baik,Setiap pribadi
seakan-akan berhutang kepada Allah Swt,Dan ia harus membayar kembali utangnya
kepada Allah Swt untuk membebaskan dirinya3. Setiap pribadi diminta
pertanggungan jawab di akhirat kelak.dimana setiap manusia akan menghadapi hisab
atas perjalanan hidupnya.baik dalam hal-hal yang menyangkut dirinya sendiri
maupun orang lain,Sementara itu pengertian gadai menurut istilah adalah akad utang
dimana terdapat suatu barang yang dijadikan penengguhan atau penguat kepercayaan
dalam utang piutang.barang itu boleh dijual apabila utang tak dapat dibayar.hanya
saja penjualan itu hendaknya dilaksan akan dengan keadilan 4.perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terletak pada fokus penelitian yang di
mana fokus penelitian ini adalah proses yang dimana untuk meminjam uang dengan
pemberian uang pinjaman di standarkan dengan harga emas sedangkan penelitian
lakukan fokus terhadap tinjauan hukum islam terhadap sistem gadai tanah sawah di
desah lahotutu kecamatan wonggeduku kabupaten konawe.

Penelitian yang di lakukan oleh Erna Yanti,mahasiswa program studi hukum


ekonomi syariah fakultas agama islam universitas muhammadiyah surah karta 2016
dalam skripsi yang berjudul tinjauan hukum islam terhadap sistem gadai tanah di
kecamatan tawangmangu.dalam penelitian ini di jelaskan bahwa mengenai
pemanfaatan barang jaminan secarah penuh oleh pihak penerima gadai tidak lah sah
karenah ada unsure pengambilan kesempatan dalam kesempitan serta tidak
memelihara keadilan dan kemaslahatan.

B.Deskripsi Muamalah
1.pengertian muamalah

3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, cet.
IV, 2006, h. 606
4
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo, 1994, h. 309

8
Muaamalah secara bahasa berarti saling melakukan atau
saling menukar, Artinya perbuatan muamalah adalah perbuatan
yang melibatkan lebih dari satu orang yang berakibat timbulnya
hak dan kewajiban,Secara umum ulama fikih mengartikan
muamalah sebagai hukum (syariah atau perundang-
undangan),yang berkaitan dengan keduniaan.lebih sempit lagi
adalah transaksi bisnis,Dari penjelasan di atas dapat kita pahami
bahwa ketentuan bermuamalah harus patuh kepada ketentuan
hukum Islam dan ketentuan peraturan perundang-
undangan,Keduanya tidak dapat dicerai pisahkan.5

muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang


berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain.hubungan
kepentingan.Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang
harus mempunyai dua buah pelaku.yang satu terhadap yang lain
saling melakukan pekerjaan secara aktif.sehingga kedua pelaku
tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya. 6

Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan


arti yang luas dan dapat pula dengan arti yang sempit,Di bawah ini
dikemukakan beberapa pengertian muamalah:

Menurut Louis Ma’luf,pengertian muamalah adalah hukum-


hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan
manusia,seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya.7

5
Abdul Karim Munte,”Pengertian Muamalah,” https://bincangsyariah.com/kalam/fikih-
ekonomi-1-pengertian-muamalah/ (diakses pada 21 November 2019, Pukul 12.13)
6
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab- Indonesia (Cet. XIV; Surabaya: Pustaka Progressif,
1997).
7
Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughat (Cet. XXI; Dar al-Masyruq, Beirut: 1973).

9
Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek.menyatakan
muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang
berhubungan dengan urusan dunia.seperti perdagangan dan semua
mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan
dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran.baik
umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya
secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk
bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara merekaSedangkan
dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu
muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan
oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat.

Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami


bahwa muamalah adalah segala peraturan yang mengatur
hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun
tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara
manusia dengan alam sekitarnya.8

2.Ruang Lingkup Muamalah

Pada ruang lingkup fiqih muamalah meliputi seluruh kegiatan


muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam, baik berupa
perintah maupun larangan-larangannya yang terkait dengan
hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Di atas sudah dijelaskan bahwa berdasarkan aspeknya,


muamalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu muamalah adabiyah dan
madiyah.

8
Minhajuddin, Fiqh tentang Muamalah Masa Kini  (Ujungpandang: Fakultas Syariah IAIN
Alaudddin, 1989).

10
1. Muamalah Adabiyah

Penjelasan muamalah adabiyah adalah muamalah yang


berkaitan dengan bagaimana cara tukar menukar benda ditinjau
dari segi subjeknya, yaitu manusia. Muamalah adabiyah mengatur
tentang batasan-batasan yang boleh dilakukan atau tidak boleh
dilakukan oleh manusia terhadap benda yang berkaitan dengan
adab dan akhlak, seperti kejujuran, kesopanan, menghargai
sesama, saling meridhoi, dengki, dendam, penipuan dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam hidup
bermasyarakat dalam mengelola suatu benda

Pada muamalah adabiyah memberikan panduan yang syara’


bagi perilaku manusia untuk melakukan tindakan hukum terhadap
sebuah benda. Semua perilaku manusia harus memenuhi prasyarat
etis normatif sehingga perilaku tersebut dianggap layak untuk
dilakukan.

