Anda di halaman 1dari 86

Management Keperawatan pada

Kegawatdaruratan Obstetric

Windy Natasya Al Baihaqi


Latar Belakang

Pemerintah telah menetapkan


bencana non alam ini sebagai
Bencana nasional non alam yang bencana nasional melalui
disebabkan oleh Corona Virus Keputusan Presiden Republik
Disease (COVID-19) berdampak Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
terhadap ekonomi, sosial dan tentang Penetapan Bencana Non
kesehatan masyarakat secara luas. alam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagai
Bencana Nasional.
Issue…..

Dalam situasi normal,


kesehatan ibu-anak (KIA), Sehingga dikhawatirkan,
KB, dan gizi di Indonesia adanya peningkatan
masih menjadi tantangan morbiditas dan mortalitas
besar dan diperberat Ibu dan anak dan
dengan adanya COVID- penurunan cakupan
19 mengingat adanya pelayanan KIA, KB, dan
batasan dalam hal akses gizi.
dan kualitas layanan.
Birth during
the Covid 19
Pandemic
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi: 305 per 100.000 kelahiran (Supas, 2015)

Setiap minggu ada 256 ibu, setiap hari ada 27 ibu dan setiap jam ada 2 ibu yang meninggal

Sebagian besar kematian tsb seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan

AKItidak mendapatkan upaya pencegahan dan penanganan yang seharusnya

Akibat komplikasi obstetrik yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu
Penyebab AKI
Kira-kira 75% kematian ibu disebabkan:

Perdarahan parah (sebagian besar perdarahan pasca


salin)

Infeksi (biasanya pasca salin)

Tekanan darah tinggi saat kehamilan


(preeclampsia/eclampsia)

Partus lama/macet

Aborsi yg tdk aman


Sekitar 15% dari
kehamilan/persalinan
mengalami komplikasi,
85% normal

Masalahnya: Sebagian
besar komplikasi tidak
bisa diprediksi
Memerlukan kesiapan
pelayanan berkualitas
setiap saat, atau 24 jam
7 hari (24/7) agar
Setiap semua ibu
kehamilan itu hamil/melahirkan yg
mengalami komplikasi
berisiko setiap saat mempunyai
akses ke pelayanan
darurat berkualitas dlm
waktu cepat

Sebagian komplikasi memerlukan pelayanan


kegawat-daruratan dlm hitungan jam
Latar Belakang

Morbiditas dan mortalitas ibu sering kali dapat dicegah

Sistem peringatan dini (obstetri) memperingatkan pemberi


asuhan perawatan terhadap penyakit kritis yang mungkin akan
terjadi sehingga dapat meningkatkan keselamatan ibu
(Friedman, et.all, 2018)
Langkah-langkah Agar Mendapatkan Hasil
Luaran Kehamilan Yang Baik

Membentuk tim
multidisiplin yang terdiri
Identifikasi kehamilan Membuat kebijakan
Melakukan latihan dari ahli obstetri,
berisiko: ante partum, dan prosedur untuk
kegawatdaruratan penyakit dalam,
intra partum, post perawat, dokter dan
obstetri perinatologi, perawat,
partum bidan
bidan, tim kamar
operasi dan bank darah
Kegawatdaruratan Maternal

Ante partum:
perdarahan (
Perdarahan
plasenta previa,
pada
solusio plasenta,
kehamilan awal
ruptur uteri , pre
( < 20 mgg)
eklampsia/
eklampsia

Post partum:
Intra partum: perdarahan
perdarahan (atonia uteri,
(ruptur uteri), retensi plasenta,
emboli cairan laserasi jalan
ketuban lahir, inversio
uteri )
Perdarahan pada kehamilan awal

Abortus

Mola Hidatidosa

Kehamilan Ektopik
Terganggu
Abortus Pengeluaran
hasil konsepsi
dengan usia
kehamilan
kurang dari 20
minggu

Komplikasi
Abortus Insipiens dapat
terjadi syok hipovolemik
Abortus septik dapat
terjadi syok sepsis

Jenis: Komplit,
Inkomplet,
Insipiens ,
Imminens,
Missed
Abortion,
Abortus septik
MOLA HIDATIDOSA
Molahidatidosa: Kehamilan abnormal, dimana seluruh vili
khorialis mengalami perubahan hidrofobik

- Tanda Klinis : keluar gelembung Mola

- Pemeriksaan Penunjang : USG, Laboratorium

• WASPADA :

Saat perdarahan  dapat terjadi syok hipovolemik

• PENATALAKSANAAN  Evakuasi
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

DEFINISI KEHAMILAN KET  sudah terjadi


EKTOPIK : Kehamilan gangguan hemodinamik,
yang terjadi diluar karena terjadi ruptur dari
endometrium cavum uteri produk kehamilan
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

TANDA DAN GEJALA :

