Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PAPER

“RELEVANSI PENERAPAN ILMU BIOKIMIA DENGAN


KESEHATAN (KHUSUSNYA KESEHATAN MASYARAKAT)”

Paper ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia

DOSEN PENGAMPU
Drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M. Sc.

DISUSUN OLEH
Fani Pranidasari (6411420059)
Ifada Amalia (6411420081)
Nurul Kusuma Dewi (6411420086)
Safira Rizna Naifa (6411420084)
Zulfa Husniatul Qurbo (6411420061)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
I. Konsep Dasar Biokimia

1.1 Pengertian Biokimia


Biokimia diambil dari kata BIOS (hidup/hayati) dan CHEMIOS
(kimia/senyawaorganik). Biokimia adalah ilmu yang berhubungan dengan berbagai
molekul di dalam sel atau organism hidup sekaligus dengan reaksi kimianya. Biokimia
mempelajari seluruh reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh, mulai dari makanan
masuk dalam mulut, terbentuknya energi, senyawa pembangun, komponen sel dan
jaringan, senyawa cadangan, dsb., sampai pengolahan dan ekskresi limbah
metabolisme.
Reaksi kimia adalah reaksi dua zat atau lebih yang menghasilkan zat baru, yang
berbeda dengan zat asalnya. Proses tersebut mencakup dua jenis molekul yaitu molekul
besar seperti protein, asam nukleat dan molekul kecil seperti glukosa dan gliserol yang
merupakan metabolit yang berperan dalam proses biologis. Selain itu, biokimia juga
mempelajari proses katabolisme karbohidrat, lemak, asam nukleat, peran enzim dalam
reaksi biologi dan sebagai alat diagnosis penyakit.

1.2 Sejarah Biokimia


Ada dua hal penting dalam sejarah biokimia, yaitu:
1) Ditemukannya peran enzim sebagai katalis
Berbagai enzim yang berperan sebagai katalis reaksi sudah teridentifikasi dan
sudah berhasil diisolasi dan dimanfaatkan dalam proses reaksi dalam menghasilkan
produk. Proses reaksi menggunakan enzim sebagai katalisator sangat
menguntungkan, di samping reaksi yang spesifik juga menghasilkan limbah yang
cukup aman.
2) Identifikasi asam nukleat sebagai molekul pembawa informasi
Sejak ditemukannya struktur DNA yang terdiri atas empat macam basa yang
tergabung masing-masing dengan deoksiribosa, memberikan dampak
perkembangan ilmu biologi dan biokimia yang sangat pesat. Alur informasi dimulai
dari DNA yang merupakan pembawa informasi genetik, kemudian akan
diekspresikan atau ditranskripsi menjadi RNA, dan selanjutnyadari RNA akan
diterjemahkan menjadi protein yang akan memberikan penampakan atau fenotip
pada masing-masing sel.

2
1.3 Hubugan Biokimia dengan Kesehatan Masyarakat
Biokimia berhubungan langsung dengan bidang kesehatan. Bidang ini
mempelajari senyawa-senyawa dalam makhluk hidup serta reaksi yang terjadi di dalam
tubuh makhluk hidup tersebut. Tentu saja akan sangat erat kaitannya dengan bidang
kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat. Pemahaman mengenai reaksi-reaksi kimia
adalah hal yang wajib diketahui oleh para tenaga kesehatan masyarakat. Tak hanya itu,
penyelesaian masalah-masalah kesehatan memerlukan analisis reaksi kimia organik
yang kompleks dan pembuatan obat-obatan kimia membutuhkan kemampuan sintesis
senyawa aktif dalam obat tersebut. Oleh karena itu, hubungan penelitian biokimia
dalam bidang kesehatan masyarakat antara lain untuk:
1) Mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada proses kehidupan sehingga mampu
menganalisa terjadinya penyakit atau masalah yang terjadi pada proses tersebut.
2) Menganalisa perkembangan bakteri penyebab penyakit, mempelajari sifatnya dan
cara pengendaliannya menggunakan bahan-bahan kimia
3) Menentukan cara baru dalam menanggulangi penyakit yang berkembang adalah hal
yang dipelajari dalam bidang biokimia.
4) Dalam bidang sanitasi, pengetahuan akan bahan-bahan kimia anti kuman
merupakan hal yang penting dalam aplikasinya.
5) Penggunaan enzim dalam menyelesaikan permasalahan dalam tubuh, dan
penyembuhan penyakit.
6) Test kadar gula darah menggunakan dasar uji keton dalam ilmu kimia untuk
mengetahui jumlah glukosa yang terlarut dalam darah. Uji ini sangat penting
sebagai analisa diabetes.
7) Penyimpanan obat dalam farmasi menggunakan uji biokimia. Uji ini akan
memberikan gambaran tentang cara penyimpanan obat-obatan yang aman sehingga
strukturnya tidak berubah. Ini akan mempertahankan fungsinya sebagai obat.
8) Uji biokimia lainnya digunakan pada obat-obatan untuk mengetahui masa
kedaluarsa dari obat.
9) Membuat metode kimia untuk menganalisa suatu penyakit dengan cepat.
10) Membuat metode analisis penyakit yang akurat hinggal level molekular.