2. Muamalah Madiyah

Sedangkan muamalah madiyah adalah muamalah yang


berkaitan dengan objek muamalah atau bendanya. Muamalah
madiyah menetapkan aturan secara syara’ terkait dengan objek
bendanya. Apakah suatu benda halal, haram, dan syubhat untuk
dimiliki, diupayakan dan diperjualbelikan, apakah suatu benda bisa
menyebabkan kemaslahatan atau kemudharatan bagi manusia, dan
beberapa segi lainnya.

Dengan kata lain muamalah madiyah bertujuan untuk


memberikan panduan kepada manusia,bahwa dalam memenuhi

11
kebutuhan hidupnya yang bersifat kebendaan dan bersifat
sementara bukan sekedar memperoleh keuntungan semata, tetapi
juga bertujuan untuk memperoleh ridha Allah SWT.dengan cara
melakukan muamalah sesuai dengan aturan main yang sesuai
dengan aturan-aturan yang ditetapkan secara syara.

Ruang lingkup muamalah yang bersifat madiyah antara lain


adalah sebagai berikut :

Jual-beli (bai’),Gadai(rahn),Jaminan dan tanggungan(Kafalah dan


Dhaman ),Pemindahan hutang ( hiwalah ),Pailit ( taflis ),Perseroan
atau perkongsian ( syirkah ),Perseroan harta dan tenaga
(mudharabah),Sewa menyewa tanah (mukhabarah),Upah (ujral al-
amah),Gugatan (asy syuf’ah),Sayembara (al-ji’alah),Batas
bertindak(al-hajru),Pembagian kekayaan bersama (al-
qisamah),Pemberian (al hibbah),Pembebasan (al-ibra’).damai(ash-
shulhu),Masalah-masalah,seperti bunga bankkredit, asuransi dan
masalah-masalah baru lainnya

3 Dasar Hukum Muamalah.

Sumber-sumber fiqih secara umum berasal dari dua


sumber utama, yaitu dalil naqli yang berupa Al-Quran dan Al-Hadits,
dan dalil aqli yang berupa akal (ijtihad). Penerapan sumber fiqih
islam ke dalam tiga sumber. yaitu Al-Quran, Al-Hadits dan ijtihad.

a.Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi


Muhammad SAW dengan bahasa arab yang memiliki tujuan
kebaikan dan perbaikan manusia, yang berlaku di dunia dan

12
akhirat. Al-Quran merupakan referensi utama umat islam, termasuk
di dalamnya masalah hukum dan perundangundangan.
b.Al Hadits
Al-Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Rasulullah
SAW, baik berupa perkataan,perbuatan,maupun ketetapan. Al-
Hadits merupakan sumber fiqih kedua setelah Al-Quran yang
berlaku dan mengikat bagi umat islam.
c.Ijma dan Qiyas
Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap suatu hukum syar’i
dalam suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW. Suatu hukum
syar’i agar bisa dikatakan sebagai ijma’maka penetapan
kesepakatan tersebut harus dilakukan oleh semua mujtahid, walau
ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ijma’ bisa dibentuk
hanya dengan kesepakatan mayoritas mujtahid saja. Sedangkan
qiyas adalah kiat untuk menetapkan hukum pada kasus baru yang
tidak terdapat dalam nash (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), dengan
cara menyamakan pada kasus baru yang sudah terdapat dalam
nash.9 Dasar Hukum Muamalah terdapat dalam QS at-Taubah/
9:105,

sebagai berikut :

َ‫ب و‬ِ ‫ن اِلٰی عٰلِم ِ ا ۡلغَ ۡی‬ َ ‫ت ُ َرد ُّ ۡو‬WW‫س‬ َ ‫من ُ ۡو‬
َ َ‫ن ؕ و‬ ُ ‫ ٗہ وَ ا ۡل‬WW‫س‬
ِ ‫م ۡؤ‬ ‫وَ َر ُۡل ُو‬ ۡ‫ملَک ُ م‬
َ َ ‫ی َ َری الل ّٰ ُہ ع‬WW‫س‬
َ َ‫مل ُ ۡاو ف‬
َ ‫ل ا ۡع‬WW
ِ ُ‫وَ ق‬
‫ن‬ َ ‫ما ک ُ ۡنت ُ مۡ ت َ ۡع‬
َ ‫مل ُ ۡو‬ َ ِ ‫الشَّ َہاد َ ِۃ فَیُنَبِّئُک ُ مۡ ب‬

