No. Dokumen :
5. Prosedur a. Alat
1. Blangko Ananesa
2. Blangko Observasi
3. Blangko Pemeriksaan
4. Handscoon
6. Langkah- 1. Anamnesa
Langkah
a. Menanyakan apakah ada keluhan nyeri saat buang air kecil
b. Menanyakan apakah ada keluhan mengejan saat buang air kecil
c. Menanyakan apakah pancaran urin mengecil
d. Menanyakan apakah ada benjolan lunak di ujung penis akibat
penumpukan smegma
2. Pemeriksaan Klinis
a. Preputium tidak dapat diretraksi keproksimal hingga ke korona
glandis
b. Pancaran urin mengecil
c. Menggelembungnya ujung preputium saat berkemih
d. Eritema dan udem pada preputium dan glans penis
e. Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan
tampak sehat
f. Pada fimosis patalogis pada sekeliling preputium terdapat
lingkaran fibrotik
g. Timbunan smegma pada sakus preputium
3.Pemeriksaan Penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang
4. Diagnosis
Fimosis
5. Diagnosis Banding
a. Parafimosis
b. Balanitis
c. Angioedema
7. Terapi
a. Pemberian salep kortikosteroid (0,05% betametason) 2 kali
perhari selama 2-8 minggu pada daerah preputium. suportif
diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan
yang hilang dari diare dan emesis.
b. Sirkumsisi
c. Konseling dan edukasi
Pemberian penjelasan terhadap orang tua atau pasien agar
tidak melakukan penarikan preputium secara berlebihan ketika
membersihkan penis karena dapat menimbulkan parut.
d. Pasien di rujuk jika mengalami komplikasi berupa infeksi
berulang karena penumpukan smegma
8. Bagan Alir Pasien datang Anamneses khas Fimosis
seperti dimana preputium
tidak dapat diretraksi melewati
Poli umum/BP glans penis
1. Promotif
2. Prefentif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif