PROPOSAL SKRIPSI
PENDAHULUAN
mellitus (DM) terbanyak di dunia setelah Cina, India, USA, Brazil, dan Meksiko.
menjadi 16,7 juta pada tahun 2045 dan DM tipe 2 merupakan jenis diabetes yang
paling banyak terjadi pada usia anak-anak, remaja dan dewasa muda yang
mengalami obesitas serta aktivitas fisik yang rendah (IDF, 2019 dan KemenKes
RI, 2019). Penyakit diabetes merupakan ibu dari segala penyakit. Jika tidak
mencapai 496,181 kasus pada tahun 2018, dan mengalami peningkatan menjadi
1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Infodatin Tahun 2020,
mengendalikan faktor risiko agar tidak jatuh sakit diabetes dan orang yang sudah
Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa (GDP) terganggu atau kelompok
pre-diabetes seharusnya lebih mawas diri dan perlu untuk menerapkan pola hidup
sehat dengan memperhatikan asupan makanan dan minumnya, serta teratur untuk
melakukan aktivitas fisik sehingga kondisi ini tidak berlanjut menjadi diabetes
pengelolaannya merupakan hal yang sangat penting, serta merupakan modal dasar
Penyakit Kronis yang selanjutnya disebut Prolanis adalah suatu sistem yang
2
Menurut survei awal peneliti bulan Oktober 2021 dengan observasi dan
Wonogiri sudah berjalan enam tahun yakni dari tahun 2016 sampai dengan
sekarang. Selanjutnya data yang diperoleh dari koordinator Prolanis sampai bulan
edukasi tentang DM diberikan satu kali dalam sebulan, yaitu saat pemeriksaan
bulanan pada hari Kamis minggu pertama. Jumlah peserta Prolanis DM sebanyak
gula darah pada penderita DM lansia setelah mengikuti program Prolanis untuk
beberapa pembuluh darah termasuk pembuluh darah pada ginjal yang disebabkan
karena ginjal berfungsi untuk menyaring bahan sisa yang kita konsumsi dan
3
dibuang dalam bentuk urin dimana normalnya gula tidak ditemukan di
kembali kedalam pembuluh darah. Salah satu substansi yang keluar lewat
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Dai., dkk (2020) dalam penelitiannya
dengan nilai p < 0,05. Namun berbeda dengan Putri (2019) hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kadar gula darah puasa dengan kadar
hubungan antara kadar gula darah dengan ureum darah pada penderita diabetes
mellitus yang mengikuti program Prolanis pada bulan Mei 2018 di Laboratorium
Klinik Hamzanwadi Kabupaten Lombok Timur. Artinya jika kadar gula darah
meningkat maka kadar ureum darah juga meningkat. Penyakit diabetes melitus
ginjal, yaitu suatu keadaan yang dikenal dengan nefropati diabetik yang
merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi pada penderita diabetes melitus,
penelitiannya Sunita dan Heru (2019) menyampaikan bahwa hasil kadar ureum
4
abnormal penderita DM paling banyak terjadi setelah menderita DM >5 tahun dan
dengan judul “Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa dengan Kadar Ureum pada
korelasi antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar ureum penderita diabetes
B. Pembatasan Masalah
darah puasa dan kadar ureum pada penderita diabetes melitus program Prolanis
C. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan kadar glukosa darah puasa dengan kadar ureum
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Puskesmas Slogohimo.
5
2. Tujuan Khusus
di Puskesmas Slogohimo.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
kadar ureum.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Institusi
referensi dan data jika di kemudian hari ada peneliti yang hendak
c. Bagi Puskesmas
d. Bagi masyarakat
antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar ureum pada penderita
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
tingkat glukosa dalam darah. Tingkatan ini akan naik setelah makan
dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum
orang makan. Bila kadar glukosa terlalu rendah (<70 mg/dL) disebut
hipoglikemia dan bila kadar gula darah berada pada kadar tinggi
8
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah
1) Hormon insulin
2) Hormon glukagon
3) Hormon pertumbuhan
4) Hormon tiroid
tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang larut dalam lemak.
9
atau mengatur metabolisme, meningkatkan sintesis protein, serta
5) Hormon epinefrin
6) Hormon somatostatin
7) Hormon kortisol
8) Hormon ACTH
10
setelah makan, tetapi sistem umpan balik yang mengatur kadar
menjadi glukosa.
2) Penyakit
11
3) Hormon
4) Genetik
dengan jelas.
5) Berat badan
12
keseimbangan cairan. Individu dengan berat badan lebih (Indeks
Masa Tubuh atau IMT > 23 kg/m²) komponen lemaknya tinggi dan
6) Jenis kelamin
7) Stres
8) Aktivitas fisik
13
Aktivitas fisik mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Ketika
(hiperglikemia).
9) Obat
14
1) Kadar glukosa darah sewaktu
adalah kurang dari 140 mg/dL. Jika kadar glukosa kurang dari 140
15
mg/dL 2 jam setelah makan, maka kadar glukosa tersebut sudah
atau kontrasepsi oral, tidak merokok, dan tidak makan dan minum
16
gemetar, penglihatan kabur, keringat berlebih, kejang-kejang,
pingsan.
sedap.
sampai 300 mg/100 ml, darah yang telah berada dalam larutan
17
2) Metode Folin-Wu
darah.