Waqulii’maluu fasayarallahu ‘amalakum warasuuluhu wal


mu’minuuna wasaturadduuna ila ‘aalimil ghaibi wasy-syahaadati
fayunabbi-ukum bimaa kuntum ta’maluun(a),
9
Syaiful Mubarak,” Fiqih Muamalah dan Dasar Prinsipnya”,
https://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/10/fiqh-muamalah-dasar-dan-prinsipnya_6695.html
(Diakses pada 21 November 2019, pukul 12.53)

13
Terjemahnya :Dan Katakanlah“Bekerjalah kamu, maka Allah akan
melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang
mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.”10

ْ
W‫ن‬ُ W‫ا‬Wَ‫ط‬Wْ‫ ي‬W ‫ش‬W Wَّ ‫ل‬W‫ ا‬W‫ه‬ ُ W ُW‫ط‬WَّW‫ ب‬W‫خ‬
َ Wَ‫ت‬WَW‫ ي‬W‫ ي‬Wِ‫ذ‬WَّW‫ل‬W‫ ا‬W‫م‬ُ W‫ و‬WW‫ق‬ ُ Wَ‫ ي‬W‫ ا‬WW‫م‬ َ WَW‫اَّل ك‬WِW‫ إ‬W‫ن‬ َ W‫ و‬WW‫م‬ُ W‫ و‬W‫ق‬ ُ WَW‫ اَل ي‬W‫ا‬W َ W‫ ب‬W‫ ِّر‬W‫ل‬W‫ ا‬W‫ن‬ َ W‫و‬Wُ‫ل‬WُW‫ك‬WW‫أ‬Wَ‫ ي‬W‫ن‬
َ W‫ ي‬Wِ‫ذ‬WَّW‫ل‬W‫ا‬
Wَ‫ع‬W ْ W‫ي‬Wَ‫ب‬Wْ‫ل‬W‫ ا‬W‫ه‬ َ َ َ W‫ ل‬Wَٰ ‫ ۚ ذ‬W‫ س‬W‫م‬Wْ‫ل‬W‫ ا‬W‫ ن‬W‫م‬
ُ WَّW‫ل‬W‫ل‬W‫ ا‬W‫ل‬
َّ WW‫ح‬َ WW‫ أ‬Wَ‫ ۗ و‬W‫ب‬ ُ W ْ W‫ ث‬W‫م‬
Wَ W‫ ِّر‬W ‫ل‬W‫ ا‬W‫ل‬ ِ Wُ‫ع‬W ْ W‫ي‬WَW‫ب‬Wْ‫ل‬W‫ ا‬W‫ ا‬WW‫م‬َ WَّW‫ن‬WِW‫ إ‬W‫ا‬W‫و‬Wُ‫ل‬W‫ ا‬WWَ‫ ق‬W‫م‬ ْ Wُ‫ه‬WَّW‫ن‬WW‫أ‬WِW‫ ب‬W‫ك‬ ِ ِّ َ َ ِ
َ َ Wَ‫ ل‬WW‫س‬
WُW‫ ه‬W‫ ُر‬WWW‫م‬
ْ WW‫ أ‬Wَ‫ و‬W‫ف‬ Wَ W‫ ا‬WWW‫م‬ َ W‫ه‬ ُ WWَW‫ ل‬Wَ‫ ف‬W‫ى‬ٰ Wَ‫ه‬WَW‫ت‬Wْ‫ن‬W‫ ا‬Wَ‫ ف‬Wِ‫ه‬WِّW‫ ب‬W‫ َر‬W‫ن‬
ْ W‫م‬ ِ W‫ة‬ ٌ Wَ‫ ظ‬W‫ع‬ ِ Wْ‫ و‬W‫م‬َ Wُ‫ ه‬W‫ َء‬W‫ ا‬W‫ج‬ َ W‫ن‬ َ Wَ‫ ۚ ف‬W‫ا‬Wَ‫ ب‬W‫ ِّر‬W‫ل‬W‫ ا‬W‫م‬
ْ W‫م‬ َ W‫ َّر‬W‫ح‬
َ Wَ‫و‬
W‫ن‬W‫و‬Wُ‫د‬Wِ‫ل‬W‫ ا‬W‫خ‬ َ W‫ ا‬Wَ‫ه‬W‫ ي‬Wِ‫ ف‬W‫م‬ َ َ Wِ‫ ئ‬Wَٰ ‫ل‬W‫و‬WُW‫ أ‬Wَ‫ ف‬W‫د‬W‫ ا‬Wَ‫ ع‬W‫ ن‬W‫ م‬W‫ ۖ و‬W‫ه‬WَّW‫ل‬W‫ل‬W‫ ا‬W‫ى‬Wَ‫ل‬WW‫إ‬
ْ Wُ‫ ۖ ه‬Wِ‫ر‬W‫ا‬WَّW‫ن‬W‫ل‬W‫ ا‬W‫ب‬ Wُ W‫ ا‬W‫ح‬
َ W‫ص‬ ْ WW‫ أ‬W‫ك‬ َ ْ َ َ ِ ِ

