Anda di halaman 1dari 14

http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.

php/anterior

MAKNA SIMBOLIK PERKAWINAN ADAT DAYAK NGAJU


DI KOTA PALANGKA RAYA

The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City

Sriyana 1 Abstrak
Hiskiya 2 Suku Dayak memiliki filosofi Belom Bahadat (hidup beradat)yang melandasi
seluruh aspek kehidupan orang Dayak Ngaju. Salah satu tatanan kehidupan yang
Universitas PGRI Palangka
*1
masih dipertahankan dan dilestarikan adalah penyelenggaraan perkawinan adat
Raya1, Palangka Raya, Dayak Ngaju. Tidak semua masyarakat Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya
Kalimantan Tengah, Indonesia memahami sepenuhnya mengenai makna perjanjian perkawinan dan makna
2 simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju. Terkadang hanya tua-tua adat dan para
Universitas PGRI Palangka
orang tua yang telah berpengalaman saja yang memahami makna perkawinan adat
Raya1, Palangka Raya,
Dayak Ngaju, sedangkan pasangan muda umumnya kurang mengetahui akan hal
Kalimantan Tengah, Indonesia
itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan
*email: mendeskripsikan makna simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju di Kota Palangka
riyanupp72@gmail.com Raya. Sedangkan Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah
makna simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahapan
prosesi perkawinan memiliki makna simbolik, dimana simbol-simbol tersebut
mempunyai makna dan fungsi masing yang saling berkaitan dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju. Simbol-simbol tersebut selalu mempunyai
peranan dan sebagai petunjuk bagi para penganutnya.

Kata Kunci: Abstract


Makna 1 The Dayak tribe has a philosophy of Belom Bahadat (civilized life) which underlies
Simbolik 2 all aspects of the life of the Ngaju Dayak people. One order of life that is still
Perkawinan Adat 3 maintained and preserved is the organization of traditional Ngaju Dayak marriages.
Not all Ngaju Dayak communities in Palangkaraya City fully understand the
Keywords: meaning of marriage agreements and the symbolic meaning of traditional Ngaju
Meaning 1 Dayak marriages. Sometimes only traditional elders and experienced parents
Symbolic 2 understand the meaning of traditional Ngaju Dayak marriages, while young couples
Indigenous Marriage 3 generally lack this knowledge. The purpose of this research is to find out, analyze
and describe the symbolic meaning of Ngaju Dayak traditional marriage in the City
of Palangka Raya. While the formulation of the problem in this study is: How is the
symbolic meaning of traditional Ngaju Dayak marriage in the City of Palangka
Raya. The data collection techniques used in this study were observation, interviews
and documentation. While the analysis technique used is qualitative descriptive
analysis. The results showed that each stage of the marriage procession has
symbolic meanings, where these symbols have meaning and function which are
interrelated in the daily life of the Ngaju Dayak community. These symbols always
have a role and as a guide for adherents.

© yearThe Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
DOI: https://doi.org/10.33084/anterior.vxix.xxx.

PENDAHULUAN Perkawinan yang dilaksanakan sesuai dengan adat


Suku Dayak Ngaju memiliki filosofi hidup yang berlaku, bertujuan untuk mengatur hubungan
“Belom Bahadat” artinya “hidup beradat.” Filosofi antara pria dan wanita agar memiliki perilaku yang
ini melandasi seluruh aspek kehidupan orang baik dan tidak tercela (belom bahadat); menata
Dayak Ngaju. Pengaruh dan peranan adat dalam kehidupan rumah tangga yang baik sejak dini, santun,
masyarakat Dayak Ngaju sangat kuat. Salah satu beradab dan bermartabat; menetapkan status sosial
tatanan kehidupan yang masih dipertahankan dan dalam masyarakat, sehingga ketertiban masyarakat
tetap dilestarikan adalah penyelenggaraan perkawinan. tetap terpelihara. Masyarakat Dayak Ngaju sangat
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529

