Anda di halaman 1dari 33

-

-
www.lib.umtas.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Setress Hospitalisasi


II.1.1 Pengkajian
1.1.1. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anaknya suka menangis dan rewel.
1.1.2. Pengkajian fokus
Tabel 2.1 Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Mayor
a. Merasa bingung a. Tampak gelisah
b. Merasa khawatir dengan b. Tampak tegang
akibat dari kondisi yang c. Kesulitanuntuk tidur
dihadapi d. Menolak makan
c. Sulit berkonsentrasi e. Sering menangis dan rewel
f. Jika berpisah dengan orang tua anak
akan sering bertanya kapan orang
tua akan datang mengunjungi dan
Gejala dan Tanda Minor menarik diri dari orang lain
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia Gejala dan Tanda Minor
c. Palpitasi a. Frekuensi napas meningkat
d. Merasa tidak berdaya b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Diaforesis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
Sumber :(Nurlaila, Utami, & W, 2018)(SDKI, 2017)
1.1.3. Pengkajian keperawatan pada anak menurut (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013)meliputi verbal dan nonverbal, salah satu
yang digunakan adalah QUESTT, yaitu sebagai berikut:
1) Bertanya pada anak/Question the child (Q)
Pada anak-anak, biasanya menggunakan kata-kata yang
sederhana untuk menggambarkan rasa nyerinya. Menanyakan
lokasi nyeri pada anak akan sangat menolong, selain itu melalui
bermain juga dapat menolong anak untuk menyatakan
ketidaknyamanannya.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

Saat bertanya kepada anak megenai rasa nyeri, perawat harus


mengingat bahwa mereka mungkin menyangkal rasa nyeri
sebab mereka takut nantinya akan disuntik analgesik atau
percaya bahwa mereka pantas mendapakan hukuman dari
beberapa kelakuan buruk mereka.
2) Gunakan rating skala/Use pain rating scale (U)
Rating skala merupakan alat ukur untuk mengukur rasa nyeri
yang bersifat subjektif kuantitatif. Rating skala yang ada sangat
bervariasi. Tidak semua anak dapat diukur melalui rating skla.
Agar hasilnya valid dan dipercaya, rating skala digunakan
berdasarkan umur dan kemampuan anak. Pada anak periode
akhir anak-anak dapat menggunakan rating skala wajah.
a) Faces Anxiety Scale (FAS)

Gambar 2.1 Facial image scale


Faces Anxiety Scale yang dikembangkan oleh (McMurtry,
C.m, Noel,M, Chambers,C.T, & McGrath,P.T, 2010),
berfungsi untuk mengukur kecemasan pada pasien anak
yang sedang dirawat di rumah sakit. Skala penilaian nilai
terendah 0 dan nilai tertinggi 4. Skor 0 memberikan
gambaran tidak ada kecemasan sama sekali, skor 1
menunjukkan lebih sedikit kecemasan, skor 2
menggambarkan sedikit kecemasan, skor 3 menggambarkan
adanya kecemasan, skor 4 menggambarkan kecemasan yang
ekstrim pada anak.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

b) Visual facial anxiety scale (VFAS)

Gambar 2.2 Visual facial anxiety scale


VFAS terdiri dari satu lembar kertas yang di dalamnya
terdapat kategori tingkat kecemasan yaitu tidak ada, ringan,
ringan sedang, berat ringan, sedang tinggi dan tinggi yang di
susun dalam lembar terpisah.
(1) Cocokan wajah yang terpisah dengan angka, A0 (tidak
ada), A1-A2 (ringan), A3-A4 (ringan sedang), A5-A6
(berat ringan), A7-A8 (sedang tinggi) dan A9-A10
(tinggi).
(2) Tandai satu wajah pada setiap kategori tingkat
kecemasan. Wajah pada gambar disusun acak, agar data
atau hasil tidak bias ketika menentukan wajah untuk
nomor dan kategori. (Caos, et al, 2017)
3) Evaluasi perubahan tingkah laku dan fisiologis/Evaluate
behaviour and phsiologic changes (E)
Perubahan tingkah laku merupakan indikator nonverbal anak
terhadap rasa nyeri. Respon perubahan perilaku anak terhadap
nyeri cenderung sesuai dengan usia dan perkembangan anak.
Pada anak-anak sampaiprasekolah biasanya responnya meliputi:
a) Menangis keras atau menjerit,
b) Ekspresi secara verbal, seperti “ow”, “akh”, “sakit”,
c) Memukul dengan tangan atau kaki,
d) Berusaha menjauh dari stimulus sebelum digunakan,
e) Tidak kooperatif,
f) Meminta/memohon agar prosedur tindakan yang dilkukan
segera diakhiri,

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

g) Berpegang erat pada orang tua, perawat, atau orang lain yang
berarti bagi anak,
h) Meminta/memohon dukungan emosional, seperti merangkul,
i) Kelelahan dan mudah marah jika rasa nyeri terus berlanjut.
Untuk mengetahui bentuk dan lokasi nyeri, kita bisa melihat
dari perilaku yang diperlihatkan. Misalnya jika sakit/nyeri
pada telinga, maka anak biasanya memegang telinga, sakit
kepala menggeleng-gelengkan kepala, sakit pada kaki
dengan jalan berjingkit, dan sebagainya. Respon fisiologis
terhadap nyeri yang dapat dilihat adalah kemerahan pada
kulit, keringat banyak, meningkatnya tekanan darah, nadi
dan respirasi, kelelahan, dan terjadi dilatasi pupil. Tanda-
tanda ini sangat bervariasi dan kemungkinan disebabkan oleh
reaksi emosi, seperti ketakutan, marah, atau cemas. Oleh
karena itu, perawat sangat perlu mengenali respon yang
mengindikasikan nyeri.
4) Melibatkan orang tua/Secure parent’s involvement (S)
Orang tua mengetahui tentang anak mereka, sertasensitif
terhadap perubahan-perubahan perilaku anak mereka.
Kemamupuan orang tua mengenali rasa nyeri pada anaknya
sangat bervariasi. Di samping itu, orang tua juga mengetahui
bagaimana cara membuat anaknya merasa nyaman, seperti
mengayun-ayun anaknya, mengajak berputar-putar, atau
bercerita. Agar mendapatkan hasil pengkajian yang terbaik,
sebaiknya perawat menanyakan kepada orang tuanya
bagaimana reaksi anak dalam menghadapi rasa nyeri. Hal ini
sangat penting untuk menunjang proses keperawatan.
5) Tentukan penyebab dan dokumentasikan/Take cause of
pain into account (T)
Jika anak menunjukkan perilaku yang mengarah ke rasa nyeri,
maka alasan untuk rasa tidak nyaman ini perlu diteliti. Patologi
dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menerangkan