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.11

4.Prinsip Muamalah

10
Kementrian Aganma RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2016), h.203.
11
Ibid, h.47.

14
Prinsip-prinsip utama dalam bermuamalah adalah terjadinya
unsur saling adanya kerelaan antara kedua belah pihak. Prinsip
tersebut telah dijelaskan oleh Allah swt dalam surat An-Nisaa, 29;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu ”

1. Pada asalnya muamalah itu boleh sampai ada dalil yang


menunjukkan pada keharamannya. Kaidah ini disampaikan
oleh Ulama Syafi’i. Maliki, dan Imam Ahmad.
2. Muamalah itu mesti dilakukan atas dasar suka sama suka;
3. Muamalah yang dilakukan itu mesti mendatangkan maslahat
dan menolak madarat bagi manusia;
4. Muamalah itu terhindar dari kezaliman, penipuan, manipulasi,
spekulasi, dan hal-hal lain yang tidak dibenarkan oleh syariat.

a. Tauhidi
Prinsip tauhidi adalah dasar utama dari setiap bentuk
bangunan yang ada dalam syariat Islam. Tauhid dapat diartikan
sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia
dengan atribut yang melekat pada dirinya adalah fenomena sendiri
yang realitanya tidak dapat dipisahkan dari penciptanya, sehingga
dalam tingkatan tertentu dapat dipahami bahwa semua gerak yang
ada di alam semesta merupakan gerak dan asma dari Allah swt.

Melakukan muamalah yang harus diperhatikan adalah


bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi
bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak

15
dalam setiap melakukan aktivitas bermuamalah ada semacam
kayakinan dalam hati bahwa Allah swt selalu mengawasi seluruh
gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita.12
Maslahah Mashlahah adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh
dalil hukum tertentu yang membenarkan atau membatalkannya
atas segala tindakan manusia dalam rangka mencapai tujuan
syara’, yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara
akal, memelihara keturunan dan memelihara harta. Prinsip
mashlalah merupakan hal yang paling penting dalam bermuamalah.
Oleh karena itu, pastikan bahwa investasi yang dilakukan itu dapat
memberikan dampak sosial dan lingkungan yang positif bagi
kehidupan masyarakat baik untuk generasi saat ini maupun yang
akan datang.13
b. Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia
dalam segala bidang kehidupan termasuk dalam bidang muamalah.
Jika kejujuran tidak diterapkan dalam perikatan, maka akan
merusak legalitas perikatan itu sendiri. Jika terdapat ketidakjujuran
dalam perikatan maka akan menimbulkan perselisihan di antara
para pihak.14
c. Prinsip Kerelaan
Segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar suka sama
suka atau kerelaan antara masing-masing pihak, tidak boleh ada
tekanan, paksaan, penipuan dan mis statement.
d. Prinsip Toleransi

12
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kecana, 2013) h. 7-8.
13
Ibid, h. 10.
14
Gemala Dewi, Dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 37.

16
Cara berfikir manusia yang berbeda-beda satu sama lain
harus saling menghargai dan mengakui bahwa kebenaran hasil
pemikiran manusia bersifat relatif.
e. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan dalam bermuamalah adalah terpenuhinya
nilai-nilai keadilan anatara para pihak yang melakukan akad
muamalah. Keadilan dapat dipahami sebagai upaya menempatkan
hak dan kewajibanan antara para pihak yang melakukan
muamalah. Misalnya keadilan dalam pembagian bagi hasil antara
pemilik modal dan pengelola modal.15
f. Prinsip Amanah
Asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak
haruslah beriktikad baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya
dan tidak dibenarkan salah satu pihak mengeksploitasi
ketidaktahuan mitranya.
Tujuan penciptaan dan penetapan hukum oleh Allah Swt
adalah untuk kepentingan, kemaslahatan dan kebahagiaan manusia
seluruhnya baik dunia maupun akhirat. Tujuan dari hukum Islam
adalah :
a. Membersihkan jiwa dan taqarrub (mendekat) dengan
Tuhannya
b. Kepentingan jasmani
c. Kebaikan individu masyarakat dan kemanusiaan pada
umumnya dunia dan akhirat
Untuk mencapai tujuan tersebut, hukum Islam menentukan
aturan yaitu :

15
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Op cit., h. 12.