menghindari bentuk perkawinan yang tidak lazim digunakan untuk berkomunikasi. Manusia tidak hanya
karena hal itu akan sangat memalukan, tidak hanya berkomunikasi dengan sesamanya untuk memenuhi
bagi calon kedua mempelai tetapi juga bagi emosi keagamaan, manusia juga berkomunikasi dengan
seluruh keluarga dan juga keturunan mereka kelak. yang gaib atau dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat
Perlu diakui bahwa tidak semua masyarakat oleh kasat mata. Melalui upacara tradisi, manusia bisa
Dayak Ngaju di Kecamatan Pahandut Kota Palangka mengekspresikan gagasan-gagasan lewat tindakan-
Raya memahami sepenuhnya mengenai makna tindakan simbolik. Simbol tersebut sebagai alat
perjanjian perkawinan dan makna simbolik perantara untuk menggambarkan sesuatu, didalam
perkawinan adat Dayak Ngaju. Terkadang hanya tua- simbol terdapat makna yang melekat didalamnya.
tua adat dan para orang tua yang telah Kehidupan sosial kebudayaan masyarakat di
berpengalaman saja yang memahami makna dalamnya terdapat gagasan-gagasan, simbol-simbol,
perkawinan adat Dayak Ngaju, sedangkan pasangan dan nilai-nilai sebagai hasil dari hubungan interaksi
muda umumnya kurang mengetahui akan hal itu. Dan, individu dengan individu, individu dengan kelompok,
berdasarkan pengakuan dari beberapa orang yang dan kelompok dengan kelompok sehingga muncul
peneliti temui, kebanyakan dari mereka bukan hanya suatu kebiasaan dalam tatanan kemasyarakatan yang
tidak memahami makna simbolik perkawinan saja, disebut kebudayaan, komponen-komponen yang
tetapi mereka juga tidak memahami makna simbolik terdapat di dalam kebudayaan masyarakat memiliki
yang tersirat pada barang-barang hadat dalam kaitan yang erat dengan simbol-simbol. Menurut
perkawinan. Lagi pula, arti maupun makna simbolik Geertz (2017) bahwa simbol-simbol yang dimiliki
dari barang-barang adat tersebut tidak dicantumkan manusia terdapat suatu golongan yang merupakan
secara tertulis dalam surat perjanjian kawin, sehingga suatu sistem tersendiri yang dinamakan sebagai
pemahaman mengenai jalan hadat hanya sebatas simbol-simbol suci yang bersifat normatif dan
upacara perkawinan saja. mempunyai kekuatan yang besar dalam pelaksanaan
Selain itu, para orang tua pada masa sanksi-sanksinya disebabkan simbol-simbol suci
sekarang kurang memberikan pemahaman tentang tersebut merupakan etos (ethos) dan pandangan hidup
hal itu kepada generasi muda. Mungkin karena tidak (world view) unsur hakiki bagi eksistensi manusia dan
punya waktu atau terlalu sibuk, atau mungkin juga juga karena simbol-simbol suci terjalin dalam simbol-
menganggap bahwa hal itu tidak terlalu penting, simbol lainya yang digunakan dalam kehidupan sehari-
sehingga ajaran tradisional yang diajarkan dari mulut harinya yang nyata.
ke mulut (oral tradisional) sebagaimana yang telah Menurut Asad (1993) bahwa simbol bukanlah
diajarkan oleh nenek moyang mulai berkurang. benda atau peristiwa yang bertugas menyampaikan
Namun, tidak dipungkiri bahwa ada juga pasangan makna melainkan perangkat yang merangkaikan
yang memahami tentang arti dan makna simbolik dari hubungan antara benda atau peristiwa yang
perkawinan yang mereka laksanakan. Hal itu mungkin keseluruhannya merupakan suatu konsep dan komplek
terjadi karena orang tua mereka telah mewariskan yang memiliki makna. Pendekatan Geertz bahwa
pengetahuan itu sebelum mereka melangsungkan simbol merupakan hubungan antara pemikiran manusia
perkawinan. dan kenyataan yang berasal dari luar maupun dari
Simbol dan makna merupakan dua hal yang dalam, berbeda dengan pendekatan Talal Asad yang
melekat, dimana simbol yang diciptakan itu pasti memandang simbol sebagai perangkat yang merangkai
mempunyai makna tertentu. Simbol-simbol juga

2
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City

hubungan benda atau peristiwa yang keseluruhannya masyarakat telah terbentuk baik sebelum maupun
merupakan konsep dan komplek memiliki makna. sesudah adanya masyarakat (Soemadiningrat, 2015).
Makna merupakan arti atau maksud/sesuatu kata Menurut Ugang (1983) bahwa pengertian hadat
(Poerwadarminta, 2007). Simbol adalah sesuatu yang (adat) dalam masyarakat Dayak Ngaju adalah
telah memiliki kesatuan bentuk dan makna (Sobur, bentuk-bentuk keluhuran yang bersumber pada
2004). Sedangkan simbolik merupakan perlambang; kekuatan Raying Hatalla Langit (Sang Pencipta).
menjadi lambang mengenai lambang. Menurut Hartoko Hadat ini mencakup tentang tata cara kehidupan dan
dan Rahman (Sobur, 2004) mengartikan bahwa simbol kerja sehari-hari, etika pergaulan sosial, aspek
atau lambang berasal dari bahasa Yunani symballien perkawinan, aspek hukum, aspek ritual keagamaan,
yang berarti melemparkan bersama suatu benda serta hal-hal yang menyangkut segala sesuatu yang
(benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Dengan berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan, atau
demikian dapat dikatakan bahwa makna simbolik agama suku tersebut. Karena itu, hadat yang telah
adalah maksud atau makna yang terkandung dalam dilakukan secara turun temurun ini merupakan
suatu simbol atau perlambang terkait dengan ukuran dan penilaian atas suatu perbuatan dalam
perkawinan adat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. kehidupan suku Dayak Ngaju.
Menurut Soekanto (2000) perkawinan Dalam masyarakat Dayak Ngaju, perkawinan
(marriage) adalah ikatan yang sah dan resmi antara merupakan sesuatu yang luhur dan suci. Ilon (1991)
seorang pria dengan seorang wanita, yang bahwa menurut kepercayaan Kaharingan, Asal mula
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban adat kawin dalam masyarakat Dayak Ngaju sebagai
antara mereka maupun keturunannya. Senada dengan berikut: Sejak nenek moyang yang pertama,
itu, Ember, Carol R.dan Melvin Ember (2002) bernama Manyimei Tunggul Garing Janjahunan Laut
mengatakan sebagai berikut: “Marriage merely means (lelaki) dan Putir Putak Bulau Janjulen Karangan
a socially approved sexual and economic union (perempuan). Mereka melangsungkan perkawinan
between a woman and a man. It is persumed, both by secara tidak resmi, tanpa “ditahbiskan” oleh Raying
the couple and by others, to be more or less permanent, Hatalla. Akibatnya, kehamilan Putir berkali-kali
and it subsumes reciprocal rights and obligations mengalami keguguran (mangelus). Kehamilan
between spouses and the future children”. Tujuan pertama, terjadi keguguran darah yang dibuang ke
dan harapan perkawinan adalah membentuk keluarga laut menjelma menjadi moyang roh gaib hantu laut,
yang bahagia dengan penuh rasa cinta, mendapatkan moyang sakit penyakit (peres-sampar) dan moyang
keturunan, memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan roh-roh gaib pengganggu di kawasan laut.
rohani, dan menghindari perzinahan sehingga tercipta Kehamilan kedua, darahnya terbuang ke sungai
ketenangan dan ketentraman jiwa. menjelma menjadi roh gaib unsur pengganggu di
Soekanto dan Taneko (1990) mengatakan air, moyang ikan tabu tertentu, moyang lintah-
bahwa jika suatu kebiasaan (yang merupakan jelau. Kehamilan ketiga, darahnya terbuang ke laut,
keteraturan) diterima sebagai kaidah, maka kebiasaan disambar petir dan kilat, menjelma menjadi
tersebut memiliki daya mengikat menjadi tata kelakuan moyang banteng, kerbau dan sapi. Kehamilan
yang memiliki ciri-ciri pokok sebagai sarana untuk keempat, darahnya terbuang ke hutan, menjelma
mengawasi perilaku warga masyarakat. Jadi adat menjadi moyang tandang haramaung (harimau),
diartikan sebagai kebiasaan yang menurut asumsi moyang bahutai bungai, moyang roh-roh jahat di
hutan. Kehamilan kelima, darahnya ditutup dengan