- Amenorhea

- Nyeri Perut

- Perdarahan
• PENATALAKSANAAN : Evakuasi hasil konsepsi

(tergantung implantasi dari hasil konsepsi)


SOLUSIO PLASENTA
DEFINISI : Terlepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya

GEJALA : Painful bleeding, yaitu perdarahan yang disertai


dengan rasa nyeri

PERDARAHAN YANG TERJADI :

 Eksternal revealed bleeding  darah keluar melalui


kanalis servikalis

 Concealed hemorrhage  darah tertahan diantara


plasenta dan uterus
SOLUSIO PLASENTA

PENATALAKSANAAN : Sesuai dengan derajat


solusio plasenta ( ringan, sedang, berat )

PRINSIP NYA ADALAH : Terminasi kehamilan


Plasenta Previa

Insersi plasenta (total atau parsial) terletak pada


segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir

Penatalaksanaan: pasif, aktif


Kegawatdaruratan Maternal:
Intrapartum

Perdarahan Emboli Cairan


(Ruptur Uteri) Ketuban
Ruptur Uteri

Komplit : jika robekan yang


Robeknya dinding uterus terjadi menghubungkan
dapat terjadi saat rongga amnion dan rongga
kehamilan atau saat peritoneum sehingga
persalinan lapisan dinding uterus
terpisah

PENATALAKSANAAN :
Inkomplit : jika rongga - Histerorafi
abdomen dan rongga - Histerektomi
uterus masih dibatasi oleh
peritoneum viscerale
Ruptur Uteri
Tanda dan gejala
: perdarahan
pervaginam

Diawali dengan
Perubahan DJJ adanya
(terdapat lingkaran retraksi
deselerasi ) patologis

Teraba bagian
janin di bawah
kulit perut ibu Nyeri abdomen
(pada ruptur
komplit )

His yang terus


menerus
Emboli Cairan Ketuban

Emboli ini diawali dengan


GOLD STANDART
adanya celah pada barrier
DIAGNOSIS : ditemukannya
Suatu sindrom anafilaktik antara ibu dan janin yang
partikel janin dalam sirkulasi
pada kehamilan terjadi pada uterus yang
paru ibu ( saat proses
terluka pada tempat
autopsi)
melekatnya plasenta
Emboli Cairan Ketuban

Prinsip
Manajemen
Suportif
Penatalaksanaan:
koreksi hipoksia,
koreksi
Tanda dan gejala: koagulopati,
dispnue mempertahankan
mendadak, sistem
sianosis, kejang, kardiovaskuler
kolaps
kardiovaskuler
Kegawatdaruratan Maternal:
Postpartum

Perdarahan 
Atonia Uteri, Retensi
Plasenta, Laserasi
Jalan Lahir
Inversio Uteri
Penyebab Pedarahan Post Partum
Atonia UteriTidak
berkontraksinya uterus sesaat
setelah bayi lahir
Penatalaksanaan
KBE: Menekan uterus melalui dinding abdomen dgn saling
mendekatkan kedua belah telapak tangan yg melingkupi
uterus.Pantau aliran darah yg keluar. Bila perdarahan
berkurang,kompresi diteruskan hingga kontraksi baik atau rujuk.
Tekanan hidrostatik pada a. uterina
Menimbulkan tekanan pada cavum uteri dari
dalam ke arah luar, lebih kuat dibandingkan
tekanan pada arteria sistemik (kompresi aorta
dan kompresi bimanual), untuk mencegah
perdarahan yang terus-menerus

KBI: Uterus ditekan diantara telapak tangan pd dinding


abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit
pembuluh darah di dlm miometrium sebagai pengganti
mekanisme kontraksi. Perhatikan perdarahan yg terjadi, jika
kurang tunggu hingga kontraksi baik.
Inversio Uteri
 Terputar baliknya uterus,
sehingga bagian dalam fundus
dapat dilihat di introitus vagina
atau di luarnya.
 Tidak melahirkan plasenta
terlebih dahulu pada kasus
inversio uteri, karena akan
menyebabkan perdarahan
hebat. Selain itu,
mempertahankan plasenta
yang menempel akan
mempermudah reposisi uterus
 Penanganan Reposisi uterus
Retensi Plasenta

Plasenta
Penanganan :
belum lahir, 30
Manual
menit setelah
Plasenta
bayi lahir
Laserasi Jalan lahir
 Kecurigaan jika uterus
berkontraksi baik
perdarahan tetap terjadi
 Dilakukan pemeriksaan
inspikulo jalan lahir untuk
menentukan sumber
perdarahan
 Laserasi jalan lahir : perineum,
dinding vagina, serviks, m
levator ani
 Penatalaksanaan: Penjahitan
sumber perdarahan
Prinsip Dasar Penatalaksanaan Kegawatan
Maternal