10

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

intensitas dan bentuk dari nyeri, misalnya nyeri yang timbul


karena fungsi sumsum tulang lebih dari fungsi vena.
6) Lakukan tindakan dan evaluasi hasilnya/Take action and
evaluate resluts (T)
Tindakan untuk menurunkan rasa nyeri dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu : menggunakan obat-obatan dan tanpa obat-
obatan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara verbal maupun
nonverbal. Dengan nonverbal, bisa dilihat dari perilaku dan
fisiologis anak, sedangkan verbal dengan pernyataan anak dan
rating skala.

II.1.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensialyang bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan(PPNI, 2019). Diagnosa
yang muncul menurut (SDKI, 2017) adalah sebagai berikut :
1.2.1 Ansietas
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subyektif
(1) Merasa bingung
(2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
(3) Sulit berkonsentrasi
b) Objektif
(1) Tampak gelisah
(2) Tampak tegang
(3) Sulit tidur
(4) Sering menangis dan rewel

11

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

2) Gejala dan tanda minor


a) Subjektif
(1) Mengeluh pusing
(2) Anoreksia
(3) Palpitasi
(4) Merasa tidak berdaya
b) Objektif
(1) Frekuensi napas meningkat
(2) Frekuensi nadi meningkat
(3) Tekanan darah meningkat
(4) Diaforesis
(5) Tremor
(6) Muka tampak pucat
(7) Suara bergetar
(8) Kontak mata buruk
(9) Sering berkemih
(10) Berorientasi pada masa lalu
3) Kondisi klinis terkait
a) Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit autoimun)
b) Penyakit akut
c) Hospitalisasi
d) Rencana operasi
e) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
f) Penyakit neurologis
g) Tahap tumbuh kembang
Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi yang ditandai dengan anak
sering menangis dan rewel.

12

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

II.1.3 Perencanaan
Rencana keperawatan yang efektif pada anak yang dirawat haruslah
berdasarkan identifikasi kebutuhan anak-keluarga. Anggota keluarga dan
anak harus berperan aktif dalam mengembangkan suatu rencana
keperawatan (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013).
Dalam membuat penulisan tujuan keperawatan biasanya ditulis
dengan tujuan dan dtambah kriteria hasil, kemudian kita menggunakan
kriteria hasil dengan prinsip “SMART” sebagai berikut :
S (Spesific) : tiap kriteria berisi tujuan yang spesifik (jangan
mendua/samar/ambiguous)
M (Measurable) : artinya dapat terukur
A (Attainable) : artinya dapat dicapai
R (Realistic) : artinya rasional/masuk akal
T (Timely) : artinya ada waktu yang ditetapkan
Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi
Tabel 2.2Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Utama Intervensi
Hasil Pendukung

1. Ansietas Setelah dilakukan a. Reduksi a. Bantuan kontrol


tindakan ansietas marah
keperawatan selama b. Terapi relaksasi b. Biblioterapi
c. Dukungan emosi
3x8 jam, diharapkan
d. Dukungan hipnosis
kecemasan bisa diri
teratasi dengan e. Dukungan
kriteria hasil : kelompok
f. Dukungan
a. Klien mampu keyakinan
menggambarkan g. Dukungan
kecemasan pola memaafkan
kopingnya h. Dukungan
sendiri. pelaksanaan
b. Klien ibadah
menunjukan i. Dukungan
peningkatan pengungkapan
konsentrasi dan kebutuhan
ketepatan fikiran j. Dukungan proses
c. Klien berduka
menunjukkan k. Intervensi krisis
kemampuan l. Konseling
untuk m. Manajemen
demensia

13

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

meyakinkan diri n. Persiapan


sendiri pembedahan
d. Klien dapat o. Terapi distraksi
mempertahanka p. Terapi hipnosis
n tingkat fungsi q. Terapi imajinasi
peran yang terbimbing
diinginkan r. Terapi
beserta menenangkan
pemecahan s. Terapi biofeedback
masalahnya t. Terapi diversionall
e. Klien dapat u. Terapi musik
mengidentifikasi v. Terapi Puzzle
dan w. Terapi
mengemukakan penyalahgunaan
pemiicu zat
kecemasan, x. Terapi relaksasi
konflik dan otot progresif
ancaman y. Terapi reminisens
f. Klien z. Terapi seni
menunjukkan aa. Terapi validasi
kembalinya
keterampilan
dasar dalam
pemecahan
masalah
g. Klien
menunjukkan
peningkatan
fokus fikiran
h. Klien memiliki
fostur, ekspresi
wajah, gerakan
dan tingkat
aktivitas yang
mencerminkan
penurunan
tekanan setres
atau cemas
i. Klien
menunjukkan
pengendalian
diri terhadap
kecemasan
Sumber : (SIKI, 2018)

14

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

II.1.4 Pelaksanaan
Merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan yang sesuai dengan memprioritaskan
masalah, meerumuskan tujuan dan kriteria hasil sesuai SMART dan
merumuskan intervensi. Dalam penggunaan pelaksanaan harus
menggunakan kata kerja me-,ber-, dan yang lainnya misalnya dari terapi
bermain (Puzzle) penggunaanya menjadi menerapkan bermain (Puzzle).