3
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529

perisai dan tombak disambar petir dan kilat faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta atau
halilintar, menjelma menjadi oknum penjaga bulan fenomena terkait makna simbolik dalam perkawinan
yang disebut Talawang Batulang Bunu. Kehamian adat Dayak Ngaju. Subyek dalam penelitian ini adalah
keenam, darahnya terbuang ke hutan rimba, Damang Adat, Mantir Adat serta masyarakat Dayak
menjelma menjadi berbagai jenis akar, kayu dan Ngaju Kota Palangka Raya. Teknik pengumpulan data
moyang dari berbagai jenis ular. Kehamilan ketujuh, menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi
darahnya terbuang ke bawah rumah, menjelma dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan
menjadi Raja Tingkaung Langit moyang segala jenis teknik analisis kualitatif yaitu teknik analisis yang
anjing. Kehamilan kedelapan, darahnya terbuang ke lebih menekankan analisisnya pada proses
dapur, disambar petir, menjelma menjadi Putir penyimpulan induktif serta analisis terhadap dinamika
Balambang Kawu moyang jenis kucing. Kehamilan hubungan antar fenomena yang diamati, dengan
kesembilan, darahnya terbuang ke halaman rumah, menggunakan logika ilmiah melalui proses reduksi
disambar petir dan kilat menjelma menjadi moyang data (data reduction), penyajian data (data display) dan
segala jenis ayam kampung. Kehamilan kesepuluh, penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
darahnya terbuang ke belakang rumah, menjelma drawing and verification). Setelah itu, setiap data akan
menjadi moyang berbagai jenis babi hutan dan diberikan penjelasan dan tahap terakhir atau bersamaan
babi kampung. Kehamilan kesebelas, darahnya dengan uraian data akan dilakukan analisis dengan
terbuang ke belakang kampung menjelma menjadi memberikan diskripsi (pemaparan dan penafsiran data
berbagai jenis kayu, rumput tertentu sebagai bahan dalam bentuk narasi) yang berkaitan dengan makna
obat yang berguna bagi manusia. Dan kehamilan simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju di Kota
kedua belas, ke rumpun sawang menjelma menjadi Palangka Raya.
moyang 14 macam unsur patahu, roh gaib penjaga
pemukiman manusia. Melihat hal itu, Raying HASIL DAN PEMBAHASAN
Hatalla Langit kemudian mengirim Raja Uju Menurut ajaran Agama Hindu Kaharingan

Hakanduang untuk meresmikan perkawinan mereka upacara perkawinan adalah suci dan harus

serta menyampaikan pesan, nasehat dan petunjuk yang dilaksanakan oleh setiap pasangan yang akan hidup

disebut kawin suntu. Setelah perkawinan itu berumah tangga yang mempunyai kesadaran tentang

mendapat restu dari Raying Hatalla Langit dan tanggung jawab sebagai suami dan istri dan yang

diresmikan menurut adat, barulah mereka paling penting adalah bagaimana suami istri tersebut

mendapatkan anak yang sempurna seperti: mempu mengedepankan ajaran agama. Hal ini seperti

Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen dan yang tertuang dalam Kitab Suci Panaturan Pasal 19

Maharaja Bunu. Sejak itu, cara-cara atau adat suatu ayat 3 yaitu: “Ewen due puna palus lunuk hakaja

perkawinan diatur. Hal ini pulalah yang menjadi dasar panting baringen hatamuei bumbung, awi ewen

pokok serta acuan perkawinan orang Dayak. sintung due dapit jeha ije manak manarantang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hatamunan aku huang pantai danum kalunen ije puna

dan menganalisis makna simbolik perkawinan adat ingahandak awi – Ku tuntang talatah panggawi

Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya. manjadi suntu akan pantai danum kalunen“ (MB-
AHK, 2001).
METODOLOGI Perkawinan yang sesuai dengan ketentuan adat
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Dayak Ngaju adalah kawin Hisek yaitu perwakinan
yang tujuannya adalah menjelaskan secara sistimatis, dengan cara bertanya atau melamar. Sedangkan sistem

