Anda di halaman 1dari 365

PROJECT

“GABUNGAN KESELURUHAN BUKU ”


TATA RIAS PENGANTIN INDONESIA
Mata Kuliah :Tata Rias Pengantin Indonesia
Dosen Pengampu :Irmiah Nurul Rangkuti,M.Pd
Astrid Sitompul,M.Pd

Nama Anggota Kelompok :


*Anggie Lovian.S *Indry Santy
*Agnes Regina * Jastra Nainggolan
*Akhila Taiyo *Jeni Hasibuan
*Cindy Apriyani Patricia * Jesicca Simbolon
* Dita Parsaulian *Rayani Hutagalung
*Fourteen Ginting *Siti Fauziah
*Salsabila Alvilia Ginting *Winda Panjaitan
Kelas / Stambuk :Reguler C / 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS (S-1)


PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan buku ini
sebagai salah satu sarana pembelajaran pada mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia.
Adapun Judul Bahan ajar ini yaitu, “Tata Rias Pengantin Indonesia”. Dalam bahan ajar ini
penulis mencoba membahas tentang Tata Rias Pengantin Indonesia Pakem dan Modifikasi.
Buku ini disusun dengan harapan agar dapat membantu mempermudah dan memahami berbagai
hal yang diperlukan, mulai teori dasar, persiapan samapai cara aplikasihnya. Sehingga siapa
saja yang ingin memulai belajar tentang pewarnaan dan pelurusan rambut dasar dapat lebih
mudah dalam belajar dan dapat menerapkan materi yang telah dipelajari sendiri.
Dengan terbitnya buku ini sebagai bahan bacaan dapat menjadi petunjuk/atau pedoman
bagi seseorang mendapatkan ilmu dan hasanah. Pengetahuan, selain itu maka diharapkan
seseorang dapat belajar kapan saja dan dimana saja tanpa harus belajar khusus kepusat kursus
atau salon-salon.

Medan, November 2021


Penulis

Regular C
PRAKARTA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku bahan ajar pada mata kuliah Tata Rias
Pengantin Indonesia dengan baik. Dengan selesainya buku bahan ajar ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyelesaian buku ini, yakni:
1. Ibu Irmiah Nurul Rangkuti,S.Pd,M.Pd dan Ibu Astrid Sitompul, S.Pd. M.Pd selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia yang telah memberikan serta
membantu penulis dalam penyelesaian buku bahan ajar ini.
2. Orang tua yang telah mendorong dalam melakukan penyelesaian buku bahan ajar ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang membantu dalam
penyelesaian bahan ajar ini.
Dalam bahan ajar ini, penulis menyadari bahwa buku ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan buku bahan ajar ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, November 2021


Penulis

Reguler C
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PRAKARTA
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PETA KONSEP .
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PENGANTIN BATAK KARO PAKEM DAN MODIFIKASI
BAB III PENGANTIN NIAS PAKEM DAN MODIFIKASI.
BAB IV PENGANTIN BATAK SIMALUNGUN PAKEM DAM MODIFIKASI.
BAB V PENGANTIN BATAK TOBA PAKEM DAN MODIFIKASI
BAB VI PENGANTIN MANDAILING PAKEM DAN MODIFIKASI
BAB VII PENGANTIN TAPSEL PAKEM DAN MODIFIKASI
BAB VIII PENGANTIN MELAYU PAKEM DAN MODIFIKASI
BAB IX PENGANTIN ACEH BESAR PAKEM DAN MODIFIKASI.
BAB X PENGANTIN SUNDA PAKEM DAN MODIFIKASI
BAB XI PENGANTIN SOLO PUTRI PAKEM DAN MODIFIKASI.
BAB XII PENGANTIN JOGJA PUTRI PAKEM DAN MODIFIKASI.
DAFTAR PUSTAKA
PETA KONSEP

Batak Karo Modifikasi


Batak Karo Pakem
Nias Modifikasi
Nias Pakem
Batak Simalungun
Batak Simalungun Modifikasi
Pakem
TATA RIAS
Batak Toba
Batak Toba Pakem PENGANTIN Modifikasi
Mandailing Pakem INDONESIA Mandailing

Tapsel Pakem
PAKEM DAN Modifikasi

MODIFIKASI Tapsel Modifikasi


Melayu Pakem

Aceh Besar Pakem Melayu Modifikasi

Sunda Siger Pakem Aceh Besar Pakem

Solo Putri Pakem Sunda Siger


Modifikasi
Jogja Putri Pakem
Solo Putri Modifikasi

Jogja Putri
Modifikasi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral yang dibangun dari sebuah ikatan yang suci,
bahkan pada beberapa agama terdapat kepercayaan bahwa pernikahan hanya terjadi untuk
sekali seumur hidup dan hanya maut yang dapat memisahkan mereka. Pernikahan tidak hanya
sekedar menyatukan sepasang kekasih, tetapi juga menyatukan dua keluarga yang berbeda
budaya dan latar belakang. Sekalipun pernikahan terdiri dari dua pribadi yang banyak memiliki
perbedaan, tetapi perbedaan yang ada akan menjadi bekal mereka dalam mengarungi bahtera
rumah tangga sebagai hal yang mampu melengkapi satu dengan lainnya. Perbedaan yang ada
tidak menjadi penghambat untuk melakukan sebuah pernikahan, sebaliknya perbedaan yang ada
mampu menjadi perekat bagi mereka untuk saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dilakukan oleh dua orang untuk
meresmikan ikatan perkawinan. Pengikatan janji nikah dapat dilakukan pada saat dilakukan
upacara yang resmi secara agama dan hukum. Setelah dilakukan upacara pernikahan maka
mereka akan menjadi suami dan istri yang sah dalam sebuah ikatan perkawinan.
Pernikahan merupakan salah satu hal yang menjadi impian besar bagi banyak orang.
Sebagian besar pasangan pasti memimpikan sebuah pernikahan 2 sebagai akhir bahagia dari
perjalanan cinta mereka. Pernikahan merupakan penyatuan komitmen dari setiap pasangan yang
pada akhirnya akan berujung pada sebuah pernikahan sakral, bahkan tidak jarang orang yang
sudah berangan-angan sejak kecil akan pernikahannya kelak. Ketika mereka sudah menemukan
pasangan yang dirasa cocok, maka angan-angan akan sebuah pernikahan pasti akan semakin
besar sehingga biasanya angan-angan yang mereka miliki tidak hanya sebuah
bayangan belaka, tetapi akan mereka realisasikan menjadi sebuah acara
pernikahan.

A. DESKRIPSI
Buku ini merupakan bahan ajar yang membahas tentang mata pelajaran Tata Rias Pengantin
indonesia dengan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut.
1. Tata Rias Pengantin Pakem dan Modifikasi
2. Prosedur Tata Rias Pengantin Pakem dan Modifikasi
3. Penataan Tata Rias Pengantin Pakem dan Modifikasi

B. PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU


Bacalah dan pelajari isi buku ini untuk memudahkan dalam proses kegitan belajar,
1. Bagi Fasilator/Guru
a. Pastikan bahwa peserta didik yang akan mempelajari bahan ajar ini telah mempelajari
bahan-bahann ajar prasyarat secara tuntas.
b. Identifikasi dan analisislah sarana-prasarana kegiatan belajar yang ada di sekolah serta
dunia usaha dan industri untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran
2. Bagi Peserta Didik
a. Bacalah dengan cermat materi setiap kegiatan belajar.
b. Jika dalam proses materi ini peserta didik mendapatkan kesulitan, diskusikan dengan
teman-teman peserta didik atau konsultasikan dengan fasilator.
1.2 Persiapan Alat, Bahan, Kosmetika
A. PERSIAPAN KERJA
1. Persiapan Kerja (10 menit)
a. Ruangan harus terang, bersih dan juga wangi
b. Pastikan terdapat stop kontak di sekitar area kerja
c. Menyiapkan tempat sampah

2. Persiapan Klien (5 menit)


a. Menyuruh klien melepaskan segala aksesoris yang menempel
b. Mempersiapkan klien untuk menggantikan baju dengan kamisol
c. Meletakkan handuk pada puundak klien
d. Memakaikan klien hair bando
e. Mempersiapkan klien duduk ditempat yang disesdiakan

3. Persiapan Pribadi
a. Menggunakan pakaian kerja
b. Melepas semua perhiasan
c. Menggunakan sepatu tertutup yang terbuat dari bahan karet dan tidak bertumit
tinggi
d. Sanitasi tangan
e. Mengikat rambut
f. Menggunakan masker mulut
g. Memendekkan kuku bagi kuku yang panjang.

Persiapan Alat dan Bahan


No Nama alat Gambar Jumlah Kegunaan

1. Sisir Sasak 1 buah Sebagai alat untuk menyasak


rambut

2. Sisir penghalus sasak 1 buah Untuk menghaluskan rambut


ketika akan menata nya

3. Cemara 1 buah Untuk menambah panjang


rambut ketika akan di bentuk
menjadi sanggul
4. Hair Net Seperlunya Untuk memberikan kerapian
pada rambut

5. Harnal Seperlunya Untuk mengaitkan dan


menguatkan tatanan rambut

6. Cape lidi Seperlunya Untuk mengaitkan dan


menguatkan rambut

7. Hair pin Seperlunya Untuk mengaitkan dan


menguatkan tatanan rambut

8. Cape Make up 1 buah Untuk melindungi pakaian


klien agar tidak kotor terkena
bedak

9. Bulu Mata atau Palsu Seperlunya Untuk memberikan kesan


lebih tebal pada bulu mata
atas

10. Bulu mata bawah 1 buah Untuk memberikan kesan


palsu lebih tebal pada bulu mta atas
11. Hair dryer 1 buah Untuk mengeringkan dan juga
membantu agar rambut
mudah untuk ditata.

12. Cape Bebek seperlunya Untuk menjepit rambut dalam


proses penataan

Persiapan Lenan
No Nama Lenan Gambar Jumlah Spesifikasi

1. Handuk 3-6 buah Terbuat bahan kain dan harus


berwarna putih

2. Baju praktek 1 buah Terbuat dari bahan kain

3. kamisol 1 buah Terbuat dari bahan kain

4. Tisue Secukupnya Kertas yang memiliki tekstur


halus dan lembut bewarna
putih

5. Kapas Secukupnya Terbuat dari bahan tapas


6. Hair bando Secukupnya Terbuat dari bahan kain

7. Tempat sampah 1 buah Terbuat dari plastik

Persiapan Kosmetik
No Nama Kosmetik Gambar Jumlah Kegunaan

1. Pembersih Secukupnya Untuk membersihkan kulit


dari kotoran debu

2. Pelembab Secukupnya Untuk memberikan


kelembapan pada kulit

3. Primer Secukupnya Untuk pelindung kulit


sebelum digunakan bedak

4. Foundation Padat Secukupnya Sebagai dasar dari bedak

5. Foundation Cair Secukupnya Sebagai dasdar dari bedak


yang dicampur dengan
foundatin padat
6. Consiler Secukupnya Untuk menutupi bekas-bekas
jerawat dan juga garis-garis
pada wajah

7. Contour Secukupnya Untuk memberikan garis


tegas pada garis-garis wajah

8. Bedak padat Secukupnya Untuk menutupi wajah


dengan cara menyeluruh

9. Bedak tabur Secukupnya Untuk memberikan kesan


natural pada make up

10. Eyeshadow Secukupnya Sebagai pewarna bagi mata

11. Blush on Secukupnya Sebagai pewarna pipi


12. Highlighter Secukupnya Sebagai pengikilat wajah agar
terlihat lebih glowing ketika
terkena sinar

13. Lip liner Secukupnya Sebagai pembentuk garis


pada bibir

14. Pensil Alis Secukupnya Sebagai pembentuk dan


pertegas alis

15. Eyeliner Secukupnya Sebagai penegas garis pada


mata

16. Lem Bulu mata Secukupnya Untuk merekatkan bulu mata


palsu

17. Maskara secukupnya Untuk melentikkan bulu


mata

18. Bedak Finishing secukupnya Untuk meratakan dan


memberi kesan natural pada
make up
19. Setting spray Secukupnya Untuk mengunci make up
pada wajah

Persiapan Kosmetik Rambut


No Nama Kosmetik Gambar Jumlah Kegunaan

1. Hair Spray Secukupnya Untuk memberikan ketahanan


penataan sanggul

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan buku mengenai Tata Rias Pengantin Indonesia ini, yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia.
2. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Nias pakem dan modifikasi.
3. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Karo pakem dan modifikasi.
4. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Batak Toba pakem dan modifikasi.
5. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Simalungun pakem dan modifikasi.
6. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Mandailing pakem dan modifikasi.
7. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Tapanuli Selatan pakem dan modifikasi.
8. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Melayu pakem dan modifikasi.
9. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Aceh Besar pakem dan modifikasi.
10. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Sunda Putri pakem dan modifikasi.
11. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Sunda Siger pakem dan modifikasi.
12. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Jogja Corak Puteri pakem dan modifikasi.
13. Untuk mengetahui mengenai Tata Rias Pengantin Solo Puteri pakem dan modifikasi.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan buku ini, yaitu :
1. Untuk memberikan informasi bagi pembaca mengenai Tata Rias Pengantin Indonesia baik pada
pakem serta modifikasi dalam Tata Riasnya.
2. Untuk mengetahui adat istiadat dalam pernikahan terkhusunya pada wilayah Indonesia.
3. Untuk mengetahui persiapan yang dilakukan dalam Tata Rias Pengantin Indonesia.
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Sejarah Suku Nias


BAB III METODEPENELITIAN
A. Tujuan
B. Topik wawancara
C. Waktu dan tempat
D. Laporan hasil
BAB IV PEMBAHASAN

A. Pernikahan adat Nias


B. Upacara Pernikahan Adat Nias
C. Riasan, Aksesoris dan Pakaian Adat Pernikahan
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai macam suku termasuk salah satunya yaitu suku Nias.
Pada dasarnya, Suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Tetapi
saat inisukuNias sudahbanyakmenyebarkeberbagaidaerah.TidaksedikitmasyarakatsukuNias
yang tinggal dan bahkan menetap di kota atau daerah yang bukan Nias. Meskipun mereka
tinggaldikotaataudaerahlain,tetapimerekatidakmeninggalkanadatistiadatnya,karenasuku
Nias merupakan masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang
masih tinggi. Bahkan dari mulai kelahiran sampai kematian memiliki hukum adat. Maka dari
itu meskipun suku Nias tinggal di tempat atau daerah lain, ia masih tetap menjunjung tinggi
adat atautradisinya.Tulisan ini akan membahas salah satu adat istiadat suku Nias yaitu pada
tata rias pengantinnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah asal usul sukuNias?
2. Bagaimanakah upacara adat pernikahan sukuNias?
3. Bagaimanakah pakaian pernikahan sukuNias?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui tentang suku Nias, adat
pernikahan. Dan untuk mengetahui bagaimana tata rias pengantin adat Nias.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang kita dapat dari makalah ini ialah kita mengetahui tentang suku
adat Nias dan pernikahan adat Nias serta tata rias pengantinnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Sejarah Suku Nias


Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya,
orangNias menamakandirimereka“OnoNiha”(Ono=anak/keturunan;Niha=manusia)dan pulau
Nias sebagai “Tanö Niha” (Tanö = tanah). Masyarakat suku Nias hidup dalam lingkungan adat
dan kebudayaan yang masih tinggi.
Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö; yang mengatur segala segi kehidupan
mulai dari kelahiran sampai kematian. Dan masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya
megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu
besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
DalambukuyangberjudulSumatrakaryaEdwinM.LoebdisebutkanbahwanamaNiassempit
ada dalam catatan kuno perjalanan dari Arab dan Persia. Soleiman, seorang pedagang Persia
menulis tentang para pemburu kepala di Niyang(Nias).
Berbad-abad lamanya, Nias berfungsi sebagai pos perekrutan budak-budak yang berasak
dari pesisir barat Sumatera. Kemudian pada abad ke-17, Belanda menguasai Nias semenjak
pulau tersebut menjadi bagian dari wewenang VOC. Lalu pada tahun 1756, Inggris
menancapkan bendera mereka namun pada tahun 1825 kembali direbut oleh Belanda.
Sementara itu, dilansir dari laman guru pendidikan, tertera bahwa menurut masyarakat
Nias salah satu mitos asal usul Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut “Sigaru
Tora’a”yangterletakdisebuahtempatyangbernama“TeteholiAna’a”menurutmitostersebut diatas
mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman raja Sirao yang
memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Teteholi Ana’a karena memperebutkan
Takhta Sirao, ke 9 putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang
menginjakkan kaki di PulauNias.
Dibandingkan dengan pulau-pulau tetangga lain di Sumatera, budaya Pulau Nias telah
mengembangkan dengan jelas tradisi dan adat istiadat unik. Beberapa tradisi ini berhubungan
dengan pemujaan leluhur sebelum kekristenan dan sebagian besar ini telah lenyap. Adat-adat
lainnyasepertiperbudakandanpengayauanjugatelahdihapuskanketikaPulauNiasbergabung
denganduniamodern.TetapibanyakadatistiadatNiasmasihdipraktikkan,sepertilompatbatu,
upacara pernikahan dan terutama sekali, tarian tradisional dan musik.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan

Tujuan dari kegiatan wawancara yang saya lakukan adalah untuk mengetahui seputar tata rias
pengantin adat Nias. Baik secara perkembangan dari zaman ke zaman maupun tentang riasan,
aksesoris, sanggul serta busana pengantin adat Nias.

B. Topik Wawancara

Tata rias pengantin adat Nias.

C. Waktu danTempat

Wawancara ini dilakukan pada :

Hari, Tanggal : Minggu, 29 Agustus 2021


Waktu : Pukul 16:18 WIB - Selesai
Tempat : Binjai – Medan

D. Laporan HasilWawancara

Pewawancara : Ibu Endang ketua harpi kota Binjai


Narasumber : Dea Syakirham
Trasnkip Hasil Wawancara : Pewawancara = P Narasumber = N

P : Menurut ibu bagaimana tentang sejarah rias pengantin suku Nias dari masa ke masa ?
N : Yang ibu tau, kami dari harpi melati diperintah untuk melestarikan budaya tata rias
pengantinIndonesia.UntuktatariaspengantinNiasitubelumdibakukan,jadiyangkitatauitu tata rias
pengantin itu dari pertama kali dipakai dimasyarakat yaitu pakaian pengantin itu digunakan
oleh para bangsawan didaerah Nias. Jadi dulu itu pakaian tetap sama hanya berbedanya itu,
jika dulu pakaiannya belum begitu mewah. Akan tetapi tetap sama dalam
bentukornamennya,aksesorisnyakemudianjugawarnanya.Yangmembedakanitudiaadadua
kategori ya, kalau Nias Utara itu warna dasarnya lebih banyak ke merah. Kalau dari Nias
Selatan yaitu Teluk dalam itu lebih dominan warna kuning, ada putihnya juga, akan tetapi dia
lebih banyak dominankuning.
P : Untuk tata rias wajahnya bagaimana ya bu ?
N:Kalauuntuktatariaswajahdarizamandahulusampaisekarangyapastibanyakperubahan. Artinya
kalau zaman dahulu tata rias lebih sederhana ya, dan sangat inovatif sesuai perkembangan
zaman. Karena pakaian pengantin adat Nias ini belum dibakukan jadi belum
adaketentuantatariaswajahnyaitubelumadaketetapanuntukwarna-warnanya.Masihmerias wajah
seindah mungkin saja sesuai dengan bentuk wajah.
P : Untuk warna eyeshadow tidak berpatokan dengan warna merah tadi bu ?
N : Karna gini, pakaian Nias ini belum dibakukan artinya, belum ada ketetapan dari lembaga
sertifikasiuntuktatariaspengantin.Jadibelumadaketetapantentangwarna-warnadaririasan
pengantinnya.
P : Kalau untuk sanggulnya sendiri, apakah ada nama khususnya bu ?
N : Belum ada ketetapan maupun ketentuan jadi masih sanggul tengkuk atau sanggul saja gitu
dan belum ada ketetapan.
P : Untuk aksesoris sendiri, apakah sudah ditetapkan bu ?
N:Kalauaksesorisitusudahada,jadiuntukaksesorisatauperhiasanitusudahadaditetapkan dari
zaman dahulu sampai sekarang budayanya tetap dipertahankan. Terdiri darihiasan kepala yang
dipakai dikening, itu namanya bala hogo yaitu hias kepala yang dipakaikan itu di dahi. Terus
ada anting dalinga, kemudian memakai kalung yang namanya lipato. Lalu gelang itu
dinamakan dala danga kemudian cincin namanya lai duru. Itu merupakan perhiasan wanita.
RiasansanggulnyajugaadaDea,ituduluterbuatdarigabuskecilyangdiikatadawarnakuning. Tapi
untuk sekarang karna perkembangan zaman kemudian disesuaikan dengan ketentuan
pengantin di masyarakat diganti dengan melati. Kalau dulu ada warna khusus untuk bunga
hiasan kepala Dea, yang berwarna putih merah dankuning.
P : Untuk sekarang ketiga warna tersebut tetap ada atau tidak bu ?
N:Tetapada,tetapdipakaiakantetapisudahdigantikandenganbungamawarya,mawarputih, mawar
merah begitu. Jadi yang tiga warna itu, warna merah putih dan kuning tetap ada dipakaikan
akan tetapidigantikan.
P : Kalau untuk lelaki aksesorisnya apa saja bu ?
N:Lelakidiamenggunakanklatbahuyangnamanyagalanage.Kemudianmenggunakantopi, topi ini
dia seperti mahkota bentuknya bertingkat-tingkat. Bentuk kalungnya sama dengan
bentukkalungyangdipakaiwanita.Kemudianmemakaisepatu,sepatuhitamitunamanyabada gahe.
Kalau baju lelaki namanya baru dinggo. Kemudian menggunakan kemeja putih biasa. Untuk
perempuan memakai kebaya kemudian memakai selendang yang disebut Salendra. Kemudian
bahannya ini semua terbuat dari baldru dengan ornamen yang bentuknya runcing- runcing dan
diberi hiasanemas.
P : Jadi dalam pengantin Nias ini secara keseluruhan ada dua adat yang dipakai ya bu ?
N:Iyaadadua,sebenarnyaituadaduadaerahyangberbedayaituNiasUtaradanNiasSelatan. Kalau
Nias Utara itu termasuklah gunung sitori itu sudah lebih dikota ya untuk warna lebih dominan
merah ya. Nias selatan yaitu Teluk dalam itu lebih dominan warnakuning.
P : Untuk acara pernikahannya apakah ibu mengerti bu ?
N : Adat pernikahannya kami belum begitu memahami karena adat Nias ini belum dibakukan
jadi belum begitu dipahami ya tentang adat Nias ini sendiri.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pernikahan Adat Nias


PerkawinandiNiasadalaheksogami.Mempelaipriaharusmelunasiemaskawinkepadasemua
pihakyangpunyahubunganfamilidenganmempelaiwanitaitu,terutamakepadapihakibunya (uwu).
Kemudian di dalam desa sendiri masih diharapkan supaya mempelai pria mengadakan satu
pesta untuk seluruh warga. Pesta itu merupakan syarat kalau di kemudian hari hendak
diadakan pesta jasa(owasa).

Kalau mempelai pria tidak memberi pesta dalam desanya, dia tetap dianggap sebagai anak-
anak[iraono],sekalipuniasudahtuasecaraumur,dantidakpunyahaksuaradalamdesa.Biaya
utamadaripestapernikahanwaktuitudanmasihsampaihariiniadalahpembayaransebanyak babi
yang dibutuhkan untuk pesta. Sampai hari ini, biaya pesta pernikahan merupakan beban
besar pada pasangan muda yang berencana untuk menikah.

Pernikahanadatniasterbagimenjadidua,laragadanlafau.Laragaadalahadatpernikahanyang
berasal dari nias selatan yang dimana kedua mempelai menggunakan busana yang dominan
berwarna kuning yang melambangkan kejayaan, kekuasaan, kemakmuran, dan kebesaran.
Lafau adalah adat pernikahan yang berasal dari Nias utara tepatnya di daerah gunung sitoli
yangdimanakeduamempelaimenggunakanbusanayangdominanberwarnahitam,merahdan
kuning yang melambangkan keberanian, ketabahan, dan kejayaan. Busana pengantin nias
memiliki pola pola dan symbol yang memiliki maknatertentu.

Busana wanita memiliki motif bintang (GNI’ONDROFI) yang berarti kekayaan dan karakter
yang baik. Pada selempang memiliki pola berbentuk berlian (NI’OKINDRO) yang
melambangkan emas dan kejayaan. Kemudian pada busana pria biasanya memiliki desain
segitiga yang menyerupai tombak (NI’OHULAYO) yang berarti semangat kepahlawanan
orang Nias.

Kami akan membahas adat pernikahan lafau. Pada adat lafau pengantin wanita maupun pria
memakai busana yang identik dengan warna merah, hitam dan kuning. Di mana merah
melambangkan keberanian, hitam melambangkan kesuburan dan kuning melambangkan
kemuliaan kekayaan dan kemakmuran.

B. Upacara pernikahan adat Nias


Pada perkawinan atau pernikahan suku Nias, ada beberapa langkah dan urutan yang harus
dilakukan dalam upacara adat pernikahan oleh suku Nias.
Dipulau Nias sebelum menjelang acara pesta perkawinan maka dilaksanakan adat yang
dinamakan “FAMOTU ONO NIHALO” yang dapat diterjemahkan “pemberian nasehat berupa
pesan kepada mempelai perempuan” tujuan acara ini ialah membekali mempelai perempuan
untuk bisa menjadi istri dan menantu yang baik. Nasehat berupa pesan dituangkan dalam
bentuk syair, syair ini berupa sastra lama dalam bahasa daerah Nias yang
mengandunghikmat yang sangat dalam dan bentuk sastra yang sangattinggi.

Pada acara famotu ono nihalo moment sangat berharga dan penting ini dilakukan agar
seseorang gadis bisa siap menjadi seorang istri dan menantu, hutang keluargapun bisa
dikatakan lunas karna fotu ini berupa nasehat kepada pengenten bahwa keluarga telah
mengatakan hal yang baik kepadanya dan itu disaksikan juga oleh penganten laki-laki dan
perempuandaripihaklaki-laki.Selanjutnyadiacarafame’einimenandakanbahwaperpisahan
begitu menyakitkan, beda halnya jika sudah menjadi seorangistri.

Selanjutnya setelah selesai pemberian nasehat, maka diteruskan dengan acara mempelai
perempuandibuatmenangis,maksuddantujuanacaraini,ialahuntukmenghayatilebihdalam
pesan-pesan ibu yang dituakan tersebut. Dalam rangkaian pesta kawin di pulau Nias ada
satu acara yang disebut “ Fanika era’era mbowo” dari segi ilmu bahasa maka istilah ini
adalah sebaagai berikut, “Fanika” kata dasarnnya ialah “tika” artinya robek (k.kerja) “fanika”
artinya hal merobek “era-era” artinya pikiran atau pendapat.” Bowo=mbowo” artinya budi atau
jujuran.

Jadi terjemahannya ialah “ penyingkapan inti budi” atau “penyingkapan inti kewajiban” acara
inidilaksanakanpadasaatberakhirnyapestaperkawinanbilasempatataubeberapaharisetelah
pestaperkawinandantetapdilaksanakandirumahmempelaiperempuan.Dalamacaratersebut ada
pesan-pesan moral yang disampaikan oleh keluarga mempelai perempuan kepada mempelai
laki-laki. Yang menyampaikan pesan-pesan ini ialah bapak-bapak yang dituakan. Pesan-
pesan ini diungkapkan dalam bentuksyair.

Pada acara fanika era’era mbowo pada acara ini sangat sakral dimana hanya orangtua yang
mengerti bagaimana adat istiadat dinias, silsilah keluaraga dan mempunyai hubungan
kerabat dengan kedua belah pihak lalu sudah diambil kesepakatan sebelumnya yang
melakukan acara adatiniadalahlaki-
lakiyangsudahtua,tidakbisasembaranganorangmelakukanadatini,jika persetujuan belum ada
maka sesuatu akan terjadi kepada orang tersebut karena para leluhur marah.

Jadi dalam melaksanakan adat istiadat dalam pernikahan suku Nias tidak bisa sembarangan,
harus di lakukan dengan orang yang sudah ahli, atau orang yang benar-benar memahami
cara pelaksanaan adat tersebut, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika
melakukannya dengan sembarangan.

C. Riasan, aksesoris dan busana pengantin Nias


Riasansertamakeupyangdigunakanpengantinwanitaniastidakmemilikicirikhastersendiri, perias
merias pengantin dengan menyesuaikan bentuk wajah serta menyelaraskan riasan
denganbusanayangdikenakanpengantin.MakeupNiasidentikdenganwarnamerah,orange,
emas, cokelat dan warna gelap lain nya. Sanggul yang digunakan berbentuk bulat dan
terletak di belakang tengah kepala di bagian bawahpusaran.

Tata rias pengantin wanita

Berikut proses rias pengantin wanita adat Nias :


1). Memakaikanhairbandopadamodelagarrambutmodeltidakmengganggupadasaatproses
makeup.
2). Memasang cape make up pada bahu model agar baju model
tidakkotor. 3). Membersihkan wajah model menggunakan micellarwater.
4). Aplikasikan primer untuk menutupi pori-pori dan juga membuat make up lebih tahan lama.
5). Balurkan foundation pada wajah kemudian blend hingga merata.
6). Selanjutnya aplikasikan concelear pada daerah bawah mata dan juga pada hidung untuk
membuat highligh kemudian blend hinggarata.
7). Aplikasikanconturdalam,sesuaidengananalisisbentukwajah,kemudianblendconturagar
hasil lebihnyata.
8). lalu aplikasikan cream blush padapipi.
9). kemudian aplikasikan bedak tabur pada seluruh wajah agar make up lebih tahan
lama. 10). Selanjutnya aplikasikan bedak padat untuk mengunci daerah yang rentan
berminyak. 11). Aplikasikan eyeshadow berwarna merah keemasan atau cokelat pada
kelopak mata. 12). Kemudian bentuk dan bingkai alis dengan menggunakan pensil alis.
13). Lalu pasang bulu mata palsu pada bagian atas kelopak mata dan juga pada bagian
bawah kelopakmata.
14). Aplikasikan eyeliner untuk mempertajam garismata.
15). Lalu aplikasikan contur powder atau biasa disebut conturluar.
16). Aplikasikan blush on powder berwarna pink kemerahan pada bagianpipi.
17). Kemudian aplikasikanhighlighter.
18). Setelah itu aplikasikan lipstik berwarna merah.
19) yang terakhir semprotkan setting spray untuk mengunci make up.
Hasil make up pengantin wanita Nias :

Langkah pembuatan sanggul pengantin wanita :

RambutpengantinwanitaNiasdisanggul.Bagiandepanrambutdisasakhinggasasakanbagian kiri
dan kanan sama rata. Sanggul yang digunakan adalah sanggul bulat. kemudian dihiasi
dengan mahkota emas ( raini woli – woli ). Bunga sanggul disebut fangei we we dan selipkan
sebanyak tiga jenis warna, yaitu putih kuning danmerah.

Tahapan membuat sanggul :

● Sasak seluruh rambut, lalu ikat kebelakang.

● Pasang cemara sepanjang 180cm secara spiral di belakangkepala.

● Pasang hair net pada sanggul untuk merapikansanggul.

● Pasang mahkota emas ( balahogo rai ni woli – woli ) di depandahi.

● Pasang bunga mawar ( merah, putih, kuning ) di samping kanan kiritelinga.

Tata rias pengantin pria

Berikut proses rias pengantin wanita pria Nias :

1). Bersihkan wajah dengan micellar water, pastikan wajah telah bersih dari debu yang
menempel.

2). Aplikasikan bedak tabur menggunakan brush agar hasilnya lebih natural.

3). Yang terakhir aplikasikan liptint agar pengantin pria terlihat lebihfresh.

Aksesoris dan busana Pernikahan adat Nias

Busana pengantin pria Nias


Baru Niohulayo, ( Baju panjang ) dengan motif segitiga menyerupai kiat tombak dan pola ini
melambangkan semangat kepahlawanan dari orang Nias. dan identik dengan perpaduan 3
warna yaitu merah, kuning emas dan hitam.

Perhiasan Pengantin Laki-laki Nias



Penutup kepala terbuat dari emas disebut bala hage ( mahkota ) berbentuk ikat kepala
dengan ujung runcing segitiga ke atas.

Tola gasa ( gelang lengan )


Busana Pengantin Wanita Nias

UI Nibira ( Kain/sarung ), terbuat dari bahan tekstil umumnya, warna yang digunakan adalah
merah, hitam dan kuning. Pinggiran kain dihias motif dengan motif segitiga menyerupai kiat
tombak dan pola ini melambangkan semangat kepahlawanan dari orang Nias.

Baru, adalah sebutan untuk nama busana yang dikenakan oleh masyarakat Nias. Pengantin
wanita mengenakan baju stelan ( satu pasang kain baju dan selendang ).

Seledra ( Selendang ), bahan selendang yang dipakai lebih ringan dari bahan kain.
Warnadan motif sama dengan motif kain dan baju.
Busana Pengantin Wanita Nias

UI Nibira ( Kain/sarung ), terbuat dari bahan tekstil umumnya, warna yang digunakan adalah
merah, hitam dan kuning. Pinggiran kain dihias motif dengan motif segitiga menyerupai kiat
tombak dan pola ini melambangkan semangat kepahlawanan dari orang Nias.

Baru, adalah sebutan untuk nama busana yang dikenakan oleh masyarakat Nias. Pengantin
wanita mengenakan baju stelan ( satu pasang kain baju dan selendang ).

Seledra ( Selendang ), bahan selendang yang dipakai lebih ringan dari bahan kain.
Warnadan motif sama dengan motif kain dan baju.
Perhiasan Pengantin Wanita Nias

Bala hogo yang terbuat dari emas berbentuk seperti ikat kepala. Dengan ornamen perhiasan
koin emas memanjang horizontal.

Perhiasan berbentuk bunga berwarna merah, yang di artikan sebagai darah.


Gela gela ( anting ) yang berbentuk lingkaran terbuka berwarna emas.



saeru dalinga ( kalung ) yang terbuat dari logam berwarna emas.


Gala danga tola gasa ( gelang tangan ).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pernikahan adat nias terbagi menjadi dua, laraga dan lafau. Laraga adalah adat pernikahan
yang berasal dari nias selatan yang dimana kedua mempelai menggunakan busana yang
dominan berwarna kuning yang melambangkan kejayaan, kekuasaan, kemakmuran, dan
kebesaran.Lafauadalahadatpernikahanyangberasaldariniasutaratepatnyadidaerahgunung sitoli
yang dimana kedua mempelai menggunakan busana yang dominan berwarna hitam, merah
dan kuning yang melambangkan keberanian, ketabahan, dan kejayaan. Busana pengantin
nias memiliki pola pola dan symbol yang memiliki makna tertentu. Busana wanita memiliki
motif bintang (GNI’ONDROFI) yang berarti kekayaan dan karakter yang baik.Pada selempang
memiliki pola berbentuk berlian (NI’OKINDRO) yang melambangkan emas dan kejayaan.

Kemudian pada busana pria biasanya memiliki desain segitiga yang menyerupai tombak
(NI’OHULAYO) yang berarti semangat kepahlawanan orang nias. Riasan serta makeup yang
digunakan pengantin wanita nias tidak memiliki ciri khas tersendiri, perias merias pengantin
denganmenyesuaikanbentukwajahsertamenyelaraskanriasandenganbusanayangdikenakan
pengantin. Sanggul yang digunakan berbentuk bulat dan terletak di belakang tengah kepala di
bagian bawahpusaran.

