KIMIA DASAR
PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA DENGAN
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
BAB VI
PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA DENGAN MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
TUJUAN
• Menentukan panjang gelombang maksimum
• Membuat kurva standar kalium permanganat
• Menentukan konsentrasi kalium permanganate dalam larutan sampel yang belum diketahui
konsentrasinya dengan metode spektrometri
A. PRE-LAB
1. Jelaskan prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis!
Spektrofotometer Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet mempunyai Panjang
gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang
400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (
Jati, 2018). Prinsip kerja spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada Panjang
gelombang tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat memiliki absorbansi pada pajang
gelombang tertentu yang khas. Panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi digunakan
untuk mengukur kadar zat yag diperiksa. Banyaknya cahaya yang diabsorsbsi oleh zat
berbanding lurus dengan kadar zat. Memastikan ketepatan pengukuran, kadar yang hendak
di ukur dibandingkan terhadap kadar yang diketahui (standar) (Jati, 2018).
konsentrasi media yang encer dan jika terlalu pekat maka fungsi absorbans terhadap
konsentrasi menjadi tidak linear (Warono dan Syamsudin, 2013).
C. Kuvet berfungsi sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau
gelas.
E. Red out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
berasal dari detektor (Putri, 2017).
F. Mikroprosesor dan output dari kalibrator dapat disimpan dan konsentrasi sampel
yang tidak diketahui secara otomatis dapat dihitung.
G. Piranti pembaca fungsinya membaca sinyal listrik dari detector dimana data
digambarkan dalam bentuk yang bisa diinterprestasikan atau disajikan pada display
yang dapat dibaca oleh pemeriksa (Jati, 2018).
4. Jelaskan perbedaan antara cahaya monokromatis dan cahaya polikromatis! Jelaskan pula
kaitan cahaya monokromatis dengan absorbansi senyawa!
Perbedaan antara cahaya monokromatis dan cahaya polikromatis adalah jika sumber
sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam
rentang panjang gelombang. Sedangkan monokrometer berfungsi sebagai penyeleksi
panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monkromatis (Putri, 2017) Hubungan antara cahaya monokromatik dengan
senyawa absorbansi berdasarkan pernyataan yaitu serapan dapat terjadi jika foton/radiasi
yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk
menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Jika sinar monokromatik dilewatkan melalui
suatu lapisan larutan dengan ketebalan (db) , maka penurunan intensitas sinar (dl ) karena
melewati lapisan larutan tersebut bebanding langsung dengan intensitas radiasi (I),
konsentrasi spesies yang menyerap (c ) dan dengan ketebalan lapisan larutan (db). Secara
matematis, pernyataan ini dapat dituliskan:
Nama Rahmat Dwi Febriyanto
NIM 215100200111003
Kelas B
Kelompok B1
Jika absorbansi (A) dihubungkan dengan Transmittan (T) = I/10 maka dapat diperoleh
A=log 1 /T .
B. Tinjauan Pustaka
a. Analisa Spektrofotometri Sinar Tampak
Syarat utama suatu zat yang dapat di analisis menggunakan spektrofotometer sinar
tampak harus berupa larutan dan berwarna. Jika larutan yang di analisis tidak berwarna
harus dijadikan berwarna dengan cara memberikan reagen tertentu yang spesifik. Reagen
yang digunakan hanya hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen tersebut
dikenal dengan istilah chromogenic reagent (reagen pembentuk warna). Larutan yang
berwarna tersebut harus memenuhi sifat-sifat berikut:
1. Kestabilan warna yang dihasilkan cukup lama agar hasil pengukuran
absorbansinya teliti dan akurat.
Nama Rahmat Dwi Febriyanto
NIM 215100200111003
Kelas B
Kelompok B1
2. Intensitas warna yang dihasilkan cukup kuat (warna harus cukup tua).
3. Warna larutan yang diukur harus bebas dari pengaruh pH, suhu, maupun kondisi-
kondisi lainnya. (Nisyak dkk., 2019)
b. Warna Komplementer
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dari dalam keadaan sehari- hari
disebut warna komplementer. Perhatikan table dibawah ini
Panjang gelombang Warrna yang diserap Warna korplementer
400-435 Ungu Hijau kekuningan
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru kehijauan Jingga
490-500 Hijau kebiruan Merah
500-560 Hijau Ungu kemerahan
560-580 Hijau kekuningan Merah
580-595 Kuning Biru
595-610 Jingga Biru kehijauan
610-800 Merah Hijau kebiruan
(Nisyak dkk., 2019).