II.1.5 Evaluasi
Evaluasi menurut (Olfah, 2016), didasarkan pada bagaimana
efektifnya intervensi-intervesi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan
yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat respons keluarga dan
hasil, bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan. Meskipun
evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien paling relevan, seringkali
membuat frustasi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam membuat
kriteria objektif untuk hasil yang dikehendaki. Rencana perawatan
mengandung kerangka kerja evaluasi.
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap
kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan. Sebelum
perencanaan-perencanaan dikembangkan, perawat bersama keluarga perlu
melihat tindakan-tindakan perawatan tertenu apakah tindakan tersebut
benar-benar membantu.
1.5.1 Jenis evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan
sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif
(dengan proses dan evaluasi akhir). Evaluasi dapat dibagi menjadi 2
jenis yaitu:
1) Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
2) Evaluasi akhir (formatif)

15

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan


antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan
diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses
keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data,
masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
1.5.2 Komponen dari evaluasi SOAP/SOAPIER
S: Data subjektif
Data subyektif adalah data kualitatif berdasarkan
pengungkapan yang pertama kali pasien katakan atau keluhan
utama yang masih dirasakan oleh pasien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
O : Data objektif
Data objektif adalah data kuantitatif berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada
pasien, seperti apa yang terlihat dari kondisi pasien dan yang
dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisis
Analisis yaitu bentuk interpretasi dari data subjektif dan
objektif. Analisis merupakan kesimpulan berdasarkan data
subjektif dan objektif.
P : Planing
Planingadalah perencanaan keperawatan yang akan
dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.
I: Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam
komponen P (Planing), jangan lupa menuliskan tanggal dan
jam pelaksanaannya.

16

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

E : Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
R : Reassesment
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari
rencana tindakan perlu dilanjutkan, ditambah, dimodifikasi,
atau dihentikan?.

II. 2 Terapi Bermain PuzzleUntuk Menurunkan StresHospitalisasi Pada


Anak
II. 2.1 Konsep bermain
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk
anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan
aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan
kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan
mental anak. Dengan bermain anak akan mendapatkan kegembiraan dan
kepuasan(Saputro & Fazrin, 2017).
Terapi bermain merupakan usaha mengubah tingkah laku
bermsalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain. Biasanya ada
ruangan khusus yang tlah diatur sedemikian rupa sehingga anak bisa merasa
lebih santai dan dapat mengekspresikan segala perasaan dengan bebas.
Dengan cara ini, dapat diketahui permasalahan anak dan bagaimana
mengatasinya(Adriana, 2011).
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi
dan perilaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan
beragam dalam perkembangan mereka. Anak-anak tidak seperti orang
dewasa yang dapat berkomunikasi secara alami melalui kata—kata, mereka
lebih alami mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas(Saputro
& Fazrin, 2017).

17

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

II. 2.2 Fungsi bermain di rumah sakit


Menurut (Adriana, 2011), fungsi bermain anak di rumah sakit banyak sekali
diantaranya yaitu:
1) Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing.
2) Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol.
3) Membantu mengurangi setress terhadap perpisahan.
4) Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh,
fungsinya, dan penyakit.
5) Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan serta prosedur media.
6) Memberi peralihan (distraksi) dan relaksasi.
7) Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing.
8) Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi
perasaan.
9) Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap
yang positif terhadap orang lain.
10) Memberi cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
11) Memberi cara untuk mencapai tujuan terapeutik.

II. 2.3 Kategori Bermain


2.3.1 Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan
anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya
mewarnai gambar, melipat kertas oigami, puzzle dan menempel
gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran
misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain menebak kata.
2.3.2 Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak
hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan
membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi

18

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Saputro &


Fazrin, 2017).

II. 2.4 Klasifikasi Permainan


Menurut (Saputro & Fazrin, 2017), klasifikasi permainan ada 3 macam,
yaitu:
2.4.1 Berdasarkan isinya
1) Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tua dan orang lain. Permainan
yang bisa dilakukan adalah “cilukba”, berbicara sambil
tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada bayi
untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil
tersenyum dan tertawa.
2) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau
benda-benda apa saja yang dapat dibentuk dengan pasir. Bisa
juga dengan menggunakan air anak akan melakukan bermacam-
maacam permainan seperti memindahkan air ke botol, bak atau
tempat lain.
3) Permainan keterampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan pada anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan
terampil akan memegang benda-benda kecil, memindahkan
benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan terampil
naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.

19

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

4) Permainan simbolik atau pura-pura (draumatic play role)


Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
orang dewasa. Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya
sebagai yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang
peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk
memproses/mengidentifkasi anak terhadap peran tertentu.
2.4.2 Berdasarkan jenis permainan
1) Permainan (Games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atu skor. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak
sekali jenis permainan ni yang dimulai dari sifat tradisional
maupun modern seperti ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-
lain.
2) Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied
behaviour)
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya
anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau
objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu
yang menarik perhatiannya.
2.4.3 Berdasarkan karakteristik sosial
1) Solitary play
Dimulai dari bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau indepnden walaupun ada orang lain disekitarnya.
Hal ini karena keterbatasan sosial, keterampilan fisik dan
kognitif.

20

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

2) Paralel play
Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah yang
masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu
sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung dan
karakteristk khusus pada usia toddler.
3) Associative play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok yang mulai
dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan
merupakan permaiinan dimana anak dalam kelompok dengan
aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
4) Cooperative play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang dimulai dari usia prasekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
5) Onlooker play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi
tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan
itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
6) Therapeutic play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi setress, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis, permainan
dengan menggunakan alat medik dapat menurunkan kecemasan
dan untuk pengajaran perawatan diri. Pengajaran dengan melalui
permainan dan harus diawasi seperti menggunakan boneka
sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti
mempergakan dan melakukan gambar-gambar seperti gips,
injeksi, memasang infus, dan sebagainya.

21

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

II. 2.5 Alat Permainan Edukatif (APE)


Menurut(Sutini, 2018), alat permainan edukatif merupaakan alat
permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan
perkembangan anak, dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu
dapat mengembangkan kemampuan fisiknya, bahasa, keampuan
kognitifnya dan adaptasi sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkebangan
secara optial, mmaka alat permainan ini harus aman, ukurannya sesuai
dengan anak usia anak, modelnya jelas, menarik, sederhana dan tidak
mudah rusak.
Pada kenyataannya masyarakat kadang kurang memahami
penggunaan alat permainan edukatif ini. Banyak orang tua membeli mainan
tanpa memperdulikan kegunaannya sehingga terkadang harganya mahal
tetapi tidak sesuai dengan umur anak. Untuk mengetahui alat permainan
edukatif, di bawah ini beberapa contoh alat permainan yang bersifat edukatif
seperti :
1) Permainan sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan
didorong. Jenis ini mempunyai fungsi pendidikan dalam pertumbuhan
fisik atau motorik kasar.
2) Untuk mengembangkan motorik halus alat-alat permainan dapat berupa
gunting, pensil, bola, balok, lilin, dan sebagainya.
3) Buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio dan
lain-lain dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif
atau kecerdasan anak.
4) Alat permainan sepertii buku gabar, buku cerita, majalah, radio, tape
dan televisi dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan
bahasa.
5) Alat permainan seperti gelas plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri
sendiri.
6) Alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan untuk
mengembangkan tingkah laku sosial.
Selain penggunaan alat permainan secara edukatif, peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain sangat penting. Orang tua harus memahami dan

