Anda di halaman 1dari 3

SKENARIO AFRIKA SELATAN

Pada 1991, sekelompok akademisi, politisi, birokrat, pimpinan serikat


buruh dan pengusaha, mengadakan pertemuan di Mount Fleur,
Afrika Selatan, untuk menyusun skenario masa depan negeri
tersebut pasca pemerintahan represif minoritas kilit putih di bawah
pimpinan PM de Klerk. Melalui diskusi maraton selama 2 tahun,
ahirnya berhasil disusun sekitar 30 calon scenario masa depan.
Setelah melalui beberapa diskusi, ahirnya 9 calon scenario dipilih
oleh para penyusun. Pilihan itu kemudian diciutkan lagi menjadi
hanya 4 skenario.

Keempat skenario tersebut memprakirakan bagaimana masa depan


Afrika Selatan menggunakan kemampuan negosiasi antar kelompok-
kelompok politik di negara tersebut sebagai driving force.

Sebelum menyusun empat scenario masa depan Afrika Selatan, para


penyusun menyoroti adanya beberapa key factors (faktor kunci)
yang akan menentukan nasib bangsa itu di masa depan, yang
mencakup bidang politik, sekonomi dan social.

Key factors yang dipandang penting untuk mengatasi krisis


multidimensi di negara tersebut adalah:

ƒ Sistem politik yang ada tidak memiliki legitimasi;


ƒ Ketidak percayaan yang meluas terhadap pasukan keamanan;
ƒ Ketidak percayaan terhadap sistem peradilan;
ƒ Meluasnya represi, intimidasi, non toleransi, dan kekerasan
politik;
ƒ Exploitasi terhadap isu perpecahan etnis dan daerah;
ƒ Hancurnya otoritas lokal tradisional dan terganggunya
penyelenggaraan pelayanan publik.

Krisis ekonomi yang dialami oleh Afrika Selatan ditandai oleh


stagnasi ekonomi, merosotnya investasi, merosotnya income per
capita, pelonjakan pengangguran dan disparitas ekonomi bertambah
lebar. Krisis tersebut terjadi karena faktor-faktor kunci berikut:
ƒ Jalur pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan tidak sustainable
karena ekonomi hanya bersandar pada ekspor komoditi primer
(emas dan mineral) dan tenaga kerja murah;
ƒ Gagal menciptakan sector manufaktur;
ƒ Terpusatnya produksi capital goods yang diperlukan untuk
perluasan sector manufaktur;
ƒ Afrika Selatan terisolasi dari revolusi teknologi internasional;
ƒ Rendahnya kepercayaan dari para investor.

Secara social, Afrika Selatan sedang mengalami proses disintegrasi


karena:

ƒ Pengangguran sangat tinggi;


ƒ Kekerasan politik dam kriminil sangat tinggi;
ƒ Sistem kesehatan dan pendidikan nasional tidak mampu
memenuhi tuntutan masyarakat yang meningkat;
ƒ Ambruknya kelembagaan masyarakat pedesaan;
ƒ Urbanisasi sangat meningkat;Terjadi alinenasi yang tinggi
terhadap golongan muda.

Selanjutnya, berdasarkan kemampuan negosiasi antara kekuatan-


kekuatan politik di Afrika Selatan, Tim Penyusun menyusun 4
skenario masa depan negara tersebut sebagai berikut:

1. Apabila negosiasi antara kekuatan-kekuatan politik tidak mampu


menciptakan kesepakatan tentang bagaimana cara mengatasi
krisis multi dimensional yang sedang dihadapi oleh bangsa Afrika
Selatan, kemungkinan akan muncul Pemerintahan Non-
representatif (Skenario Ostrich);

2. Apabila transisi menuju masa depan tidak cepat dan tanpa


arahan yang tegas, pemerintah yang berkuasa akan tidak
berdaya mengatasi krisis multi-dimensi dan akhrinya akan
kehilangan dukungan rakyat (Skenario Lame Duck);

3. Apabila kebijakan-kebijakan pemerintah yang terpilih secara


demokratis untuk mengatasi krisis multi dimensional tidak
mampu bertahanan atau tidak berlanjut, akibatnya pemerintah
akan jatuh (Skenario Icarus);

2
4. Apabila, berbagai kekuatan politik mampu bersatu dan dapat
merumuskan kebijakan-kebijakan nasional yang berkelanjutan,
besar kemungkinan Afrika Selatan akan mampu berkembang
menjadi negara demokrasi dengan ekonomi yang tumbuh pesat
(Skenario Flight of the Flamingos)

Sumber: Gill Ringland. Scenario Planning: Managing for the Future. New York:
John Wiley & Sons. 1998.

Anda mungkin juga menyukai