Resusitasi
Tegakkan Kenali
aktif pada Identifikasi
diagnosis sumberdaya Atasi
kasus penyebab
secara dan penyebab
perdarahan dasar
cepat kemampuan
masif
Obstetrical Triage and Initial
Assessment in Labour
Windy Natasya Al Baihaqi
Algoritma Skrining & Diagnosis Ibu Hamil
Datang ke RS

Guo L, Ren L, Yang S, Xiao M, Chang D, Yang F, et al. Profiling Early Humoral Response
to Diagnose Novel Coronavirus Disease (COVID-19). Clin Infect Dis. 2020.
Birth during
the Covid 19
Pandemic
Modified Early Obstetric Warning Score
(MEOWS)

RCOG. Principles for the testing and triage of women seeking maternity care in hospital settings , during the COVID-19 pandemic. 2020.
Obstetrical Priority Level

Obstetrical Priority Levelnon-urgen, urgent dan


emergent didasarkan pada penilaian triase di awal

Klasifikasi ini diadaptasi dari sistem CTAS yang


memungkinkan perawat untuk:
• Triase pasien sesuai dengan jenis dan tingkat keparahan tanda
dan gejala yang dimiliki
• Memprioritaskan kebutuhan perawatan ibu dengan
menentukan kapan ibu harus dilihat dan dinilai oleh DPJP
Application of Obstetrical Priority Level

Priority Non-Urgent Urgent Emergent


Level
When to notify Less than or equal to 120 Less than or equal to 60 minutes Immediate to 15 minutes of completion of nursing
Physician/ minutes of completion of of completion of nursing assessment
Midwife nursing assessment assessment

Term Labour Labour (See DST #4 Evaluation of Imminent birth


Progress in Labour/Dystocia) Unassisted out-of-hospital birth
Multiple pregnancy Malpresentation in labour

Obstetrical/ Suspected urinary History of hypertensive disorder of Suspected preterm labour


Medical tract infection pregnancy < 37 weeks
Complication Vaginal show Decreased fetal movement ROM Vaginal bleeding
s (Examples) Discomfort of Suspected maternal fever Planned Maternal seizure or other abnormal neurological
pregnancy elective C/S in labour symptoms
Nausea/vomiting and/or diarrhea with Suspected severe hypertension in pregnancy1
dehydration Maternal respiratory distress
No prenatal care Cord prolapse
Substance use in pregnancy Persistent abdominal pain
Suspected fetal compromise/ absent fetal movement
Suspected uterine rupture
Maternal trauma
Suspected psychosis
Severitas Covid-19 dilihat dari Gejala
Klinis

Sutton D, Fuchs K, D’Alton M, Goffman D. Universal screening for SARS-CoV-2 in


women admitted for delivery. Vol. 382, New England Journal of Medicine. 2020.
Levels of Critical Care for Adult Patients. Standards and Guidelines. ICS, London 2009
(www.ics.ac.uk/intensive_care_professional/standards_and_guidelines/levels_of_critical_care_for_a
dult_patients).

Apa itu maternal critical care

Maternal critical care, high dependency care and high risk


maternity  tidak dapat saling menggantikan

Menentukan tingkat perawatan kritis yang dibutuhkan oleh ibu 


tergantung pada jumlah organ support yang diperlukan

Dibagi ke dalam 4 level berdasarkan ketergantungan pada organ


support dan level monitoring yang dibutuhkan berdasarkan
kondisi klinik dan diagnosis.
Levels of Critical Care for Adult Patients.
Standards and Guidelines. ICS, London 2009

Tingkat 0 Pasien yang kebutuhannya dapat dipenuhi melalui perawatan


biasa (ruang rawat inap).

Level 1Pasien yang beresiko kondisinya memburuk dan membutuhkan


tingkat observasi yang lebih tinggi atau mereka yang baru-baru ini
ditranfer dari tingkat perawatan yang lebih tinggi.

Level 2 Pasien yang membutuhkan pemantauan / intervensi invasif


yang mencakup dukungan untuk kegagalan satu fungsi organ (tidak
termasuk dukungan pernapasan lanjutan).

Level 3 Pasien yang membutuhkan dukungan pernapasan lanjutan


(ventilasi mekanis) atau dukungan pernafasan dasar bersama dengan
dukungan setidaknya satu organ tambahan
Manfaat dari pendekatan ini  manajemen penyakit kritis, terutama
pada perawatan level 2, dimana level ini memiliki staf yang
kompeten dengan keahlian klinis yang tepat untuk mengelola situasi
klinis, baik dengan atau secara independen konsultan perawatan
kritis baik itu medis / keperawatan / staf kebidanan.