3) Metode Nelson-Somogyi
5) Metode Titriometri
Dasar untuk penentuan ini seperti metode yang lain, hanya setelah
18
Kemudian banyaknya iodium yang ada ditentukan dengan
Dalam reaksi ini terjadi kalium ferosianida, yang akan diikat oleh
7) Metode O-Toluidine
secara fotometri.
19
adalah harganya terjangkau dan merupakan metode standar yang
adalah photometer.
2. Kadar Ureum
yang dibuang ginjal dari tubuh sehingga dapat mengukur fungsi ginjal.
berasal dari diet protein. Penderita gagal ginjal, kadar ureum serum
20
toksik dan merupakan gejala yang dapat dideteksi dibandingkan
kreatinin. Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein dan
b. Metabolisme Ureum
dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus ornithine) adalah reaksi
21
hemodialisa (Verdiansah, 2016). Ureum dapat diukur dari bahan
nitrogen atau sering disebut Blood Urea Nitrogen (BUN). Nilai BUN
terhadap nilai ureum pada saat manapun. Hal ini yang menyebabkan
2016).
BUN BUN
Kategori Usia
(md/dL) (mmol/L)
Dewasa muda < 40 tahun 5-18 1,8-6,5
Dewasa 40-60 tahun 5-20 1,8-7,1
Lansia > 60 tahun 8-21 2,9-7,5
Azotemia ringan 20-50 7,1-17,7
Sumber: Verdiansah, 2016
22
kelamin dan konsumsi obat. Peningkatan ini dilihat dari distribusi
Heru, 2019).
gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum plasma sangat tinggi
(Verdiansah, 2016):
23
1) Nilai kadar ureum antara 17-50 mg/dL adalah menunjukkan kadar
Ada dua metode umum untuk pemeriksaan kadar ureum yaitu reaksi
reaksi kromogen dan urea diukur dengan alat fotometri, metode ini
3. Diabetes Mellitus
24
lainnya sehingga diperlukan pengelolaan dan kerjasama yang baik
2021).
dengan berat > 4.000 gram dan setelah melahirkan biasanya kadar
25
gula darah bisa kembali normal. Namun demikian jika tidak
sebagaimana DM tipe 1.
dengan memberi tanda-tanda tertentu akibat dari gula darah yang lebih
tinggi dari normal; kontrol gula darah yang buruk atau efek kerusakan
drastis.
malam hari.
2) Penglihatan kabur.
26
3) Kelainan pada kulit, seperti: gatal-gatal, terutama pada daerah
kemaluan atau lipatan kulit dan luka yang sulit untuk sembuh.
lain-lain.
rongga mulut.
kemaluan (wanita).
liver.
air besar hanya sekali dalam 2-3 hari atau justru kebalikannya,
d. Diagnosis Diabetes
27
3) Glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) dengan
Bukan Belum
DM
DM pasti DM
Kadar glukosa darah Plasma vena < 100 100-199 ≥ 200
sewaktu dengan Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200
keluhan klasik
(mg/dL)
Kadar glukosa darah Plasma vena < 100 100-125 ≥ 126
puasa dengan Darah kapiler < 90 90-99 ≥ 100
keluhan klasik
(mg/dL)
Sumber: Perkeni, 2015
e. Pengendalian Diabetes
apabila kadar glukosa darah, kadar lipid dan HbA1C juga mencapai
kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah.
kendali kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa, yaitu puasa
28
Tabel 2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Berdasarkan
Pemeriksaan Darah Vena
4. Program Prolanis
a. Definisi
b. Tujuan
29
pemeriksaan spesifk terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi
komplikasi penyakit.
c. Sasaran
d. Bentuk Pelaksanaan
status kesehatan.
e. Penanggungjawab
f. Langkah Pelaksanaan
maupun RS).
30
d) Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes
Pengelola.
Laboratorium).
Prolanis.
Pengelola.
31
belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan
pemeriksaan.
Aplikasi P-Care).
Faskes Pengelola:
- Menganalisa data.
2) Aktifitas Prolanis
peserta Prolanis.
32
diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan Peserta dan
kebutuhan edukasi.
- Langkah-langkah:
wilayahnya.
33
Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes
Pengelola tersebut.
- Langkah-langkah:
Pengelola.
Gateway.
Faskes Pengelola.
Pengelola.
reminder).
Regional/Kantor Pusat.
34
d) Home Visit
berturut-turut (PPDM).
berturut-turut (PPHT).
- Langkah-langkah:
waktu kunjungan.
Home Visit.
35
- Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan
Visit).
Regional/Kantor Pusat.
bergabung.
Lanjutan.
36
3) Peserta yang telah terdaftar dalam Prolanis harus dilakukan proses
(P-Care).
glomerulus yaitu profilerasi dari sel sel mesangium. Hal ini menyebabkan
37
diabetes melitus jika terjadi albuminuria dan uremia yang akhirnya
B. Kerangka Pikir
38
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Ureum Pada Pasien
Diabetes Melitus Program Prolanis Puskesmas Slogohimo
C. Hipotesis
Ada hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar ureum
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Tempat Penelitian
Kabupaten Wonogiri.
2. Waktu Penelitian
1. Subyek Penelitian
40
2. Obyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Prolanis.
2. Sampel Penelitian
41
F. Teknik Sampling
darah puasa dan kadar ureum pada penderita diabetes melitus program
H. Instrumen Penelitian
1. Alat dan Bahan untuk Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan ureum:
1) Alat:
a) Spuit 3cc
b) Torniquet
c) Kapas Alkohol
d) Vacutainer Kuning
e) Plaster
42
f) Potometer 5010
g) Centrifuge
l) Reagen urea I
m) Reagen urea II
2) Bahan: Serum
Prinsip:
sebagai indikator.
2) Pemeriksaan ureum
43
Peningkatan absorbans pada 578 proporsional dengan konsentrasi
2. Informed Concent
I. Alur Penelitian
1. Bagan
Populasi
Penderita diabetes program prolanis
Kesimpulan
44
Hubungan kadar glukosa darah puasa dan kadar ureum pada
penderita diabetes mellitus program prolanis Puskesmas Slogohimo
2. Cara Kerja
mengepalkan tangan;
b. Pembuatan serum:
45
2) Peneliti memasukkan sampel darah dalam vacutainer warna kuning
reaksi.
glukosa darah.
5) Harga normal:
d. Pemeriksaan ureum
46
1) Peneliti memastikan alat Photometer 5010 siap untuk pemeriksaan
ureum.
berikut:
1. Analisis Univariat
47
2. Analisis Bivariat
variabel bebas yaitu kadar glukosa darah puasa dan variabel terikat yaitu
a. Jika nilai dan p > 0,05 maka tidak ada hubungan antara kadar glukosa
b. Jika nilai p ≤ 0,05 maka ada hubungan antara kadar glukosa darah
C=
√
X2
X 2+ N
Keterangan:
C = Koefisien kontegensi
48
X2 = Harga chi quadrat yang diperoleh
N = Jumlah responden
K. Jadwal Penelitian
49
DAFTAR PUSTAKA
Dai, K.L, Fenti, K.H dan Rahma T. 2020. Hubungan Kadar Glukosa Terhadap
Perubahan Kadar Asam Urat, Ureum, dan Kreatinin Serum Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di Malang Raya. Jurnal Bio Komplementer
Medicine. Vol. 7, No. 2. pp. 1-12.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jbm/article/view/8959.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (DinKes Prov. Jateng). 2020. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah: Semarang.
Endiyasa, Pancawati, A dan Urip. 2018. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Metode
Poin of Care Test (POCT) dengan Photometer pada Sampel Serum
Diwilayah Kerja Puskesmas Jereweh. Jurnal Analis Medika Bio Sains.
Vol. 5, No. 1. pp. 40-44.
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/102.
Istiqlal, R.F, Aini dan Eri, F. 2018. Hubungan Lama Diagnosadiabetes Melitus
Terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin di Puskesmas Rensing. Media of
Medical Laboratory Science. Vol. 2, No. 2. pp. 64-73.
https://www.researchgate.net/publication/347353853.
50
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KemenKes RI). 2019. Pedoman
Pelayanan Kefarmasian pada Diabetes Mellitus. Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Ed.). Kementerian Kesehatan RI:
Jakarta.
Putri, P.H. 2019. Hubungan Kadar Gula Darah dengan Kadar Ureum Darah Puasa
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RS Roemani Muhammadiyah
Semarang. Repositori Riset Kesehatan Nasional. Badan Litbangkes-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/54333.
Rahmi, A, Ika, N.M dan Bustanul, A. 2018. Hubungan Kadar Gula Darah dengan
Kadar Ureum Darah pada Penderita Diabetes Melitus. Media of Medical
Laboratory Science. Vol. 2, No. 2. pp. 48-57. www.lppm-mfh.com.
51
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Cetakan ke-8. CV. Alfabeta: Bandung.
Sunita, R dan Heru, L. 2019. Evaluasi Ureum pada Penyandang Diabetes Melitus
dalam Risiko Gagal Ginjal di Bengkulu. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan. Vol. 6, No. 2. pp. 124-130.
https://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/jitek/article/view/177.
Sunita, R dan Heru, L. 2019. Evaluasi Ureum Pada Penyandang Diabetes Melitus
dalam Risiko Gagal Ginjal di Bengkulu. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kesehatan. Vol. 6, No. 2. pp. 124-130.
https://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/jitek/article/view/177.
Sudoyo, A. W, Setiodi, B dkk. 2009. Buku Ilmu Ajar Penyakit Dalam. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI Jakarta.
52
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
i
LEMBAR INFORMED CONSENT DAN PERSETUJUAN
MENJADI PROBANDUS PENELITIAN
(________________)
Peserta Penelitian
ii
LEMBAR HASIL PEMERIKSAAN
iii