Revitalisasi Balai Latihan Kerja Daerah BLKDSebagai Pusat Pengembangan Tenaga Kerja
Revitalisasi Balai Latihan Kerja Daerah BLKDSebagai Pusat Pengembangan Tenaga Kerja
net/publication/344891380
CITATIONS READS
0 202
5 authors, including:
12 PUBLICATIONS 8 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Riset Prioritas Nasional Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Sektor Informal di Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Fuat Edi Kurniawan on 26 October 2020.
Tim Peneliti:
1
PENDAHULUAN
2
1. Belum meratanya kualitas BLKD sebagai pusat pengembangan
pelatihan bagi tenaga kerja lokal
3
2. Pendidikan formal belum cukup untuk menyiapkan tenaga kerja
yang siap pakai di pasar sehingga masih membutuhkan pelatihan
melalui BLK/BLKD
4
1. Posisi Kelembagaan dan Ketergantungan BLKD dalam
Sistem Kebijakan
5
Setelah pelaksanaan otonomi operasional secara independen,
daerah, terjadi variasi dalam standar termasuk perencanaan keuangan,
dan adanya perbedaan operasional mempekerjakan atau memecat
antara BLK Pusat dengan BLK instruktur, mengadakan peralatan
Daerah. BLK yang dikelola oleh baru, serta menerima peserta
Pemerintah Pusat BLKD juga tidak mempunyai pelatihan. Untuk
jauh lebih besar, otoritas untuk melaksanakan mengubah BLKD
terletak di kota perencanaan operasional secara menjadi lembaga
besar, dan memiliki independen, termasuk pelatihan yang
bahan dan peralatan perencanaan keuangan, dapat
yang lebih baik mempekerjakan atau memecat membangkitan
sebagai hasil dari instruktur, mengadakan semangat dan
investasi yang baru peralatan baru, serta menerima memotivasi diri,
dilakukan, peserta pelatihan. maka manajemen
sedangkan BLK BLKD hendaknya
Daerah yang mendapatkan
dikelola oleh tiap Pemerintah tanggung jawab dan otoritas yang
Daerah, jauh lebih kecil tetapi lebih. Hal ini dapat digabungkan
memiliki jangkauan yang lebih luas dengan sistem pendanaan
dan memberikan pelatihan kepada berdasarkan kinerja BLK.
jumlah peserta pelatihan yang lebih
banyak. Namun, karena tidak semua Tabel 2 di bawah ini
pemerintah daerah mampu memperlihatkan pokok-pokok
berinvestasi dan memberikan pikiran hasil tinjauan terhadap
prioritas pada pengembangan BLKD Undang-Undang, Peraturan Menteri,
dari sisi kelembagaan dan anggaran, dan Peraturan Pemerintah terkait
menyebabkan kondisi BLKD menjadi penyelenggaraan pelatihan pada
sangat lemah. Beberapa kasus BLKD Balai Latihan Kerja serta posisi
sekarang hanya berperan seperti kelembagaannya. Peraturan yang
kantor pemerintah bukan sebagai ditampilkan dalam tabel adalah
penyelenggara pelatihan yang siap peraturan yang dianggap penting
memenuhi kebutuhan pasar tenaga dan mempengaruhi posisi BLK
kerja dan mencapai hasil yang khususnya di daerah sebagai
optimal. lembaga yang strategis dalam
penyiapan SDM yang kompeten
Pengembangan otonomi dan dalam dunia kerja, serta
akuntabilitas diperlukan untuk implementasinya di Indonesia.
mendorong dan memotivasi kinerja Selain itu, tidak seluruh hasil
dan efisiensi BLKD. BLKD juga tidak tinjauan ditampilkan dalam sebuah
mempunyai otoritas untuk tabel, melainkan hanya pokok-
melaksanakan perencanaan pokok pikiran utamanya saja.
6
Tabel 2. Pokok-Pokok Pikiran Hasil Tinjauan Peraturan Pemerintah dan
Opersionalisasi BLKD
Peraturan
Catatan Hasil Tinjauan
Perundangan
Undang-Undang ini memberikan hak otonomi
daerah yang cukup besar dan sebagai perpanjangan
tangan dari pemerintah pusat. Namun, UU ini
menjadi overhead cost akibat otonomi daerah yang
berimbas pada naiknya anggaran kepegawaian.
UU No. 23 Tahun Overhead cost ini dianggap membebani anggaran
2014 tentang daerah dan berakibat tidak diprioritaskannya
Pemerintah beberapa sektor vital yang lebih layak diprioritaskan
Daerah seperti infrastruktur, Pendidikan, dan kesehatan,
khususnya dari sisi anggaran termasuk SKPD Dinas
dan UPTD di daerah. Akibatkan UPTD termasuk
BLKD mengalami kesulitan dalam peningkatan
kapasitas kelembagaan maupun substansi
pelatihan.
