Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ryan Ardianto

NIM : 03061282025047

Judul : Pelestarian Bendungan Peninggalan Belanda Watervang sebagai Situs Cagar Budaya
Lokasi : Jl. Yos Sudarso, Batu Urip, Lubuk Linggau Utara II, Kota Lubuklinggau, Sumatera
Selatan 31625
Nama : Bendungan Watervang

Peta :

Pemilik : Kota Lubuklinggau


Foto:
Pada awal abad XX pemeritah Belanda mulai mencanangkan politik etis. Kebijakan ini
diumumkan oleh Ratu Wilhelmina di depan parlemen Belanda dalam upaya mengatasi
kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat pribumi di Hindia Belanda
(Pasandaran 2005, 220). Prinsip sederhana dari pidata Ratu Wilhemnia ini adalah Hindia
Belanda harus dibangun.
Pembangunan ini memerlukan modal yang tidak sedikit. Dengan slogan etis irigasi, edukasi,
dan emigrasi langkah-langkah mengejar kesejahteraan harus segera dilakukan (Mawikere
2002, 56). Politik etis mengubah pandangan dalam politik kolonial yang beranggapan bahwa
Indonesia tidak lagi sebagai wingewest (daerah yang menguntungkan) menjadi daerah yang
perlu dikembangkan sehingga dapat dipenuhi keperluannya (Poesponegoro 2008, 24).
Dalam usaha untuk mengembangkan wilayah Indonesia pemerintah Belanda mulai banyak
membangun bangunan- bangunan air dan melakukan program transmigrasi.
Pembangunan bangunan air diantaranya pembangunan waduk, bendungan, bendung, embung,
dan sebagainya. Pada masa itu kebanyakan pembangunan bangunan air adalah untuk
keperluan irigasi. Tahun 1907 adalah saat yang paling penting bagi sejarah irigasi di
Sumatera. Tahun itu adalah tahun pertama pemerintah Belanda memberikan perhatian yang
cukup besar bagi irigasi di luar pulau Jawa (Asnan 2016, 138). Pembangunan irigasi untuk
kepentingan sawah dan perkebunan lainnya berhubungan erat dengan pembukaan banyak
daerah baru untuk daerah perkebunan di Sumatera (Asnan 2016, 139). Pembukaan daerah
baru ini akhirnya akan mendorong transmigrasi penduduk untuk menambah jumlah tenaga
kerja.
Salah satu bangunan air yang cukup dikenal di wilayah Sumatera Selatan adalah bangunan
yang bernama Bendungan Watervang. Bendungan ini diberi nama watervang yang berasal
dari Bahasa Belanda dengan arti perangkap air. Bendungan Watervang ini berada di Desa
Watervang Kota Lubuklinggau. Bendungan Watervang dibangun pada tahun 1941 oleh
pemerintah Belanda dengan membendung Sungai Kelingi. Bendungan ini memiliki fungsi
awal untuk mengairi persawahan di wilayah Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas.
Bendungan ini dibangun bersamaan dengan pembangunan Dusun Marga Sindang Kelingi
sebagai ibu kota Onder Afdeling Musi Ulu yang menggantikan Muara Beliti. Untuk itu
dibangunlah kota lengkap dengan sarananya, mulai dari pemerintahan, pendidikan,
keamanan, dan pusat ekonomi. Karena wilayah yang awalnya kurang penduduk, di daerah ini
didatangkan penduduk dari Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an sudah ada pemukiman di daerah
yang direncanakan untuk irigasi tetapi pecahnya perang dunia kedua membuat pemerintah
Belanda kurang mendapat manfaat dari rencana pembangunan bendungan dan saluran
irigasinya.

Anda mungkin juga menyukai