Saravanakumar K et al. High dependency care in an obstetric setting in the UK


Anaesthesia. Anaesthesia 2008;63(10):1081–1086.
Wheatly S. Maternal critical care: what’s in a name? J Ob Anesth 2010;19:353 355
Perubahan Fisiologis
dalam Kehamilan

Maternal Collapse in Pregnancy and the Puerperium. RCOG,


London 2011 (www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG56.pdf)
Recognition and care of the acutely ill
parturient
Berdasarkan NICE guideline
perawatan ibu dengan critically ill di
rumah sakit harus memiliki alat untuk
observasi fisiologis dan algoritma nya
yang dicatat dalam rekam medis
sebagai initial assessment

Early Warning System

Recognition of and response to acute illness in adults in hospital. NICE, London


2007 (http://guidance.nice.org.uk/CG50).
Staf yang merawat pasien di rumah sakit akut harus memiliki
kompetensi dalam pemantauan, pengukuran, interpretasi
dan respons yang cepat terhadap pasien yang sakit akut
sesuai dengan tingkat perawatan yang mereka sediakan.

Pendidikan dan pelatihan harus disediakan untuk


memastikan staf memiliki kompetensi ini dan mereka harus
dilakukan uji kompetensi untuk memastikan kompetensinya.

Competencies for Recognising and Responding to Acutely Ill Patients in Hospital. DH, London 2008
(www.dh.gov.uk/en/ Publicationsandstatistics/Publications/PublicationsPolicyAndGuidance/DH_096989).
Shock In Obstetric
Jenis atau Klasifikasi Syok
Syok Hemoragik Syok Neurogenik Syok Kardiogenik Syok Endotoksik/septic Syok Anafilatik

•Syok yang •Syok yang akan •Syok yang terjadi •Gangguan •Syok yang sering
disebabkan oleh terjadi karena rasa karena kontraksi otot menyeluruh terjadi akibat
perdarahan yang sakit yang berat jantung yang tidak pembuluh darah alergi/hipersensitif
banyak. disebabkan oleh efektif yang disebabkan oleh terhadap obat-
•Akibat perdarahan kehamilan ektopik disebabkan oleh lepasnya toksin. obatan.
pada kehamilan yang terganggu, infark otot jantung Penyebab utama •Penyebab syok yang
muda, misalnya solusio plasenta, dan kegagalan adalah infeksi bakteri lain seperti emboli air
abortus, kehamilan persalinan dengan jantung. Sering gram nagatif. ketuban, udara atau
ektopik dan penyakit forceps atau dijumpai pada •Sering dijumpai thrombus, komplikasi
trofoblas (mola persalinan letak penyakit-penyakit pada abortus septic, anastesi dan
hidatidosa); sungsang di mana katup jantung. korioamnionitis, dan kombinasi seperti
perdarahan pembukaan serviks infeksi pada abortus
antepartum seperti belum lengkap, versi pascapersalinan. inkompletus
plasenta previa, dalam yang kasar, (hemoragik dan
solusio plasenta, firasat/tindakan ensotoksin) dan
rupture uteri, dan crede, ruptura uteri, kehamilan ektopik
perdarahan pasca inversio uteri yang terganggu dan
persalinan karena akut, pengosongan rupture uteri
atonia uteri dan uterus yang terlalu (hemoragik dan
laserasi jalan lahir. cepat (pecah neurogenik)
ketuban pada
polihidramnion), dan
penurunan tekanan
tiba-tiba daerah
splanknik seperti
pengangkatan
tibatiba tumor
ovarium yang sangat
besar.
Kegagalan sistem sirkulasi dalam
mempertahankan aliran yang
adekuat pada organ-organ vital
sehingga timbul anoxia
Hemorrhagic in Obstetric

Perdarahan obstetris seringkali akut, dramatis, dan kurang tepat.

Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian


ibu

Penatalaksanaan perdarahan postpartum telah banyak dilakukan


ditinjau secara rinci dalam Pedoman Praktik Klinik SOGC untuk
Pencegahan dan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum.
SOGC Clinical Practice Guidelines.Prevention and
management of post partum hemorrhage.J Soc
Obstet Gynaecol Can 2000;22(4):271-81.
Patofisiologi

Mekanisme
kompensasiPenurunan
tekanan darah arteri Venous
Kehilangan
yang dihasilkan returnPenurunan aliran
cairanKehilangan PreloadPreload atau
mengaktifkan balik vena terjadi
cairan dapat berupa tekanan pengisian
mekanisme kompensasi sebagai akibat dari
kehilangan cairan menjadi berkurang.
tubuh dalam upaya penurunan tekanan
internal atau eksternal.
untuk meningkatkan darah arteri.
volume intravaskular
tubuh.
Patofisiologi

Curah jantung Curah


Stroke volumediturunkan. jantung menurun karena
penurunan strok volume.

