php/anterior
The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City
Sriyana 1 Abstrak
Hiskiya 2 Suku Dayak memiliki filosofi Belom Bahadat (hidup beradat)yang melandasi
seluruh aspek kehidupan orang Dayak Ngaju. Salah satu tatanan kehidupan yang
Universitas PGRI Palangka
*1
masih dipertahankan dan dilestarikan adalah penyelenggaraan perkawinan adat
Raya1, Palangka Raya, Dayak Ngaju. Tidak semua masyarakat Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya
Kalimantan Tengah, Indonesia memahami sepenuhnya mengenai makna perjanjian perkawinan dan makna
2 simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju. Terkadang hanya tua-tua adat dan para
Universitas PGRI Palangka
orang tua yang telah berpengalaman saja yang memahami makna perkawinan adat
Raya1, Palangka Raya,
Dayak Ngaju, sedangkan pasangan muda umumnya kurang mengetahui akan hal
Kalimantan Tengah, Indonesia
itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan
*email: mendeskripsikan makna simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju di Kota Palangka
riyanupp72@gmail.com Raya. Sedangkan Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah
makna simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahapan
prosesi perkawinan memiliki makna simbolik, dimana simbol-simbol tersebut
mempunyai makna dan fungsi masing yang saling berkaitan dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju. Simbol-simbol tersebut selalu mempunyai
peranan dan sebagai petunjuk bagi para penganutnya.
© yearThe Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
DOI: https://doi.org/10.33084/anterior.vxix.xxx.
menghindari bentuk perkawinan yang tidak lazim digunakan untuk berkomunikasi. Manusia tidak hanya
karena hal itu akan sangat memalukan, tidak hanya berkomunikasi dengan sesamanya untuk memenuhi
bagi calon kedua mempelai tetapi juga bagi emosi keagamaan, manusia juga berkomunikasi dengan
seluruh keluarga dan juga keturunan mereka kelak. yang gaib atau dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat
Perlu diakui bahwa tidak semua masyarakat oleh kasat mata. Melalui upacara tradisi, manusia bisa
Dayak Ngaju di Kecamatan Pahandut Kota Palangka mengekspresikan gagasan-gagasan lewat tindakan-
Raya memahami sepenuhnya mengenai makna tindakan simbolik. Simbol tersebut sebagai alat
perjanjian perkawinan dan makna simbolik perantara untuk menggambarkan sesuatu, didalam
perkawinan adat Dayak Ngaju. Terkadang hanya tua- simbol terdapat makna yang melekat didalamnya.
tua adat dan para orang tua yang telah Kehidupan sosial kebudayaan masyarakat di
berpengalaman saja yang memahami makna dalamnya terdapat gagasan-gagasan, simbol-simbol,
perkawinan adat Dayak Ngaju, sedangkan pasangan dan nilai-nilai sebagai hasil dari hubungan interaksi
muda umumnya kurang mengetahui akan hal itu. Dan, individu dengan individu, individu dengan kelompok,
berdasarkan pengakuan dari beberapa orang yang dan kelompok dengan kelompok sehingga muncul
peneliti temui, kebanyakan dari mereka bukan hanya suatu kebiasaan dalam tatanan kemasyarakatan yang
tidak memahami makna simbolik perkawinan saja, disebut kebudayaan, komponen-komponen yang
tetapi mereka juga tidak memahami makna simbolik terdapat di dalam kebudayaan masyarakat memiliki
yang tersirat pada barang-barang hadat dalam kaitan yang erat dengan simbol-simbol. Menurut
perkawinan. Lagi pula, arti maupun makna simbolik Geertz (2017) bahwa simbol-simbol yang dimiliki
dari barang-barang adat tersebut tidak dicantumkan manusia terdapat suatu golongan yang merupakan
secara tertulis dalam surat perjanjian kawin, sehingga suatu sistem tersendiri yang dinamakan sebagai
pemahaman mengenai jalan hadat hanya sebatas simbol-simbol suci yang bersifat normatif dan
upacara perkawinan saja. mempunyai kekuatan yang besar dalam pelaksanaan
Selain itu, para orang tua pada masa sanksi-sanksinya disebabkan simbol-simbol suci
sekarang kurang memberikan pemahaman tentang tersebut merupakan etos (ethos) dan pandangan hidup
hal itu kepada generasi muda. Mungkin karena tidak (world view) unsur hakiki bagi eksistensi manusia dan
punya waktu atau terlalu sibuk, atau mungkin juga juga karena simbol-simbol suci terjalin dalam simbol-
menganggap bahwa hal itu tidak terlalu penting, simbol lainya yang digunakan dalam kehidupan sehari-
sehingga ajaran tradisional yang diajarkan dari mulut harinya yang nyata.
