Anda di halaman 1dari 18

KD. 3.

7 : BUDAYA POLITIK INDONESIA

OLEH KELOMPOK IV :
1. RAHMAT ILLAHI
2. NABIL LATIF
3. ZAFRAN

KELAS : X TKR O

GURU PEMBIMBING : NINA FITRIZA, S.Pd

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

SMK N 1 PANGKALAN KEC. PANGKALAN KOTO BARU

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

TP.2021/2022
KATA PENGANTAR

puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “budaya politik indonesia serta
sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik” ini tepat pada waktunya.
adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibuk
NINA FITRIZA S.pd sebagai guru PKN. selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang budaya politik indonesia serta sosialisasi politik dalam
pengembangan budaya politik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
saya mengucapkan terima kasih ibuk Nina fitriza S.pd sebagai guru PKN yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang budaya
politik indonesia serta sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik ini.
saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pangkalan, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan makalah..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. BUDAYA POLITIK INDONESIA...................................................................... 3
1. Budaya Politik................................................................................................. 3
2. Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli................................................ 3
3. Komponen – Komponen budaya Politik......................................................... 4
4. Tipe-tipe Budaya politik.................................................................................. 5
5. Budaya politik yang berkembang di Indonesia............................................... 6
6. Budaya Politik di Indonesia............................................................................ 6
B. SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK
1. Pengertian Sosialisasi Politik.......................................................................... 7
2. Metode Sosialisasi Politik............................................................................... 8
3. Sarana Sosialisasi Politik................................................................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................................ 13
B. Saran...................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap warga Negara dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan Aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Proses pelaksanaanya dapat terjadi
secara langsung atau tidak langsung. Secara tidak langsung, berarti sebatas mendengar
informasi atau berita – berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Secara langsung , berarti
orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga
Negara dengan pemerintah institusi – institusi di luar pemerintah (non – formal) telah
menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik
– praktik perilaku politik dalam semua system politik.
Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri – ciri yang
lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses
gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.
Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan
menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber – sumber daya
masyrakat.
Budaya politik merupakan system nilai dan keyakinan dimiliki bersama oleh masyarakat.
Almond dan verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasi yang khas
warga Negara terhadap system politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap
peranan warga Negara yang ada didalam system itu. Dengan kata lain bagaimana distribusi
pola – pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Budaya politik?
2. Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli?
3. Apa saja Komponen – Komponen budaya Politik?
4. Apa saja tipe-tipe Budaya politik?
5. Bagaimana budaya politik yang berkembang di indonesia?
6. Apa saja budaya Politik di Indonesia?
7.Apa Pengertian Sosialisasi Politik?
8.Bagaimana Metode Sosialisasi Politik?
1
9. Apa Sarana Sosialisasi Politik?

C. Tujuan Makalah
1. Sesuai dengan tema-nya makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami
budaya politik Indonesia dan perkembangannya.
2. untuk memenuhi tugas mata pelajaran PKN.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. BUDAYA POLITIK INDONESIA


1. Budaya Politik
Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga
dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki
kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan
kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

2. Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli


Ada banyak sarjana ilmu politik yang telah mengkaji tema budaya politik sehingga
terdapat variasi konsep tentang budaya politik yang kita ketahui. Namun bila diamati dan
dikaji lebih jauh, derajat / tingkat perbedaan konsep tersebut tidaklah begitu besar sehingga
tetap dalam satu pemahaman dan rambu – rambu yang sama. Berikut ini merupakan
pengertian budaya politik menurut beberapa ahli ilmu politik. Berikut ini merupakan
pengertian budaya politik menurut beberapa ahli ilmu politik.
a. Rusadi Sumintapura
Budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap
kehidupan poltik yang dihayati oleh para anggota suatu system politik.
b. Sidney verba
Budaya politik adalah suatu system kepercayaan empirik, symbol – symbol eksresif, dan nilai
– nilai yang menegaskan suatu situasi di mana tindakan politik dilakukan.
c. Alan R. Ball
Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai –
nilai masyarakat yang berhubungan denngan system politik dan isu – isu politik.
d. Austin ranney
Budaya politik adalah seperangkat pandangan tentang politik dan pemerintahan yang
dipegang secara bersama – sama, sebuah pola orientasi terhadap objek – objek politik