17
a. Menolak bahaya harus didahulukan daripada mengambil
manfaat
b. Kemaslahatan umum harus didahulukan dari kemaslahatan
khusus
c. Kesulitan akan dapat membawa kepada kemudahan
d. Keadaan darurat dapat memperbolehkan hal yang
dilarang, tidak ada bahaya yang membahayakan
e. Islam tidak mengenal prinsip tujuan membenarkan cara.

C.Deskripsi gadai
1.Pengertian Gadai tanah
adalah merupakan hubungan antara seseorang dengan tanah milik orang lain
yang telah menerima uang gadai dari padanya dan selama gadai masih berlangsung,
maka tanah yang bersangkutan dikuasai oleh pihak pemberi uang (pemegang gadai).
Dalam hukum adat dikenal istilah gadai tanah yang berbeda-beda di
Indonesia, misalnya di Jawa Barat dikenal dengan istilah “Adol Sende”, di
Minangkabau disebut “Menggadai”,di Gorontalo disebut “Monohuloo” dan di
Sulawesi Selatan orang menyebutnya “Batu Ta’gala”, Menurut hukum adat, gadai
adalah lembaga yang telah lama hidup dalam masyarakat Indonesia, seperti yang di
kemukakan oleh Ter Haar BZN (Van Vollenhoven 1985:112), bahwa gadai tanah
dalam pengertian hukum adat yaitu :
Gadai tanah sawah adalah perjanjian yang menyebabkan bahwa tanahnya diserahkan
untuk menerima tunai sejumlah uang dengan permufakatan bahwa si penyerah akan
berhak mengembalikan tanah itu ke dirinya sendiri dengan jalan membayarkan
sejumlah uang yang sama.
   

18
Berdasarkan definisi tersebut di atas, bahwa selama uang gadai belum dilunasi
maka tanah yang digadaikan tetap dalam penguasaan si penegang gadai dan selama
itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak si pemegang gadai.
Menurut Eddy Ruchiat yang dimaksud dengan gadai tanah adalah :
Penyerahan tanah atau empang oleh pihak pertama (pemilik tanah yang memberi
gadai) kepada pihak kedua (yang menerima gadai) atas pembayaran sejumlah uang
tunai dengan perjanjian yang menyerahkan tanah dapat menerima kembali tanah itu
atas pembayaran kembali sejumlah uang yang sama, sehingga merupakan
pemindahan hak sementara.
Dari hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pihak penggadai berhak untuk
menebus kembali tanahnya yang digadaikan itu dan tergantung dari waktu,
kemampuan dari penggadai untuk menebus tanahnya kembali. Pemegang gadai tidak
berhak untuk memaksakan kehendak kepada penggadai agar tanah gadainya ditebus,
bahkan hak untuk menebus ini pun dapat ditebus oleh ahli warisnya. Hal ini terbukti
dengan masih banyaknya tanah pertanian yang digadaikan oleh pemiliknya yang
sudah berlangsung selama bertahun-tahun karena pihak penggadai tidak mampu
menebus kembali tanahnya.
Pengertian gadai tanah menurut Subekti dan Tjitro Soediro (1973:95)
menyatakan bahwa gadai berkaitan dengan status dalam arti pengertian dan
kedudukan yang mempunyai makna :
“Menggadaikan sudah tersirat suatu maksud persyaratan hukum antara kedua
belah pihak yang terlibat dalam gadai menggadai yang diikuti oleh perjanjian atau
kesepakatan bersama”.
Gadai tanah menurut hukum adat tidak mengenal batas waktu kapan
berakhirnya gadai tanah tersebut kecuali apabila antara kedua belah pihak telah
membuat perjanjian mengenai batas waktu gadai tersebut berakhir. Sedangkan
pengertian gadai menurut hukum agraria nasional adalah seperti yang disebutkan
dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 angka 9a yang
berbunyi sebagai berikut :

19
Yang dimaksud dengan hak gadai ialah hubungan antara seseorang dengan
tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai utang uang kepadanya, selama utang
tersebut belum dibayar lunas maka tanah itu tetap berada dalam penguasaan yang
meminjamkan uang tadi (pemegang gadai) selama itu pula hasil tanah seluruhnya
menjadi hak pemegang gadai yang dengan demikian merupakan bunga dari utang
uang tersebut.  
Sedangkan menurut pendapat Effendi Parangin (1986:307) bahwa pengertian
gadai menggadai tanah yaitu :
Gadai menggadai tanah biasanya dilakukan di muka kepala desa atau kepala adat.
Kehadiran pejabat tersebut umumnya bukan merupakan syarat bagi sahnya gadai
menggadai itu, melainkan dimaksudkan untuk memperkuat kedudukan, dan demikian
mengurangi risiko pemegang gadai jika kemudian hari ada sanggahan. Dari gadai
menggadai itu biasanya juga dibuatkan akta atau bukti yang tertulis.  