22

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar


dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai serta memberikan
kesempatan untuk mandiri. Peran orang tua lainnya dalam kegiatan
bermainan anak adalah:
1) Memotivasi
Dengan memberikan motivasi, anak akan semakin percaya diri dan
yakin akan kemampuan yang ia miliki.
2) Mengawasi
Pengawasan dalam bermain juga mutlak dipelukan apapun jenis
permainannya, hal ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan seperti jatuh saat bermain.
3) Mitra
Peran orang tua sebagai mitra bermain akan memunculkan rasa
kekompakkan dan melatih anak untuk bisa bekerja sama saat bermain.

II. 2.6 Permainan Puzzle


Menurut Kamus Pintar Bahasa Inggris Indonesia puzzle berarti teka-
teki. Menurut (Indriana, 2011) berpendapat bahwa puzzle adalah sebuah
permainan untuk menyatukan pecahan kepingan untuk membentuk sebuah
gambar atau tulisan yang telah ditentukan. Sebagaimana (Indriana, 2011)
mengemukakan bahwa puzzle memiliki keunggulan yakni memiliki
bermacam-macam warna sehingga menarik minat anak untuk bermain di
rumah sakit.
Permainan ini membutuhkan pendamping petugas dan diupayakan
puzzle yang lebih besar agar anak mudah menyusun dan memegangnya.
Pilih gambar puzzle yang tidak asing bagi anak, sebelum gambar puzzle
dipisah-pisah, tunjukkan ke anak gambar puzzle yang dimaksud, kemudian
ajak dan dampingi anak untuk menyusun puzzle, seperti dimulai di pojok
dahulu atau bagian samping terlebih dahulu. Hal yang perlu diperhatikan
dalam puzzle ini adalah jumlah puzzle yang dipasang/susun tidak lebih dari
6 potongan (Saputro & Fazrin, 2017).

23

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

Menurut (Situmorang M.A, 2012), menyebutkan bahwa terdapat


lima jenis puzzle yaitu:
1) Spelling puzzle, yaitu puzzle yang terdiri dari hurf-huruf acak yang
dijodohkan menjadi kosa kata yang benar sesuai dengan pertanyaan atau
pernyataan.
2) Jigsaw puzzle, yaitu puzzle yang berupa beberapa pertanyaan atau
pernyataan untuk dijawab, kemudian dari jawaban itu diambil huruf-
huruf pertama untuk dirangkai menjadi sebuah kata yang merupakan
jawaban dari pertanyaan yang paling akhir.
3) The thing puzzle, yaitu puzzle yang berupa deskripsi kalimat-kalimat
yang berhubungan dengan gambar-gambar benda untuk dijodohkan.
Pada akhirnya deskripsi kalimat akan berjodoh dengan gambar yang
telah disediakan.
4) The letter(s) raeedniess puzzle, yaitu puzzle yang berupa gambar-
gambar disertai dengan huruf-huruf dan nama gambar tersebut, tetapi
huruf itu lengkap seutuhnya.
5) Crossword puzzle, yaitu puzzle yang berupa pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab dengan cara memasukkan jawaban (huruf/angka)
tersebut ke dalam kotak-kotak yang tersedia baik secara horizontal
maupun vertical. Puzzle jenis ini sering disebut sebagai teka-teki silang
(TTS).

II. 2.7 Tempat bermain


Menurut (Adriana, 2011), tempat bermain untuk pasien di rumah
sakit bisa di dalam kamar pasien, ruangan khusus atau di halaman,
tergantung dari situasi dan kondisi anak. Namun, sebaiknya dilakukan di
ruang bermain untuk memberikan kesan santai pada anak dan anak akan
merasa lebih aman dan nyaman bermain. Untuk bayi usia 0-1 tahun bermain
bisa dilakukan di atas tempat tidur pasien, sementara itu anak usia di atas 1
tahu, tempat bermain bisa dilakukan di ruang bermain di dalam ruangan atau
di halaman. Perlu pengawasan petugas dan keterlibatan keluarga pada saat

24

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

aktivitas bermain sehingga anak akan merasa aman dan gembira. Untuk
keamanan tempat bermain, sebaiknya ikuti pedoman di bawah ini:
1) Pastikan bahawa alat-alat bermain tidak mempunyai tepi, sudut, atau
proyeksi yang tajam.
2) Pastikan untuk tidak bertelanjang kaki.
3) Periksa area permukaan yang aman dan berpegas di bawah alat-alat,
seperti pasir atau potongan kayu, untuk mengurangi efek dari jatuh.
4) Pastikan bahwa ukuran alat sesuai dengan anak.
5) Pastikan bahwa tidak terdapat lubang atau tempat lin di mana jari,
lengan, kaki, dan leher dapat terjerat.
6) Ketinggian seluncur tidak boleh lebih dari 30º dan harus mempunyai
lingkar untuk memanjat dan “terowongan” pelindung.
7) S-hook pada sayap harus tertutup.
8) Periksa adanya sampah, kaca pecah, kawat terkelupas, stop kontak
listrik, atau kotoran binatang.

II. 2.8. Hospitalisasi pada anak


Menurut (Nurlaila, Utami, & W, 2018) hospitalisasi adalah kondisi
sakit dan perawatan di rumah sakit merupakan kondisi krisis bagi anak dan
dapat menyebabkan setres. Khususnya pada bayi dan anak usia toddler dan
prasekolah, setres hospitalisasi dapat disebabkan karena :
1) Perubahan kegiatan dan lingkungan.
2) Keterbatasan mekanisme koping pada anak untuk menghadapi setres.
3) Kehilangan kontrol
Perasaan kehilangan kontrol di rumah sakit akan meningkatkan setres
pada anak saat menjalani rawat inap. Berbagai macam situasi yang
menyebabkan anak kehilangan kontrol adalah pembatasan kegiatan
fisikdan terapi pengobatan rutin.
4) Nyeri
Takut adanya perlukaan tubuh dan nyeri seringkali menjadi setressor
bagi anak di rumah sakit. Pada perawatan di rumah sakit, perawat
sebaiknya memperhatikan adanya risiko cedera pada anak serta reaksi
nyeri pada berbagai tingkatan usia.