4
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City

perkawinan yang berlaku pada masyarakat Dayak atau duit/tanda palekak kutak, duit/tanda
Ngaju adalah sistem perkawinan Eleutherogami, yaitu kumbang auh (uang tanda kesanggupan hati
sistem perkawinan yang memberikan kebebasan maupun perkataan). Semuanya dimaksud
kepada seorang laki-laki maupun seorang perempuan untuk mencari kesesuaian dari pihak laki-laki
untuk memilih pasangan hidupnya, baik dari dalam kepada pihak perempuan. Bagi pihak
suku sendiri atau di luar suku. perempuan, uang atau pun barang tersebut
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan berfungsi sebagai pegangan untuk
dokumentasi dengan Demang Adat, Mantir Adat dan mengadakan perundingan antar keluarga guna
masyarakat Dayak Ngaju Kota Palangka Raya menanggapi maksud dari pihak laki-laki.
dijelaskan bahwa dalam perkawinan adat Dayak Ngaju
memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
1) Upacara Pra Perkawinan
Ada beberapa tahap atau fase yang dilakukan
sebelum upacara perkawinan yaitu:
a. Hakumbang Auh (Penjajakan/Lamaran
Awal)
Sebagai upaya pihak keluarga laki-laki Gambar 1. Prosesi Hakumbang Auh
berusaha untuk mencari tahu lebih banyak b) Mamanggul/Kajan Hatue (Meminang)
tentang asal-usul, sejarah keluarga, situasi dan Tahap ini merupakan kelanjutan dari
kondisi si gadis. Pihak keluarga biasanya Hakumbang Auh yaitu cara meminta si gadis
mencari seseorang anggota keluarga yang secara resmi setelah pihak keluarga laki-laki
akan bertindak sebagai seorang perantara mengetahui bahwa keinginan hati mereka
(dalam bahasa Dayak Ngaju seorang perantara diterima oleh pihak perempuan. Acara
biasanya disebut luang (tatean tupay) untuk Mamanggul merupakan pertemuan yang
menyampaikan kehendak mereka kepada tidak hanya melibatkan keluarga kedua
pihak perempuan, serta untuk menanyakan belah pihak, namun juga masyarakat sekitar.
apakah wanita masih sendiri atau sudah ada
yang punya. Pada prosesi hakumbang auh,
keluarga laki-laki menugaskan luang untuk
menanyakan kepada keluarga perempuan
apakah wanita tersebut masih sendiri atau
sudah ada yang punya, dalam kunjungan
luang ini untuk memperkuat maksud keluarga
Gambar 2. Prosesi Mamanggul
laki-laki, maka luang / tatean tupay membawa
Acara ini dilakukan jika waktu pelaksanaan
atau menyerahkan barang atau uang yang
perkawinan lebih dari setahun. Hal-hal yang
disebut pangumbang, barang ini berbentuk
dibahas dalam acara mamanggul adalah jalan
mangkok besuang behas dengan tanteloh
hadat, yaitu barang-barang adat yang harus
(mangkok berisi beras dan telur) dan duit
diberikan oleh pihak laki-laki pada saat
pangumbang (uang pangumbang). Uang atau
pelaksanaan perkawinan kepada pihak
barang tersebut disebut duit/tanda katutun auh
perempuan sesuai dengan ketentuan adat

5
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529

perkawinan. Adapun barang-barang adat sebagai bagian dari keluarga calon mempelai
tersebut adalah: perempuan. Pemberian ini dapat berupa
barang atau uang.
c) Pakaian Sinde Mendeng
a) Palaku Diberikan kepada ayah kandung calon
Palaku berasal dari kata laku artinya: minta, mempelai perempuan, sebagai tanda
permintaan. Orang Dayak selalu penghormatan atas kasih sayang dan
menempatkan perempuan pada posisi utama. perlindungan yang diberikan. Bingkisan ini
Hal ini dapat terlihat dari kehidupan berupa seperangkat pakaian laki-laki.
masyarakat sehari-hari yang selalu d) Garantung Kolok Pelek
mengedepankan perempuan. Palaku adalah Biasanya diberikan berupa sebuah gong
hak mutlak seorang istri. Seorang suami sebagai bukti ikatan /perjanjian perkawinan.
tidak berhak menjual maupun Makna simbolik dari garantung kolok pelek
menggadaikannya kepada pihak lain. adalah bahwa perkawinan dimulai dari
kesepakatan bersama kedua pihak. Dan
barang hadat ini mengingatkan mereka supaya
memelihara ikatan perkawinan, jangan
merusaknya. Mereka harus meluruskan arah
hidupnya, sehingga jika ada hal yang dapat
menyesatkan mereka harus kembali kepada
kesepakatan awal, janji setia di hadapan
Raying Hatalla Langit.

Gambar 3. Palaku Pengantin Adat Dayak


Ngaju
Nilai palaku ditetapkan menurut nilai berat
dalam satuan kilogram/ pikul atau kati.
Misalnya: 300 kg (3 pikul) gong, atau 500 kg
(5 pikul) gong. Pada masa sekarang barang
ini sudah sulit ditemukan, sebab itu
biasanya Palaku dapat diganti dengan emas
Gambar 4. Garantung (Gong
atau perhiasan lainnya. Ada juga yang
e) Lamiang Turus Pelek
memberi dalam bentuk sejumlah uang, dan
Lamiang adalah perhiasan sejenis manik-
umumnya tanah atau kebun.
manik yang terbuat dari bahan batu Lamiang
b) Saput
berwarna merah. Panjangnya berkisar antara
Saput merupakan pemberian dari calon
6-10 cm, kurang lebih sebesar jari manis.
mempelai laki-laki kepada saudara-saudara
Turus adalah kayu yang ditancapkan ke
lelaki calon mempelai perempuan. Pemberian
dalam tanah. Adapun Pelek adalah patahan
ini mengandung makna penghormatan,
kayu sebagai tanda untuk mengarahkan
mengikat rasa persaudaraan yang tulus

