-
www.lib.umtas.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
g) Berpegang erat pada orang tua, perawat, atau orang lain yang
berarti bagi anak,
h) Meminta/memohon dukungan emosional, seperti merangkul,
i) Kelelahan dan mudah marah jika rasa nyeri terus berlanjut.
Untuk mengetahui bentuk dan lokasi nyeri, kita bisa melihat
dari perilaku yang diperlihatkan. Misalnya jika sakit/nyeri
pada telinga, maka anak biasanya memegang telinga, sakit
kepala menggeleng-gelengkan kepala, sakit pada kaki
dengan jalan berjingkit, dan sebagainya. Respon fisiologis
terhadap nyeri yang dapat dilihat adalah kemerahan pada
kulit, keringat banyak, meningkatnya tekanan darah, nadi
dan respirasi, kelelahan, dan terjadi dilatasi pupil. Tanda-
tanda ini sangat bervariasi dan kemungkinan disebabkan oleh
reaksi emosi, seperti ketakutan, marah, atau cemas. Oleh
karena itu, perawat sangat perlu mengenali respon yang
mengindikasikan nyeri.
4) Melibatkan orang tua/Secure parent’s involvement (S)
Orang tua mengetahui tentang anak mereka, sertasensitif
terhadap perubahan-perubahan perilaku anak mereka.
Kemamupuan orang tua mengenali rasa nyeri pada anaknya
sangat bervariasi. Di samping itu, orang tua juga mengetahui
bagaimana cara membuat anaknya merasa nyaman, seperti
mengayun-ayun anaknya, mengajak berputar-putar, atau
bercerita. Agar mendapatkan hasil pengkajian yang terbaik,
sebaiknya perawat menanyakan kepada orang tuanya
bagaimana reaksi anak dalam menghadapi rasa nyeri. Hal ini
sangat penting untuk menunjang proses keperawatan.
5) Tentukan penyebab dan dokumentasikan/Take cause of
pain into account (T)
Jika anak menunjukkan perilaku yang mengarah ke rasa nyeri,
maka alasan untuk rasa tidak nyaman ini perlu diteliti. Patologi
dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menerangkan
10
II.1.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensialyang bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan(PPNI, 2019). Diagnosa
yang muncul menurut (SDKI, 2017) adalah sebagai berikut :
1.2.1 Ansietas
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subyektif
(1) Merasa bingung
(2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
(3) Sulit berkonsentrasi
b) Objektif
(1) Tampak gelisah
(2) Tampak tegang
(3) Sulit tidur
(4) Sering menangis dan rewel
11
12
II.1.3 Perencanaan
Rencana keperawatan yang efektif pada anak yang dirawat haruslah
berdasarkan identifikasi kebutuhan anak-keluarga. Anggota keluarga dan
anak harus berperan aktif dalam mengembangkan suatu rencana
keperawatan (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013).
Dalam membuat penulisan tujuan keperawatan biasanya ditulis
dengan tujuan dan dtambah kriteria hasil, kemudian kita menggunakan
kriteria hasil dengan prinsip “SMART” sebagai berikut :
S (Spesific) : tiap kriteria berisi tujuan yang spesifik (jangan
mendua/samar/ambiguous)
M (Measurable) : artinya dapat terukur
A (Attainable) : artinya dapat dicapai
R (Realistic) : artinya rasional/masuk akal
T (Timely) : artinya ada waktu yang ditetapkan
Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi
Tabel 2.2Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Utama Intervensi
Hasil Pendukung
13
14
II.1.4 Pelaksanaan
Merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan yang sesuai dengan memprioritaskan
masalah, meerumuskan tujuan dan kriteria hasil sesuai SMART dan
merumuskan intervensi. Dalam penggunaan pelaksanaan harus
menggunakan kata kerja me-,ber-, dan yang lainnya misalnya dari terapi
bermain (Puzzle) penggunaanya menjadi menerapkan bermain (Puzzle).
II.1.5 Evaluasi
Evaluasi menurut (Olfah, 2016), didasarkan pada bagaimana
efektifnya intervensi-intervesi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan
yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat respons keluarga dan
hasil, bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan. Meskipun
evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien paling relevan, seringkali
membuat frustasi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam membuat
kriteria objektif untuk hasil yang dikehendaki. Rencana perawatan
mengandung kerangka kerja evaluasi.
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap
kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan. Sebelum
perencanaan-perencanaan dikembangkan, perawat bersama keluarga perlu
melihat tindakan-tindakan perawatan tertenu apakah tindakan tersebut
benar-benar membantu.
1.5.1 Jenis evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan
sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif
(dengan proses dan evaluasi akhir). Evaluasi dapat dibagi menjadi 2
jenis yaitu:
1) Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
2) Evaluasi akhir (formatif)
15
16
E : Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
R : Reassesment
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari
rencana tindakan perlu dilanjutkan, ditambah, dimodifikasi,
atau dihentikan?.