25

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

Menyiapkan anak untuk hospitalisasi, ketakutan yang timbul


biasanya disebabkan oleh tidak mempunyai pengalaman dirawat atau
ketidaktahuan tentang prosedur tindakan. Bila anak tidak mempunyai
koping yang efektif, hal tersebut akan menimbulkan setres. Hal tersebut
dapat dicegah dengan memberikan pejelasan kepada anak dengan cara
membawa anak berkeliling di rumah sakit atau dapat dijelaskan melalui
pertunjukan boneka. Pada waktu anak didaftar untuk dirawat, perawat
menjelaskan prosedur-prosedur yang akan dilakukan pada anak
(Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013).
1) Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan
a) Rooming In
Rooming In yaitu ketika orang tua dan anak tinggal bersama. Jika
tidak bisa, sebaiknya orang tua dapat melihat anak setiap saat
untuk mempertahankan kontak/komunikasi antara orang tua dan
anak.
Jika orang tua tidak dapat tinggal bersama anaknya, perawat
mengantisipasi terhadap tahapan protes yang akan terjadi pada
anak. Jika anak menolak terhadap perawat, maka perawat dapat
mendudukkan anak ke dalam ruangan dan berkata, “Saya tahu
bahwa kamu tidak bahagia karena kehilangan ibumu atau ayahmu.
Tidak apa-apa jika kamu menangis, saya akan duduk di sini
sehingga kamu tidak merasa ksepian”. Hal tersebut menyadarkan
anak bahwa perawat mengerti perasaan mereka dan tidak akan
meninggalkan mereka.
Perpisahan juga merupakan hal yang sulit bagi orang tua. Anak-
anak pada tahap protes sangat sulit sekali meninggalkannya.
Orang tua sering mencari alasan atau mencuri waktu untuk tidak
dapat meninggalkannya. Di samping itu, orang tua selalu merasa
khawatir tentang perilaku anaknya setelah ditinggalkan. Banyak
orang tua berpikiran bahwa setelah ditinggalkan anak akan
menangis berjam-jam, sehingga ini membuat orang tua merasa
cemas. Untuk mengatasi hal tersebut, perawat dapat menceritakan

26

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

pada orang tua tentang perilaku anaknya setelah ditinggalkannya


dan mengatakan hal tersebut masih dalam batas normal agar orang
tua tidak cemas. Anak-anak mempunyai konsep yang sedikit
mengenai waktu. Sering kali mereka bertanya, “Apakah ibu saya
akan datang besok?”. Mereka tidak mengerti arti jam, hari, dan
minggu, dalam mengukur waktu mereka selalu menghubung-
hubungkan dengan sesuatu. Misalnya, dalam menentukan jam
makan malam adalah jika ayah datang ke rumah. Untuk menolong
orang tua anak dalam mengatasi hal tersebut di atas, perawat
menjelaskan pada orang tua bagaimana menjelaskan “waktu pagi”
dan “waktu datang” pada anak. Misalnya, jika orang tua harus
pergi bekerja atau pulang untuk memberi makan anak yang
lainnya di rumah, mereka harus menjelaskannya pada anak. Untuk
menjelaskan kapan orang tua akan kembali ke rumah sakit
hendaknya dihubungkan dengan kejadian-kejadian tertentu,
misalnya jika orang tua akan kembali pada esok paginya, mereka
dapat mengatakan kepada anak, “Saya akan kembali pada saat
matahar terbit” atau “Saya akan kembali pada acara Doraemon
atau Telettubis di TV (acara yang digemari anak)”.
b) Partisipasi orang tua
Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak
yang sakit terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan,
misalnya memberikan kesempatan pada orang tua untuk
menyiapkan makanan pada anak atau memandikan. Perawat
berperan sebagai pemberi pendidikan kesehatan terhadap
keluarga.
c) Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengan
mendekorasi dinding memakai poster/kartu bergambar sehingga
anak merasa aman jika berada di ruang tersebut.
2) Meminimalkan perasaan kehilangan kontrol
Perasaan kehilangan kontrol berasal dari perpisahan, pembatasan
fisik, perubahan-perubahan dari hal-hal yang bersifat rutin, serta

27

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

ketergantungan. Hal tersebut di atas tidak dapat dihindarkan. Oleh


karena itu, rencana asuhan keperawatan yang dibuat hendaknya dapat
meminimalkan rasa kehilangan kontrol tersebut.

a) Mengusahakan kebebasan bergerak


Pembatasan fisik/immobiisasi pada anak untuk mempertahankan
aliran infus dapat dicegah jika anak kooperatif. Untuk anak-anak,
kontak orang tua pada anak mempunyai arti penting untuk
mengurangi setres akibat penahanan. Pada tindakan/prosedur yang
menimbulkan nyeri, orang tua dipersiapkan untuk membantu,
mengobservasi, atau menunggu di luar ruangan. Pada beberapa
kasus pasien yang diisolasi, misalnya luka bakar berat, lingkungan
dapat dimanipulasi untuk meningkatkan kebebasan sensori,
misalnya dengan menempatkan tempat tidur didekat pintu jendela,
memberi musik, dan sebagainya.
b) Mempertahankan kegiatan rutin anak
Kehilangan kegiatan rutinitas merupakan stresor bagi anak-anak.
Hal ini akan meningkatkan setres akibat perpisahan. Oleh karena
itu, sedapat mungkin dalam membuat rencana asuhan
keperawatan berdasarkan aktivitas yang biasa dilakukan anak
sewaktu di rumah.
Teknik untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, yaitu dengan jadwal kegiatan yang
terstruktur (time structuring) yang meliputi semua kegiatan yang
penting bagi anak, seperti prosedur tindakan, waktu bermain,
nonton TV. Jadwal tersebut disusun oleh perawat, orang tua, dan
anak secara bersama-sama.
c) Dorongan anak untuk independen
Anak pada periode anak-anak mulai belajar untuk otonomi. Anak
mulai belajar menjadi independen dan sangat menyenangi peran
barunya tersebut. Hospitalisasi membuat anak bergantung pada
orang lain, sehingga menimbulkan perasaan kehilangan kontrol.