6
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City

seseorang ketika berada di hutan. Dalam panjang, sebagai perwujudan rasa terima kasih
perkawinan, Lamiang Turus Pelek menjadi atas jasa luang.
tonggak peringatan awal dimulainya suatu
rumah tangga yang baru. Selain itu, lamiang h) Sinjang Entang
sebagai simbol kejujuran dan keteguhan ikrar Sinjang entang berasal dari kata Sinjang
kedua calon mempelai; sebagai tonggak janji artinya kain penutup tubuh, dikenal dengan
setia sejalan dengan kesepakatan yang telah istilah tapih (sarung), sedangkan entang
mereka buat. adalah kain panjang untuk menggendong
bayi/balita (bahalai). Sinjang entang ini
mengingatkan akan kasih sayang sang ibu
dalam memelihara anak gadisnya sejak
kecil hingga dewasa.
i) Tutup Uwan
Tutup Uwan secara harafiah berarti penutup
uban; merupakan bingkisan penghormatan
berupa 2 meter kain hitam yang diberikan
kepada tambi (nenek) sebagai tanda
terimakasih karena telah turut menjaga dan
membesarkan cucunya (calon mempelai
Gambar 5. Lilis Lamiang perempuan).
f) Bulau Singah Pelek j) Lapik Ruji
Bulau artinya emas, terbuat dari logam Lapik Ruji atau lapik panatau diberikan
mulia, cahayanya tidak akan pudar/luntur dalam bentuk uang logam perak Belanda
dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Singah senilai satu ringgit, maksudnya bahwa dalam
artinya penerang atau penerangan. Bulau membangun rumah tangga di perlukan
Singah Pelek adalah cincin kawin yang modal dasar. Uang Lapik Ruji tidak
dipasang pada jari manis calon suami dan dibelanjakan karena uang itu dianggap sebagai
calon istri. Cincin emas ini melambangkan alas kehidupan.
cinta suci dan ketulusan hati kedua calon
mempelai untuk menjalani kehidupan
rumah tangga bersama.
g) Lapik Luang
Lapik artinya alas, dasar atau tempat
duduk. Luang artinya perantara, juru
runding atau kurir. Luang dipercayakan untuk
mewakili keluarga calon mempelai dalam
membicarakan janji-janji terdahulu
Gambar 6. Lapik Ruji
(persyaratan adat), sebelum pelaksanaan
k) Timbuk Tangga
perkawinan tersebut. Lapik Luang diberikan
Secara harafiah berarti timbun tangga.
dalam bentuk bahalai yaitu selembar kain
Pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan sendiri,

7
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529

tetapi membutuhkan bantuan dari orang n) Bulau Ngandung/Panginan Jandau


lain. Timbuk Tangga merupakan bantuan Merupakan biaya pesta dalam pesta
yang diberikan dari pihak calon mempelai perkawinan. Biaya pesta ini biasanya
laki-laki dan perempuan, pekerjaan yang ditanggung bersama-sama sesuai dengan
dilakukan bersama-sama (gotong-royong) kesepakatan kedua belah pihak pada waktu
dalam suasana kekeluargaan. Timbuk Tangga maja misek. Namun, ada juga yang
diberikan dalam bentuk sebuah piring yang disanggupi oleh pihak laki-laki.
diisi dengan beras atau ada juga yang o) Jangkut Amak
menggantinya sejumlah uang. Jangkut berarti kelambu, amak artinya tikar.
l) Pinggan Pananan Pahinjean Kuman Merupakan seperangkat perlengkapan tidur.
Berupa satu buah piring, satu buah gelas, Melambangkan kelengkapan sarana
satu buah mangkok, satu sendok dan kesejahteraan keluarga. Pembayaran
peralatan makan lainnya. Mereka makan dilakukan sebelum pelaksanaan pesta
sepiring berdua, minum dengan gelas yang perkawinan berlangsung.
sama, semangkok berdua dan makan dengan p) Turus Kawin
sendok yang sama. Hal ini menunjukkan Turus Kawin diberikan dalam bentuk uang
bahwa sejak awal mereka masuk logam recehan yang disediakan oleh kedua
kehidupan rumah tangga, mereka belajar belah pihak. Karena jaman dahulu
hidup dalam persatuan dan kesatuan. perjanjian kawin dilakukan secara lisan,
m) Rapin Tuak maka turus kawin ini dibagi-bagikan
Tuak adalah minuman khas Dayak yang kepada yang hadir saat itu, terutama kepada
dibuat dari beras ketan yang dimasak dan para orangtua dengan maksud bahwa
diproses dengan ragi. Dalam acara Haluang, mereka adalah saksi-saksi secara umum dari
pihak calon mempelai laki-laki memberikan perkawinan itu.
tuak ini untuk memperlancar para luang q) Batu Kaja
berbicara, sehingga acara ini menjadi semarak Merupakan pemberian dari orang tua
dan penuh senda gurau dalam keakraban. mempelai laki-laki kepada mempelai
perempuan. Pemberian ini dapat berupa
perhiasan emas atau barang adat lainnya,
sesuai dengan kemampuan. Ini akan diberikan
saat sang suami memboyong istrinya ke
rumah orangtuanya pada acara Pakaja
Manantu.

