Anda di halaman 1dari 10

KEARIFAN LOKAL UPACARA PERKAWINAN ADAT

SUKU LINGGAU

Rosmaidar
Dosen Universitas Bina Darma
Jalan Jendral Ahmad Yani No. 3 Palembang
Sur-el: rosmaidar@binadarma.ac.id

Abstract: This study aimed to (1) describe the Linggau tribal marriage ceremony, and (2) analyze
the local wisdom contained in the Linggau tribal marriage ceremony with a descriptive method
based on a qualitative approach. The data source was a traditional marriage ceremony that
developed among the Linggau tribe community. Data and information were collected from
informants who know the ins and outs of the marriage ceremony of the Linggau tribe, Ona (75
years) who is a traditional figure who resides in the Batu Batu Urip Taba, Lubuk Linggau. Data
collection was obtained from the results of listening and taking notes and recording. In addition,
unstructured interviews were also used to further explore the traditional ceremonies of the Lubuk
Linggau tribe. The method used in this research was descriptive method.

Keywords: Traditional marriage ceremony, Local wisdom, Descriptive method.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan upacara perkawinan suku Linggau,
dan (2) menganalisis kearifan lokal yang terdapat dalam upacara perkawinan suku Linggau
dengan metode deskriptif berdasarkan pendekatan kualitatif. Sumber data adalah upacara adat
perkawinan yang berkembang di tengah masyarakat suku Linggau. Data dan informasi
dikumpulkan dari informan yang mengetahui seluk-beluk upacara perkawinan suku Linggau yaitu
Ona (75 thn) yang merupakan tokoh adat yang bertempat tinggal di Keluarahan Batu Urip Taba,
Lubuk Linggau. Pengumpulan data diperoleh dari hasil penyimakan dan pencatatan serta
perekaman. Selain itu digunakan juga wawancara yang tak berstruktur untuk menggali lebih jauh
upacara adat perkawinan suku Lubuk Linggau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif.

Kata kunci: Upacara adat perkawinan, Kearifan lokal, Metode deskriptif.

1. PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak sekali suku dan


masing-masing suku memiliki tradisi upacara

Pernikahan merupakan upacara sakral yang perkawinan yang berbeda satu sama lain. Suku

mengikat janji nikah di hadapan agama, hukum, Linggau yang berdiam dan berwilayah di Kota

dan sosial. Upacara perkawinan merupakan Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan

upacara adat yang diselenggarakan untuk memiliki upacara perkawinan yang merupakan

menyambut dan mengenang kesakralan dan tatanan nilai-nilai luhur yang telah dibentuk oleh

kesucian pernikahan dalam kehidupan seseorang.

