Anggota :
HUBAYBAH SKM.,MKM
Nama Dosen
RUMITA ENA SARI SKM., MKM
Tanggal Pengumpulan
19 Oktober 2021
Terakhir
Saya menyatakan bahwa tugas yang saya susun adalah hasil kerja sendiri. Materi
yang digunakan untuk pembuatan tugas ini dirangkum dari berbagai sumber dan
telah dicantumkan sumber bacaannya.
(Tanda tangan)
___________________________________ Tanggal
19/Oktober/2021
(AIFA AL HADAWIYAH)
KASUS 3 dan 4
A.Pengertian Kinerja
Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata
performance, berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “entries” yaitu: (1)
melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi
atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3)
melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an
understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin
(to do what is expected of a person machine). (The Scribner-Bantam English Distionary
dalam Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Moh. Basri, 2005:14)
Menurut Mohamad Mahsun dalam bukunya Pengukuran Kinerja Sektor Publik
(2006:25), menyebutkan “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi”. Kemudian
menurut Ambar Teguh Sulistiyani dalam buku Penilaian Kinerja (2003 : 223) “Kinerja
merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari
hasil kerjanya”. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan yang
telah ditentukan dengan cara mengkombinasikan kemampuan, usaha dan kesempatan
yang dimiliki untuk dapat dinilai hasil kerjanya
Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu
dalam organisasi menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:16-17) adalah
sebagai berikut:
1.Faktor Individu Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang
memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah).
Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu
tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan
modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi
dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari
dalam mencapai tujuan organisasi.
a. Quality
Merupakanbhasilbkerja keras dari para karyawan yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh pihak perusahaan sebelumnya. Hal ini merupakan suatu tingkatan yang
menunjukkan proses pekerjaan atau hasil yang dicapai atas suatu pekerjaan mendekati
atau menjauhi kesempurnaan.
b. Quantity
Merupakan hasil kerja keras dari karyawan yang bisa mencapai skala maksimal
yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan, dengan hasil yang telah ditetapkan oleh
perusahaan tersebut maka kinerja dari para karyawan sudah baik. Timeliness,
merupakan kemampuan karyawan dalam bekerja berdasarkan standard waktu kerja
yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dengan bekerja sesuai dengan standar waktu
yang telah ditentukan maka kinerja dari karyawan tersebut sudah baik.
c. Cost effectiveness
Merupakan penggunaan sumber daya dari karyawan secara efisien dan efektif
sehingga bisa mempengaruhi penghematan biaya biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan menghasilkan keuntungan maksimum.
e. Interpersonal impact
Yakni karyawan yang mempunyai rasa harga diri yang tinggi terhadap
pekerjaannya sehingga karyawan berusaha untuk mencapai hasil terbaik dalam
mengerjakan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah di ulas di atas penelitian ini mengambil aspek
kinerja yang telah di paparkan oleh Koopmans et al. (2014) untuk menjadi acuan
kedepannya.
B.Indikator Kinerja
2. Faktor motivasi terbentuk dan sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja.
3. Energi adalah pemercik api menyalakan jiwa tanpa adanya energy psikis dan fisik
yang mencukupi, perbuatan kreatif pegawai terhambat.
5. Kompensasi adalah suatu yang diterima oleh pegaawai sebagai balas jasa atau kinerja
dan bermanfaat baginya.
- Kedisiplinan
- Pelayanan
- Pelayanan Publik
Menurut Amy Y.S Rahayu (dalam A. Patra M. Zen dkk 2006:32) kualitas
pelayanan publik menurut konsumen memiliki lima dimensi yaitu: a. Tangble, kualitas
pelayanan yang terukur secara fisik berupa saranan perkantoran, komputerisasi
administrasi, tuang tunggu, tempat informasi, dsb;
C. Penilaian Kinerja
R. Wayne (2008:257) mengatakn bahwa penilain kinerja adalah sistem formal untuk
menilai dan mengevaluasi kinerja tugas individu atau tim. Menurut Robbison (dalam
Hanggraeni 2012:12) tujuan penelitian kinerja adalah sebagai berikut : 1. Membuat
keputusan dalam managemen Sumber saya manusia seperti promosi, transfer, dan
pemecatan. 2. Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan 3.