Nutrisi sel yang


Arterial PressurePenurunan dikompromikanKetika perfusi
tekanan arteri rata-rata jaringan menurun, pengiriman
mengikuti karena curah nutrisi dan oksigen ke sel
jantung secara bertahap menurun, yang pada akhirnya
menurun. dapat menyebabkan multiple
organ dysfunction syndrome.
Penyebab
Kehilangan cairan
Syok hipovolemik
internal dapat
biasanya terjadi
terjadi akibat
akibat kehilangan
perdarahan atau
darah akut -
perpindahan
sekitar seperlima
cairan ruang
dari total volume.
ketiga.

Kehilangan cairan Volume vaskular


eksternal dapat yang tidak
terjadi akibat adekuat
perdarahan hebat menyebabkan
atau diare parah, penurunan aliran
diuresis, atau balik vena dan
muntah. curah jantung.
Syok

Nadi cepat dan Tanda lain : pernafasan


lemah (110 x/mnt cepat, pucat, akral dingin,
atau lebih) gelisah/penurunan
kesadaran, urin sedikit

Gangguan Tekanan darah


perfusi rendah (sistolik < 90
perifer mmHg)

Prinsip dasar penanganan : tujuan utama


menstabilkan hemodinamik pasien, memperbaiki
volume cairan sirkulasi darah, mengefisiensikan
sistem sirkulasi darah.

Gallimore, 2012. Nursing Standard. 30, 1, 51-60. doi: 10.7748/ns.30.1.51.e9955


Manifestasi

Hipotensi Syok hipovolemik menyebabkan hipotensi dengan tekanan nadi yang


menyempit.

Kognitif Pasien mengalami penurunan sensorium.

Takikardia Tubuh mengkompensasi penurunan curah jantung dengan memompa lebih


cepat dari biasanya, mengakibatkan takikardia.

Pernapasan cepat dan dangkalKarena penurunan pengiriman oksigen ke seluruh sistem


tubuh, sistem pernapasan mengimbanginya dengan pernapasan cepat dan dangkal.

OliguriaAda oliguria atau penurunan output urin kurang dari 25ml / jam.

Kulit berkeringatKulit pasien menjadi dingin, lembap, dan pucat.


CLINICAL PRESENTATION AND
COMPLICATIONS OF HEMORRHAGIC SHOCK
Excessive external or internal blood loss, sebagian besar volume yang ditentukan
sulit untuk diukur, dan evaluasi secara visual sering kali diabaikan.

Syok terjadi bila ada hipoperfusi vital organ.

Hipoperfusi kerusakan pada miokardium (syok kardiogenik), infeksi berlebihan


yang menyebabkan redistribusi volume sirkulasi ke ruang ekstravascular (syok
septik), atau hipovolemia karena dehidrasi atau perdarahan (syok hipovolemik)

Tanda dan gejala syok hemoragik akan bervariasi tergantung pada volume dan
laju kehilangan darah

Barber A, Shires GT. Shock. In: Schwartz SI, editor. Principles of surgery. 7th ed. McGraw-Hill. 1999. p.101-22.
Smith HO. Shock in the gynecologic patient. In: Rock JA,Thomson JD, editors.Te Linde’s operative gynecology. 8th ed. Lippincott-Raven; 1997.
p. 245-61
Falk JL, O’Brien JF, Kerr R. Fluid resuscitation in traumatic hemorrhagic shock. Crit Care Clin 1992;8(2):323-40.
The American College of Surgeons. Shock. In:The American College of Surgeons, editor. Advanced trauma life support. 1990. p. 59-73.
Komplikasi
Koagulasi intravaskular
diseminata adalah
Sindrom gangguan proses patologis yang
pernapasan ditandai dengan
akutterjadi ketika aktivasi luas dari
cairan menumpuk di kaskade pembekuan
kantung udara elastis yang menghasilkan
kecil di paru-paru. pembentukan
gumpalan darah di
pembuluh darah kecil.

Nekrosis tubular akut


adalah kelainan ginjal
Multiple organ
yang melibatkan
dysfunction syndrome
kerusakan sel tubulus
adalah akibat akhir
ginjal, yang dapat
dari syok hipovolemik.
menyebabkan gagal
ginjal akut.
KAPAN DAPAT MEMPERKIRAKAN ATAU
MENGANTISIPASI SYOK?
 Perdarahan :
Pada awal kehamilan ( abortus, KET,
Mola)
Pada akhir kehamilan / persalinan (
plasenta previa, solusio plasenta,
ruptur uteri )
Setelahkelahiraan bayi ( atonia uteri,
retensi plasenta, inversio uteri)
 Infeksi ( abortus yang tidak aman ,
amnionitis, metritis)
 Trauma ( perlukaan pada uterus
atau kandung kemih, ruptur uteri,
laserasi jalan lahir)
ORDER
Tata laksana

Restore Evaluate Remedy


Drug
Oxygenate circulating response to underlying
therapy
volume therapy, cause.