A. Saran
Makalahinidapatdijadikansebagaireferensiolehpembacauntukmembantupengerjaantugas.
Serta dapat menambah wawasan tentang tata rias pengantin pernikahan adat Nias. Kritik dan
saran sangat kami butuh kan untuk memperbaiki diri di kemudian hari, agar tercipta lah
makalah yang lebihbaik.
NIAS MODIFIKASI
SEJARAH NIAS
Sejarah Awal
Tidak diketahui persis ketika orang pertama kali datang ke Nias. Tetapi diketahui bahwa ada satu
atau beberapa suku lain yang menghuni Nias sebelum kelompok etnis yang ada saat ini (Ono
Niha) menetap di pulau sekitar 700 tahun yang lalu. Ini disebutkan dalam tradisi lisan dan
didukung oleh bukti-bukti arkeologi.
Pada bulan Agustus 1999 ekskavasi pertama dimulai oleh Museum Pusaka Nias yang
bekerjasama dengan Universitas Airlangga di Gua Tögi Ndrawa (Gua Orang Asing), sebuah gua
besar yang berjarak 4 km dari Gunungsitoli dan 130 m di atas permukaan laut. Sisa-sisa dan alat-
alat yang ditemukan, menunjukkan bahwa itu dihuni lebih dari 12.000 tahun yang lalu.
Ekskavasi berikutnya oleh Balai Arkeologi Medan (Lihat: Ketut Wiradnyana dkk. 2002. Gua
Tögi Ndrawa, Hunian Mesolitik di Pulau Nias) menyimpulkan bahwa gua itu berpenghuni oleh
manusia sampai 700 tahun yang lalu..

150 M ke 700 M
sejarah_nias_museum_pusaka_nias_3
Ptolemy, penulis Yunani adalah salah satu orang pertama yang menulis tentang Nias.
Pulau Nias berada dekat salah satu jalan lintas utama Asia Tenggara dan memiliki sejarah
panjang berinteraksi dan perdagangan dengan budaya lain. Dalam tulisan awal Cina, Yunani dan
Arab, Sumatera dan daerah sekitarnya terkenal. Seawal tahun 150 M, Ptolemy penulis Yunani
menyebutkan lima pulau di sebelah barat Sumatera. Mereka dinamakan sebagai "Pulau-pulau
Barus" dan Nias adalah pulau yang terbesar. (Kapur barus adalah zat padat berupa lilin yang
ditemukan dalam pohon laurel kamper di Sumatera). Dari abad ke-7 dan seterusnya pulau-pulau
barat Sumatera dikenal baik oleh pedagang dan pelaut Cina dan Arab. Orang Nias menjual hasil
mereka kepada kapal yang melewati sebagai pertukaran ke logam dan tekstil.

800 M ke 1100 M
Penulisan pertama tentang Nias berasal dari Sulayman, seorang pedagang Persia, yang pada
tahun 851 M mengunjungi Pulau Nias. Dia melihat bahwa para bangsawan lokal mengenakan
banyak perhiasan emas yang indah dan memiliki kegemaran untuk pengayauan. Seorang pemuda
yang ingin menikah, harus terlebih dahulu memenggal seorang musuh. Juga dicatat bahwa Pulau
Nias memiliki struktur sosial yang kompleks. Pada tahun 1154, Edrisi menulis: "Pulau ini dihuni
oleh sejumlah besar suku-suku." Tradisi lisan Nias menyebutkan enam suku yang berbeda dari
masa ini, dan yang salah satunya adalah suku Bela, yang keturunannya tinggal di pohon-pohon.

1100 M - 1250 M
Orang India dari Kerajaan Aru mendirikan tambang emas di Padanglawas di Sumatera. Tambang
ini menghasilkan banyak emas, dan sejumlah emas itu masuk ke Nias
C. 1350 M
Gelombang imigrasi membawa suku 'Ono Niha' ke Nias sekitar tahun 1350 M. Sebagian besar
orang Nias saat ini adalah keturunan dari kelompok etnis ini. Diyakini bahwa mereka tiba
melalui Singkuang, sebuah pelabuhan di Sumatera yang menghadapi Pulau Nias. Pemukiman
pertama didirikan di Sifalagö Gomo di Nias Selatan. Orang-orang Ono Niha memiliki
pengetahuan unggul untuk teknik bangunan dan penggunaan dan pembuatan alat besi. Secara
cepat mereka menjadi kelompok yang berpengaruh di daerah ini. Dari Gomo mereka tersebar ke
seluruh pulau sampai semua orang Nias menyebut diri mereka sebagai Ono Niha. Seiring dengan
permulaan dan masuknya imigran “Niha”, maka berakhir pula penghunian gua Tögi Ndrawa.
Tidak diketahui kalau suku tua yang lain di Nias menjadi punah atau berasimilasi dengan Ono
Niha.

sejarah_nias_museum_pusaka_nias_4
Gips wajah orang Nias dipamerkan di Museum Rijks, Amsterdam. Mereka dibuat oleh
penjelajah Belanda Kleiweg de Zwaan pada tahun 1910 sebagai bagian dari penelitian asal-usul
orang Nias.

Tidak jelas dari mana suku Ono Niha berasal. Tapi banyak dari kedatangan pertama di Nias
memiliki nama seperti Hia atau Ho, yang juga merupakan nama umum di Cina. Penelitian DNA
menemukan, bahwa keturunan mereka ini (”niha“ atau suku ”manusia“) yang sekarang disebut
“Ono Niha” (orang Nias) paling dekat dengan Taiwan dan Filipina.

sejarah_nias_museum_pusaka_nias_5
Armada Zheng He di Sumatra.

Tahun 1403 – 1424 dipengaruhi oleh Orang Cina

Pada tahun 1416, tentara Dinasti Ming Cina di bawah komando Laksamana Zheng Ho (Haji Sam
Po Bo) merebut wilayah di Sumatera yang berhadapan dengan Pulau Nias. Disitu mereka
mendirikan penggergajian kayu dan mendirikan pelabuhan Singkuang yang berarti "Tanah Baru".
Pelabuhan Singkuang terletak di sebelah selatan dari lokasi Sibolga(saat sekarang). Koloni Cina
di Singkuang menjadi sangat berpengaruh ke Pulau Nias, dan banyak pedagang dari Singkuang
akhirnya menetap di Nias.

Tahun 1513 – 1642 dipengaruhi oleh Orang Aceh

Pada tahun 1513, atas perintah dari Sultan Ali Mughayat Syah, Kesultanan Aceh merebut dan
menduduki beberapa pelabuhan di pantai barat Sumatera. Kapal dari Aceh juga sering
menggerebek Nias, khususnya di utara. Sampai hari ini masih ada beberapa pantai yang dikenal
sebagai Pantai Aceh dan dikenang sebagai pantai-pantai di mana perampok mendarat dan
menculik orang Nias untuk menggunakannya sebagai budak.
Pada tahun 1642 tujuh buah biduk (perahu layar besar) dari Aceh mendarat di pantai timur Nias.
Sejak itu keturunan Polem berada di Nias, antara lain di Desa Mudik, Gunungsitoli

1668 VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) Perusahaan Hindia Timur Belanda

Koin yang dibuat oleh perusahaan VOC untuk digunakan di timur jauh (Indonesia).
Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) sampai di Indonesia pada tahun 1603. Hanya dalam
beberapa tahun mereka mendominasi perdagangan di tempat yang sekarang adalah Indonesia.
Pada tahun 1668 VOC membuat kontrak dengan bangsawan dan desa-desa di Nias dekat daerah
yang sekarang adalah Gunungsitoli dan Kepulauan Hinako di sebelah barat. VOC mendirikan
pusat pertamanya di Nias di Gunungsitoli, di mana mereka membangun sebuah pelabuhan dan
gudang-gudang. Pada tahun 1740 VOC meninggalkan Nias untuk selama-lamanya karena
pengaruh perusahaannya di Asia Tenggara mulai memudar.

1750 perdagangan budak

Budak selalu telah diambil dan ditahan oleh suku-suku Nias. Ketika desa berperang satu sama
lain, musuh tawanan disimpan sebagai budak oleh para pemenang. Perampok Aceh juga datang
ke Nias untuk menangkap orang yang mereka menjual sebagai budak di tempat lain. Tapi hanya
mulai pada tahun 1750, orang-orang Nias sendiri terlibat aktif dalam perdagangan budak. Orang
bangsawan Nias mulai menjual musuh-musuh yang telah ditangkap dalam pertukaran untuk
emas. Pada waktu itu banyak orang muda Nias dijual ke seberang laut, ke Aceh, Padang, Batavia
(Jakarta), Malaysia, Seychelles, Reunion dll. Yang berperan disitu ialah para bangsawan di Nias.
Melalui perdagangan budak mereka mengumpulkan kekayaan besar. Kekayaan ini yang
digunakan untuk membangun beberapa arsitektur terbaik, patung-patung dan persenjataan di
wilayah. Seratus tahun kemudian tercatat bahwa budaya Nias adalah salah satu masyarakat suku
yang paling maju di Asia. Pada saat ini, budaya di Nias berputar di sekitar perang-perang, dan
sebagian besar upaya dan sumber daya diarahkan ke pertempuran lain atau pembelaan terhadap
serangan.

1821 ke 1832 pengaruh dari Eropa


Inggris, Stamford Raffles, pendiri Singapura, mendirikan pusat perdagangan di Nias.

Selama waktu yang singkat setelah VOC meninggalkan Nias pada tahun 1776, orang Inggris
mengambil alih pos perdagangan di Gunungsitoli. Tetapi segera ditinggalkan karena tidak cukup
menguntungkan. Selama beberapa dekade tidak ada orang Eropa di Nias sampai 1821 ketika
orang Inggris kembali mencoba untuk membangun diri di Nias. Namun Inggris hanya tinggal
sampai 1825 ketika Belanda kembali untuk secara resmi mengambil kendali Nias. Pada saat ini
Indonesia dijajah oleh Belanda dan dikenal sebagai Hindia Timur Belanda.
Pastor Vallon dan Pastor Bérard adalah misionaris Gereja Katolik pertama yang datang ke Nias.
Vallon meninggal setelah 3 bulan tiba di Nias (1832). Kemudian menyusul Bérard, dan sesudah
beberapa hari dia meninggal juga.

1840-1864 Penjajahan Belanda di Nias

Selama puluhan tahun Belanda hanya menguasai ”Rapatgebied,“ wilayah kecil di sekitar kota
Gunungsitoli. Meninggalkan daerah ini untuk orang Eropa sangat berbahaya karena sering
peperangan antar suku dan pihak pengayau. Pada tahun 1840 Belanda memutuskan untuk
mencoba mengambil kendali seluruh pulau. Sejumlah pangkalan didirikan di sekitar pulau untuk
peningkatan perdagangan serta kontrol militer di seluruh Nias. Namun kontrol itu terbatas pada
benteng pertahanan dan daerah sekitar mereka. Pertempuran sporadis dan perang terus selama
beberapa dekade, terutama di selatan. Di selatan juga adalah tempat tinggal beberapa kepala suku
yang paling ganas dan paling kuat. Pertempuran besar dengan ribuan prajurit yang bertempur di
bukit di belakang Lagundri. Desa Orahili terutama ganas, dan mereka melawan Belanda selama
beberapa dekade. Kadang-kadang, benteng pertahanan dan pos perdagangan ditinggalkan saat
mereka menjadi terlalu berbahaya dan mahal untuk dijaga. Orang Belanda sering membakar
desa-desa sebagai pembalasan atas serangan yang dilakukan.

Prajurit sengit Nias Selatan berulang kali berjuang dari tentara Belanda.

1843: Gempa Bumi & Tsunami di pantai Timur Nias

Sebuah tsunami menghantam pantai timur Nias terutama mempengaruhi Gunungsitoli dan garis
pantai di sebelah selatan kota. Banyak bangunan hancur oleh gempa dan tsunami yang
berikutnya. Banyak bangunan Belanda termasuk benteng pertahanannya rusak.

1861: Gempa Bumi & Tsunami di pantai Selatan Nias

Desa Lagundri dan pelabuhannya hancur, termasuk benteng Belanda di mana 16 tentara tewas.
Sesudah bencana ini, prajurit dari desa Orahili menyerang benteng Belanda. Karena sebagian
besar serbuk mesiu terusak oleh air laut, tentara Belanda tidak bisa melawan dan harus
mengungsi, meninggalkan senjata dan perlengkapan di belakang.

1865: Kekristenan

Misionaris Protestan pertama dari Jerman yang bernama E.L. Denninger tiba di Nias pada tahun
1865. Dia secara luas dikreditkan untuk membawa agama Kristen ke Nias. Di tahun-tahun
pertama, kemajuannya sangat perlahan karena hampir mustahil untuk bepergian dengan aman
dari Gunungsitoli. Butuh sembilan tahun sebelum Ono Niha yang pertama dibaptiskan. Setelah
25 tahun hanya ada 706 mualaf, tetapi agama Kristen telah mendapat kedudukan di pulau.
Karena Nias utara adalah daerah pertama yang di bawah perintah jajahan, misionaris mendapat
lebih sukses di sana daripada di selatan yang bergolak.

1900 -1914 Penjajahan Belanda secara lengkap

Pada tahun 1900 Belanda mengirim kontingen pasukan besar ke Nias untuk mengamankan
wilayah luar dari Gunungsitoli. Kontrol penuh untuk seluruh pulau hanya ditetapkan pada tahun
1914. Salah satu daerah terakhir yang 'ditenangkan' oleh Belanda di seluruh Indonesia.

nias-historical-images-11
In 1914 the warriors of South Nias agreed to stop fighting the Dutch. This was the first time all
of Nias Island was under full Dutch control.

Salah satu dampak abadi kolonialisme Belanda adalah pembubaran struktur tradisional desa.
Secara tradisional, desa-desa Nias dibangun di puncak-puncak bukit untuk tujuan pertahanan.
Penjajah Belanda lalu membangun jaringan jalan di pulau dan memutuskan bahwa masyarakat
setempat harus hidup di samping jalan tersebut. Ini memiliki dua tujuan: barang dari daerah-
daerah terpencil bisa secara efektif diangkut kembali ke ibukota Gunungsitoli dan tentara
Belanda bisa mudah menjangkau desa-desa kalau ada pemberontakan.

1907: Tsunami di Barat Laut Nias

Pulau Wunga di pantai barat laut Nias dilanda oleh tsunami yang sangat kuat. Semua bangunan
di situ hancur dan sekitar 100 orang meninggal di pulau itu.

1916 : Pertobatan Massal [Fangesa Sebua]

Setelah Belanda menenangkan situasi seluruh Pulau Nias dan akses jalan ditingkatkan,
misionaris bisa mencapai semua wilayah pulau. Jumlah orang yang mualaf ke kekristenan mulai
perlahan-lahan meningkat. 1916 melihat lompatan besar dalam mualaf karena suatu peristiwa
yang tidak biasa dikenal sebagai “Pertobatan Besar” (Fangesa sebua). Pertobatan Besar itu
adalah gerakan konversi massal yang dimulai di desa Helefanikha, Idanoi, dekat Gunungsitoli
dan kemudian tersebar secara cepat ke seluruh pulau. Penggerak utama di balik gerakan ini
bukan orang misionaris tetapi mualaf lokal. Selama awalnya semangat keagamaan banyak
praktek-praktek tradisional dilarang. Cukup dimengerti, pengayauan dan perbudakan dilarang.
Tetapi aspek lain dari budaya Nias seperti pengibaran megalith dan ukiran patung kayu juga
dilarang.

sejarah_nias_museum_pusaka_nias_8
Kebaktian di gereja 'Rijnsche Zending' di Gunungsitoli.
1942 – 1945: Pendudukan Jepang di Indonesia
Selama Perang Dunia II, Jepang menduduki Indonesia yang pada saat itu dikenal sebagai Hindia
Belanda. Pada bulan April 1942 Belanda menyerah dan tidak lama setelah itu, Jepang tiba di
Nias. Sebelum pendudukan itu, terjadi kejadian tragis di Nias. Pada perjangkitan perang,
Belanda telah menginternir semua orang Jerman yang ada di Indonesia. Ketika Jepang
mendekati, Belanda mencoba untuk mengirim tawanan ke India di atas kapal kapal dagang "Van
Imhoff". Dekat ke Nias Selatan, kapal itu diserang oleh pesawat Jepang. 412 warga sipil Jerman
tewas dalam tragedi ini.
"Gua Jepang" - salah satu dari beberapa bunker di Toyolawa, Nias Utara.
Awalnya, sebagian orang-orang Nias menyambut Jepang sebagai pembebas dari penguasa
penjajah Belanda mereka. Perasaan ini berubah ketika orang-orang di Nias dipaksa bertahan
banyak kesulitan untuk mendukung upaya perang Jepang. Dalam persiapan untuk invasi sekutu,
Bunker dan benteng dibangun di sekitar pulau. Hari ini beberapa bunker ini masih dapat dilihat;
di sekitar Gunungsitoli dan juga di Nias Utara dan Selatan. Pada bulan Agustus 1945 Jepang
menyerah, tetapi butuh beberapa minggu sebelum berita, bahwa perang telah berakhir, mencapai
pulau..

1975: Kepariwisataan

Sejak tahun 1930-an kapal-kapal pesiar kecil telah secara teratur mengunjungi Nias. Mereka
biasanya berhenti di selatan dan mengunjungi desa-desa tradisional. Desa-desa setempat kadang-
kadang juga melakukan pertunjukan untuk pengunjung yang datang. Ini adalah pariwisata
pertama di Nias, tetapi itu terbatas pada beberapa kunjungan per tahun. Di tahun 1970-an, Kapal
Prinsendam dari "Holland America Line" dari bulan Oktober sampai bulan Maret setiap tahun
datang ke Telukdalam, setiap sabtu kedua, membawa banyak wisatawan. Tetapi kunjungan
datang hanya beberapa jam saja.

Peselancar pertama tinggal di pondok ini.


Pariwisata nyata dimulai pada tahun 1975 ketika tiga peselancar Australia datang ke Pantai
Lagundri di Nias selatan mencari gelombang. Di Sorake mereka menemukan salah satu
gelombang selancar yang terbaik, dan paling konsisten di dunia. Sejak tahun 1980-an Pantai
Sorake telah menjadi tujuan selancar terkenal. Namun karena keterpencilan pulau dan kurangnya
infrastruktur, pariwisata tidak pernah benar-benar dikembangkan selain dari menjadi tujuan bagi
peselancar yang paling ekstrim.

10 November 1995
Diletakkan Batu Pertama Pembangunan Museum Pusaka Nias di Gunungsitoli.
Peletakan batu pertama oleh Pastor Johannes.
2004: Tsunami di Aceh dan Nias

Tsunami melanda Pulau Nias pada 26 Desember 2004. Pantai barat menanggung beban
kehancuran dengan 118 korban jiwa, dan semua masyarakat pesisir terkena dampak. Banyak
perahu di sepanjang pantai dihanyutkan ke laut dan rumah dibanjiri oleh air laut.

2005: 2005: Gempa Bumi di Nias

Pada tanggal 28 Maret 2005, sebuah gempa bumi dengan kekuatan 8,5 melanda di Pulau Nias.
Banyak bangunan runtuh yang mengakibatkan lebih dari 900 orang tewas dan ribuan terluka.
Infrastruktur di pulau rusak parah dan banyak masyarakat menghadapi keterpencilan.

Rumah-rumah hancur di pusat kota Gunungsitoli setalah gempa 28 Maret 2005.

Terlepas dari hilangnya nyawa dan kehancuran, gempa juga mengubah lanskap pulau. Karena
tanahnya terangkat akibat gempa, seluruh pulau miring pada sisinya. Ada catatan bahwa tanah
terangkat hingga 2,9 meter di sudut barat laut pulau. Hal ini menyebabkan perubahan dramatis
ke garis pantai; pulau-pulau meningkat hingga sepuluh kali dalam ukuran dan pulau-pulau baru
muncul di mana sebelumnya tidak ada.

2005 – 2010: Membangun kembali Nias


Anak-anak di tenda sekolah sementara setelah gempa.
Pada akhir tahun 2005 setelah selesai operasi penyelamatan, tahap rekonstruksi mulai. Diantara
tahun 2005 dan tahun 2010 banyak organisasi internasional dan organisasi Indonesia masuk ke
dalam upaya besar untuk membangun kembali Nias. Periode ini kadang-kadang disebut 'era
LSM' di Nias. Organisasi seperti Palang Merah, UNICEF, OXFAM, ILO, AUSAID dan Caritas
(dan banyak lagi) mengirim staf untuk membantu membangun kembali Nias. Selain dari
beberapa misionaris, ini adalah pertama kalinya orang asing telah bekerja di Pulau Nias sejak
kepergian orang Belanda. Dana dan bantuan teknis mengalir ke Nias dengan cara yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Museum bekerja sama dengan komunitas pembangunan selama
waktu ini, terutama dalam rehabilitasi ratusan rumah tradisional dan situs budaya.

2008 – 2009: Desentralisasi

During a natSelama gerakkan nasional otonomi daerah yang lebih besar di Indonesia, diputuskan
untuk membagi administrasi Pulau Nias menjadi empat kabupaten dan satu kota. Kabupaten-
kabupaten baru diresmikan antara tahun 2008 dan 2009. Ini berarti bahwa banyak keputusan
akan dibuat oleh pemerintah daerah dan tidak lagi dari pemerintah pusat di Jakarta.
Nias

Sebagai hasil dari upaya besar untuk membangun kembali Nias, infrastruktur pada hari ini lebih
baik daripada yang pernah ada sebelum gempa. Salah satu sudut yang paling terpencil di
Indonesia sekarang sudah terhubung dengan seluruh negara. Sementara masih dianggap terpencil,
sekarang mudah untuk melakukan perjalanan ke Nias. Dan sebagian besar pulau dapat ditempuh
secara relatif mudah. Banyak aspek kehidupan seperti kesehatan dan pendidikan secara perlahan
bertambah baik. Kegiatan ekonomi seperti pariwisata sedang mengalami peningkatan.

Kelompok tari budaya di Museum Pusaka Nias di Gunungsitoli.

Di antara masyarakat ada peningkatan minat dalam warisan budaya Pulau Nias dan pentingnya
melindungi itu untuk generasi ke masa depan.
Istiadat Nias
Dibandingkan dengan pulau-pulau tetangga lain di Sumatera, budaya Pulau Nias telah
mengembangkan dengan jelas tradisi dan adat istiadat unik. Beberapa tradisi ini berhubungan
dengan pemujaan leluhur sebelum kekristenan dan sebagian besar ini telah lenyap. Adat-adat
lainnya seperti perbudakan dan pengayauan juga telah dihapuskan ketika Pulau Nias bergabung
dengan dunia modern. Tetapi banyak adat istiadat Nias masih dipraktekkan, seperti lompat batu,
upacara pernikahan dan terutama sekali, tarian tradisional dan musik.

Lompat batu
museum_pusaka_nias_istiadat_lompat_batu
Lompat batu (Hombo Batu) adalah praktek budaya Nias yang unik. Ini juga terkenal oleh orang
Indonesia karena, upacara lompat batu Nias digambarkan pada uang lama seribu rupiah.
Awalnya upacara lompat batu adalah sebagian dari ritual inisiasi pria muda untuk diterima
sebagai orang dewasa dan prajurit. Ketinggian piramida batu lompat itu adalah di antara 1,8
meter sampai 2,2 meter. Lompat ini dilakukan tanpa alas kaki dan latihan berulang-ulang
diperlukan sebelum mencoba lompat ini. Keterampilan untuk melompat benda yang tinggi
dikembangkan sebagai teknik pertempuran. Dalam serangan mendadak, prajurit bisa melompati
tembok pertahanan di desa musuh. Banyak desa di selatan masih memiliki susunan batu untuk
upacara ini.

Penghormatan para leluhur


Dibuat patung dari kayu untuk orangtua yang baru meninggal. Patung itu diresmikan pada hari
keempat sesudah kematian. Kemudian roh orang tua hadir dalam patung itu (pemujaan leluhur).
Segala peristiwa yang terjadi di dalam satu keluarga disampaikan dengan doa kepada mereka.

museum_pusaka_nias_istiadat_adu_zatua
Kiri: foto sejarah dari 1917 patung leluhur di rumah Nias. Kanan: patung Adu Zatua di Museum
Pusaka Nias di Gunungsitoli.

Mengayau

Seorang laki-laki baru boleh nikah, kalau sudah memenggal kepala orang. Pada tahun 851
Sulayman sudah mencatat tradisi ini. Kebutuhan Binu (kepala manusia), menurut kepercayaan
orang Nias dibutuhkan Binu pada berbagai kesempatan:

Kalau ayah sudah meninggal harus ada beberapa Binu sebagai pelayan baginya.
Kalau mendirikan rumah adat besar tengkorak seorang laki-laki ditanam di sebelah bawah tiang
rumah di ujung kanan, dan tengkorak seorang perempuan ditanam di sebelah bawah tiang rumah
di ujung kiri.
Kalau hendak mendirikan satu megalit di depan rumah, harus ditanam satu Binu di sebelah
bawah.
Untuk mengesahkan hukum adat (fondrakö) harus ada Binu, seorang budak dibunuh.
museum_pusaka_nias_istiadat_mengayau
Ruang pertemuan desa di Nias Selatan dihiasi dengan kepala manusia

Museum_pusaka_nias_istiadat_makam
Kursi bambu untuk mayat.

Pemakaman
Pada tahun 1908 pemerintah Belanda perintahkan, bahwa mayat-mayat harus dikubur.
Sebelumnya diletakkan di atas satu bagan atau para-para yang tinggi. Sesudah dua atau tiga
minggu kepala dari mayat itu diambil, dibersihkan dan diletakkan di dalam satu peti tengkorak
dekat rumah. Mayat-mayat orang biasa kadang juga digantung pada pohon dengan memakai
kursi bambu sederhana.

Pesta dan upacara


Di masa lalu ada banyak pesta dan upacara untuk merayakan berbagai aspek keluarga dan
kehidupan beragama. Beberapa perayaan-perayaan ini lenyap ketika mayoritas orang Nias
menjadi Kristen. Tetapi masih ada lain yang dirayakan dalam berbagai bentuk:

Pesta hukum adat (Fondrakö)

museum_pusaka_nias_istiadat_fondrako
Batu ini digunakan untuk dipancung orang-orang yang telah melanggar hukum adat. Kec. Ma'u,
Kab. Nias.

Hukum adat dirumuskan dan disyahkan dalam upacara yang disebut Fondrakö. Pesta hukum itu
secara periodis dibaharui. Hukum adat (fondrakö) tersebut disahkan dan ditetapkan dengan
sumpah kutuk. Orang yang melanggar hukum itu dikutuki (larakö). Kerasnya hukuman
tergantung dari apa pelanggaran yang dilakukan. Untuk setiap pelanggaran ada hukuman khusus.
Hukuman bisa berkisar dari membayar denda ke penghukuman mati. Denda bisa dibayar dengan
beras, daging babi atau emas. Hukuman mati bisa dilakukan oleh penembakan, tenggelam atau
dengan pedang. Hukuman mati bisa diubah untuk kehidupan dalam perbudakan jika denda yang
besar dibayar, atau jika terpidana diampuni oleh bangsawan.

Pesta-pesta Adat

Adat dalam bahasa Nias disebut Hada atau Böwö, yaitu adat istiadat. Hidup manusia seluruhnya
diatur menurut böwö orang Nias. Dan salah satu böwö yang sudah diatur yaitu Böwö
Wangowalu (adat perkawinan).

Pesta Perkawinan

Perkawinan di Nias adalah eksogami. Mempelai pria harus melunasi emas kawin kepada semua
pihak yang punya hubungan famili dengan mempelai wanita itu, terutama kepada pihak ibunya
(uwu). Kemudian di dalam desa sendiri masih diharapkan supaya mempelai pria mengadakan
satu pesta untuk seluruh warga. Pesta itu merupakan syarat kalau di kemudian hari hendak
diadakan pesta jasa (owasa). Kalau mempelai pria tidak memberi pesta dalam desanya, dia tetap
dianggap sebagai anak-anak [iraono], sekalipun ia sudah tua secara umur, dan tidak punya hak
suara dalam desa. Biaya utama dari pesta pernikahan waktu itu dan masih sampai hari ini adalah
pembayaran sebanyak babi yang dibutuhkan untuk pesta. Sampai hari ini, biaya pesta pernikahan
merupakan beban besar pada pasangan muda yang berencana untuk menikah.

museum_pusaka_nias_istiadat_pernikaan
Kiri: prosesi pernikahan di desa Hiliwöria. Kanan: pasangan muda menikah di desa Onowaembo
Idanoi. Foto oleh Alain Viaro, tahun 1982.

Pesta Jasa (Owasa & Fa’ulu)

Alasan-alasan untuk mengadakan pesta adat atau pesta jasa (owasa) adalah: perkawinan,
mendirikan rumah baru, mendirikan salah satu megalit, mengadakan perhiasan emas, sudah
berumur atau sebelum menghadap ajal. Seluruh warga desa dijamu pada pesta owasa. Siapa pun
di desa yang mampu biayai untuk membeli babi yang diperlukan untuk upacara itu, bisa
menyelenggarakan owasa. Orang yang menyelenggarakan owasa diusung dalam desa dan
kepadanya diberi nama yang mulia. Kemudian osa-osa batu atau tugu batu lainnya didirikan di
depan rumahnya.

Upacara Harimau (Famatö Harimao)

Museum_pusaka_nias_istiadat_harimao
Perarakan Harimau.

Pada zaman dulu di wilayah Maenamölö, Nias Selatan ada sebuah upacara di mana patung
harimau diusung dan diarak keliling. Karena tidak ada harimau di Nias, patung itu (Adu Harimao)
tampak lebih seperti anjing berkepala kucing. Upacara sakral ini digelar sekali setiap tujuh atau
empat belas tahun. Usungan patung harimau itu kemudian dipatahkan dan patung harimau
dibuang di sungai. Upacara tersebut dinamakan ‘Famatö Harimao’. Masyarakat lokal percaya
bahwa semua dosa yang mereka lakukan selama tahun-tahun sebelumnya akan hanyut bersama
dengan patung. Karena sebagian besar dari Orang Nias menjadi Kristen, upacara Famatö
Harimao tidak lagi dirayakan. Dalam upaya untuk melestarikan dan merevitalisasi budaya lokal,
upacara perarakan ini kadang-kadang dilakukan di Nias Selatan di acara-acara tertentu. Hari ini,
upacara telah berubah nama menjadi 'Famadaya Harimao' (perarakan patung harimau).

Babi
Orang Nias tidak punya kerbau atau lembu. Mereka juga tak punya sapi. Binatang peliharaan
yang paling penting ialah babi. Pada segala peristiwa dibutuhkan babi, segala pesta adat, setiap
perkara dan perdamaian, pesta hukum [fondrakö], setiap tahap dalam pembangunan satu rumah
adat, setiap peristiwa pribadi dalam suatu keluarga, kelahiran anak dan pemberian nama,
berbagai jenis persembahan, u.p. sebelum pergi memburu, pada penyakit dan kalau imam berdoa,
lagi pada kematian seseorang, juga dalam peristiwa mengayau. Tak ada sesuatu pun yang dapat
diselesaikan dan disyahkan tanpa menyembelih babi. Tiada peristiwa dan pesta tanpa babi.

museum_pusaka_nias_istiadat_babi
Kiri: Babi yang diperlukan untuk pesta owasa diletakkan di desa Bawömataluo, tahun 1917.
Kanan: Hari ini saat makan dan berbagi daging babi berikut protokol tradisional. Bawah: rahang
babi dari pesta tradisional menghiasi dinding di sebuah rumah bangsawan.

Warna, lambang dan pola Nias


Warna Nias adalah merah, kuning dan hitam. Arti dari warna adalah:

Kuning (emas): mewakili kekayaan, kemuliaan dan kesuksesan.


Merah (darah): mewakili keberanian dan keganasan pendekar Nias, serta marga mereka dan
keluarga.
Hitam (tanah): mewakili tanah air mereka dan tanah yang subur di Nias, serta ketabahan dari
orang-orang biasa.
Pakaian tradisional selalu menggunakan kombinasi dari tiga warna tersebut. Perempuan dari
selatan memakai pakaian yang didominasi warna kuning, sementara perempuan di utara
memakai pakaian yang didominasi warna merah. Pakaian tradisional juga menggabungkan pola
dan lambang desain tertentu. Yang paling biasa digunakan adalah deretan corak segitiga, yang
disebut 'Ni'ohulayo'. Bentuk segitiga menyerupai kiat tombak dan pola ini melambangkan
semangat kepahlawanan dari Orang Nias. Pola ini tidak hanya digunakan dalam pakaian
tradisional, namun saat ini sering dikaitkan dengan budaya atau apapun yang mewakili Nias.
Ada sejumlah lambang dan pola ikonik dalam budaya Nias yang dapat dilihat pada pakaian
tradisional, karya batu dan ukiran kayu di rumah-rumah tradisional.

Museum_pusaka_nias_istiadat_warna
Kiri: warna dan pola dari Nias Selatan. Tengah: warna dan pola dari Nias Utara. Kanan: pola-
pola yang menunjukan budaya Nias.

Pakaian
museum_pusaka_nias_istiadat_pakaian_3
Sanggar Museum memakai pakaian kulit kayo.

Pakaian tradisional Nias dinamakan "Baru Oholu" untuk pakaian pria dan "Baru Ladari" atau
"Baru Isitö" untuk pakaian wanita. Pakaian tradisional biasanya merah atau kuning dan
dikombinasikan dengan warna hitam dan emas. Pada zaman dulu orang-orang di Nias tidak
memiliki akses ke tekstil seperti kapas. Mereka membuat pakaian dari kulit pohon atau dengan
menenun serat-serat dari kulit pohon atau rumput. Pakaian laki-laki terdiri dari rompi yang pada
dasarnya cokelat atau hitam dan dihiasi ornamen kuning, merah dan hitam. Pakaian wanita
hanya terdiri dari selembar kain yang melilit pinggang dan tanpa baju atas, tapi dihiasi dengan
gulungan gelang kuningan dan anting besar.

Kulit kayu dari pohon oholu untuk membuat cawat (saombö) dan rompi (baru oholu) untuk laki-
laki. Rompi juga bisa dibuat dari serat kulit pohon disebut isitö. Itu dipercaya bahwa siapa pun
mengenakan pakaian tenun dengan serat isitö menjadi sangat kuasa. Jaket dan rompi yang
berkualitas lebih rendah terbuat dari serat rumput disebut ladari. Serat isitö juga digunakan untuk
menenun rok (U'i) dan kain untuk wanita. Katun lembut (afasi niha) yang jarang digunakan bisa
dipintal dan ditenun untuk menutupi bagian-bagian tertentu.

Museum_pusaka_nias_istiadat_pakaian2
Ibu dari Nias Selatan; pakaiannya dihiasi dengan lambang Nias.

Pakaian kain kapas yang dibuat di Nias (afasi niha) sangat langka dan hanya bisa diperoleh oleh
bangsawan. Akhirnya tekstil dari dunia luar sampai di Nias dan banyak orang mulai
menggunakan bahan-bahan baru. Para wanita tidak lagi tanpa baju atas dan memiliki pakaian
yang terbuat dari katun dan kain belacu atau bahkan sutra untuk wanita bangsawan. Lebih
warna-warni mulai digunakan; terutama merah dan kuning dengan warna hitam dan emas
sebagai rincian desain overlay.