28

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

Untuk mengatasi hal tersebut, anak sebaiknya diberi kesempatan


untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan, misalnya anak diberi
kesempatan untuk memilih makanan atau mengatur waktu tidur.
3) Mencegah dan meminimalkan perlukaan tubuh dan rasa sakit
Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
sangat penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat dapat
menjelaskan apa yang akan dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh
anak jika dia merasa takut, dan sebagainya.
Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi ketakutan akibat
perlukaan tubuh, misalnya jika anak takut diukur suhu tubuhnya
melaluui rektal, maka dapat dilakukan melalui aksila/ketiak. Untuk
mengatasi rasa nyeri dapat dlkukan dengan pengobatan dan tanpa
obat, misalnya dengan distraksi.
4) Memaksimalkan manfaat dari hosptalisasi
Walaupun hospitalisasi merupakan setres bagi anak dan keluarga, tapi
juga membantu memfasilitasi perubahan ke arah positif antara anak
dan anggota keluarga.
a) Membantu perkembangan hubngan orang tua dan anak
Hospitalisasi memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika orang tua tahu
reaksi anak terhadap setres, seperti regresi dan agresif, maka
mereka cepat memberi dukungan dan akan mempeluas pandangan
orang tua dalam merawat anak yang sakit.
b) Memberi kesempatan untuk pendidikan
Hospitalisasi memberi kesempatan pada anak dan anggota
keluarga belajar tentang tubuh dan profesi kesehatan.
c) Meningkatkan penguasaan atau kotol diri (self mastery)
Pengalaman menghadapi krisis seperti penyakit atu hospitalisasi
akan member kesempatan untuk mengontrol diri. Anak yang lebih
muda, termasuk anak-anak, mempunyai kesempatan untuk
mengetes fantasinya melawan realita yang menakutkan. Mereka

29

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

menyadari bahwa mereka tidak sendirin dan tidak dihukum. Pada


keyataannya mereka dicintai dan dirawat.
d) Memberi kesempatan untuk sosialisasi
Jika anak yang dirawat dalam satu ruangan usianya sebaya, maka
akan membantu anak untuk belajar tentang diri mereka. Sosialisasi
juga dapat dilakukan dengan tim kesehatan. Selain itu, orang tua
juga memperoleh kelompok sosial bar dengan orang tua anak yang
mempunyai masalah yang sama.
5) Memberi dukungan pada anggota keluarga
Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan
anak untuk membantu orang tua. Mengidentifikasi alasan spesifik dari
perasaan dan responnya terhadap setres dan memberi kesempatan
kepada orang tua untuk mengurangi beban emosinya.
a) Memberi informasi
Salah satu intervensi keperawatan yang penting adalah
memberikan informasi sehubungan dengan penyakit, prosedur
pengobatan dan prognosis, reaksi emosional anak terhadap sakit
dan dirawat, serta reaksi emosional keluarga terhadap anak yang
sakit dan dirawat.
b) Melibatkan saudara
Keterlibatan saudara sangat penting untuk mengurangi setres pada
anak. Misalnya, keterlibatan dalam program bermain,
mengunjungi saudara yang sakit secara teratur, dan sebagainya.
6) Bermain untuk mengurangi setres akibat hospitalisasi
Bermain penting untuk kesehatan mental, emosional, dan sosial. Oleh
karena itu, sangat penting adanya ruang bermain khusus bagi anak
untuk memberi rasa aman dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan
aktiitas di rumah sakit, perlu diperhatikan prinsip-prinsip bermain dan
permainan yang sesuai dengan usia atau tingkat pertumbuhan serta
perkembangan anak sehingga tujuan bermain yaitu untuk
mempertahankan proses tumbuh kembang dapat dicapai secara
optimal. Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam aktivitas

30

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

bermain sangat penting karena anak akan merasa aman sehingga dia
mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan terbuka.
Pada diagnosa diatas yaitu tentang ansietas berhubungan dengan
hospitalisasi bisa diatasi dengan terapi bermain (Puzzle), menurut
(Kurdaningsih, 2015) bahwa terapi bermain (Puzzle) merupakan suatu
kegiatan positif yang dapat memberikan rasa nyaman dan bahagia
anak serta dengan cara ini juga efektif untuk melupakan sejenak
kecemasan-kecemasan anak atau mengistirahatkan pikiran anak yang
menjalani hospitalisasi dengan cara menyalurkan kelebihan energi
atau ketegangan (psikis) anak melalui suatu kegiatan yang
menyenangkan dan dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan.
a) Tujuan bermain di rumah sakit adalah sebagai berikut :
(1) Dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selma
perawatan sehingga tumbuh kembang tetap berlangsung terus
tanpa terhambat oleh keadaan anak.
(2) Dapat mengekspresikan pikiran dan fantasi anak.
(3) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman
perminan yang tepat.
(4) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap setres
karena penyakit aatau dirawat di rumah sakit dan anak
mendapatkan ketenangan dalam bermain.
b) Prinsip bermain di rumah sakit
Dalam melakukan aktivitas bermain untuk anak yang dirawat di
rumah sakit, perawat hendaknya memperhatikan prinsip bermain
sebagai berikut :
(1) Tidak banyak energi, singkat, dan sederhana.
(2) Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
(3) Kelompok umur yang sama.
(4) Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
(5) Semua alat permanan dapat dicuci.
(6) Melibatkan orang tua.

31

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

II. 2.9Reaksi setres hospitalisasi pada usia prasekolah


Anak usia prasekolah lebih dapat menoleransi periode perpisahan
dengan orang tua. Anak usia toddler juga lebih mudah beradaptasi dengan
orang dewasa yang baru dikenalnya. Reaksi setres hosptalisasi pada anak
usi prasekolah meliput menolak makan, kesulitan untuk tidur, sering
menangis, jika berpisah dengan orang tua anak akan sering bertanya kapan
orang tua akan datang mengunjungi dan menarik diri dari orang
lain(Nurlaila, Utami, & W, 2018).