Outcome is dependent on early recognition and on


immediate aggressive therapy, which relies on two
basic principles: replace losses and arrest bleeding
The Nurse's Management of Shock and Hemorrhage AJN, American Journal of Nursing: October 2017 - Volume 117 - Issue 10 - p 43-44
doi: 10.1097/01.NAJ.0000525872.59231.b5
ACOG Educational Bulletin. Hemorrhagic shock. Number 235. April 1997 (replaces no. 82, December 1984). American College of Obstetricians and
Gynecologists. Int J Gynaecol Obstet 1997;57(2):219-26.
Oxygenate
Langkah awal dalam setiap resusitasi pasien adalah membebaskan
jalan napas dan memberikan oksigenasi yang adekuat.

Ensuring adequacy of ventilation, increasing oxygen saturation of


the blood

Setelah resusitasi cairan ekstensif, edema trakea dapat mempersulit


intubasi.

Tekanan ventilasi positif mungkin diperlukan pada pasien dengan


penurunan complience paru.

The American College of Surgeons. Shock. In:The American College


of Surgeons, editor. Advanced trauma life support. 1990. p. 59-73.
Restore circulating volume Crystalloid Solutions

Kerugian utama dari


penggunaan larutan
Keuntungan dari kristaloid adalah
Larutan kristaloid larutan kristaloid pergerakan cepatnya
adalah larutan elektrolit termasuk ketersediaan dari intravascular ke
yang diberikan secara yang mudah, ruang ekstravaskuler,
intra vena. keamanan, dan biaya tiga kali atau lebih
rendah penggantian, dan
menghasilkan jaringan
edema

Gould SA, Sehgal LR, Sehgal HL, Moss GS. Hypovolemic shock. Crit Care Clin 1993;9(2):239-59.
Lucas CE. Update on trauma care in Canada. 4. Resuscitation through the three phases of hemorrhagic shock after trauma. Can J Surg1990;33(6):451-6.
Davies MJ. Crystalloid or colloid: does it matter? J Clin Anesth1989;1(6):464-71.
Dubick MA,Wade CE. A review of the efficacy and safety of 7.5% NaCl/6% dextran 70 in experimental animals and in humans. J Trauma1994;36(3):323-30.
Vassar MJ, Perry CA, Holcroft JW. Prehospital resuscitation of hypotensive trauma patients with 7.5% NaCl versus 7.5% NaCl with addeddextran: a controlled trial. J Trauma 1993;34(5):622-3
Deakin CD. Early fluid resuscitation in haemorrhagic shock. Eur J Emerg Med 1994;1(2):83-5
Restore circulating volume Crystalloid Solutions
Ringer's lactate lebih disukai daripada saline normal untuk
mencegah asidosis hiperkloremik yang terkait dengan
penggunaan larutan sodium dalam waktu lama

Larutan garam hipertonik umumnya tidak direkomendasikan


karena risiko gangguan elektrolit

Tidak ada peran untuk larutan dekstrosa hipotonik dalam


pengelolaan syok hipovolemik
Gould SA, Sehgal LR, Sehgal HL, Moss GS. Hypovolemic shock. Crit Care Clin 1993;9(2):239-59.
Lucas CE. Update on trauma care in Canada. 4. Resuscitation through the three phases of hemorrhagic shock after trauma. Can J Surg1990;33(6):451-6.
Davies MJ. Crystalloid or colloid: does it matter? J Clin Anesth1989;1(6):464-71.
Dubick MA,Wade CE. A review of the efficacy and safety of 7.5% NaCl/6% dextran 70 in experimental animals and in humans. J Trauma1994;36(3):323-30.
Vassar MJ, Perry CA, Holcroft JW. Prehospital resuscitation of hypotensive trauma patients with 7.5% NaCl versus 7.5% NaCl with addeddextran: a controlled trial. J Trauma 1993;34(5):622-3
Deakin CD. Early fluid resuscitation in haemorrhagic shock. Eur J Emerg Med 1994;1(2):83-5
Restore circulating volume Colloid Solutions

Larutan koloid
mengandung molekul
yang dirancang untuk Lebih mahal dan lebih
tetap berada di sedikit tersedia
dalam kompartemen dibandingkan
intravascular. kristaloid.

Produk ini termasuk Masing-masing produk


albumin, pati pengganti onkotik ini
hidroksietil, dekstran, membawa risiko
dan gelatin. reaksi, beberapa akan
mengikat kalsium atau
mempengaruhi
sirkulasi imunoglobulin.
Poole GV, Meredith JW, Pennell T, Mills SA. Comparison of colloids and crystalloids in resuscitation from hemorrhagic shock. Surg Gynecol Obstet
1982;154:577-86.
Bunn F, Lefebvre C, Li-Wan-Po A, Li L, Roberts I, Schierhout G. Humanalbumin solution for resuscitation and volume expansion in critically ill patients.
Cochrane Database Syst Rev 2000;2:CD001208
Restore circulating volume Colloid Solutions

Tidak ada bukti yang Tinjauan baru-baru ini


meyakinkan bahwa tentang penggunaan
larutan koloid albumin dalam
Kristaloid dan koloid
menawarkan keuntungan pengobatan hipovolemia
dapat digunakan
apapun dibandingkan menunjukkan bahwa
bersamaan
larutan kristaloid dalam penggunaannya dapat
penggantian volume meningkatkan risiko
pada syok hemoragik. kematian.