Acara Mamanggul/Kajan Hatue (Meminang)


merupakan penghormatan kepada nilai-nilai leluhur
serta menjadi nasehat atau tuntunan bagi kedua
mempelai. Sebagaimana pendapat Lawang
(Murdiyatmoko, 2007) bahwa nilai adalah gambaran

Gambar 7. Rapin Tuak mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga,
dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang

8
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City

yang bernilai tersebut. Berkaitan dengan pendapat itu, 3) Lilis/lamiang (manik-manik kuno yang
pernikahan adat Dayak Ngaju memiliki fungsi dan warnanya abadi tidak akan pernah luntur oleh
makna yang amat penting untuk dijadikan pedoman waktu), fungsi lamiang / lilis ini adalah sebagai
dalam menjalani kehidupan berumah tangga bagi penekang hambaruan atau penguat semangat
kedua mempelai. Selain itu juga terdapat nilai moral dan keyakinan dalam setiap tindakan bahkan
dan norma yang tidak bertentangan dengan yang berperan pula sebagai alat pengakuan dan
berlaku dalam masyarakat. kemantapan berpijak. Bagi pihak laki-laki ini
c). Maja Misek/Kajan Bawi (Pertunangan) juga memberi warna bahwa mereka
Maja dalam bahasa Dayak Ngaju adalah bertamu menghormati dan menghargai pihak perempuan.
atau bertandang, sedangkan Misek artinya 4) Uang, sebagai simbol rejeki untuk kedua calon
bertanya. Jadi, dalam tatanan adat perkawinan pengantin.
Dayak Ngaju, acara Maja Misek berarti suatu 5) Ayam, darahnya berfungsi untuk mamalas
tahap dimana pihak laki-laki bertamu untuk (menyucikan) kedua calon mempelai. Ini
menanyakan kepada pihak perempuan tentang sebagai simbol agar kedua calon mempelai
kelanjutan dari perjanjian yang telah dibuat senatiasa dalam keadaan selamat dan murah
bersama pada acara Mamanggul. rejeki dalam masa-masa mempersiapkan
perkawinan mereka.

Jalan Hadat sudah dikenal luas dalam masyarakat


Dayak Ngaju, tetapi apa makna yang terkandung
dibalik simbol-simbol Jalan Hadat tersebut secara
keseluruhan belum banyak diketahui orang,
sehingga pemahaman masyarakat terhadap Jalan
Hadat hanya terfokus pada upacara saja. Orang
Dayak tidak mempunyai aksara seperti suku-
suku lain. Pengganti aksara bagi orang Dayak
Ngaju adalah simbol-simbol yang disebut Totok
Bakaka (sandi/kode umum yang dimengerti
Gambar 8. Prosesi Majak Misek
oleh suku Dayak Ngaju). Dengan terpenuhinya
Makna dari simbol majak misek/pertunangan
norma sosial, akan tercipta masyarakat yang
masyarakat Dayak Ngaju ini adalah:
saling menghormati dan menghargai (Rafiek,
1) Gong, fungsi gong ini dalam bahasa Dayak
2011).
Ngaju disebut batu pisek, sebagai simbol ikatan
2) Pelaksanaan Perkawinan Adat Dayak Ngaju
yang memperkuat bahwa kedua belah telah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
melaksanakan pertunangan anak-anak mereka
dengan Damang Adat, Mantir Adat dan
dan berjanji pada waktunya akan melaksanakan
masyarakat Dayak Ngaju Kota Palangka Raya,
perkawinan anak-anak mereka tersebut.
maka pelaksanaan perkawinan adat Dayak Ngaju
2) Pakaian sinde mendeng (seperangkat pakaian
sesuai dengan kesepakatan waktu yang telah
perempuan) sebagai simbol bahwa pihak laki-
ditetapkan, maka pelaksanaan perkawinan adat
laki berterimakasih kepada sang perempuan
Dayak Ngaju dilakukan melalui tahapan:
karena telah menjaga kehormatannya.

9
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529

a. Panganten Haguet/Mandai saling mengerti satu sama lainnya, dan segala


Acara Panganten Haguet/Mandai adalah persoalan hendaknya dipecahkan melalui
acara dimana pihak calon pengantin laki- musyawarah suami istri.
laki beserta seluruh keluarga haguet
(berangkat) menuju ke rumah calon
pengantin perempuan. Biasanya dirumah
calon pengantin laki-laki diadakan jamuan
sederhana dan juga telah disiapkan sangku
yang berisi beras, ramun pisek berupa
handuk, sabun, bedak dan sebagainya. Setiba
Gambar 9. Prosesi Haluang Hapelek
di halaman rumah calon pengantin
c. Pelaksanaan Perkawinan
perempuan, rombongan tidak dapat masuk
Setelah serangkaian tahapan adat
karena dihalangi oleh Pantar Lawai atau
dilaksanakan, maka pelaksanaan perkawinan
Lawang Sakepeng yaitu semacam pintu
selanjutnya bagi yang beragama
gerbang yang dibuat dari pelepah kelapa
Kaharingan, diserahkan kepada basir untuk
yang dihiasi dengan benang bersusun tiga
memimpin acara Manyaki yaitu, mengoleskan
yang dibentangkan menghalangi jalan masuk.
darah hewan korban yang telah ditaruh
Agar rombongan dapat masuk maka benang
pada sebuah piring atau mangkok kecil, ke
yang merintangi tersebut harus diputuskan.
beberapa bagian tubuh kedua mempelai. Pada
b. Haluang Hapelek
acara ini kedua mempelai duduk di atas
Dalam upacara ini pihak mempelai laki-laki
sebuah gong sambil memegang sebatang
dan perempuan membentuk satu kelompok
pohon sawang (Ponjon Andong/hanjuan)
utusan (yang biasanya masing-masing terdiri
yang diikat bersamaan dengan Dereh Uwei
dari tiga atau lima atau tujuh orang).
(sepotong rotan) dan Rabayang (tombak
Kelompok utusan dari laki-laki disebut tukang
bersayap/sejenis trisula). Jari telunjuk mereka
sambut (pihak yang menjawab menyanggupi
menunjuk ke atas sebagai tanda bahwa
atau tidak) dan kelompok pihak perempuan
mereka berdua bersaksi kepada Ranying
disebut tukang pelek (pelek yang
Hatalla Langit. Kaki mereka menginjak jala
mengajukan/menuntut syarat-syarat
dan batu asah sebagai tanda bahwa mereka
perkawinan). Dalam upacara haluang
berdua juga bersaksi kepada penguasa alam
hapelek ini kedua belah pihak mengadakan
bawah. Ruang pelaminan adalah tempat
dialog seolah-olah mengadakan tawar
khusus acara pengantin babalay atau
menawar mengenai jalan hadat (jalannya
pengantin bersanding, di tempat inilah mereka
adat). Dialog tawar menawar ini melalui
mengikrarkan janji hidup sebagai sepasang
seorang perantara yang disebut tukang
suami istri yang disaksikan oleh pemimpin
luang ( luang ini adalah orang yang dahulu
agama, maupun pemuka adat.
menjadi perantara pada acara hakumbang auh,
yaitu tatean tupay). Haluang hapelek ini
melambangkan bahwa suami istri dalam
kehidupan bersama nanti harus senantiasa

