CALL PLAN
Call Plan adalah strategi distribusi / distribution strategy untuk mengelola sebuah
wilayah pemasaran. Strategi Call Plan ini bagian dari Territory Management yang
khusus mengatur kapan sebuah outlet akan dikunjungi baik dalam minggu, hari
maupun jam-nya.
Rencana kunjungan ini sangatlah penting, karena jika kita salah dalam menyusun
rencana kunjungan ini maka ibarat kita bikin janji ke pacar terus kita lupa hari dan
jamnya,,,, berantakan semua.
Dalam menyusun rencana perjalanan salesman atau rencana kunjungan salesman ini
kita harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
Jika semua data diatas telah siap, kita tinggal meyusun outlet-outlet tersebut. Saat
menyusun tentu saja kita harus memperhatikan waktu tempuh kita dijalan, dan yang
paling utama adalah perhatikan skala prioritasnya.
Dalam distribusi memang kita diharuskan meng-cover seluruh outlet yang ada, akan
tetapi hal ini bukanlah hal yang mudah bagi distributor, biasanya distributor akan
mengerjakan yang daging-daging dulu, tulangnya belakangan.
Jika rencana kunjungan salesman ini telah tersusun, maka kita perlu memperhatikan
efektivitas dan efisiensi dari implementasi kunjungan tersebut. Apakah rencana
kunjungan yang sudah kita susun ini bisa diterapkan dilapangan dengan hasil seperti
yang kita inginkan.
Coba lakukan pengecekan, outlets mana saja yang tidak tercover, kenapa tidak tercover
?
Free untuk Anda, 3 Ebook Menarik & Inspiratif tentang Motivasi, Karir dan Strategi Bisnis
Apakah karena waktu yang tidak mencukupi, atau saat kita cover ternyata pas sibuk,
atau sudah tutup.
Semua hasil analisa diatas akan kita jadikan bahan untuk menyempurnakan call plan
yang telah kita buat.
Dan ingat, call plan itu bersifat dynamis, jadi harus dirubah untuk disesuaikan dengan
kondisi di pasar.
Kenali Potensi Sales Area dengan
Mapping
10 November 2017 Agus Octa Selling Distribution 5
MAPPING
Jika kita bepergian ke sebuah daerah yang baru, yang kita memang belum mengenal
daerah tersebut atau hanya mengenal sedikit area tersebut, kita pasti mengalami
kesulitan atau bahkan tersesat di daerah tersebut.
Atau jika kita tidak tersesat, ada kemungkinan kita telah melewati arah jalan yang
kurang tepat, misal, jalan yang kita lewati ternyata sedikit melingkar, ada beberapa
hambatan disana, seperti ada penyempitan jalan, jalan yang ternyata jalan makadam /
bebatuan / banyak lubang atau ternyata ada jalur lain yang lebih singkat.
Bisa juga, kita sudah bisa menemukan tempat tujuan kita, tetapi kita tidak bertemu
dengan PIC nya, karena yang bersangkutan tidak di tempat, kita baru tahu kalau pada
hari-hari tertentu PIC tersebut tidak ada ditempat.
Belum lagi jika kita menyuruh seseorang yang masih belum pernah berada di daerah
tersebut, untuk pergi ke suatu tempat, pastilah orang tersebut akan mengalami
kesulitan untuk mencapai tempat tujuan yang kita inginkan tersebut.
Hal berbeda jika kita punya penunjuk arah, atau gambar area, atau biasa disebut dengan
peta, yang bisa menunjukan tempat-tempat yang hendak kita tuju tersebut, maka
menuju ke suatu tempat dalam gambar tersebut, menjadi mudah.
Demikian juga di dunia pemasaran, semua kejadian ilustrasi di atas bisa terjadi di dunia
distribusi pemasaran.
Peta daerah ini, di dunia pemasaran banyak dipakai oleh divisi penjualan dan distribusi,
terutama saat ada perusahaan yang sedang atau akan melakukan launching produk
baru.