Memvalidasi program seleksi dan pengembangan 4. Memebrikan umpan balik kepada
pekerja atas kinerjanya 5. Dasar untuk penentuan keputusan alokasi remunerasi
1. Tahap Perencanaan
Sebagaimana umumnya suatu kegiatan, penilaian kinerja juga harus diawali dengan
suatu perencanaan. Perencanaan, biasanya disusun pada awal tahun untuk rencana satu
tahun kedepannya. Tahap ini diambil dalam upaya penyusunan sasaran kinerja yang
diharapkan kepada karyawan dan kompetensi apa yang diharapkan oleh perusahaan
untuk setiap karyawan. Selain itu harus dipertimbangkan hal-hal apa saja yang harus
menjadi standar dalam penilaian kinerja agar penilaian menjadi ideal. Untuk mencapai
penilaian yang ideal tersebut maka penilaian haruslah objektif. Penilaian yang objektif
ini adalah berdasarkan standar-standar acuan yang sudah disetujui dan nilainya sesuai
dengan tingkat pencapaian.
Pada tahap ini juga sudah harus ditentukan sistem atau metode penilaian kerja apa yang
akan dipakai. Secara umum, ada empat metode yang digunakan dalam penilaian kinerja
karyawan yaitu Behavior Appraisal System (tingkah laku), Personal/Performer
Appraisal System (ciri dan sifat individu), Result Oriented Appraisal System (hasil
kerja), dan Contingency Appraisal System (kombinasi ketiganya).
Bahan penilaian yang dibuat sudah memasukkan standar kinerja yang terstruktur,
terukur, realistis, tidak rumit, dan memiliki kekuatan nilai. Standar kinerja juga
dispesifikkan berdasarkan posisi dan jabatan karyawan agar lebih mudah dalam
menjabarkan penilaiannya berdasarkan tanggung jawab yang dimiliki.
Oleh karena itu, pada tahap ini perlu komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan
agar tidak terjadi kesalah pahaman. Pemberian arahan atau teguran sangat penting pada
langkah pelaksanaan ini agar tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan bisa tercapai.
Namun, jika memang diperlukan bisa juga dilakukan review kembali akan sasaran
kinerja yang dibuat saat tahap perencanaan.
Hasil yang didapat dari pelaksanaan tentunya harus dilakukan penilaian di tiap akhir
tahun pelaksanaan. Tahap ini membutuhkan komunikasi yang intens mengenai review
dari seluruh proses pelaksanaan penilaian kinerja sepanjang tahun. Para penilai atau
pimpinan harus kembali berdiskusi dengan melihat berbagai sudut pandang dan kondisi.
Mengulas kembali hasil penilaian juga harus dilakukan dengan melibatkan respon dari
karyawan. Hal ini karena mungkin saja mereka memiliki pandangan yang tidak sama
yang bisa menjadi bahan rujukan.
Setelah semua langkah dilakukan termasuk mereview hasil penilaian, langkah terakhir
adalah dengan membuat laporan. Laporan hasil dari proses penilaian kinerja ini
selayaknya diberikan kepada setiap karyawan sebagai bahan rujukan mereka.
Sampaikan juga rencana pengembangan yang direncanakan perusahaan untuk
selanjutnya agar karyawan juga bisa melakukan persiapan atau bahkan memberikan
saran dan masukannya.
Mengetahui proses penilaian kinerja karyawan secara bertahap merupakan hal yang
penting untuk dilakukan. Terlebih lagi jika didukung oleh sistem yang baik. LinovHR
adalah salah satu Aplikasi Penilaian Kinerja Karyawan yang dapat membantu
manajemen dalam melakukan proses penilaian kinerja karyawan secara otomatis dan
tepat.
D.Pengertian Pegawai
Menurut Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Moh. Basri dalam bukunya
Performance Apprasial. (2005:17) “Pada hakikatnya kinerja pegawai merupakan
prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya
sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu” Sedangkan
Veithzal Rivai (2006:309) mengatakan bahwa ”Kinerja pegawai merupakan perilaku
nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kerja merupakan suatu
penilaian tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal dan dikaitkan
dengan standar kerja yang telah ditentukan suatu instansi tertentu
2) Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan.
3) Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong ke arah
kemajuan dan kemungkinan memperbaiki/meningkatkan kualitas kerja bagi para tenaga
kerja.
4) Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang
pemegang tugas dan pekerjaan.
b) Tujuan Khusus
1) Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu
kegiatan serta manajemen puskesmas pada akhir tahun kegiatan.