Kearifan Lokal Upacara Perkawinan Adat Suku Linggau (Rosmaidar) 37


tetua-tetua adat dan diturunkan kepada generasi menikah bila mereka melakukan yang disebut
berikutnya. dengan kawin adam atau nikah adat. Sebelum
Kota Lubuklinggau merupakan salah satu memasuki tahap pernikahan, masyarakat
kota setingkat kabupaten yang letaknya paling Linggau mengenal beberapa tahapan yaitu
barat dari wilayah Propinsi Sumatera Selatan. tahapan sebelum perkawinan dan adat
Secara administratif. Kota Lubuklinggau perkawinan.
mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Upacara perkawinan ini sudah lama
Utara berbatasan dengan Kecamatan BKL. menjadi kebudayaan masyarakat Lubuk Linggau
Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas; dan menjadi milik bersama sejak dulu kala,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan bahkan telah menjadi identitas budaya
Tugu Mulyo dan Muara Beliti Kabupaten Musi masyarakat setempat. Dalam upacara
Rawas; sebelah selatan: berbatasan dengan perkawinan ini terdapat nilai kearifan lokal.
Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi kearifan lokal (local genius/local wisdom)
Rawas dan Propinsi Bengkulu; sebelah barat: merupakan pengetahuan lokal yang tercipta dari
berbatasan dengan Propinsi Bengkulu. Kota hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari
Lubuklinggau memiliki posisi geostrategis pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari
dengan menjadi Kota perlintasan jalur tengah generasi ke generasi.
Sumatera yang menghubungkan Provinsi Penelitian ini bertujuan untuk (1)
Sumatera Selatan dengan Provinsi Bengkulu di mendeskripsikan upacara perkawinan suku
sisi Barat, Provinsi Lampung di sisi Selatan dan Linggau, dan (2) menganalisis kearifan lokal
wilayah lainnya di bagian utara Pulau Sumatera. yang terdapat dalam upacara perkawinan suku
Dengan bertemunya berbagai arus lalu lintas Linggau dengan metode deskriptif berdasarkan
tersebut. Kota Lubuklinggau menjadi Kota pendekatan kuantitatif. Sumber data adalah
transit atau Kota pertemuan berbagai upacara adat perkawinan yang berkembang di
kepentingan sosial, ekonomi dan budaya. tengah masyarakat suku Linggau. Data dan
Konsekuensi logis dari berpadunya berbagai informasi dikumpulkan dari informan yang
kepentingan tersebut, mengakibatkan Kota mengetahui seluk-beluk upacara perkawinan
Lubuklinggau menjadi Kota yang heterogen suku Linggau yaitu Ona (75 thn) yang
(http://lubuklinggaukota.go.id/public/static/6/Ge merupakan tokoh adat yang bertempat tinggal di
ografis). Keluarahan Batu Urip Taba, Lubuk Linggau.
Kota Lubuk Linggau berstatus sebagai kota Pengumpulan data diperoleh dari hasil
Marga Sindang Kelingi di bawah Onder District penyimakan dan pencatatan serta perekaman.
Musi Ulu dengan ibukotanya Muara Beliti ke Selain itu digunakan juga wawancara yang tak
Lubuk Linggau. Bagi masyarakat Linggau berstruktur untuk menggali lebih jauh upacara
seorang lelaki dan perempuan dikatakan resmi adat perkawinan suku Lubuk Linggau. Metode

Jurnal Ilmiah Bina Bahasa Vol. 13 No. 1, Juni 2020: 37-46


yang digunakan dalam penelitian ini adalah generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke
metode deskriptif kualitatif. mulut. Gunawan (2008, p.27) mengungkapkan
Secara etimologi “kearifan (wisdom) berarti bahwa kearifan lokal (local genius/local wisdom)
kemampuan seseorang dalam menggunakan akal merupakan pengetahuan lokal yang tercipta dari
pikirannya untuk menyikapi suatu kejadian, hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari
objek, atau situasi”, sedangkan lokal berarti pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari
kejadian yang terjadi pada daerahnya. Kearifan generasi ke generasi. Proses regenerasi kearifan
lokal adalah pikiran positif manusia yang lokal dilakukan melalui tradisi lisan (cerita
berhubungan dengan alam, lingkungan yang rakyat).
bersumber dari adat istiadat, nilai agama, petuah- Menurut Hasbullah (2012, p.233), kearifan
petitih nenek moyang yang terbentuk oleh lokal adalah budaya masyarakat yang telah
masyarakat sekitar. Warisan ini dijadikan diciptakan oleh nenek moyang dan menjadi
sebagai alat kontrol di masyarakat dan sudah warisan bagi anak cucunya dan sebagai alat
melembaga sehingga menjadi kebudayaan kontrol tingkah laku masyarakat. Nilai-nilai yang
(Ermawi, 2009, p.17). dianggap sebagai alat kontrol sosial dianggap
Dalam bahasa asing, “kearifan lokal juga sebagai nilai agama yang menjadi pedoman
dikonsepsikan sebagai “local wisdom” atau bagi kehidupan manusia. Sedangkan nilai yang
pengetahuan setempat “local knowledge” atau tidak sesuai dengan nilai keagamaan dianggap
kecerdasan setempat “local genious”. Kearifan oleh masyarakat sebagai yang tidak bisa
lokal sama juga halnya dengan nilai budaya yang menghargai nilai. Nilai yang dijadikan patokan
dipegang oleh masyarakat yang dijadikan dari kearifan lokal di masyarakat, telah lama
sebagai pandangan hidup. Akan tetapi, walaupun berevolusi dalam masyarakat maupun
masa sejarahnya nilai-nilai kearifan lokal lingkungan dan sudah beberapa kali mengalami
menjadi senjata utama dalam bermasyarakat, masa periode generasi ke generasi.
seiring dengan waktu berjalan, mengalami juga Diknas menggolongkan nilai-nilai kearifan
perubahan. Dengan adanya keanekaragaman lokal menjadi 18 jenis, yaitu: (1) Religius: Sikap
bangsa Indonesia, sehingga kearifan lokal pun dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ikut mengalami perbedaan juga. Suku Melayu ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
terkenal dengan kearifan lokalnya dengan “lain pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
lubuk lain ikannya, di mana bumi diinjak di situ dengan pemeluk agama lain;
langit dijunjung” (Fajarini, 2014, p.126). (2) Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya
Kearifan lokal merupakan bagian menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. pekerjaan;
Kearifan lokal (local wisdom) biasanya (3) Toleransi: Sikap dan tindakan yang
diwariskan secara turun temurun dari satu menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