Jika memperhatikan hal tersebut di atas, pengertian menurut hukum adat di


mana hak menebus gadai tidak disebutkan secara tegas tentang batas waktu
berakhirnya hak gadai, sedangkan menurut UUPA tercantum dalam Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 56 Tahun 1960, bahwa setiap hak gadai yang telah berlangsung tujuh
tahun dinyatakan hapus dan pemberi gadai atau pemilik dapat mengambil tanahnya
kembali tanpa mengembalikan uang gadai. Dengan adanya ketentuan dalam Pasal 7
Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960 tersebut cukup jelas bahwa ketentuan gadai
tanah menurut hukum adat berbeda dengan ketentuan gadai tanah menurut hukum
nasional.
Terdapat tiga hal yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960
yang merupakan Undang-Undang Landeform Indonesia menurut Budi Harsono
(1995:293) yaitu :
Penetapan luas maksimum pemelikan dan penguasaan tanah pertanian

20
penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian dan larangan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah itu
menjadi bagian yang terlampau kecil.
Masalah pengembalian dan penebusan tanah-tanah pertanian yang digadaikan.
Menurut ketentuan hukum adat bahwa selama belum dilakukan penebusan
oleh pemilik tanah, maka hak gadai dapat berlangsung terus, sedangkan menurut
Hukum Agraria Nasional perjanjian gadai tersebut telah berlangsung tujuh tahun,
maka pemilik tanah dapat mengambil tanahnya kembali dari pihak pemegang gadai
tanpa membayar uang tebusan sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa hak
gadai atas tanah pertanian bukanlah hak jaminan.16

D.Tijauan Hukum Islam


1.Pengertian Tijauan Hukum Islam
Adalah aturan yang dijalankan untuk mencapai kebahagiaan
hidup manusia di dunia ini dan di akhirat dengan mengambil segala
manfaat dan mencegah mudarat atau keburukan yang tidak
berguna bagi kehidupan.

2.Dasar-Dasar Hukum Islam

1.  Al qur’an

Kitab suci yang diturunkan kepada ummat muslim sebagai


petunjuk dasar utama dalam menjalankan perintah dan larangan
dalam menjalani kehidupan.

2. Al hadis

16
Ray Pratama Siadari,” Pengertian Gadai Tanah Menurut Hukum Adat dan Menurut
Undang-Undang Pokok Agraria,” https://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertian-gadai-
tanah-menurut-hukum.html (diakses pada 28 november 2019, pukul 17.35)

21
Segala sesuatu yang bersandarkan dari perintah, perilaku dan
persetujuan Nabi Muhammad saw, sebagai penyempurna dari
hukum yang terdapat dari Al qur’an.

3. Ijma’ para ulama

Kesepakatan para ulama dalam menentukan kesimpulan dari


suatu hukum yang berlandaskan dari Al Qur’an dan hadist.

4. Qiyas

menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang


belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama

5. Ijtihad

usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan


oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran
maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang.17

3. Macam-macam Hukum Dalam Islam

1. Wajib (Fardlu)

Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh


seorang muslima yang telah dewasa dan waras (mukallaf), di mana
jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan
mendapat dosa.
17
http://kwalitaspemuda.com/pengertian-hukum-islam-tujuan-dan-sumbernya/

22
Contoh : solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu).membayar
zakat, dan lain-lain.

Wajib terdiri atas dua jenis/macam :

1.      Wajib ‘ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh


semua orang muslim mukalaf seperti sholah fardu, puasa ramadan,
zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.

2.      Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh


muslimmukallaff namun jika sudah ada yang malakukannya maka
menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti mengurus jenazah.

2. Sunnah/Sunnat

Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam


akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa.

Contoh : sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud,


memelihara jenggot, dan lain sebagainya.

Sunah terbagi atas dua jenis/macam:

1. Sunah Mu’akkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan


Nabi Muhammad SAW seperti shalat ied dan shalat tarawih.

2. Sunat Ghairu Mu’akad yaitu adalah sunnah yang jarang


dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW seperti puasa senin
kamis, dan lain-lain.

3. Haram

23
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama
sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun mereka berada
karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka
kelak.

Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada


orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.

4. Makruh

Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak


dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika
ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT.

Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok (mungkin haram).