Maka, memiliki peta yang memiliki gambaran detail sebuah area, akan sangat
membantu principal dalam menyusun strategi pemasaran dan distribusinya.
Dengan mapping ini maka gambaran geografis suatu daerah / area yang akan di cover
bisa tedeskripsi dengan jelas, di mana posisi dari outlets (titik-titik penjualan), pusat
aktivitas seperti pabrik, sekolah, SPBU, puskesmas, RS dan lain-lian, akan tergambar
dengan sangat jelas.
Kemudian jalur atau jalan yang melintas, bentuk dan jaraknya juga bisa tampak,
demikian juga seperti sungai, jembatan, dan segala sesuatu yang bisa mempengaruhi
kecepatan lalu lintas jalan bisa tampak.
Dalam peta / mapping ini, gambaran keadaan geografis tersebut akan di sesuaikan
dengan kebutuhan strategi distribusi dan pemasaran yang sedang dikerjakan, jadi hal-
hal yang tidak relevan tidak perlu ditampakkan, tetapi segala sesuatu yang memiliki
pengaruh terhadap operasional distribusi dan pemasaran, harus ditampilkan.
Sebagai contoh, dalam satu area yang sedang di mapping, ada sub-area yang terpencil,
sulit dijangkau kendaraan, tetapi di sub-area tersebut memiliki potensi yang cukup
besar, dan kebetulan perusahaan sedang mengembangkan area secara internal, maka
sub-area tersebut wajib ditampakkan.
Jadi dari mapping tersebut, akan tampak berapa jumlah titik penjualannya (outlets),
berapa potensi tiap titik tersebut, kompetitor yang sudah masuk apa saja, berapa besar
dan tingkat kesulitan untuk mencapai area tersebut, seperti jarak, kondisi jalan harus
terlihat.
Mendapatkan total outlet di area tersebut, baik general trade seperti grosir
(wholesaller), retailer (R-1, R-2; pengecer dalam pasar, R-3; kios-kios), juga modern
trade seperti supermarket, minimarket, PnD maupun saluran distribusi khusus seperti
koperasi, apotik, institusi dan lain-lain.
Mengetahui jumlah outlet dari tiap type outlet di area tersebut beserta potensi dari
tiap-tiap type outlet tersebut, termasuk lokasi outlets tersebut.
Mengetahui jumlah pasar di area tersebut, outlet apa saja yang berada di luar pasar dan
yang berada di dalam pasar, beserta potensi dari pasar (semua outlet di dalam dan
diluar pasar) tersebut.
Outlet yang in-line dengan merek produk perusahaan, dan produk sudah masuk
Outlet yang in-line dengan merek produk perusahaan, tetapi produk belum masuk
Outlet yang tidak in-line dengan merek produk kita, produk tidak masuk, tetapi
kompetitor masuk,
Tujuan Mapping # 4 : Mengetahui Potensi Produk
Dengan mapping diharapkan bisa diketahui produk apa saja yang dijual oleh outlet-
outlet tersebut, dan bagaimana sistem penjualannya, termasuk kemana produk tersebut
mengalir.
Dengan demikian dapat diketahui produk apa, kuat di sub area mana, termasuk tingkat
coverage dan penetrasinya.
Mapping juga harus menggambarkan pola dari aktivitas pusat-pusat aktivitas yang
berpotensi menimbulkan keramaian, misal, untuk pabrik, tiap sabtu gajian, dan
biasanya ada pasar dadakan disekitar pabrik, (potensi untuk blitzing), atau ada pasar
burung yang sebulan sekali mengadakan lomba, berarti ada keramaian tambahan.
Dengan mengetahui beberapa hal di atas, jadwal kunjungan dapat disusun dengan
sangat akurat, sehingga proses penjualan dan distribusi di area tersebut, dapat
dimaksimalkan, termasuk saat kita akan melakukan pembenahan terhadap rencana
kunjungan salesman / sales call plan.