Poole GV, Meredith JW, Pennell T, Mills SA. Comparison of colloids and crystalloids in resuscitation from hemorrhagic shock. Surg Gynecol Obstet
1982;154:577-86.
Bunn F, Lefebvre C, Li-Wan-Po A, Li L, Roberts I, Schierhout G. Humanalbumin solution for resuscitation and volume expansion in critically ill patients.
Cochrane Database Syst Rev 2000;2:CD001208
Restore circulating volume Tranfusion

Banyak produk darah Terapi komponen Hipovolemia paling Pada syok


tersedia untuk memungkinkan baik dikoreksi hemoragik, Packed
memulihkan volume penggantian khusus dengan larutan Red Blood Cells
sirkulasi, dan untuk memenuhi kristaloid. (PRBC) paling sering
menggantikan faktor kebutuhan khusus. digunakan untuk
koagulasi dan mengembalikan
kapasitas transport volume intravascular
oksigen. dan kapasitas
transport oksigen.
Guidelines for red blood cell and plasma transfusion for adults and children. Can Med Assoc J 1997;156(11):S1-S54.
Schwartz SI. Hemostasis, surgical bleeding and transfusion. In: Schwartz SI, editor. Principles of surgery. 7th ed. McGraw-Hill; 1999. p. 77-100.
Hocker P, Hartmann T. Management of massive transfusion.Acta Anaesthesiol Scand Suppl 1997;111:205-7.
Harrigan C, Lucas CE, Ledgerwood AM.The effect of hemorrhagic shock on the clotting cascade in injured patients. J Trauma 1989;29(10):1416-21.
Restore circulating volume Tranfusion

Kehilangan darah
lebih dari 20-25% Transfusi trombosit
atau kasus diindikasikan Koagulasi faktor
koagulopati dalam situasi konsentrat tersedia
mungkin trombositopenia untuk defisiensi
Tidak ada
memerlukan yang signifikan yang teridentifikasi,
“ambang batas
penggantian faktor (jumlah trombosit dan Fresh Frozen
yang disarankan u/
koagulasi; studi kurang dari 20.000 Plasma (FFP) dapat
hemoglobin
koagulasi sampai 50.000 per diberikan dalam
direkomendasikan mm3) dan situasi akut dimana
setelah transfusi 5 perdarahan nilai PT/APTT naik.
sampai 10 unit lanjutan.
PRBC

Martin DJ, Lucas CE, Ledgerwood AM, Hoschner J, McGonigal MD, Grabow D. Fresh frozen plasma supplement to massive red blood cell transfusion.
Ann Surg 1985;202(4):505-11.
ACOG technical bulletin. Blood component therapy. Number 199 –November 1994 (replaces no. 78, July 1984).
Committee on Technical
Bulletins of the American College of Obstetricians and Gynecologists. Int J Gynaecol Obstet 1995;48(2):233-8
Indications For Blood Component Therapy

ACOG technical bulletin. Blood component therapy. Number 199 – November 1994 (replaces no. 78, July 1984). Committee on
Technical Bulletins of the American College of Obstetricians and Gynecologists. Int J Gynaecol Obstet 1995;48(2):233-8
Drug therapy

AGEN VASOAKTIF
 Setelah penggantian volume yang memadai tercapai, agen vaso
aktif, yang meliputi inotropik dan vasopresor, dapat dipertimbangkan
tetapi tidak sering diperlukan pada syok hemoragik
 Jika diperlukan, agen inotropik diberikan terlebih dahulu, diikuti oleh
vasopresor dalam kasus refraktori.
 Ada risiko bahwa ini semua agen dapat menyebabkan pembatasan
lebih lanjut dari perfusi dan oksigenasi organ distal.
 Idealnya, obat ini harus diberikan dalam pengaturan perawatan kritis
dengan bantuan tim multidisiplin.

ACOG Educational Bulletin. Hemorrhagic shock. Number 235. April1997 (replaces no. 82,
December 1984). American College of Obstetricians and Gynecologists. Int J Gynaecol
Obstet 1997;57(2):219-26.
Drug therapy

Domsky MF,Wilson RF. Hemodynamic resuscitation. Crit Care Clin1993;10(4):715-26.


Evaluate Response To
Therapy

Setelah oksigenasi dan volume sirkulasi telah pulih, lakukan evaluasi ulang kondisi klini

Tanda-tanda vital,status mental, output urin, dan pengisian kapiler harus dinilai secara
teratur selama resusitasi.

