Anda di halaman 1dari 13

SISTEM DATA PILAH

DISABILITAS DAN PRAKTIK


Oleh :
H. AHMAD SAHRONI
KETUA PPDI KABUPATEN PANDEGLANG
BIODATA DIRI :
* NAMA LENGKAP : H. AHMAD SAHRONI
* TEMPAT/TANGGAL LAHIR : PANDEGLANG, 12 APRIL 1964
* AGAMA : ISLAM
* PENGALAMAN ORGANISASI : 1. KETUA YPC. BUDI ASIH (TAHUN 2003 s.d SEKARANG)
2. KETUA PPDI Kab. Pandeglang (TAHUN 2010 s.d SEKARANG)
3. KETUA NPC. Kab. Pandeglang (TAHUN 2010 s.d SEKARANG)
* KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN : 1. MEMBUAT KAKI & TANGAN
PALSU BAGI MASYAKARAT YANG MEMBUTUHKAN
2. MEMBANTU MASYARAKAT MEMPUNYAI KELUARGA/ANAK YANG
MEMBUTUHKAN OPERASI LABIO PALATO.
3. PEMBERDAYAAN ANGGOTA DISABILITAS DALAM KETERAMPILAN DAN
PRESTASI DIBIDANG OLAHARAGA DISABILITAS
* No. TELP/HP/WA : 081382073874 / 087772202898
Kata Pengantar
Saat bertanya pada pimpinan masyarakat, tidak jarang kita dengar bahwa di lingkungan mereka
tidak ada anggota masyarakat penyandang disabilitas. Hal itu dialami mitra The Asia Foundation
beberapa tahun lalu, saat mereka mengumpulkan data awal tentang masyarakat penyandang
disabilitas.
Pemimpin masyarakat itu mungkin menyatakan yang sebenarnya – karena dia memang tak
memiliki data. Banyak penyebab mengapa data tak tersedia, namun di antara yang paling
menyedihkan adalah bahwa keluarga tidak melaporkan; mereka malu, takut distigma dan lain
sebagainya. Mereka juga kerap merasa tidak perlu melaporkan. Lingkaran masalahpun menjadi
langgeng: tanpa data, tidak ada layanan; tanpa layanan, masyarakat tak merasa perlu melaporkan.
Data dan layanan publik adalah dua hal yang saling terkait. Maka, di sinilah langkah kita mulai.
Dari pendataan.
SUPAS (2015) SAKERNAS (2015) WHO (2015)
8,56 % Penduduk Indonesia 12,15 % Penduduk Indonesia 15% Penduduk Indonesia
(Disabilitas) (Disabilitas) = 30 Juta Jiwa (Disabilitas

KORBAN :
- Miskonsepsi, Stereotype, Label & Prasnagka
yang berakibat Diskriminasi, Eksklusi &
Treatmen yang Keliru (Perampasan Hak (Azra,
2017)

UU No. 8 Tahun 2016


Tentang Penyandang
Disabilitas

Hak Hak Sarana Yng


Hak Pendidiikan Hak Kesehatan Hak Pekerjaan
Informasi Aksesibel
Inklusif dan Bagi Indonesia, pembangunan inklusif tampaknya masih jauh dari yang
diharapkan. Hal ini setidaknya terlihat dari peringkat Indonesia pada
Kepedulian Terhadap
Laporan Pembangunan dan Pertumbuhan Inklusif 2017 (The Inclusive
Disabilitas Growth and Development Index 2017) yang dirilis oleh World Economic
Forum pada awal tahun 2017. Negara kita berada pada peringkat 22 dari
Paradigma 79 negara berkembang dengan nilai 4,29. Peringkat ini masih di bawah
Pembangunan Thailand (12), Tiongkok (15), dan Malaysia (16).