1.4 Penerapan Biokimia pada Kehidupan


Pada dasarnya penerapan biokimia banyak dipergunakan dalam berbagai bidang.
Berikut adalah penjelasan mengenai penerapan biokimia pada berbagai bidang:
1.4.1 Penerapan Biokimia dalam Bidang Kesehatan
1) Hasil penelitian biokimia menentukan diagnosis, prognosis, dan pengobatan
penyakit.
2) Pendekatan biokimia sering menjadi unsur fundamental untuk menjelaskan
sebab penyakit dan merancang terapi yang tepat.

3
3) Penggunaan berbagai pemeriksaan biokimia laboratorium secara bijaksana
merupakan komponen integral dalam penegakan diagnosis dan pemantauan
hasil terapi.
1.4.2 Penerapan Biokimia dalam Bidang Pertanian
1) Peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian.
2) Pengetahuan tentang reaksi-reaksi yang terjadi dalam tanaman.
3) Mengenal tumbuhan berdasarkan tipe fotosintesis.
4) Keterkaitan biokimia dengan ilmu lain.
5) Pengetahuan tentang mekanisme resistensi organisme pengganggu tanaman.
1.4.3 Penerapan Biokimia dalam Masalah Gizi
Dengan mempelajari biokimia kita mengetahui tentang reaksi-reaksi kimia
penting yang terjadi dalam sel. Hal ini berarti dapat memahami proses-proses
yang terjadi dalam tubuh. Dengan demikian, diharapkan mampu menghindari hal-
hal dari luar yang akan mempengaruhi proses di dalam sel-sel tubuh.
Biokimia mempunyai peranan dalam memecahkan masalah gizi, penyakit-
penyakit akibat dari kurang gizi terutama pada anak-anak. Adapun penyebab dari
kekurangan gizi adalah asupan makanan dan infeksi penyakit.
1.4.4 Penerapan Biokimia dalam Farmakologi Obat
Biokimia juga dapat menjelaskan hal-hal dalam bidang farmakologi dan
toksikologi karena dua bidang ini berhubungan dengan pengaruh bahan kimia dari
luar terhadap metabolisme. Obat-obatan biasanya mempengaruhi jalur metabolic
tertentu, misalnya antibiotik penisilin dapat membunuh bakteri dengan
menghambat pembentukan polisakarida pada dinding sel bakteri. Dengan
demikian, bakteri akan mati karena tidak dapat membentuk dinding sel.

II. Contoh Penerapan Biokimia Pada Kesehatan Masyarakat


Penduduk dunia semakin meningkat, sehingga kebutuhan makanan akan semakin
meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. Berbagai cara fisik dan zat kimia telah
dikembangkan dan digunakan untuk meningkatkan pasokan makanan. Bahan tambahan
makanan adalah bahan kimia yang terdapat dalam makanan yang ditambahkan secara sengaja
atau yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku, untuk mempengaruhi dan
menambah cita rasa, warna, tekstur, dan penampilan dari makanan.
Tubuh manusia mempunyai komposisi kimia tertentu dalam setiap sel dan jaringannya
(Tediosi & Capri, 2018) sehingga asupan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan kimia sesuai
dengan peruntukkannya mendukung metabolisme tubuh manusia yang sehat dan sejahtera.
Tubuh manusia yang tidak tercukupi asupan gizi sesuai peruntukkannya akan semakin
meningkatkan risiko penyakit.
Kebanyakan bahan kimia yang ditambahkan memengaruhi status kesehatan
masyarakat. Setiap zat kimia memunyai efek samping tersendiri bagi kesehatan. Diantaranya
adalah sebagai berikut:

