Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/376405609

Evaluasi Program Kesehatan untuk Pencegahan Stunting dalam Menuju


Indonesia Emas 2045 (Health Programs Evaluation for Stunting Prevention
towards Indonesia Emas 2045)

Article · December 2023

CITATIONS READS
0 429

1 author:

Rafly Indra Kusuma


University of Indonesia
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rafly Indra Kusuma on 11 December 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Evaluasi Program Kesehatan untuk Pencegahan Stunting dalam Menuju
Indonesia Emas 2045
(Health Programs Evaluation for Stunting Prevention towards Indonesia Emas
2045)
Rafly Indra Kusuma1
E-mail: rafly.indra@ui.ac.id
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Abstrak

Pendahuluan: Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak dihadapi di seluruh dunia,
khususnya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, prevalensi stunting mencapai 21,6% pada
tahun 2022. Indonesia diprediksikan mencapai masa keemasannya pada tahun 2045. Pada tahun tersebut Indonesia
akan dihadapkan pada perubahan demografi disertai dengan meningkatnya mobilitas penduduk, transisi epidemiologi,
dan perilaku hidup tidak sehat. Faktor perilaku hidup tidak sehat dapat meningkatkan permasalahan kesehatan
masyarakat seperti stunting. Metode: Desain penelitian ini menggunakan metode literature review atau tinjauan
pustaka untuk menemukan rujukan yang relevan mengenai evaluasi program kesehatan untuk pencegahan stunting
dalam menuju Indonesia Emas 2045. Hasil: Terdapat tantangan-tantangan dalam intervensi yang telah dilakukan.
Tantangan utamanya adalah pemberdayaan dalam pangan lestari dan pengadaan PMT lokal yang rumit, kurangnya
dukungan dari keluarga dan kurangnya keberpihakan pada pekerja wanita. Dalam tata kelola penanganan stunting,
permasalahan yang terjadi diantaranya kurang optimalnya kinerja Sekretariat Tim Percepatan Penurunan Stunting
(TPPS), anggaran dana yang kurang, dan kurangnya sinergitas antara TPPS di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan,
dan Desa/Kelurahan. Kesimpulan: Dari program intervensi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia tahun
2023, diperlukan perbaikan program agar Indonesia dapat mencapai target penurunan stunting sebesar 14% di tahun
2024 dan mencapai zero stunting (angka stunting mencapai 0) pada tahun 2030.
Kata kunci: Stunting, evaluasi program kesehatan, Pencegahan stunting, Indonesia Emas 2045.

Abstract

Background: Stunting is a public health problem that is often faced throughout the world, especially in developing
countries, including Indonesia. In Indonesia, the prevalence of stunting reached 21.6% in 2022. Indonesia is predicted
to reach its golden age in 2045. In that year, Indonesia will be faced with demographic changes accompanied by
increasing population mobility, epidemiological transition and unhealthy living behavior. Unhealthy lifestyle factors
can increase public health problems such as stunting. Methods: This research design uses a literature review method to
find relevant references regarding the evaluation of health programs to prevent stunting towards Indonesia Emas 2045.
Results: However, there are challenges in the interventions that have been carried out. The main challenges are
empowerment in sustainable food and complicated procurement of local supplementary feeding, lack of support from
families and female workers. In the management of stunting prevention, the issues include the sub-optimal performance
of the Stunting Reduction Acceleration Team, insufficient budget funds, and lack of synergy between the stunting
reduction acceleration team at the Regency/City, Subdistrict, and Village levels. Conclusion: From the intervention
1
program conducted by the Indonesian Government in 2023, program improvements are needed so that Indonesia can
achieve the goal of reducing stunting by 14% in 2024 and attaining zero stunting (the stunting rate reaches 0) in 2030.
Keywords: Stunting, Health program evaluation, Stunting prevention, Indonesia Emas 2045.