Kearifan Lokal Upacara Perkawinan Adat Suku Linggau (Rosmaidar) 39


pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang (13) Bersahabat/Komunikatif: Sikap dan
berbeda dari dirinya; tindakan yang mendorong dirinya untuk
(4) Disiplin: Tindakan yang menunjukkan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
dan peraturan; keberhasilan orang lain;
(5) Kerja Keras: Tindakan yang menunjukkan (14) Cinta Damai: Sikap dan tindakan yang
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
dan peraturan; yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
(6) Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu serta menghormati keberhasilan orang lain;
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari (15) Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan
sesuatu yang telah dimiliki; waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
(7) Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak memberikan kebajikan bagi dirinya;
mudah tergantung pada orang lain dalam (16) Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan
menyelesaikan tugas-tugas; yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
(8) Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan lingkungan alam di sekitarnya, dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban mengembangkan upaya-upaya untuk
dirinya dan orang lain; memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi;
(9) Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang (17) Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dan masyarakat yang membutuhkan; dan
dipelajarinya, dilihat, dan didengar; (18) Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku
(10) Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, seseorang untuk melaksanakan tugas dan
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
kepentingan bangsa dan negara di atas terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
kepentingan diri dan kelompoknya; (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
(11) Cinta Tanah Air: Cara berpikir, bertindak, Yang Maha Esa.
dan berwawasan yang menempatkan Kearifan atau kebijaksanaan adalah sesuatu
kepentingan bangsa dan negara di atas yang didambakan umat manusia di dunia ini.
kepentingan diri dan kelompoknya; Kearifan dimulai dari gagasan-gagasan dari
(12) Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan individu yang kemudian bertemu dengan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan gagasan individu lainnya, seterusnya berupa
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan gagasan kolektif. Kearifan lokal ini biasanya
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang dicipta dan dipraktikkan untuk kebaikan
lain; komunitas yang menggunakannya. Komunitas.
Kearifan lokal ini juga tidak dapat dilepaskan

Jurnal Ilmiah Bina Bahasa Vol. 13 No. 1, Juni 2020: 37-46


dari kebudayaan masyarakat yang 3.1. Tahapan Sebelum Pernikahan
mendukungnya. Kearifan lokal, biasanya
mencakup semua unsur kebudayaan manusia, A. Pergaulan Muda-Mudi
yang mencakup: sistem religi, bahasa, ekonomi, Pergaulan muda mudi antara bujang
teknologi, pendidikan, organisasi sosial, dan (sebutan untuk laki-laki yang belum pernah
kesenian. memiliki istri) dan Dere (sebutan untuk
perempuan yang belum pernah bersuami).

2. METODOLOGI PENELITIAN Ketika terjadi kecocokan antara bujang dan


dere maka perlu diadakan Basindo.
Metode yang digunakan dalam Dere: kor hamangat padi pauh
Penambah padi seni
penelitian ini adalah metode deskriptif. Kor hamangat ngindang jeuh
Peneliti menggambarkan setiap tahapan yang Penambah dusun sunyi

harus dilalui oleh suku Linggau dimulai dari Bujang: Alangkah ilok tembanglah
sebelum pernikahan hingga tahapan pada pandan
Alangkah senang raso padi
saat pelaksanaan pernikahan. Alangkah ilok tembang nga
Adapun pendekatan yang dipakai adalah kundang
Alangkah senang ati kami
pendekatan kualitatif karena data yang
diolah atau dianalisis bukanlah dalam bentuk Artinya:
memanggil hamangat
angka. (semangat)
penambah padi seni
memanggil hamangat
3. HASIL (semangat)
penambah dusun sunyi
Bagi masyarakat Linggau seorang lelaki
dan perempuan dikatakan resmi menikah Alangkah bagus senandung
pandan
bila mereka melakukan yang disebut dengan Alangkah senang rasa padi
kawin adam atau nikah adat. Sebelum Alangkah bagus lagu dengan
teman
memasuki tahap pernikahan, masyarakat Alangkah senang hati kami
Linggau mengenal beberapa tahapan yaitu
Jika kedua belah pihak sudah serius
tahapan sebelum perkawinan dan adat
dalam besindo dapat melanjutkan ke
perkawinan.
hubungan yang lebih serius yaitu ngulang
rasan. Biasanya bujang akan memberikan
sapu tangan yang berisikan cincin
(perak/emas) dan pisau kecil (keris) kepada
dere. Hal ini menunjukkan bahwa

