Anda di halaman 1dari 2

Nama : Apriadi Saputra

Nim : 213030703191
Kelas :B
Prodi : Ilmu Pemerintahan

Cerita Rakyat Kalimantan Tengah

BAWI KUWU TUMBANG RAKUMPIT


konon sekitar abad ke-18, di sebuah kampung sekitar pertengahan aliran Sungai Rungan tepatnya di
Kelurahan Mungku Baru Kecamatan Rakumpit,tinggallah Bawi Kuwu dan kedua orangtuannya.Ketika
beranjak dewasa wanita cantik itu dilarang orangtuannya untuk keluar rumah dan lebih banyak
menghabiskan waktunya di dalam kamar dengan dikawal dayang-dayang yang setia mengawal dan
menjaga hingga bertahun-tahun lamanya. Pada suatu ketika, kedua orangtua Bawi Kuwu ingin pergi
keladang lalu berpesan kepada dayang-dayang untuk menjaga anak kesanyangan mereka itu di dalam
rumah. Tidak lama setelah kedua orangtuannya itu pergi, tiba- tiba Bawi Kuwu merasakan kepanasan dan
ingin mandi di Sungai Rungan yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka, tentu para dayang yang
mengawal Bawi Kuwu melarangnya untuk keluar rumah, apalagi untuk pergi sendiri ke sungai. Lalu
dayang-dayang itu mengambilkan air kesuangai Rungan untuk memandikan Bawi Kuwu di dalam rumah,
tetapi keinginan dari para dayang itu ditolaknya dan tetap bersikeras untuk pergi sendiri kesuangai itu.
Suasana hampir tidak terkendali tetapi akhirnya para dayang berhasil mencegah keinginan Bawi Kuwu
tersebut. Selang beberapa lama kemudian, rupanya perlakuan dari para dayang itu malah membuat Bawi
Kuwu merasa penasaran. Setelah melihat situasi aman dan lepas dari pengawalan, Bawi Kuwu pergi ke
Sungai Rungan dengan diam-diam tanpa ada yang tahu. Sesampainya di tepi sungai, tepatnya diatas
Lanting (rakit dari kayu dalam bahasa suku dayak) kejadian naas menimpa gadis cantik itu. Tiba-tiba buaya
besar muncul ke permukaan air dan menyambar Bawi Kuwu yang belum sempat mandi di sungai itu, lalu
membawannya ke sarangnya di dalam sungai. Sementara itu situasi di dalam rumah geger setelah para
dayang menyadari bahwa Bawi Kuwu tidak ada didalam kamar. Kemarahan besar muncul dari kedua
orangtua Bawi Kuwu kepada dayang-dayang, karena telah lalai sehingga mereka tidak mengetahui
kemana perginya anak kesayangan mereka itu. Lalu hari itu juga mereka memanggil para tokoh adat dan
orang-orang yang memiliki kesaktian dari suku dayak. Tiga hari tiga malam lamanya, mereka mengadakan
ritual dalam suku dayak untuk mencari Bawi kuwu, dan pada suatu malam, saudara laki-laki dari Bawi
Kuwu bermimpi bertemu dengan Patahu (orang gaib suku dayak) dan memberikan petunjuk bahwa Bawi
Kuwu masih hidup dan sekarang berada didalam perut buaya yang telah membawannya itu. Orang gaib itu
juga berpesa apabila buaya itu muncul, jangan sekali-kali membunuhnya. Lalu saudarnya itu terbangun
dari tidur dan menceritakan tentang mimpinya itu. Ketika itu juga mereka mencari Pangareran (Pawang
buaya dalam bahasa suku dayak), dan tepat pada hari ketiga dalam ritual itu, buaya yang membawa Bawi
Kuwu muncul dari Sungai Rungan lalu bergerak menuju daratan. Setelah melihat buaya besar itu datang,
tiba-tiba rasa sedih bercampur amarah muncul dari saudara laki-laki Bawi Kuwu. Mungkin karena begitu
menyayangi adiknya membuatnya kalap dan lupa akan pesan orang gaib yang menjumpainya didalam
mimpi, lalu ia menombak buaya itu sehingga akhirnya mati. Setelah melihat kejadian itu, mereka langsung
membelah perut buaya dengan peralatan seadanya dan mendapati Bawi Kuwu yang juga sudah tidak
bernyawa lagi, mati bersama-sama dengan buaya itu. Akhirnya suasana duka menyelimuti seluruh kerabat
dan semua yang menyaksikan peristiwa itu.

Anda mungkin juga menyukai