4
1) Siklamat
Penggunaanya sebagai zat tambahan makanan dilarang pada tahun 1969 saat
ditemukan bahwa campuran sakarin dan siklamat meningkatkan insiden tumor kandung
kemih pada tikus (Price, 1970).
2) Nitrat dan nitrit
Nitrat dan nitrit adalah bahan pengawet yang berguna dan memberikan warna dan
rasa khusus pada daging. Zat ini dapat bergabung dengan amin tertentu membentuk
berbagai jenis nitrosamin yang kebanyakan bersifat karsinogen kuat.
3) BHA (butil hidroksianisol) dan BHT (butil hidroksitoluena)
BHA (butil hidroksianisol) dan BHT (butil hidroksitoluena) dipergunakan secara
luas sebagai antioksidan dan telah diselidiki dalam beberapa penelitian jangka panjang
tanpa menunjukkan efek merugikan yang berbahaya . Tetapi Ito, dkk, 1983 melaporkan
BHA pada kadar diet yang sangat tinggi dapat menginduksi hiperplasia dan tumor dalam
perut depan tikus.
4) Tatrazin
Tatrazin merupakan zat pewarna kuning yang dipergunakan secara luas dalam
berbagai makanan olahan telah diketahui dapat menginduksi reaksi alergi , terutama bagi
orang yang alergi terhadap aspirin (Juhlin, 1980)
5) Sulfur dioksida (SO2)
Sulfur dioksida digunakan sebagai bahan pengawet dalam makanan olahan selain
salad. Sulfur dioksida dapat merusak dan memengaruhi berbagai fungsi sistem di dalam
tubuh. Mulai dari kerusakan sistem pernapasan, penurunan fungsi paru-paru, hingga
menyebabkan iritasi mata.
6) Monosodium glutamat (MSG)
MSG telah digunakan sebagai bumbu penyedap. Pada manusia efek yang terjadi
dapat sama jika MSG dalam makanan dikonsumsi secara kronis. Bahan penyedap
makanan MSG akan melekat pada sel retina mata dan menganggu kemampuan sel untuk
memancarkan signal ke otak.
7) Sodium Benzoat
Sodium benzoat merupakan bahan tambahan (zat aditif) yang digunakan sebagai
pengawet dalam berbagai produk makanan dan minuman olahan. Pengawet makanan ini
dapat meningkatkan risiko terjadinya perilaku yang hiperaktif dan dapat menyebabkan
kanker.
8) TBHQ
TBHQ merupakan bahan pengawet untuk makanan olahan. TBHQ biasanya
digunakan pada minyak nabati, biskuit, mie, makanan beku, atau makanan cepat saji,
untuk memperpanjang umur simpan produk dan mencegah bau tengik. Bahan ini
kemungkinan dapat mengganggu kesehatan hati, saraf, dan meningkatkan pertumbuhan
tumor.

5
Daftar Pustaka

Azizah HF, Martini. (2017). Hubungan Praktik Higiene Pedagang dengan Kualitas
Mikrobiologis pada Jajan Siomay di Kecamatan Tembalang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(4): 369-370.

Ratnani, R. (2009). Bahaya Bahan Tambahan Makanan bagi Kesehatan. Momentum, 5(1): 16-22.

Retno Hestiningsih, M. F. (2019). Hubungan antara Kebersihan Diri dan Praktik Higiene Penjual
dengan Keberadaan Escherichia coli pada Nasi Rames di Pasar Tradisional Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(4): 374-380.

Sismindari, Rumiyati, dkk. 2017. Biokimia Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.

Anda mungkin juga menyukai