5. Mubah

Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang


muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat
pahala. Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun,
dan lain sebagainya.18

18
Lihat http://kwalitaspemuda.com/pengertian-hukum-islam-tujuan-dan-sumbernya/

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah strategi umum yang digunakan atau
dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang digunakan untuk
menjawab masalah yang dihadapi.19 Penelitian merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research. Kata research
berasal dari re (kembali) dan to search (mencari),Research berarti
“mencari kembali” atau “suatu usaha pencarian”. 20 Dalam
penelitian dikenal adanya dua metodologi (proses, prinsip, dan
prosedur yang ditempuh seorang peneliti dalam mendekati
permasalahan dan mencari jawabannya).yang dikenal dengan
istilah kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan pada perumusan
masalah yang akan diteliti maka jenis penelitian yang digunakan
oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan,meringkas berbagai kondisi,berbagai situasi,atau
berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang
menjadi objek penelitian. Penelitian ini akan mendeskripsikan hasil
penelitian dengan kata-kata.

Penelitian kualitatif yaitu untuk memperoleh pengetahuan


fenomena sosial dan atau merubah fenomena sosial dengan
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari fenomena sosial itu
19
Sudikin Mundir, Metode Penelitian Pembimbing Dan Mengantar
Kesuksesan Anda Dalam Dunia Penelitian (Surabaya: Insan Cendekia, 2005) , h.
6.
20
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009),
h. 1.

25
sendiri yang menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting
dari sifat suatu barang dan jasa berupa kejadian atau fenomena
gejala sosial.21

fokus penelitian ini adalah pada sistem gedai tanah sawah


yang berada di desa lahotutu,kecamatan wonggeduku,kabupaten
konawe, dan bagaimana dalam tinjauan hukum islam adapun yang
menjadi sub fokusnya adalah yang terdapat dirumusan masalah.

B.Waktu Dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian akan di lakukan setelah proposal ini disetujui yaitu
pada bulan Januari sampai Maret tahun 2020.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa lahotutu kecamatan
wonggeduku kabupaten konawe.
C.Sumber Data
Sumber data menjelaskan tentang dari mana dan dari siapa
data diperoleh, data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana
informasi atau subyek tersebut, serta dengan cara bagaimana data
disaring sehingga validitasnya dapat terjamin. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:
1.Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden dan
orang-orang yang menjadi informan yang mengetahui pokok
permasalahan atau objek penelitian. Responden dalam penelitian
ini adalah 1 orang warga konawe yakni lahotutu,.

Aan komariah, metodologi penelitian kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta,


21

2014), h. 22.

26
2.Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
secara tidak langsung dari sumbernya, seperti mengutip dari buku-
buku, jurnal, website, penelitian terdahulu, dan literatur lainnya
yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.
D.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting
dalam melakukan penelitian sehingga diperlukan keterampilan dari
penulis dalam pengumpulan data tersebut agar diperoleh suatu
data yang valid. Metode atau teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah field research (penelitian
lapangan), yakni untuk mencari dimana peristiwa-peristiwa yang
menjadi objek penelitian berlangsung sehingga mendapatkan
informasi langsung dan terbaru tentang masalah yang berkenaan. 22
Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan relevan, maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi (observation) atau pengamatan adalah
metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan.23 Dalam hal ini, peneliti mengadakan
pengamatan langsung di lokasi penelitian.
2. Metode Wawancara
Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi
bertatap - muka (face – to - face), ketika seseorang yakni
pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

22
Suratno Arsyad Linchon, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,
(Yogyakorta: UPP AMPY KNP, 1995), h. 55.
23
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 220.

27
dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan,
dengan masalah penelitian kepada seseorang responden.24
Sebelum wawancara dimulai, peneliti menyiapkan pertanyaan
sesuai dengan tujuan penelitian data yang diperlukan. Dalam
metode wawancara ini, peneliti akan melakukan wawancara
terhadap keluarga yang berhutang,tokoh adat, tokoh
pemerintah, dan tokoh masyarakat.
3. Metode Dokumentasi
Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mana
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen
yang terkait, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Pada proses dokumentasi, penulis akan
mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
Hasil observasi,wawancara dan dokumentasi kemudian
diakumulasi untuk kemudian dimasukkan dalam skripsi.

E.Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengklasifikasi, mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan
upaya mengelompokkan, menyamakan data yang sama dan
membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada
kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama.25
Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan
seluruh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian,

24
Amirudin dan M. Zainal Asikin, (Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 82
25
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2006), h. 229.