Sekarang bagaimana cara kita dalam melakukan proses mapping / pemetaan area
tersebut, berikut adalah step-step untuk melakukan pemetaan area.
Bagi area secara geografis menjadi beberapa bagian, bisa mengacu ke government map
dahulu atau buat standard sendiri. Tentukan skala prioritas tiap area, prioritas berdasar
pada :
Buat standar untuk mengklasifikasikan outlet menjadi beberapa type outlet, (tiap
perusahaan bisa jadi punya standar sendiri-sendiri, hal ini disesuaikan dengan
kepentingan perusahaan tersebut).
Sebagai tambahan referensi, Anda juga bisa membaca tentang saluran distribusi
di Kenali lebih dekat, Saluran Distribusi Pemasaran Anda.
Lakukan survey area berdasar area yang telah dibagi-bagi tersebut, jadi dilakukan area
by area. Hitung jumlah outlet dari tiap jenis / type outlet sesuai klasifikasi yang sudah
dibuat, untuk tiap area.
Step # 4 : Selling-out
Survey juga jenis dan rata-rata penjualan tiap jenis barang yang ada di outlet tersebut.
Kita tidak harus survey semua jenis barang, tapi cukup yang sejenis dengan barang akan
kita jual / distribusikan.
Step # 5 : Akses
Outlet tertentu mensyaratkan hari dan jam kunjungan yang berbeda, tidak bisa tiap
hari, tiap jam kita bisa berkunjung untuk melakukan order atau mengirim barang
maupun menata/display / memajang barang.
Free untuk Anda, 3 Ebook Menarik & Inspiratif tentang Motivasi, Karir dan Strategi Bisnis
Selain outlet, masukkan juga activitiy point, atau titik aktivitas atau titik keramaian,
seperti pasar, pabrik, alun-alun, dan lain sebagainya.
Titik aktivitas ini memiliki pengaruh yang sangat besar sekali terhadap tingkat
keramaian sebuah outlet, sekaligus sebagai tempat jika kita akan melakukan berbagai
aktivitas yang berhubungan dengan distribusi dan pemasaran seperti brand
activation atau event marketing.
Sebagai contoh,
Salah satu area penjualan & distribusi adalah kota / kabupaten X, dimana kota / kab. ini
total memiliki 25 Kecamatan.
Kemudian kota X kita bagi dalam 3 area utama / main area, misal main area 1 :
kabupaten X bagian timur dan selatan total ada 11 kecamatan. Main area 2 : kota X, total
ada 4 kecamatan dan terakhir main area 3 : kabupaten X, terdiri dari 10 kecamatan
Main area 1, dengan 11 kecamatan dibagi menjadi 4 area, masing-masing area dibagi
lagi menjadi 6 sub-area
Main area 2, dengan 4 kecamatan dibagi menjadi 4 area, masing-masing area dibagi lagi
menjadi 6 sub-area
Main area 3, dengan 10 kecamatan dibagi menjadi 4 area, masing-masing area dibagi
lagi menjadi 6 sub-area
jadi total area penjualan dan distribusi kota X, di bagi menjadi 72 sub-area (4 x 6 x 3).
Gambar diatas adalah mapping dari satu sub-area + satu pasar desa (P3)
Tiap pasar harus digambar posisi dari outlet yang punya potensi terhadap produk yang
akan di jual dan didistribusikan.
Demikian sekilas tentang mapping, dalam prakteknya tentu klasifikasi outlet dan titik
aktivitas akan jauh lebih kompleks. Contoh untuk type outlet retailer saja, biasanya kita
membagi menjadi beberapa type, seperti contoh berikut :
R : Retailer
R1 : retailer yg terletak di jalan / non pasar
R11 : terletak di jalan utama
R12 : terletak di jalan yang lebih kecil
R2 : retailer yg terletak di pasar
R21 : terletak di jalan di area pasar
R22 : terletak di dalam pasar, bedak permanent
R23 : terletak di area pasar, bedak semi permanent
R3 : retailer yang semi permanen / rombong, diluar pasar