II. 2.10 Efek hospitalisasi pada anak


2.10.1 Faktor risiko individu
Sejumlah risiko membuat beberapa anak lebih rentan daripada
yang lainnya terhadap penyebab setres di rumah sakit antara lain:
a. Temperamen yang sulit
Anak-anak bertemperamen sulit biasanya sangat aktif, peka
rangsang, dan mempunyai kebiasaan yang tidak teratur. Anak
dengan tipe temperamen ini lambat beradaptasi dengan
rutinitas, orang, atau situasi baru. Ekspresi mood biasanya
kuat dan terutama negatif. Mereka sering menangis dan
frustasi sering menmbulkan kekerasan.
b. Kurangnya kecocokan antara anak dengan orang tua.
c. Usia (khususnya anak usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun).
d. Anak laki-laki.
e. Kecerdasan di bawah rata-rata.
f. Berbagai macam penyebab hospitalisasi dan waktu lamanya
hospitalisasi (frekuensi hospitalisasi).

2.10.2 Perubahan pada populasi anak yang di rumah sakit


Alasan anak dirawat di rumah sakit saat ini sudah berbeda
dibandingkan dengan dua dekade yang lalu. Terlepas dari tren
yang berkembang tentang penyakit yang diderita anak selama
dirawat di rumah sakit, sebagian besar anak diirawat di rumah
sakit dengan masalah yang lebih serius dan kompleks daripada

32

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

anak yang dirawat di rumah sakit pada masa lalu. Fokus


perawatan anak dalam beberapa tahun terakhir adalah pada
peningkatan lama rawat inap, karena perawatan medis dan
masalah yang kompleks serta diagnosis yang sulit dipahami dan
masalah psikososial anak yang rumit (Nurlaila, Utami, & W,
2018).

II. 2.11Hospitalisasi dan Dampaknya


Menurut (Saputro & Fazrin, 2017) hospitalisasi adalah masuknya
individu ke rumah sakit sebagai pasien dengan berbagai alasan seperti
pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian
obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi ini
suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.
Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi stressor baik terhadap anak, orang tua, maupun keluarga,
perubahan kondisi ini merupakan masalah besar yang menimbulkan
ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat menyebabkan perubahan
fisiologis dan psikologis pada anak.
Hospitalisasi juga berdampak pada perkembangan anak, anak yang
sakit dan di rawat akan mengalami kecemasan dan ketakutan. Dampak
jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani
akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan
pengobatan yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari
rawat, memperberat kondisi anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian
pada anak. Dampak jangka panjang dari anak sakit dan dirawat yang tidak
segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dan kemampuan membaca
yang buruk, memiliki gangguan bahasa, dan perkembangan kognitif,
menurunnya kemampuan intelektual dan sosial serta fungsi imun.

33

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

II. 2.12Manfaat Hospitalisasi


Menurut (Saputro & Fazrin, 2017), meskipun hospitalisasi
menyebabkan setress pada anak, hospitalisasi juga dapat memberikan
manfaat yang baik, antara lain menyembuhkan anak, memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengatasi setress dan merasa kompeten
dalam kemampuan koping serta dapa memberikan pengalaman
bersosialisasi dan memperluas hubungan interpersonal mereka.
Dengan menjalani rawat inap hospitalisasi dapat menangani
masalah kesehatan yang dialami anak, meskipun hal ini dapat menimbulkan
krisis. Manfaat psikologis selain diperoleh anak juga diperoleh keluarga,
yakni hospitalisasi anak dapat memperkuat koping keluarga dan
memunculkan strategi koping baru. Manfaat psikologis ini perlu
ditingkatkan dengan melakukan berbagai cara, diantaranya adalah :
2.12.1 Membantu mengembangkan hubungan orang tua dengan
anak
Kedekatan orang tua dengan anak nampak ketika anak dirawat di
rumah sakit. Kejadian yang dialami ketika anak harus menjalani
hospitalisasi dapat menyadarkan orang tua dan memberikan
kesempatan kepada orang tua untuk memahami anak-anak yang
bereaksi terhadap setress, sehingga orang tua dapat lebih
memberikan dukungan kepada anak untuk siap menghadapi
pengalaman di rumah sakit serta memberikan pendampingan
kepada anak setelah pemulangannya.
2.12.2 Menyediakan kesempatan belajar
Ketika sakit dan harus menjalani rawat inap dapat memberikan
kesempatan belajar baik bagi anak maupun orang tua tentang tubuh
mereka dan profesi kesehatan. Anak-anak yang lebih besar dapat
belajar tentang penyakit dan memberikan pengalaman terhadap
profesional kesehatan sehingga dapat membantu dalam memilih
pekerjaan yang nantinya akan menjadi keputusannya. Orang tua
dapat belajar tentang kebutuhan anak untuk kemandirian,

34

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

kenormalan dan keterbatasan. Bagi anak dan orang tua, keduanya


dapat menemuan sistem support yang baru dari staf rumah sakit.
2.12.3 Meningkatkan penguasaan diri
Pengalaman yang dialami ketika menjalani hospitalisasi dapat
memberikan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan diri
anak. Anak akan menyadari bahwa mereka tidak
disakiti/ditinggalkan tetapi mereka akan menyadari bahwa mereka
dicintai, dirawat dan diobati dengan penuh perhatian. Pada anak
yang lebih tua, hospitalisasi akan memberikan suatu kebanggaan
bahwa mereka memiliki pengalaman hidup yang baik.
2.12.4 Menyediakan lingkungan sosialisasi
Hospitalisasi dapat memberikan kesempatan baik kepada anak
maupun orang tua untuk penerimaan sosial. Mereka akan merasa
bahwa krisis yang dilami tidak hanya oleh mereka sendiri tetapi
ada orang-orang lain yang juga merasakannya. Anak dan orang tua
akan menemukan kelompok sosial baru yang memiliki masalah
yang sama, sehingga memungkinkan mereka akan saling
berinteraksi dan berdiskusi tentang keprihatinan dan perasaan
mereka, serta mendorong orang tua untuk membantu dan
mendukung kesembuhan anaknya.