2) Mendapatkan masukan untuk penyusunan renacana kegiatan ditahun
yang akan datang.
3) Dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab
masalah di wilayah kerjanya berdasarkan kesenjangan pencapaian
kegiatan
4) Dapat menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan
segera pada tahun yang akan datang berdasarkan prioritasnya.
5) Mengetahui tingkat kinerja puskesmas pada akhir tahun berdasarkan
urutan peringkat kategori kelompok puskesmas.
2. Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas :
a) Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan
dibandingkan dengan target yang harus dicapai.
b) Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari
penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah kesehatan di wilayah
kerjanya berdasarkan adanya kesenjangan pencapaian kinerja puskesmas
(out put dan out come)
c) Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang dapat menetapkan
tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang
akan datang berdasarkan prioritasnya.
d) Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang dapat menetapkan dan mendukung
kebutuhan sumber daya puskesmas dan urgensi pembinaan puskesmas.
Target puskesmas yaitu tolok ukur dalam bentuk angka nominal atau persentase yang
akan dicapai puskesmas pada akhir tahun.
Penetapan besar target setiap kegiatan yang akan dicapai masing-masing puskesmas
bersifat spesifik dan berlaku untuk puskesmas yang bersangkutan berdasarkan
pembahasan bersama antara dinas kesehatan kabupaten/kota dengan puskesmas pada
saat penyusunan rencana kegiatan puskesmas.
5.Ketersediaan sumber daya termasuk kemampuan sumber daya manusia tahun yang
akan datang.
6.Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transportasi, dan lain-lain) dan
non fisik (sosial budaya, tingkat pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan
masyarakat dan lain-lain).
Hasil kegiatan yang diperhitungkan adalah hasil kegiatan pada periode waktu tertentu.
Penetapan periode waktu penilaian ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
bersama Puskesmas. Sebagai contoh periode waktu penilaian adalah bulan januari
sampai desember. Penilaian kinerja puskesmas merupakan salah satu simpul dari satu
rangkaian kegiatan dalam manajemen Puskesmas. Oleh karena penilaian kinerja adalah
kegiatan untuk menilai kinerja berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, maka
periode waktu penilaian disesuaikan/disinkronkan pula dengan perencanaan.
Yang dimaksud dengan hasil kegiatan Puskesmas di sini adalah puskesmas beserta
jaringannya yaitu puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan bidan di desa serta hasil
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.
Data untuk menghitung hasil kegiatan diperoleh dari SP2TP dan pencatatan hasil
kegiatan yang ada/dibuat puskesmas, tidak hanya terbatas pada laporan SP2TP yang
dikirim ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pengolahan Data
Cakupan hasil (out-put) dan hasil mutu dari kegiatan yang telah ditetapkan untuk
dilaksanakan di puskesmas dihitung dengan membandingkan hasil yang telah dicapai
terhadap target standar yang telah ditetapkan.
c.Merumuskan bentuk rencana usulan kegiatan tahun depan, sebagai bagian dari
kegiatan perencanaan puskesmas.
5. Pelaksanaan penilaian
a. Di Tingkat Puskesmas
Kepala Puskesmas membentuk tim kecil puskesmas untuk melakukan kompilasi hasil
pencapaian (out-put dan out-come).
b. Di tingkat Kabupaten/Kota
Menerima rujukan/konsultasi Puskesmas dalam melakukan perhitungan hasil kegiatan,
menganalisa data dan membuat pemecahan masalah.
Melakukan verifikasi hasil perhitungan akhir kegiatan puskesmas dan bersama dengan
puskesmas menghitung dan menetapkan kelompok kinerja puskesmas.
Melakukan verifikasi analisa data dan pemecahan masalah yang telah dibuat puskesmas
dan membuat rencana usulan kegiatan berdasarkan kesepakatan bersama dengan
puskesmas.
Kegiatan
d. Menerima umpan balik nilai akhir kinerja puskesmas berikut penjelasan dalam
perbaikan perhitungan bilamana terjadi kesalahan.
e. Menyajikan hasil akhir perhitungan cakupan dan mutu kegiatan, dalam bentuk
grafik sarang laba-laba, atau cara penampilan lainnya.
d. Membahas rencana kegiatan yang melibatkan unsur lintas sektor terkait untuk
keterpaduan.
c. memberikan umpan balik nilai akhir penilaian kinerja puskesmas sesuai dengan
urutan peringkat dalam kelompok masing-masing puskesmas.