17
18
19
20
2) Paralel play
Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah yang
masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu
sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung dan
karakteristk khusus pada usia toddler.
3) Associative play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok yang mulai
dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan
merupakan permaiinan dimana anak dalam kelompok dengan
aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
4) Cooperative play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang dimulai dari usia prasekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
5) Onlooker play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi
tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan
itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
6) Therapeutic play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi setress, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis, permainan
dengan menggunakan alat medik dapat menurunkan kecemasan
dan untuk pengajaran perawatan diri. Pengajaran dengan melalui
permainan dan harus diawasi seperti menggunakan boneka
sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti
mempergakan dan melakukan gambar-gambar seperti gips,
injeksi, memasang infus, dan sebagainya.
21
22
23
24
aktivitas bermain sehingga anak akan merasa aman dan gembira. Untuk
keamanan tempat bermain, sebaiknya ikuti pedoman di bawah ini:
1) Pastikan bahawa alat-alat bermain tidak mempunyai tepi, sudut, atau
proyeksi yang tajam.
2) Pastikan untuk tidak bertelanjang kaki.
3) Periksa area permukaan yang aman dan berpegas di bawah alat-alat,
seperti pasir atau potongan kayu, untuk mengurangi efek dari jatuh.
4) Pastikan bahwa ukuran alat sesuai dengan anak.
5) Pastikan bahwa tidak terdapat lubang atau tempat lin di mana jari,
lengan, kaki, dan leher dapat terjerat.
6) Ketinggian seluncur tidak boleh lebih dari 30º dan harus mempunyai
lingkar untuk memanjat dan “terowongan” pelindung.
7) S-hook pada sayap harus tertutup.
8) Periksa adanya sampah, kaca pecah, kawat terkelupas, stop kontak
listrik, atau kotoran binatang.
25
26
27
28
29
30
bermain sangat penting karena anak akan merasa aman sehingga dia
mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan terbuka.
Pada diagnosa diatas yaitu tentang ansietas berhubungan dengan
hospitalisasi bisa diatasi dengan terapi bermain (Puzzle), menurut
(Kurdaningsih, 2015) bahwa terapi bermain (Puzzle) merupakan suatu
kegiatan positif yang dapat memberikan rasa nyaman dan bahagia
anak serta dengan cara ini juga efektif untuk melupakan sejenak
kecemasan-kecemasan anak atau mengistirahatkan pikiran anak yang
menjalani hospitalisasi dengan cara menyalurkan kelebihan energi
atau ketegangan (psikis) anak melalui suatu kegiatan yang
menyenangkan dan dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan.
a) Tujuan bermain di rumah sakit adalah sebagai berikut :
(1) Dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selma
perawatan sehingga tumbuh kembang tetap berlangsung terus
tanpa terhambat oleh keadaan anak.
(2) Dapat mengekspresikan pikiran dan fantasi anak.
(3) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman
perminan yang tepat.
(4) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap setres
karena penyakit aatau dirawat di rumah sakit dan anak
mendapatkan ketenangan dalam bermain.
b) Prinsip bermain di rumah sakit
Dalam melakukan aktivitas bermain untuk anak yang dirawat di
rumah sakit, perawat hendaknya memperhatikan prinsip bermain
sebagai berikut :
(1) Tidak banyak energi, singkat, dan sederhana.
(2) Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
(3) Kelompok umur yang sama.
(4) Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
(5) Semua alat permanan dapat dicuci.
(6) Melibatkan orang tua.
31
32
33
34
Tabel 2.3
Tahap Perkembangan anak usia 3-5 tahun
Usia Motorik Bahasa Sosial/ Kognisi
3 tahun Motorik kasar 1) Mempunyai 1) Berpakaian
1. Mengendarai sepeda perbendahaaraan sendiri hampir
roda tiga. sekitar 900 kata. lengkap, dibantu
2. Berdiri pada satu kaki 2) Menggunakan bila dengan
dalam beberapa detik. kalimat lengkap kancing
3. Naik dan turun tangga dari 3-4 kata. dibelakang dan
dengan kaki 3) Bicara tanpa henti mencocokkan
bergantian. tanpa peduli apakah sepatu kanan atau
4. Melompat jauh. seseorang kiri.
5. Mencoba berdansa memperhatikannya 2) Mengalami
mungkin belum . peningkatan
seimbang. rentang perhatian.
35
36
37
38
faktual mengenai
dunia.
13) Permainan asosiatif
: mencoba
mengikuti aturan
tetapi berlaku
curang untuk
meghindari
kekalahan.
(Adriana, 2011)
39