Secara kualitatif absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan absorpsi cahaya
pada daerah tampak. Kita melihat obyek dengan pertolongan cahaya yang diteruskan atau
dipantulkan. Apabila cahaya polikromatis (cahaya putih) yang berisi seluruh spektrum
panjang gelombang melewati medium tertentu, akan menyerap panjang gelombang lain,
sehingga medium itu akan tampak berwarna. Oleh karena hanya penjang gelombang yang
diteruskan sampai ke mata maka panjang gelombang inilah yang menentukan warna
medium. Warna ini disebut warna komplementer terhadap warna yang diabsorpsi (Putri,
2017).
c. Hukum Lambert-Beer
Putri (2017) menyatakan Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A)
sedangkan cahaya yang dihamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan
hukum Lambert-Beer atau hukum Beer, berbunyi ”Jumlah radiasi cahaya tampak
(ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditranmisikan oleh suatu
larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Berdasarkan hukum Lamber-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya
cahaya yang dihamburkan:
T =atau%T =×100 % dan adsorbansi dinyatakan dengan rumus rumus:
A=−log T =−log , dimana Io merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah
Nama Rahmat Dwi Febriyanto
NIM 215100200111003
Kelas B
Kelompok B1
intensitas cahaya setelah melewati sampel. Rumus yang diturunkan dari Hukum-Beer
dapat ditulis sebagai:
A=a. b .c atau A=ε . b . c
dimana:
A = absorbansi
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm) b b= tebal
larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur.
C. Tinjauan Bahan
a. Larutan KMnO4
Kalium permanganate adalah suatu senyawa kimia anorganik yang memiliki rumus
KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung iok K+ dan MNO4-. Kalium
permanganate larut dalam air dan menghasilkan senyawa berwarna merah muda atau
ungu intens. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang baik, dimana mangan
memiliki bilangan oksidasi +4 sehingga dapat dimanfaatkan dibidang kesehatan
maupun industri. Kalium permanganate merupakan kristal perunggu dan stabil Kalium
permanganate bereaksi dengan senyawa yang mudah menyala sehingga menyebabkan
kebakaran dan dijauhkan dari senyawa pereduksi, asam kuat, material organic,
peroksida, alcohol dan senyawa kimia logam aktif. Senyawa ini panas apabila dimakan
atau dihisap, juga mengakibatkan panas apabila terjadi kontak dengan kulit. Sedikit
larutan kalium permanganate dapat menyebabkan melarutnya seng dengan
menggunakan air yang banyak. Kalium permanganate termasuk elektrolit kuat
(Feronika dan Rahadian, 2018).
b. Aquades
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga
bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening, tidak berbau dan tidak
memiliki rasa. Aquades biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari
zat pengotor. Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir
semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam aquades
mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar
seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan
molekul aquades untuk membentuk ikatan hydrogen dengan gugus hidroksil gula dan
alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton (Adani dan Yunita, 2017)
Nama Rahmat Dwi Febriyanto
NIM 215100200111003
Kelas B
Kelompok B1
D. DIAGRAM ALIR
Hasil (ℷ maksimum)
Hasil
(y=ax+b)
4. Pengukuran absorbansi sampel 𝐊𝐌𝐍𝐎𝟒
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Adani, S. I., dan Yunita, A. P. 2017. Pengaruh Suhu Dan Waktu Operasi Pada Proses
Destilasi Untuk Pengolahan Aquades Di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
Jurnal Chemurgy. 1(1): 31-35.
Feronika, N. I. dan Rahadian Z. 2018. Termodinamika Mengenai transport Ionik Dalam Air.
Chemistry Education. 1-34.
Gandjar, I. G., dan Abdul R. 2018. Spektroskopi Molekuler Untuk Analisis Farmasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Jati, Anisa R. 2018. Perbedaan Kadar Total Protein Berdasarkan Penggunaan Kuvet Dan
Tabung Reaksi Baru. THESIS. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Kholilah, S. 2015. Studi Pengaruh Ion Al3+ Terhadap Analisa Besi Degan Pengompleks
1,10- Fenantrolin Pada pH 4,5 Dengan Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis.
SKRIPSI. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Nisyak dkk. 2019. Penuntun Praktikum Biokimia. Surabaya: Qiara Media.
Putri, Lusia E. 2017. Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan Metoda
Spektroskopi UV Visible. Natural Science Journal. 3(1): 391-398.
Warono, Dwi, dan Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektromfotometer Untuk Analisa Zat
Aktif Ketoprofen. Konversi. 2(2): 57-65.