3
e. Gabriel A. Almond dan G. Bingham powell, Jr.
Budaya politik berisikan siakp, keyakinan, nilai, dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh
populasi, juga kecenderungan dan pola – pola khusus yang terdapat pada bagian – bagian
tertentu dari populasi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas (dalam arti umum atau menurut para ahli),
dapat ditarik beberapa batasan konseptual tentang budaya politik sebagai berikut:
Pertama : bahwa konsep budaya politik lebih memberi penekanan pada perilaku – perilaku
nonaktual seperti orientasi, sikap, nilai – nilai dan kepercayaan – kepercayaan.
Kedua : hal – hal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah sisitem politik, artinya
pembicaraan tentang budaya politik tidak pernah lepas dari pembicaraan tentang system
politik.
Ketiga : budaya politik merupakan deskripsi konseptual yang menggambarkan komponen –
komponen budaya politik dalam tataran massif, atau mendeskripsikan masyarakat di suatu
Negara atau wilayah, bukan per individu.
Dengan memahami pengertian budaya politik, kita akan memperoleh paling tidak dua
mannfaat, yakni:
a.     Sikap warga Negara terhadap system politik akan mempengaruhi tuntutan, tanggapan,
dukungan, serta orientasinya terhadap system politik itu.
b.     Hubungan antara budaya politik dengan system politik atau factor – factor apa yang
menyebabkan terjadinya pergeseran politik dapat dimengerti.

3. Komponen – Komponen budaya Politik


Menurut Ranney, budaya politik memiliki dua komponen utama, yaitu orientasi kognitif
(cognitive orientations )dan orientasi afektif (affective orientation). Sementara itu, Almond
dan Verba dengan lebih komprehensif mengacu pada apa yang dirumuskan Parsons dan
Shils tentang klasifikasi tipe – tipe orientasi, bahwa budaya politik mengandung tiga
komponen objek politik berikut:
a.  Orientasi kognitif: berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan, dan
segala kewajiban serta input dan outputnya.
b.  Orientasi afektif: berupa perasaan terhadap system politik, peranannya, para actor, dan
penampilannya.
c.   Orientasi evaluatif: berupa keputusan dan pendapat tentang objek – objek politik yang
4
secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan.
Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
3. Budaya politik partisipatif (aktif)

4. Tipe-tipe Budaya politik


 Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat
rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi
orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak
memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik
ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di
Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala
suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang
ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.
 Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan
sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya
politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang
tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat
pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun
frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang
dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas
pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat
terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak
suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai
tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh
pemerintah.
 Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik
yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya
sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik.
Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum,
tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi
aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada

5
peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi
mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.
5. Budaya politik yang berkembang di indonesia
Gambaran sementara tentang budaya politik Indonesia, yang tentunya harus di telaah dan
di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai berikut :
 Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks
yang dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa,
agama, kelas, kasta yang semuanya relatif masih rawan/rentan.
 Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya
politik partisipan di lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam
mempergunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di
sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme,
bapakisme, dan ikatan primordial.
 Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang di kenal melalui indikatornya
berupa sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap
keagamaan tertentu; purutanisme dan non puritanisme dan lain-lain.
 kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme
dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme,
sikap asal bapak senang.
 Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya)
dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.

6. Budaya Politik di Indonesia


Hirarki yang Tegar/Ketat
Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya
bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas
antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing
terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan
santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal usul kelas masing-masing.
Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya,
rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'. Dalam
kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara
penguasa memandang diri dan rakyatnya.

6
 Kecendrungan Patronage
Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di
Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya
budaya politik semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih
memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.
 Kecendrungan Neo-patrimonisalistik
Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya
kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya
meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi,
perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter
patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi modern:
 Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke
bawah dalam organisasi
 Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang tegas
 Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur
bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya
 Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar
karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.

B. SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK


1. Pengertian Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola sosial
yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan seperti yang diketengahkan
melalui bermacam-macam badan masyarakat.
Almond dan Powell, sosialisasi politik sebagai proses dengan mana sikap-
sikap dan nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak sampai metreka dewasa dan
orang-orang dewasa direkrut ke dalam peranan-peranan tertentu.
Greenstein dalam karyanya “International Encyolopedia of The Social Sciences” 2
definisi sosialisasi politik:

7
a. Definisi sempit, sosialisasi politik adalah penanaman informasi politik yang
disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan instruksional
secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini.
b. Definisi luas, sosialisasi politik merupakan semua usaha mempelajari politik baik
formal maupun informal, disengaja ataupun terencana pada setiap tahap siklus
kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar
politik tetapi juga secara nominal belajat bersikap non politik mengenai
karakteristik-karakteristik kepribadian yang bersangkutan.
Easton dan Denuis, sosialisasi politik yaitu suatu proses perkembangan seseorang
untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.
Almond, sosialisasi politik adalah proses-proses pembentukan sikap-sikap politik
dan pola-pola tingkah laku.
Proses sosialisasi dilakukan melalui berbagai tahap sejak dari awal masa kanak-
kanak sampai pada tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa. Sosialisasi
beroperasi pada 2 tingkat:
a. Tingkat Komunitas
Sosialisasi dipahami sebagai proses pewarisan kebudayaan, yaitu suatu sarana
bagi suatu generasi untuk mewariskan nilai-nilai, sikap-sikap dan keyakinan-
keyakinan politik kepada generasi berikutnya.

b. Tingkat Individual Proses sosialisasi politik dapat dipahami sebagai proses


warga suatu Negara membentuk pandangan-pandangan politik mereka.
Dalam konsep Freud, individu dilihat sebagai objek sosilaisasi yang pasif
sedangkan Mead memandang individu sebagai aktor yang aktif, sehingga
proses sosialisasi politik merupakan proses yang beraspek ganda. Di satu
pihak, ia merupakan suatu proses tertutupnya pilihan-pilihan perilaku, artinya
sejumlah kemungkinan terbuka yang sangat luas ketika seorang anak lahir
menjadi semakin sempit sepanjang proses sosialisasi. Di lain pihak, proses
sosialisasi bukan hanya merupakan proses penekanan

2. Metode Sosialisasi Politik ( oleh Rush dan Althoff)


a. Imitasi
Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam
sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih

8
banyakbercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat
peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi.

b. Instruksi
Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu
situasi yang intruktif sifatnya.
c. Motivasi
Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok
yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).
Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara
motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya.
Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik
pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak
langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak
bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri
atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses
pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya
bersifat politik.

Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode belajar berikut:


1. engoperasian Interpersonal
Mengasumsikan bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara eksplisitdalam
keadaan sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungna-hubungan dan pemuasan-
pemuasan interpersonal.
2. Magang
Metode belajat magang ini terjadi katrna perilau dan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian dan nilai-
nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks yang lebih bersifat
politik.
3. Generalisasi
Terjadi karena nilai-nilai social diperlakukan bagi bjek-objek politik yang lebih spesifik
dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik terentu.

Proses sosialisasi langsung terjadi melalui:


9
1) Imitasi
Merupakan mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak sepanjang
perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan secara tidak sadar.
2) Sosialisasi Politik Antisipatoris
Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan
diemban oleh actor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani pekerjaan-pekerjaan
professional atau posisi social yang tinggi biasanya sejak dini sudah mulai mengoper
nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan peranan-peranan tersebut.
3) Pendidikan Politik
Inisiatif mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers” daripada oleh
individu yang disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah,
lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi yang
tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi kelestarian suatu
system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan informasi minimaltentang hak-
hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat memasuki arena kehidupan politik. Di
lain pihak, warga Negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh
hak-hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik
pemerintahan dapat terpelihara.
4) Pengalaman Politik
Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik pada
kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-pengalamannya
didalam proses politik.

3. Sarana Sosialisasi Politik


1. Keluarga
Merupakan agen sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Keluarga memiliki
pengaruh besar terhadap anggota-anggotanya. Pengaruh yang paling jelas adalah
dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan. Bagi anak,
keputusan bersama yang dibuat di keluarga bersifat otoritatif, dalam arti
keengganan untuk mematuhinya dapat mendatangkan hukuman. Pengalaman
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga dapat meningkatkan perasaan
kompetensi politik si anak, memberikannya kecakapan-kecakapan untuk
melakukan interaksi politik dan membuatnya lebih mungkin berpartisipasi secara
aktif dalam sistem politik sesudah dewasa.
10
2. Sekolah
Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui kurikulum
pengajaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan kegiatan-kegiatan
guru.
Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang kongkrit
tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Ia juga dapat
memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan
politik yang tak tertulis. Sekolah pun dapat mempertebal kesetiaan terhadap
system politik dan memberikan symbol-simbol umum untuk menunjukkan
tanggapan yang ekspresif terhadap system tersebut.
Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi melalui
kurikulum sekolah. Sosialisasi juga dilakukan sekolah melalui berbagai upacara
yang diselenggarakan di kelas maupun di luar kelas dan berbagai kegiatan ekstra
yang diselenggarakan oleh OSIS.
3. Kelompok Pertemanan (Pergaulan)
Kelompok pertemanan mulai mengambil penting dalam proses sosialisasi politik
selama masa remaja dan berlangsung terus sepanjang usia dewasa. Takott Parson
menyatakan kelompok pertemanan tumbuh menjadi agen sosialisasi politik yang
sangat penting pada masa anak-anak berada di sekolah menengah atas. Selama
periode ini, orang tua dan guru-guru sekolah sebagai figur otoritas pemberi
transmitter proses belajar sosial, kehilangan pengaruhnya. Sebaliknya peranan
kelompok-kelompok klik, gang-gang remaja dan kelompok-kelompok remaja
yang lain menjadi semakin penting. Pengaruh sosialisasi yang penting dari
kelompok pertemanan bersumber di dalam factor-faktor yang membuat peranan
keluarga menjadi sangat penting dalam sosialisasi politik yaitu:
a. Akses yang sangat ekstensif dari kelompok-kelompok pertemanan terhadap
anggota mereka.
b. Hubungan-hubungan pribadi yang secara emosional berkembang di
dalamnya.