28
biasanya peneliti akan melakukan beberapa tahapan persiapan
data untuk memudahkan proses analisis dan interpretasi hasilnya. 26
Data yang diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya
dianalisis dengan cara yang dilakukan oleh Miles dan Huberman,
yakni :
1. Reduksi data, yaitu semua data yang di lapangan dianalisis
sekaligus dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan
difokuskan pada hal-hal yang penting. Dicari tema dan
polanya sehingga tersusun secara sistematis dan mudah
dipahami. Dalam hal ini peneliti akan menganalisis dan
merangkum data yang diperoleh di lapangan kemudian
memilah-milah data yang sesuai penelitian.
2. Display data, yaitu teknik yang dilakukan oleh peneliti agar
data yang diperoleh yang banyak jumlahnya dapat dikuasai
setelah itu data disajikan. Dalam penelitian kualitatif
penyajian data dapat dilakukan dengan uraian singkat (texs
narative). Dalam hal ini peneliti akan menyajikan data yang
diperoleh dilapangan.
3. Verifikasi data, yaitu teknik analisis data yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari makna data dan mencoba
untuk menyimpulkannya.27 Dalam hal ini peneliti akan
menyimpulkan berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.
Dalam menganalisi data, peneliti menganalisis dengan
merangkum data, display data yaitu peneliti menyajikan data dan
verifikasi data yaitu peneliti menyimpulkan berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan. Pada awal kesimpulan data masih kabur
26
Rosady Ruslan, Metode Penelitian, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2006), h. 166.
27
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2009), h.
92.

29
penuh dengan keraguan tetapi dengan bertambahnya data dan
diambil suatu kesimpulan, pada akhirnya akan ditemukan dengan
mengelola data di lapangan.

F.Teknik Pengecekan Keabsahan Data


Guna memperoleh kesimpulan yang tepat dan obyektif
diperlukan kredibilitas data yang bermaksud untuk membuktikan
bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan apa yang
terjadi. Kriteria kredibiltas data (validitas) digunakan untuk
menjamin bahwa data atau informasi yang dikumpulkan
mengandung kebenaran baik bagi pembaca maupun subyek yang
diteliti. Adapun pengecekan keabsahan data dilakukan melalui
“perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan
triangulasi sumber data dan teknik”.
Perpanjangan pengamatan dalam hal ini adalah peneliti
kembali terjun ke lapangan melakukan pengamatan dan wawancara
ulang dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru
dalam hal ini pihak-pihak yang melakukan hutang dalam memenuhi
biaya perkawinan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti
mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini
merupakan data yang benar atau salah.

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan


lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan
ketekunan ini, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali
apakah data yang telah diperoleh itu benar atau salah. Triangulasi
dalam pengujian kredibiltas ini diartikan “sebagai pengecekan dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu”.

30
Triangulasi dalam hal ini ada tiga yakni triangulasi sumber data,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi sumber data adalah pengujian kredibelitas data


yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik adalah pengujian kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu adalah pengujian kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan waktu yang berbeda.28

DAFTAR PUSTAKA

Sabiq Sayyid, Fiqh Sunnah, Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1971, h.


Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 105.
Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, cet.IV, 2006, h. 606.
Rasyid Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: PT Sinar BaruAlgensindo, 1994, h. 309.
Munte Abdul Karim,”Pengertian Muamalah,”
https://bincangsyariah.com/kalam/fikih-ekonomi--pengertian-muamalah/
(diakses pada 21 November 2019, Pukul 12.13).
Munawwir Ahmad Warson, Kamus Arab- Indonesia (Cet. XIV; Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997).
Ma’luf Louis, al-Munjid fi al-Lughat (Cet. XXI; Dar al-Masyruq, Beirut: 1973).

28
Ibid., h. 327.

31
Minhajuddin, Fiqh tentang Muamalah Masa Kini (Ujungpandang: Fakultas Syariah
IAIN Alaudddin, 1989).
Mubarak Syaiful,” Fiqih Muamalah dan Dasar Prinsipnya”,
https://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/10/fiqh-muamalah-dasar-dan-
prinsipnya_6695.html (Diakses pada 21 November 2019, pukul 12.53).
Kementrian Aganma RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustak Mandiri, 2016), h.203. Ibid, h.47.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kecana, 2013) h. 7-8. Ibid, h. 10.
Dewi Gemala, Dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005),
h. 37.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Op cit., h. 12.
Siadari Ray Pratama,” Pengertian Gadai Tanah Menurut Hukum Adat dan Menurut
Undang-Undang Pokok Agraria,”
https://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertian-gadai-tanah-menurut-
hukum.html (diakses pada 28 november 2019, pukul 17.35).
http://kwalitaspemuda.com/pengertian-hukum-islam-tujuan-dan-sumbernya/
Lihat http://kwalitaspemuda.com/pengertian-hukum-islam-tujuan-dan-sumbernya/

Mundir Sudikin, Metode Penelitian Pembimbing Dan Mengantar Kesuksesan Anda


Dalam Dunia Penelitian (Surabaya: Insan Cendekia, 2005) , h. 6.
Ali Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h. 1.
Komariah Aan, metodologi penelitian kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), h.
22.
Linchon Suratno Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,
(Yogyakorta: UPP AMPY KNP, 1995), h. 55.
Sukmadinata Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 220.
Amirudin dan Asikin M. Zainal, (Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006), h. 82.

32
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.
229.
Ruslan Rosady, Metode Penelitian, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.
166.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 92.Ibid., h.
327.

33

Anda mungkin juga menyukai