Dalam Peraturan ini Balai besar pengembangan
Permenaker latihan kerja mempunyai tugas melaksanakan
No.21 Tahun pengembangan pelatihan, pemberdayaan, dan
2015 tentang sertifikasi tenaga kerja, instruktur, dan tenaga
Organisasi dan pelatihan. Namun, regulasi ini belum mengatur
Tata Kerja Unit bagaimana tugas Balai Latihan Kerja memberikan
Pelaksana Teknis kontribusi pada pengembangan BLK di Daerah.
Bidang Pelatihan Sehingga peraturan ini menunjukkan bahwa BLKD
Kerja merupakan institusi yang benar-benar terpisah dari
lembaga pusat.
Secara garis besar peraturan Menteri Tenaga Kerja
ini menjelaskan pelatihan yang diselenggarakan
Permenaker
pemerintah di daerah dilaksanakan oleh institusi
No.11 Tahun
pemerintah di bawah naungan Dinas Tenaga Kerja
2013 tentang
yakni UPT Pelatihan Kerja. UPT Pelatihan Kerja
Pedoman
sendiri dibedakan yakni UPT Pelatihan Kerja milik
Penyelenggaraan
Pemerintah Pusat yang langsung bertanggung
Sistem Pelatihan
jawab kepada Ditjen Binalattas dan UPT Pelatihan
Kerja Nasional di
Kerja milik Pemerintah Daerah yang bertanggung
Daerah
jawab kepada Dinas Tenaga Kerja.
Sisi lemah dari peraturan ini adalah, posisi UPT
7
Pelatihan Kerja yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah tidak diperkuat dengan posisi kelembagaan
BLKD itu sendiri. Dalam peraturan ini tidak diatur
posisi struktur kelembagaan BLKD di bawah
Disnaker. Sehingga dalam implementasinya, posisi
BLKD hanya di level eselon IV yang merupakan
tingkat jabatan paling dari kelas jabatan struktural
yang ada pada tata oraganisasi pemerintahan
sehingga tidak memiliki kekuatan dalam
pengambilan keputusan, perencanaan penyusunan
kebijakan, maupun penganggaran.
8
yang pendanaannya hanya bersumber dari APBD.
Peraturan ini akan mudah diimplementasikan untuk
BLK yang berstatus BLU.
9
2. Keterbatasan Sumber Pendanaan dan SDM
10
Yogyakarta dan Kabupaten Bandung berbagai BLK untuk mencukupi
pernah bekerja sama dengan kebutuhan pegawai dan jumlah
instruktur dari perusahaan swasta. pelatihan yang ada.
Namun, pelibatan instruktur non-PNS
tidak secara otomatis menyelesaikan Dimensi SDM menjadi kunci
persoalan karena instruktur dari keberlangsungan BLKD. Sebagian
perusahaan swasta belum bisa besar pimpinan BLKD ditunjuk oleh
mengajar secara full time sehingga pemerintah daerah melalui rotasi
tidak ada keberlanjutan. jabatan yang umumnya kurang
memperhatikan kompetensi yang
UPT BLKD di berbagai daerah dibutuhkan untuk mengembangkan
tidak memiliki instruktur yang BLKD di era digital. Kebijakan ini
memadai seperti yang diatur dalam berdampak terhadap kinerja BLKD
Permenaker No. 8 Tahun 2017 dalam mengelola program pelatihan
tentang Standar terutama di daerah.
Balai Latihan Masalah umum yang masih Sebagian besar pelatih
Kerja. Dalam dihadapi oleh BLKD antara lain: di daerah sudah
implementasinya, Peralatan pelatihan yang berusia lanjut yaitu
masih terdapat ketinggalan zaman dan jumlah diatas 51 tahun dan
BLKD yang hanya serta kompetensi instruktur yang kurang mendapatkan
terbatas
memiliki satu pembaruan mengenai
instruktur program-program
berstatus PNS di yang dibutuhkan oleh
satu BLKD yang memiliki berbagai dunia industri di era Revolusi Industri
kejuruan. Sedangkan jika 4.0 (Laporan Tim PPK-LIPI, 2018).
berpedoman dengan standar
Permenaker, setiap kejuruan
pelatihan wajib memiliki minimal
satu instruktur PNS. Jika ada delapan
kejuruan dalam BLKD tersebut, maka
harus terpenuhi minimal delapan
orang instruktur. Jumlah tersebut
tentunya menjadi tugas yang berat
bagi BLKD. Praktek penggunaan
instruktur dari professional juga
sudah banyak dilakukan oleh
11
3. Perhatian terhadap Potensi Lokal
12
4. Kemitraan dengan berbagai kepentingan baik pemerintah
maupun swasta
13
Berdasarkan hasil penelitian di naungan organisasi dunia usaha
Kota Yogyakarta dan Kabupaten (KADIN, APINDO, dsb.) terlibat sejak
Bandung, kondisi peralatan pelatihan awal penyelenggaraan pelatihan
yang dimiliki oleh BLKD sudah usang mulai dari hulu sampai hilir. Di satu
karena sudah tidak sesuai dengan sisi, kerja sama dengan sektor swasta
kebutuhan dunia industri dan untuk pengadaan peralatan pelatihan
perkembangan teknologi. Kondisi dapat menjadi alternatif dalam
serupa juga dialami oleh BLKD di penyediaan peralatan di BLKD agar
wilayah lain. Sejauh ini, BLKD Kota sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Yogyakarta dan Kabupaten Bandung dan dapat menjadi bentuk investasi
hanya mampu menyediakan perusahaan untuk mendapatkan
anggaran pelatihan. Instruktur tenaga kerja yang kompeten.