2.variabel pendidikan
Adalah merupakan variabel yang menilai sdm puskesmas berdasarakan masa kerja yang
dihitung sejak sdm puskesmas tersebut bekerja di institusi pemerintah
4.variabel kehadiran
Adalah merupakan variabel yang menilai sdm puskesmas berdasarkan kehadiran setiap
bulan
5.variabel pengurang
Adalah merupakan variabel yang menilai sdm puskesmas berdasarkan tidaknya teguran
dan surat peringatan yang diperoleh selama masa penilaian.teguran dan surat peringatan
yang dapat dinilai adalah yang terttulis telah disetujui kepala puskesmas
6.variabel penambah
7.variabel produktivitas.
Variabel ini berlakumkhusus dimana masing masing sdm di puskesmas memiliki unsur
unsur penilaian tersendiri sesuai dengan tugas dan fungsi serta tugas lain diluar tugas
pokok yang dibebankan kepadanya
1) Sasaran kerja yang dinilai adalah sesuai tugas pokok jabatan yang mendukung
keberhasilan pencapaian kinerja unit
a.Kuantitas
Jumlah kerja yang diselesaikan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan
dengan cara membandingkan antara target kerja yang seharusnya dengan capaian
targetnya.
b.Kualitas
Hasil kerja yang dicapai sesuai dengan standar dan persyaratan yang telah ditetapkan
2) Perilaku Kerja
Kemampuan berperilaku seseorang dalam berbagai situasi yang konsisten dalam suatu
periode waktu yang ditentukan.
BAB 2. PERMASALAHAN KINERJA INDIVIDU DI PUSKESMAS
A. Definisi Kinerja Individu
Kinerja dalam sebuah organisasi adalah salah satu patokan berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang sudah di tetapkan sehingga kinerja merupakan
faktor penting bagi suatu organisasi. Menurut Wibowo (2012) kinerja berasal
dari pengertian performance, ada sebagian yang menyatakan kinerja merupakan
hasil kerja tetapi makna sebenarnya lebih luas yaitu mencakup proses kerja
bukan hanya hasil kerja. Menurut Koopmans, et al. (2014), kinerja individu
adalah prilaku atau tindakan yang relevan dengan tujuan organisasi. Bernardin
dan Russel (Yusuf, 2015), mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil
yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun
waktu tertentu.
Berdasarkan pemaparan di atas kinerja dapat disimpulkan sebagai sebuah
prestasi kerja dan hasil kerja yang telah dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas- tugas yang di bebankan kepadanya.
Dari tabel data di atas bisa di lihat bahwa pencapaian kinerja invidu pada
data kemenkes sudah sangat baik hanya saja untuk beberapa kabupaten atau kota
masih belum menerapkan program GERMAS dengan baik, padahal program
GERMAS sangat membantu dalam tercapainya targer kesehatan bagi
masyarakat indonesia dengan baik. Bisa di lihat dari berbagai segi apa yang
menyebabkan hal ini terjadi bisa dari segi kepemerintahan bahkan dari pihak
masyarakatnya juga. Kebanyakan kegagalan dan tidak tercapainya sebuah
program kesehatan berasal dari masyarakat yang belum mau atau masih enggan
ikut dalam program kesehatan yang sudah di buat oleh pemerintah.
E. Permasalahan kinerja Individu di Kota Jambi
Pembangunan kesehatan di Provinsi Jambi yang selama ini dilaksanakan
telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun
demikian derajat kesehatan di Provinsi Jambi masih terhitung rendah apabila
dibandingkan dengan provinsi-provinsi tetangga. Permasalahan utama yang
dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita dan ibu
maternal serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang, masih
tingginya angka kematian akibat penyakit menular, kesenjangan kualitas
kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah,
belum meratanya pemenuhan tenaga kesehatan dan terbatasnya sumber
pembiayaan kesehatan serta belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan.
Disamping itu, laporan kinerja merupakan pelaksanaan amanat peraturan
perundang-undangan terkait, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah (2)
Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi yaitu Terwujudnya
Provinsi Jambi yang Tertib, Unggul, Nyaman, Tangguh, Adil dan Sejahtera
2021 (JAMBI TUNTAS 2021) Upaya untuk mewujudkan visi ini dilaksanakan
melalui 6 misi pembangunanya itu:
1. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan daerah yang bersih, transparan,
akuntabel dan partisipatif yang berorientasi pada pelayanan public
Jika di lihat dari tabel tersebut dari tahun ketahun pencapaian kinerja
yang ada di kota jambi sudah makin membaik, misalnya yaitu Imunisasi
mengalami peningkatan dari tahun ketahun walau sempat menurun lagi pada
tahun 2019 di karenakan pada tahun 2019 Covid-19 baru pertama kali masuk ke
indonesia sehingga membuat penurunan pencapaian kerja yang di sebabkan oleh
masa pandemi.