Kearifan Lokal Upacara Perkawinan Adat Suku Linggau (Rosmaidar) 41


menginginkan dere tersebut menjadi lingkungan dan peduli terhadap orang lain
istrinya. sangat tergambar dalam kutipan berikut.
Dalam hal Besindo ini kearifan lokal Alangkah ilok tembanglah
pandan
yang terungkap adalah mandiri, yaitu bujang
Alangkah senang raso padi
dan dere dipersilakan orang tua mereka Alangkah ilok tembang nga
kundang
memilih pacar yang cocok dengan pemilihan
Alangkah senang ati kami
hatinya masing-masing. Orang tua tidak
Artinya:
memaksakan jodoh kepada anak-anaknya.
Alangkah bagus senandung
Selain itu, tergambar religius orang tua pandan
Alangkah senang rasa padi
dalam menganjurkan anak-anak mereka
Alangkah bagus lagu dengan
pentingnya memilih pasangan besindo teman
Alangkah senang hati kami
adalah memiliki kepercayaan dan agama
yang sama. Hal itu menjadi yang terpenting
B. Ngulang Rasan
dalam suku Linggau, Ngulang rasan merupakan kunjungan
Selama besindo ini baik dere maupun pertama kedua orang tua untuk
bujang tidak menutupi-nutupi keburukan mengukuhkan kedua besindo ini. Pihak laki-
atau kekurangan masing-masing diri. Hal ini laki ke rumah pihak perempuan untuk
justru menunjukkan rasa percaya dan jujur melanjutkan rasan bujang kepada dere yang
terhadap pasangan. Apabila telah terdapat telah menjadi tambatan hatinya. Pada saat
kecocokan bujang kepada dere maka bujang ngulang rasan ini pihak keluarga bujang
memberikan sapu tangan kepada dere membawa tepak, saputangan besindo, dan
sebagai tanda kejujuran kepada pasangan sirih masak yang disebut sebagai narok gan.
dan mengikat hubungan tersebut kepada Pemberian Gan oleh Bujang kepada
makna yang lebih luas dari sekadar besindo. Dere (Gadis). Gan merupakan tanda dari
Bujang memberikan sapu tangan kepada pihak Bujang kepada pihak Dere bahwa
dere sebagai tanda kejujuran kepada mereka akan mengikat janji untuk menuju
pasangan dan mengikat hubungan tersebut gerbang pernikahan. Biasanya berupa sen,
kepada makna yang lebih luas dari sekadar pisau, cincin dan sapu tangan. Sen memiliki
besindo yaitu ke jenjang pernikahan. makna simbol penghargaan dari bujang
Kepedulian terhadap lingkungan dan kepada dere. Pisau memiliki makna
sosial yang senantiasa mencegah kerusakan
semangat untuk membentuk kehidupan