kejuruan teknik las di BLKD Bandung
mengatakan bahwa perusahaan saat Selain kemitraan dengan
ini memerlukan pekerja yang swasta, kemitraan dengan
memiliki keterampilan las pemerintah juga diperlukan,
menggunakan spesifikasi peralatan khususnya dalam hal koordinasi.
yang sesuai dengan teknologi saat ini, Menurut konstitusi, anggaran
sementara peralatan las yang pendidikan nasional harus mencapai
digunakan dalam pelatihan sudah 20% dari APBN. Koordinasi dengan
tertinggal. Di kejuruan otomotif, kementerian pendidikan,
peralatan atau mesin motor yang kementerian industri, dan
digunakan untuk praktik masih kementerian tenaga kerja untuk
menggunakan mesin dengan memanfaatkan sumber daya
transmisi manual meski saat ini anggaran ini seharusnya menjadi
teknologi sepeda motor sudah modal bagi perencanaan dan
menggunakan mesin dengan pelaksanaan pelatihan di
transmisi otomatis. Kementerian Ketenagakerjaan untuk
mendukung pengembangan sumber
Keterbatasan peralatan ini daya manusia yang dapat berdaptasi
dapat menyebabkan keterampilan dengan perubahan global dan
bagi peserta pelatihan tidak sesuai perkembangan industri. Koordinasi
lagi dengan kompetensi yang serupa seharusnya juga dilakukan di
dibutuhkan oleh dunia usaha dan tingkat daerah sehingga berdampak
dunia industri. Penting untuk nyata terhadap BLKD.
memastikan sektor swasta di bawah
14
REKOMENDASI
15
Permenaker No.11 Tahun 1. Revisi peraturan yang memberikan
2013 Tentang Pedoman penjelasan mengenai struktur kelembagaan
Penyelenggaraan Sistem BLKD yang berada di bawah pemerintah
Pelatihan Kerja Nasional di daerah.
Daerah 2. Revisi peraturan tentang peningkatkan
struktur kelembagaan BLKD agar memiliki
kekuatan dalam pengambilan keputusan
dalam perencanaan penyusunan kebijakan
maupun penganggaran.
16
pemberi kerja serta pejabat Disnaker Dengan struktur tata kelola yang
setempat. Struktur ini akan baik dan otonomi yang lebih tinggi
menyatukan pemangku kepentingan akan menjadikan posisi BLKD lebih
utama dalam bidang pelatihan, kuat dan dapat berjalan dengan
termasuk pemberi kerja dan lembaga efisien, serta menghasilkan luaran
pelatihan lainnya. Di bawah struktur yang lebih baik. Dengan pengaturan
ini, Kepala BLKD bertanggung jawab seperti ini, BLKD akan lebih berfungsi
pada Dewan. Pendanaan BLKD dari sebagai layaknya institusi yang
Pemerintah Daerah dapat independen dan bukan sebagai unit
ditingkatkan, serta kontribusi yang birokratis.
pemberi kerja yang cukup signifikan.
17
4. Bekerjasama dengan Pemerintah Desa untuk Menyusun
Pelatihan yang Berbasis Potensi Lokal
18
Selain itu, hubungan yang erat sama. Hal ini diharapkan mampu
tantara BLKD dan pihak swasta juga mendorong pelatihan yang sesuai
bisa dilakukan dengan dengan perkembangan dunia usaha
memanfaatkan on job training bagi dan dunia industri sekaligus sebagai
peserta pelatihan BLKD di sarana untuk penempatan kerja bagi
perusahaan yang telah bekerja peserta pelatihan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Asiati, D. G.B. Aji., Ngadi., Triyono., V. Ningrum., F. E. Kurniawan., N.L. Aruan., Y.A.
Purba. 2018. Kesempatan Kerja dan Pengembangan SDM di Era Digital: Studi Kasus
Sektor Industri. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Kepedudukan LIPI: Jakarta.
Bank Dunia. 2011. Revitalisasi Balai Latihan kerja di Indonesia: Tantangan dan Masa
Depan. Departemen Pengembangan Manusia Wilayah Asia Timur dan Asia Pasifik.
Bank Dunia: Jakarta.
Benedikt Frey, C., Osborne, M. A., Armstrong, S., Bostrom, N., Chinellato, E., Cummins,
M., … Shanahan, M. (2013). the Future of Employment: How Susceptible Are Jobs
To Computerisation? *, 1–72. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2016.08.019
Triyono, Soewartoyo, D. Asiati, Ngadi, V. Ningrum. 2017. Tenaga Kerja Dalam
Transformasi Digital Pada UMKM: Kesempatan dan Kualitas Tenaga Kerja. Laporan
Penelitian. Pusat Penelitian Kepedudukan LIPI: Jakarta.
20
View publication stats