DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
1811111220046
BANJARMASIN
2022
A. DEFINISI AIR GAMBUT
Air gambut adalah salah satu air tanah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
yang digunakan sebagian masyarakat yang berada di daerah pasangsurut, dikarenakan
keadaan yang tidak mendukung masyarakat untuk memperoleh air bersih yang
menyebabkan masyarakat menggunakan air gambut (Kusnaedi,2006). Air gambut
adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa maupun dataran rendah
terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(Kusnaedi, 2006) :
Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya
kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam humus dan
turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi bahan organik seperti daun,
pohon atau kayu dengan berbagai tingkat dekomposisi, namun secara umum telah
mencapai dekomposisi yang stabil (Syarfi, 2007). Kandungan organik air
gambutdidominasi oleh senyawahumat yangmemiliki ikatan aromatik kompleks yang
memiliki gugus fungsional seperti – CCOH, OH fenolat maupun –OH alkohol dan
bersifat nonbiodegradable. Sifat ini juga menyebabkan sebahagian besar organik pada
air gambut terurai secara alamiah. Kandungan organik pada air berpotensi membentuk
senyawa karsinogenik antara lain THM (Trihalomethane) pada proses desenfeksi
dengan khlor. (Zouboulis, 2006).
Usaha untuk mereduksi senyawa humat dalam air gambut dilakukan melalui
metode baik secara fisik, kimia maupun biologi. Dalam berbagai kasus, warna akan
semakin tinggi karena disebabkan oleh adanya logam besi yang terikat oleh asam-asam
organic yang terlarut dalam air tersebut (Lema, 2008). Struktur gambut yang lembut dan
mempunyai pori-pori menyebabkannya mudah untuk menahan air dan air pada lahan
gambut tersebut dikenal dengan air gambut. Berdasarkan sumber airnya, lahan gambut
dibedakan menjadi dua yaitu (Trckova, M., 2005) :
1. Bog.
Merupakan jenis lahan gambut yang sumber airnya berasal dari air hujan dan air
permukaan. Karena air hujan mempunyai pH yang agak 8 asam maka setelah bercampur
dengan gambut akan bersifat asam dan warnanya coklat karena terdapat kandungan
organik.
2. Fen.
Merupakan lahan gambut yang sumber airnya berasal dari air tanah yang biasanya
dikontaminasi oleh mineral sehingga pH air gambut tersebut memiliki pH netral dan
basa. Berdasarkan kelarutannya dalam alkali dan asam, asam humus dibagi dalam tiga
fraksi utama yaitu :
a) Asam Humat
Asam humat atau humus dapat didefinisikan sebagai hasil akhir dekomposisi bahan
organik oleh organisme secara aerobik. Ciri-ciri dari asam humus ini antara lain:
– Asam ini mempunyai berat molekul 10.000 hingga 100.000 g/mol (Collet, 2007).
Merupakan makromolekul aromatik komplek dengan asam amino, gula amino,
peptide, serta komponen alifatik yang posisinya berada antara kelompok aromatik.
– Merupakan bagian dari humus yang bersifat tidak larut dalam air pada kondisi pH <
2 tetapi larut pada pH yang lebih tinggi.
– Bisa diekstraksi dari tanah dengan bermacam reagen dan tidak larut dalam larutan
asam. Asam humat adalah bagian yang paling mudak diekstrak diantara komponen
humus lainnya.
– Mempunyai warna yang bervariasi mulai dari coklat pekat sampai abu-abu pekat.
– Humus tanah gambut mengandung lebih banyak asam humat (Stevenson, 1982).
Asam humus merupakan senyawa organik yang sangat kompleks, 9 yang secara
umum memiliki ikatan aromatik yang panjang dan nonbiodegradable yang
merupakan hasil oksidasi dari senyawa lignin (gugus fenolik).
b) Asam Fulvat
Asam fulvat merupakan senyawa asam organik alami yang berasal dari humus, larut
dalam air, sering ditemukan dalam air permukaan dengan berat molekul yang rendah
yaitu antara rentang 1000 hingga 10.000 (Collet, 2007). Bersifat larut dalam air pada
semua kondisi pH dan akan berada dalam larutan setelah proses penyisihan asam humat
melalui proses asidifikasi. Warnanya bervariasi mulai dari kuning sampai kuning
kecoklatan.
c) Humin
Kompleks humin dianggap sebagai molekul paling besar dari senyawa humus karena
rentang berat molekulnya mencapai 100.000 hingga 10.000.000. Sedangkan sifat kimia
dan fisika humin belum banyak diketahui. Air gambut merupakan air permukaan dari
tanah bergambut dengan ciri yang sangat mencolok karena warnanya merah kecoklatan,
mengandung zat organik tinggi serta zat besi yang cukup tinggi, rasa asam, pH 3 -5 dan
tingkat kesadahan rendah.(Hamer.MJ, 2004) Air Gambut dapat menjadi penularan
penyakit salah satunya penyakit kulit hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti Waluyo dalam Angela Katiho et all, 2011).