Museum_pusaka_nias_istiadat_pehiasan_2
Kiri: Perhiasan tradisional dari dulu. Tengah: Perhiasan Nias modern. Kanan: Perhiasan dari
Kepulauan Batu (Tello)

Mengunyah sirih pinang: Manafo dan Bola nafo


Museum_pusaka_nias_istiadat_siriSeperti di banyak tempat di Asia, mengunyah sirih adalah
sesuatu yang biasa di Nias. Tradisi ini disebut sebagai "manafo". Lima bahan yang digunakan;
daun sirih (tawuo), kapur (betua), gambir (gambe), tembakau (bago), dan pinang (fino). Ramuan
dari lima bahan ini disebut "Afo". Karena tradisi ini sangat hidup, "manafo" dianggap sebagai
satu simbol budaya Nias dan sering menjadi bagian di acara tradisional di Nias, seperti upacara
menyambut pengunjung penting.

Museum_pusaka_nias_istiadat_bolanafoDi upacara penyambutan ini tamu akan ditawarkan sirih,


dari tas anyaman indah yang dikenal sebagai Bola nafo. Bola berarti tempat atau kantong, dan
afo adalah ramuan dari lima bahan. Tas Bola nafo dibuat dengan menganyam rumput yang telah
dikeringkan dan diwarnakan. Biasanya dihiasi dengan simbol dan motif dari Nias, masing-
masing dengan makna tersendiri. Motif Ni'otarawa digunakan oleh bangsawan sementara motif
Ni'ohulayo digunakan oleh masyarakat umum. Teknik yang digunakan untuk menganyam tas
Bola nafo dan menenun pakaian tradisional juga digunakan untuk membuat barang-barang lain
seperti tikar dan selimut.

Ni'okindrö (anyaman daun janur)


Pada pesta-pesta dan upacara, tempat untuk acara ini sering dihiasi dengan anyaman daun-daun
janur. Dengan menyambungkan anyaman daun janur ini, Orang Nias membuat bentuk dan pola
yang indah . Ini disebut Ni'okindrö (anyaman daun janur). Gaya Ni'okindrö bervariasi antara
daerah ke daerah. Bentuk yang dibuat oleh daun janur memiliki banyak arti yang berbeda. Hari
ini ketika kunjungan tamu penting ke Nias, mereka sering disajikan dengan kalung yang dibuat
menggunakan teknik ini. Kalung ini dikenal sebagai Nifatali Bulumio. Hanya beberapa orang
yang mampu membuat kalung seperti ini. Di tahun 2016 pada waktu kunjungan Presiden Jokowi
ke Nias, beliau dipersembahkan dengan Nifatali Bulumio yang dibuat oleh karyawan museum.

BUSANA
Baju Adat Pernikahan Nias. Baju bodo yang berbentuk segi empat dan berlengan pendek ini
merupakan salah satu busana tertua di dunia, tentu kita wajib melestarikannya. Adat
niaspengantin nias ditandu saat nikah tanda bermartabat tinggi dan istimewa.
Kain oles bisa digunakan oleh kaum pria maupun wanita. Tari moyo juga sering disebut dengan
tari. Setiap pengantin tentu menginginkan baju pernikahan yang indah dan megah. Hukum adat
nias secara umum disebutfondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran
sampai kematian.

Sebelum menjalani kehidupan berumah tangga.

Sedangkan untuk perempuan disebut tebe'e nihalö.

Mahar pernikahan bagi pengantin perempuan konon ditentukan sama jarak kediaman mereka loh.

Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi pernikahan adalah fitrah manusia, maka
jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan 'aqad nikah (melalui jenjang
pernikahan), bukan.

Tari moyo juga sering disebut dengan tari.


Setiap pengantin tentu menginginkan baju pernikahan yang indah dan megah.
Sebelum menjalani kehidupan berumah tangga.

Mahar pernikahan bagi pengantin perempuan konon ditentukan sama jarak kediaman mereka loh.
Ketika seseorang, baik saudara, sahabat, ataupun rekan kerja anda melangsungkan pernikahan,
tentunya anda juga turut merasakan kebahagiaan tersebut.
PERHIASAN/AKSESORIS
Perhiasan dari Nias
Secara tradisional laki-laki dan perempuan memakai banyak perhiasan terutamanya bangsawan.
Akun sejarah tertulis pertama dari Nias menyebutkan bahwa masyarakat setempat memakai
banyak perhiasan emas.
Hiasan yang paling penting bagi pria adalah kalung yang terbuat dari tempurung kelapa atau
tempurung kura-kura, yang disebut 'Kalabubu'. Ini hanya bisa dipakai oleh pendekar yang telah
membuktikan diri dalam pertempuran. Bangsawan dan kepala suku memakai hiasan kepala
yang besar. Pria memakai anting-anting hanya di telinga kanan. Di bagian utara, anting-anting
ini besar sekali dan hampir sebesar kepala pria. Sebuah penghiasan yang sangat unik di Nias
adalah kumis logam yang dipakai oleh pendekar.
Kiri: Kalung 'Kalabubu'. Tengah: Anting-anting besar: Kiri: Kumis logam.

Wanita memakai perhiasan emas, kuningan, tembaga, kerang dan manik-manik. Seringkali
anting-anting dan gelang berukuran besar sekali. Terutama kalau dibandingkan dengan yang
dipakai saat ini, seperti anting Saru Dalinga. Versi yang lebih kecil dari desain yang sama adalah
yang dipakai hari ini, terutama di pesta pernikahan. Penghiasan wanita memiliki perbedaan dari
daerah ke daerah. Karena itu, dari melihat foto-foto sejarah bisa dikatakan di mana foto tersebut
diambil dari melihat perhiasan perempuan.
Untuk aksesoris yang modif di terlihat lebih mewah dan sangat elegan dengan warna yang khas
keemasan dan motif yang sudah di modfi dengan penambahan mutiara dibagian tengahnya dan
bentuk kalung yang di ubah di ukir lebih menarik lagi
Langkah-langkah

No. Nama Alat Jumlah Gambar

1. Spons Foundation 1

2. Powder puff 1

3. Sponge puff 1
4. Kuas Makeup 1 set

5. Penjepit bulu 1
mata
A. LENAN YANG DIGUNAKAN

No. Nama Bahan Jumlah Gambar

Tissue

1. 1

2. Kapas 1

3. Hair Bando 1

4. Baju Kerja 1
B. KOSMETIK

No. Nama Jumlah Gambar


Kosmetik

1. Eye Lip Make – Secukupnya


upRemover

2.

Cleansing Milk Secukupnya

3. Primer Secukupnya

4. Foundation Secukupnya

5. Bedak Tabur Secukupnya


6. Bedak Padat Secukupnya

7. Pensil alis Secukupnya

8. Eyeshadow Secukupnya

9. Eyeliner

10. Mascara
11. Concealer

12. Counter

13. Lipstick

14. Blush on

15. Highlighter
16. Bulu mata

17. Setting spray

C. Langkah kerja

No. Proses Waktu


kerja
1. Melakukan persiapan area kerja 15 menit
a. Ruangan dalam keadaan bersih dan steril
b. Menempatkan alat sesuai dengan ungsi
dankegunaannya.
c. Menyusun alat, bahan dan lenan serta
kosmetikdengan rapi

2. Persiapan pribadi 10 menit


a. Melepaskan perhiasan
b. Memakai pakaian kerja yang bersih dan rapi
c. Mengikat rambut
d. Menggunakan sepatu tumit rendah
e. Lakukan sanitasi tangan

3. Persiapan model 10 menit


a. Melepaskan perhiasan
b. Mempersiapkan klien mengganti busana dengan
kamisol

4. Aplikasi proses kerja make up antara lain :


±50 menit
a. Bersihkan wajah terlebih dahulu menggunakan
milkcleanser

b. Aplikasikan primer pada wajah klien

c. Aplikasikan foundation yang sudah di mix pada


wajahklien, dan foundationnya satu tingkat lebih
cerah dari atau lebih gelap dari warna kulit klien

d. Aplikasikan concelear pada wajah

e. Aplikasikan counter pada wajah klien yang ingin


dishading

f. Aplikasikan bedak tabur pada wajah klien

g. Gambar alis klien menggunakan pensil alis lalu


isialis, untuk membuat bentuk alis lebih tegas
dapat membuat nya menggunakan concealer

h. Aplikasikan eye shadow sesuai dengan warna


yangakan digunakan (adat karo warna merah,
kuning keemasan, dan coklat atau biru
kegelapan)

i. Bingkai mata menggunkan eyeliner

j. Untuk membuat bulumata lentik, jepit bulu mata


dan gunakan mascara. Lalu tambahkan
menggunakan bulumata palsu.

k. Aplikasikan blush on pada pipi klien dan


juga highlihther pada bagian yang ingin di
tonjolkan

l. Aplikasikan pensil bibir untuk mempertegas


bentukbibir, lalu isi menggunakan lipstick
dengan warna yang sesuai.

m. Lalu aplikasikan setting spray untuk mengset makeup


yang digunakan.
HASIL
DAFTAR PUSTAKA

https://medanbisnisdaily.com/news/read/?id=46838
https://bp-guide.id/AXysC6jW
https://museum-nias.org/istiadat-nias/
https://greatnesia.id/baju-adat-pengantin-nias/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian_adat_suku_Nias
https://greatnesia.id/baju-adat-pengantin-nias/
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
1.2.RUMUSAN MASALAH
1.3.TUJUAN
BAB II ISI

2.1 SEJARAH SUKU KARO

A. BUSANA,RIAS,AKSESORIS

B. MAKNA PEMAKAIAN BUSANA DAN AKSESORIS

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dilakukanobservasiiniuntukmenggali dan melestarikanmaknasimbolis
yang terdapat pada pemakaian Busana dan Aksesori yang dikenakan oleh
masyarakat Karo baik pada pesta yang disebut Rose Ertanda-tanda,RoseLengkap
dan Rose LengkapEremasemas. Populasi yang
diambildalampeneliianiniadalahseluruh Busana dan Perhiasan yang dikenakan
oleh masyarakat Karo dalamsetiap Pesta adat Karo. Adapun sampeldalam
Penelitian iniadalahsebanyak 3 jenispemakaian Busana dan 14
jenisAksesori/perhiasan yang dikenakan oleh Masyarakat Karo di
sekitarKabanjahe,Berastagi,SimpangEmpat dan Tigapanah. Sampel yang
diambildengantehnik “Purposive sample” yaitu sample yang
disesuaikandengankriteriaperlengkapanbusana dan Aksesori yang
dipakaidalamupacaraadatPerkawinanKerjasintua dan KematianCawirmetua Rose.
Maknasimbol yang terdapat pada setiapbagian Busana dan Perhiasan dan
pada setiapkain yang digunakan oleh Sukut pemilikpestabaikPengantin dan
Orangtuamempelaiataupun yang menjadi Sukut langsung pada
upacaraadatKematian yang pada intinyamenjunjungnilai-nilaibudaya pada
Masyarakat Karo sepertinilainilaikekerabatan,nilaisistemsosial,nilaikesopanan,
nilaiberwibawa,nilaietikadalambertatakramakepadasemuakeluarga,nilaitanggung
jawab,nilaikerjakeras,nilaigotongroyong dan nilai-nilai yang
saratdengankebenaran dan nilaikejujuran yang harusdijalankan oleh setiap
Masyarakat.
Hasil Penelitian menunjukkan Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh
Sukut terutamaPengantin dan
keduabelahpihakorangtuamempelaidalampestaperkawinan dan juga Sukut
langsungdalam acara kematianterdapatbeberapamacamtehnikpemakaian dan
bentuk juga bahannya yang juga berbeda. Pengantin,orangtuamempelaimaupun”
Sukut sierkemalangen “ tidakmengertiakanmaknasimbolis yang terdapat pada
Busana dan Aksesoritersebut dan hanyaberpikirjika Busana dan perhiasan yang
merekakenakanhanyasebagaihiasanuntukmempercantikpenampilanmereka.
Kata Kunci:Busana,Aksesori dan Simbol,Sukutdalamadat Karo.

A.Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentangdariSabangsampai
Merauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu Pulau
Sumatera,Jawa,Kalimantan dan Papua.Memilikiiklimtropiskarenaterletak di
daerahKhatulistiwadengankeanekaragamanbudaya,sepertidalamhaladatistiadat,B
ahasamaupunsistemkekeluargaan.

Pulau Sumatera merupakan salah satudari lima pulauterbesar yang terdiri


dari10 Propinsi.SalahsatuPropinsi yang ada di pulau Sumatera denganibukota
MEDAN. Sumatera Utara terdiridari 33 Kabupaten dan Kota yang
berbatasandenganPropinsiNangroe Aceh Darussalam (NAD ) dan Sumatera
Barat dan dihuni 7 etnisasliditambahdenganetnispendatang.

Masyarakat Karo
secaraumummendiamidaerahdatarantinggipegunungandiantarahamparan Bukit
Barisan, yang memilikibentukstruktursosial,budaya dan kesenian yang
beranekaragam yang menjaditandapengenal(Icon) daerahtersebut agar
bisadikenal oleh masyarakatluas. Terdapatbeberapapeninggalan“ Artefak”
sepertiArtefaksepertipeninggalanrumahadat,bendabendapakai,Busanaadat/KAIN
(UIS)sertaAksesoriesEMAS SERTALI . Salah satuhasilkebudayaan Karo
terusdilakukandalamkehidupanmasyarakatsaatmelangsungkanUpacaraadatbaikb
ersifatSukacitamaupunDukacitaseperti pada upacara Pesta
Perkawinan,Anaklahir,UpacaraPenguburanbaikdalambentukKategoriKerjasingu
da,sintengahmaupunsintua,Cawirmetua dan lain lainnya. Tata busana (ROSE
ADAT )tidakpernahketinggalan .

BiasanyaRose Ertanda-tanda,RoseLengkap dan Rose Lengkap er emas-emas


pada masyarakat Karo baik Busana dan Aksesorinyamemilikinilaisimbolis yang
dipakai pada setiap acara adatseperti Tudung Teger
Limpek,Ergonje,eremasemassertali; PadungRajaMehuli,Sertalilayang –
layangGalang,sertalilayanglaangkitik,Bura,Gelangsarung (AG
SITEPU,1998:78-93 ) tidaklahselaludapatdipakaisetiapharinya dan
bahkansecaraumum pada masa
sekaranginimayoritastidakmengertiakanmaknasimbolispemakaian Busana adat
dan Aksesoris yang adadipergunakanmasyarakat.
Dari hasilobservasidenganmendatangiharpi yangtelahdilakukan Busana dan
perhiasan yang dikenakan pada tiaptiap acara
adathanyaberupapelengkapseremonialsaja. Dari latarbelakangdiataskami
inginmenelitiapamakna yang tersembunyi pada
berbagaijenisbusanaadatsertaaksesorinya yang dikenakan pada
upacaraadatKaro,sehinggapenulismembuatjudulpenelitianAnalisisMaknaSimbo
lis Busana Adat dan AksesoriEmasSertali yang dikenakan pada
upacaraadat Karo.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakangmasalah yang


telahdiuraikan,makadapatdibuatidentifikasimasalahsebagaiberikut:

1. Setiap acara adat, masyarakatselalumengenakan Busana Adat dan


disertaiAksesoritertentu
2. Busana adat dan aksesorimerupakansuatusyaratkelengkapanpakaianadat
Karo.
3. Jenis jenisbusanaadat dan aksesori yang dikenakan pada
setiapbagiantubuhmemilikimakna yang berbeda.
4. Maknadarisetiapbusana dan perhiasan yang
dikenakanmasyarakatsepertipengantin dan
orangtuamempelaimemilikihubungandenganharapandalammembentukkel
uargabaru.
5. Maknatatabusana dan perhiasan yang dikenakanSukut(pemilikpesta)
tidaksajasebagaihiasantetapi juga dipercayasebagaisimbol status dan
penolakbala.

PembatasanMasalah
Dari
beberapaidentifikasimasalahdiataspenulismembuatbatasanataufokusmasalahhany
a pada masalahmakna yang terdapat di setiapbagian Busana dan
perhiasanPengantin dan Orangtuamempelai di daerahKabanjahe dan Berastagi.
Batasan masalahiniuntukmenghindari agar penelitianjangansampaimelebar.

PerumusanMsalah
Untuklebihmemfokuskan dan
memusatkanmasalahdalampenelitianmakapenulismerumuskanmasalahsebagaiber
ikut:

1. Bentukbentuk /jenisjenis Busana yang dikenakanmasyarakat Karo


sepertiPengantin dan orangtuamempelai padaupacaraadat.
2. Apakahadamaknadaribentukbentuksimbol Busana dan perhiasan yang
dikenakanPengantin dan orangtuamempelaitersebut?
3. Apakah Jenis jenis Busana dan perhiasan yang dikenakanPengantin dan
orangtuamempelaidapatmenjadisimbol status
Pengantin/Orangtuamempelai?
4. Apakahadahubunganpemakaianbusana dan perhiasanpenganti Karo dan
orangtuamempelaidenganharapanharapanmerekasebagaikeluargabaru.

1.3 Rumusan Masalah

BerkaitandenganhalhalPenciptaan dan Penggalian Seni (PPSn)


FakultasIlmuBudaya Universitas Sumatera Utara dalamhalmensukseskan
Seminar BudayaPopulertahun 2017
inipenulismenetapkanbatasanbatasanmasalah yang akansayatuangkan pada
kesempataninihanyamembahasmasalahmasalahberikutini:

a. Nama nama Kain adat( UIS ) Karo


b. Jenis jenisPemakaian Busana Adat Karo
c. TehnikPembuatanTudung (TutupKepala Wanita) dan Bulang(Tutup
Kepala Laki-laki)
d. MaknaPemakaian Busana Adat Karo
BAB II
ISI

2.1 Sejarah Suku Karo


Karo adalah salah asatunamasuku yang mendiami salah satupropinsi
Sumatera Utara.Menurut Brahma Putra dalamDarwanPrinst(2004:1) pada abad 1
M mulaiberdirisuatukerajaan di pantaitimur Sumatera yaitukerajaaan
Karo(Haru).Raja darikerajaaniniberasaldarisuku karo karenanamanya yang
khasdalambahasa Karo. Kerajaan Haru/mulaimenjadikerajaanbesar di Sumatera
dengannama Rajanya “Pa Lagan”.Menilikdarinamaituberasaldarisuku Karo.
Paartinyasebutanuntukseorangayah,sedangkanLagan
berartitempatmenggilingcabai. Kerajaan Haru-Karo diketahuitumbuh dan
berkembangbersamaandengan Kerajaan Majapahit,Sriwijaya,Malaka dan Aceh.

Kerajaan Haru identikdenganKaro,yakni salah satusuku di Indonesia.Pada


masa keemasannyakekuasaankerajaan Haru-Karo mulaidari Aceh
besarsampaikesungai Siak Riau.Eksistensi Haru/Karo di Aceh
dipastikandenganbeberapanamadesa di sana yang berasaldaribahasa Karo seperti
kuta Raja dan Kuta Karang. Suku Karo adalahsukuasli yang mendiami Dataran
Tinggi Karo,SumateraUtara,Indonesia. Nama sukuinidijadikan salah
satunamakabupaten di salah satu wilayah yang merekadiami (datarantinggi Karo)
yaituKabupaten Karo. Suku iinimemilikibahasasendiri yang disebut Bahasa Karo.
Suku Karo tidakterlepas juga darisejarahsukuBatak,sebabjikadilihat salah”
satudaribangsa Proto Melayuadalahsukubangsa Batak yang
terdiridariToba,Simalungun,Mandailing,Angkola,Dairi,Karo.
Sebelumkedatanganbangsa Proto Melayuternyatasudahdidiami oleh bangsa
Negrito yang bertempattinggal di guagua batu. Orang orang Karo
sekarangmenamakanmerekasebagaibangsa Umang merekatinggal di guagua
batu yang disebutbangsa Umang. Lubang Umang inibanyakterdapat di
daerahdataran Tinggi Karo,Langkat dan Deli Serdang. Bangsa Negrito
inikemudianterdesakdengankedatanganbangsa Proto Melayudenganbercampur-
baurdengannya”.( Darwan,Prinst,1894:11).
Letak dan Geografis Kabupaten Karo
Secarageografisdaerahtingkat II Kabupaten Karo terletakdiantara 2
derajat50’ Lintang Utara sampai 3 derajat 19’ Lintang Utara dan 97 derajat 55’
Bujur Timur. SebelahutaraberbatasandenganKabupatenLangkat dan Deli
Serdang,sebelah Selatan berbatasandenganujungutara Danau Toba dan
Kabupaten Dairi, sebelah Timur berbatasandenganKabupaten Deli Serdang dan
KabupatenSimalungun, sertasebelah barat dengan Daerah tingkat II Kabupaten
Aceh Tenggara.

Kabupateninimempunyailuas 2,127.25 km bujursangkaratau 212,275.00


ha atau 2,97 % dariluasProvinsi Sumatera Utara. Daerah
inimerupakandaerahpegunungandenganpuncaktertinggi Sinabung (2417 m ) dan
gunungSibayak (2172 m ) mempunyai Danau yang indahdanau Lau Kawar
denganluas (50 ha ) dengankedalaman 100 m

KeadaanSosial dan Budaya Masyarakat Karo


Untukmemahamiadatistiadat Karo secarabaiktidakadajalan lain
selainterlebihdahulumemahamitentangtatanansosialbudayaKaro,karenadalamseti
appelaksanaanadat-istiadatadasistemkekeluargaan yang
mengatursetiappelaksanaankehidupansehariharimasyarakatKaro.Padasuku Karo
adahubungankekeluargaan yang
terdiridaritigakelompokmenurutfungsinyadalamsistemkekeluargaanmasyarakat
Karo. Tigakelompoktersebutmemilikihubungan yang erat dan
akanmelaksanakanfungsinya masing masingdalamkeidupansehari-hari.Biasanya
pada upacaratertentusistemkekeluargaantersebutakanmemilikikedudukan yang
berbeda-beda.Mereka yang bersaudara dan mempunyaimarga yang samaataupun
sub
marganyaberbedaasalkanmerekasangkepnggeluh.Tigakelompokdalamsistemsosi
almasyarakat karo disebutdenganSangkepnggeluh Arti
darisangkepnggeluhtersebutadalahsuatusistemkekeluargaan pada masyarakat
karo yang secara garis besarnyaterdiridariatassenina/Sukut Anak beru dan
Kalimbubu.antaralaki-
lakiatauperempuanantaraperempuanmakadalammasyarakat Karo
disebutSenina.Pihak yang
mengambilanakperempuansatukeluargatertentudiperistridisebutAnakberudalam
masyarakatKaro.Kalimbubuadalahpihak yang pemberi gadis
kepadakelompoktertentudalammasyarakat Karo.

Dalam
melaksanakanupacaraadattertentusepertiperkawinan,kematian,memasukirumahb
aru,dan lain-lain sangkepnggeluhakanberfungsisesuaitugas masing
masing.Denganmengetahuimarga orang Karo,makadapatditentukan dan
mengetahuiketigakelompoksistemsosial pada masyarakatKaro. Orang Karo
menarik garis keturunan (lineage) baikdariketurunan ayah
(patrilineal )maupundari garis keturunanibu(materilineal) yang melekat pada
setiapindividusukuKaro,yangdalambahasasehari-haridikenaldengan garis
keturunanoarattutur (terombo). Adapun caramenarik garis
keturunanataututurmeliputi: merga /
beruadalahnamakeluargabagiseseorangdari(merga ) ayah.
Untukanakpeempuandisebutberu.Bagianaklaki-
lakimergainiakandiwariskansecaraturuntemurun.
Secarasingkatsistemkekeluargaan/kekerabatandalamkehidupansosialbermasyara
katdikenaldengan”Mergasilima,Tutursiwaluh,Rakutsitelu,Perkade-
kadeensepuluduatambahsada”

Kesenian Masyarakat Karo


MasyarakatKaromengenalberbagaibidang Seni dan
selalusampaisaatinidijalankan dan dijagakelestariannyasperti; Seni
Arsitektur,Seni Ragam Hias/Ornamen(Seni Rupa),Seni
Musik,SeniTari,SeniKerajinanTangan,Seni Sastra dan Seni Tenun/Kain (Uis ).

Tenun/Kain pada masyarakat Karo dinamakanUIS yangditenunsendiri


oleh masyarakat dan bahanbakunya pun daridaerah Karo sendiri.Bahan-
bahanuntukUistersebutadalahKambayat(Kapas) yang ditanamsendiri oleh
masyarakat,kemudiandipintalmenjadibenang.
Untukmewarnaibenangtersebutdipergunakan air (lau)
abu,kapur,kuninggersing(kunyit) dan telep(berasaldaritanaman yang
bernamasarap). Ramuanramuandiatasdiadukhingganantimenimbulkanwarnabiru
dan juga warnahitam. Untukmewarnaibenangialahdengancaraipelabuhken
(dicelup ). Setelah
benangberwarnabiruatauhitammakaseterusnyadimasukkankedalam air tajin
( Nasi yang diremas ). Kemudiandikeluarkan,laludisisir,seterusnyadijemur.
Setelah keringbenangkemudiandigulung,dibuatukuransepanjangUis dan
seterusnyaditenun. Setelah selesaiditenunmakabenangsisaujungbenangdipintal
dan diketang-ketang (membuatornamen) pada pinggiran Kanan dan Kiri Uis.
Uisdipergunakanuntukpakaiansehari-hari dan pakaian pada upacara-upacaraadat.
Misalnyadipakai pada pestaperkawinan,pestakesenian,Upacarakematian.

B. Pembahasan
Mengenal Nama-nama Kain Adat Karo (Uis Adat Karo)
Yang termasukUis KapalSeperti;
a. Uis Gara
b. Uis Julu
c. UisGatipMbiring
d. UisArinteneng(Teba)
e. Uis Kelam-Kelam

ARINTENENG,UIS GARA GATIP JULU,BATUJALA,UIS GARA

UisNipes (Selendang)
Yang termasukUisNipesSeperti;
a. UisNipes Ragi Barat
b. UisNipes Ragi Mbacang
c. UisNipes Ragi Ireng
d. UisNipesKurung Tendi
e. UisNipes Beka Buluh
f. UisJujung-jujungen

Kelengkapan Busana Pengantin Wanita


a. Kebaya
b. Longtorso/Kamisoll
c. Sarung
d. Uis Julu
e. UisNipes
f. Uis Kelam kelam
g. UisBekabuluh
h. Sandal
i. EmasSertali
j. KampilRawang
Kebaya&Longtorso,Julu,Uisnipes,Kelam-kelam,Uisekabuluh,UisJujungen

UISJULU UIS NIPES

Bahan tudung kelam-kelam uis beka buluh


AKSESORIES PENGANTIN WANITA

SERTALITUDUNG PADUNG KUDUNG KUDUNGBURA

KAMPILRAWANG SANDAL
KELENGKAPAN BUSANA PENGANTIN PRIA KARO
a. Kemeja
b. Celanapanjang
c. Dasi
d. Jas
e. Gatip (Gonje)
f. UisNipesBekabuluh (Bulang)
g. UisNipes Beka Buluh(Cengkok-cengkok)
h. Sarung/Selendangsarung(Kadangen)
i. EmasSertali
j. Sepatu
2. AKSESORIS PENGANTIN LAKI-LAKI

SertaliBulang RudangMas GelangSarung


Bura Layang

Dalam Kehidupansehariharinyamasyarakatsuku KARO yang salah


satusuku yang ada di Sumatera Utara yang mendiamidataran Tinggi
daerahpegunungan sangat melekatdenganadatistiadat yang
memegangteguhsistemkekerabatan” Mergasilima,Tutursiwaluh,Rakutsitelu”
yang
selalupenuhkegiatansehubungandengankaitanupacaraadat,setiapsaatterlihatdari
TATABUSANA nya.

\
Adapun pengelompokan TATABUSANA pada masyarakat KARO baik
pada acara acaraadat, baik Suka maupundukamisalnyaseperti
Pesta PerkawinanbaikKerjasinguda,KerjaSintengah dan KerjaSintua.
Pesta Kematianbaik acara Cawirmetua la Rose maupun acara
Cawirmetua Rose.

Acara Guro-guro Aron/MantekbaiksaatKerjatahunataupun acara Mburo


ate tedeh dan lain-lainnya.
Berkaitandengansegala acara pestaadatbaik Suka maupun Duka tersebut
Seni Tatabusanakhususnya pada masyarakat Karo dapatdigolongkanmenjadi 3
golonganbesaryaitu:

a. Rose Ertanda-tanda
b. Rose Lengkap
c. Rose LengkapEremas-emas
Dalamhalinikeseluruhanbahanakandiperkenalkanberkaitandenganseni
pemakaiannya, apasajakah yang harusdipersiapkan dan
dipakaikanseseorang yang mengenakannya.

Rose Ertanda-tanda
Laki-laki;
* .KEMEJA(Batik)
* CELANA PANJANG
* SARUNG(Sampan)
* CENGKOK-CENGKOK
Wanita;
• .KEBAYA
• SARUNG
• TUDUNG LIMPEK/LOLO
• .UIS NIPES
Rose LengkapLAKI-LAKI:

* .KEMEJA+ DASI
* .CELANA PANJANG + JAS
* .GONJE(GATIP 20/UIS MBIRING)
* .BULANG/TENGKULUK
* .CENGKOK-CENGKOK
* .KADANGENWANITA :
* .KEBAYA+LONGTORSO/KAMISOL
* .SARUNG
* .GONJE(JULU)
* .LANGGE-LANGGE(UIS NIPES)

* TUDUNG KELAM KELAM(Teger limpek)

1.ROSE LENGKAP ER EMAS-EMAS

LAKI-LAKI:
* KEMEJA+ DASI
* CELANA PANJANG + JAS
* GONJE(GATIP 20/UIS MBIRING)
* .BULANG/TENGKULUK
* .CENGKOK-CENGKOK
* .KADANGEN
* .EMAS SERTALI

WANITA :
* .KEBAYA+LONGTORSO/KAMISOL
* .SARUNG
* .GONJE(JULU)
* .LANGGE-LANGGE(UIS NIPES)
* TUDUNG KELAM KELAM(Teger limpek)
* .EMAS SERTALI + KAMPIL

CONTOH PEMAKAIAN BUSANA

ADAT

DOKUMEN ACARA” KALIMBUBU NGAMPEKEN OSE”


DOKUMEN ROSE LENGKAP DAN ROSE LENGKAP ER EMAS EMAS

DOKUMEN ROSE LENGKAP DAN ROSE LENGKAP ER EMASE M A S


Busana PengantinModifikasiBusana Pengantin

Tehnik/Langkah-langkahPembuatanTudung Teger Limpek( PenutupKepala


Wanita)

Dalam perjalanan tata kehidupanmasyarakat Karo seorang Wanita


tidakterlepasdengan “Tudung” (TutupKepala)
baikdalamkegiatansehariharimaupun juga seluruhkegiatan yang
berkaitandenganpesta/Upacaraadat.

Pada masa masasekarangini sangat banyaksekalikaumibu-ibu yang sudahtidak


tau carapembuatan “Tudung” yang selalu sangat
dibutuhkandalamsetiapkegiatanseharihariterutamadalamsetiap acara adatistiadat
Karo baikbersifatSuka( misalnyapestaPerkawinan) maupunDukacita
(misalnyaKematian).

Kami merasaperluuntukmembantumasyarakatuntukmemaparkantehnik dan cara


–carapraktisuntukpembuatan
“Tudung”tersebutdenganmembagikedalambeberapalangkahsecara garis besarnya;

1. Membuat Ikat Rambut pada kepala dan PembuatanAsak-asak(sumpel)


2. MembentukDasar Tudung
3. MemasangUisJujungen (Lapisan Luar atas Tudung)
4. MemasangEmasSertali (Aksesori )

Ikat Rambut(Konde)DasarTudung BentukDepan

MembentukTeger(BentukBelakang) Dasar TudungMbiring

MEMASANG JUJUNGEN
Memasang Aksesories

Tehnik/Langkah Pembuatan Bulang(Penutup Kepala Laki-lakiI )

1. Pertama tama Kain Uis bekabuluh dilipat menjadi 2 sesudah itu


dilipat menjadi berbentuk segi tiga dan bagian alasnya dilipat 2 kali
selebar kening (lbih kurang 3 jari)

2. Diletakkan diatas kepala pemakai,tarik ke belkang dan dililtkan


pada kepala mulai dari sisi kiri ke arah kanan lalu kekiri

3. Rumbai ujung kain uis disisakan di sebelah kanan belakang


kuping (ikur cicak Bulang) kemudian dililit pakai bagian dari
kanan ke kiri dan dikunci di bagian Kiri(sengkul)
4. Dirapikan bahagian atas bagian sisi Kanan dan sisi
kiri ,ditekukkan ke depan

5. Pakaikan/lilitkan Emas Sertali Rumah –rumah Kitik padaBulang


Acara Ngampeken Bulang(Memakaikan Bulang) secara Adat Kar

MaknaPemakaian Busana dan Aksesori Dalam Adat Karo


Busana “Erose LengkapEremasemas “ adalahmerupakankategoribbusana yang
paling tinggi dan dianggapmerupakanbusana yang paling diagungkandalamadat
Karo dimana pada masa masajamandahuluhanyadipakai dan dimiliki oleh orang
–orang keturunan Raja yang disebutPengulu.OseLengkaperemasemas yang
dipaikanPerhiasanEmasSertalitersebutmerupakanpakaiankebesaran pada
upacaraadat Karo sepertipestaperkawinan(Kerjaadat Erdemu
Bayu ),memasukirumahbaru(Mengket Rumah Mbaru) dan
UpacaraKematianCawirmetuaKalimbubumaba Ose.

Maknaberhias/ berbusana padamasyarakat Karo


secaraumumdapatdikelompokkanmenjaditigagolonganpenting yang masing
masingmemilikiperbedaan. Istilah berhias pada masyarakat Karo adalahOse (Er-
Ose ). Pada sukuKaro Er-oseitudapatdigolongkanmenjadi:Er-oseErtanda-
tanda,Er-Ose Lengkap dan Er-Ose Lengkap-er emas-emas.

Pada Er-oseertandatandaadalahbiasanyapihaksukutatauKalimbubu yang


mengenakannya dan
hanyamemakaipakaianbiasanamunmerekaharusdipakaikancengkok-cengkok dan
tidakmemakaibulang,sarung yang dipakai juga sarungbiasauntuklaki-
laki,jikauntukperempuansarungnya juga biasa dan

memakaitudung lolo/tudung
limpek,kemudianharusmemakaiuisnipesKadangkadangen(diselempangkan?disel
endangkan).

KeduaadalahErose Lengkapdimana yang


akanmemakaibusanainiadalahkeduaorangtuamempelaipengantin pada
pestaperkawinan dan juga yang menjadisukut pada acara kematianCawirmetua
er-ose,Untuk Laki lakiharusmemakai Double dress(Jas)-pada
kepalapakaibulang,GonjenyauisGatip 20(Uismbiring)-pada bahu
dipakaikanselempangsarung pada bahu kananjatuhkearahkiri-dan juga pada bahu
dipakaikancengkok-cengkok yang mana
secaraumumdapatmelambangkanmaknaGagahperkasa,Sopansantun,berwibawa,
Kerjakeras dan bertanggungjawabserta punya keyakinanakanterhindardari mara
bahaya.