Jurnal Ilmiah Bina Bahasa Vol. 13 No. 1, Juni 2020: 37-46


keluarga sakinah, mawwadah, warrohmah. Nilai musyawarah dan mufakat
Cincin memiliki makna bahwa bujang ingin (demokrasi) tergambar dalam gulang rasan
sekali mengikat Dere dalam ikatan ini yaitu mencari tanggal dan bulan yang
perkawinan. baik bagi kedua keluarga untuk pernikahan
Setelah Bujang memberikan Gan bujang dan dere ini. Selain itu, hubungan
kepada pihak Dere, maka Bujang yang melibatkan tetangga, kerabat, dan
mengabarkan kepada keluarganya, bahwa ia handai tolan juga suatu bentuk persaudaraan
berniat untuk memperistri Dere. Maka dan kasih sayang yang merupakan cerminan
berkumpullah pihak keluarga Bujang, dan kepedulian sosial.
mereka menunjuk Ketue Rasan. Ketue Rasan
adalah orang yang dianggap mampu untuk C. Ngantat Dendan
menyampaikan maksud dan kehendak Ngantat Dendan merupakan antaran
kepada pihak Dere. Kemudian si Bujang yaitu pihak bujang mengantarkan
akan mengabarkan kepada pihak Dere permintaan pihak dere. Biasanya saat
bahwa keluarga Bujang akan bertandang ke Ngantat Dendan ini dihadiri juga oleh Gindo
keluarga Dere. Mendengar berita tersebut, (lurah) dan Penggawa (saksi dari pihak
maka Dere juga akan menyampaikan kepada pemerintahan). Hal ini menunjukkan rasa
keluarganya akan rencana kunjungan dari toleransi karena saling peduli yang
keluarga Bujang. ditunjukkan oleh berbagai pihak merupakan
Kearifan lokal yang tergambar pada bukti kepedulian sosial.
ngulang rasan ini adalah kejujuran untuk
2.2 Tahapan Pelaksanaan Pernikahan
menerima kedua keluarga tentang kebenaran
besindo yang telah dilakukan bujang dan A. Nikah
dere mereka. Selain itu, untuk saling tahu Prosesi puncak acara pernikahan adalah
dan mengenal kedua belah pihak calon besan akad nikah. Pernikahan umumnya dilakukan
dan mempelai. Rasa Ingin Tahu merupakan di rumah kediaman pihak perempuan. Di
sikap dan tindakan yang selalu berupaya hari pernikahan ini pihal laki-laki membawa
untuk mengetahui lebih mendalam dan mas kawin yang sudah dipersiapkan setelah
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, terjadi kesepakatan dan musyawarah dalam
dilihat, dan didengar dari besindo bujang ngulang rasan.
dan dere untuk melanjutkan ke hubungan Hal ini menunjukkan jiwa kearifan lokal
yang lebih serius agar tak menyesal di yang saling menghargai dan demokratis
kemudian hari. yaitu segala sesuatu direncanakan dan diatur

Kearifan Lokal Upacara Perkawinan Adat Suku Linggau (Rosmaidar) 43


secara musyawarah oleh kedua belah pihak religius juga tampak pada lirik berejung di
untuk kesuksesan pernikah bujang dan dere atas.
yang telah besindo sekian lama.
C. Pesta Malam (deker)
Bila proses ini selesai, maka Dere akan
Setelah selesai tahapan memasak, kedua
menyandang status Nyan dan Bujang akan
belah pihak ke rumah masing-masing. Pada
menyandang status Tunang. Sebagai tanda,
malam hari diadakan acara muda-mudi
ibu dari Bujang akan memberikan rebang
antara bujang dere setempat dengan tamu
kepada Dere untuk dikenakan dan rebang
yang hadir. Sering kali mereka melantunkan
harus dipakai hingga proses pernikahan.
pantun bersahut antara bujang dere.
Begitu juga sebaliknya, ibu dari Dere akan
memberikan selendang untuk dikenakan oleh
Dere: kalau padi berbuah rambut
Bujang. Tunggal jagung pinggir jala
Kalau hati tinggal maksud
Besok pagi rumah pangeran
B. Hari Masak
Gotong royong merupakan kearifan Bujang: Kalau padi berbuah rambut
Naik sepur berangkat kita
lokal yang senantiasa dijaga dan dipupuk
Kalau hati tinggal maksud
oleh suku Linggau yang masih melekat saat Besok pagi direnah panah
ini. Saat hari masak ini keluarga, tetangga,
Artinya:
sahabat datang dan berkumpul untuk saling Kalau padi berbuah rambut
Tunggul jagung pinggir jala
tolong menolong menyiapak hidangan untuk
Kalau hati tinggal maksud
pesta bujang dan dere ini. Kadang-kadang Esok pagi rumah pangeran
disertai hiburan berejung.
Kalau padi berbuah rambut
Naik sepur berangkat kita
Nak ke hume hari la tinggi Kalau hati tinggal maksud
Di tengah jalan merajang suhu Esok pagi ditusuk/ditikam
Kalau ku lupa hari sehari panah
Nudung Qur'an
Saat deker ini menunjukkan rasa
Artinya:
persaudaraan dan cinta damai antarsesama.
Mau ke kebun hari sudah tinggi
Di tengah jalan menendang suhu Muda-mudi dan tamu yang hadir tampak
Kalau aku lupa sehari
bergembira dan menjunjung tinggi rasa
Menjunjung Quran engkau kutunggu
saling menghormati antarsesama mereka.
Kepedulian terhadap lingkungan tampak
Selain itu, menyerahkan kehidupan ini
kental pada berejung. Selain itu suasana