10
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City

13) Lakar fungsinya tempat untuk menampung


hal-hal kotor yang bias mengganggu acara
perkawinan.
14) Tutup rinjing fungsinya untuk menutup
mata pengantin laki-laki / perempuan agar
tidak memperhatikan laki-laki atau
perempuan lain.
Gambar 10. Prosesi Manyaki Penganten
15) Amak dara: permadani / tempat duduk /
Hasil wawancara dengan Mantir Adat
alas duduk untuk pengantin.
dijelaskan bahwa alat yang harus disediakan
16) Dadinding, fungsinya sebagai tirai
dalam ruang pelaminan (tidak dilaksanakan)
pelaminan pengantin.
adalah:
17) Tirai, fungsinya sebagai pelengkap hiasan
1) Guci, fungsinya sebagai mas kawin.
pengantin.
2) Peti kis kecil, fungsinya tempat
menyimpan jalan hadat dari laki-laki.
Setelah rumah selesai dihias dan alat-alat
3) Rambat, fungsinya sebagai tempat
untuk pelaminan pun telah siap maka
seperangkat barang dan pakaian pengantin
perkawinanpun dilaksanakan. Dalam setiap
laki-laki.
upacara perkawinan maupun adat yang lain
4) Lancang, fungsinya sebagai tempat
dalam masyarakat Dayak Ngaju pastilah selalu
menyimpan sirih pinang.
menyediakan behas (beras). Beras dalam suku
5) Batu asa, fungsinya tempat kedua
Dayak dianggap sebagai media komunikasi
pengantin menginjak kaki sebagai simbol
yang sangat efektif antara manusia dengan
kekuatan menjalani hidup.
Ranying Hatalla (sang penguasa semesta),
6) Jala, fungsinya alat untuk mohon doa restu
selain sebagai makanan pokok dan penunjang
agar pengantin mendapat rejeki.
hidup.
7) Rebayang, fungsinya sebagai tempat
mengikat batang sawang yang siap untuk
ditanam.
8) Garantung, sebagai tempat duduk kedua
pengantin.
9) Uei / rotan, fungsinya sebagai simbol agar
penghidupan kedua pengantin akan terus
naik.Sawang, fungsi untuk ditanam di
depan rumah, sebagai tanda memulai
hidup Baru. Gambar 11. Pengantin Mandai
10) Gantang fungsinya untuk menyimpan Makna perkawinan itu bukan hanya suatu
beras. peristiwa yang mengenai mereka yang
11) Patung kalekang karuhei fungsinya untuk bersangkutan (perempuan dan laki-laki) yang
mengahalau roh jahat. menikah saja, akan tetapi juga bagi orang tuanya,
12) Apar fungsinya untuk menyimpan saudara-saudaranya dan keluarga-keluarga
makanan. (Soekanto, 2008). Ungkapan tersebut dapat

11
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529

dimaknai bahwa suatu perkawinan itu dilakukan Dalam upacara ini orang tua pengantin laki-
bukan hanya urusan calon mempelai saja tetapi laki memberikan kepada menantunya piring,
semua anggota keluarga ikut terlibat demi mangkok, pisau, selembar kain panjang dan
kelancaran prosesi perkawinan itu. Untuk itu sepotong kain baju. Inilah yang disebut
perlu adanya persetujuan dan campur tangan dari dengan acara maruah penganten. Acara ini
pihak orang tua dan keluarga masing-masing adalah sebagai simbol bahwa kedua mempelai
mempelai. tidak lagi memantang diri untuk bertemu dan
melakukan pekerjaan-pekerjaan serta
mengadakan perjalanan kemana-mana,
3) Pasca Perkawinan Adat Dayak Ngaju demikian juga dengan telah dibawanya sang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara istri ke tempat-tempat orang tua mempelai
dengan Demang Adat, Mantir Adat dan laki-laki, maka sejak saat itu sang istri dapat
Masyarakat Dayak Ngaju, bahwa setelah upacara dengan bebas untuk datang membantu atau
perkawinan dilalui, maka masih ada lagi beberapa pun bertamu ke tempat mertuanya.
upacara yang masih dalam rentetan perkawinan. b. Mampakaya/ Pakaja Menantu
Beberapa upacara tersebut yaitu: Mampakaya menantu sebenarnya upacaranya
a. Maruah Pengantin sama dengan upacara maruah menantu, hanya
Tujuh hari setelah perkawinan kedua yang menjadi perbedaan adalah pestanya
mempelai tidak dapat mengadakan perjalanan dilaksanakan lebih besar. Pestanya
ke mana-mana, baru pada hari kedelapan dilaksanakan di rumah laki-laki dan waktunya
mempelai diantar oleh ibu mempelai pun tidak terikat tergantung pihak laki-laki
perempuan atau orang lain dari pihak apakah mempunyai kemampuan dalam
keluarganya bertemu ke tempat-tempat melaksanakannya. Dalam upacara ini kedua
keluarga, maksud dari acara ini adalah kedua mempelai dipalas dan orang tua laki-laki
mempelai memperkenalkan diri bahwa memberikan lagi beberapa pemberian kepada
mereka telah melaksanakan perkawinan dan menantunya biasanya berupa barang-barang
akan mengatur rumah tangga sendiri, dan seperti emas dan lain sebagainya. Dengan
mereka juga akan mempererat hubungan selesainya upacara mampakaya menantu ini
dengan kerabat serta pada tetangga dan berarti selesailah upacara-upacara yang
anggota masyarakat. Setelah itu sekitar tiga berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan.
atau tujuh hari kemudian pengantin laki-laki
Demikianlah tahapan adat yang telah diajarkan
pulang ke tempat orang tuanya, dan tanpa
secara turun temurun oleh leluhur masyarakat
membawa serta istrinya, dan ia akan tinggal di
Dayak Ngaju. Tahapan-tahapan adat ini masih
tempat orang tuanya itu selama sekurang-
dilaksanakan dan dipelihara sampai sekarang.
kurangnya tiga hari atau selama-lamanya
Sekalipun mungkin jumlah, urutan dan sebutannya
empat belas hari. Maksud dari hal ini adalah
tidak sama, namun pada intinya hal itu
untuk kembali ke tengah-tengah lingkungan
menunjukkan bahwa perkawinan adat Dayak Ngaju
keluarga setelah upacara perkawinan dan juga
memiliki simbol-simbol dengan berbagai nilai filosofi
untuk perundingan kapan ia akan membawa
dan maknanya.
istrinya untuk datang ke tempat orang tuanya.

12
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City

KESIMPULAN Palangka Raya, Mantir Adat Kecamatan Pahandut


Upacara perkawinan adalah proses pelaksanaan Kota Palangka Raya, Masyarakat Adat Dayak Ngaju
ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita Kota Palangka Raya yang sudah membantu dalam
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga pengumpulan data dan informasi, serta Bapak Dekan
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
petunjuk Ranying Hatalla. Dalam upacara adat Dayak PGRI Palangka Raya yang telah memberikan izin
Ngaju terdapat 47 wujud simbol beserta makna dan penelitian.
fungsinya seperti: Upacara Pra Perkawinan
(hakumbang auh memiliki makna untuk menjajagi dan
menyampaikan maksud untuk menjadikan seorang
gadis sebagai istrinya, Mamanggul/Kajan Hatue
memilik makna sebagai cara untuk meminta seorang REFERENSI
gadis secara resmi setelah keluarga pria mengetahui Geertz, Clifford. 2017. The Interpretation of Culture.
keinginannya diterima seorang gadis, dan Maja Third Edition. New York: Basic Books, Inc.,
Misek/Kajan Bawi memilik makna acara pertemuan Publisher.
keluarga pria dan seorang gadis guna mengambil Ilon, Y. Nathan. 1991. Ilustrasi dan Perwujudan
kesepakatan bersama tentang waktu dan jadwal pesta Lambang Batang Garing dan Dandang
perkawinan, syarat-syarat perkawinan, besarnya Tingang: Sebuah Konsepsi Memanusiakan
palaku, biaya pesta serta sanksi atau denda jika terjadi Manusia dalam Filsafat Suku Dayak Ngaju
pembatalan atau penundaan perkawinan), Pelaksanaan Kalimantan Tengah. Palangka Raya: PBP
Perkawinan Adat Dayak Ngaju (Panganten DATI I Kalimantan Tengah.
Haguet/Mandai memiliki makna sebagai Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan. 2001.
keberangkatan penganten pria ke ruamah pengantin Panaturan. MBAHK: Palangka Raya.
wanita atau kedatangan pengantin pria di rumah Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi: Memahami dan
pengantin wanita, Haluang Hapelek memiliki makna Mengjkaji Masyarakat untuk Kelas X. Bandung:
dialog antara wakil dari pihak pria dan wanita terkait Grafindo Media Pratama.
menagih janji syarat-syarat perkawinan yang harus Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa
diserahkan kepada pihak perempuan, dan Pelaksanaan Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta: Balai
Perkawinan memiliki makna pengukuhan perkawinan), Pustaka.
Pasca Perkawinan Adat Dayak Ngaju (Maruah Rafiek, M. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Pengantin memiliki makna tanda berakhirnya masa Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
berpantang bagi kedua mempelai, dan Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung:
Mampakaya/Pakaja Menantu memiliki makna sebagai PT. Remaja Rosdakarya.
ungkapan rasa syukur dan bahagia baha anak mereka Soekanto, Soerjono dan Taneko, Soleman B. 1990.
telah memiliki pasangan hidup dilakukan dengan cara Hukum Adat Indonesia. Edisi 1, Cet. 2. Jakarta:
menerima menantu oleh kedua orang tua si pria). Rajawali Press.
Soekanto, Soerjono. 2008. Hukum Adat Indonesia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada..
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Demang Kepala Adat Kecamatan Pahandut Kota

13
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529

Soemadiningrat, H. R. Otje Salman. 2015.


Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer.
Bandung: Alumni.

14

Anda mungkin juga menyukai