II. 2.13 Perkembangan Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun)

Tabel 2.3
Tahap Perkembangan anak usia 3-5 tahun
Usia Motorik Bahasa Sosial/ Kognisi
3 tahun Motorik kasar 1) Mempunyai 1) Berpakaian
1. Mengendarai sepeda perbendahaaraan sendiri hampir
roda tiga. sekitar 900 kata. lengkap, dibantu
2. Berdiri pada satu kaki 2) Menggunakan bila dengan
dalam beberapa detik. kalimat lengkap kancing
3. Naik dan turun tangga dari 3-4 kata. dibelakang dan
dengan kaki 3) Bicara tanpa henti mencocokkan
bergantian. tanpa peduli apakah sepatu kanan atau
4. Melompat jauh. seseorang kiri.
5. Mencoba berdansa memperhatikannya 2) Mengalami
mungkin belum . peningkatan
seimbang. rentang perhatian.

35

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

Motorik halus 4) Mengulang kalimat 3) Makan sendiri.


1) Membangun menara dari enam suku 4) Dapat
dari 9-10 kotak. kata. menyiapkan
2) Membangun jembatan 5) Mengajukan makan sederhana
dengan tiga kotak. banyak pertanyaan. seperti serial dan
3) Secara benar suu.
memasukkan biji- 5) Dapat membantu
bijian ke dalam botol mengatur meja,
berlebar sempit. mengeringkan
4) Menggambar meniru piring tanpa
lingkaran, silang, dan pecah.
lingkaran dengan 6) Takut pada
gambar wajah. kegelapan.
7) Mengetahui jenis
kelamin sendiri
dan orang lain.
8) Egosentrik dalam
berpikir dan
tingkah laku.
9) Mulai memahami
waktu.
10) Mula mampu
memandang
konsep dari
perspektif yang
berbeda.
11) Permainan paralel
dan asosiatif :
mulai
mempelajari
permainan
sederhana, tetapi
sering mengikuti
aturannya sendiri,
serta mulai
berbagi.
4 tahun Motorik kasar 1) Perbendaharaan 1) Sangat mandiri.
1) Melompat dengan satu sekitar 1.500 kata. 2) Cenderung untuk
kaki. 2) Menggunakan keras kepala dan
2) Menangkap bola kalimat dari 4-5 tidak sabar.
dengan tepat. kata. 3) Agresif secara
3) Melempar bola 3) Menceritakan fisik dan verbal.
bergantian tangan. cerita dengan 4) Mendapat
Motorik halus dilebih-lebihkan. kebanggaan
1) Menggunakan gunting 4) Mengetahui lagu dalam
dengan baik untuk sederhana. pencapaian.
memotong gambar 5) Menyebutkan satu 5) Memamerkan
mengikuti garis. atau lebih warna. secara dramatis,
2) Dapat memasang 6) Memahami analogi menikmati
sepatu tetapi tidak seperti “bila es petunjuk orang
mampu tidak mengikat dingin, api....” lain.
tali. 6) Menceritakan
cerita keluarga

36

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

3) Dapat menggambar pada orang lain


menyalin bentuk tanpa batas.
kotak, garis silang atau 7) Masih
segitiga. mempunyai
banyak rasa takut.
8) Menghubungakn
sebab akibat
dengan kejadian.
9) Memahami waktu
dengan baik
khususnya dalam
istilah urutan
kejadian sehari-
hari.
10) Menilai segala
sesuatu menurut
dimensinya
seperti tinggi,
lebar, atau
perintah.
11) Egosentrisme
berkurang dan
kesadaran sosial
lebih tinggi.
12) Dapat
menghitumg
dengan benar.
13) Patuh pada
orang tua karena
batasan bukan
karena
memahami salah
atau benar.
Permainan
asosiatiif
1) Mengkhayalkan
teman bermain.
2) Menggunakan
alat dramatis,
imajinatif, dan
imitatif.
3) Eksplorasi
sexual dan
keingintahuan
ditunjukkan
melalui bermain,
seperti menjadi
“dokter” atau
“perawat”.

5 tahun Motorik kasar 1) Mempunyai 1) Kurang


1) Melompat dengan kaki perbendaharaan memberontak
bergantian. 2.100 kata.

37

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

2) Melempar dan 2) Menggunakan dibanding sewaktu


menangkap bola kalimat dengan 6-8 usia 4 tahun.
dengan baik. kata. 2) Lebih tenang dan
3) Melompat ke atas. 3) Menyebutkan 4 berhasrat untuk
4) Bermain skate dengan atau lebih warna. menyelesaikan
keseimbangan yang 4) Menggambar atau urusan.
baik. melukis dengan 3) Mandiri tapi dapat
5) Berjalan mundur banyak komentar dipercaya, tidak
dengan tumit dan jari dan kasar, lebih
kaki. menyebutkannya bertanggungjawab.
6) Keseimbangan dengan satu persatu. 4) Mengalami sedikit
kaki bergantian 5) Mengetahui nama- rasa takut,
dengan mata tertutup. nama hari dalam mengandalkan
Motorik halus seminggu, bulan, otoritas luar untuk
1) Mengikat tali sepatu. dan kata mengendalikan
2) Menggunakan berhubungan dunianya.
gunting, alat dengan waktu 5) Berahasrat untuk
sederhana, atau pensil lainnya. melakukan sesuatu
dengan baik. 6) Dapat mengikuti dengan benar dan
3) Menggambar meniru tiga perintah mudah, mencoba
gambar permata dan sekaligus. mengikuti aturan.
segitiga, 6) Menunjukkan sikap
menambahkan 7-9 lebih baik.
bagian dari gambaar 7) Memperhatikan
garis, mencetak diri sendiri secara
beberapa huruf, angka total kecuali gigi,
atau kata, seperti nama berpakaian, atau
panggilan. higiene (perlu
pengawasan).
8) Mulai bertanya apa
yang dipikirkan
orang tua dengan
membandingkanny
a dengan teman
sebaya dan orang
dewasa lain.
9) Lebih mampu
memandang
perspektif orang
lain, tetapi
menoleransi
perbedaan daripada
memahaminya.
10) Mulai memahami
penghematan
angka melalui
penghitungan objek
tanpa memandang
pengaturan.
11) Menggunakan kata
berorientasi waktu.
12) Sangat ingin tahu
tentang informasi

38

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id

faktual mengenai
dunia.
13) Permainan asosiatif
: mencoba
mengikuti aturan
tetapi berlaku
curang untuk
meghindari
kekalahan.
(Adriana, 2011)

39

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-

Anda mungkin juga menyukai