I. A. LATAR BELAKANG
Negeri 5 Menara adalah roman karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh
Gramedia pada tahun 2009. Novel ini bercerita tentang kehidupan 6 santri dari 6 daerah
yang berbeda menuntut ilmu di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur yang jauh
dari rumah dan berhasil mewujudkan mimpi menggapai jendela dunia. Mereka adalah:
Mereka sekolah, belajar dan berasrama dari kelas 1 sampai kelas 6. Kian hari mereka
semakin akrab dan memiliki kegemaran yang sama yaitu duduk dibawah menara pondok
madani. Dari kegemaran yang sama mereka menyebut diri mereka sebagai Sahibul 1. I.
B. SINOPSIS
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain
sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera
dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka
walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya,
belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera”
sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran
mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris,
merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat
pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari
Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari
Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib
sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-
awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa
muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah
remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
1. TEMA : PENDIDIKAN
2. TOKOH/PENOKOHAN
1. Alif Fikri : Tabah dan Sabar (“sabar, kita harus menghadapi hukuman
ini dengan sabar”)
4. Baso salahudin : Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis
dan Bahasa Arab yang fasih. Ia meninggalkan Pondok
Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha
menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya. Pintar dan
pengertian (“ ayo ujian akan dilaksanakan 3 hari lagi, kita
harus belajar keras” )
5. Atang Yunus : Dari Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater
pendiam, tidak berani aneh - aneh (“ aku sangat tidak bilang
kepada ketua jasus itu, karena aku takut di hukum lagi” )
7. Ustad Salman : Wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara
lantang.
9. Ayah/ Fikri Syafnir / Katik Parpatiah Nan Mudo: sabar, baik, menjunjung tinggi
nilai agama.
Pak Sikumbang, Pak Etek Muncak , Pak Etek Gindo Marajo, Pak Sutan, Ismail
Hamzah , Burhan, Ustadz Salman , Kiai Amin Rais , Kak Iskandar Matrufi, Rajab Sujai /
Tyson , Ustadz Torik , Raymond Jeffry / Randai , Ustadz Surur , Ustadz Faris , Ustadz Jamil ,
Ustadz Badil , Ustadz Karim , Kak Jalal , Amir Tsani , Pak Yunus , Kurdi, Ustadz Khalid ,
Shaliha , Sarah, Mbok Warsi , Zamzam.
3. LATAR
1. Latar tempat :
1. Kantor Alif (Washington DC)
(“Dari balik kerai tipis di lantai empat ini..” (Negeri 5 Menara, hal.1)
2. Rumah Alif (Maninjau, Bukittinggi)
(“Sampai sekarang kami masih tinggal di rumah kontrakan beratap
seng dengan dinding dan lantai kayu” (Negeri 5 Menara, hal.7)]
3. Trafalgar Square (London)
(“Tidak lama kemudian aku sampai di Trafalgar Square, sebuah
lapangan beton yang amat luas.” (Negeri5 Menara, hal.400)]
4. Pondok Madani
(“Tidak terasa, hampir satu jam kami berkeliling PM.” (Negeri 5
Menara, hal.35)
5. Rumah Atang (Bandung)
(“Kaca depan rumahnya menempel sebuah stiker hijau dengan gambar
matahari di tengahnya” (Negeri 5 Menara, hal.218)]
6. Rumah Said (Surabaya)
(“...Mengajak kami keliling ke berbagai objek wisata di sekitar
Surabaya...” (Negeri 5 Menara, hal.226)]
· 7. Apartemen Raja (London)
(“Malam itu kami menginap di apartemen Raja di dekat Stadion
Wembley...” (Negeri 5 Menara, hal.402)
2. Latar waktu :
1. Dini hari
(“Dalam perjalananku dari Padang ke Jawa Timur, aku sempat sekilas
melewati Jakarta jam tiga dini hari.” (Negeri 5 Menara, hal.47)
2. Pagi hari
(“Sejak dari pagi buta suasana PM sudah heboh.” (Negeri 5 Menara,
hal.214)
3. Sore hari
(“Tidak siap menjawab pertanyaan interogatif di senja bergerimis
dalam keadaan kepayahan ini.” (Negeri 5 Menara, hal.66)
4. Malam hari
(“Malam ini adalah salah satu dari malam-malam inspiratif yang
digubah oleh Ustad Salman.” (Negeri 5 Menara, hal.108)
3. Latar Suasana
1. Sepi
(“Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi” (Negeri 5 Menara,
hal.3)
2. Emosi
(“Sebelum mereka menyahut, aku telah membanting pintu dan
menguncinya” (Negeri 5 Menara, hal.10)
3. Takut
(“Aku katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang akan dilakukan Tyson
ini padaku” (negeri 5 Menara, hal.66)
4. Gugup
(“Kalimat yang sudah aku bayangkan tadi berantakan di bawah sorot
mata Ustad Torik yang bikin ngilu.” (Negeri 5 Menara, hal.126)
5. Bahagia
(“Dengan penuh kemenangan kami keluar dari gerbang PM” (Negeri 5
Menara, hal.127)
6. Sedih
(“Di ujung kelopak matanya aku menangkap kilau air yang siap luruh.