Dampak Kesehatan Air Gambut Telah diketahui bersama air merupakan bahan pokok
dalam kebutuhan manusia. Dalam penggunaan apabila tidak diperhatikan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Gangguan kesehatan dimaksud adalah
gangguan penyakit yang ada hubungannya dengan air atau “water related disease”.
Dampak air gambut terhadap kesehatan hampir sama saja dengan dampak penyediaan
air bersih pada umumnya. Yang membedakan hanyalah perbedaaan dalam hal
karakteristik kimia dan keadaan fisiknya. Air gambut berwarna kuning kecokelat-
cokelatan, bersifat asam dan beberapa parameter kimianya tinggi, sebaliknya terdapat
beberapa parameter kimia yang dibutuhkan tubuh tidak tersedia. Secara ilmiah belum
banyak peneliti yang mengungkapkan dampak air gambut terhadap kesehatan, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Disamping karena pemakaiannya terbatas juga
penggunaan jenis air gambut untuk kebutuhan rumah tangga ini relative baru dan
muncul ketika akan dibukanya lahan gambut sejuta hektar di kalimantan Tengah. Air
gambut dilahan sejuta hektar tidak hanya untuk keperluan pertanian dan transportasi
saja, tetapi dijadikan sebagai alternative utama dalam penyediaan air bersih untuk
kebutuhan rumah tangga. Dengan demikian menentukan atau mengukur dampak air
gambut secara umum terhadap kesehatan manusia tidak mudah. Untuk itu dalam
menentukan jenis dampak atau pengaruh air gambut terhadap kesehatan adalah dengan
melihat sifat dan pengaruh dari masing-masing parameter bakteriologis dan kimia yang
terkandung dalam air gambut dibandingkan dengan PEMENKES RI Nomor 416 Tahun
1990 tentang Kualitas Air Bersih dan mengukur indicator derajat kesehatan seperti
terjadinya peristiwa penyakit yang ada hubungannya dengan air (Soemirat,2004),
Sedangkan untuk mengukur gangguan kesehatan atau penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan air ini dapat dikelompokan menurut mekanisme atau cara
penularannya, yaitu water borne diseases, water washed diseases, water based diseases
clan water -related insect vector diseases.
Penyebab penyakitnya berada dalam air lalu air tersebut diminum oleh seseorang maka
ia akan sakit. Contoh dari penyakit ini adalah kolera, typhoid, hepatitis infektiosa dan
disentri basiler. Dari Pengamatan dan laporan penyakit di Puskesmas wilayah gambut
Kabupaten Nagan Raya (2005) diketahui insidens diare 12,98 per 1000 Penduduk dan
thypoid 4,08 per 1000 Penduduk.
Yang tergolong penyakit ini adalah penyakit-penyakit yang dapat diberantas dengan
memberikan cukup banyak air untuk cuci, mandi dan kebersihan perorangan pada
umumnya. Contoh penyakit-penyakit ini adalah penyakit saluran pencernaan, kulit dan
mata. Jenis penyakit ini juga tidak menunjukkan perbedaan pencatatan di puskesmas,
baik di daerah gambut maupun daerah bukan gambut.
Yaitu penyakit yang kuman penyebabnya sebagian siklus hidupnya didalam hospes
perantara yang hidup di air. Contohnya adalah schistosomiasis yang disebabkan oleh
cacing scistosomiasis yang hidup dalam keong. Jenis penyakit ini belum terdeteksi di
Puskesmas-puskesmas wilayah gambut.
Menurut kusnaedi (2006), koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia ke dalam
air agar kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna
organik,lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat
mengendap.Tahap ini berlangsung pada ember pertama dengan cara mencampurkan zat
koagulasi yang dilengkapi dengan pengaduk. Bahan koagulan yang dapat digunakan
antara lain: kapur, tawas, tanah liat (lempung) setempat, dan tepung biji kelor.
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi (yang
diukur dengan kekeruhan) dari air melalui media berpori-pori. Pada proses penyaringan
ini zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui lapisan materi berbentuk
butiran yang disebut media filter.
D. KARAKTERISTIK AIR
1. Karakteristik Air Berdasarkan Parameter Fisik
a. Suhu
Suhu air maksimum yang diizinkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia No.
416/Kemenkes/Per/IX/1990 adalah 30°C. Penyimpangan terhadap ketetapan ini akan
mengakibatkan :
1) Meningkatnya daya/tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan pencemaran dalam air
b. Warna
Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa-rawa seringkali
berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk keperluan rumah
tangga maupun keperluan industri, tanpa dilakukannya pengolahan untuk
menghilangkan warna tersebut.
c. Bau
Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau. Biasanya bau disebabkan
oleh bahan-bahan organik yang dapat membusuk serta senyawa kimia lainnya fenol. Air
yang berbau akan dapat mengganggu estetik.
d. Rasa
Biasanya rasa dan bau terjadi bersama sama, yaitu akibat adanya dekomposisi bahan
organik dalam air. Seperti bau, air yang memiliki rasa juga dapat mengganggu estetik.
b. Total Solid
c. Jumlah Kesadahan
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam
valensi dua. Ion-ion ini mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerakair. Kation-
kation penyebab utama dari kesadahan Ca++, Mg++, Sr++, Fe++ dan Mn++.
Kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh Ca++ dan Mg++ secara
bersama-sama. Standarkualitas menetapkan kesadahan total adalah 5-10 derajat
jerman
d. Zat Organik
Adanya zat organik di dalam air disebabkan karena air buangan daricrumahtangga,
industri, kegiatan pertanian dan pertambangan. Zatcorganik didalam air dapat
ditentukan dengan mengukur angka permangatannya (KmnO4). Di dalamstandar
kualitas, ditentukan maksimal angka permangatnya 10 mg/l. Penyimpangan standar
kualitas tersebut akan mengakibatkan :
e. Kimia Organik
1) Calcium (Ca)
2) Tembaga (Cu)
Ukuran batas ada atau tidaknya tembaga adalah 0,05-1,5 mg/L. Dalamjumlah kecil
Cu sangat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah,sedangkan dalam jumlah
yang besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak dilidah, disamping dapat
menyebabkan kerusakan pada hati.
H2S sangat beracun dan berbau busuk, oleh karena itu zat ini tidak boleh terdapat
dalam air minum. Dalam jumlah besar dapat menimbulkan atau memperbesar
keasaman air sehingga menyebabkan korosif pada pipa-pipa logam.
4) Magnesium (Mg)
Efek yang ditimbulkan oleh Mg sama dengan kalsium yaitu menyebabkan terjadinya
kesadahan. Dalam jumlah kecil Mg dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan
tulang, sedang dalam jumlah yang lebih besar dari 150 mg/L dapat menyebabkan
rasa mual.
5) Besi (Fe)
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Dialam
didapat sebagai hematit. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna(kuning),
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Besi
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin.
6) Mangan (Mn)
7) Seng (Zn)
Satuan yang dipergunakan adalah mg/L dengan batas antara 1,0 sampai 15 mg/L. Zn
dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Akan tetapi apabila
jumlahnya besar dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.
DAFTAR PUSTAKA
Dio. R, 2011, Disain Saringa Air Lambat Pada Embung Yang Memperhatikan Kualitas
dan Kuantitas Air Bersih. Universitas Nusa Cendana Kupang.
Djuanda, 2003, Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Penerbit, Fakultas Kedokteran.
Harahap, 2004,Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 1. Jakarta: Hipokrates. Hal 1-3. 2000. Dasar-
Dasar Diagnosis Penyakit Kulit.
Kusnaedi, 2006, Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta. PT
Penebar Swadaya
Lema, 2008, Viabilitas Isolat-isolat Bakteri Selulolitik Pada bahan Pembawa Gambut,
Tugas Akhir S1 Jurusan teknik Kimia
Sutrino, 2006, Teknologi penyediaaan Air Bersih, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Surawira, Unus, 2005, Air dalam kehidupan dan lingkungan yang sehat. Rieneka cipta.
Bandung PT
Syarfi, 2007, Rejeksi Zat Organik Air Gambut Denagn Membran Ultrafiltrasi. Jurnal
Sain Tekhnologi. Jakarta
Trckova, M., 2005. Waluyo dalam Angela Katiho Woodfrord Josepd dan Nancy
Malonda, 2011