Kelompok pertemanan mempengaruhi pembentukan orientasi politik individu


melalui beberapa cara yaitu:

11
a). Kelompok pertemanan adalah sumber sangat penting dari informasi dan
sikap-sikpa tentang dunia social dan politik. Kelompok pertemanan
berfungsi sebagai “communication channels”.
b). Kelompok pertemanan merupakn agen sosialisasi politik sangat penting
karena ia melengkapi anggota-anggotanya dengan konsepsi politik yang
lebih khusus tentang dunia politik.
c). Mensosialisasi individu dengan memotivasi atau menekan mereka
untuk menyesuaikan diri dengan sikap-sikap dan perilaku yang diterima
oleh kelompok. Di satu pihak, kelompok pertemanan menekan individu
untuk menerima orientasi-orientasi dan perilaku tertentu dengna cara
mengancam memberikan hukuman kepada mereka yang melakukan
penyimpangan terhadap norma-norma keluarga, seperti melecehkan atau
tidak menaruh perhatian kepad amereka yang menyimpang.
4. Pekerjaan
Organisasi-organisasi formal maupun non formal yang dibentuk berdasarkan
lingkungan pekerjaan, seperti serikat buruh, klub social dan yang sejenisnya
merupakan saluran komunikasi informasi dan keyakinan yang jelas.
5. Media Massa
Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televise dan internet memegang
peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-
bangsa baru merdeka. Selain memberikan infoprmasi tentang informasi-informasi
politik, media massa juga menyampaika nilai-nili utama yang dianut oleh
masyarakatnya.
6. Kontak-kontak Politik Langsung
Tidak peduli betapa positifnya pandangan terhadap system poltik yang telah
ditanamkan oleh eluarga atau sekolah, tetapi bila seseorang diabaikan oleh partainya,
ditipu oleh polisi, kelaparan tanpa ditolong, mengalami etidakadilan, atau teraniaya
oleh militer, maka pandangan terhadap dunia politik sangat mungkin berubah

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga
dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki
kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan
kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.
Menurut Ranney, budaya politik memiliki dua komponen utama, yaitu orientasi kognitif
(cognitive orientations )dan orientasi afektif (affective orientation). Sementara itu, Almond
dan Verba dengan lebih komprehensif mengacu pada apa yang dirumuskan Parsons dan
Shils tentang klasifikasi tipe – tipe orientasi, bahwa budaya politik mengandung tiga
komponen objek politik berikut:
a.  Orientasi kognitif: berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan, dan
segala kewajiban serta input dan outputnya.
b.   Orientasi afektif: berupa perasaan terhadap system politik, peranannya, para actor, dan
penampilannya.
c.    Orientasi evaluatif: berupa keputusan dan pendapat tentang objek – objek politik yang
secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan.

B. Saran
Ada banyak sarjana ilmu politik yang telah mengkaji tema budaya politik sehingga
terdapat variasi konsep tentang budaya politik yang kita ketahui. Namun bila diamati dan
dikaji lebih jauh, derajat / tingkat perbedaan konsep tersebut tidaklah begitu besar sehingga
tetap dalam satu pemahaman dan rambu – rambu yang sama.
Semoga dengan adanya makalah yang sederhana ini kita bisa lebih memahami lagi apa itu
Budaya Politik terutama yang berkembang di Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA
- SUMBER (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Drs.Budiyanto,MM.)
- Budaya politik mjieschool.multiply.com
- Budaya politik Indonesia di one.indoskripsi.com
- menarailmuku.blogspot.com
- ttps://zanas.wordpress.com/pentingnya-sosialisasi-politik-dalam-pengembangan-
budaya-politik/

14
15

Anda mungkin juga menyukai