KetigaadalahEr-Ose Lengkap Er-emasemasdimana yang


memakaitambahanaksesories“EmasSertali” daribusanaOse Lengkap dan
biasanyadipakaikan pada keduaMempelai( Pengantin Karo ). Pada pengantin
Laki-lakiperlengkapan yang dipakainyaadalahDoubel Dress- Bulang pada
kepaladariuisbekabuluh dan juga pada bahu uisbekabuluhsebagaicengkok-
cengkok-memakaigonjeuisgatip 20(gatipmbiring)-sebagaiaksesoridikenakan
pada BulangdiselipkansebelahkananRudangemas(Bunga mpalas) dan
sertalirumahrumahkitikdililitkan pada bulangkemudiandipakaikanBura
layanglayanggalangsebagaiKalungsertagelangSarung/gelangpijer pada
tangankanan.Dan pada masa
masaawalnyadahuludipakaikanuispementingsebagai ikat pinggang yang
sekaligusberfungsisebagaitempatdiselipkanpisauTumbuklada.Maknadaripemakai
anbusanainiadalahmelambangkangagahperkasanyaseoranglaki-laki-punya
etikasopansantun-sanggupbekerjakeras –Bertanggungjawab dan
beranimembelakebenaranuntukkepentinganumum –
mempunyaikeyakinanakanterhindardari mara bahayasertamemilikisifat yang
bijaksanasertamampuhidupsederhana/ekonomissertamenjalankanprinsiprajinmen
abung dan juga menjalankanfalsafahhidupsuku Karo
“Mergasilima,tutursiwaluhrakutsiteluperkadekadensisepuluhduatambahsada.Pad
a masa sekaranginipemakaianuispementing dan pisautumbukladainisudah sangat
jarangditemukandenganalasansituasi. Pada
pengantinperempanperlengkapannyaadalah,memakaisarungdiabitkan(dililitkan),
dilapisigonje(Uis) Julu gatip 9-Uis nipessebagailanggelanggeyang memiliki
motif ornamenujungpanah yang melambangkansimbolkekeluargaan dan pada
kepalapengantinakanmemakaitutupkepala“Tudung tegerlimpek” dimanauis
yangdipakaiadalahuiskelam-
kelam,danUisJujungen.TudungUisgarajongkitbiasadipakai oleh
perempuanbaiksukut dan Kalimbubu.Ornamen pada
Uisgaragatipmemilikilambangkekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada
uisjujungenterdapatornamen yangmotifnyaipen-ipen yang
fungsinyasebagaipenolakbala. Pada
tudungakandipasangperhiasanSertalilayanglayangkitik dan
padungRajamehuli/padungkudung-kudung yang
pemakaiannyasejajardengantelinga.selanjutnya pada
leherdipakaikanKalungsertalilayang-
layanggalang(besar).Maknadaripemakaianbusana pada
engantinperempuanadalahbeluherjilejile (ikutmembantuperbulangen)
dalammenjalankanrumahtangga yang harmonis dan sanggupmenjadi Ibu yang
arif dan bijaksana-mampumenjagaharkat dan martabatkeluarga-
sehatisepikirdengansuamidalammenjalanirumahtangga-
menjalankanfalsafahhidupsuku Karo
“Mergasilima,tuturnasiwalunrakutsiteluperkade-
kadensisepuluhduatambahsada-gotongroyong-rajin dan uletsertarajinmenabung.

Perlengkapanperhiasantersebut(emassertali) tidakbolehsembarangan yang


memakainyakarenahanyadipakai pada
upacaraupacaratertentusaja.Padaawalnyaperhiasantersebutakandilengkapi dan
dipersiapkan oleh pihakKalimbubu,namun pada masa
masasekarangsemuaperlengkapanmulaidarikainUissampaikeAksesoriespenganti
n dan pihakorangtuakeduamempelaisudahdilengkapi oleh bidanpengatin(Salon).
Setiappengantin pada masa
sekarangakanmemakaisemuaaksesoriesperhiasanpengantintersebut,namunsetiap
pengantinsudahtidakmengertilagimaknasimbol yang terdapat pada
semuaperlengkapan yang merekakenakan pada upacaraperkawinantersebut.

Setiapbagianperhiasan yangdikenakan oleh pengantinlaki-


lakiadalahRudangemas,Sertalirumah-
rumahkitik,GelangSarung/Pijer,SertaliLayanglayangGalang,UisBekabuluh,Uis
Gatip 20(Uismbiring),Uis Gara-gara,UisPementing dan PisauTumbuk
Lada.Pengantin Perempuan perlengkapannya :UisgaraJongkit,Uis Kelam-
kelam,UisJujung-jujungen,UisNipes,PadungRajamehuli/Kodong-
kodong,SertaliLayang-layangKitik,SertaliLayang –
layangGalang,danKampil.Maknasimbol yang terdapat pada
setiapbagianperhiasan

PengantinKaroadalahbilangan 3
melambangkanRakutsitelu;Sukut/sembuyak,Kalimbubu dan Anakberu,Bilangan
5 melambangkanlambang 5 cabangbesarmerga Karo (Mergasi lima);Karo-

karo,Sembiring,Tarigan,Ginting,Perangin-angin.,bilangan 8
melambangkanTutursiwaluh; PuangKalimbubu,Kalimbubu,Sembuyak,
seninasipemeren,SeninaSepengalon/Sendalanen,Anakberu,Anakberumenteri dan
bilangan 12
dimanabilangantersebutmemilikilambangtentangmenjunjungtinggisistemkekerab
atan ,sistemsosial,silsilahmarga dan aturanaturanadat yang
masihterjagasampaisekarang dan tetapmenjalankanperaturanadat yang berlaku.

Makna Busana Pengantin Laki-laki:


1. Bulang-bulang/Tengkuluk(Topi)=TampeMedolat(Lambanggagah Perkasa)
2. Cengkok-cengkok=ula lit ukurkalakIlat (Penolak Bala)
3.Kadangen=NggeluhErjujungErkanting( MerupakanperlambangKerjaKeras)
4.Gonje,Sampan)=PantangMereha/EncidahkenKehamaten(Perlambangetikasop
ansantun).
5.Gendit/Pementing=ErbentingKibul
(perlambangbertanggungjawabmenjalankantugas.

6.Emas Sertali =
PerlambangsukaMenabungsehinggakumpulankumpulanemasdirajutdengantalidi
manasimbolini juga merupakangambaransistemkekerabatan KARO
dengansebutan “Mergasilima,TutursiwaluhRakutsitelu

Perkade-kadensisepuluhduatambahsada”

Makna Busana Pengantin Wanita;


1. Tudung=Melambangkan Wanita Karo cantik dan
baikbudipekertinya(BeluhErjile-jile) sertamelambangkansistem Kekerabatan
Karo

2.Sarung,GonjeLangge-
Langge=Merupakanperlambangkeibuansertaetikasopansantun(PantangMereha/
Mehamat).

3.Kampil =Menghormati/Menghargaisemua Tamu


4.Emas Sertali=Perlambang Suka
Menabungsehinggakumpulanemasdirajutdengantali dan
sekaligusmerupakangambaransistemkekerabatan KARO yang
disebut”MergaSilima,Tuturiwaluh,RakutSitelu,Perkade-
kadeensiSepuluhduatambahsada”..

MaknaPerhiasanEmasdalam Masyarakat Karo


Pada awalnyaseorangperempuanitumenyimpanEmas/Suasa/Perak
menandakandahuluseoranganakperempuanlahirakandigendongbibinyadibawakep
ancuranataukemata air untukdimandikankemudiandibawakerumah dan
diucapkankepadaanak yang
digendongnya”lampaskammbelinlampasgedangyanakkugelahgalangkam man
impalndukamya” ( artinyacepatbesaryakeponakanku agar
nantibesarmenikahdengananaktante). Anak perempuan yang lahir pada
masyarakat Karo akanditupukcupingna( Ditindikkupingnya)
kemudiandipakaikanEmas,kalaupuntidakadaEmasmakasebagaipenggatinyaadala
hsejenisrumputyaitu Padang teguh. Namunketikasudahtumbuhgigi dan
usiaanaktersebutmencapai 2 atau 3 tahunmakaakandiadakan acara CABUR
BULUNG
artinyadiadakanperjodohandiniantaraanakperempuantadidenganimpalnya(anakbi
binya)
walaupunketikamerekadewasabelumtentukeduaanaktersebutakanberjodoh.Padau
pacaratersebutmakasibibianakperempuantadiakanmemberiEmassebagailambang
kekelengenataulambangikatan (lambangpenghargaanbibiterhadappermennya).
Jadi selainmaknasimbolis juga
memilikilambangikatankekeluargaanuntukmempereratsemuakeluarga “.

Namundisisi lain maknaEmas pada dasarnyaadalahmelambangkanmasyarakat


Karo adalahpribadi yang suka dan rajinmenabung yang
terbuktidarihiasanpengantin Karo yang namanya
‘EmasSertali” .EmassertaliasalkatanyaadalahEmassiErnalimaksudnyadalahjalina
njalinanEmas yang diikatdengantali. Masyarakat dulusukamenyimpanemaskecil-
kecil,disimpansedikit demi sedikitkemudiandikumpulkan dan jadilahEmasSertali.
Selain itumaknaEmas pada masyarakat Karo juga
diartikansebagaibentuktabungan,sebabibuibu(Nandenande) suku Karo
ketikamerekamemiliki
uang ,makaakanmembeliEmasdengantujuanjadisimpanan,bilaadakeperluanmend
adakbisamenggadaikanataupunmenjualkanEmassimpananituuntukmemenuhikep
erluan. Makna Pemkakaian Wana –warna Busana Karo

a. Hitam (Mbiring) berarti memiliki makna


Duka,Kelam,Teduh
(Megenggeng)
b. Biru (Biru )berartimaknaDamai,Tenteram(Perkeleng )
c. Kuning (Megersing) berartiAgung,Mahal (Mehaga)
d. Merah (Megara )berartiBeraniberbuatuntukkepentinganumum (Mbisa)
e. Putih(Mbentar/Mbulan) berartiSuci,Bersih (Sabar)
f. Hijau (Meratah)berartiSejuk,Subur( Mehumur )

Alat bahan yang dibutuhkanuntukpengantinadat karo

ALAT :

-Sponge foundation

-Sponge bedak

-Kuas make up

-Penjepitbulumata

-Bulu Mata Atas & Bawah

KOSMETIK MAKE-UP

-Pembersihwajah( Viva Milk cleanser )

-Pelembab( pons )

-Primer ( Make Over )

-Foundation ( Ultimall + Oriflame )

-Contour Cream ( latulipe )

-Contour Powder ( Make Over )

-Blush On Cream ( Make Over )

-Blush On Powder ( Emina )

-BedakTabur( Ultimall )

-Bedakpadat( Make Over )

-Pensilalis( VivaCoklat )
-Eyeshadow berwarnamerah, cokelat, hitam dan emas( Focallure )

-Eyeliner ( Ranne )

-Mascara ( maybelline )

-Lipstikmerahcabai( Make Over )

-Concealer ( La Tulipe )

-Setting spray ( Lt Pro )

-Lem bulumata

- Highlighter ( Lt Pro )

Tudung

- Kelam-Kelam

- Uisgara/ Beka Buluh

- SertaliLayang

- Kondang- Kondang

- Bura diberu
HASIL OBSERVASI :

KAROLINA SALON
2 TAHUN (14 FEBRUARI 2019)
JL. Jamin Ginting Simpang Selayang Medan
Dari yang kami dapat bahwa pada jaman dulu untuk make up pengantin nya tidak ada aturan
seperti warna eyeshadow , lipstik , dan blush-on , namun dengan perkembangan zaman make up
pengantin Karo pun di tentukan atau di pakem kan dengan warna warna tertentu, seperti
eyeshadow bercirikhas warna Merah dan Lipstik merah , untuk eyeshadow tersebut bisa
diblend/dibaur dengan warna coklat, hitam, biru dan juga emas mengikuti warna yg ada di
pakaian adat tersebut Untuk blush-on nya sendiri jg menggunakan warna merah jambu

Bukti hasil observasi


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian,Analisis data dan Observasi
lapangan,maka dapat dibuat kesimpulan perhiasan pengantin Karo berdasarkan
jumlah yang dipakai oleh pengantin Laki-laki sebanyak 8 motif yang terdiri dari
4 jenis perhiasan yang berbahan Kuningan disepuh emas.Perhiasan tersebut
adalah Rudang emas,Sertali Layang layang Kitik,Uis bekabuluh yang dikenakan
pada Kepala.Kemudian 1 jenis perhiasan dikalungkan yaitu Sertali Layang-
layang Galang dan ada 2 jenis kain uis bekabuluh sebagai Cengkok-cengkok
atau diletakkan pada bahu dengan dilipat membentuk segitiga,Uis Gara
gara(Kampuh sebagai Kadangen) sebagai Selempang yang terletak dibahu kanan
dan terbentang ke sisi pinggul kiri serta ada 1 gelang yang dipakai di tangan
yaitu Gelangsarung/Gelang Pijer. Jumlah perlengkapan yang dikenakan oleh
pengantin lakilaki yaitu ada 4 jenis perhiasan yang terbuat dari kuningan
sepuhan emas dan ada 4 jenis kain yang dikenakan di kepala,di bahu dan di
pinggang.

Pada pengantin perempuanperlengkapan yang dipakai sama jumlahnya dengan


pengantin laki-laki yaitu terdapat 8 motif yang terdiri dari 2 jenis perhiasan yang
disepuh emas biasanya dipakai pada penutup kepala (Tudung ). Pada
pengantinperempuanada 1 jenisperhiasanberupaKalung yang
disebutSertalilayang-layanggalang .Pemakaian di pinggangada 2 jeniskainyaitu;
Uis Julu dan Uisnipes.Keduakaininidililitkan pada
pinggangataubisadisebutdiabitken(Langge-langge). Selain ituada juga
tempatsirih,pinang yang selaludibawapengantinperempuanyaituKampil yang
melambangkanperempuan yang
sudahmatangdalamkehidupanrumahtanggasertasimbolpenghormatankepadasetia
ptamu yang datang. Dalam perhiasanpengantintersebutterdapat 30 motif yang
berbeda dan bervariasi, ada yang memiliki motif geometris motif hewan dan
motif tumbuhan. Walaupunditemukanbeberapamacambentuk yang
berbeda,umumnya pada dasarnyamemilikimakna yang
samasertatidakmenguranginilaiKesakralanupacaraperkawinantersebut.

MaknaSimbolis yang terdapat pada setiapbagianperhiasan dan pada setiapkain


yang digunakanolehpengantindalamupacaraadatperkawinan pada
intinyamenjunjung Tinggi nilai-nilaibudaya pada masyarakat Karo
sepertinilainilaikekerabatan,nilaisistemsosial, nilaikekeluargaan yang terdapat
pada kainUisNipes,RudangEmas-emas,sertalilayang-
layangkitik,UisJulu,UisJujungjujungen. Nilai kesopanan yang terdapat pada
Uisgara-gara,Gelangsarung,UisGatip 20,Uis garaJongkit,Padung Raja
mehuli,Kampil. Nilai Kesuburan dan KemakmuranadalahSertaliLayang-layang
Galang. Nilai Kerjakeras dan pantangmenyerahadalahSertaliLayang-
layangGalang,UisMbiringatauUisGatip 20, Uis Gara-
gara.NilaiTanggungjawab,Melaksanakantugassesuaisistemkekerabatan pada
masyarakat Karo dan nilaipembelaandiriterdapat pada
pisauTumbukLada,UisPementing. Pada
setiapperhiasanduludipercayamemiliinilaisimbolpenolakbala,walaupundemikian
pada dasarnyasetiapbagianperhiasanmemiliknilaibilangan 3 yang
melambangkanRakutsiTelu ,kemudiannilaibilangan 5 yang memilikiarta 5
cabangmarga pada masyarakat Karo yaituMergasilimadan nilaibilangan 8 yang
berartiadalahTutursiwaluhataudelapansapaanpanggilankepadaanggotakeluargaat
ausebutsaja juga carabertuturdalammasyarakat Karo.

Diantarabentukbentuksimbol yang dipakai oleh pengantin Karo


ternyataadahubungansatusama yang lain,karenaadaperlengkapan yang dipakai
oleh pengantinlaki-lakimemilikinilaiTanggungjawabmelindungiistrinya.,dan
perlengkapan pada
pengantinperempuanmemilikinilaimenjagakehormatansuaminya.Setiapperhiasan
yang dikenakan oleh keduapengantinmemilikihubungan yang
eratdalammenjunjungtingginilai-
nilaikekerabatan ,sebabdidalamsatuperhiasanterdapatnilai-nilai Norma yang
berlaku pada kehidupan Masyarakat Karo. Sehingganilai-nilai yang terdapat di
masing-masing
jenisperhiasansalingmelengkapiperanpasanganpengantindalammemasukikehidup
anrumahtanggabaikuntukkeluarga masing-masing
pengantinmaupununtukkeluargabesarkeduabelahpihak.

Jenis-jenisperhiasan yang dikenakan oleh pasanganpengantin Karo


memilikihubungandengansimbol status Keluargadalammasyarakat
Karo. .KarenadalamAksesoriperhiasanpengantinKaro,Sertali juga
memilikimaknabahwaseseorangperempuantelahmemilikisuami.
Tigabentukperhiasan yang
dikenakantersebutmemilikimaknabahwaseorangpengantinperempuan yang
telahmemakaiSertalimemilikimaknatigaikatanyaitu; (1)ikatanpertamadiikat dan
terikat pada pasangan( Suami/Istri).

(2) Ikatankeduadiikat dan terikatkepadaorangtua dan keluargakeduabelahpihak

(3)IkatankeTigaterikatkepada Tuhan Yang Maha Esa,Sertali yang juga


memilikihubungandengantinali-
tinalimemilikifungsisebagaipengikat,dalamhalinipengikatantarapengantin Laki-
laki dan Perempuan
saja,tetapimengikathubungankekeluargaanataukekerabatanbaruantarduabelahpih
akkeluarga. Kemudianketikaseorangperempuantelahmemakaiperhiasan dan
mengikuti proses
Upacarapestaperkawinan,makasecaralangsungketikaseorangperempuantersebutp
ergimenghadiriupacara-upacaraadatlainny,makadiaakanmengenakanUisNipes di
bahunyasebagaiselendang( Kadang-kadangen ),arti
pemakaiankainiiniadalahmelambangkanseorangperempuan yang
sudahberkeluarga dan menjadiistri,olehkarenaitukaininitidaksembarangandipakai
oleh anak gadis. Pada pengantin Pria juga berlakuhal yang
sama,ketikamerekasudahmengenakanperhiasantersebut dan mengikuti proses
adatperkawinan,makaketikapergimengadiriupacara-
upacaramakadiawajibmemakaisarungbiasa dan diletakkan pada bahu
mereka,dimanapemakaiankainini juga merupakansimboltelahberkeluarga dan
telahmenjadisuami.

Ketika pasanganpengantintelahberganti status


menjadisuamiistrimakamerekaharusmampumenempatkandiri di tengah-
tengahmasyarakat,terutama yang memulaikehidupanberumahtangga agar
dalamkehidupan yang barumerekalebihmengertiakantatananadat yang
wajibmereka junjung
tinggibaikuntukkeluargasendiriataupununtukkeluargapasangannya ,nilaikegoton
groyongan ,nilaietikadalambertatakramakepadasemuakeluarga,nilaitanggungjaw
ab,nilaikerjakeras,nilaiberwibawa dan nilai-nilai yang saratdengankebenaran
dan nilaikejujuran.Halpenting yang
perludiperhatikanadalahadanyahubunganpemakaianperhiasanpengantindenganha
rapan-
harapanbarukarenadenganmerekamemakaiperhiasantersebutmakasetiappasangan
ataupunpengantindapatmenjunjungtingginilai-nilaiadat yang sudahberlaku pada
masyarakatKaro,sebab pada prosesiupacaraadat yang
dilakukankeduapengantinsudahdiberikannasehat-
nasehatdalammenghadapikehidupanberumahtangga.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan ini maka diharapkan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Karo untuk lebih memperhatikan hasil kebudayaan daerah agar nilai- nilai
yang terdapat di setiap benda peninggalan sejarah tetap terpelihara dan wajib
dilestarikan agar tidak memudar seiring perkembangan Zaman dimana budaya luar
masuk dan berkembang ditengah-tengah kehidupan generasimuda.
Kepada Generasi muda Karo agar tetap memelihara,menjaga,dan menjunjung
tinggi serta melestarikan hasil budaya sendiri dengan jalan mempelajari serta
mengenali lebih dalam entang Busana dan Aksesories perhiasan adat Karo secara
umum dan khususnya Pengantin Karo serta mempelajari nama- nama dan makna
simbolis dari setiap bagian busana dan perhiasan yang masih ada.
Kepada seluruh masyarakat Karo agar berperan serta dalam menanamkan
kembali nilai-nilai budaya kepada generasi muda dimulai dari lingkungan
keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat agar tetap terjaga nilai- nilai
yang sudah menghilang karena pengaruh budaya luar dan kurang pedulinya lapisan
masyarakat terhadap budaya sendiri.
Kepada Pemerintah Daerah setempat agar membuat program sosialisasi tentang
kekayaan lokal kepada generasi muda sehingga tradisi budaya Karo tetap dikenal oleh
masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan,Sarjani,2009.Lentera Kehidupan Orang Karo dalam


Berbudaya.Balai Adat Budaya KaroIndonesia.Medan

Sitepu AG,1980.Ragam Hias (Ornamen ) Tradisional Karo Seri A,Proyek


Penelitian Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera
Utara,Medan.

Sitepu AG,1996. Pilar Budaya Karo.Medan,Bali Scan

Prinst,Darwan,2004 Adat KaroMedan,Bina Media

Perintis.

Tarigan,Henry Guntur 2008.DinamikaOrang Karo Budaya dan


Modernisme. Tanpa penerbit.Medan
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SAW karena dengan rahmat,karunia serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan keterbatasan kemampuan
yang kami miliki. Kami ucapakan terimakasih kepada selaku dosen mata kuliah ini yang telah
berkenan memberikan tugas ini kepada kami. kami berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. kami juga menyadari sepenuhnya didalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.Semoga makalah sedehana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Dan saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan ketidak sempurnaa ini.

Medan, 10 Nonember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah
B. Adat pernikahan Batak Karo
C. Tatarias Pengantin Modifikasi

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kebiasaan dan tradisi yang
berbeda. Kebiasaan dan tradisi tersebut dipengaruhi oleh pola pikir masyarakatnya. Serta
dipengaruhi juga oleh berbagai macam aspek-aspek dalam kehidupan, antara lain
kepercayaan, adat istiadat, pengaruh politik dan keadaan bumi. Karena faktor tersebut,
lahir dan terbentuklah berbagai suku bangsa di Indonesia. Menurut Aswar (1999: 1)
Masing-masing memiliki aneka ragam bentuk kebudayaan,bahkan tidak jarang diantara
mereka terdapat perbedaan rasam (tradisi, kebiasaan) yang mencolok. Adat istiadat
merupakan peninggalan fatwa dan ajaran berumah tangga serta bernagari, Bentuk adat
istiadat terungkap pada petatah-petitih yang merupakan susunan tata nilai dan sastra lisan
yang tetap hidup sampai saat ini. Peranan petatah-petitih ini sangat penting dalam
menafsirkan kebesaran adat Minangkabau. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk
kebudayaan dan keseniannya, termasuk bentuk ragam hiasnya (Aswar, 1999: 64). Suku
karo adalah suku asli yang mendiami dataran Tinggi Karo, Kabupaten deli serdang, Kota
Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh
Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang
mercka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo.Suku ini memiliki bahasa
sendiri yang disebut Bahasa Karo. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang
Batak yaitu Kalak Teba umumnya untuk Batak Tapanuli. Pakaian adat suku Karo
didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.Didalam
makalah ini akan membahas pernikahan adat batak karo.

B. Tujuan
1. Mengetahui tata rias pernikahan batak karo?
2. Mengetahui busana pernikahan batak karo?
3. Mengetahui arti setiap busana dan aksesoris yang digunakan dalam pernikahan batak
karo?
4. Mengetahui tatanan rambut pernikahan bata karo?

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata rias pernikahan batak karo?
2. Bagaimana busana pernikahan batak karo?
3. Apa arti setiap busana dan aksesoris yang digunakan dalam pernikahan batak karo?
4. Bagaimana tatanan rambut pernikahan batak karo?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Suku Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang,
Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh
Tenggara. Suku ini memiliki bahasa yang disebut Bahasa Karo dan memiliki salam khas
yaitu Mejuah-juah. Adapun Rumah adat Suku Karo atau yang dikenal dengan nama Rumah
Siwaluh Jabu yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu Rumah yang terdiri dari
delapan bilik yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang
menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola
kekerabatan masing-masing. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Kota
yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Berastagi merupakan
salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya
yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu
sebagai penghasil Markisa Jus yang terkenal hingga seluruh nusantara. Mayoritas suku Karo
bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan Gunung
Sibayak yang sering disebut sebagai atau "Taneh Karo Simalem". Banyak keunikan-
keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan.
Masakan Karo, salah satu yang unik adalah trites. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya,
seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -
kerja tahun-. Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi/kerbau, yang belum
dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan
bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat
dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang
dihormati. Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama
merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Merga disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk
perempuan disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Bahasa
Karo merupakan bahasa Austronesia dan digolongkan dalam Rumpun Bahasa Batak Utara[6]
yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Karo di wilayah Kabupaten Karo, Langkat, Deli
Serdang, Dairi, dan Kota Medan. Aksara yang digunakan oleh Suku Karo adalah Aksara
Karo yang merupakan varian dari Aksara Batak. Aksara ini adalah aksara kuno yang
dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas
bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.
B. Adat pernikahan
Persiapan kerja norma buda
 Sitandan Ras Keluarga Pekepar
Tahapan ini adalah tahapan perkenalan selang keluarga kedua belah pihak yang akan
melangsungkan pernikahan. Tahapan ini juga waktu untuk keluarga melaksanakan tahap
mbaba belo selambar dengan anak beru.
 Mbaba Belo Selambar
Dalam tahapan ini, keluarga dan yang dipersiapkan menjadi pengantin laki-laki datang
melamar yang dipersiapkan menjadi pengantin perempuan. Di waktu ini pula, keluarga,
yang dipersiapkan menjadi pengantin, dan kalimbubu menentukan tanggal ngantin
manuk.
 Nganting Manuk
Dalam tahapan ini, para pelaksana pernikahan akan membicarakan tentang hutang
norma budaya pada pesta pernikahan dan merencanakan hari yang patut untuk
melangsungkan pernikahan.Namun, hari pernikahan tidak boleh semakin 1 bulan
sesudah melaksanakan tahapan ini.

Hari Pesta Norma budaya


Kerja Norma budaya Tahap ini adalah pelaksanaan pernikahan norma budaya kedua
mempelai. Pelaksanaan tahap ini kebanyakan dilakukan selama seharian penuh di
kampung pihak perempuan.Dalam tahap ini, para mempelai diwajibkan untuk landek
(menari).
 Persadan Tendi
Pelaksanaan tahapan ini dilakukan pada waktu makan malam sesudah kerja norma
budaya untuk para mempelai. Dalam pelaksaan tahap ini, para anak beru telah
menyiapkan makanan untuk kedua pengantin. Tujuannya adalah memberi semangat baru
untuk kedua mempelai.
Sesudah Pesta Norma budaya
 Ngulihi Tudung
Ngulih tudung dilakukan setelah 2-4 hari setelah hari kerja norma budaya berlalu. Orang
tua pihak laki-laki kembali datang ke rumah orang tua pihak perempuan. Orang tua pihak
lakilaki datang membawa lauk-pauk berisi ikan dan ayam.
 Ertaktak
Pelaksanaan tahap ini dilakukan di rumah pihak kalimbubu (pihak perempuan) pada
waktu yang sudah ditentukan. Tahap ini kebanyakan seminggu setelah kerja norma
budaya. Pada tahap ini, dibicarakanlah uang keluar waktu pergelaraan kerja norma
budaya dilakukan

C. Tatarias Pengantin Batak Karo Modifikasi


Keunikan bentuk tudung kepala pengantin wanita Batak Karo menjadi suatu penanda
yang sangat khas dan mampu mencuri perhatian. Tudung kepala yang dibentuk dari ulos
atau uis jujung-jujungan dengan ragam hias geometris yang melambangkan kekeluargaan
dan kegotongroyongan, dihiasi dengan sertali layang-layang bermotif daun pakis di bagian
depan, melambangkan ikatan kekeluargaan yang sangat kuat. Aplikasi kodang-kodang yang
menyerupai anting-anting besar, di sisi kanan dan kiri tudung, semakin memperindah
keunikan yang tercipta.
Uis Gara atau Uis Adat Karo adalah pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan adat
dan budaya Suku Karo dari Sumatera Utara. Selain digunakan sebagai pakaian resmi dalam
kegiatan adat dan budaya, pakaian ini sebelumnya digunakan pula dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat tradisional Karo.
Uis (dalam bahasa Karo) adalah sebuah kain tradisional suku Karo yang dibuat dari
bahan kapas. Kemudian dipintal dan ditenun secara manual (bukan menggunakan mesin)
hingga membentuk sebuah kain atau selendang. Bahannya dari : benang 100 kostum wanita
Biasanya dipakai sebagai salendang. Ukuran 170 cm x 70 cm. Seperti pengantin wanita,
tutup kepala pengantin pria Batak Karo pun dibentuk dari ulos atau uis nipes beka buluh
yang juga bercorak geometris. Sertali rumah-rumah kitik tersemat di bagian depan penutup
kepala. Kalung surtali tanduk kerbau (rumah-rumahan) yang tergantung di dada turut
melengkapi keindahan sebuah tradisi.
1. Pengantin berhijab
Upacara pernikahan di Indonesia lekat dengan adat istiadat yang beraneka ragam.
Ramuan hajatan dapat disesuaikan dengan adat istiadat dan agama dari kedua mempelai.
Busana pernikahan kian bervariasi dengan banyaknya wanita berhijab.
Memadukan suasana islami dengan adat istiadat, membuat suatu rangkaian pernikahan
menjadi momen `keren` yang perlu diabadikan.
- Dalaman kerudung atau ciput. Bahan yang lembut dan nyaman , serta kondisi pet yang
baik dan tidak terlalau lembek dan tidak terlalau keras membantu menciptakan bingkai
wajah yang melengkung indah dan luwes. Model ciput yang tepay mampu membentuk
wajah yang lebih panjang dan proposional . Sebelum membeli dianjurkan untuk
mencobanya terlebih dahulu untuk melihat kecocockan ciput dengan bentuk wajah
- Siluet kepala . Profil kepala akan tampak luwes dengan cara menerapkan semacam
konde dibelakang kepala, sehingga bagian belakang kepala tidak datar. Bila diamati dari
samping pemakaian konde akan menghasilkan siluet kepala yang enak dipandang mata.
Untuk yang rambut pendek dianjurkan mengenakan karet rambut yang bervolume atau
bantalan bulat di bagian belakang kepala
- Bingkai wajah dan pelapisan leher yang rapi. Rahasia bingkai wajah yang rapi terletak
cara menarikan kerudung yang kuat tidak longgar sebelum peniti / jarum pentul pertama
disenmatkan dibawah leher atau tengkuk, agar leher terlihat tipis dan rapi ,tumpuk dua
ujung kerudung satu demi satu menutup bagian ini selanjutnya diikat pada bagian
belakang.
- Ciput bersifat tidak wajib karena ciput merupakan pendukung untuk
membantumenciptakan kesan proposional pada wajah memiliki bentuk ideal , kerudung
dapat dikenakan tanpa ciput jika dengan catatan .
- Material kerudung tidak lembek sehingga ketika dikenakan dapat menciptakan bingkai
yang rata dan tidak bergelombang 2. Bahan kerudung cukup tebal, sehingga tidak
kelihatan transparan.

2. Perubahan warna Eyeshadow


Pada hakikat nya warna eyeshadow dari pengentin kro pakemnya adalah warna
merah,biru dan di campur dengan warna coklat berada di ujung mata klien, dengan
maknamakna di antara warna tersebut.
Pada bagian modifikasi ini kita akan menggunakan warna coklat sebagai warna
dasar dan di campur menggunakan warna emas tembaga agar menimbulkan kesan glow
dan mewah, sehingga menimbulkan kesan baru pada pengantin modifikasi batak Karo
3. Menggunakan tudung tempel/siap saji
Untuk membentuk tudung pengantin karo khususnya wanita tentu memakan
waktu yang begitu lama, dan ini alasan kelompok kami menggunakan tudung yang siap
saji agar mempermudah dan mempercepat proses kerja
4. Warna lipstik
Warna lipstik pakem dari pengantin karo adalah merah, di pengantin modifikasi
batak Karo ini kita akan mengubah warna lipstik atau menambah campuran warna lebih
muda agar mimik dari pengantin lebih lembut dan ayu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pengantin perempuan perlengkapan yang dipakai jumlahnya yaitu terdapat 8 motif
yang terdiri dari 2 jenis perhiasan yang disepuh emas biasanya dipakai pada penutup kepala
(Tudung ). Pada pengantin perempuan ada 1 jenis perhiasan berupa Kalung yang disebut Sertali
layang-layang galang . Pemakaian di pinggang ada 2 jenis kain yaitu; Uis Julu dan Uis
nipes.Kedua kain ini dililitkan pada pinggang atau bisa disebut diabitken(Langge-langge). Selain
itu ada juga tempat sirih,pinang yang selalu dibawa pengantin perempuan yaitu Kampil yang
melambangkan perempuan yang sudah matang dalam kehidupan rumah tangga serta simbol
penghormatan kepada setiap tamu yang datang. Dalam perhiasan pengantin tersebut terdapat 30
motif yang berbeda dan bervariasi, ada yang memiliki motif geometris motif hewan dan motif
tumbuhan. Walaupun ditemukan beberapa macam bentuk yang berbeda,umumnya pada dasarnya
memiliki makna yang sama serta tidak mengurangi nilai Kesakralan upacara perkawinan tersebut.
Makna Simbolis yang terdapat pada setiap bagian perhiasan dan pada setiap kain yang digunakan
olehpengantin dalam upacara adat perkawinan pada intinya menjunjung Tinggi nilai-nilai budaya
pada masyarakat Karo seperti nilai nilai kekerabatan,nilai sistem sosial, nilai kekeluargaan yang
terdapat pada kain Uis Nipes,Rudang Emas-emas,sertali layang-layang kitik,Uis Julu,Uis
Jujungjujungen. Nilai kesopanan yang terdapat pada Uis gara-gara,Gelang sarung,Uis Gatip
20,Uis gara Jongkit,Padung Raja mehuli,Kampil. Nilai Kesuburan dan Kemakmuran adalah
Sertali Layang-layang Galang. Nilai Kerja keras danpantang menyerah adalah Sertali Layang-
layang Galang,Uis Mbiring atau Uis Gatip 20, Uis Gara-gara.Nilai
Tanggungjawab,Melaksanakan tugas sesuai sistem kekerabatan pada masyarakat Karo dan nilai
pembelaan diri terdapat pada pisau Tumbuk Lada,Uis Pementing. Pada setiap perhiasan dulu
dipercaya memilii nilai simbol penolak bala,walaupun demikian pada dasarnya setiap bagian
perhiasan memilik nilai bilangan 3 yang melambangkan Rakut si Telu ,kemudian nilai bilangan 5
yang memiliki arta 5 cabang marga pada masyarakat Karo yaitu Merga silima dan nilai bilangan
8 yang berarti adalah Tutur si waluh atau delapan sapaan panggilan kepada anggota keluarga
atau sebut saja juga cara bertutur dalam masyarakat Karo.
Dan modifikasinya adalah pengantin menggunakan hijab, dan warna eyeshadow menjadi
coklat ke-emasan, lipstik yang di ombre dan menggunakan sanggul telpel yang di anggap
menambah kecantikan pengantin serta mengikuti gaya modern.
B. Saran
Kepada Generasi muda Karo agar tetap memelihara,menjaga,dan menjunjung tinggi serta
melestarikan hasil budaya sendiri walaupun sudah banyak modifikasi dalam tatarias pengantin
ini, dengan jalan mempelajari serta mengenali lebih dalam entang Busana dan Aksesories
perhiasan adat Karo secara umum dan khususnya Pengantin Karo serta mempelajari nama nama
dan makna simbolis dari setiap bagian busana dan perhiasan yang masih ada. Kepada seluruh
masyarakat Karo agar berperan serta dalam menanamkan kembali nilai-nilai budaya kepada
generasi muda dimulai dari lingkungan keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
agar tetap terjaga nilainilai yang sudah menghilang karena pengaruh budaya luar dan kurang
pedulinya lapisan masyarakat terhadap budaya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.weddingku.com/blog/tata-rias-pengantin-batak-karo
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/740/jbptunikompp-gdl-yosafatadi-36967-9-10.yosa-2.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Karo https://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3064-2950/Pernikahan-
Adat-Karo_132318_itbu_p2k-itbu.html
https://www.google.com/search?sxsrf=AOaemvLxLvyl0PnCMAvvz7_4Hd6obsmA8A%3A1636
5488
16205&lei=0MCLYcPC8WH8QOni6uQAQ&q=kain%20khas%20karo&ved=2ahUKEwjDpuO
26430AhXFQ3wKHafFChI QsKwBKAR6BAg0EAU&biw=1366&bih=657&dpr=1
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132306623/pendidikan/PPT+PENGANTIN+MUSLIM_0.pdf
BAB
BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Sejarah Batak Toba

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia dimana bahasa dan bukti-bukti arkeologi
menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia berasal dari Taiwan yang telah
berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu pada zaman batu muda
(Neolitikum). Belum diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali berada di
Tapanuli dan Sumatera Timur.Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum yang
ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke
Sumatera Utara pada zaman logam.