Suaranya kini bergetar” (Negeri 5 Menara, hal.360)
4. AMANAT
Secara umum, novel itu sangat bermanfaat untuk semua kalangan. Baik untuk remaja
maupun orang dewasa, baik untuk pekerja maupun ibu rumah tangga, baik untuk pendidik
dan yang pasti novel itu sangat bermanfaat untuk pelajar, mereka akan mendapatkan contoh-
contoh positif yang dilakukan Alif dan teman-temannya untuk mencapai sukses dalam
pendidikannya. Mereka akan tahu bagaimana cara menghadapi ujian-ujian akhir yang sangat
berat. Mereka juga akan merasakan tekad dan semangat yang kuat yang ditunjukkan Alif dan
teman-temannya dalam novel tersebut.
Pengarang bisa menyampaikan amanatnya dengan jelas kepada sipembaca. Sehingga,
pembaca terinspirasi dari sini dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
(“sesuatu yang dilakukan dengan sungguh sungguh dan tidak pernah putus asa sedikitpun,
pasti akan membawa hasil yang sangat baik”).
novel ini juga sangat perlu dibaca pelajar ataupun remaja-remaja yang ingin mendapat
motivasi sekolah atau belajar agama di Pondok. Bahwa Pondok tidak hanya bagi mereka
yang tidak mampu meneruskan sekolah ke jenjang selanjutnya, tetapi Pondok mendidik dan
mencetak murid secara total untuk berkarya penuh totalitas di masyarakat. Cara penulis
dalam menceritakan semangat perjuangan dan pantang menyerah 6 murid Pondok Madani
juga patut di acungi jempol. Sebuah buku inspiratif yang sangat layak dibaca di waktu
senggang.
5. ALUR
Alur yang ada dalam novel “Negeri 5 Menara”, yaitu alur maju-mundur. Hal
ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:
Awal cerita dalam novel ini dibuka oleh Alif yang telah tinggal di Washington
DC, Amerika Serikat dengan pekerjaannya sebagai Wartawan VOA, lalu setelah itu ia
kembali mengingat masa lalunya saat konflik dimulai ("Aku tersenyum. Pikiranku
langsung terbang jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku"
(Negeri 5 Menara, hal. 4)
5. Penyelesaian masalah
Pada akhirnya, setelah alif menyelesaikan ujian pamungkas di PM serta lulus
dari PM, cerita berbalik ke Alif yang telah sampai di London untuk bertemu dengan
Atang dan Raja yang merupakan anggota Sahibul Menara : (Negeri 5 Menara,
hal.400)
6. SUDUT PANDANG
Pelaku utama Orang pertama (“Aku yang dulunya egois dan cepat marah,
sekarang menjadi Alif yang bijaksana dan selalu berfikir panjang sebelum melakukan
sesuatu”)
7. GAYA BAHASA
Majas Personifikasi
1. (“Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku” (Negeri 5
Menara, hal.1)]
2. (“Satu persatu kawan pun datang dari negeri 5 menara dan terkenanglah
kembali masa kecil”)
Ahmad Fuadi (lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember 1972; umur 40
tahun) adalah novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya
adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya
fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih
baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. [1]
Kemudian meraih
Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan tahun yang sama juga masuk nominasi Khatulistiwa
Literary Award, sehingga PTS Litera, salah satu penerbit di negeri jiran Malaysia tertarik
menerbitkan di negaranya dalam versi bahasa melayu. Novel keduanya yang merupakan
trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 Januari 2011. Fuadi
mendirikan Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan
masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini Komunitas
Menara punya sebuah sekolah anak usia dini yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang
Selatan.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa
Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film
dokumenter. Penyuka fotografi [3]
ini pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO
konservasi: The Nature Conservancy.[4]
Ia adalah cucu Buya H. Sulthany Datuk Rajo Dubalang dan Buya Sulaiman Katik
Indo Marajo.
VI. KESIMPULAN
Novel ini berjudul Negeri 5 Menara, karya A. Fuadi. Novel ini bertema tentang
Perjuangan dan kesungguhan . Menceritakan tentang kisah 6 orang sahabat.
PERBANDINGAN NOVEL NEGERI 5 MENARA DENGAN ROMAN
HULUBALANG RAJA BERDASARKAN UNSUR INTRINSIK DAN
EKSTRINSIK
TUGAS BAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : ILHAMSYAH
ARIANSYAH