Permasalahan kinerja yang timbul di Kota Jambi tidak terlepas dari mutu
pelayanan yang menjadi modal dalam mempertahankan roda organisasinya.
Beberapa alasan yang diungkapkan bahwa kinerja mereka rendah dikarenakan
kurangnya dukungan organisasi, kurangnya penghargaan, perhatian yang kurang
memuaskan.
F. Kesenjangan antara kinerja individu dan kinerja organisasi
Kesenjangan kinerja tejadi dalam hal pekerja tidak mampu
menyelesaikan tugas yang di berikan dengan baik atau pada waktu yang di
tentukan. Pada tingkat individu kesenjangan kinerja terjadi apabila individu
tidak mampu menyelasaikan tugas yang di bebankan padanya. Sementara itu
pada tingkat organisasi terjadi apabila tujuan organisasi tidak dapat dicapai,
misalnya keinginan mendapatkan keuntungan dalam jumlah tertentu tidak dapat
dipenuhi.
Kinerja individu dan organisasi saling berkaitan apabila kinerja individu
baik maka kinerja dari sebuah organisasi juga akan baik, sebaliknya jika kinerja
individu buruk maka kinerja organisasinya juga akan buruk, jika di lihat di
indonesia kinerja individu bisa di katakan belum optimal sekali sehingga banyak
organisasi yang sukses atau target kerjanya berhasil hanya karena beberapa
orang yang ada di dalamnya, banyak sekali faktor faktor yang menyebabkan
kegagalan dari invidu itu sendiri, salah satunya penempatan beban kerja yang
tidak sesuai dengan basic skill nya sehingga mengakibatkan terlambatnya
individu dalam memahami beban kerja yang di limpahkan kepadanya.
Permasalahan kinerja yang timbul di Indonesia dan Kota Jambi tidak
terlepas dari mutu pelayanan yang menjadi modal dalam mempertahankan roda
organisasinya. Tidak terkecuali keluhan yang dilontarkan oleh para pengguna
menyebutkan pelayanan yang diberikan masih dinilai kurang memuaskan.
Beberapa alasan yang diungkapkan juga menyebutkan bahwa kinerja mereka
rendah dikarenakan kurangnya dukungan organisasi pada mereka. Di samping
itu kurangnya penghargaan dan perhatian yang kurang memuaskan juga
disebutkan menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya motivasi karyawan
untuk melaksanakan tugas dengan maksimal. Penyebab lain yang diungkapkan
staf mengenai rendahnya kinerja juga menyangkut kesesuaian kerja. Beberapa
staf menyebutkan banyak staf yang dipekerjakan tidak sesuai dengan tugas yang
diembannya, sehingga staf bekerja sesuai apa yang mereka tahu dan tidak
memiliki inisiatif untuk mencapai kerja yang diharapkan.
Seperti program GERMAS memiliki GAP pada hasil kerjanya karena
tidak memiliki kenaikan pencapaian program kerja nya dari yang sudah di
tentukan dan di bayangkan, hasil akhir dari GERMAS tidak sesuai dengan
ekpektasi yang sudah di bayangkan.