Identitas Batak

Ada tiga pendapat yang mengungkapkan mengenai identitas suku batak yaitu;

1. R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat
kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren.Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi
sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan,
atau antar kampung.Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan
sosial dan politik yang lebih besar.

2. Munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.
Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak"
diciptakan oleh pihak asing.

3. Siti Omas Manurung, istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum
kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai
Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut.

Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi tentang asal usul suku batak
menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah tempat
"kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang
orang Batak berasal dari Samosir. Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai
macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain
di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan
sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting.
Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau.
Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari
banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orangorang Tamil yang
menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan
Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

1. ADAT ISTIADAT BATAK TOBA


 Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak dan sebagian juga ada yang
menggunakan bahasa Melayu.Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda. Orang Karo
menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak, logat Simalungun
dipakai oleh Batak Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan
Mandailing.

 Kesenian

Tari Tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku Batak.Tarian ini bersifat magis.Ada
lagi Tari serampang dua belas yang hanya bersifat hiburan.Sementara alat musik tradisionalnya
adalah Gong dan Saga-saga.Adapun warisan kebudayaan berbentuk kain adalah kain ulos.Kain
hasil kerajinan tenun suku batak ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan
rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan
upacara menari Tor-tor.

Tor-Tor Batak Toba


 Kepercayaan

Sebelum suku Batak Toba mengenal agama, mereka menganut sistem kepercayaan religi
tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya
terwujud dalam Debata Natolu.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:

Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi
nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan
upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.

Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi,
tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang
dimiliki para raja atau hula-hula.

Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku
manusia, hanya muncul pada waktu malam.

 Salam Khas Batak

Salam Horas merupakan salam Suku Batak yang terkenal, namun masih ada dua salam lagi yang
kurang populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki
penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya

1. Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!”

2. Karo “Mejuah-juah Kita Krina!”

3. Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”

4. Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”

5. Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua
Bulung!”
 Kekerabatan

Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan
(genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.

Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai
dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga.Sedangkan kekerabatan
berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena
perkawinan.Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam
marga, kemudian Marga.Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs
Marga lainnya.Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali
disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.
Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok
dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa
menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam
pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga
tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.
Dalam persoalan perkawinan, dalam tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah
dengan orang Batak yang berbeda klan. Maka dari itu, jika ada yang menikah harus mencari
pasangan hidup dari marga lain. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku
Batak, maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut
dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja bila agama yang dianutnya
adalah Kristen.

 Falsafah dan sistem kemasyarakatan

Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam
kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut
penyebutan Dalihan Natolu menurut kelima puak Batak
1. Dalihan Na Tolu (Toba) • Somba Marhula-hula • Manat Mardongan Tubu • Elek
Marboru
2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) • Hormat Marmora • Manat Markahanggi •
Elek Maranak Boru
3. Tolu Sahundulan (Simalungun) • Martondong Ningon Hormat, Sombah • Marsanina
Ningon Pakkei, Manat • Marboru Ningon Elek, Pakkei
4. Rakut Sitelu (Karo) • Nembah Man Kalimbubu • Mehamat Man Sembuyak • Nami-
nami Man Anak Beru
5. Daliken Sitelu (Pakpak) • Sembah Merkula-kula • Manat Merdengan Tubuh • Elek
Marberru
Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri.Hula-hula ini menempati posisi yang
paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak.
Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu
marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama.
Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga
lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam
pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat.Namun walaupun berfungsi
sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru
harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Dari silsilah diatas, bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem
kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat
Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru.Jadi setiap
orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'.Raja dalam
tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik
sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat
selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.

2. SEJARAH PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA

Pernikahan adat batak toba adalah salah satu upacara ritual batak toba.Dalam adat batak
toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarkat melalui perkawinan tak bisa dilepaskan dari
kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan. Demikianlah keseluruhan rangkaian situs
perkawinan adat batak-Toba mengiyakan pentingnya peran masyarakat, bahkan ia tak dapat di
pisahkan dari peran masyarakat. Zaman dahulu,pernikahan batak toba bisa memakan enam
sampai tujuh perayaan, di karenakan banyaknya sanak saudara yang diundang dan ritual yang
dijalankan .pernikahan adat batak ini memang syarat dengan budaya dan peraturan dari norma-
norma social yang berlaku. Sebab itu ritual pernikahan batak ini tidak pernah lepas dari tradisi
nya hinggah sekarang.

2.2 Tata Cara Upacara Pernikahan Adat Batak Toba

Adapun tata cara adat Batak dalam pernikahan yang disebut dengan adat nagok , yaitu
pernikahan orang Batak secara normal berdasarkan ketentuan adat terdahulu seperti tahap-tahap
berikut ini:

1. Mangaririt
Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah
acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan “ Ulaon Sadari ”.

2. Mangalehon Tanda
Mangalehontanda maknanya mengasih tanda apabila laki-laki telah menemukan perempuan
sebagai calon istrinya, kemudian keduanya saling memberikan tanda.Laki-laki biasanya
mengasih uang kepada perempuan sedangkan perempuan menyerahkan kain sarung kepada laki-
laki, setelah itu maka laki-laki dan perempuan tersebut telah terikat satu sama lain.
Laki-laki lalu memberitahukan hal tersebut kepada orang tuanya, orang tua laki-laki akan
menyuruh prantara atau domu - domu yang telah mengikat janji dengan putrinya.

3. Marhori-hori Dinding atau Marhusip


Marhusip artinya berbisik, tetapi arti dalam tulisan ini yaitu pembicaran yang bersifat tertutup
atau bisa juga disebut pembicaraan atau perundingan antara utusan keluarga calon pengantin
laki-laki dengan wakil pihak orang tua calon pengantin perempuan, mengenai mas kawin yang
harus di siapkan oleh pihak laki-laki yang akan diberikan kepada pihak perempuan.

4. Martumpol (baca : martuppol)


Martumpol bagi orang Batak Toba bisa disebut juga sebagai acara pertunangan tetapi secara
harafiah martupol merupakan acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat
dalam janji untuk melangsungkan pernikahan.
Upacara adat ini diikuti oleh orang tua kedua calon pengantin dan keluarga mereka beserta para
undangan yang biasanya diadakan di dalam gereja, karena yang mengadakan acara martumpol
ini kebanyakan adalah masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen.

5. Marhata Sinamot
Marhatasinamot biasanya diselenggarakan setelah selesai membagikan jambar . Marhatasinamot
adalah membicarakan berapa jumlah sinamot dari pihak laki-laki, hewan apa yang di sembelih,
berapa banyak ulos , berapa banyak undangan dan dimana dilaksanakan upacara pernikahan
tersebut.
Adat marhatasinamot bisa juga dianggap sebagai perkenalan resmi antara orang tua laki-laki
dengan orang tua perempuan.Mas kawin yang diserahkan pihak laki-laki biasanya berupa uang
sesuai jumlah mas kawin tersebut di tentukan lewat tawar-menawar.

6. Martonggo Raja atau Maria Raja Martonggo raja


Merupakan suatu kegiatan pra upacara adat yang bersifat seremonial yang mutlak
diselenggarakan oleh penyelenggara yang bertujuan untuk mempersiapkan kepentingan pesta
yang bersifat teknis dan non teknis.
Pada adat ini biasanya dihadiri oleh teman satu kampung, dongan tubu (saudara). Pihak
hasuhuton (tuan rumah) memohon izin kepada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta
(teman sekampung) untuk membantu mempersiapkan dan menggunakan fasilitas umum pada
upacara adat yang sudah direncanakan.

7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)


Pemberkatan pernikahan kedua pengantin dilaksanakan di Gereja oleh Pendeta.Setelah
pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua penagntin telah sah menjadi suami istri menurut
gereja.
Setelah pemberkatan dari Gereja selesai, lalu kedua belah pihak pulang ke rumah untuk
mengadakan upacara adat Batak dimana acara ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak laki-
laki dan perempuan.

8. Ulaon Unjuk (Pesta Adat)


Setelah selesai pemberkatan dari Gereja, kedua pengantin juga menerima pemberkatan dari adat
yaitu dari seluruh keluarga khususnya kedua orang tua. Dalam upacara adat inilah disampaikan
doa-doa untuk kedua pengantin yang diwakili dengan pemberian ulos .
Selanjutnya dilaksanakan pembagian jambar (jatah) berupa daging dan juga

uang yaitu:

Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak perempuan adalah jambar j u h u t (daging) dan jambar
tuhorni boru (uang) dibagi sesuai peraturan. Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak pria adalah
dengke (baca : dekke/ ikan mas arsik) dan ulos yang dibagi sesuai peraturan. Pesta Adat Unjuk
ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.

9. Mangihut Di Ampang atau Dialap Jual


Dialap Jual artinya jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin perempuan, maka
dilaksanakanlah acara membawa pengantin perempuan ke tempat mempelai laki-laki.
10. Ditaruhon Jual
Jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin laki-laki, maka penagntin perempuan
dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namboru -nya
ke tempat namboru -nya.
Dalam hal ini paranak wajib mengasih upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual
upa manaru tidak diberlakukan.

11. Paulak Une

Adat ini dimasukkan sebagai langkah untuk kedua belah pihak bebas saling kunjung
mengunjungi setelah beberapa hari berselang upacara pernikahan yang biasanya dilaksanakan
seminggu setelah upacara pernikahan.Pihak pengantin laki-laki dan kerabatnya, bersama
pengantin mengunjungi rumah pihak orang tua pengantin perempuan.Kesempatan inilah pihak
perempuan mengetahui bahwa putrinnya betah tinggal di rumah mertuanya.

12. Manjae
Setelah beberapa lama pengantin laki-laki dan perempuan menjalani hidup berumah tangga
(kalau laki-laki tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae , yaitu dipisah rumah (tempat
tinggal) dan mata pencarian. Biasanya kalau anak paling bungsu mewarisi rumah orang tuanya.
13. Maningkir Tangga (baca: manikkir tangga)
Setelah pengantin manjae atau tinggal di rumah mereka.Orang tua beserta keluarga pengantin
datang untuk mengunjungi rumah mereka dan diadakan makan bersama.
Demikian tata cara upacara pernikahan adat Batak Toba, namun akhir-akhir ini tidak semua lagi
urutan ini dilaksanakan seperti semula, terutama orang-orang Batak yang berada diperantauan.
Beberapa telah dibuat menjadi lebih sederhana.

Marhata Sinamot

Marhata sinamot adalah adat suku Batak Toba yang membicarakan perihal tentang biaya
perkawinan, serta biasanya di hadirin para keluarga baik pihak laki-laki (pihak paranak)
maupun pihak perempuan (pihak parboru) dan dipimpin oleh raja parhata.
Martumpol bagi orang Batak Toba bisa disebut juga sebagai acara pertunangan tetapi secara
harafiah martupol merupakan acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat
dalam janji untuk melangsungkan pernikahan.

Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)


Pemberkatan pernikahan kedua pengantin dilaksanakan di Gereja oleh Pendeta.Setelah
pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua penagntin telah sah menjadi suami istri menurut
gereja.
Setelah pemberkatan dari Gereja selesai, lalu kedua belah pihak pulang ke rumah untuk
mengadakan upacara adat Batak dimana acara ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak laki-
laki dan perempuan.
Mangulosi

adalah puncak dari prosesi Marunjuk. Kegiatan Mangulosi ini pasti dilakukan.Ulos sendiri
dijadikan simbol sebagai hadiah pernikahan yang memiliki arti berkat bagi kedua pengantin.
Dalam Mangulosi pun ada urutannya

Orang tua pengantin wanita memberikan Ulos hela kepada kedua pengantin. Sebelum
memberikan Ulos, biasanya ayah/ibu akan mandok hata atau memberi nasihat kepada kedua
pengantin agar bahagia dan pernikahannya diberkati Tuhan.

Hula-hula Paranak dan hula-hula Parboru juga akan Mangulosi pengantin. Salah satu boru (anak
perempuan) dari hula-hula Paranak memberikan amplop yang berisi uang kepada
pengantin. Hula-hula membawa 3 jenis yaitu Ulos, dekke, dan tandok.Sebelum memberikannya,
salah satu dari pihak hula-hula juga memberikan nasihat atau mandok hata.

2.3 Nama Nama Ulos Yang Digunkan Pada Adat Pernikahan Batak Toba

Ulos yang digunakan dalam acara adat masyarakat Batak Toba ini sangat berbeda dengan
ulos yang digunakan dalam acara adat perkawinan masyarakat Batak lainnya. Ulos yang
digunakan dalam acara Adat Perkawinan (dalam buku Raja Parhata dohot Jambar Hata
Drs.Manahan Radjagukguk) yaitu :
1. Ulos Panssamot atau Ragidup
adalah Ulos yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada orang tua pengantin
laki-laki (hela).
2. Ulos Pengantin atau disebut juga Ragihotang
adalah ulos yang diberikan oleh Orang Tua pengantin perempuan kepada kedua pengantin.
3. Ulos Holong
adalah Ulos yang diterima atau diberikan oleh semua undangan yang hadir pada upacara
perkawinan. Ulos ini dapat diterima dari para undangan sampai ratusan.
4. Ulos Sadum
adalah ulos yang akan diberikan kepada Namboru (adik perempuan dari ayah) dari kedua
mempelai yang akan diuloskan oleh Hula-hula (adik atau abang laki-laki dari ibu.
5. Ulos Ragihotang
adalah ulos yang digunakan atau dipakai oleh semua laki-laki yang akan menghadiri pesta
perkawinan termaksud Orang Tua laki-laki dari kedua pengantin.
Didalam adat Batak Toba ada istilah Filosofi Adat yang disebut Dalihan Natolu yaitu tiga
tungku didalam adat Batak Toba yang merupakan suatu sistem kemasyarakatan pada
masyarakat Batak Toba tersebut.Dalihan Natolu ini mempunyai peran yang sangat penting
didalam setiap acara adat pada masyarakat Batak Toba dimanapun mereka berada.Dalihan
Natolu adalah somaba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru. Yang dimaksud
dengan Somba Marhula-Hula yaitu setiap insan suku Batak harus Hormat kepada Hula-
hulanya, kelompok kerabatan Hula-hula yaitu Tulang, Bona Tulang dan Bona Niari.Somba
artinya sembah, dimana masyarakat Batak Toba bersikap kepada Hula-hulanya Tangan harus
turut menyembah, tutur kata, caraduduk, dan semua tingkah laku harus turut menyembah
yang dilaksanakan dengan penuh hormat dan kesopanan.
Manat Mardongan Tubu maksudnya adalah agar suatu hubungan didalam kehidupan
sehar - hari maupun dalam upacara adat, setiap yang mempunyai saudara laki-laki harus
bersikap was-was atau hati-hati pada sikap tingkah laku satu sama lain. Agar hubungan
kekeluargaan tetap utuh didalam kelompok kekerabatan.
Elek Marboru artinya dimana seseorang harus bersikap lemah lembut terhadap borunya
didalam kehidupan sehari-hari, kerena borulah yang menjadi tiang beban didalam kehidupan
sehari-hari.Didalam acara adat masyarakat Batak Toba peran Dalihan Natolu ini sangatlah
penting, baik didalam acara tujuh bulanan, memasuki jabu, kelahiran termaksud upacara adat
perkawinan Masyarakat Batak Toba.
Ulos dalam acara Pernikahan

pemberian ulos kepada keluarga terdekat pihak keluarga mempelai laki-laki oleh keluarga
pihak mempelai perempuan, pemberian ulos ini haruslah yang sudah menikah dan penerimanya
pun yang sudah menikah, dan ulos yang diberikan adalah sebagai berikut:

 Ulos paramai untuk saudara laki-laki dari ayah mempelai laki-laki. Apabila tidak
mempunyai kakak atau adik, bisa juga digantikan anak dari kakak atau adik kakek si
mempelai yang sudah menikah.
 Ulos simandokkon untuk saudara lakilaki dari mempelai laki-laki. Apabila belum
menikah akan digantikan oleh anak dari kakak atau adik ayah si mempelai yang sudah
menikah dan bisa juga saudara dekat dari pihak semarga keluarga laki-laki yang sudah
menikah.
 Ulos sihuti ampang untuk saudara perempuan pengantin laki-laki yang sudah menikah.
Apabila belum akan digantikan oleh saudara perempuan ayah si mempelai yang sudah
menikah.
 Ulos pansamot adalah ulos yang akan diberikan orangtua si mempelai perempuan kepada
orang tua si laki-laki. Ulos ini tanda kasih sayang yang antar kedua pihak keluarga sudah
mempunyai hubungan yang sangat dekat. Pada saat memberikan ulos orang tua si
perempuan akan memberikan sepatah dua kata yang baik kepada orang tua si laki-laki.
 Ulos hela adalah ulos yang akan diberikan kepada si mempelai, yang akan dibarengi oleh
sebuah mandar hela (sebuah sarung). Ulos ini menandakan si mempelai laki-laki sudah
menjadi menantu yang sah dan untuk kain sarung agar si mempelai laki-laki pada saat
kegiatan di keluarga mempelai perempuan akan menjadi parhobas.

Kegiatan prosesi pemberian ulos ini semua pihak yang telah terlibat sudah menjadi keluarga
juga, terutama antar kedua belah pihak, masing-masing sanak keluarga kedua mempelai
pun sudah seperti keluarga nantinya. Penjelasan lebih lanjut siapakah yang menempati
posisi tersebut. Dalam posisi duduk setiap keluarga memiliki fungsi dan perannya
masing-masing:
(1) Hula-Hula Posisi pertama; Hula-hula yaitu pihak pemberi istri, saudara laki-laki dari ibu
si mempelai.
(2) Tulang Posisi kedua; Tulang yaitu pihak pemberi istri, saudara laki-laki dari ibu si ayah
mempelai.
(3) Bona Tulang Posisi ketiga Bona Tulang yaitu pihak pemberi istri, saudara laki-laki nenek
si ayah mempelai.
(4) Tulang Rorobot Posisi keempat Tulang Rorobot pihak pemberi istri, saudara laki-laki
ibunya si ibu mempelai.
(5) Hula-Hula Marhahamaranggi Posisi kelima Hula-Hula Marhaharanggi yaitu pihak
pemberi istri, saudara laki-laki istri, dari kakak dan adik dari ayah si mempelai (paman si
mempelai).
(6) Hula-Hula Anak Manjae Posisi ke enam Hula-Hula Anak Manjae yaitu pihak pemberi
istri, saudara laki-laki istri dari anaknya

Fungsi Ulos dalam Hari-hari Besar


halak Batak atau namarpesta on halak Batak, Jala ulos on fungsi na dipake halak Batak
gabe sabe-sabe na dos tu Artinya: mengadakan pesta tersebut adalah orang Batak, juga
ulos ini fungsinya sebagai selendang yang dipakai masyarakat Batak sesuai dengan jenis
acara adatnya.
Artinya:
sebagai yang mengadakan pesta tersebut adalah orang Batak, juga ulos ini fungsinya
sebagai selendang yang dipakai masyarakat Batak sesuai dengan jenis acara adatnya.

2.4 Asesoris Pengantin Batak Toba

Perhiasan dan aksesoris

Pengantin wanita

 Dahi
Mengenakan sortali boru (wanita)
 Lengan
Dihiasi dengan gelang leang
 Tangan
Memegang tampu(tempat sirih)yang terbiat dari manik-manik dan berisikan daun siri beserta
ramuanya.
 Jari
Diberi cincinyaitu tintin rumbung,tintin permata, titin bunnga gundur atau tintin
tumbuk(pijor).

Pengantin pria
Perhiasan atau aksesoris kepala
Pengantian pria memakai penutup kepala dari ulos (ulos tali-tali ragi sakkar) yang
dibentuk mirip topi.Sourtali laki-laki diletakkan pada ulos penutup kepala di bagian
dahi.Pengnti pria menyandang tempat air dan tempat obat dipinggang sebelah kanan.

2.5 Tata Rias Pengantin Batak Toba

Suku batak toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa batak yang cukup banyak.
Suku batak toba tinggal dikabupaten toba samosir kini wilaya meliputi
balige ,lagubotik,parsoburan, dan sekitarnya. Orang batak selalu memi;liki marga/keluarga.
Marga di peroleh dari garis keturunan ayah (patruilineal) yang seterus nya dilanjutkan
keturunan nya secara terus menerus.
Penataan rambut
Pengantin wanita memakai sanggul yang dinamakan sanggul timpus. Bagian tengah
depan dibelah dua, diberi sedikit sasakan, dan ditarik keatas sehingga membentuk sanggul
timpus. Pengantin juga memakai hiasan gondang-gondang yang terbuat dari emas, menyediakan
daun sirih sebagai simbol Dalihan Natolu.
 Pengantin wanita
Busana
Baju kurung (billulu nabirong)
Busana dari bahan beludru warna hitam dipercaya mempunyai mempunyai kekuatan
magis,dijahit menjadi baju kurung atau kebaya brokat.
 Kain
Pengantin mengenakan tenunan ulos atau songket sebagai kain, dengan cara dililitkan
pada pinggang secara serong.
 Ulos ragi hotang
Dahulu masyarakat toba hanya menggunakan ulos sebagai penghangat tubuh, kain ini
hanya dililitkan pada bagian tubuh tanpa dijahit.
Pada ulos hapinusanaan terdapat ragam hias geometri, seperti ipon-ipon (tumpal),sebagai
hiasanpenambah keindahan. Motif pisoran yang terdapat paa bagian tengah.Ragam hias fauna,
seperti biawak yang terdapat pada bagian ujung ulos, berfungsi sebagai penangkal roh jahat.
Pengantin menyampirkan selendang ulos bintang meratur pada bahu kanan. Pada kedua
ujung tengah ulos bintang maratur teragam haisan flora dengan motif hotang-hotang (garis-
garis)melambangkan keteraturan dan keharmonisan. Tapi kini selendang digunakan adalah
tenun songket yang sama dengan kain.
 Alas kaki
Pengantin mengenakan sandal bertumit sesuai buasana.

 Pengantin pria
Busana
 Ulos
Busana yang dikena
kan hanya berupa selembar ulos napinunsaan/ulos ragiidup yang dillitkan seperti
memakai kain sarung dengan rambu-rambu (bulu-bulu benang ) dibagian depan. Pada
ujungny aterdapat hiasa geometri yaitu silitong, yang melambangkan kekuasaan, hotang-
hotang biawak, dan lain lain. Ulos ragi hotang di selempengkan pada bahu kanan. Saat ini
kebanyakan masyarakat menggubnakan busana yang lebi praktis dan modren berupa jas
kemeja,dan dasi.
 Celana
Pengantin pria memakai celana pendek tanpa baju.Saat ini kebanyakan masyarakat
mengenakan busana yang lebih praktis dan modren berupa celana panjang.
 Alas kaki
Pengantin pria mengenakan selop atau sepatu.
Perkembanngan saat ini
Perkembang adat batak sat ini sudah ada bebearapa proses yang dilewatkan ataun proses
yang telah diubah atau bahkan dilangkar dalam adat batak , diantaranya yaitu:
 pakaian atau kebaya pada sejarah batak penganti wanita duluh itu memakai kebaya yang
berwarna putih akan tetapi dizaman sekarag ini zaman modern ini sudah banyak pengantin
yang mengenakan bebagai bentuk dan warna kebaya meraka daalam acara pernikahan begitu
pula dengan pengantin pria duluh itu memakai sarung akan tetapi pada zaman sekarang
pengantin pria sudah tidak memakai sarung lagi akan tetapi sudah mengenakan jas atau
celana.
Selamat malam ibu dan teman-teman semua. Kami dari kelompok Batak Toba ingin
memberitahukan peralatan dan kosmetik apa saja yg akan digunakan.

 Persiapan alat, bahan dan lenan Pengantin Aceh Besar


Alat-alat yang diperlukan
 Meja kerja pendek ukuran 125 cm x 60 cm Kursi pendek (dingklek)
 Tikar atam permadani
 Alas meja putih
 Nampan sebanyak 3 4 buah beserta alas kain putihnya
 4 Kapas dan tissue
 Tempat sampah bertutup
 Temput kapas
 Tempat tissue
 Tempat sisir/sikat
 Tempat jepitun/hurnal
 Gunting
 Jaram dan benang
 Handuk kecil
 Tanjung
 Sarung dan lain-lain.
Kosmetik yang diperlukan
 Susu pembersih sesuai jenis kulit model Pyar sesuai jenis kulit model
 Pelembab
 Foundation (alas bedak)
 Pas Tongkat/penutup tongkat (dempul)
 Bedak powder
 Bedak padat
 Bayangan mata (bayangan mata)
 Pensil alis
 Sikat mata (pelapis mata)"Maskara
 Pemerah pipi
 Minyak bibir
 Pemerah bibir (lipstick)
 Lip liner (garis bibir)
 Sikat wajah
 Sikat alis
 Kapas dan tissue
 Mangir untuk tangan dan kaki
Perlengkapan Menata Rambut :
 Sisir sikat
 Karet gelang
 Semprotan rambut
 Jepitan bebek/pingkel
 Hairnet
 Hairnal dan karet gelang
 Tali hitam/tali sepatu
 Cemara yang panjangnya kurang lebih 80 cm yang tebal
 Tangkai daun pisang kurang lebih satu jengkal panjangnya
Busana dan Perlengkapannya:
 Sichueweu meutunjong (celana panjang Aceh)
 Seulop meukasap (sendal/selop berkasap)
 Baje neukasap (baju Aceh)
 Ija krong sungket (Kain sarung songket Aceh)
 Tali dan peniti
 Kuepiah meukeutup (kopiah untuk pengantin pria) Tampok keupiah (puncak di atas
kopiah meuketop)
 Tangkulok
 Tusuk-tusuk kopiah (hiasan kopiah)
 Sipatu (sepatu)
 Bungkoh ronub
 Ranub
PROSES KERJA
Persiapan area kerja
 Mengecek tempat praktek (dalam keadaan baik atau tidak)
 Mengecek air dan keran (apabila air tidak mengalir dengan lancar sebaiknya
menampung air kedalam ember terlebih dahulu)
 Ruang praktek dalam keadaan rapi, bersih dan teratur
 Mengecek aliran listrik
 Menyusun meja rias dengan rapi
Persiapan pribadi
 Melepas persiapan yang ada ditangan
 Memotong kuku tangan jika dirasa terlalu panjang
 Mencuci tangan dengan sabun antiseptic
 Menggunakan sepatu yang terbuat dari bahan karet dan tidak bertumit tinggi
 Mengikat rambut (untuk rambut panjang)
Persiapan model/klient
 Melepas aksesoris/perhiasan
 Memakai handuk dan cape pemangkasan
Mengisi lembar kerja analisa dan menganalisis
 Nama :
 Umur :
 Jenis kulit :
 Pekerjaan :
 Kelembaban kulit :
 Tolus/Tugor(kekenyalan kulit) :
 Penyakit kulit :

Proses Make up
 Memakaikan klien kamisol dan rambut juga dirapikan dengan pemberian
hairbando kemudian lakukan pembersihan pada wajah dengan susu pembersih,
mulai pembersihan dari keseluruhan wajah hingga leher.
 Bersihkan dengan tissue, dan berikan face tonic atau toner.
 Selesai melakukan pembersihan wajah. Tahap selanjutnya wajah diberikan
pelembab
 Lalu aplikasikan alas bedak atau foundation merata keseluruhan wajah dan leher.
Ratakan menggunakan kuas foundation tau dengan beauty blender. Selanjutnya
dalah melakukang pembentukan shading pada hidung.
 Setelah hidung kelihatan mancung dan rapi selanjutnya adalah pengaplikasian
blush on dalam dan dilanjutkan dengan contur pada rahang wajah.
 Pemberian concelear pada bagian wajah yg ingin ditutupi, misalnya di bawah
mata atau juga pada bekas bekas jerawat. Kemudian diberikan bedak tabur.
 Pembentukan alis. Bentuk alis klien sesuai dengan bentuk wajah dan warna
rambutnya. Setelah dibentuk menggunakan pensil alis rapikan menggunakan
concelar.
 Selanjutnya merias kelopak mata warna yang digunakan adalah pada kelopak
matabergerak warna yg di gunakan merah,pada bagian luar sudut mata coklat
kehitaman. dan pada bagian high light berwarna kuning keemasan. Kemudian
Pemberian eyeliner dan bulu mata.
 Pemberian blush on luar untuk mempertegas blush on yang sebelumnya kita
aplikasikan.
 Pengaplikasian lispstik. Membingkai bibir terlebih dahulu sebelum pemberian
lipstick dan selanjutnya berilah lipstick berwarna merah cabe.
 Pemberian bedak tabur dan highlighter pada bagian wajah yg ingin ditonjolkan,
seperti tulang hidung, pipi dahi dibawah bibir dll.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Suku Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera
Utara.Agama yang dianut suku ini adalah agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Islam
Sunni.Adapula yang menganut kepercayaan tradisional seperti tradisi Malim dan juga menganut
kepercayaan animisme (Sipelebegu atau Parbegu) walaupun penganutnya sudah berkurang.
Dalam sensus penduduk tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan
Simalungun, Karo, Toba, Mandailing, Pakpak dan Angkola sebagai etnis Batak.Suku batak
memiliki beberapa sub-sub suku lain yang dikategorikan sebagai:
1. Batak Toba
2. Batak Karo
3. Batak Pakpak
4. Batak Simalungun
5. Batak Angkola
6. Batak Mandailing.
Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di
pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani
di pedalaman.Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu
komoditas ekspor di samping kemenyan.Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya.Hal ini
menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera.Pada masa-masa
berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang
mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara.Koloni-koloni mereka terbentang
dari Barus, Sorkam, hingga Natal.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui sejarah dan adat istiadat pernikahan Batak Toba


1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui adat istiadat Batak Toba


2. Untuk mengetahui persiapan pelaksanaan dan ritual pernikahan Batak Toba
3. Untuk Mengetahui pernikahan batak toba
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Batak Toba

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia dimana bahasa dan bukti-bukti arkeologi
menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia berasal dari Taiwan yang telah
berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu pada zaman batu muda
(Neolitikum). Belum diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali berada di
Tapanuli dan Sumatera Timur.Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum yang
ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke
Sumatera Utara pada zaman logam.

Identitas Batak

Ada tiga pendapat yang mengungkapkan mengenai identitas suku batak yaitu;

1. R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat
kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren.Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi
sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan,
atau antar kampung.Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan
sosial dan politik yang lebih besar.

2. Munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.
Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak"
diciptakan oleh pihak asing.

3. Siti Omas Manurung, istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum
kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai
Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut.

Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi tentang asal usul suku batak
menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah tempat
"kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang
orang Batak berasal dari Samosir. Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai
macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain
di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan
sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting.
Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau.
Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari
banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orangorang Tamil yang
menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan
Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

3. ADAT ISTIADAT BATAK TOBA


 Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak dan sebagian juga ada yang
menggunakan bahasa Melayu.Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda. Orang Karo
menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak, logat Simalungun
dipakai oleh Batak Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan
Mandailing.

 Kesenian

Tari Tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku Batak.Tarian ini bersifat magis.Ada
lagi Tari serampang dua belas yang hanya bersifat hiburan.Sementara alat musik tradisionalnya
adalah Gong dan Saga-saga.Adapun warisan kebudayaan berbentuk kain adalah kain ulos.Kain
hasil kerajinan tenun suku batak ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan
rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan
upacara menari Tor-tor.
Tor-Tor Batak Toba

 Kepercayaan

Sebelum suku Batak Toba mengenal agama, mereka menganut sistem kepercayaan religi
tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya
terwujud dalam Debata Natolu.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:

Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi
nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan
upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.

Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi,
tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang
dimiliki para raja atau hula-hula.

Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku
manusia, hanya muncul pada waktu malam.

 Salam Khas Batak

Salam Horas merupakan salam Suku Batak yang terkenal, namun masih ada dua salam lagi yang
kurang populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki
penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya

1. Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!”


2. Karo “Mejuah-juah Kita Krina!”

3. Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”

4. Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”

5. Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua
Bulung!”

 Kekerabatan

Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan
(genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.

Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai
dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga.Sedangkan kekerabatan
berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena
perkawinan.Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam
marga, kemudian Marga.Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs
Marga lainnya.Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali
disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.
Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok
dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa
menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam
pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga
tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.
Dalam persoalan perkawinan, dalam tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah
dengan orang Batak yang berbeda klan. Maka dari itu, jika ada yang menikah harus mencari
pasangan hidup dari marga lain. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku
Batak, maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut
dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja bila agama yang dianutnya
adalah Kristen.

 Falsafah dan sistem kemasyarakatan


Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam
kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut
penyebutan Dalihan Natolu menurut kelima puak Batak
1. Dalihan Na Tolu (Toba) • Somba Marhula-hula • Manat Mardongan Tubu • Elek
Marboru
2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) • Hormat Marmora • Manat Markahanggi •
Elek Maranak Boru
3. Tolu Sahundulan (Simalungun) • Martondong Ningon Hormat, Sombah • Marsanina
Ningon Pakkei, Manat • Marboru Ningon Elek, Pakkei
4. Rakut Sitelu (Karo) • Nembah Man Kalimbubu • Mehamat Man Sembuyak • Nami-
nami Man Anak Beru
5. Daliken Sitelu (Pakpak) • Sembah Merkula-kula • Manat Merdengan Tubuh • Elek
Marberru
Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri.Hula-hula ini menempati posisi yang
paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak.
Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu
marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama.
Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga
lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam
pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat.Namun walaupun berfungsi
sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru
harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Dari silsilah diatas, bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem
kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat
Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru.Jadi setiap
orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'.Raja dalam
tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik
sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat
selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.
4. SEJARAH PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA

Pernikahan adat batak toba adalah salah satu upacara ritual batak toba.Dalam adat batak
toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarkat melalui perkawinan tak bisa dilepaskan dari
kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan. Demikianlah keseluruhan rangkaian situs
perkawinan adat batak-Toba mengiyakan pentingnya peran masyarakat, bahkan ia tak dapat di
pisahkan dari peran masyarakat. Zaman dahulu,pernikahan batak toba bisa memakan enam
sampai tujuh perayaan, di karenakan banyaknya sanak saudara yang diundang dan ritual yang
dijalankan .pernikahan adat batak ini memang syarat dengan budaya dan peraturan dari norma-
norma social yang berlaku. Sebab itu ritual pernikahan batak ini tidak pernah lepas dari tradisi
nya hinggah sekarang.