Jurnal Ilmiah Bina Bahasa Vol. 13 No. 1, Juni 2020: 37-46


kepada Sang Pencipta merupakan wujud rasa (1) Religius: Sikap dan perilaku yang patuh
religius, dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya;
D. Mapak Sedekah
(2) Jujur: Perilaku yang didasarkan pada
Acara mapak sedekah atau
upaya menjadikan dirinya sebagai orang
persedakahan ini dilakukan pada pagi hari
yang selalu dapat dipercaya dalam
setelah diadakan deker. Pelaksanaan mapak
perkataan, tindakan, dan pekerjaan;
sedekah ini tergantung kesepakatan ketika
(3) Toleransi: Sikap dan tindakan yang
ngulang rasan. Apabila pelaksanaan sedekah
menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
diadakah di rumah pihak calon pengantin
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
perempuan maka kerabat dari pihak mapak
yang berbeda dari dirinya;
ini tergantung dari kesepakatan ngulak
(4) Kerja Keras: Tindakan yang
rasan. Apabila pelaksanaan sedekah di
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
rumah pengantin permpuan maka kerbat dari
berbagai ketentuan dan peraturan;
pihak perempuan akan menjemput calon
(5) Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak
pengantin laki-laki ataupun sebaliknmya
mudah tergantung pada orang lain dalam
untuk mempertemukan kedua calon
menyelesaikan tugas-tugas;
pengantin dalam mengikuti acara
(6) Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan
persedekahan.
bertindak yang menilai sama hak dan
Kearifan lokal demokrasi sangat
kewajiban dirinya dan orang lain;
tercermin dalam mapak sedekah ini yaitu
(7) Menghargai: Sikap dan tindakan yang
berunding untuk menentukan pelaksanaan
mendorong dirinya untuk menghasilkan
sehingga dicapai mufakat yaitu kesepakatan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
pelaksanaan mapak sedekah. Selain itu, kerja
mengakui, serta menghormati keberhasilan
keras untuk mewujudkan kesuksesan pihak
orang lain;
besan dalam menyelanggarakan hajatan.
(8) Bersahabat/Komunikatif: Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk
4. SIMPULAN menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta
Suku Linggau memiliki upacara adat menghormati keberhasilan orang lain;
yang sarat dengan kearifan lokal. Kearifan (9) Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan
lokal tersebut adalah: yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

Kearifan Lokal Upacara Perkawinan Adat Suku Linggau (Rosmaidar) 45


mengembangkan upaya-upaya untuk DAFTAR RUJUKAN
memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi; Ermawi, Imam Santoso. (2009). Kearifan
(10) Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang Lokal Dalam Perencanaan dan
Perancangan Kota Untuk Mewujudkan
selalu ingin memberi bantuan pada orang Arsitektur Kota Yang Berkelanjutan.
lain dan masyarakat yang membutuhkan; dan Malang: Group Konservasi Arsitektur
dan Kota, Universitas Merdeka
(11) Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku Malang.
seseorang untuk melaksanakan tugas dan
Fajarini, Fajarini. (2014). ”Peranan Kearifan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, Lokal Dalam Pendidikan Karakter,”
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan Sosio Didaktika, Vol. 1, No. 2,
Desember 2014, 123-130.
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa. Gunawan, Restu. (2008). “Kearifan Lokal
dalam Tradisi Lisan dan Karya Satra”
dalam Kongres Bahasa, Jakarta, 28—
31 Oktober 2008.

Hasbullah. (2012). ”Rewang: Kearifan Lokal


dalam Membangun Solidaritas dan
Integrasi Sosial Masyarakat di Desa
Bukit Batu Kabupaten Bengkalis”
Jurnal Sosial Budaya, Vol. 9, No. 2,
2012, 231- 232.

Pemerintah Kota Lubuk Linggau. Sekilas


Lubuk Linggau. (Online) (Diakses dari
http://lubuklinggaukota.go.id/public/static/6/
Geografis/, 1 Desember 2018.

Jurnal Ilmiah Bina Bahasa Vol. 13 No. 1, Juni 2020: 37-46

Anda mungkin juga menyukai