Anda di halaman 1dari 2

OPINI

PERENCANA MUDA PADA DIREKTORAT


PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

P enyandang disabilitas merupakan


salah satu kelompok paling rentan
karena dihadapkan pada berbagai
eksklusi sosial, stigma, hambatan, dan
diskriminasi dalam proses pembangunan.
disabilitas sebanyak 9,2 persen. Penyandang
disabilitas juga menanggung biaya yang
tinggi untuk pemenuhan kebutuhan
penunjang seperti biaya pengobatan,
penyediaan alat bantu, transportasi,
disabilitas tercermin dari sejumlah produk
hukum, di antaranya Undang-Undang
(UU) Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pengesahan
(CRPD), serta UU
Aksesibilitas terhadap layanan pendidikan, dan sebagainya. Dari perspektif gender, Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
kesehatan, ketenagakerjaan, ekonomi kerentanan ini lebih tinggi terjadi pada Disabilitas yang menggantikan UU Nomor
produktif, informasi, hingga fasilitas perempuan penyandang disabilitas. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
publik dan lingkungan tanpa hambatan Cacat. Pendekatan yang dahulu bersifat
masih menjadi tantangan utama dalam (isu sosial) pun telah
pembangunan inklusif disabilitas di bergeser, menjadi pemenuhan hak-hak
Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat, Awal September 2021, para atlet penyandang disabilitas. Dari sebelumnya
populasi penduduk dengan disabilitas di penyandang disabilitas yang tergabung menjadi tanggung jawab Kementerian
Indonesia mencapai sekitar 23 juta orang, dalam Tim Paralimpiade Indonesia Sosial saja, sekarang telah berubah
dengan 6,2 juta di antaranya memiliki berhasil mengharumkan nama bangsa di menjadi pendekatan multisektor dengan
tingkat disabilitas sedang dan berat Paralimpiade 2020 Tokyo, menyumbangkan pengarusutamaan isu disabilitas di semua
(Susenas, 2020). 2 medali emas, 3 medali perak, dan 4 bidang pembangunan.
Untuk itu, pemerintah Indonesia medali perunggu (peringkat 43). Hasil ini Selain kedua UU tersebut, ada
harus mengoptimalkan peran serta lebih baik dibandingkan pencapaian tim pula Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun
penyandang disabilitas dalam proses Olimpiade Indonesia dengan 1 medali emas, 2019 tentang Perencanaan, Pelaksanaan
pembangunan, untuk memperkecil 1 medali perak, dan 3 medali perunggu dan Evaluasi atas Penghormatan,
antara penyandang disabilitas (Peringkat 55). Pencapaian ini membuktikan Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak
dengan non-disabilitas. Dari sisi pendidikan, bahwa penyandang disabilitas dapat Penyandang Disabilitas yang menjadi
52 persen penyandang disabilitas tercatat berprestasi apabila didukung dengan pendorong partisipasi
tidak sekolah dan tidak lulus SD, sementara program pembinaan, aksesibilitas dan penyandang disabilitas agar tidak
masyarakat non-disabilitas hanya 15 kesempatan yang setara. Pemerintah hanya sebagai objek, tetapi juga subjek
persen. Partisipasi penyandang disabilitas Indonesia perlu mengeliminasi hambatan- pembangunan. Baru-baru ini, Kementerian
ke pasar tenaga kerja juga tergolong hambatan yang dialami oleh penyandang PPN/Bappenas juga telah meluncurkan
rendah, hanya 45,9 persen, sementara non- disabilitas serta mewujudkan pemenuhan Permen PPN Nomor 3 Tahun 2021 tentang
disabilitas mencapai 70 persen. Dari mereka hak-hak dasar Penyandang Disabilitas agar Rencana Aksi Nasional Penyandang
yang bekerja, 72 persen penyandang mereka dapat berpartisipasi secara penuh Disabilitas (RAN PD) yang memuat
disabilitas bekerja di sektor informal dalam pembangunan serta memaksimalkan rencana pembangunan disabilitas lima
dengan penghasilan rendah. Dilihat dari potensinya untuk berkontribusi tahunan dengan tujuh sasaran strategis,
tingkat kemiskinan, sebanyak 16,3 persen membangun bangsa. yaitu pendataan dan perencanaan
penduduk penyandang disabilitas masuk Upaya pemerintah Indonesia inklusif, lingkungan tanpa hambatan,
kategori miskin, dibandingkan dengan non menuju pembangunan yang lebih inklusif perlindungan hak dan akses pada keadilan,

20 KABAR BAPPENAS / E D I S I I I I / 2 0 2 1
OPINI

pemberdayaan dan kemandirian, ekonomi uang, menjual aset produktif, serta J-Pal pada April 2020 menemukan bahwa
inklusif, pendidikan dan keterampilan, serta mengambil tabungan dan meminta penyandang disabilitas lebih rentan
akses dan pemerataan layanan kesehatan. bantuan dari keluarga dan teman. untuk berhenti bekerja saat pandemi
Tentu saja, agar dapat Pandemi juga berimbas pada dibandingkan dengan non disabilitas.
mewujudkan cita-cita pembangunan layanan kesehatan bagi penyandang Cakupan program ketenagakerjaan seperti
inklusif disabilitas, implementasi disabilitas, mengingat rumah sakit program Kartu Prakerja dan bantuan usaha
RAN PD harus dibarengi dengan harus fokus terhadap pasien Covid-19 mikro untuk merespons Covid-19 juga
pemantauan dan evaluasi berkualitas sehingga layanan kesehatan rutin dan dinilai belum optimal dalam menyasar
demi memastikan capaian program dan rehabilitasi menjadi lebih terbatas, bahkan penyandang disabilitas. Dalam jangka
target pembangunan sehingga hak-hak ditutup. Pembatasan mobilitas pun panjang, kesenjangan akses pelatihan
penyandang disabilitas terpenuhi, termasuk membuat penyandang disabilitas tak dan pendidikan ini akan memperparah
hak untuk berpartisipasi penuh dalam leluasa berkunjung ke klinik. Selain itu, ketimpangan dalam pasar tenaga kerja
proses pembangunan. Koordinasi dan peningkatan gangguan psikososial karena penyandang disabilitas dengan non-
sinergi berbagai aktor pembangunan, dampak ekonomi, tidak berbanding lurus disabilitas.
baik pemerintah, swasta, lembaga dengan penyediaan layanan psikiatri tatap Meskipun penyandang disabilitas
nonpemerintah, maupun organisasi muka yang urung dilaksanakan demi mayoritas tereksklusi dari program
penyandang disabilitas sangat penting menekan risiko terpapar Covid-19. Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang
untuk memastikan bahwa semua pihak Pembatasan mobilitas juga terkait dengan ketenagakerjaan dan
berperan dalam memastikan RAN dan diterapkan di sektor pendidikan dengan bantuan usaha, penyandang disabilitas
Rencana Aksi Daerah (RAD) yang disusun implementasi sistem daring yang berpotensi dilaporkan mendapatkan peningkatan
dapat terimplementasi dengan baik. meningkatkan kesenjangan capaian cakupan perlindungan sosial yang
pendidikan. Pasalnya, pelajar penyandang
disabilitas memiliki kesulitan lebih tinggi listrik, BST, dan BLT Dana Desa. Ke depan,
dalam melaksanakan pembelajaran jarak penyandang disabilitas tentu perlu
Studi yang dilakukan Mahkota jauh karena perangkat yang tidak mampu diprioritaskan sebagai penerima program
dan Bappenas pada 2020 dan 2021 menunjang kebutuhan disabilitas. Sebanyak PEN lainnya, khususnya bantuan tunai,
menunjukkan penyandang disabilitas juga 69 persen pelajar disabilitas kesulitan untuk menjaga daya beli masyarakat
terdampak pandemi Covid-19, utamanya mengikuti pembelajaran daring karena penyandang disabilitas.
terkait aspek ekonomi. Sebanyak 81 tidak ada aksesibilitas khususnya bagi
persen penyandang disabilitas yang penyandang disabilitas sensorik penglihatan
bekerja melaporkan drastisnya penurunan dan pendengaran. Sebanyak 31 persen
pendapatan dan sebanyak 69 persen penyandang disabilitas usia 13-15 tahun
responden menjadi miskin dan semakin tidak lagi bersekolah, dibandingkan Meskipun situasi pandemi telah
miskin akibat penurunan pendapatan dengan tujuh persen non disabilitas pada berangsur membaik, pemerintah harus
usia yang sama. Pelajar penyandang terus meningkatkan komitmen untuk
kondisi bertambahnya pengeluaran rumah disabilitas mayoritas berasal dari keluarga mengupayakan pemulihan ekonomi secara
tangga untuk paket internet/data seluler, berpenghasilan rendah sehingga tidak efektif bagi kelompok-kelompok yang
biaya makanan dan keperluan khusus memiliki akses terhadap teknologi paling terdampak pandemi Covid-19,
terkait disabilitas selama pandemi seperti pendukung pembelajaran jarak jauh seperti termasuk penyandang disabilitas. Dalam
pendampingan belajar, dan sebagainya. komputer, telepon pintar, jangka menengah dan jangka panjang,
Studi tersebut juga menemukan bahwa buku audio, dan lain-lain. Apabila harmonisasi pemulihan ekonomi dan
yang dilakukan penyandang dicermati, tentu model pembelajaran RAN PD dan RAD PD, meliputi proses
disabilitas dapat berdampak buruk bagi daring untuk penyandang disabilitas perlu perencanaan, penganggaran, implementasi,
kesejahteraan mereka secara jangka disesuaikan dengan kebutuhan ragam dan evaluasi akan lebih ramah disabilitas
panjang. Penyandang disabilitas terpaksa disabilitas yang berbeda-beda, serta dan secara langsung melibatkan organisasi
harus mengurangi kualitas dan kuantitas penyesuaian kurikulum dan pendampingan penyandang disabilitas secara langsung.
makanan, mengurangi pengeluaran terapi individu. Kolaborasi dan kerja sama
hingga suplemen makanan, meminjam Di sektor tenaga kerja, Survey berbagai aktor pembangunan mulai dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah,
pihak swasta, Organisasi Penyandang
Disabilitas, hingga Organisasi Masyarakat
Sipil tentu menjadi kunci percepatan
pembangunan inklusif disabilitas di berbagai
bidang. Inklusi penyandang disabilitas
menjadi satu langkah besar agar Indonesia
betul-betul memaknai esensi Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan/
yakni “
”, dengan tidak meninggalkan siapa
Mempresentasikan Enhancing The Role of Social Protection in Covering The Informal Sector in
Indonesia pada Global Learning Lab on Enhancing the Role of Social Protection in a Changing pun, termasuk penyandang disabilitas, demi
World of Jobs, Ankara, Turki, November 2019. Foto: Dok. pribadi. menciptakan pembangunan inklusif dan
berkelanjutan.

KABAR BAPPENAS / E D I S I I I I / 2 0 2 1 21

Anda mungkin juga menyukai