BAB 3. KINERJA INDIVIDU
A. KINERJA INDIVIDU
1. Defenisi Kinerja Individu
Kinerja merupakan ujuk kerja yang dimana dalam pengerjaan kegiatan
tersebut untuk menghasilkan sesuatu. Kinerja di anggap baik apabila mencapaian
hasil kerja-nya di anggap baik pula atau kinerjanya tepat (sesuai) dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Kinerja kerja individu didefinisikan oleh Campbell (1990) dalam
Koopmans et al (2012) sebagai "perilaku atau tindakan yang sesuai dengan tujuan
organisasi." Jex dan Thomas (2003) dalam Mulki, Locander, Marshall, Harris, dan
Hensel (2008) mendefinisikan kinerja pekerjaan sebagai perilaku karyawan di
tempat kerja yang konsisten dan berkontribusi terhadap tujuan organisasi. Maka,
kinerja kerja individu berfokus pada perilaku atau tindakan karyawan, bukan hasil
dari tindakan ini. Selain itu, perilaku harus berada di bawah kendali individu,
sehingga tidak termasuk perilaku yang dibatasi oleh lingkungan (Rotundo dan
Sackett, 2002 dalam Koopmans et al, 2012). Jamal (2007) dalam Springer (2011)
mengemukakan bahwa kinerja pekerjaan adalah fungsi yang dapat dilakukan
individu dalam kerangka batasan normal dan sumber daya yang ada (1) alasan
mengapa perlunya kinerja individu yaitu untuk menimbulkan keyakinan antara
pemimpin dan menejer hal ini penting agar azas resionaliti atas pengukuran kinerja
dapat di terapkan.
Tedapat 3 komponen perencanaan pada kinerja individual yakni, sebagai
berikut;
a. Uraian jabatan atau uraian tugas
b. Target kinerja individual
c. Action plan individual (kegiatan yang akan dilaksanakan, hasil kerja, rencana
pelaksanaan dan sumber daya yang akan digunakan)
Hasil dari analisis jabatan yaitu:
a. Target yang harus ia capai
b. Standard prestasi atau standard pencapaian kerja
c. Tingkat kesulitan mencapai target
d. Persyaratan kompotetif yang harus dimiliki supaya mudah dalam melakukan
kegiatan.
2. Tujuan dari penyusunan panduan pengelolaan kinerja individu
Kemdiknas adalah:
1. Pedoman dalam perancangan dan penyempurnaan system pengelolaan
kinerja individu yang diselaraskan dengan system pengelolaan kinerja
organisasi.
2. Pedoman dalam rangka melakukan pengukura nkinerja individu (performan
ceappraisal) dilingkungan Kemdiknas.
3. Siklus Manajemen Kinerja Individu.
e gu
P kn u ra n
er ja
kin
er n
kip erjac n
a em b
p in an
ev alu
skin
er ija
Pengukuran kinerja
Indicator kinerja
Target kinerja
Tolak ukur keberhasilan
Priode pengukuran kinerja
Pelaporan dalam rangka monitoring dan penggunaan informasi kinerja
individu
Pembinaan kinerja
mendorong pekerja memahami target yang harus dicapai, yaitu kondisi
akhir yang dapat diukur setelah staf atau karyawan melaksanakan
tanggung jawabnya;
Mendorong pekerja memahami uraian tugas dan uraian jabatannya, serta
memahami tanggung jawabnya;
Memberdayakan staf dan karyawan melalui bimbingan teknis,
bimbingan manajerial, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, rotasi
penugasan;
Menumbuhkan motivasi dan etos kerja;
Menciptakan iklim kerja yang kondusif.
Evaluasi kinerja
Mengumpulkan informasi dan data
Menganalisis dan menginterprestasikan data
Mengembangkan analisis dan mengkasi informasi
Menarik kesimpulan
C. SITUASI PANDEMI
Infeksi kuman Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019)
dan perdana bandar ketahuan di bendung Wuhan, China ambang hasil Desember
2019. Virus ini berganda pakai sangat dini dan sangkil mencamur ke mendekati
semua mayapada, terhitung Indonesia, semata-mata bagian dalam masa sejumlah
bulan.
Hal termuat memperkuat sejumlah mayapada menuliskan kebaikan
kepada menggariskan lockdown bagian dalam diagram menghambat propaganda
kuman Corona. Di Indonesia sendiri, dominasi menuliskan kebaikan
Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kepada menggencet
propaganda kuman ini.
Coronavirus adalah iring-iringan kuman yang racun menginfeksi tertib
fotosintesis. Pada berlebihan kasus, kuman ini semata-mata mengakibatkan
barah fotosintesis ringan, seumpama flu. Namun, kuman ini juga racun
mengakibatkan barah fotosintesis berat, seumpama barah paru-paru
(pneumonia). Virus ini berganda menyeberangi percikan dahak (droplet)
berpokok kanal fotosintesis, misalnya detik bersinggasana di pendapa melayang
jiwanya yang gegak pakai pancuran aliran arus badai yang hisab kesetiaan atau
afiliasi maju pakai droplet.