PENDAHULUAN
Stunting merupakan salah satu seperti menanggulangi permasalahan gizi
masalah kesehatan masyarakat yang banyak makro dan mikro, meningkatkan pola
dihadapi di seluruh dunia, khususnya di konsumsi pangan yang beragam, pengayaan
negara-negara berkembang, termasuk zat gizi, dan jaminan gizi pada periode 1000
Indonesia. Di Indonesia, prevalensi stunting hari pertama kehidupan.
mencapai 21,6% pada tahun 2022. Stunting Indonesia diprediksikan mencapai
menjadi masalah kesehatan utama di masa keemasannya pada tahun 2045. Pada
Indonesia karena berhubungan dengan tahun tersebut Indonesia akan dihadapkan
terhambatnya pertumbuhan fisik, pada perubahan demografi disertai dengan
menghambat perkembangan otak, kapasitas meningkatnya mobilitas penduduk, transisi
kognitif, dan meningkatkan risiko terjadinya epidemiologi, dan perilaku hidup tidak sehat.
kematian. Stunting adalah kondisi kekurangan Faktor perilaku hidup tidak sehat dapat
nutrisi berkepanjangan yang diakibatkan oleh meningkatkan permasalahan kesehatan
konsumsi makanan dengan kebutuhan gizi masyarakat seperti stunting. Akses pangan
yang tidak memadai selama periode yang yang tidak terjangkau dan pola konsumsi
cukup lama. Stunting diukur sebagai status yang tidak sehat menyebabkan kekurangan
gizi dengan memperhatikan tinggi badan, gizi mikro dan makro. Di tahun ini, sistem
umur, dan jenis kelamin anak. Stunting terjadi kesehatan harus mampu merespons berbagai
pada seseorang yang memiliki nilai Z-indeks perubahan, kemajuan teknologi, guncangan
tinggi badan terhadap umurnya (TB/U) kesehatan dan risiko terjadinya pandemi,
berada di bawah -2 SD (standar deviasi). mampu menangani ketimpangan akses
Berdasarkan Undang-Undang No.17 terhadap pangan, lingkungan sehat, fasilitas
Tahun 2007 mengenai RPJP Nasional pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan,
2005–2025, mengamanatkan pembangunan dan meningkatkan kapasitas pembiayaan
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran kesehatan dengan mobilisasi dan inovasi
guna mencapai tujuan tercapainya derajat pembiayaan kesehatan. Namun, dalam
kesehatan masyarakat yang praktiknya Indonesia belum dapat
setinggi-tingginya. Indonesia telah berupaya menuntaskan stunting untuk mencapai
untuk meningkatkan kualitas dari SDMnya, Indonesia Emas 2045. Indonesia masih
salah satunya dalam menuntaskan isu menghadapi berbagai tantangan dalam
stunting. Pemerintah telah melakukan upaya meningkatkan kualitas SDMnya, seperti
2
ketersediaan dan akses pangan yang belum terbatas ke air bersih, dan faktor
terjangkau, pengetahuan ibu yang kurang sosial-ekonomi seperti kemiskinan,
terhadap nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ketidaksetaraan pendapatan, dan pendidikan
anak, kondisi sanitasi yang buruk dan akses yang rendah.

METODE ilmiah, website, artikel, UU, dan Kementerian


Desain penelitian ini menggunakan Perencanaan dan Pembangunan
metode literature review atau tinjauan pustaka Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
untuk menemukan rujukan yang relevan Nasional. Dikarenakan penelitian yang
mengenai evaluasi program kesehatan untuk digunakan adalah literature review, maka
pencegahan stunting dalam menuju Indonesia instrumennya hanya satu yaitu laptop.
Emas 2045. literature review atau tinjauan Sumber literatur yang didapatkan kemudian
pustaka merupakan penelitian yang mengkaji diteliti untuk mendapatkan informasi yang
atau meninjau secara kritis pengetahuan, komprehensif dalam penelitian ini.
gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam Pengumpulan data yang dilakukan melalui
tubuh literatur berorientasi akademik search engine dan diinput secara manual
(academic-oriented literature), serta dalam pembuatan daftar pustakanya.
merumuskan kontribusi teoritis dan Kriteria inklusi yang digunakan
metodologisnya untuk topik tertentu (Agusta, sebagai kriteria sumber literatur dalam
2007). Pencarian dan pengumpulan kajian penelitian ini adalah literatur yang membahas
pustaka dilakukan melalui search engine, mengenai permasalahan stunting,
yakni dari google scholar dan website resmi faktor-faktor penyebab dan pencegahannya,
sekretariat wakil presiden RI. program intervensi stunting dan realisasinya,
Data yang digunakan dalam penelitian Rancangan Pembangunan Jangka Panjang
ini merupakan data sekunder, yaitu data yang (RPJPN), dan lainnya. Kemudian, kriteria
tidak langsung diambil oleh peneliti. Data tahun publikasi literatur dalam rentang tahun
sekunder penelitian bersumber dari 5 tahun terakhir (2018-2023).
kepustakaan yang berasal dari jurnal, artikel

HASIL DAN PEMBAHASAN


Faktor-faktor Penyebab Langsung dua faktor utama yaitu asupan gizi dan status
Stunting kesehatan. Asupan gizi dan status kesehatan
Berdasarkan data dari UNICEF ini dipengaruhi oleh aspek-aspek seperti
(1997), IFPRI (2016), dan BAPPENAS ketahanan pangan (ketersediaan,
(2018), stunting disebabkan langsung oleh keterjangkauan dan akses pangan bergizi),
3
lingkungan sosial (norma, makanan bayi dan ● Pilar 3: Konvergensi, koordinasi dan
anak, hygiene, dan pendidikan), lingkungan konsolidasi program pusat, daerah dan
kesehatan (akses, pelayanan preventif dan desa
kuratif), dan lingkungan pemukiman (air, ● Pilar 4: Gizi dan ketahanan pangan
sanitasi, dan kondisi bangunan). Hal-hal yang ● Pilar 5: Pemantauan dan evaluasi
mempengaruhi aspek-aspek tersebut Lima pilar tersebut merupakan dasar
diantaranya pendapatan dan kesenjangan dari Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
ekonomi, perdagangan, urbanisasi, Anak Kerdil (Stunting) atau disebut juga
globalisasi, sistem pangan, perlindungan dengan Stranas Stunting. Pelaksanaan
sosial, sistem kesehatan, pembangunan percepatan stunting dilakukan oleh Setwapres
pertanian dan pemberdayaan perempuan. dengan dukungan TP2AK melalui berbagai
Program Pemerintah dalam mengatasi kegiatan yang dilaksanakan oleh 4 unit
Stunting kelompok ahli:
Dalam upaya penurunan angka 1. Unit Kelembagaan: Melakukan
stunting pada anak, pemerintah melakukan penguatan kapasitas
akselerasi agar dapat mencapai target kementerian/lembaga yang
prevalensi stunting turun menjadi 14% pada mendukung upaya percepatan
tahun 2024. Pemerintah telah berhasil dalam pencegahan stunting serta mendorong
menurunkan prevalensi stunting dari 30,8% konvergensi program/kegiatan antar
pada tahun 2018 menjadi 21,6% pada tahun kementerian/lembaga. Unit ini
2022. Pemerintah telah membentuk TP2AK memfasilitasi pengembangan
atau Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil kapasitas Organisasi Pemerintah
(stunting) untuk mendukung pelaksanaan Daerah (OPD) hingga aparatur desa
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan serta stakeholder daerah agar mampu
Anak Kerdil (stunting). TP2AK bertugas melakukan konvergensi dalam
dalam memastikan program-program perencanaan, implementasi,
nasional, lokal dan masyarakat telah berjalan pemantauan dan evaluasi atas program
dengan baik melalui pendekatan multisektor yang mendukung implementasi
berdasarkan lima pilar pencegahan stunting, Stranas Stunting.
yaitu: 2. Unit Knowledge Management &
● Pilar 1: Komitmen dan visi Communications: Mendukung
kepemimpinan tertinggi Negara kampanye yang terkoordinasi di
● Pilar 2: Kampanye nasional dan tingkat nasional hingga tingkat
komunikasi perubahan perilaku kabupaten/kota maupun desa. Selain
itu, unit ini juga membangun
4
kemitraan Pemerintah dengan para Setwapres sebagai alat pemantau dan evaluasi
aktor non pemerintah, seperti perkembangan program bagi para pemangku
kelompok swasta, LSM, ormas, donor, kepentingan di tingkat pusat, provinsi,
akademisi, dan kelompok lainnya kabupaten, hingga desa.
untuk mendukung percepatan Realita Program Pemerintah dalam
pencegahan stunting. Unit ini juga mengatasi Stunting Tahun 2023
melakukan pengelolaan pengetahuan Pemerintah telah melakukan banyak
sebagai upaya pencegahan stunting intervensi dalam percepatan pencegahan
dalam mendorong pelaksanaan masalah stunting. intervensi yang dilakukan
program/kegiatan. seperti tambahan asupan gizi bagi ibu hamil
3. Unit Evaluasi: melakukan evaluasi Kurang Energi Kronik (KEK), pemberian ASI
terhadap program/kegiatan yang eksklusif kepada bayi usia kurang dari 6
dilakukan oleh kementerian/lembaga. bulan, dan peningkatan kesadaran pengasuhan
Unit ini akan melakukan studi dan dan gizi dalam menghadapi kendala
evaluasi dampak sebagai masukan kurangnya dukungan layanan pola asuh bagi
terhadap pengelolaan program di masa anak usia dini keluarga 1.000 HPK. Menurut
mendatang. Selain itu, unit ini juga sumber yang disampaikan oleh wapres RI,
memberikan dukungan terhadap terdapat beberapa daerah dengan penurunan
pengelolaan data terkait stunting yang angka stunting yang sangat memuaskan
dikelola oleh BPS dan Kementerian seperti di Kepulauan Riau dengan angka
Kesehatan. penurunan stunting mencapai 15,2% di tahun
Saat ini, Sekretariat wakil presiden 2022. Pada bulan April 2023, Pemerintah
(Setwapres) diberi mandat untuk memastikan Indonesia telah menyalurkan bantuan pangan
pencapaian tujuan dari pilar 5 yaitu sebagai bentuk realisasi bantuan pangan
membangun sistem pemantauan dan evaluasi stunting 2023 berupa telur dan daging ayam
terpadu dari semua program prioritas yang kepada 1.446.089 keluarga yang memiliki
terdiri dari intervensi gizi spesifik dan anak berisiko stunting di tujuh provinsi di
intervensi gizi sensitif. Sebagai bentuk Indonesia yang mencakup Sumatera Utara,
penerapannya, maka TP2AK (Tim Percepatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Pencegahan Anak Kerdil) di Setwapres Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
bertugas dalam mengumpulkan dan Tenggara Timur. Penyaluran bantuan ini
mengurutkan semua data program dari KL dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama
terkait untuk kemudian diolah dan dilaksanakan pada periode April-Juni 2023
ditampilkan dalam dashboard pemantauan dan tahap kedua pada Juli-September 2023.
terpadu. Dashboard ini dikembangkan oleh Dalam pelaksanaannya, tahap pertama
5
terealisasikan 100% sedangkan pada tahap keluarga 1.000 HPK dan peningkatan
kedua baru direalisasikan 73,16%. kapasitas pendidik layanan pola asuh
Namun dari program-program yang anak usia dini bagi 1.000 HPK.
telah dilaksanakan oleh pemerintah, terdapat 2. Penguatan peran tim TPK dan
tantangan-tantangan dalam intervensi meningkatkan pengadaan PMT Lokal
tersebut. Pada program intervensi tambahan yang sederhana.
asupan gizi bagi ibu hamil Kurang Energi 3. Penguatan Kelas Ibu Hamil dan
Kronik (KEK), tantangan utamanya adalah membuat iklan tentang pentingnya
pemberdayaan dalam pangan lestari dan pemenuhan gizi pada ibu hamil dan
pengadaan PMT lokal yang rumit. Program anak usia dini dalam bentuk iklan
intervensi pemberian ASI eksklusif kepada layanan masyarakat baik melalui
bayi usia kurang dari 6 bulan, Tantangan siaran TV maupun media sosial.
utamanya adalah kurangnya dukungan dari 4. Pemerataan sanitasi lingkungan dan
keluarga dan kurangnya keberpihakan pada sumber air bersih di wilayah-wilayah
pekerja wanita. Dalam konteks tata kelola yang belum tercukupi.
penanganan stunting, ada beberapa 5. Pemerataan ketersediaan dan akses
permasalahan lain seperti kurang optimalnya pangan di wilayah Indonesia yang
kinerja Sekretariat Tim Percepatan Penurunan tertinggal/terpencil.
Stunting (TPPS) yang mempengaruhi 6. Penguatan kelembagaan TPPS (Tim
koordinasi berbagai pihak yang terkait, Percepatan Penurunan Stunting) dari
anggaran dana yang kurang, dan kurangnya Kabupaten/Kota hingga
sinergitas antara TPPS di tingkat Desa/Kelurahan, Sinkronisasi program
Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan dan penguatan peran TPPS di berbagai
Desa/Kelurahan. tingkatan.
Solusi Program Pencegahan Stunting 7. Alokasi APBN lebih berfokus untuk
Menuju Indonesia Emas 2045 program intervensi stunting dalam
Solusi-solusi yang dapat dilakukan mempercepat pencapaian target tahun
untuk mengatasi tantangan-tantangan yang 2030 mencapai zero stunting.
ada dalam percepatan pencegahan stunting:
1. Penyelenggaraan kelas pengasuhan
terintegrasi anak usia dini bagi
Kesimpulan
Pemerintah telah berhasil dalam 2022. Pemerintah membentuk TP2AK atau
menurunkan prevalensi stunting dari 30,8% Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil
pada tahun 2018 menjadi 21,6% pada tahun (stunting) untuk mendukung pelaksanaan
6
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan (stunting). Tantangan-tantangan yang
Anak Kerdil (stunting). TP2AK bertugas dihadapi seperti rumitnya pemberdayaan
dalam memastikan program-program dalam pangan lestari dan pengadaan PMT
nasional, lokal dan masyarakat telah berjalan lokal, kurangnya dukungan dari keluarga dan
dengan baik melalui pendekatan multisektor kurangnya keberpihakan pada pekerja wanita
berdasarkan lima pilar pencegahan stunting. dalam menyusui, kurang optimalnya kinerja
Pemerintah telah membuat program intervensi Sekretariat Tim Percepatan Penurunan
yang dapat menurunkan angka prevalensi Stunting (TPPS), anggaran dana yang kurang,
stunting, program tersebut diantaranya dan kurangnya sinergitas antara TPPS di
tambahan asupan gizi bagi ibu hamil Kurang tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan
Energi Kronik (KEK), pemberian ASI Desa/Kelurahan.
eksklusif kepada bayi usia kurang dari 6 Dari program intervensi yang telah
bulan, dan peningkatan kesadaran pengasuhan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia tahun
dan gizi dalam menghadapi kendala 2023, diperlukan perbaikan program agar
kurangnya dukungan layanan pola asuh bagi Indonesia dapat mencapai target penurunan
anak usia dini keluarga 1.000 HPK. stunting sebesar 14% di tahun 2024 dan
Program-program tersebut dilaksanakan mencapai zero stunting (angka stunting
dalam rangka mempercepat penurunan angka mencapai 0) pada tahun 2030. Perjalanan
prevalensi stunting di tahun 2023. menuju Indonesia Emas 2045 masih panjang,
Namun dari program intervensi yang namun Pemerintah Indonesia harus tetap
telah dilaksanakan tidak luput dari adanya berupaya untuk menurunkan angka stunting
tantangan yang dihadapi oleh TP2AK atau demi tercapainya transformasi sosial menuju
Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil Indonesia Emas 2045.

Daftar Pustaka
Kementerian PPN/Bappenas. (2023).
Antara News. (2023). Realisasi Bantuan
Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045.
Pangan stunting 2023. Available at:
Available at:
https://www.antaranews.com/infografi
https://drive.google.com/file/d/1_UCO
k/3838620/realisasi-bantuan-pangan-st
u-JQfsMSjpVo2a6S3NTma67vpWhw/
unting-2023#:~:text=Pemerintah%20
view (Accessed: 2 December 2023).
menyalurkan%20bantuan%20pangan
%20berupa,di%20Indonesia%20sejak Kementerian Sekretariat RI. (2021).
%20April%202023. (Accessed: 02 Dashboard Pemantauan Terpadu
December 2023). Percepatan Pencegahan Stunting.
View publication stats

7
Available at: Kementerian Sekretariat RI. (2023). Rakortek
https://dashboard.stunting.go.id/?_ga= Stunting 2023 Hasilkan Rumusan
2.99105118.1172477689.1702041219- Aksi Nyata untuk Kejar Angka
1649134497.1702041219&_gl=1%2A Prevalensi Stunting 14% Pada 2024.
nj3ghx%2A_ga%2AMTY0OTEzND Available at:
Q5Ny4xNzAyMDQxMjE5%2A_ga_ https://www.wapresri.go.id/rakortek-st
KS627E8GSB%2AMTcwMjA0MTIx unting-2023-hasilkan-rumusan-aksi-n
OS4xLjEuMTcwMjA0MTk2NC4wLj yata-untuk-kejar-angka-prevalensi-stu
AuMA. (Accessed: 8 December nting-14-pada-2024/ (Accessed: 8
2023). December 2023).

Kementerian Sekretariat RI. (2023). Evaluasi Kementerian Sekretariat RI. (2023). Tentang
Program Percepatan Penurunan TP2AK. Available at:
Stunting, Wapres Optimis Target https://stunting.go.id/tentang-tp2ak/
Nasional Tercapai. Available at: (Accessed: 8 December 2023).
https://www.wapresri.go.id/evaluasi-p
Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan
rogram-percepatan-penurunan-stuntin
stunting dan pencegahannya. Jurnal
g-wapres-optimis-target-nasional-terca
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
pai/ (Accessed: 8 December 2023).
11(1), 225–229.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.2
53

Sutarto, Mayasari, D., & Indriyani, R. (2018). Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2007
Stunting, faktor risiko dan tentang Rencana Pembangunan
pencegahannya. J Agromedicine, 5(1), Jangka Panjang Nasional Tahun 2005
540–545. – 2025
https://doi.org/10.1201/978143981059
0-c34

Anda mungkin juga menyukai