Konsep keadilan sosial yang tercakup dalam sila Kelima


Kelompok yang Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
terpinggirkan dan alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu: melindungi
(disabilitas, miskin, dan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
minoritas) di dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
proses pembangunan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Pengertian lain adalah pembangunan yang merujuk pada
pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan kesempatan
ekonomi yang sama bagi semua orang (Rauniyar & Kanbur,
2009)
INOVASI PENDATAAN DISABILITAS

KONTEKS INOVASI Salah satunya adalah data sebagai unsur penting


DALAM PENDATAAN dalam perencanaan pembangunan

Dinas Sosial hanya Bagi kelompok rentan seperti masyarakat miskin dan
memiliki data disabilitas disabilitas, masalah pendataan dapat menambah kerentanan dan
berat yang masuk dalam berimplikasi cukup signifikan dalam pemenuhan hak-hak
kategori PMKS dan dasarnya.
penerima bantuan sosial Hak penyandang disabilitas untuk didata diatur dalam peraturan
perundang- undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 8 tahun
Pengurusan yang belum 2016 tentang Penyandang Disabilitas
ramah disabilitas
Harapannya, hasil kajian ini bisa menjadi bahan yang komprehensif
Keengganan keluarga untuk dalam upaya perbaikan penyusunan dan implementasi kebijakan
mendaftarkan anggota pendataan disabilitas di tingkat nasional serta menjadi pembelajaran bagi
keluarga yang disabilitas pemangku kepentingan lain.
PRAKTIK INOVASI PENDATAAN Tahapan Pendataan Disabilitas yang Dilakukan

Dari sisi penjangkauan, perbedaan


lainnya adalah proses pendataan
dilakukan secara sistematis yang
menyasar dari kelurahan, RW dan
RT menggunakan metode sensus
dengan mendata dan mendatangi
sesuai lokasi dan nam

Pemerintah : Setingkat Kecamatan/


Desa/Kelurahan

Forum Komunikasi Pendidikan Kelompok Organisasi Penyandang & Keluarga


Inklusif (FKPI) Disbilitas (PPDI)
Gambar Ilustrasi Pelaksanaan Faktor Pendukung Tantangan
Pendataan Disabilitas
1. Peraturan Daerah 1. Tantangan dari segi
2. Forum Komunikasi geografis dan sarana
Pendidikan Inklusif prasarana.
3. Dukungan dari 2. Sarana prasarana
SKPD/OPD terkait ramah disabilitas
masih terbatas
pendataan terutama
3. Alamat disabilitas
dari Dinas Sosial,
yang berpindah-
Dinas Pendidikan
pindah
dan Dinas 4. Penyandang
Kesehatan disabilitas masih
4. Partisipasi aktif dianggap sebagai
dari DPO dan pihak yang akan
penyandang meminta sumbangan
disabilitas. 5. Berpandangan bahwa
Difabel adalah aib
dan kutukan sehingga
disembunyikan
keberadaanya
Berikut adalah gambaran partisipasi disabilitas dalam
pendataan.
Bagan Tantangan Pendataan Disabilitas
Bagan Strategi Penguatan Kapasitas Disabilitas dalam Pendataan
KESIMPULAN

1. Keragaman data di setiap lokasi pendataan mengisyaratkan disabilitas pentingnya standarisasi data dan model
pendataan yang sesuai dengan kondisi daerah.
2. Model pendataan partisipatif akan berjalan bila dari awal perencanaan telah melibatkan penyandang disabilitas atau
organisasi disabilitas (DPO)
3. Proses dan aktor pendataan menunjukkan tahapan dan para pihak yang dapat membantu agar pendataan berjalan baik.
4. Kebijakan dan anggaran menjadi faktor pendukung utama dan acuan yang dapat memperkuat proses dan tahapan
pelaksanaan pendataan.
5. Hasil pendataan disabilitas membantu pemerintah daerah dalam merencanakan kebijakan, anggaran dan pemenuhan
hak penyandang disabilitas.
6. Pendampingan dan fasilitasi adalah wujud nyata dari para pihak dalam mewujudkan pembangunan Inkslusif

REKOMENDASI

1. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan OPD terkait hendaknya dapat mengembangkan dan mereplikasi model
pendataan partisipatif yang melibatkan penyandang disabilitas/DPO dari awal perencanaan kegiatan pendataan.
2. Penyelenggara pendataan (Pemerintah Daerah bersama DPO terutama Dinas Sosial dan Bappeda) menyusun rencana
pendataan dengan memperhatikan proses dan aktor pendataan secara lebih komprehensif.
TERIMA
KASIH SAMPAI
JUMPA LAGI

Anda mungkin juga menyukai