Selain kuman SARS-CoV-mengekang atau kuman Corona, kuman yang
juga terhitung bagian dalam parlemen ini adalah kuman sebab Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan kuman sebab Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh kuman berpokok parlemen yang
sama, yaitu coronavirus, COVID-19 menyimpan sejumlah kontradiksi pakai
SARS dan MERS, seslat lain bagian dalam pasal tempo propaganda dan
keparahan gejala.
Table 1sebaran jawaban berdasarkan kesiagaan wilayah puskesmas sebagai
fasyankes tingkat pertama dalam menghadapi pandemi covid-19 berdasarkan indikator
SDM
Penjelasan Pada Tabel.1 Diatas bahwa Kesiapsiagaan Wilayah
Puskesmas sebagai Fasyankes Tingkat Pertama dalam Menghadapi Pendemi
COVID-19 berdasarkan Indikator Sumber Daya Manusia (SDM) didapatkan rata
rata SDM Puskesmas sudah disiapkan oleh Puskesmas dimana Prosentase diatas
84,3%. sedangkan SDM yang belum disiapkan di Puskesmas dalam Menghadapi
Pandemi COVID-19 ini Prosentasenya 15% (4).
Pada saat di masa pandemic sekarang ini tentunya pelayanan public yang
berpengaruh terhadaup penilai kinerja puskesmas, baik itu dari kinerja individu
ataupun kinerja organisasi.
Pelayanan public merupakan suatu bentuk kepedulian pemerintah yang
di berikan untuk masyarakat, yang mana pelayanan public sendiri dinilai baik
apabila pengunaannya merasa puas. Untuk dalam bidang kesehatan peyanan
public-nya adalah pelayanan puskesmas. Di Kota Jambi, disediakan sebanyak 20
unit puskesmas baik perawatan dan non perawatan yang tersebar di 11
kecamatan, dan 62 kelurahan. Jumlah penduduk Kota Jambi pada tahun 2018
sebesar 300.566 jiwa. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang pasien di 5
puskesmas Kota Jambi, pasien mengeluhkan lambatnya pelayanan, petugas yang
tidak ramah, waktu tunggu yang lama, kursi ruang tunggu yang sedikit, dan
masih banyak masalah lain yang menyebabkan pasien kurang nyaman dan tidak
puas dengan pelayanan puskesmas (5).
Indeks kepuasan masyarakat pada pelayanan puskesmas kota jambi.
Berdasarkan hasil penelitian, 18 puskema berada pada kategori indeks buruk dan 2
puskesma berada pada kategori indeks baik. Penelitian ini menyarankan agar
Puskesmas Kota Jambi lebih meningkatkan kepatuhan nilai setiap elemen secara
maksimal sesuai dengan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 14
tahun 2017
BAB 4. SOLUSI
Diperlukan nya faktor pendukung seperti sarana dan prasarana yang memadai,
pemberian tambahan penghasilan pada pegawai sehingga terciptanya kedisplinan,
kesejahteraan dan motivasi kinerja pegawai, komunikasi yang baik antar rekan kerja
baik antar atasan maupun bawahan sehingga nanti nya dapat saling berkontribusi
dengan baik dalam bekerja
Perhatian khusus terhadap kesejahteraan pegawai dalam puskesmas ataupun
organisasi sangat diperlukan. Pada masa saat sekarang ini kesejahteraan pegawai
merupakan salahsatu hal yang diutamakan dalam suatu organisasi, karena apabila
kesejahteraan yang didambakan rendah maka nanti nya akan muncul akibat-akibat
lainnya seperti kurang nya motivasi pegawai sehingga menurunnya kinerja individu
yang nantinya kian memburuk.
Ketegasan dalam organisasi tentunya juga sangat diperlukan agar dapat
terjaganya kedisplinan pegawai dan nantinya juga dapat membantu kinerja organisasi
dalam mencapai tujuannya. Dengan adanya ketegasan tersebut ada peraturan yang harus
dipatuhi oleh para pegawai sehingga munculnya keseriusan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Sanksi yang tegas secara tidak langsung mendorong pegawai berusaha
mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggungjawab dalam organisasi
REFERENSI
3. Halim, dr. Samsiran. Revisi Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi 2016-2021. revisi 1. jambi : s.n., 2018. pp. 1-129.
1. Aifa Al Hadawiyah
2. Rozi Hasymi Erizal
3. Nur Nilam Sari
4. Andi Rezki Saputri
5. Yulia Novita Sari
6. Sundari
7. Reza Dwi Wahyudi
Total 100
Komentar: