MELAKUKAN MAPPING
Kita sudah memiliki data mengenai potensi pasar, termasuk outlet mana saja yang memiliki potensi dan
berapa potensi dari masing-masing outlet tersebut.
Kemudian kita juga sudah menetapkan target dan standard coverage, seperti jumlah outlet yang harus
dicover, target pengembangan (outlet baru dan area baru), termasuk juga tipe dan jumlah tim
penjualann yang akan meng-cover wilayah penjualan tersebut.
Maka tugas kita selanjutnya adalah melakukan mapping, yaitu mapping area atau mapping outlet dan
mapping tim penjualan.
Aktivitas untuk mengelompokkan outlet berdasarkan beberapa kriteria atau membagi area menjadi
beberapa bagian berdasarkan beberapa pertimbangan.
Melakukan proses identifikasi terhadap area dengan outletnya yang disesuaikan dengan :
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan proses mapping area / outlet ini, yaitu :
Strategi penjualan dan distribusi yang digunakan, termasuk didalamnya tim yang akan digunakan,
prioritas area, prioritas saluran distribusi (tipe outlet apa yang akan dikerjakan terlebih dahulu).
Kelayakan penjualan dan potensi penjualan yang bisa dikembangkan di area / outlet tersebut.
Pendekatan coverage system yang digunakan, apakan berdasar saluran distribusi / channel ataukan
dengan pendekatan territory.
Jumlah minimal outlet dan potensi outlet untuk satu territory sales team.
Kondisi geografis, kemudahan pengerjaan atau kemudahan akses di area tersebut dibandingkan dengan
potensi penjualan yang dihasilkan.
Sebuah territory mapping, akan memuat dengan jelas mengenai :
Batas wilayah penjualan (sebelah utara, sebelah barat, sebelah selatan dan sebelah timur), gunakan
peta pemerintahan setempat untuk menggambarkannya.
Perjelas juga mengenai prioritas area, seperti menggunakan warna hijau untuk area dengan outlet
potensial yang telah dikerjakan, warna kuning untuk yang masih sekian persen dan memiliki banyak
outlet potensial, serta warna merah untuk area yang sedikit outlet potensialnya, dan seterusnya.
XXXX yang terdiri dari kode sales point atau depo dan kode rayon
1 – outlet AA
2 – outlet AB
Akan lebih baik jika diberikan estimasi jam kunjungan di outlet tersebut.
Perjelas batas area kota / kabupaten mana saja yang hendak dipetakan, bisa menggunakan batas daerah
milik pemerintah, bisa juga menyusun batas area sendiri.
Hitung ada berapa banyak penduduk dan konsumen yang bisa dibidik (estimasi data).
Identifikasi Potensi
Hitung jumlah outlet potensial (mulai dari yang sangat potensial, sampai dengan yang potensialnya
kecil)
Hitung nilai ekonomisnya atau tingkat profitabilitasnya (secara kasar, jangan sampai gross margin tidak
bisa menutupi biaya operasional karena area yang tidak mendukung)
Pencacahan (enumerasi)
Lakukan pencacahan (enumerasi, penghitungan atau kolektivitas data) letak, posisi dan jumlah jalan,
dimulai dari jalan utama, kemudian mengecil ke jalan yang semakin kecil yang mungkin untuk
diidentifikasi.
Perhatikan jam buka, waktu terima order dan aturan lain yang berhubungan dengan aktivitas penjualan.
Lakukan uji coba dilapangan, apa saja hambatannya?, apa ada yang harus dirubah agar hasil lebih
maksimal, waktu lebih cepat?.
Hasil pemetaan harus secara periodik dievalusi, baik karena perubahan pasar maupun perubahan
strategi.
Untuk setiap sub dist, agent, star outlet atau grosir, harus diusahakan bisa diketahui kemana produk
tersebut didistribusikan.
Pemetaan Berdasar Outlet Semesta vs Outlet Potensial vs Outlet Teregister vs Outlet Aktif
Biasanya yang dipetakan hanya outlet potensial dengan outlet register, tetapi akan lebih baik jika
dipetakan secara lengkap seperti diatas.
Akan bisa diketahui, berapa target outlet yang harus dimiliki dan dikonversi menjadi outlet aktif.
Pemetaan dilakukan berdasarkan segmentasi atau sektor atau tipe outlet yang biasanya bertujuan untuk
memudahkan penggerjaan / peng-cover-an (tim penjualan akan disesuaikan dengan segmen, sektor
atau jenis outlet yang dikerjakan).
Untuk beberapa segmen dengan jumlah outlet sedikit (kurang dari kuota) bisa digabungkan ke segmen
yang lain, misal untuk segmen specialistis bisa digabung dengan modern trade.
Sebaliknya segmen yang memiliki jumlah outlet banyak, bisa displit lagi, misal untuk general trade, bisa
displit lagi menjadi GT-1 yang berisi grosir, semi grosir dan retailer tipe-1 yang besar, GT-2 bisa berisi
retailer tipe-1 yang sedang dan kecil ditambah retailer dalam pasar atau Ret-2.
Mapping Sales Team ini sebenarnya adalah bagaimana kita bisa mengetahui dan memetakan profile
sales team kita dari sisi kapabilitas serta menghubungkan dengan profile sales team yang dibutuhkan
dalam mencapai tujuan pengelolaan wilayah penjualan.
Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan adalah :
Kinerja atau performa yang telah berhasil diraih sekian periode terakhir.
Kapabilitas, menyangkut keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang dimiliki sales force yang
bersangkutan yang relevan dengan bidang kerja saat ini.
Prilaku dan sikap kerja serta motivasi yang dimiliki sales force.
Dan lainnya.
Kemudian kita lihat kebutuhan dilapangan, sales force yang bagaimana yang bisa memberikan hasil yang
maksimal, yang bisa menggali potensi yang ada di pasar.
Penempatan sales force yang sesuai dengan kondisi atau kebutuhan dilapangan, akan bisa memberikan
hasil kerja atau pencapaian yang maksimal.
Sedangkan bagaimana menggali potensi area penjualan dengan mapping, bisa Anda dapatkan di artikel :
Setelah kita memiliki data yang berisi pemetaan, baik pemetaan berdasar area (kaplingan), tetesan
distribusi, segmentasi maupun berdasarkan kelompok outlet (semesta, potensial, terdaftar, aktif), maka
langkah selanjutnya kita harus menyusun rencana kunjungan penjualan atau sales call plan.
Sales call plan untuk setiap perusahaan bisa berbeda, bahkan dalam satu jenis usaha atau bidang bisnis
yang sama sekalipun bisa berbeda, tergantung banyak hal dan banyak kepentingan / tujuan disana.
Ada banyak model atau pola rute kunjungan, dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
sendiri-sendiri dan bersifat unik bagi tiap-tiap perusahaan.
Model rute kunjungan dengan pola cloverleaf ini adalah yang paling banyak diterapkan, karena pada
model ini pergerjaan area diangganp cukup maksimal.
Biasanya area akan dibelah seperti membelah kue, dimana selalu ada area yang berdekatan dengan
home base, dan selalu ada area yang berjauhan dengan home base.
Rute dibuat melingkar didalam sub area tadi, dan diusahan tidak ada jalan yang sama yang dilewati dua
kali (pulang dan pergi pada jalan yang berbeda)
Dengan demikian sejak sales force meninggalkan home base, sudah ada outlet yang dikerjakan, sehingga
perjalanan sales force lebih efektif.
Major-City Pattern
Pada model ini area besar akan dikapling-kapling yang biasanya berdasar letak geografis atau berdasar
peta pemerintahan (kecamatan).
Model ini dipilih karena ada area / sub area yang berada jauh dari home base, sehingga akan efektif bila
dikerjakan sendiri.
Straight-Line Pattern
Pada model straight-line ini, kunjungan akan berbentuk garis lurus, dimana outlet pertama yang
dikerjakan biasanya adalah outlet terjauh, baru kemudian mendekat ke home base atau titik outle
terakhir.
Hopscotch Pattern
Pola ini akan membagi area menjadi sub area seperti membagi kue, dimana disetiap sub area selalu ada
titik terjauh dan terdekat dengan home base.
Baru kemudian dibuat lintasan lurus menuju titik outlet terjauh baru kemudian zig-zag dengan maksud
titik outlet akan tercover dengan baik.
Model ini banyak diterapkan di area yang memiliki outlet dengan densitas cukup tinggi, seperti area
perkotaan.
Masih ada model yang lain, seperti circular pattern, largest-angel heuristic pattern, closed-angel
heuristic pattern, dan lain sebagainya.
Dalam menyusun call plan, model atau pola yang dipilh tidak harus satu jenis pola saja, kebanyakan
perusahaan akan melakukan kombinasi, dengan mempertimbangkan banyak hal, intinya adalah
bagaimana bisa semua target outlet bisa tercover secara efektif dan efisien.
Setelah kita memiliki kapling area dan model atau pola yang akan diterapkan distiap kapling tersebut,
maka selanjutnya kita harus menyusun rencana kunjungan salesman (sales call plan) tersebut.
Sebelum rencana kunjungan salesman dibuat, harus ditentukan, frekuensi kunjungan atau call cycle
yang digunakan untuk setiap outlet tersebut.
Harus diupayakan dalam satu rute memiliki frekuensi kunjungan yang sama, hal ini untuk
menghindarkan sales force memiliki rute yang tidak efektif (ada outlet yang terpisah), kecuali memang
terpaksa.
Beberapa perusahaan menghindarkan penggunaan frekuensi tiga kali per periode (bulan), karena bisa
mengacaukan kunjungan, call cycle yang sering dipakai adalah 1 / 4, 2 / 4, 4 / 4 dan 8 / 4.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyusun rencana kunjungan penjualan (sales call plan)
atau rencana perjalanan sales force, yaitu :
Kondisi geografis, arus lalu lintas, dan aturan dari daerah setempat / lokal seperti adanya portal,
retribusi, pembatasan jam dan lain sebagainya.
Kondisi subyektif dari outlet atau aturan yang diberlakukan oleh outlet sehubungan dengan kunjungan
sales force.
Adanya hari atau momen khusus atau adat lokal daerah setempat seperti adanya pasar hari pasaran,
libur adat, dan lain-lain.
Nilai ekonomis dari area atau potensi outlet yang hendak di-cover dibandingkan dengan biaya
operasional.
Jumlah outlet yang hendak dikunjungi harus masuk jumlah minimal pembuatan sebuah rute perjalanan
sales force per hari.
Area tersebut masih bisa dikembangkan lebih lanjut, baik secara vertical maupun secara horizontal,
artinya masih banyak outlet potensial dan outlet semesta di area tersebut.
Pilih model call route plan yang cocok untuk tiap kunjungan, bisa dikombinasikan dan usahakan tidak
zig-zag atau minimalkan melewati jalan yang sama lebih dari sekali.
Salesman berdasarkan data dan kondisi dilapangan bisa mengusulkan perubahan, tetapi harus disetujui
oleh atasan minimal sales supervisor.
Sebuah rute bersifat fixed untuk sekian periode, sampai dengan saat dilakukan perubahan rute (route
engineering), tetapi salesman wajib untuk menambah outlet baru (NOO) terutama dari outlet-outlet
yang potensial di sekitar jalur tersebut.
Untuk menyusun Sales Call Plan, dapat Anda baca di artikel berikut ini :