2.2 Tata Cara Upacara Pernikahan Adat Batak Toba

Adapun tata cara adat Batak dalam pernikahan yang disebut dengan adat nagok , yaitu
pernikahan orang Batak secara normal berdasarkan ketentuan adat terdahulu seperti tahap-tahap
berikut ini:

14. Mangaririt
Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah
acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan “ Ulaon Sadari ”.

15. Mangalehon Tanda


Mangalehontanda maknanya mengasih tanda apabila laki-laki telah menemukan perempuan
sebagai calon istrinya, kemudian keduanya saling memberikan tanda.Laki-laki biasanya
mengasih uang kepada perempuan sedangkan perempuan menyerahkan kain sarung kepada laki-
laki, setelah itu maka laki-laki dan perempuan tersebut telah terikat satu sama lain.
Laki-laki lalu memberitahukan hal tersebut kepada orang tuanya, orang tua laki-laki akan
menyuruh prantara atau domu - domu yang telah mengikat janji dengan putrinya.

16. Marhori-hori Dinding atau Marhusip


Marhusip artinya berbisik, tetapi arti dalam tulisan ini yaitu pembicaran yang bersifat tertutup
atau bisa juga disebut pembicaraan atau perundingan antara utusan keluarga calon pengantin
laki-laki dengan wakil pihak orang tua calon pengantin perempuan, mengenai mas kawin yang
harus di siapkan oleh pihak laki-laki yang akan diberikan kepada pihak perempuan.

17. Martumpol (baca : martuppol)


Martumpol bagi orang Batak Toba bisa disebut juga sebagai acara pertunangan tetapi secara
harafiah martupol merupakan acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat
dalam janji untuk melangsungkan pernikahan.
Upacara adat ini diikuti oleh orang tua kedua calon pengantin dan keluarga mereka beserta para
undangan yang biasanya diadakan di dalam gereja, karena yang mengadakan acara martumpol
ini kebanyakan adalah masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen.

18. Marhata Sinamot


Marhatasinamot biasanya diselenggarakan setelah selesai membagikan jambar . Marhatasinamot
adalah membicarakan berapa jumlah sinamot dari pihak laki-laki, hewan apa yang di sembelih,
berapa banyak ulos , berapa banyak undangan dan dimana dilaksanakan upacara pernikahan
tersebut.
Adat marhatasinamot bisa juga dianggap sebagai perkenalan resmi antara orang tua laki-laki
dengan orang tua perempuan.Mas kawin yang diserahkan pihak laki-laki biasanya berupa uang
sesuai jumlah mas kawin tersebut di tentukan lewat tawar-menawar.

19. Martonggo Raja atau Maria Raja Martonggo raja


Merupakan suatu kegiatan pra upacara adat yang bersifat seremonial yang mutlak
diselenggarakan oleh penyelenggara yang bertujuan untuk mempersiapkan kepentingan pesta
yang bersifat teknis dan non teknis.
Pada adat ini biasanya dihadiri oleh teman satu kampung, dongan tubu (saudara). Pihak
hasuhuton (tuan rumah) memohon izin kepada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta
(teman sekampung) untuk membantu mempersiapkan dan menggunakan fasilitas umum pada
upacara adat yang sudah direncanakan.

20. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)


Pemberkatan pernikahan kedua pengantin dilaksanakan di Gereja oleh Pendeta.Setelah
pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua penagntin telah sah menjadi suami istri menurut
gereja.
Setelah pemberkatan dari Gereja selesai, lalu kedua belah pihak pulang ke rumah untuk
mengadakan upacara adat Batak dimana acara ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak laki-
laki dan perempuan.

21. Ulaon Unjuk (Pesta Adat)


Setelah selesai pemberkatan dari Gereja, kedua pengantin juga menerima pemberkatan dari adat
yaitu dari seluruh keluarga khususnya kedua orang tua. Dalam upacara adat inilah disampaikan
doa-doa untuk kedua pengantin yang diwakili dengan pemberian ulos .
Selanjutnya dilaksanakan pembagian jambar (jatah) berupa daging dan juga

uang yaitu:

Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak perempuan adalah jambar j u h u t (daging) dan jambar
tuhorni boru (uang) dibagi sesuai peraturan. Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak pria adalah
dengke (baca : dekke/ ikan mas arsik) dan ulos yang dibagi sesuai peraturan. Pesta Adat Unjuk
ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.

22. Mangihut Di Ampang atau Dialap Jual


Dialap Jual artinya jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin perempuan, maka
dilaksanakanlah acara membawa pengantin perempuan ke tempat mempelai laki-laki.
23. Ditaruhon Jual
Jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin laki-laki, maka penagntin perempuan
dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namboru -nya
ke tempat namboru -nya.
Dalam hal ini paranak wajib mengasih upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual
upa manaru tidak diberlakukan.

24. Paulak Une

Adat ini dimasukkan sebagai langkah untuk kedua belah pihak bebas saling kunjung
mengunjungi setelah beberapa hari berselang upacara pernikahan yang biasanya dilaksanakan
seminggu setelah upacara pernikahan.Pihak pengantin laki-laki dan kerabatnya, bersama
pengantin mengunjungi rumah pihak orang tua pengantin perempuan.Kesempatan inilah pihak
perempuan mengetahui bahwa putrinnya betah tinggal di rumah mertuanya.

25. Manjae
Setelah beberapa lama pengantin laki-laki dan perempuan menjalani hidup berumah tangga
(kalau laki-laki tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae , yaitu dipisah rumah (tempat
tinggal) dan mata pencarian. Biasanya kalau anak paling bungsu mewarisi rumah orang tuanya.

26. Maningkir Tangga (baca: manikkir tangga)


Setelah pengantin manjae atau tinggal di rumah mereka.Orang tua beserta keluarga pengantin
datang untuk mengunjungi rumah mereka dan diadakan makan bersama.
Demikian tata cara upacara pernikahan adat Batak Toba, namun akhir-akhir ini tidak semua lagi
urutan ini dilaksanakan seperti semula, terutama orang-orang Batak yang berada diperantauan.
Beberapa telah dibuat menjadi lebih sederhana.

Marhata Sinamot

Marhata sinamot adalah adat suku Batak Toba yang membicarakan perihal tentang biaya
perkawinan, serta biasanya di hadirin para keluarga baik pihak laki-laki (pihak paranak)
maupun pihak perempuan (pihak parboru) dan dipimpin oleh raja parhata.
Martumpol bagi orang Batak Toba bisa disebut juga sebagai acara pertunangan tetapi secara
harafiah martupol merupakan acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat
dalam janji untuk melangsungkan pernikahan.

Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)


Pemberkatan pernikahan kedua pengantin dilaksanakan di Gereja oleh Pendeta.Setelah
pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua penagntin telah sah menjadi suami istri menurut
gereja.
Setelah pemberkatan dari Gereja selesai, lalu kedua belah pihak pulang ke rumah untuk
mengadakan upacara adat Batak dimana acara ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak laki-
laki dan perempuan.

Mangulosi

adalah puncak dari prosesi Marunjuk. Kegiatan Mangulosi ini pasti dilakukan. Ulos sendiri
dijadikan simbol sebagai hadiah pernikahan yang memiliki arti berkat bagi kedua pengantin.
Dalam Mangulosi pun ada urutannya

Orang tua pengantin wanita memberikan Ulos hela kepada kedua pengantin. Sebelum
memberikan Ulos, biasanya ayah/ibu akan mandok hata atau memberi nasihat kepada kedua
pengantin agar bahagia dan pernikahannya diberkati Tuhan.

Hula-hula Paranak dan hula-hula Parboru juga akan Mangulosi pengantin. Salah satu boru (anak
perempuan) dari hula-hula Paranak memberikan amplop yang berisi uang kepada
pengantin. Hula-hula membawa 3 jenis yaitu Ulos, dekke, dan tandok. Sebelum memberikannya,
salah satu dari pihak hula-hula juga memberikan nasihat atau mandok hata.
2.3 Nama Nama Ulos Yang Digunkan Pada Adat Pernikahan Batak Toba

Ulos yang digunakan dalam acara adat masyarakat Batak Toba ini sangat berbeda dengan
ulos yang digunakan dalam acara adat perkawinan masyarakat Batak lainnya. Ulos yang
digunakan dalam acara Adat Perkawinan (dalam buku Raja Parhata dohot Jambar Hata
Drs.Manahan Radjagukguk) yaitu :

6. Ulos Panssamot atau Ragidup


adalah Ulos yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada orang tua pengantin
laki-laki (hela).
7. Ulos Pengantin atau disebut juga Ragihotang
adalah ulos yang diberikan oleh Orang Tua pengantin perempuan kepada kedua pengantin.
8. Ulos Holong
adalah Ulos yang diterima atau diberikan oleh semua undangan yang hadir pada upacara
perkawinan. Ulos ini dapat diterima dari para undangan sampai ratusan.
9. Ulos Sadum
adalah ulos yang akan diberikan kepada Namboru (adik perempuan dari ayah) dari kedua
mempelai yang akan diuloskan oleh Hula-hula (adik atau abang laki-laki dari ibu.
10. Ulos Ragihotang
adalah ulos yang digunakan atau dipakai oleh semua laki-laki yang akan menghadiri pesta
perkawinan termaksud Orang Tua laki-laki dari kedua pengantin.
Didalam adat Batak Toba ada istilah Filosofi Adat yang disebut Dalihan Natolu yaitu tiga
tungku didalam adat Batak Toba yang merupakan suatu sistem kemasyarakatan pada
masyarakat Batak Toba tersebut. Dalihan Natolu ini mempunyai peran yang sangat penting
didalam setiap acara adat pada masyarakat Batak Toba dimanapun mereka berada. Dalihan
Natolu adalah somaba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru. Yang dimaksud
dengan Somba Marhula-Hula yaitu setiap insan suku Batak harus Hormat kepada Hula-
hulanya, kelompok kerabatan Hula-hula yaitu Tulang, Bona Tulang dan Bona Niari.Somba
artinya sembah, dimana masyarakat Batak Toba bersikap kepada Hula-hulanya Tangan harus
turut menyembah, tutur kata, caraduduk, dan semua tingkah laku harus turut menyembah
yang dilaksanakan dengan penuh hormat dan kesopanan.
Manat Mardongan Tubu maksudnya adalah agar suatu hubungan didalam kehidupan
sehar - hari maupun dalam upacara adat, setiap yang mempunyai saudara laki-laki harus
bersikap was-was atau hati-hati pada sikap tingkah laku satu sama lain. Agar hubungan
kekeluargaan tetap utuh didalam kelompok kekerabatan.
Elek Marboru artinya dimana seseorang harus bersikap lemah lembut terhadap borunya
didalam kehidupan sehari-hari, kerena borulah yang menjadi tiang beban didalam kehidupan
sehari-hari. Didalam acara adat masyarakat Batak Toba peran Dalihan Natolu ini sangatlah
penting, baik didalam acara tujuh bulanan, memasuki jabu, kelahiran termaksud upacara adat
perkawinan Masyarakat Batak Toba.
Ulos dalam acara Pernikahan

pemberian ulos kepada keluarga terdekat pihak keluarga mempelai laki-laki oleh keluarga
pihak mempelai perempuan, pemberian ulos ini haruslah yang sudah menikah dan penerimanya
pun yang sudah menikah, dan ulos yang diberikan adalah sebagai berikut:

 Ulos paramai untuk saudara laki-laki dari ayah mempelai laki-laki. Apabila tidak
mempunyai kakak atau adik, bisa juga digantikan anak dari kakak atau adik kakek si
mempelai yang sudah menikah.
 Ulos simandokkon untuk saudara lakilaki dari mempelai laki-laki. Apabila belum
menikah akan digantikan oleh anak dari kakak atau adik ayah si mempelai yang sudah
menikah dan bisa juga saudara dekat dari pihak semarga keluarga laki-laki yang sudah
menikah.
 Ulos sihuti ampang untuk saudara perempuan pengantin laki-laki yang sudah menikah.
Apabila belum akan digantikan oleh saudara perempuan ayah si mempelai yang sudah
menikah.
 Ulos pansamot adalah ulos yang akan diberikan orangtua si mempelai perempuan kepada
orang tua si laki-laki. Ulos ini tanda kasih sayang yang antar kedua pihak keluarga sudah
mempunyai hubungan yang sangat dekat. Pada saat memberikan ulos orang tua si
perempuan akan memberikan sepatah dua kata yang baik kepada orang tua si laki-laki.
 Ulos hela adalah ulos yang akan diberikan kepada si mempelai, yang akan dibarengi oleh
sebuah mandar hela (sebuah sarung). Ulos ini menandakan si mempelai laki-laki sudah
menjadi menantu yang sah dan untuk kain sarung agar si mempelai laki-laki pada saat
kegiatan di keluarga mempelai perempuan akan menjadi parhobas.
Kegiatan prosesi pemberian ulos ini semua pihak yang telah terlibat sudah menjadi keluarga
juga, terutama antar kedua belah pihak, masing-masing sanak keluarga kedua mempelai
pun sudah seperti keluarga nantinya. Penjelasan lebih lanjut siapakah yang menempati
posisi tersebut. Dalam posisi duduk setiap keluarga memiliki fungsi dan perannya
masing-masing:
(7) Hula-Hula Posisi pertama; Hula-hula yaitu pihak pemberi istri, saudara laki-laki dari ibu
si mempelai.
(8) Tulang Posisi kedua; Tulang yaitu pihak pemberi istri, saudara laki-laki dari ibu si ayah
mempelai.
(9) Bona Tulang Posisi ketiga Bona Tulang yaitu pihak pemberi istri, saudara laki-laki nenek
si ayah mempelai.
(10) Tulang Rorobot Posisi keempat Tulang Rorobot pihak pemberi istri, saudara laki-laki
ibunya si ibu mempelai.
(11) Hula-Hula Marhahamaranggi Posisi kelima Hula-Hula Marhaharanggi yaitu pihak
pemberi istri, saudara laki-laki istri, dari kakak dan adik dari ayah si mempelai (paman si
mempelai).
(12) Hula-Hula Anak Manjae Posisi ke enam Hula-Hula Anak Manjae yaitu pihak pemberi
istri, saudara laki-laki istri dari anaknya
Fungsi Ulos dalam Hari-hari Besar
halak Batak atau namarpesta on halak Batak, Jala ulos on fungsi na dipake halak Batak
gabe sabe-sabe na dos tu Artinya: mengadakan pesta tersebut adalah orang Batak, juga
ulos ini fungsinya sebagai selendang yang dipakai masyarakat Batak sesuai dengan jenis
acara adatnya.
Artinya:
sebagai yang mengadakan pesta tersebut adalah orang Batak, juga ulos ini fungsinya
sebagai selendang yang dipakai masyarakat Batak sesuai dengan jenis acara adatnya.

2.4 Asesoris Pengantin Batak Toba

Perhiasan dan aksesoris

Pengantin wanita

 Dahi
Mengenakan sortali boru (wanita)
 Lengan
Dihiasi dengan gelang leang
 Tangan
Memegang tampu(tempat sirih)yang terbiat dari manik-manik dan berisikan daun siri beserta
ramuanya.
 Jari
Diberi cincinyaitu tintin rumbung,tintin permata, titin bunnga gundur atau tintin
tumbuk(pijor).

Pengantin pria
Perhiasan atau aksesoris kepala
Pengantian pria memakai penutup kepala dari ulos (ulos tali-tali ragi sakkar) yang
dibentuk mirip topi. Sourtali laki-laki diletakkan pada ulos penutup kepala di bagian dahi.
Pengnti pria menyandang tempat air dan tempat obat dipinggang sebelah kanan.
2.5 Tata Rias Pengantin Batak Toba

Suku batak toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa batak yang cukup banyak.
Suku batak toba tinggal dikabupaten toba samosir kini wilaya meliputi
balige ,lagubotik,parsoburan, dan sekitarnya. Orang batak selalu memi;liki marga/keluarga.
Marga di peroleh dari garis keturunan ayah (patruilineal) yang seterus nya dilanjutkan
keturunan nya secara terus menerus.
Penataan rambut
Pengantin wanita memakai sanggul yang dinamakan sanggul timpus. Bagian tengah
depan dibelah dua, diberi sedikit sasakan, dan ditarik keatas sehingga membentuk sanggul
timpus. Pengantin juga memakai hiasan gondang-gondang yang terbuat dari emas, menyediakan
daun sirih sebagai simbol Dalihan Natolu.
 Pengantin wanita
Busana
Baju kurung (billulu nabirong)
Busana dari bahan beludru warna hitam dipercaya mempunyai mempunyai kekuatan
magis,dijahit menjadi baju kurung atau kebaya brokat.
 Kain
Pengantin mengenakan tenunan ulos atau songket sebagai kain, dengan cara dililitkan
pada pinggang secara serong.
 Ulos ragi hotang
Dahulu masyarakat toba hanya menggunakan ulos sebagai penghangat tubuh, kain ini
hanya dililitkan pada bagian tubuh tanpa dijahit.
Pada ulos hapinusanaan terdapat ragam hias geometri, seperti ipon-ipon (tumpal),sebagai
hiasanpenambah keindahan. Motif pisoran yang terdapat paa bagian tengah. Ragam hias fauna,
seperti biawak yang terdapat pada bagian ujung ulos, berfungsi sebagai penangkal roh jahat.
Pengantin menyampirkan selendang ulos bintang meratur pada bahu kanan. Pada kedua
ujung tengah ulos bintang maratur teragam haisan flora dengan motif hotang-hotang (garis-
garis)melambangkan keteraturan dan keharmonisan. Tapi kini selendang digunakan adalah
tenun songket yang sama dengan kain.
 Alas kaki
Pengantin mengenakan sandal bertumit sesuai buasana.
 Pengantin pria
Busana
 Ulos
Busana yang dikena
kan hanya berupa selembar ulos napinunsaan/ulos ragiidup yang dillitkan seperti
memakai kain sarung dengan rambu-rambu (bulu-bulu benang ) dibagian depan. Pada
ujungny aterdapat hiasa geometri yaitu silitong, yang melambangkan kekuasaan, hotang-
hotang biawak, dan lain lain. Ulos ragi hotang di selempengkan pada bahu kanan. Saat ini
kebanyakan masyarakat menggubnakan busana yang lebi praktis dan modren berupa jas
kemeja,dan dasi.
 Celana
Pengantin pria memakai celana pendek tanpa baju. Saat ini kebanyakan masyarakat
mengenakan busana yang lebih praktis dan modren berupa celana panjang.
 Alas kaki
Pengantin pria mengenakan selop atau sepatu.
Perkembanngan saat ini
Perkembang adat batak sat ini sudah ada bebearapa proses yang dilewatkan ataun proses
yang telah diubah atau bahkan dilangkar dalam adat batak , diantaranya yaitu:
 pakaian atau kebaya pada sejarah batak penganti wanita duluh itu memakai kebaya yang
berwarna putih akan tetapi dizaman sekarag ini zaman modern ini sudah banyak pengantin
yang mengenakan bebagai bentuk dan warna kebaya meraka daalam acara pernikahan begitu
pula dengan pengantin pria duluh itu memakai sarung akan tetapi pada zaman sekarang
pengantin pria sudah tidak memakai sarung lagi akan tetapi sudah mengenakan jas atau
celana.
Selamat malam ibu dan teman-teman semua. Kami dari kelompok Batak Toba ingin
memberitahukan peralatan dan kosmetik apa saja yg akan digunakan.

 Alat, Kosmetik Yang Dibutuhkan Untuk Make Up Pengantin Batak Toba

ALAT :
+ Sponge foundation
+ Sponge bedak
+ Kuas make up
+ Penjepit bulu mata
+ Bulu Mata Atas & Bawah

KOSMETIK MAKE-UP

+ Pelembab
+ Primer
+ Foundation
+ Contour Cream
+ Contour Powder
+ Blush On Cream
+ Blush On Powder
+ Highlighter
+ Bedak Tabur
+ Bedak padat
+ Pensil alis
+ Pensil bibir
+ Eyeshadow (orange,coklat tua)
+ Eyeliner
+ Mascara
+ Lipstik
+ Concealer
+ Setting spray
+ Lem bulu mata
BAB III

PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

A. metode penelitian
Salah satu hal yang terpenting dalam penelitian adalah strategi umum yang bersifat teknis
tentang bagaimana pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab masalah
yang diajukan atau dirumuskan atau sering kali disebut dengan metode penelitian.47 Memilih
pendekatan tertentu merupakan suatu penelitian merupakan konsekuensi tersendiri sebagai
proses yang harus diikuti secara konsisten dari awal hingga akhir agar memperoleh hasil yang
maksimal dari penelitian tersebut.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor,
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu ucapan
atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri.48 Sedangkan menurut
David Williams, penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dan
dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.49 Pada penelitian ini peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci (utama) karena peneliti sendiri yang menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukanpengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Riaswajahbukanmerupakansuatuhalbaru,karenasejakribuantahunyanglalusudahdikenalda
nditerapkankhususnyaolehkaumwanita,dimanasetiapbangsamemilikistandartertentuakanarticanti
k.Tatariasadalahsenimenggunakanbahankosmetikauntukmenciptakanwajahperansesuaidengantun
tutanlakon.Selainitutatariasadalahsuatuilmuyangmempelajaritentangsenimempercantikdirisendiri
atauoranglaindenganmenggunakankosmetika.Pemakaiankosmetikauntuktatariassendiritelahdiken
alsejakjamandahulu,dimanakatakosmetika beartiketerampilanberhias.

Tatariaspengantinadalahtatariasyangharusmemilikikekuatanuntukmerubahwajahlebih
berseri,dantampakistimewa,dengantetapmempertahankankecantikanalamiyang besrsifat
personal

4.2 Saran

Kami sadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari katasempurna, dan masih
terdapat banyak kesalahan.Maka dari itu kami mohon kritik dan sarannya kepada para
pembaca gunauntuk meningkatkan pengetahuan kami untuk memperbaiki makalah kami
dimasa mendatang.
BAB

A. LatarBelakang
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tradisi atau tata cara perkawinan di setiap daerah di Indonesia memiliki karakter
yang berbeda, yang dipengaruhi oleh budaya, adat istiadat, legenda, juga kondisi sosial
masyarakatnya. Salah satu karakter tersebut dapat dilihat melalui busana, aksesories, dan
tata rias pengantinnya yang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Busana dan aksesoris, tata rias pengantin memiliki lambang dan makna khusus
yang intinya adalah harapan agar kedua mempelai dapat menjalani kehidupan
perkawinan yang bahagia, sejahtera, dan langgeng. Tata rias dan busana pengantin
Indonesia tidak terlepas dari pernak-pernik dan aksesoris mulai dari ujung rambut
hingga ujung kaki yang menunjukkan ciri khas setiap suku.Setiap tata rias dan busana
pengantin yang ada merupakan bentuk baku atau standar kompetensi. Namun pada
perkembangan masyarakat sekarang ini, tata rias pengantin di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Tata rias pengantin merupakan karya seni budaya yang
berkembang di dalam sebuah kelompok masyarakat dan keberadaannya selalu dicoba
untuk dilestarikan sebagai sebuah karya seni.
1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana Tata Rias PengantinSimalungun?
2. Apa pakaian yang digunakan pengantinsimalungun?
3. Apa saja Tata Cara make Up pengantinSimalungun?
4. Apa saja aksesoris yang digunakan pengantinsimalungun?
5. Apakah arti dari Riasan dan pakaian serta riasan pengantinsimalungun?

1.3 Tujuan
 Memahami Tata Rias PenantinSimalungun.
 Mengetahui pakaian yang digunakan pengantinSimalungun.
 Memahami Tata Cara Make Up pengantinSimalungun.
 Mengetahui Aksesoris yang digunakan pengantinSimalungun.
 Memahami arti Riasan dan Pakaian serta aksesoris pengantinSimalungun.

1.4 Manfaat
 Dapat mempraktikan Tata Rias PengantinSimalungun
 Dapat mengaplikasikan Make Up pengantinSimalungun
 Dapat memakaikan aksesoris dan pakaian pengantinSimalungun.
 Mampu menjelaskan arti riasan dan pakaian serta aksesoris pengantinSimalungun.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

a. Suku Simalungun
Suku Simalungun adalah salah satu dari suku Batak yang terdapat di
wilayah Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatra Utara. Suku Simalungun ini
berada di antara dua kebudayaan, yaitu suku Batak Toba dan suku Batak Karo.
Karena wilayah kediaman suku Batak Simalungun ini berada di antara wilayah
kedua suku Batak tersebut, maka bahasa Simalungun hampir mirip dengan bahasa
Toba dan Karo. Suku ini memiliki garis keturunan patrilineal. (Erond Damanik,
2007:54)
Penduduk asli yang mendiami Kabupaten Simalungun adalah suku Batak
Simalungun yang kehidupan masyarakatnya masih sangat kental dengan adat istiadat.
Pada masyarakat Simalungun, tari disebut dengan Tortor. Tortor mempunyai
peranan penting dalam aktivitas kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan
kehidupan spritual dan sosial kemasyarakatannya. Selain Tortor masyarakat
Simalungun juga mempunyai kesenian dibidang musik, yang sering disebut
gonrang/margonrang (memainkan alat musik tradisional Batak simalungun). Suku
ini memiliki macam-macam kesenian, kesenian tersebut adalah seni tari (Tortor),
seni lukis, seni musik, dan seni teater. Kesenian tersebut sering hadir dalam upacara
adat ataupun kegiatan masyarakat, tetapi dalam pelaksanaanya beberapa cabang
kesenian tersebut diikat oleh sistem kekerabatan yang ada sepertiTortor.
Simalungun mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam dan patut
untuk di lestarikan, contohnya salah seorang pecinta budaya Simalungun yaitu
Sultan Saragih salah seorang Seniman Muda Simalungun yang masih aktif dalam
kegiatan budaya Simalungun, beliau juga sampai saat ini masih melakukan riset
penelitian terhadap budaya Simalungun. Dalam tulisan Sultan Saragih di dalam
penelitiannya menyatakan bahwa, salah seorang putera Guru Raya yaituBorahim
Purba Dasuha, Borahim Purba adalah salah seorang penasehat spiritual kerajaan
Raya yang terlihat pada rekaman foto masa kolonial belanda (KITLV) dengan
menggunakan ikat kepala Simalungun, hiou (ulos), pustaha lak-lak bersanding di
badannya, serta Tukkot Malehat yang tertancap di belakangnya. Dalam tulisan ini
Tukkot Malehat disebut sebagai peninggalan nenek moyang terdahulu dan dipercaya
memiliki kesaktian dan tidak sembarangan di sentuh oleh orang lain. Hanya dapat
digunakan oleh tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kekuatan spiritual seperti
penasehat spiritual raja Raya dan pangulubaling.
Sistem kepemimpinan di suatu kampung dipimpin oleh seorang kepala
desa atau kepala suku, sebutan untuk kepala desa di Simalungun ialah pangulu
balang. Setiap pangulu balang di setiap desa adalah keturunan raja, tugas utama dari
pangulu balang adalah untuk menjaga rakyatnya dan keturunannya dari bahaya dan
ancaman yang dapat menyerang kampung tersebut, yaitu dengan cara melakukan
ritual ataupun perang. Salah satu upacara yang dilakukan adalah upacara mamagari
huta (menolak bala).
Upacara adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh orang–orang
tertentu, khusus, umum, yang memiliki tata aturan tertentu dan tidak dapat diganggu
gugat, yang menjadi paham dasar manusia sejak masa purba sebagai bentuk
dualisme keberadaan hidup hingga masa kini.(Sumardjo 2002:107) Upacara atau
ritual tidak terlepas dari namanya Tortor atau manortor. Tortor pada Masyarakat
Simalungun adalah wujud budaya yang sangat jelas disaat berjalannya setiap adat
yang dilaksanakan. Karena Tortor merupakan salah satu identitas budaya batak yang
dipercaya memiliki nilai dan marwah yang tinggi dalam berlangsungnya suatu
upacara adat, salah satunya adalah upacara mamagari huta dengan ikut
berlangsungnya Tortor Tukkot Malehat pada upacaratersebut.

b. Adat Penikahan Simalungun


Pernikahan merupakan peristiwa yang indah dan unik. Karena rangkaian
upacara pernikahan, busana, dan tata riasnya memiliki nilai budaya yang diwariskan
dari nenek moyang.Salah satu tata rias pengantin (TRP) yang menarik ada di
Sumatera Utara. Provinsi yang memiliki suku Batak ini memiliki11 macam TRP
Batak, Dairi, Deli, Karo, Madina, Mandailing, Nias, Sibolga, Simalungun, Tapanuli
Selatan, Tarutung, dan Toba.
Adat perkawinan Simalungun seperti dijelaskan memiliki mekanisme
tersendiri dalam mengatur perkawinan itu untuk terwujudnya keteraturan sosial
(social order). Misalnya, ketentuan hukum adat Simalungun mengharuskan bahwa
perkawinan itu dilaksanakan secara ideal yakni ‘adat pinaikkat’ (diberangkatkan
dengan baik) bagi ‘palahou boru’ (mengawinkan perempuan) serta ‘adat parunjukon’
(meresmikan seorang perempuan menjadi istri) bagi ‘paunjuk anak’ (mengawinkan
seorang laki-laki). Baik keluarga pihak parboru dan paranak telah mufakat untuk
melaksanakan partongahjabuan dari putra putri mereka sesuai dengan ketentuan
pinaikkat yakni melaksanakan kewajiban adat yang lengkap (adat na gok).
Apabila ketentuan hukum adat ‘yang ideal’ tentang perkawinan ini tidak
dapat dilakukan, maka mekanisme adat berikutnya adalah ‘adat naniasokan’. Pada
ketentuan adat ini, keluarga pihak paranak dan parboru telah mufakat untuk
menikahkan putra putrinya. Namun, karena sesuatu dan lain hal, maka ketentuan dan
kewajiban adat belum dapat dilaksanakan secara tuntas. Peresmian perempuan
sebagai istri (sinrumah) dilakukan di kediaman laki-laki dengan melaksanakan
‘parunjukon’. Akan tetapi, ‘keluarga baru’ dan orangtua dari pihak paranak harus
menggenapi kewajiban adatnya pasca-perkawinan yang disebut dengan ‘menggenapi
kewajiban adat’ atau mangadati (ngunduh mantu) di kediaman keluarga pihak
perempuan. Pada adat naniasokan, keluarga pihak parboru hadir di parunjukon di
kediaman pihak paranak.
Apabila ketentuan adat yang kedua ini juga tidak dapat dilaksanakan,
maka mekanisme adat yang ketiga adalah marlualua atau kawin lari. Faktornya
mungkin beragam. Dalam mekanisme ini, salah satu pihak keluarga kurang
menyetujui rencana perkawinan padahal putra dan putrinya sudah sepakat
berumahtangga. Dampak penolakan ini maka seorang perempuan berangkat
menemui (mangayaki) calon suaminya (pargotongni) dengan meninggalkan
partadingan di tempat yang mudah terjangkau seperti Parborasan (tempat beras).
Kemudian, pihak paranak melakukan parunjukon di kediamannya tanpa atau dengan
dihadiri oleh keluarga pihak parboru. Kelak, keluarga baru ini harusmelakukan
penggenapan terhadap kewajiban adat kepada keluarga pihak parboru jika
seandainya telah umbuk riah (telah mufakat). Jadi, perkawinan (partongahjabuan)
pada orang Simalungun dilakukan melalui tiga ketentuan adat,yakni:
I. Pinaikkat atau kemufakatan perkawinan dimana perempuan
diberangkatkan orangtuanya dengan baik ke rumah calon suaminya dan kewajiban
adat digenapi dengan tuntas (adat nagok),
II. Naniasokan yakni kemufakatan perkawinan dimana perempuan
diberangkatkan orangtuanya secara hatihati ke rumah calon suaminya dan kewajiban
adat digenapi melalui mekanisme mangadati (ngunduh mantu), dan
III. Marlualua atau kawin lari, yakni kurangnya kemufakatan perkawinan
dimana perempuan tidak diberangkatkan oleh orangtuanya dengan baik menuju
rumah calon suaminya. Kewajiban adat melalui mekanisme mangadati dapat
digenapi pada waktu ketika kemufakatan dicapai kedua belahpihak.

Selain ketiga jenis adat perkawinan ini, maka yang lainnya bukanlah
perkawinan adat (marhajabuan na so adat) sebab tidak memenuhi kriteria atau
ketentuan adat tentang perkawinan di Simalungun, yaitu:
(i) perkawinan incest (mardawan begu) baik incest keluarga inti
maupun incestklan,
(ii) perkawinan kumpul kebo (marjabu uhuruhur),dan
(iii) perkawinan yang direbut atau dipaksa(nanirobut)

Selain itu, perkawinan adat Simalungun tidak mengenal adanya


konsepsi atau istilah perkawinan yakni:
(i) Alob dear (dijemput dengan baik) yakni keluarga paranak
menjemput dengan baik perempuan ke rumah parboru.xx
(ii) Taruhon jual (antar dan jual) yakni perempuan di antar
orangtuanya untuk ‘dijual’ kepada keluarga pihak lakilaki,dan
(iii) Marlualua dear (kawin lari dengan baik) yakni perkawinan yang
‘kurang direstui keluarga’ tetapi dianggap baik sebagai solusi untuk mengawinkan
pasangan yang berencana membentuk rumahtanggabaru.
BAB III

HASIL OBSERVASI

A. PengantinSimalungun
Walaupun saat ini zaman sudah semakin modern, akan tetapi dari kehidupan
sehari hari adat dan istiadat tidak bisa dilepaskan begitu saja. Terlebih lagi bagi yang
berasal dari daerah yang mempunyai tradisi kental seperti salah satunya suku Batak
Simalungun . Dalam berbagai hal tradisi ini dapat terlihat termasuk untuk baju dan
aksesoris pengantin Batak Siamalungun.
Banyak rangkaian yang harus dilaksanakan dalam menyelenggarakan pernikahan
adat Batak Siamalungun . Walaupun terlihat rumit, akan tetapi tidak sedikit pengantin
yang memilih menggunakannya karena pernikahan diinginkan berlangsung sekali
seumur hidup. Para pengantin juga disamping harus melalui rangkaian acara yang cukup
panjang, tentu juga harus mengenakan pakaian adat. Acara pernikahan akan semakin
kental dengan mengenakan pakaian tradisional dan membuat suasana menjadihangat.

Sebagai ciri khas dari adat batak Simalungun adalah penggunaan aksesoris
dikepala dan kain. Pada pengantin pria menggunakan penutup kepala yang disebut
Gotong, sedangkan pada pengantin wanita digunakan penutup kepala yang disebut
Bulang. Kedua pengantin menggunakan kain adat Simalungun yang disebut suri-suri
yaitu kain yang disandang dimana menambah ketalnya adat batak. Penggunaan Gotong
dan Bulang pada pengantin Batak Simalungun ini tentu memiliki arti yang bermakna adat.
Lebih detail tentang makna-makna tersebut bisa didapat dari pemuka-pemuka adat
simalungun.
Dari sisi tat arias makeup Pengantin , baik Gotong-Bulang dalam adat batak
Simalungun, maupun sortali dalam adat batak Toba, dapat kita liaht bahwa
Penggunaannya lebih cenderung menyempurnakan makeup Pengantin, dan menambah
keagungan penampilan dari pengantin.
B. Pakaian pengantinSimalungun
Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang
menunjukkan ciri khas kebudayaan suatu masyarakat.dengan melihat pakaian seseorang,
kita akan mengatakan bahwa orang tersebut dari daerah tertentu dan ini akan lebih jelas
bila ada pawai bhinneka tunggal ika. Jadi, pakaian adat mewakili masyarakat dan adat
suatu daerah, membedakannya dengan adat daerah lain.pakaian adat biasanya dikenakan
pada upacara-upacara adat, pesta, maupun dukacita.Ada beberapa macam pesta yang
dilaksanakan menurut adat simalungun. Pesta adat yang paling berharga adalah pesta adat
perkawinan anak (paompohon/paunjuk anak) maupun perkawinan anak perempuan
(palaho boru), dan acara adat sayur matua. Pada ketiga macam pesta adat ini, warga
simalungun memakai pakaian adat yang berbeda.

1. PengantinWanita
Semakin berkembangnya Zaman Maka semakin berkembang baik dari segi
pakaian dan aksesoris, baju penganantin simalungun berwarana dasar Merah dan
Hitam yang telah dipakemkan . dulunya baju pengantin wanita simalungun berbahan
dasar bludru dan dan Renda, namun sekarang ini hanya digunakan satu bahan saja
yaitu Bludru.
a. Baju soja, sejenis baju tradisional simalungun, khusus untuk wanita. Bahanya dari kain
berwarna hitam dan merah ,lengan panjang, leher rendah. Bagian belakang diberikan
hiasan pohon enau. Pada bagian belakang dibuat hiasan, pada lengan bagian ujung
disulam menggunakan benang warna merah juga sebagaihiasan.

b. Bulang: sejenis tudung kepala bagi kau


wanita (wanita yang sudah menikah).
Bermakna keibuan. Kain penutup kepala ini
berwarna merah tua/hati. Garis tengahnya
memiliki tiga garis memanjang berwarna
putih kelabu dengan bagian penutup
berwarna putih kelabu, penuh bentuk
simetris sebagai ragam hias. Pada ujung
luarnya, kain ini memiliki jumbai panjang
yang memberikan kesan dominan. Kain ini
dikenakan oleh wanita yang sudah menikah
dan hanya dibuat diSimalungun.
*Hiouc.RagiSiattar
Jenis-jenisHiou (abit): sejenis
hiou Simalungun, kain
antara lain:penutup tubuh hasil

d. Suri – suri yaitu sejenis kain selendang tenunan siamalungun.


Bermakna rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diemban
ditengah keluarga maupun masyarakat.suri- suri ini dipakai
sebagai hiou hadang-hadangan atau selendang yang
disandang pada bahu sebelah kanan. Warna hitam (sibirong)
dipakai kaum bapak dan warna lainnya (selain warna hitam)
dipakai oleh kaumibu.
e. Bajudh hundul, sejenis kernjang kecil
bertali khusus dipakai kaum ibu, terbuat dari
daun pandan pada bagian pingir lingkaran
atas, dilapisin dengan kain warna merah,
putih dan hitam. Bermakna persaudaraan
terhadap sesama dan pengakuan akan
keberadaan Tuhan Yang MahaEsa

f. Kerudung
Pada tahun 2020 telah dibakukukan pemakaian kerudung pada pengantin Simalungun

2. PengantinPria

a. Baju Toluk Balanga: Pakaian laki – laki dibuat dari kain berwarna hitam, pada bagian
leher modelnya teluk belanga, seperti lajim dipakai bangsawan melayu, pada bagian
celana juga berwarna hitam yang bentuknya sepertipiyama.
b. Gotong : terbuat dari kain batik buatan jawa yang sering disebut “gotong soribaya”
pemakaian gotong ini adalah peningalan hubungan historis yang pernah terjalin
diantara kerajaan nagur ( cikal bakala simalungun) dahulu dengan kerajaan singosaridi
pulaujawasekitarabatXIII.Sebelumbatikdikenalorangsimalungunpenutupkepala
biasanya adalah terbuat dari kain tenun asli yang disebut “ Hiou Padang Rusak”. Tetapi
sejak dahulu raja – raja simalungun selalu memakai kain batik sebagai tutup kepala
atau gotong dan tidak pernah memakai kain lain. Bentuk gotong pada pengantin disebut
“ Gotong Pontik” yang bentuknya menyerupai bentuk “tengkulok” sultan – sultan
melayu dan diberi hiasan ( aksesoris adat). Gotong pelambang kepemimpinan dan
wibawa serta tanggung jawab sebagai seorangayah.
c. Rantei Gotong: terbuat dari emas atau suasa berbentuk rantai yang dililitkan di gotong
sedemikian rupa dengan “sait ni begu” (taring harimau) tergantung jatuh disebelah
kanan didekat telinga sipemakai.
d. Dormani: jenis hiasan terbuat dari emas atau suasa, disangkutkan pada gotong pada
bagian sebelah kiri si pemakai dekattelinga.
e. Hiou: laki – laki tidak memakai hiou berwana cerah, yang dapat dipakai adalah hiou
berwarna gelap sebagai penutup tubuh mulai dari pinggang hingga mata kaki. Hiou ini
bermakna perlindungan dan kesehatan dari Tuhan Yang MahaEsa.
f. Hadang – Hadang: terdiri dari kain adat (hiou), yaitu suri – suri nanggar suasah atau
simakkat – akkat. Maknanya yaitu tanggu jawab terhadap tugas yangdiemban.
g. Ponding Ulu Ni Begu : yaitu ikat pinggan yang pada kepala pinggang teresbut terdapat
ukiran kepala harimau terbuat dari emas atau perak, biasanya dipakai pada raja tau
kaum bangsawan. Maknanya melambangkan kesiapan mengemban tugas dan
menghadapintantangan.
h. Suhul Gading: pisau kiebesaran tradisional yang bhulun pisaunya terbuat dari gading
gajah dan disaput perak. Bermakna sikap kesatria dan keberanian membela keadilan,
kebenaran, dan harga diri sebagaipemimpin.
i. Hassing: sejenis rantai terkait dengan koin emas atau perak disangkutkan pada kantung
tolok balanga ke sebelah kanan.
j. Tintin Telapak Gajah:yaitu cincin berkepala gajah terbuat dari emas atau perak
dimasukkan di jari manis sebelahkiri.
k. Golang hasissungan atau “golang banggal” terbuat dari emas atau perak dipakai
dipergelangan tangankanan.
l. Rudang Hapias, perhiasan berbentuk bunga matahari terbuat dari emas atau perak
diselipkan digotong sebelah kanan atastelinga.
m. Sepatu hitam sebagi alaskaki.

C. Aksesoris PengantinSimalungun
Rudang Hapias, sejenis hiasan yang terbuat dari emas berbentuk daun, disusun
miripbunga matahari, diselipkan pada sanggul rambut kaumibu.

Hudung-hudung, yaitu sejenis hiasan terbuat dari


emas,digantungkan pada bulang , tempat gantungannya
berbentukbulat/ lingkaran yang terbuat dari emas .

Golang harussungan (gelang)Sinokkok


terbuat dari
Panjettar, emasyaitu
(kalung)
yaitu ataukalung
hiasan yang
yang terbuatdidari
dipakai emas yang
kepala
perak
Tintin Pittat – Pittat yaitu cincin di jari manis
sebelah kanan terbuat dari emas atau perak.

Gondit (sabuk, ikat pinggang)

Buah banban yaitu hiasan kepala yang


ditempelkan pada sanggul, diselipkan disebelah
kanan si pemakai

Kalung rupiah yaitu kalung yang terbuat dari


koin koin logam.
D. Make UpSimalungun
Untuk pengantin simalungun untuk make up nya sendiri memiliki aturan-aturan
tersendiri. Dimana setiap warna yang ditentukan memiliki arti bagi penggunanya.
Menurut bunda atika bahwasannya Batak disumatra itu banyak menggunakan warna
Merah, hitam dan putih baik dari segi pakaian maupun riasan pengantin itu sendiri.
a. Fondation
Foundation yang digunakan pengantik simalungun mengiukuti warna kulit,
dinaikan 1 tingkat tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu putih.

b. EyeShadow
Eyeshadow yang digunakan pada pengantin Simalungun dulunya adalah
warna merah darah pada bagian kelopak mata, sudut mata menggunakan warna
hitam dan bagian atas mata tepatnya dibawah alis bewarna kuning. Namun , karena
dianggap kurang menarik pada tahun 2009 telah pakemkan bahwasannya pada
kelopak mata bergerak warna merah darah diganti menjadi emas tembaga, bagian
sudut mata diubah mejadi warna cokelat kehitaman dan kuning pada highlight.
Untuk arti dari warna-warna Eyeshadow sendiri, Merah melambangkan
keberanian dari Boru-Boru batak sendiri, warna Hitam Kecoklatan untuk
menangkal hal- hal mistik yang mungkin terjadi pada saat proses pernikahan.
Maka dari itu baik dekorasi maupun riasan menggunakan banyak warna hitam
karena masyakarat simalungun percaya bahwasannya warna hitam dapat
menangkal hal-hal mistik. Dan untuk Warna Keemasan sendiri menggambarkan
kemegahan dankeagungan.
c. BlushOn
Blush On yang digunakan pengantin Simalungun yaitu merah samar, sama
seperti Eyeshadow memiliki makna keberanian boru-boru batak.
d. Eyeliner danAlis
Pengantin Simalungun sendiri tetap menggunakan Eyeliner seperti
pengantin lainnya, dan untuk penggunaan Warna Alis menggunakan warna hitam
kecoklatan.
e. Lipstik
Untuk lipstick sendiri pada pengantin Simalungun menggunakan warna
merah sirih.

E. Sanggul PengantinSimalungun.
Sanggul yang digunakan pada Pengantin Simalungun yaitu sanggul bulat, yang
terbuat atau dibentuk menggunakan cemara bertulang. Dengan panjang 1,25 m. Letak
sanggul sendiri tidak boleh melebihi puncak kepala dan tidak boleh sampai menyentuh
kerah baju, dan sanggul melewati batas telinga. Makna sanggul sendiri memperindah
sang pengantin dan bentuknya bulat karena umumnya sanggul batak di Sumatera Utara
adalahbulat.
Sedangkan untuk bagian penyasakan, rambut pada bagian poni disasak tinggi ke
samping kanan seperti keong. Sisa rambut bagian kiri disasak dan ditarik kebelakang saja,
tidak perludibentuk.

F. Pengapliaksian Make Up dan PemakaianBulang


a. Alat danBahan
- Spons
- Kuas Make Up
- Spongepuff
- PowderPuff
- Bulumata
- Lem bulumata
- Kapas dantisu
- Cottonbuds
- Hairbando
- Cemara takbertulang
- Pentul danpeniti
- Harnal/ jepitlidi

b. Kosmetik
- Micerallwater
- Primer
- Foundation
- Concealer
- Bedaktabur
- Bedakpadat
- Pensil alis creamcontour
- Contourpowder
- Creamblush
- Blush onpowder
- Eye Shadow
- mascara
- Higlighter
- EyeLiner
- LipLiner
- Lipstik
- Settingspray

c. Langkah kerja MakeUp


1. Bersihkan wajah menggunakan Micerall Water dengan
kapas untuk membersihkan sisa make upmodel
2. Mengoleskan pelembab (moisturizer) keseluruh wajah danleher
3. Aplikasikan primer pada wajahklien.
4. Mengaplikasikan Mengaplikasikan concealer untuk menutupi
kekurangan pada wajahklien
5. Memberikan contour pada wajah klien,untuk menonjolkan bagianwajah.
6. Memberikan bedak tabur dengan caraditepuk
7. Membentuk alis dengan pensil alis bewarna hitamkecoklatan
8. Mengaplikasikan Eyeshadow bewarna emas tembaga dikelopak
mata bergerak, warna coklat kehitaman pada sudut mata dan
warna kuning padahighlight.
9. Lakukan pemasangan bulu mata palsu, dan rapikan
menggunakanmascara.
10. Mengaplikasikan blush on bewarna merah samar ke pipiklien.
11. Selanjutnya menggunakan lipliner, kemudian pemakaian pemerah
bibir (lipstick/ lipgloss) bewarna merahsirih.
12. AplikasikanHighligther
13. Terakhir semprotkan setting spray agar make up tahanlama.

d. Penataan rambut dan PemasanganBulang


1. Rambut disisir untuk menghilangkan kekusutan pada rambutklien
2. Rambut bagian depan diparting/dibagi dua dari telinga kiri ke
telinga kanan. Kemudian rambut bagian kiri diambil sedikit
dengan titik tumpu ujung alis , lalu sisa rambut dijepit dengan jepit
bebekaluminium.
3. Rambut yang sudah dibagi (sebelah kanan) disasak ke samping
kiri lalu aplikasikan hair spray agar sasakan tidak hilang, setelah
itu sasakan tadi dipindahkan ke samping kanan dan bentuklah
sasakan tadi menjadi seperti keong.Tinggi sasak seperti keong
disesuaikan dengan besar wajahklien.
4. Sisa rambut pada bagian kiri disasak seluruhnya. Kemudian tarik
sasakan ke belakang, tidak perludibentuk.
5. Pasangkan cemara bertulang pada bagian belakang
rambut/cepolan rambut dengan harnal besar. Kemudian bentuklah
cemara tersebut menjadi bentuk sanggulbulat.
6. Pasang bulang persis diatas kepala klien dengan posisi sedikit
agak miring kesebelahkanan.

7. Liquid Fondation Setelah itu jepit bulang dengan Setelah rapi kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan aksesorislainnya.

E. Pemasangan pakaian pengantinSimalungun


1. Memakaikan Hiou padaklien
2. Pemakaian baju adatsoja
3. Setelah itu pemakaian suri-suri pada bahu sebelah kanan
4. PemakaianGondit
5. Pemakaian Kalung, dimulai dari kalung rupiah, kalung sinokkok,
dankalung
6. Pemakaian gelang GolangHarussungan
7. Pemakaian cincin Tintin Pittat –Pittat
8. Pemakaiansutting
9. Pemakaianbulang
10. Pemakaian hudung dan buah bamban di sebelah kananbulang
11. Pemakaian panjjetar pada bagian sanggul.
12. Pemakaian sandaltertutup.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ciri khas dari adat batak Simalungun adalah penggunaan aksesoris
dikepala dan kain. Pada pengantin pria menggunakan penutup kepala yang
disebut Gotong, sedangkan pada pengantin wanita digunakan penutup
kepala yang disebut Bulang. Kedua pengantin menggunakan kain adat
Simalungun yang disebut suri-suri yaitu kain yang disandang dimana
menambah ketalnya adat batak. Penggunaan Gotong dan Bulang pada
pengantin Batak Simalungun ini tentu memiliki arti yang bermakna adat.
Lebih detail tentang makna-makna tersebut bisa didapat dari pemuka-
pemuka adat simalungun.
Untuk Riasan wajah pengantin Simalungun untuk Eyeshadow pada
kelopak mata bewarna merah kecoklatan, diujung mata bewarna hitam
kecoklatan dan dibawah alis bewarna keemasan. Blush on pengantin
Simalungun Bewarna merah dan lipstick Pengantin Simalungun juga
bewarna merah. Warna merah sendiri memiliki arti keberanian boru-boru
batak, warna hitam mimiliki arti penangkal hal-hal mistik. Sedangkan warna
keemasan memiliki arti kemewahan dan kemegahan .

B. SARAN

Pada saat sekarang ini semakin berkembangnya zaman semakin banyak


perubahan-perubahan yang terjadi baik pada pakaian maupun riasan.
Banyak perias pengantin sudah tidak mengikuti pakem pengantin
Simalungun, seperti contohnya dari baju yang digunakan pengantin wanita
pada dasarnya berwarna hitam dan merah .
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Tradisi atau tata cara perkawinan di setiap daerah di Indonesia memiliki karakter
yang berbeda, yang dipengaruhi oleh budaya, adat istiadat, legenda, juga kondisi
sosial masyarakatnya. Salah satu karakter tersebut dapat dilihat melalui busana,
aksesories, dan tata rias pengantinnya yang merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Busana dan aksesoris, tata rias pengantin memiliki lambang dan makna khusus
yang intinya adalah harapan agar kedua mempelai dapat menjalani kehidupan
perkawinan yang bahagia, sejahtera, dan langgeng. Tata rias dan busana pengantin
Indonesia tidak terlepas dari pernak-pernik dan aksesoris mulai dari ujung rambut
hingga ujung kaki yang menunjukkan ciri khas setiap suku.Setiap tata rias dan busana
pengantin yang ada merupakan bentuk baku atau standar kompetensi. Namun pada
perkembangan masyarakat sekarang ini, tata rias pengantin di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Tata rias pengantin merupakan karya seni budaya
yang berkembang di dalam sebuah kelompok masyarakat dan keberadaannya selalu
dicoba untuk dilestarikan sebagai sebuah karya seni. Sebuah karya seni tata rias
pengantin juga mulai mengalami perkembangan, sesuai dengan perkembangan
lingkungan dan hidup manusia itu sendiri.
Tata Rias Wajah Pengantin Tata rias atau make up dapat dilakukan semua orang,
tetapi untuk menghasilkan riasan yang baik dan memuaskan seseorang tersebut harus
mengerti dan memahami teknik-teknik dalam riasan. Tata rias adalah menonjolkan
bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna
Kusantati, 2008:430, maksudnya tata rias merupakan menonjolkan bagian wajah dari
seseorang yang sudah sempurna dan mengoreksi bagian wajah yang kurang sempurna.
Berdasarkan pengertian dan uraian tersebut bahwa tata rias merupakan seni
mempercantik diri agar terlihat cantik dimata orang lain yang melihatnya. Jadi
dalammelakukantatariasharusmenggunakanteknik-teknikagarriasanyang
dihasilkan memuaskan. Tata rias wajah pengantin merupakan hal yang penting dalam
melaksanakan upacara pernikahan, karena dalam upacara pernikahan pusat perhatian
tamu yang datang kepada sepasang pengantin.

B. Tujuan
1. Terampil memodifikasi Tata Rias Penantin Simalungun.
2. Mengetahui pakaian yang digunakan pengantinSimalungun.
3. Terampil memodifikasi Tata Cara Make Up pengantinSimalungun.
4. Mengetahui Aksesoris yang digunakan pengantinSimalungun.
5. Memahami arti Riasan dan Pakaian serta aksesoris pengantinSimalungun.

C. Manfaat
1. Dapat mempraktikan modifikasi Tata Rias PengantinSimalungun
2. Dapat mengaplikasikan modifidikasi Make Up pengantinSimalungun
3. Dapat memakaikan aksesoris dan pakaian pengantinSimalungun.
4. Mampu menjelaskan arti riasan dan pakaian serta aksesoris pengantin
Simalungun.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

a. SukuSimalungun
Suku Simalungun adalah salah satu dari suku Batak yang terdapat di wilayah
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatra Utara. Suku Simalungun ini berada di
antara dua kebudayaan, yaitu suku Batak Toba dan suku Batak Karo. Karena
wilayah kediaman suku Batak Simalungun ini berada di antara wilayah kedua
suku Batak tersebut, maka bahasa Simalungun hampir mirip dengan bahasa Toba
dan Karo. Suku ini memiliki garis keturunan patrilineal. (Erond Damanik, 2007:
54)
Penduduk asli yang mendiami Kabupaten Simalungun adalah suku Batak
Simalungun yang kehidupan masyarakatnya masih sangat kental dengan adat
istiadat. Pada masyarakat Simalungun, tari disebut dengan Tortor. Tortor
mempunyai peranan penting dalam aktivitas kehidupan masyarakat yang
berkaitan dengan kehidupan spritual dan sosial kemasyarakatannya. Selain Tortor
masyarakat Simalungun juga mempunyai kesenian dibidang musik, yang sering
disebut gonrang/margonrang (memainkan alat musik tradisional Batak
simalungun). Suku ini memiliki macam-macam kesenian, kesenian tersebut
adalah seni tari (Tortor), seni lukis, seni musik, dan seni teater. Kesenian tersebut
sering hadir dalam upacara adat ataupun kegiatan masyarakat, tetapi dalam
pelaksanaanya beberapa cabang kesenian tersebut diikat oleh sistem kekerabatan
yang ada seperti Tortor.
Simalungun mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam dan patut untuk di
lestarikan, contohnya salah seorang pecinta budaya Simalungun yaitu Sultan
Saragih salah seorang Seniman Muda Simalungun yang masih aktif dalam
kegiatan budaya Simalungun, beliau juga sampai saat ini masih melakukan riset
penelitian terhadap budaya Simalungun. Dalam tulisan Sultan Saragih di dalam
penelitiannya menyatakan bahwa, salah seorang putera Guru Raya yaitu Borah
b. Adat PenikahanSimalungun
Pernikahan merupakan peristiwa yang indah dan unik. Karena
rangkaian upacara pernikahan, busana, dan tata riasnya memiliki nilai budaya
yang diwariskan dari nenek moyang.Salah satu tata rias pengantin (TRP) yang
menarik ada di Sumatera Utara. Provinsi yang memiliki suku Batak ini memiliki
11 macam TRP Batak, Dairi, Deli, Karo, Madina, Mandailing, Nias, Sibolga,
Simalungun, Tapanuli Selatan, Tarutung, dan Toba.
Adat perkawinan Simalungun seperti dijelaskan memiliki mekanisme
tersendiri dalam mengatur perkawinan itu untuk terwujudnya keteraturan sosial
(social order). Misalnya, ketentuan hukum adat Simalungun mengharuskan
bahwa perkawinan itu dilaksanakan secara ideal yakni ‘adat pinaikkat’
(diberangkatkan dengan baik) bagi ‘palahou boru’ (mengawinkan perempuan)
serta ‘adat parunjukon’ (meresmikan seorang perempuan menjadi istri) bagi
‘paunjuk anak’ (mengawinkan seorang laki-laki). Baik keluarga pihak parboru
dan paranak telah mufakat untuk melaksanakan partongahjabuan dari putra putri
mereka sesuai dengan ketentuan pinaikkat yakni melaksanakan kewajiban adat
yang lengkap (adat nagok).
Apabila ketentuan hukum adat ‘yang ideal’ tentang perkawinan ini
tidak dapat dilakukan, maka mekanisme adat berikutnya adalah ‘adat
naniasokan’. Pada ketentuan adat ini, keluarga pihak paranak dan parboru telah
mufakat untuk menikahkan putra putrinya. Namun, karena sesuatu dan lain hal,
maka ketentuan dan kewajiban adat belum dapat dilaksanakan secara tuntas.
Peresmian perempuan sebagai istri (sinrumah) dilakukan di kediaman laki-laki
dengan melaksanakan ‘parunjukon’. Akan tetapi, ‘keluarga baru’ dan orangtua
dari pihak paranak harus menggenapi kewajiban adatnya pasca-perkawinan yang
disebut dengan ‘menggenapi kewajiban adat’ atau mangadati (ngunduh mantu) di
kediaman keluarga pihak perempuan. Pada adat naniasokan, keluarga pihak
parboru hadir di parunjukon di kediaman pihak paranak.
Apabila ketentuan adat yang kedua ini juga tidak dapat dilaksanakan,
maka mekanisme adat yang ketiga adalah marlualua atau kawin lari. Faktornya
c. Adat PenikahanSimalungun
Pernikahan merupakan peristiwa yang indah dan unik. Karena
rangkaian upacara pernikahan, busana, dan tata riasnya memiliki nilai budaya
yang diwariskan dari nenek moyang.Salah satu tata rias pengantin (TRP) yang
menarik ada di Sumatera Utara. Provinsi yang memiliki suku Batak ini memiliki
11 macam TRP Batak, Dairi, Deli, Karo, Madina, Mandailing, Nias, Sibolga,
Simalungun, Tapanuli Selatan, Tarutung, dan Toba.
Adat perkawinan Simalungun seperti dijelaskan memiliki mekanisme
tersendiri dalam mengatur perkawinan itu untuk terwujudnya keteraturan sosial
(social order). Misalnya, ketentuan hukum adat Simalungun mengharuskan
bahwa perkawinan itu dilaksanakan secara ideal yakni ‘adat pinaikkat’
(diberangkatkan dengan baik) bagi ‘palahou boru’ (mengawinkan perempuan)
serta ‘adat parunjukon’ (meresmikan seorang perempuan menjadi istri) bagi
‘paunjuk anak’ (mengawinkan seorang laki-laki). Baik keluarga pihak parboru
dan paranak telah mufakat untuk melaksanakan partongahjabuan dari putra putri
mereka sesuai dengan ketentuan pinaikkat yakni melaksanakan kewajiban adat
yang lengkap (adat nagok).
Apabila ketentuan hukum adat ‘yang ideal’ tentang perkawinan ini
tidak dapat dilakukan, maka mekanisme adat berikutnya adalah ‘adat
naniasokan’. Pada ketentuan adat ini, keluarga pihak paranak dan parboru telah
mufakat untuk menikahkan putra putrinya. Namun, karena sesuatu dan lain hal,
maka ketentuan dan kewajiban adat belum dapat dilaksanakan secara tuntas.
Peresmian perempuan sebagai istri (sinrumah) dilakukan di kediaman laki-laki
dengan melaksanakan ‘parunjukon’. Akan tetapi, ‘keluarga baru’ dan orangtua
dari pihak paranak harus menggenapi kewajiban adatnya pasca-perkawinan yang
disebut dengan ‘menggenapi kewajiban adat’ atau mangadati (ngunduh mantu) di
kediaman keluarga pihak perempuan. Pada adat naniasokan, keluarga pihak
parboru hadir di parunjukon di kediaman pihak paranak.
Apabila ketentuan adat yang kedua ini juga tidak dapat dilaksanakan,
maka mekanisme adat yang ketiga adalah marlualua atau kawin lari. Faktornya
d. Adat PenikahanSimalungun
Pernikahan merupakan peristiwa yang indah dan unik. Karena
rangkaian upacara pernikahan, busana, dan tata riasnya memiliki nilai budaya
yang diwariskan dari nenek moyang.Salah satu tata rias pengantin (TRP) yang
menarik ada di Sumatera Utara. Provinsi yang memiliki suku Batak ini memiliki
11 macam TRP Batak, Dairi, Deli, Karo, Madina, Mandailing, Nias, Sibolga,
Simalungun, Tapanuli Selatan, Tarutung, dan Toba.
Adat perkawinan Simalungun seperti dijelaskan memiliki mekanisme
tersendiri dalam mengatur perkawinan itu untuk terwujudnya keteraturan sosial
(social order). Misalnya, ketentuan hukum adat Simalungun mengharuskan
bahwa perkawinan itu dilaksanakan secara ideal yakni ‘adat pinaikkat’
(diberangkatkan dengan baik) bagi ‘palahou boru’ (mengawinkan perempuan)
serta ‘adat parunjukon’ (meresmikan seorang perempuan menjadi istri) bagi
‘paunjuk anak’ (mengawinkan seorang laki-laki). Baik keluarga pihak parboru
dan paranak telah mufakat untuk melaksanakan partongahjabuan dari putra putri
mereka sesuai dengan ketentuan pinaikkat yakni melaksanakan kewajiban adat
yang lengkap (adat nagok).
Apabila ketentuan hukum adat ‘yang ideal’ tentang perkawinan ini
tidak dapat dilakukan, maka mekanisme adat berikutnya adalah ‘adat
naniasokan’. Pada ketentuan adat ini, keluarga pihak paranak dan parboru telah
mufakat untuk menikahkan putra putrinya. Namun, karena sesuatu dan lain hal,
maka ketentuan dan kewajiban adat belum dapat dilaksanakan secara tuntas.
Peresmian perempuan sebagai istri (sinrumah) dilakukan di kediaman laki-laki
dengan melaksanakan ‘parunjukon’. Akan tetapi, ‘keluarga baru’ dan orangtua
dari pihak paranak harus menggenapi kewajiban adatnya pasca-perkawinan yang
disebut dengan ‘menggenapi kewajiban adat’ atau mangadati (ngunduh mantu) di
kediaman keluarga pihak perempuan. Pada adat naniasokan, keluarga pihak
parboru hadir di parunjukon di kediaman pihak paranak.
Apabila ketentuan adat yang kedua ini juga tidak dapat dilaksanakan,
maka mekanisme adat yang ketiga adalah marlualua atau kawin lari. Faktornya
e. Adat PenikahanSimalungun
Pernikahan merupakan peristiwa yang indah dan unik. Karena
rangkaian upacara pernikahan, busana, dan tata riasnya memiliki nilai budaya
yang diwariskan dari nenek moyang.Salah satu tata rias pengantin (TRP) yang
menarik ada di Sumatera Utara. Provinsi yang memiliki suku Batak ini memiliki
11 macam TRP Batak, Dairi, Deli, Karo, Madina, Mandailing, Nias, Sibolga,
Simalungun, Tapanuli Selatan, Tarutung, dan Toba.
Adat perkawinan Simalungun seperti dijelaskan memiliki mekanisme
tersendiri dalam mengatur perkawinan itu untuk terwujudnya keteraturan sosial
(social order). Misalnya, ketentuan hukum adat Simalungun mengharuskan
bahwa perkawinan itu dilaksanakan secara ideal yakni ‘adat pinaikkat’
(diberangkatkan dengan baik) bagi ‘palahou boru’ (mengawinkan perempuan)
serta ‘adat parunjukon’ (meresmikan seorang perempuan menjadi istri) bagi
‘paunjuk anak’ (mengawinkan seorang laki-laki). Baik keluarga pihak parboru
dan paranak telah mufakat untuk melaksanakan partongahjabuan dari putra putri
mereka sesuai dengan ketentuan pinaikkat yakni melaksanakan kewajiban adat
yang lengkap (adat nagok).
Apabila ketentuan hukum adat ‘yang ideal’ tentang perkawinan ini
tidak dapat dilakukan, maka mekanisme adat berikutnya adalah ‘adat
naniasokan’. Pada ketentuan adat ini, keluarga pihak paranak dan parboru telah
mufakat untuk menikahkan putra putrinya. Namun, karena sesuatu dan lain hal,
maka ketentuan dan kewajiban adat belum dapat dilaksanakan secara tuntas.
Peresmian perempuan sebagai istri (sinrumah) dilakukan di kediaman laki-laki
dengan melaksanakan ‘parunjukon’. Akan tetapi, ‘keluarga baru’ dan orangtua
dari pihak paranak harus menggenapi kewajiban adatnya pasca-perkawinan yang
disebut dengan ‘menggenapi kewajiban adat’ atau mangadati (ngunduh mantu) di
kediaman keluarga pihak perempuan. Pada adat naniasokan, keluarga pihak
parboru hadir di parunjukon di kediaman pihak paranak.
Apabila ketentuan adat yang kedua ini juga tidak dapat dilaksanakan,
maka mekanisme adat yang ketiga adalah marlualua atau kawin lari. Faktornya
mungkin beragam. Dalam mekanisme ini, salah satu pihak keluarga kurang
menyetujui rencana perkawinan padahal putra dan putrinya sudah sepakat
berumahtangga. Dampak penolakan ini maka seorang perempuan berangkat
menemui (mangayaki) calon suaminya (pargotongni) dengan meninggalkan
partadingan di tempat yang mudah terjangkau seperti Parborasan (tempat beras).
Kemudian, pihak paranak melakukan parunjukon di kediamannya tanpa atau
dengan dihadiri oleh keluarga pihak parboru. Kelak, keluarga baru ini harus
melakukan penggenapan terhadap kewajiban adat kepada keluarga pihak parboru
jika seandainya telah umbuk riah (telah mufakat). Jadi, perkawinan
(partongahjabuan) pada orang Simalungun dilakukan melalui tiga ketentuan adat,
yakni:
1. Pinaikkat atau kemufakatan perkawinan dimana perempuan diberangkatkan
orangtuanya dengan baik ke rumah calon suaminya dan kewajiban adat
digenapi dengan tuntas (adat na gok),
2. aniasokan yakni kemufakatan perkawinan dimana perempuan diberangkatkan
orangtuanya secara hatihati ke rumah calon suaminya dan kewajiban adat
digenapi melalui mekanisme mangadati (ngunduh mantu), dan
3. Marlualua atau kawin lari, yakni kurangnya kemufakatan perkawinan dimana
perempuan tidak diberangkatkan oleh orangtuanya dengan baik menuju rumah
calon suaminya. Kewajiban adat melalui mekanisme mangadati dapat
digenapi pada waktu ketika kemufakatan dicapai kedua belahpihak.
Selain ketiga jenis adat perkawinan ini, maka yang lainnya bukanlah
perkawinan adat (marhajabuan na so adat) sebab tidak memenuhi kriteria atau
ketentuan adat tentang perkawinan di Simalungun, yaitu:
1. perkawinan incest (mardawan begu) baik incest keluarga inti maupun incest
klan,
2. perkawinan kumpul kebo (marjabu uhuruhur),dan
3. perkawinan yang direbut atau dipaksa(nanirobut)
Selain itu, perkawinan adat Simalungun tidak mengenal adanya konsepsi atau
istilah perkawinan yakni:
1. Alob dear (dijemput dengan baik) yakni keluarga paranak menjemput dengan
baik perempuan ke rumahparboru.
2. Taruhon jual (antar dan jual) yakni perempuan di antar orangtuanya untuk
‘dijual’ kepada keluarga pihak lakilaki,dan
3. Marlualua dear (kawin lari dengan baik) yakni perkawinan yang ‘kurang
direstui keluarga’ tetapi dianggap baik sebagai solusi untuk mengawinkan
pasangan yang berencana membentuk rumahtanggabaru.
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam pembuatan laporan rekayasa ide ini
adalah metode menghimpun data dari sumber materi dan masalah yang digunakan
berasal dari laporan mini riset. Sumber lainnya di dapat melalui jurnal dan studi kasus.

