Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Air Gambut
Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Air Gambut
TINJAUAN PUSTAKA
Air gambut merupakan air permukaan hasil dari akumulasi sisa material tumbuhan,
biasanya pada daerah berawa atau dataran rendah yang terhambat untuk membusuk
secara sempurna oleh kondisi asam dan anaerob terutama di Sumatera dan
Kalimantan [9]. Air gambut memiliki ciri-ciri yaitu intensitas warna yang tinggi
biasanya berwarna merah kecoklatan, keruh, kandungan partikel tersuspensi yang
rendah, kation yang rendah, kandungan zat organik yang tinggi dan keasaman tinggi
(pH yang rendah) [10]. Warna merah kecoklatan pada air gambut disebabkan
tingginya kandungan zat organik dalam air gambut yang berasal dari dekomposisi
bahan organik seperti daun, pohon, dan kayu. Struktur gambut yang lembut dan
mempunyai pori-pori menyebabkannya mudah untuk menahan air dan air pada
lahan gambut tersebut dikenal dengan air gambut [11].
Lahan gambut dibedakan menjadi dua yaitu bog dan fen. Bog adalah jenis lahan
gambut yang sumber airnya berasal dari air hujan dan air permukaan, karena air
hujan mempunyai pH yang agak asam maka setelah bercampur dengan gambut
akan bersifat asam dengan air yang berwarna coklat, hal ini dikarenakan terdapat
kandungan organik. Fen adalah lahan gambut yang sumber airnya berasal dari air
tanah yang biasanya dikontaminasi oleh mineral sehingga pH air gambut tersebut
memiliki pH netral dan basa [12].
Secara umum air gambut tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih yang
distandarkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, dan Pemandian
Umum. Karakteristik air gambut bersifat spesifik, dalam arti tergantung dengan
lokasi maupun segi vegetasi, jenis tanah dimana air gambut itu berada, ketabalan
gambut, usia gambut dan cuaca [13].
5
2.1.2. Karakteristik Air Gambut
Air gambut merupakan air permukaan yang menggenangi suatu daerah, yang
terbentuk dari adanya tumpukan bahan organik dalam waktu yang lama.
Berdasarkan penelitian, air gambut tersebut mengandung senyawa organik
trihalometan yang bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Selain itu, air gambut
dapat menyebabkan iritasi kulit, gangguan metabolisme, dan menyebabkan
kerusakan pada gigi [14].
Daerah rawa gambut menjadi penyebab kondisi air tercemar, air gambut memiliki
pH yang rendah, tinggi kandungan logam berat, serta memiliki nilai TSS, TDS,
BOD dan COD yang tinggi. Air gambut mempunyai pH rendah, berwarna merah
kecoklatan, dan banyak mengandung zat organik. Konsentrasi zat organik di dalam
air gambut terlihat dari warnanya, semakin pekat warnanya semakin tinggi
kandungan zat organik-nya rendahnya konsentrasi partikel tersuspensi
menyebabkan nilai kekeruhan yang rendah sehingga air gambut memiliki sifat fisik
yang bening [15].
Air gambut memiliki kandungan logam Fe yang cukup tinggi yang diindikasikan
dengan warna air gambut yang merah dan kecoklatan [15]. Besi merupakan logam
berwarna putih keperakan, air mengandung Fe dapat menimbulkan rasa, warna
kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri dan kekeruhan [2].
Senyawa Besi pada umumnya bersifat sukar larut dan cukup banyak terdapat di
dalam tanah [16]. Tingginya kadar Besi dalam air gambut dikarenakan logam Besi
6
yang berikatan dengan asam-asam organik yang terlarut dalam air gambut yang
dapat menyebabkan semakin tingginya warna pada air gambut [18].
2.1.3.2. Mangan (Mn)
Mangan merupakan salah satu logam dengan jumlah yang banyak di dalam tanah,
alam bentuk oksidan maupun hidroksida [18]. Mangan dapat memberikan noda-
noda pada bahan/benda-benda yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat
menimbulkan bau dan rasa pada minuman [19]. Keluhan pada logam Mangan (Mn)
mampu menimbulkan keracunan kronis hingga berdampak menimbulkan
keracunan kronis hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki dan otot, muka
kusam dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mangan (Mn) bicaranya
lambat dan hyperrefleksi [20].
Umumnya tubuh manusia membutuhkan mangan rata-rata 10 mg/L setiap hari,
kebutuhan Mangan perhari dapat dipenuhi dari makanan. Namun mangan bersifat
toxic terhadap alat pernafasan. Endapan dari Mangan (Mn) dapat menimbulkan bau
dan rasa pada minuman.
Mangan (Mn) merupakan metal berwarna kelabu-kemerahan, di alam Mangan
(Mn) ditemui dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam valensi. Air yang
mengandung Mangan (Mn) berlebih dapat menimbulkan rasa, warna dan kekeruhan
[21]. Kandungan Mangan yang diperbolehkan dalam air yang dipergunakan untuk
keperluan domestik yaitu dibawah 0,05 mg/L [22]. Dalam skala yang sedikit
Mangan dalam air dapat menjaga kesehatan otak dan tulang, berperan dalam
pertumbuhan rambut dan kuku, serta membantu menghasilkan enzim untuk
metabolisme tubuh untuk mengubah karbonhidrat dan protein membentuk energi
yang akan digunakan [23].
2.1.3.3. pH Air
Air gambut memiliki pH yang rendah sehingga menyebabkan air memiliki rasa
asam disebabkan banyak mengandung asam humus [24]. pH air gambut yang
rendah dapat menyebabkan air terasa asam yang dapat menimbulkan kerusakan gigi
dan sakit perut. pH air yang rendah disebabkan oleh asam fulvat, humin dan asam
humat [18].
Sifat fisik dan kimia tanah gambut merupakan sifat-sifat tanah gambut yang penting
diperhatikan dalam pengelolaan lahan gambut. Sifat kimia seperti pH, kadar abu,
7
kadar N, P, K, kejenuhan basa (KB), dan unsur hara mikro merupakan informasi
yang perlu diperhatikan dalam pemupukan di tanah gambut. Tanah gambut
umumnya mempunyai tingkat keasaman yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3 –
4 [17].
2.1.3.4. Kandungan Zat Organik
Kandungan zat organik yang ada dalam air gambut dapat berasal dari alam atau
sebagai dampak dari kegiatan manusia. Kadar zat organik yang berlebihan dalam
air tidak diperbolehkan karena selain menimbulkan warna, bau dan rasa yang tidak
diinginkan, juga mungkin bersifat toksik baik secara langsung maupun setelah
bersenyawa dengan zat lain yang ada. Kandungan organik yang diteliti oleh peneliti
adalah kandungan organik. Zat organik disebut juga parameter nilai permanganate
[25].
Pada air gambut ditemukan kandungan zat organik yang tinggi kekeruhan dan
kandungan partikel tersuspensi yang rendah. Warna merah kecoklatan pada air
gambut merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik terlarut terutama
dalam bentuk asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari
dekomposisi bahan organik seperti daun pohon atau kayu [2], [13].
8
2.2 Risiko Kesehatan Masyarakat
Faktor risiko kesehatan masyarakat adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang dapat
mempengaruhi kemungkinan timbulnya pengaruh buruk terhadap kesehatan
masyarakat. Kondisi wilayah rawa gambut yang memiliki sumberdaya air dengan
kualitas yang rendah dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat dan dapat
berdampak pada kesehatan [26], [27].
Kualitas air dapat diartikan sebagai kondisi kualitatif yang dicerminkan oleh
kategori, parameter: organik, anorganik, fisik, kimia, biologi, radiologi dalam
hubungannya dengan kehidupan. Dampak pencemaran itu bila tidak dicegah atau
ditanggulangi akan merugikan kehidupan manusia sendiri, baik terhadap kesehatan
maupun sosial ekonominya. Pencemaran tidak selalu berasal dari satu sumber,
tetapi dapat dari kegiatan-kegiatan dalam daerah tersebut. Berkaitan dengan
masalah kualitas air. Kriteria kualitas sumber air di Indonesia ditetapkan
berdasarkan pemanfaatan sumber-sumber air tersebut dan mutu yang disyaratkan.
9
2. Mendapatkan air yang bebas dari kekeruhan, warna dan bau
3. Menyediakan produk air yang sehat dan nyaman, dan
4. Menjaga kebutuhan air konsumen.
10
2.4 Metode Pengujian
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas tiap butir kuisioner pada
program SPSS dengan menggunakan teknik korelasi product moment antara skor
tiap butir kuisioner dengan skor total (jumlah tiap skor kuisioner).
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejuh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Alat ukur dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil
yang sama meskipun dilakukan pengukuran berkali-kali. Suatu kuisioner dikatakan
reliabel jika jawaban dari kuisioner tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu [30].
Pada uji reliabilitas semua item yang valid dimasukkan sedangkan yang tidak valid
tidak diikutsertakan dalam uji reliabilitas. Dalam menentukan reliabel atau tidak
dapat digunakan batas nilai alpha 0,6. Reliabilitas kurang dari 0,6 kurang baik
sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik [31]. Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan 30 responden dikarenakan agar hasil pengujian
mendekati kurva normal. Instrumen dikatan valid mempunyai signifikasi korelasi
dari 95% atau a = 0,05 mengatakan bahwa jumlah minimal uji coba kuesioner
adalah 30 responden [32].
Ukuran korelasi non-parametrik yang analog dengan koefisien korelasi Pearson (r)
adalah koefisien korelasi yang dikembangkan oleh Charles Spearman (1908) yaitu
11
koefisien korelasi peringkat Spearman. Statistik ini kadang disebut dengan
Spearman rho, dan dinotasikan dengan ρ. Pada koefisien korelasi peringkat
Spearman rho digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non-parametrik
(skala ordinal). Ini merupakan ukuran korelasi yang menuntut kedua variabel
diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek-objek
penelitiannya dapat diranking dalam dua rangkaian berurut [33].
Kajian terdahulu merupakan penelitian terkait yang dijadikan sebagai dasar pada
penelitian yang sedang dikerjakan. Pada Tabel 2.1. memperlihatkan kajian
terdahulu.
12
No. Judul Penulis Tahun Keterangan
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kualitas air dan kelainan
Analisis Kualitas
kulit
Air dan Keluhan
pengaduan pengguna air sungai Siak.
Gangguan Kulit
Fadillah Ismy, Jenis penelitian ini adalah deskriptif
pada Masyarakat
1. Taufik Ashar, dan 2012 dengan populasi sebanyak 470 orang
Pengguna Air
Surya Dharma dan jumlah sampel sebanyak 82 orang.
Sungai Siak di
Pengambilan sampel Teknik
Pelabuhan Sungai
pengambilan sampel dilakukan dengan
Duku.
pilihan non random sampling yaitu
accidental sampling [15].
Penelitian ini bertujuan untuk
Analisis Kualitas
menganalisis kualitas air gambut untuk
Air Gambut dan
kualitas fisik, kualitas biologis, kualitas
Keluhan Kesehatan
kimia dan keluhan kesehatan yang
pada Masyarakat Dipo Satryo
diurutkan oleh air gambut yang
di Dusun Pulo Suhendra,
digunakan. Metode yang digunakan
2. Gombut Desa Suka Irnawati 2012
deskriptif dengan 136 populasi.
Rame Baru Marsaulina, dan
Pengambilan sampel berdasarkan
Kecamatan Kuala Devi Nuraini Santi
random sampling sehingga didapat 58
Hulu Kabupaten
sampel. Titik pengambilan sampel air
Labuhan Batu
diambil di bagian hulu, tengah dan hilir
Utara.
dengan kedalaman 1,5 m [24].
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kadar Fe dan Mn pada air
gambut dan keluhan kesehatan. Hasil
Analisis Kadar Fe
penelitian menunjukkan bahwa kadar Fe
dan Mn pada Air
dan Mn pada air gambut baik yang
Gambut Serta
digunakan untuk keperluan sehari-hari
Keluhan Kesehatan
maupun yang dikonsumsi oleh
3. Di Desa Partungko Erni Novani 2017
masyarakat tidak melebihi ambang
Naginjang
batas. Keluhan kesehatan yang dirasakan
Kecamatan Harian
masyarakat akibat penggunaan air
Boho Kabupaten
gambut yaitu dari 88 orang sebanyak
Samosir.
78,4 % mengalami keluhan kesehatan
dan sebanyak 21,6% tidak mengalami
keluhan kesehatan [14].
Analisis Kualitas Penelitian ini berfokus pada parameter
Fisik Dan Kimia fisik dan kimia denga pengujian Fe, pH
4. (Fe, pH dan (Zat Febriani Amalina 2018 dan zat organik. Hasil penelitian
organik) pada Air menunjukkan bahwa kualitas kimia
Gambut yang parameter Fe hanya pada dua titik saja
13
Digunakan yang tidak memenuhi syarat yaitu titik
Masyarakat Serta sampel 1 dan 2 air sumur gali, pH dan
Keluhan Kesehatan zat organik hanya dua titik yang
Masyarakat Di memenuhi syarat yaitu titik sampel 5
Desa Perkebunan dan titik 6 air sumur bor, yang paling
Ajamu Kecamatan dominan menggunakan air gambut
Panai Hulu adalah ibu rumah tangga untuk
Kabupaten kebutuhan sehari – hari (97,7%).
Labuhan Batu Keluhan kesehatan pada kulit seperti
kulit menjadi merah (43,2%) dan gatal-
gatal (45,4%). Dapat disimpulkan dari
penelitian ini bahwa 40 orang (90,9%)
[10].
14