Inisiasi pemantauan pusat dapat diindikasikan saat ini, jika respo nuntuk resusitasi awal
kurang baik atau jika masih terjadi perdarahanlakukan pemeriksaan
darahhematologi, koagulasi, elektrolit, dan status metabolik.
ACOG Educational Bulletin. Hemorrhagic shock. Number 235. April1997 (replaces no. 82, December 1984). American College of Obstetricians and Gynecologists. Int J
Gynaecol Obstet 1997;57(2):219-26.
Shoemaker WC, Peitzman AB, Bellamy R, Bellomo R, Bruttig SP,Capone A, et al. Resuscitation from severe hemorrhage. Crit Care Med 1996;24(2 Suppl):S12-23.
Evaluate Response To
Therapy

Bila terjadi gangguan


elektrolit dan gangguan Lakukan pemeriksaan
metabolisme serta AGDG u/ menilai
defisiensi koagulasi harus kecukupan oksigenasi.
diperbaiki.

Tata laksana koreksi untuk


Komponen darah juga
oksigenasi, ventilasi, pH,
dapat digunakan untuk
cairan, dan
menggantikan
keseimbangan elektrolit
kekurangan yang
harus dibuat berdasarkan
teridentifikasi.
hasil laboratorium. 16
ACOG Educational Bulletin. Hemorrhagic shock. Number 235. April1997 (replaces no. 82, December 1984). American College of Obstetricians and Gynecologists. Int J
Gynaecol Obstet 1997;57(2):219-26.
Shoemaker WC, Peitzman AB, Bellamy R, Bellomo R, Bruttig SP,Capone A, et al. Resuscitation from severe hemorrhage. Crit Care Med 1996;24(2 Suppl):S12-23.
EBN Hemorrhagic Shock

Perawat harus mengetahui tanda klinis syok hemorragik. (III-B)

Perawat harus memahami tahapan hemoragik syok. (III-B)

Perawat harus menilai risiko setiap perempuan syok


hemoragik dan siapkan prosedur yang sesuai. (III-B)
EBN Hemorrhagic Shock

Resusitasi dari syok hemoragik Cairan kristaloid atau koloid


harus disertakan restorasi isotonik dapat digunakan untuk
Resusitasi dari syok hemoragik volume sirkulasi dengan penggantian volume pada syok
harus mencakup oksigenasi penempatan dua infus hemoragik (I-B). Tidak ada
yang adekuat. (II-3A) berdiameter besar, rapid rekomendasi dekstrosa hipotonik
infusion of a balanced dalam manajemen syok
crystalloid solution. (I-A) hemoragik (I-E).
EBN Hemorrhagic Shock
Transfusi komponen darah Agen vasoaktif jarang diindikasikan
diindikasikan bila terjadi defisiensi dalam penanganan syok hemoragik
telah didokumentasikan oleh dan harus dipertimbangkan hanya
penilaian klinis atau investigasi jika penggantian volume selesai,
hematologi (II-2B). Produk ini harus perdarahan dihentikan, dan
dihangatkan dan diinfuskan melalui hipotensi berlanjut. Mereka harus
saluran yang disaring dengan garam dikelola di a pengaturan perawatan
normal, bebas dari aditif dan obat- kritis dengan bantuan multidisiplin
obatan (II-3B). tim. (III-B)

Resusitasi yang tepat membutuhkan


evaluasi berkelanjutan respon Saat melaksanakan tindakan
terhadap terapi, termasuk evaluasi resusitasi segera kenali dan hentikan
klinis, dan penilaian hema tological, sumber perdarahan,. (III-B)
biokimia, dan metabolik. (III-B)
Tata Laksana Awal

3A..Aman Pasien, Aman Penolong, Aman Lingkungan

Periksa keadaan umum

Call for help…!

Bebaskan jalan nafasHead tilt, chin lift, jaw trust

Adekuat Oksigenasi O2 6-8 L via Mask

Restoration of circulating volume  pasang iv line dengan gauge besar, rapid infusion of a balanced
crystalloid solution (resusitasi cairan terkendali)

Cek Hematologi 8 parameter, PT/APTT, BT/CT, Cross Match

Observasi ketat: tanda vital dan hilangnya darah tiap 15 mnt, intake dan output/jam, balans cairan
Tata Laksana
Khususidentifikasi dan
atasi penyebab syok

Keberhasilan Terapi Syok


Kesadaran membaik
Perfusi jaringan meningkat
Tekanan CVP 3-8 cm h2o
Produksi urin 0,5 ml/kg bb/jam
"Hidup itu bukan
soal panjang
pendeknya usia,
tapi seberapa
besar kita dapat
membantu
orang lain."

Anda mungkin juga menyukai