ke mulut (oral tradisional) sebagaimana yang telah Menurut Asad (1993) bahwa simbol bukanlah
diajarkan oleh nenek moyang mulai berkurang. benda atau peristiwa yang bertugas menyampaikan
Namun, tidak dipungkiri bahwa ada juga pasangan makna melainkan perangkat yang merangkaikan
yang memahami tentang arti dan makna simbolik dari hubungan antara benda atau peristiwa yang
perkawinan yang mereka laksanakan. Hal itu mungkin keseluruhannya merupakan suatu konsep dan komplek
terjadi karena orang tua mereka telah mewariskan yang memiliki makna. Pendekatan Geertz bahwa
pengetahuan itu sebelum mereka melangsungkan simbol merupakan hubungan antara pemikiran manusia
perkawinan. dan kenyataan yang berasal dari luar maupun dari
Simbol dan makna merupakan dua hal yang dalam, berbeda dengan pendekatan Talal Asad yang
melekat, dimana simbol yang diciptakan itu pasti memandang simbol sebagai perangkat yang merangkai
mempunyai makna tertentu. Simbol-simbol juga
2
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City
hubungan benda atau peristiwa yang keseluruhannya masyarakat telah terbentuk baik sebelum maupun
merupakan konsep dan komplek memiliki makna. sesudah adanya masyarakat (Soemadiningrat, 2015).
Makna merupakan arti atau maksud/sesuatu kata Menurut Ugang (1983) bahwa pengertian hadat
(Poerwadarminta, 2007). Simbol adalah sesuatu yang (adat) dalam masyarakat Dayak Ngaju adalah
telah memiliki kesatuan bentuk dan makna (Sobur, bentuk-bentuk keluhuran yang bersumber pada
2004). Sedangkan simbolik merupakan perlambang; kekuatan Raying Hatalla Langit (Sang Pencipta).
menjadi lambang mengenai lambang. Menurut Hartoko Hadat ini mencakup tentang tata cara kehidupan dan
dan Rahman (Sobur, 2004) mengartikan bahwa simbol kerja sehari-hari, etika pergaulan sosial, aspek
atau lambang berasal dari bahasa Yunani symballien perkawinan, aspek hukum, aspek ritual keagamaan,
yang berarti melemparkan bersama suatu benda serta hal-hal yang menyangkut segala sesuatu yang
(benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Dengan berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan, atau
demikian dapat dikatakan bahwa makna simbolik agama suku tersebut. Karena itu, hadat yang telah
adalah maksud atau makna yang terkandung dalam dilakukan secara turun temurun ini merupakan
suatu simbol atau perlambang terkait dengan ukuran dan penilaian atas suatu perbuatan dalam
perkawinan adat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. kehidupan suku Dayak Ngaju.
Menurut Soekanto (2000) perkawinan Dalam masyarakat Dayak Ngaju, perkawinan
(marriage) adalah ikatan yang sah dan resmi antara merupakan sesuatu yang luhur dan suci. Ilon (1991)
seorang pria dengan seorang wanita, yang bahwa menurut kepercayaan Kaharingan, Asal mula
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban adat kawin dalam masyarakat Dayak Ngaju sebagai
antara mereka maupun keturunannya. Senada dengan berikut: Sejak nenek moyang yang pertama,
itu, Ember, Carol R.dan Melvin Ember (2002) bernama Manyimei Tunggul Garing Janjahunan Laut
mengatakan sebagai berikut: “Marriage merely means (lelaki) dan Putir Putak Bulau Janjulen Karangan
a socially approved sexual and economic union (perempuan). Mereka melangsungkan perkawinan
between a woman and a man. It is persumed, both by secara tidak resmi, tanpa “ditahbiskan” oleh Raying
the couple and by others, to be more or less permanent, Hatalla. Akibatnya, kehamilan Putir berkali-kali
and it subsumes reciprocal rights and obligations mengalami keguguran (mangelus). Kehamilan
between spouses and the future children”. Tujuan pertama, terjadi keguguran darah yang dibuang ke
dan harapan perkawinan adalah membentuk keluarga laut menjelma menjadi moyang roh gaib hantu laut,
yang bahagia dengan penuh rasa cinta, mendapatkan moyang sakit penyakit (peres-sampar) dan moyang
keturunan, memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan roh-roh gaib pengganggu di kawasan laut.
rohani, dan menghindari perzinahan sehingga tercipta Kehamilan kedua, darahnya terbuang ke sungai
ketenangan dan ketentraman jiwa. menjelma menjadi roh gaib unsur pengganggu di
Soekanto dan Taneko (1990) mengatakan air, moyang ikan tabu tertentu, moyang lintah-
bahwa jika suatu kebiasaan (yang merupakan jelau. Kehamilan ketiga, darahnya terbuang ke laut,
keteraturan) diterima sebagai kaidah, maka kebiasaan disambar petir dan kilat, menjelma menjadi
tersebut memiliki daya mengikat menjadi tata kelakuan moyang banteng, kerbau dan sapi. Kehamilan
yang memiliki ciri-ciri pokok sebagai sarana untuk keempat, darahnya terbuang ke hutan, menjelma
mengawasi perilaku warga masyarakat. Jadi adat menjadi moyang tandang haramaung (harimau),
diartikan sebagai kebiasaan yang menurut asumsi moyang bahutai bungai, moyang roh-roh jahat di
hutan. Kehamilan kelima, darahnya ditutup dengan
3
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529
perisai dan tombak disambar petir dan kilat faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta atau
halilintar, menjelma menjadi oknum penjaga bulan fenomena terkait makna simbolik dalam perkawinan
yang disebut Talawang Batulang Bunu. Kehamian adat Dayak Ngaju. Subyek dalam penelitian ini adalah
keenam, darahnya terbuang ke hutan rimba, Damang Adat, Mantir Adat serta masyarakat Dayak
menjelma menjadi berbagai jenis akar, kayu dan Ngaju Kota Palangka Raya. Teknik pengumpulan data
moyang dari berbagai jenis ular. Kehamilan ketujuh, menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi
darahnya terbuang ke bawah rumah, menjelma dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan
menjadi Raja Tingkaung Langit moyang segala jenis teknik analisis kualitatif yaitu teknik analisis yang
anjing. Kehamilan kedelapan, darahnya terbuang ke lebih menekankan analisisnya pada proses
dapur, disambar petir, menjelma menjadi Putir penyimpulan induktif serta analisis terhadap dinamika
Balambang Kawu moyang jenis kucing. Kehamilan hubungan antar fenomena yang diamati, dengan
kesembilan, darahnya terbuang ke halaman rumah, menggunakan logika ilmiah melalui proses reduksi
disambar petir dan kilat menjelma menjadi moyang data (data reduction), penyajian data (data display) dan
segala jenis ayam kampung. Kehamilan kesepuluh, penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
darahnya terbuang ke belakang rumah, menjelma drawing and verification). Setelah itu, setiap data akan
menjadi moyang berbagai jenis babi hutan dan diberikan penjelasan dan tahap terakhir atau bersamaan
babi kampung. Kehamilan kesebelas, darahnya dengan uraian data akan dilakukan analisis dengan
terbuang ke belakang kampung menjelma menjadi memberikan diskripsi (pemaparan dan penafsiran data
berbagai jenis kayu, rumput tertentu sebagai bahan dalam bentuk narasi) yang berkaitan dengan makna
obat yang berguna bagi manusia. Dan kehamilan simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju di Kota
kedua belas, ke rumpun sawang menjelma menjadi Palangka Raya.
moyang 14 macam unsur patahu, roh gaib penjaga
pemukiman manusia. Melihat hal itu, Raying HASIL DAN PEMBAHASAN
Hatalla Langit kemudian mengirim Raja Uju Menurut ajaran Agama Hindu Kaharingan
Hakanduang untuk meresmikan perkawinan mereka upacara perkawinan adalah suci dan harus
serta menyampaikan pesan, nasehat dan petunjuk yang dilaksanakan oleh setiap pasangan yang akan hidup
disebut kawin suntu. Setelah perkawinan itu berumah tangga yang mempunyai kesadaran tentang
mendapat restu dari Raying Hatalla Langit dan tanggung jawab sebagai suami dan istri dan yang
diresmikan menurut adat, barulah mereka paling penting adalah bagaimana suami istri tersebut
mendapatkan anak yang sempurna seperti: mempu mengedepankan ajaran agama. Hal ini seperti
Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen dan yang tertuang dalam Kitab Suci Panaturan Pasal 19
Maharaja Bunu. Sejak itu, cara-cara atau adat suatu ayat 3 yaitu: “Ewen due puna palus lunuk hakaja
perkawinan diatur. Hal ini pulalah yang menjadi dasar panting baringen hatamuei bumbung, awi ewen
pokok serta acuan perkawinan orang Dayak. sintung due dapit jeha ije manak manarantang
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hatamunan aku huang pantai danum kalunen ije puna
dan menganalisis makna simbolik perkawinan adat ingahandak awi – Ku tuntang talatah panggawi
Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya. manjadi suntu akan pantai danum kalunen“ (MB-
AHK, 2001).
METODOLOGI Perkawinan yang sesuai dengan ketentuan adat
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Dayak Ngaju adalah kawin Hisek yaitu perwakinan
yang tujuannya adalah menjelaskan secara sistimatis, dengan cara bertanya atau melamar. Sedangkan sistem
4
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City
perkawinan yang berlaku pada masyarakat Dayak atau duit/tanda palekak kutak, duit/tanda
Ngaju adalah sistem perkawinan Eleutherogami, yaitu kumbang auh (uang tanda kesanggupan hati
sistem perkawinan yang memberikan kebebasan maupun perkataan). Semuanya dimaksud
kepada seorang laki-laki maupun seorang perempuan untuk mencari kesesuaian dari pihak laki-laki
untuk memilih pasangan hidupnya, baik dari dalam kepada pihak perempuan. Bagi pihak
suku sendiri atau di luar suku. perempuan, uang atau pun barang tersebut
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan berfungsi sebagai pegangan untuk
dokumentasi dengan Demang Adat, Mantir Adat dan mengadakan perundingan antar keluarga guna
masyarakat Dayak Ngaju Kota Palangka Raya menanggapi maksud dari pihak laki-laki.
dijelaskan bahwa dalam perkawinan adat Dayak Ngaju
memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
1) Upacara Pra Perkawinan
Ada beberapa tahap atau fase yang dilakukan
sebelum upacara perkawinan yaitu:
a. Hakumbang Auh (Penjajakan/Lamaran
Awal)
Sebagai upaya pihak keluarga laki-laki Gambar 1. Prosesi Hakumbang Auh
berusaha untuk mencari tahu lebih banyak b) Mamanggul/Kajan Hatue (Meminang)
tentang asal-usul, sejarah keluarga, situasi dan Tahap ini merupakan kelanjutan dari
kondisi si gadis. Pihak keluarga biasanya Hakumbang Auh yaitu cara meminta si gadis
mencari seseorang anggota keluarga yang secara resmi setelah pihak keluarga laki-laki
akan bertindak sebagai seorang perantara mengetahui bahwa keinginan hati mereka
(dalam bahasa Dayak Ngaju seorang perantara diterima oleh pihak perempuan. Acara
biasanya disebut luang (tatean tupay) untuk Mamanggul merupakan pertemuan yang
menyampaikan kehendak mereka kepada tidak hanya melibatkan keluarga kedua
pihak perempuan, serta untuk menanyakan belah pihak, namun juga masyarakat sekitar.
apakah wanita masih sendiri atau sudah ada
yang punya. Pada prosesi hakumbang auh,
keluarga laki-laki menugaskan luang untuk
menanyakan kepada keluarga perempuan
apakah wanita tersebut masih sendiri atau
sudah ada yang punya, dalam kunjungan
luang ini untuk memperkuat maksud keluarga
Gambar 2. Prosesi Mamanggul
laki-laki, maka luang / tatean tupay membawa
Acara ini dilakukan jika waktu pelaksanaan
atau menyerahkan barang atau uang yang
perkawinan lebih dari setahun. Hal-hal yang
disebut pangumbang, barang ini berbentuk
dibahas dalam acara mamanggul adalah jalan
mangkok besuang behas dengan tanteloh
hadat, yaitu barang-barang adat yang harus
(mangkok berisi beras dan telur) dan duit
diberikan oleh pihak laki-laki pada saat
pangumbang (uang pangumbang). Uang atau
pelaksanaan perkawinan kepada pihak
barang tersebut disebut duit/tanda katutun auh
perempuan sesuai dengan ketentuan adat
5
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529
perkawinan. Adapun barang-barang adat sebagai bagian dari keluarga calon mempelai
tersebut adalah: perempuan. Pemberian ini dapat berupa
barang atau uang.
c) Pakaian Sinde Mendeng
a) Palaku Diberikan kepada ayah kandung calon
Palaku berasal dari kata laku artinya: minta, mempelai perempuan, sebagai tanda
permintaan. Orang Dayak selalu penghormatan atas kasih sayang dan
menempatkan perempuan pada posisi utama. perlindungan yang diberikan. Bingkisan ini
Hal ini dapat terlihat dari kehidupan berupa seperangkat pakaian laki-laki.
masyarakat sehari-hari yang selalu d) Garantung Kolok Pelek
mengedepankan perempuan. Palaku adalah Biasanya diberikan berupa sebuah gong
hak mutlak seorang istri. Seorang suami sebagai bukti ikatan /perjanjian perkawinan.
tidak berhak menjual maupun Makna simbolik dari garantung kolok pelek
menggadaikannya kepada pihak lain. adalah bahwa perkawinan dimulai dari
kesepakatan bersama kedua pihak. Dan
barang hadat ini mengingatkan mereka supaya
memelihara ikatan perkawinan, jangan
merusaknya. Mereka harus meluruskan arah
hidupnya, sehingga jika ada hal yang dapat
menyesatkan mereka harus kembali kepada
kesepakatan awal, janji setia di hadapan
Raying Hatalla Langit.
6
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City
seseorang ketika berada di hutan. Dalam panjang, sebagai perwujudan rasa terima kasih
perkawinan, Lamiang Turus Pelek menjadi atas jasa luang.
tonggak peringatan awal dimulainya suatu
rumah tangga yang baru. Selain itu, lamiang h) Sinjang Entang
sebagai simbol kejujuran dan keteguhan ikrar Sinjang entang berasal dari kata Sinjang
kedua calon mempelai; sebagai tonggak janji artinya kain penutup tubuh, dikenal dengan
setia sejalan dengan kesepakatan yang telah istilah tapih (sarung), sedangkan entang
mereka buat. adalah kain panjang untuk menggendong
bayi/balita (bahalai). Sinjang entang ini
mengingatkan akan kasih sayang sang ibu
dalam memelihara anak gadisnya sejak
kecil hingga dewasa.
i) Tutup Uwan
Tutup Uwan secara harafiah berarti penutup
uban; merupakan bingkisan penghormatan
berupa 2 meter kain hitam yang diberikan
kepada tambi (nenek) sebagai tanda
terimakasih karena telah turut menjaga dan
membesarkan cucunya (calon mempelai
Gambar 5. Lilis Lamiang perempuan).
f) Bulau Singah Pelek j) Lapik Ruji
Bulau artinya emas, terbuat dari logam Lapik Ruji atau lapik panatau diberikan
mulia, cahayanya tidak akan pudar/luntur dalam bentuk uang logam perak Belanda
dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Singah senilai satu ringgit, maksudnya bahwa dalam
artinya penerang atau penerangan. Bulau membangun rumah tangga di perlukan
Singah Pelek adalah cincin kawin yang modal dasar. Uang Lapik Ruji tidak
dipasang pada jari manis calon suami dan dibelanjakan karena uang itu dianggap sebagai
calon istri. Cincin emas ini melambangkan alas kehidupan.
cinta suci dan ketulusan hati kedua calon
mempelai untuk menjalani kehidupan
rumah tangga bersama.
g) Lapik Luang
Lapik artinya alas, dasar atau tempat
duduk. Luang artinya perantara, juru
runding atau kurir. Luang dipercayakan untuk
mewakili keluarga calon mempelai dalam
membicarakan janji-janji terdahulu
Gambar 6. Lapik Ruji
(persyaratan adat), sebelum pelaksanaan
k) Timbuk Tangga
perkawinan tersebut. Lapik Luang diberikan
Secara harafiah berarti timbun tangga.
dalam bentuk bahalai yaitu selembar kain
Pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan sendiri,
7
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529
Gambar 7. Rapin Tuak mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga,
dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang
8
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City
yang bernilai tersebut. Berkaitan dengan pendapat itu, 3) Lilis/lamiang (manik-manik kuno yang
pernikahan adat Dayak Ngaju memiliki fungsi dan warnanya abadi tidak akan pernah luntur oleh
makna yang amat penting untuk dijadikan pedoman waktu), fungsi lamiang / lilis ini adalah sebagai
dalam menjalani kehidupan berumah tangga bagi penekang hambaruan atau penguat semangat
kedua mempelai. Selain itu juga terdapat nilai moral dan keyakinan dalam setiap tindakan bahkan
dan norma yang tidak bertentangan dengan yang berperan pula sebagai alat pengakuan dan
berlaku dalam masyarakat. kemantapan berpijak. Bagi pihak laki-laki ini
c). Maja Misek/Kajan Bawi (Pertunangan) juga memberi warna bahwa mereka
Maja dalam bahasa Dayak Ngaju adalah bertamu menghormati dan menghargai pihak perempuan.
atau bertandang, sedangkan Misek artinya 4) Uang, sebagai simbol rejeki untuk kedua calon
bertanya. Jadi, dalam tatanan adat perkawinan pengantin.
Dayak Ngaju, acara Maja Misek berarti suatu 5) Ayam, darahnya berfungsi untuk mamalas
tahap dimana pihak laki-laki bertamu untuk (menyucikan) kedua calon mempelai. Ini
menanyakan kepada pihak perempuan tentang sebagai simbol agar kedua calon mempelai
kelanjutan dari perjanjian yang telah dibuat senatiasa dalam keadaan selamat dan murah
bersama pada acara Mamanggul. rejeki dalam masa-masa mempersiapkan
perkawinan mereka.
9
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529
10
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City
11
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529
dimaknai bahwa suatu perkawinan itu dilakukan Dalam upacara ini orang tua pengantin laki-
bukan hanya urusan calon mempelai saja tetapi laki memberikan kepada menantunya piring,
semua anggota keluarga ikut terlibat demi mangkok, pisau, selembar kain panjang dan
kelancaran prosesi perkawinan itu. Untuk itu sepotong kain baju. Inilah yang disebut
perlu adanya persetujuan dan campur tangan dari dengan acara maruah penganten. Acara ini
pihak orang tua dan keluarga masing-masing adalah sebagai simbol bahwa kedua mempelai
mempelai. tidak lagi memantang diri untuk bertemu dan
melakukan pekerjaan-pekerjaan serta
mengadakan perjalanan kemana-mana,
3) Pasca Perkawinan Adat Dayak Ngaju demikian juga dengan telah dibawanya sang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara istri ke tempat-tempat orang tua mempelai
dengan Demang Adat, Mantir Adat dan laki-laki, maka sejak saat itu sang istri dapat
Masyarakat Dayak Ngaju, bahwa setelah upacara dengan bebas untuk datang membantu atau
perkawinan dilalui, maka masih ada lagi beberapa pun bertamu ke tempat mertuanya.
upacara yang masih dalam rentetan perkawinan. b. Mampakaya/ Pakaja Menantu
Beberapa upacara tersebut yaitu: Mampakaya menantu sebenarnya upacaranya
a. Maruah Pengantin sama dengan upacara maruah menantu, hanya
Tujuh hari setelah perkawinan kedua yang menjadi perbedaan adalah pestanya
mempelai tidak dapat mengadakan perjalanan dilaksanakan lebih besar. Pestanya
ke mana-mana, baru pada hari kedelapan dilaksanakan di rumah laki-laki dan waktunya
mempelai diantar oleh ibu mempelai pun tidak terikat tergantung pihak laki-laki
perempuan atau orang lain dari pihak apakah mempunyai kemampuan dalam
keluarganya bertemu ke tempat-tempat melaksanakannya. Dalam upacara ini kedua
keluarga, maksud dari acara ini adalah kedua mempelai dipalas dan orang tua laki-laki
mempelai memperkenalkan diri bahwa memberikan lagi beberapa pemberian kepada
mereka telah melaksanakan perkawinan dan menantunya biasanya berupa barang-barang
akan mengatur rumah tangga sendiri, dan seperti emas dan lain sebagainya. Dengan
mereka juga akan mempererat hubungan selesainya upacara mampakaya menantu ini
dengan kerabat serta pada tetangga dan berarti selesailah upacara-upacara yang
anggota masyarakat. Setelah itu sekitar tiga berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan.
atau tujuh hari kemudian pengantin laki-laki
Demikianlah tahapan adat yang telah diajarkan
pulang ke tempat orang tuanya, dan tanpa
secara turun temurun oleh leluhur masyarakat
membawa serta istrinya, dan ia akan tinggal di
Dayak Ngaju. Tahapan-tahapan adat ini masih
tempat orang tuanya itu selama sekurang-
dilaksanakan dan dipelihara sampai sekarang.
kurangnya tiga hari atau selama-lamanya
Sekalipun mungkin jumlah, urutan dan sebutannya
empat belas hari. Maksud dari hal ini adalah
tidak sama, namun pada intinya hal itu
untuk kembali ke tengah-tengah lingkungan
menunjukkan bahwa perkawinan adat Dayak Ngaju
keluarga setelah upacara perkawinan dan juga
memiliki simbol-simbol dengan berbagai nilai filosofi
untuk perundingan kapan ia akan membawa
dan maknanya.
istrinya untuk datang ke tempat orang tuanya.
12
1st Sriyana, 2nd Hiskiya,. The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In Palangka Raya City
13
Anterior Jurnal, Vol 20 No 1, Desember 2020, Page x – x p-ISSN: 1412-1395; e-ISSN: 2355-3529
14