A. Prosedur Pembuatan Laporan Rekayasa Ide


 Menentukan topik yang ingindibahas.
 Mengumpulkan data atau sumber yang dibutuhkan, dapat melalui observasi
atauwawancara
 Merumuskan latar belakang permasalahan serta menentukan tujuan dan
manfaat dari laporan rekayasa ide
 Memberikan gambaran umum terhadap topik yang ingindibahas
 Melakukan pembahasan dengan memberikan ide-ide inovatif berdasarkan
sumber
 Merumuskan kesimpulan dari topik yang dibahas dalam laporan rekayasaide.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Tata Rias Pengantin ModifikasiSimalungun

 TahapPersiapan
1. Persiapan AreaKerja
 Area kerja dalam keadaan bersih dan memenuhi syaratkesehatan
 Ruangan cukup udara dan penerangan ygterang
 Lantai bersih, tidak licin, rata dan mudah dibersihkan
 Memiliki persediaan air yg cukup
 Tersedia tempatsampah
 Tersedia kotakP3K
2. Persipan alat dan bahan sertaperlengkapannya
 Meja dankursi
 Cermin
 Nampan ataubaki
 Cape
 Hairbando
 Kuasset
 Gunting
 Sponslatex
 Sponsbedak
 Bulu matapalsu
 Sisirsasak
 Sikatrambut
 Pincurl
 Jepit lidi
 Harnal
 Harnet
 Cemara tanpa tulang 1 buah atau 3 buah lungsen ygdisatukan
 Bunga ros 2tangkai
 Kapas dantisu
 Handuk kecildll
3. Persiapankosmetik
 Pembersih dan penyegar wajah
 Foundation, bedak tabur,dan bedakpadat
 Eye shadow, baseshadow
 Pensilalis
 Eyeliner
 Maskara
 Pemerah pipi atau blushon
 Lipstick
 Finishingtouch
4. Persiapan busana danperhiasaan
 Baju soja
 Bulang
 Hiou(abit)
 Gondit
 Keturudung berwarnahitam
 Golang
 Tintin pitat pitat
5. Persiapan model/ calonpengantin
 Model atau pengantin dipersialahkan duduk di tempat yg telahdipersiapkan
 Model atau pengantin mengenakan busana yg mudah dilepas(kancing depan/
belakang yg dapat di lepas lewat bawah)
 Mengenakancape
 Menggunakan penutupkepala
 Merapikan alis
 Membersihkanwajah
 Merapikanrambut
6. Persiapanpribadi
 Menjaga kebersihan diri dengan mandi dan memaaki deodorant agar tidak
baubadan
 Tangan dan kuku dalam keadaan bersih dan kuku tidak boleh panjang
 Menjaga bau mulut sebaiknya menggunakanmasker
 Menggunakan busana yg bersih rapi dansopan
 Mengunakan riasan wajah yg sederhana danserasi
 Tepatwaktu
 Ramah dansopan
 Percaya diri, terampil, dan cekatan dalampekerjaan
B. Tahapan merias wajah danrambut
1. Pembersihan
 Tuangkan susu pembersih/ cream pada wajan kecil lalu pembersihan
keseluruh wajah dan leher dengan gerakan lembut
 Setelah itu diangkat dengan tisu diberikan penyegar face tonic atau astringent
sesuai dengan jenis kulit lalu ditepuk tepuk keseluruhwajah
2. Meriaswajah
 Setelah dilakukan pembersihan berikan pelembab atau moisturizer terutama
bagi kulitkering
 Memberikanprimer
 Mengaplikasikan foundation sesuai dengan warna kulit klien dengan bantuan
beautyblender
 Melakukan countour pada bagian tulang pipi danhidung
 Aplikasikan concelear pada bawah mata ,dahi dan bawahhidung
 Aplikasikan creamblush berwarnapink
 Mengaplikasikan bedaktabur
 Lalu gambar alis menggunakan pensil alis kemudian bagian dalam alis diisi
dengan pomadealis
 Mengaplikasikan eyeshadow berwarna cream terlebih dahulu lalu dilanjutkan
berwarna orange,dan warna coklat kehitaman untk mempertegas kurungan
mata dan pada sudut mata bergerak eyeshadow berwarna cokattua
 Lalu aplikasikan bulu mata palsu dan berikan maskara agar bulu mata terlihat
lebih lentik lalu aplikasikaneyeliner
 Lalu aplikasikan bluson powder berwarnapink
 Lalu aplikasikanhighliter
 Lalu aplikasikan lipstick dengan teknik ombre ,warna pertama adalah warna
peach lalu warna kedua berwarna merahmaron
 Lalu langkah selanjutnya mengenakan busana danaksesoris

3. Tahapan meriasrambut
 Bentuk jilbab sesuai dengan bentuk wajah klien kemudian bagian depan jilbab
dibentuk kebelakang agar terlihat lebihrapi
 Setelah itu masukkan sisa ikatan jilbab ke dalambaju
 Lalu pasangkan sinekok dan kalungrupiah
 Memasangbulang
 Lalu pasangkan golang dan tintin pitatpitat

4. Perbedaan tata rias pengantin modifikasi simalungun dengan pakem


Riasan wajah pengantin Simalungun pakem untuk Eyeshadow pada kelopak mata
bewarna merah kecoklatan, diujung mata bewarna hitam kecoklatan dan dibawah alis
bewarna keemasan. Blush on pengantin Simalungun Bewarna merah dan lipstick
Pengantin Simalungun juga bewarna merah sedangkan untuk tata rias simalungun
modifikasi mengikuti trend tataan rambut yang sesuai dengan bentuk wajah dan
bahkan makeup sesuai koreksi bentuk wajah. Namun dengan adanyakemajuan-
kemajuan tersebut pemakaian ulos suri-suri dan bulang sebagai ciri khas Simalungun
tetap dijaga

(TRPsimalungunmodifikasi) (TRP simalungunpakem)


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk Riasan wajah pengantin Simalungun pakem untuk Eyeshadow pada kelopak
mata bewarna merah kecoklatan, diujung mata bewarna hitam kecoklatan dan dibawah alis
bewarna keemasan. Blush on pengantin Simalungun Bewarna merah dan lipstick Pengantin
Simalungun juga bewarna merah. Warna merah sendiri memiliki arti keberanian boru-boru
batak, warna hitam mimiliki arti penangkal hal- hal mistik. Sedangkan warna keemasan
memiliki arti kemewahan dan kemegahan.
Rias pengantin Simalungun dimodifikasi tanpa meninggalkan ciri khas Simalungun
sendiri, adapun alasan mengapa dimodifikasi adalah permintaan pasar yang kini semakin
mengikuti trend tataan rambut yang sesuai dengan bentuk wajah dan bahkan makeup sesuai
koreksi bentuk wajah. Namun dengan adanya kemajuan- kemajuan tersebut pemakaian ulos
suri-suri dan bulang sebagai ciri khas Simalungun tetapdijaga.

B. SARAN
Generasi muda merupakan pejuang dan penyelamat tradisi. Dengan itu jangan sampai lupa
dengan tradisi. Jika belum bisa mengembangkan, setidaknya bisa menyelamatkan. Karena
semuanya merupakan aset yang berharga bagi negeri. Baik aset benda maupun aset tak
benda. Semoga dengan adanya penelitian ini bisa membantu kembali mengingat sedikit
tentang pakaian adat tradisional yang ada di satu daerah seperti adat pernikahan Simalungun.
Jika ingim memodikasi tata rias pengantin sebaiknya dimodifikasi tanpa meninggalkan ciri
khas dari simalungun sendiri.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Latar belakang Masalah Suku Mandailing sebagai salah satu suku asli yang mendiami
Provinsi Sumatera Utara.Suku Batak merupakan bagian dari enam subsuku yakni: Batak Toba,
BatakKaro,BatakSimalungun,Batakpakpak,BatakAngkoladanMandailing.Keenamsukuini
menempati daerah induk masing- masing di daratan provinsi Sumtera Utara. suku ini tersebar
dibeberapawilayah.baikdiwilayahKabupatenLabuhanbatuSelatan,KabupatenTapanuliSelatan
danKabupaten Angkola maupun wilayah lainnya. suku ini memiliki kesenian yang khas dan
berbeda-beda dari sub suku Batak lainnya. salah satu cabang keseniandari adat perkawinan
Mandailing ialahTortor.

B. RUMUSANMASALAH
1. Bagaimana riasan pengantinmandailing?
2. Bagaimana adat istiadat batakmandailing?
3. Bagaimana sejarah batakmandailing?

C. BATASANMASALAH

Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi pada :


1. Unsur-unsur dari tata rias pengantin ini yang dideskripsikan meliputi: bentuknya, bahan
yang digunakan, arti lambang atau makna simbolis yang terkandung di dalam tata rias
dan perlengkapannya, serta fungsinyamasing-masing.
2. Unsur perlengkapan pada pengantin yang dideskripsikan adalah : tata rias, tata busana
perhiasan.

D. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan mini riset ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia dan untuk menambah pengetahuan tentang tata rias, untuk
mengembangkan kreativitas mahasiswaselanjutnya.

E. MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai beriku :

1. Hasil Inventarisasi tersebut akan merupakan data-data yang bisa dijadikan bahan untuk
pengembangantradisitatariaspengantindaerah.HasilInventarisasidanDokumentasiini akan
sangat berguna bagi para juru rias maupun bagi mereka yang ingin menambah
pengetahuan tentang tata rias, untuk mengembangkan kreativitas merekaselanjutnya.
2. Inventarisasi dan Dokumentasi yang selengkap mungkin sangat bermanfaat bagi
kebutuhan masyarakat, mengingat pengetahuan tentang tata rias pengantin daerah belum
ada yang dibukukan sedangkan mereka yang memiliki pengetahuan tentang itu telah
beranjak pada usia lanjut.Dengan demikian bila tata rias pengantin telah berhasil
dibukukan dapat menjadi pengungkapan sistim nilai yang berlaku di setiap kelompok
etnis. Lebih jauh dari itu akan dapat menunjang masyarakat dalam menanamkan sating
pengertian dalam kehidupan sosial serta dapat mencegah timbulnya prasangka yang
negatif terhadap golonganlain.
3. Dapat mengungkapkan arti lambang atau makna simbolis dari unsur-unsur tata rias
pengantin dari tiap kelompok etnis. Untuk itu akan sangat berguna bagi pengenalan sifat
dan kepribadian dari masyarakat pendukungnya.Alam pikiran dan pandangan sertanilai-
nilai yang merupakan pedoman tingkah laku akan dapat terungkapkan juga dari hasil
penelaahanini.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ADAT, BUDAYA DAN UPACARAPERKAWINAN


Secara bahasa unsur kata adat itu diambil dari bahasa Arab, yaitu ,,adah yangberasaldari
(masdar), yang artinya berulang-ulang. Istilah al-,adah adalah sebuah sebutan untuk sebuah
perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun waktu relatiflama.

Adat merupakan kebiasaan masyarakat yang sudah dilakukan berulangulangsejak dulu.


Kebiasaan tersebut tumbuh dan terbentuk dalam masyarakat yang dianggap memiliki nilai dan
harus dipatuhi. Adat yang ada alam kehidupanmasyarakat yaitu baik berupa tradisi, upacara-
upacara dan lain-lain yang mampumengendalikan masyarakat, adat merupakan ketentuan yang
tidak tertulis dan apabila dilanggar, terkadangakan dikenakan sanksi keras dari lingkungan
masyarakat misalnya seperti cibiran dan lain-lain.

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta,karsa,dan rasa.
Katabudayasebenarnyaberasaldaribahasasanskertabudhayahyaitubentukjamakkatabudidan akal.
Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa belanda diistilahkan
dengan kata cultuur, dalam bahasa latin, berasal dari kata colera. Colera berarti
mengolah,mengerjakan,menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian
ini dikembangkan dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah atau mengubahalam.

Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi


pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dankemampuan
yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat Kebudayaan
ataubudayayaituyangmenyangkutkeseluruhanaspekkehidupanmanusiabaikmaterialmaupun non-
material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar
sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju ketahapan yang lebih
kompleks.
Adatistiadatmerupakanbagiandarikebudayaanyangmerupakanperlambanganberbagai
nilaidan konsep tentang kehidupan alam semesta sesuaidengan pola pikir masyarakat. Setiap
wilayahmempunyaiadatistiadatyangsamadanadajugayangberbedaantarasatudaerahdengan
daerah lainnya, Begitu pula dengan upacaraperkawinan.

Perkawinan menurut hukum Islam adalah suatu akad atau perikatan lakilaki dan
perempuandalamrangkamewujudkankebahagianhidupkeluarga,yangdiliputirasaketentraman
serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah SWT. Sedangkan dalam Pasal 1 Undang-
undangPerkawinanNo.1/1974ialah:ikatanlahirbatinantaraseorangpriadenganseorangwanita
sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkanketuhananyangmahaesa.Upacaraperkawinan(walimah)adalahperayaanpestayang
diadakandalamkesempatanpernikahan.DikarenakanmenurutIslamadalahsebuahkontrakyang
serius dan juga momen yang sangat membahagiakan dalam kehidupan seseorang maka
dianjurkan untuk mengadakan sebuah pesta perayaan pernikahan dan membagi kebahagiaan itu
dengan orang lain seperti dengan parakerabat, teman-teman ataupun bagi mereka yang kurang
mampu. Pesta perayaan pernikahanitu juga sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas segala
nikmat yang telah dia berikan kepadakita.

B. ADAT DAN PERKAWINANPERKAWINAN


Pernikahan adat Mandailing merupakan adat pernikahan yang berasaldari suku sub etnis
Batak.BagipasanganketurunanaslisukuMandailing,mengikutiseluruhprosesipernikahanadat
Mandailing adalah sebuah kewajiban yang tidak boleh terlewatkan. Seluruh masyarakat suku
Mandailingsangat meyakini bahwa pernikahan adat Mandailing termasuk salah satu syarat sah
pernikahan dan semua keturunannya harus mentaati ketentuan tersebut.
Jika terlewat satu rangkaian saja maka pernikahan yang telah dilangsungkan tidak akan
dianggap sebagai pernikahan yang sah. Kesakralan yang telah diyakini oleh etnis Batak
Mandailingmerupakanperaturanyangsangatketatdanharusdiikutiolehseluruhketurunannya.
Pernikahan adat Mandailing memiliki rangkaian acara adat yang sangat panjang dan juga tidak
mudahuntukdilalui. Jikakamu memutuskanuntukmenikahipriadarisukuMandailing,siapkah
kamu melewati serangkaian prosesitersebut?

Batak Mandailing adalah suku bangsa yang menghuni kabupaten Tapanuli Selatan dan
kabupatenMandailingNatalSumateraUtara.HampirseluruhmasyarakatsukuBatakMandailing
menganut agama Islam. Suku Mandailing juga mengenal paham kekerabatan patrilineal maupun
matrilineal.Di dalam Suku Mandailing terdapat marga Batak, beberapa marga tersebut antara
lain; Babiat, Dabuar, Baumi, Dalimunthe, Dasopang, Daulay, Dongoran, Harahap, Hasibuan,
Hutasuhut, Lubis, Nasution, Pane, dan Parindurii. Bagi etnis Batak Mandailing, pernikahan
bukanlah hanya sekedar membangun rumah tangga. Keluarga mereka meyakini bahwa sebuah
pernikahan selalu dipenuhi dengan kesucian yang membuat kehidupan antara lelaki dan
perempuan menjadi satu Berikut ini berbagai rangakaian adat pernikahan Batak Mandailing:

PELAMAR DAN PETUNANGAN :


1. ManyapaiBoru

Manyapai boru merupakan momen penting dalam prosesi pernikahan adat Mandailing.
Saat memulai sebuah hubungan dibutuhkan masa pendekatan untuk melanjutkan hubungan ke
jenjangyanglebihserius.BagietnisBataksukuMandailing,masapendekataninidisebutdengan
manyapai boru. Dalam tahap ini pria akan menyatakan perasaannya terhadap wanita yang
dicintainyakemudian,jikawanitatersebutmenerimapernyataancintadaripriatersebutmakaakan
dilanjutkanke jenjang selanjutnya yaitu jenjangpernikahan.
2. MangairiritBoru

Dalam pernikahan adat Mandailing, mangairirit boru merupakan tradisi yang tidak bisa
terlewatkan karena hal ini menyangkut masa depan pernikahan setiap pasangan. Mangairirit
borumemilikitujuanuntukmencaritahuselukbeluktentangcalonmempelaiwanitayangsudah
dipiliholehcalonmempelaipria.Halinibiasanyaakandilakukanolehorang tuacalon mempelai pria.

3. PadamosHata
Dalam prosesi pernikahan adat Mandailing yang disebut dengan padamos hata ini,
keluarga mempelai pria akan mendatangi kediaman wanita untukmendapatkan jawaban. Setelah
itu,keduabelahpihakkeluargacalonmempelaiwanitadanpriaakanmendiskusikantentangkapan
waktu yang tepat untuk melamar.Kemudian, pihak keluarga mempelai wanita akan memberikan
persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh keluarga calon mempelaipria.
4. PatobangHata
Setelah prosesi padamos hata sudah terlaksanakan, prosesi pernikahan adatMandailing
selanjutnyaadalahpatobanghata.Patobanghatabermaksuduntukmenguatkanperjanjianantara
pihak keluarga laki-laki dan juga pihak keluarga perempuan. Dalam prosesi ini, keluarga dari
pihak laki-laki akan memberikan sejumlah mas kawin untuk calon mempelai wanita . Dengan
pemberian mas kawin tersebut, maka calon mempelai pria dan wanita secara otomatis sudah
memiliki ikatan satu sama lain. Setelah itu, status calon mempelai wanita berubah menjadi
kahanggi dan calon mempelai pria berstatus sebagai manopot kahanggi.
5. ManulakSere
Manulak sere dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan yang telah disepakatikedua belah
pihakkeluargapadasaatpatobanghata.Halyangdisepakatitersebutberupabesaranmaskawin.
Setelah itu, akan dilaksanakan penyerahan hantaran untuk mempelai wanita. Dalam acara
manulak sere biasanya pihak keluarga pria juga akan membawakan “silua” (oleh-oleh) dan
“indahan tungkus” (makanan) yangdi tempatkan di dalam rantang agar tidak tumpah danmudah
dibawa.

UPACARA ADAT PERKAWINAN MANDAILING :


1. Mangalehen manganpamunan

Anak gadis yang akan melangkah menuju ke jenjang pernikahan diharuskan untuk ikut
bersamasuami.Haliniberartibahwaperempuanyangakandinikahitersebutakanmeninggalkan
rumahorangtuanyadanmenjalanihidupbarubersamakeluargadaricalonmempelaipria. Dalam
pernikahan adat Mandailing, mempelai wanita akan membuat acara makan bersama keluarga
yang disebut dengan manganpamunan. acara makan bersama ini diadakan dalam rangka untuk
makanmalamperpisahan.Biasanya,mempelaiwanitaakanmengundangkeluargabesardanjuga
sahabat-sahabat sedarikecil.

2. Horja haroanboru
Setelah acara mangan pamunan selesai, prosesi pernikahan adat Mandailingdilanjutkan
denganacarahorjaharoanboru.Acarainimerupakansebuahpestaadatyangakandiselenggarakan
dikediamanbayopangoli.Didalamacara iniborunanioliakanmempersembahkansebuahtarian yang
disebut tari tor-tor. Tari ini melambangkan sebuah ungkapan perpisahan terhadap keluarga besar
dan kerabat mempelaiwanita.

3. Marpokat haroanboru

Sebelum pernikahan adat Mandailing berlangsung, para keluarga besar dari pihak
mempelaipriaataupunwanitaakanterlebihdahuluberdiskusiuntukmembahaspembagiantugas
yangsesuaidenganprinsipdalihannatoluyangterdiridarikahanggi,anakboru,danmora.
4. Mangalo-alo boru dan manjagitboru
Selanjutnya dalam prosesi pernikahan adat Mandailing, akan dilaksanakan mangalo-alo
boru dan manjagit boru. Kedua mempelai pengantin akan diarak oleh dua orang pencak silat,
pembawa tombak, pembawa payung, serta diiringi barisan keluarga mempelai pria dan wanita.
Dalam acara arak-arakan ini kedua mempelai diarahkan untuk berjalan menuju rumah. Setelah
itu, mempelai pria dan wanita beserta keluarga besar akan menyantap hidangan yang sudah
disiapkan. Acara dilanjutkan dengan pemberian petuah dari para tetua kepada kedua mempelai.
Setelah pemberian petuah selesai, mempelai pria dan wanita dituntun oleh keluargabesar untuk
menuju ke tempat pesta.
5. Panaekgondang

PernikahanadatMandailingmasihberlanjutdenganacarayangdisebutpanaekgondang.
Acara ini akan menghadirkan permainan gordang sambilan. Gordang sambilan merupakan alat
musikyangsangatdihormatiolehmasyarakatMandailing.Makadariitu,sebelummembunyikan
gordang sambilan setiap masyarakat harus meminta izin terlebih dahulu kepada tetua. Ketika
sudah berhasilmendapatkan izin, gordang sambilan ditabuh saat pembicaraan dimulai. Dalam
acarapanaekgondangjugaakandiselingiolehtaritor-toryangiramanyasesuaidanselarasdengan
ketukan gordangsambilan.

6. Mata nihorja
Setelah melaksanakan berbagai prosesi pernikahan adat Mandailing, acara adat
selanjutnya yaitu menuju acara puncak yang disebut mata ni horja. Acara ini diadakan di rumah
suhut dengan membawakan kembali tari tor-tor yang ditarikan oleh para raja. Tidak lupa segera
disusul oleh suhut, kahanggi, anak boru, raja-raja Mandailing dan raja panusunan.
7. Membawa pengantin ke tapian rayabangunan
Suku Batak Mandailing memiliki kepercayaan bahwa setiap calon pengantin yang akan
menikah pasti memiliki sifat-sifat yang kurang baik pada saat masih melajang. Maka dari itu,
untuk menghilangkan sifat kurang baik tersebut di dalam prosesi pernikahan adat Mandailing
akan digelar acara yang disebut dengan membawa pengantin ke tapian raya bangunan. Prosesi
acara ini akan dilaksanakandengan cara memberikan jeruk purut yang sudah dicampur air
kemudian, kedua mempelai akan dipercikan dengan air tersebut menggunakan daun silinjuang
(seikatdaun-daunan berwarna hijau).
8. Mangalehen gorar (menabalkan gelaradat)
Upacara pernikahan adat Mandailing yang disebut dengan mangalehen gorarini adalah
untuk menabalkan gelar adat kepada bayo pangoli. Pertama-tama untuk menemukan gelar yang
cocok akan dilakukan diskusi terlebih dahulu. Biasanya, gelar adat yang akan ditentukan
berdasarkan gelar yang berasal dari kakeknya dan bukanmengambil gelar dari orang tuanya.
9. Mangupa

Prosesi terakhir dari pernikahan adat Mandailing adalah mangupa. Mangupamerupakan


bentuk acara untuk menyampaikan pesan-pesan adat kepada kedua mempelai, bayo pangoli dan
boru na ni oli. Mangupa juga memiliki makna kegembiraan karena, acara ini menjadi rangkaian
terakhir upacara adat dan kedua mempelai sudah dinyatakan sebagai pasangan suami istri yang
sah secara adat Mandailing.
Prosesi pernikahan adat Mandailing memang memiliki rangkaian acara yang termasuk
sangat panjang dan juga tidak mudah. Maka dari itu, kamu dan pasangan harus
mempersiapkannya secara detail tanpa ada satu hal pun yang terlewatkan. Karena adat tradisi
yang turun-temurun ini, harus dijaga kesakralannya agar pernikahan pun senantiasa akan selalu
membawa keberkahan dan kedamaian bagi setiap bahtera rumah tangga.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENISPENELITIAN

Peneltianinimenggunakanmetodepeneltiansurvey.Metodepeneitiansurveiadalahcara
melakukan pengumpulan data berdasarkan survei.Pengertian Survei (survey) adalah sebuah
teknik riset atau penelitian yang bertuyuan untuk mendapatkan data yang valid dengan memberi
batas yang jelas atas data Kepada suatu obyek tertentu. Orang yang melakukan survei disebut
penyurvei. Melakukan Survei berarti melakikan penyelidikan, pemeriksaan atau peninjauan
terhadap obyek tertentu untuk mendapatkan data bagi keperluan tujuan penelitian. Dalam halini
dilakukansurveykeLKPIFOJl.LetdaSujonoNo.73B, BandarSelamat,Kec.MedanTembung, Kota
Medan, Sumatera Utara20223.

B. SUBJEKPENELITIAN

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah pemilik Kursus Kecantikan di


Medan,Sumatra Utara LKP IFO Jl. Letda Sujono No.73B, Bandar Selamat, Kec. Medan
Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara 20223.

C. TEMPAT DAN WAKTUPENELITIAN

Tempat penelitian ini dilakukan adalah pemilik Kursus Kecantikan di Medan,Sumatra


Utara LKP IFO Jl. Letda Sujono No.73B, Bandar Selamat, Kec. Medan Tembung, Kota Medan,
Sumatera Utara 20223 dilakukan pada Hari Sabtu11 septembr 2021.

D. TEKNIK PENGAMBILANDATA

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah melakuan observasi dan
dokumentasi. Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsungdanpencatatansecarasistematisterhadapobyekyangakanditeliti.Observasidilakukan oleh
peneliti dengan cara megamati Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan foto busana adat
aceh besartradisional.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SEJARAH BATAKMANDAILING
Secara garis besar, Mandailing adalah salah satu suku yang banyak ditemui diutara Pulau
Sumatera atau lebih spesifik berada di selatan Provinsi Sumut. Sukuini memiliki ikatan darah,
nasab, bahasa, aksara, sistem sosial, kesenian, adat, dan kebiasaan tersendiri yang berbeda
denganBatakdanMelayu.GeneralisasikataBatakterhadapetnisMandailingumumnyatakdapat
diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Meski sebagian masih mengakui dirinya bagian dari
sukuBatak.

Abdur-Razzaq Lubis dalam bukunya “Mandailing-Batak-Malay: A People Defined and


Divided. In: 'From Palermo to Penang: A Journey into Political Anthropology', University of
Fribourg, 2010, mengemukakan, bahwa penjajahan Belanda di Sumatera menyebabkan
Mandailing menjadi bagian dari Suku Batak berdasarkan aturan irisan yang dibuat untuk
mengklasifikasi dan membuat tipologi.

Akibatnya Suku Mandailing melebur menjadi satu yang dinamai Suku Batak Mandailing
diIndonesiadanSukuMelayuMandailingdiMalaysia.MengenaisejarahMandailing,MDolok Lubis
dalam Bukunya “Mandailing; Sejarah, Adat dan Arsitektur Mandailing” menjelaskan bahwa
keberadaan Mandailing sudah diperhitungkan sejak abad ke-14 dengan dicantumkannya nama
Mandailing dalam sumpah Palapa Gajah Mada pada syair ke-13 Kakawin Negarakertagama
hasil karya Prapanca sebagai daerah ekspansi Majapahit sekitar tahun 1287 Caka (1365) ke
beberapa wilayah di luarJawa.
Berabad sebelum Prapanca, di Mandailing telah tumbuh masyarakat berbudaya tinggi
(berdasarkan catatan sejarah serangan Rajendra Cola dari Indiapada tahun 1023 M ke Kerajaan
Panai) di hulu sungai Barumun atau di sepanjangaliran sungai Batang Pane mulai dari Binanga,
PortibidiGunungTuahinggalembahpegununganSibualbualidiSipirok.Haliniditandaidengan
adanya masyarakat bermarga pane di Sipirok, Angkola danMandailing.

B. TATA RIAS PENGANTIN WANITA BATAKMANDAILING

Wajah adalah unsur yang penting yang terlihat di dalam penampilan seseorang. Dalam
menangani tata rias pengantin sangat berbeda antara pengantin laki-laki dengan pengantin
perempuan. Biasanya tata rias wajah pengantin laki- laki dikerjakan dengan sederhana tanpa
memerlukan bahan-bahan dan alat-alat yang banyak macamnya. Sedangkan bagi pengantin
wanita, merias wajah dikerjakan secara sungguh-sungguh dan rumit Ada pun tahapan-tahapan
dalam merias wajahpengantin mandailing sebagai berikut:
1. Lakukan pembersihan pada wajah dengan susu pembersih, mulai pembersihan dari
keseluruhan wajah hinggaleher
2. bersihkandengantissue,danberikanfacetonicatauastrigent
3. Selesai lakukannya pembersihan wajah. Tahap selanjutnya wajah diberikanpelembab
4. Laluaplikasikanalasbedakmeratakeseluruhanwajahdanleher,setelahituberikanbedak
taburdengancaramenekan-nekanpadawajahdanleher.Untukmeratakanbedakgunakan face
brush dengan kearah bawah dan kesamping.
5. Membentukalisyangdisesuaikandenganbentukwajahpengantin
6. Setelahitumeriaskelopakmatawarnayangdigunakanadalahpadakelopakmatabergerak
warnaygdigunakanmerah,padabagianluarsudutmatacoklatkehitaman.danpadabagian high
light berwarna kuningkeemasan
7. Lalu memakai kan eyeliner untuk memberi kesan mata lebih indah danmengenakan
mascara agar bulu mata terlihat lentik dantebal
8. Memakaikan shading padahidung
9. Memberikanpemerahpipiataublushon
10. Terakhirmengenakanlipstickberwarnamerahcabe

Mahkota menyerupai tanduk kerbau, yang biasa disebut bulang, tinggi menjulang berpadu
indah dengan baju godang atau baju kurung merah bersulam ragam hias keemasan. Tinggi
rendahnya bulang menunjukkan tingkat sosial pemakainya. Bila pengantin mengenakan bulang
bertingkat lima atau tujuh, artinya keluarga mengadakan pesta besar-besaran dengan memotong
kerbau.
Kemegahan yang sarat dengan keindahan. Sepertinya ungkapan yang tepat untuk
menggambarkan keseluruhan tampilan pengantin wanita Batak Mandailing. Mahkota yang tinggi
menjulang begitu cantik menghias kepala pengantin wanita.

TAHAPAN MEMBENTUK SANGGUL DAN TEKNIK MEMASANG BULANG


1. sisir rambut model denganrapi

2. parting rambut menjadi 4 bagian lalu ambil bagian depan mulai dari ujung telinga kanan
hingga ujung telinga kiri,ambil bagian tengah puncak kepala,sisakan partingan kiri dan
kananpartingan.

3. lalusasakpartinganyangditegahpuncakkepaladansampingkirikanan
4. rambutbagianbelakangdiikat menjadisatu,lalupasangkancemarabertulang

5. rapikan sasakan bagian tengah puncak kepala tadi hingga menutupi cemara bagian ujung
dekat ikatanrambu
6. pasangkanpenyanggahbulangpadabagianjidatatasagarpengantintidakmerasakansakit

7. selanjutnya pasangkan bulang ikat denganrapih

8. lalubentukcemarabertulangtadimenjadisanggulbulat

9. sasak bagian samping kiri dan kanan dirapikan ke belakang agar menutupi tali pengikat
bulang
10. lalu berikan hisan kepala pada bulang dan sanggul seperti Jagat jagat, jarunjung, suri, dan
beberapa paku dengan jumlahganjil.
C. TATA RIAS PENGANTIN PRIA BATAKMANDAILING

Serupa dengan pengantin wanita, pengantin pria Mandailing pun memiliki tutup kepala
yang khas, yang disebut ampu/hampu. Terbuat dari bahan beludru dengan ornamen emas, ampu
merupakan mahkota yang dikenakan oleh raja-raja Mandailing di masa lampau. Warnanya yang
hitam dengan ornament keemasan selaras dengan busana yang juga berwarna merah.

D. TATA BUSANA PENGANTINMANDAILING

1. WANITA

 BULANG
 GOLANG-GOLANG

 KALUNG

 BOBAT/PENDING

 PAKU

 KERABU

 JAGAT-JAGAT DAN JARUNJUNG


 TINTIN

 ULOS

 KAINSONGKET

 BUSANA
2. PRIA

 APPU

 KORIS

 KAINSONGKET

 ULOS

 PUNTU GELANG
 BUSANA
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalambentuk adat
istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atasbeberapa suku, seperti
Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan
(meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti
Minang,JawadanAcehyangmembawabudayasertaadat-istiadatnyasendiri-sendiri.Daerahini
memiliki potensiyang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam, budaya, maupun
sejarah

Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis
makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman
budayainisangatmendukungdalampasarpariwisatadiSumaterUtara.Walaupunbegitubanyak etnis
budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat
karenatiapetnisdapatberbaursatusamalaindenganmemupukkebersamaanyangbaik.kalaudi
lihatdariberbagaidaerahbahwahanyaSumateraUtarayangmemilikipendudukdenganberbagai
etnisyang berbedadaninitentunyasangatmemilikinilaipositifterhadapdaerahsumaterautara.

B. SARAN
 Diharapkan kepada masyarakat mandailing agar dapat mempertahankan adatdan budaya
sukumandailing
 diharapkan pemerintah agar lebih peduli dalam tatarias pengantinmandailing
 penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi pedoman untuk
penelitiberikutnya
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. secara
horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat, serta perbedaan kedaerahan
yang seringkali disebut sebagai ciri masyarakat majemuk (Nasikun, 2012: 34).
Keberagaman etnis suku bangsa dapat dilihat dari banyaknya suku – suku bangsa yang ada
di pulau Indonesia. Suparlan (2004: 113), mengatakan bahwa kemajemukan masyarakat
Indonesia juga ditandai oleh keanekaragaman suku bangsa yang tercakup didalamnya yang
terwujud baik secara horizontal, seperti perbedaan antara suku bangsa yang dapat dilihat
melalui perbedaan berbagai unsur kebudayaan yang dipunyai oleh masing-masing
masyarakat yang hidup di Indonesia, dan secara vertikal yaitu bukan hanya terwujud
sebagai perbedaan antara suku bangsa dengan suku bangsa lainnya, tetapi juga terwujud
dalam perbedaan yang ada dalam masyarakat yang tergolong dalam satu keluarga.
Dari adanya keberagaman suku bangsa yang ada, masing - masing suku bangsa
mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan corak dan potensi sumber daya dalam
lingkungan hidup masing - masing sesuai dengan tema - tema budaya atau pandangan hidup
dan etos yang dipunyainya, oleh karena itu masing-masing suku bangsa mempunyai corak
kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya
Interaksi dari masyarakat dan prilaku kebudayaan yang berbeda secara terus
menerus akan melahirkan suatu akulturasi budaya yang mana akulturasi merupakan
perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung secara damai dan serasi.
Koentjaraningrat (2009: 203), menyebut bahwa akulturasi merupakan proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur- unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan itu sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Apabila akulturasi dapat
berjalan, berarti masyarakat tersebut telah dapat menerima dan juga mengakui perbedaan-
perbedaan dan keberagaman suku bangsa sehingga akan terjadi suatu pembauan antara suku
bangsa yang berbeda. Proses akulturasi dapat berlangsung manakala dua suku bangsa yang
berbeda mengadakan kontak langsung dengan sistem budaya lokal disekitarnya, akulturasi
dapat kita temui dalam bahasa, tarian, bangunan dan prosesi adat seperti perkawinan.
Dampak yang paling nyata kita lihat dari adanya keanekaragaman suku bangsa dan
pembaurannya yaitu terjadinya perkawinan campuran antara suku bangsa yang berbeda atau
yang dikenal juga dengan istilah amalgamasi dan akulturasi dapat ditemukan pada suatu
perkawinan campuran tersebut.
Setiap perkawinan sebenarnya merupakan perkawinan campur karena tidak
mungkin seorang individu menikah dengan orang yang benar-benar sama dengan dirinya,
namun perbedaan budaya pada pasangan yang menikah campur antara bangsa memiliki
berbedaan ekstrim dibandingkan dengan menikah sesama bangsa. Pada kasus ini peneliti
melihat perkawinan campran antara suku Jawa dengan Minangkabau dalam menyatukan
kebudayaan yang berbeda. Semua masyarakat adat menempatkan masalah perkawinan
sebagai urusan keluarga, karena perkawinan tidaklah semata-mata urusan pribadi yang
melakukannya, akan tetapi menjadi masalah semua anggota keluarga besar beserta
masyarakatnya (Maemunah, 2004: 3). Peran keluarga dan kerabat juga diperlukan untuk
memutuskan suatu keputusan terlebih jika itu menyangkut kebiasaan adat yang telah yakini
secara turun temurun, ini sesuai dengan yang dikatakan Mulya dan Rakhmat dalam Pata
(2015: 3), bahwa tidak mudah untuk menjalani perkawinan campuran, karena masalah
utama yang terjadi dalam berinteraksi dengan orang berbeda budaya adalah setiap individu
memiliki kecenderungan menganggap bahwa budayanya sebagai suatu keharusan tanpa
perlu dipersoalkan karenanya setiap orang akan menggunakan budayanya sebagai
standarisasi untuk mengukur budaya-budaya lain.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengetahui pernikahan percampuran dua budaya

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pernikahan pencampuran dua budaya
 Untuk mengetahui terjadinya percampuran pernikan dua budaya
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Perkawina
a. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya
setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual.
Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya
perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Tergantung budaya
setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga.
Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai
pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk
membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
b. Pengertian Perkawinan Campuran
Perkawinan campuran yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
berbeda dengan perkawinan campuran yang terdapat dalam S. 1898/158. Menurut Pasal
57 UUP pengertian perkawinan campuran adalah: “Perkawinan antara dua orang yang
ada di Indonesia tunduk pada hokum yang berlainan karena perbedaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.”
Perbedaan hukum yang ada telah menyebabkan beberapa macam perkawinan
campuran, yaitu13:
a. Perkawinan Campuran Antar Golongan (intergentiel) Menerangkan hukum mana
atau hukum apa yang berlaku, kalau timbul perkawinan antara 2 orang, yang
masing-masing sama atau berbeda kewarganegaraannya, yang tunduk kepada
peraturan hukum yang berlainan. Misalnya WNI asal Eropa kawin dengan orang
Indonesia.
b. Perkawinan Campuran Antar Tempat (Interlocaal) Mengatur hubungan hukum
(perkawinan) antara orang-orang Indonesia asli dari masing-masing lingkungan adat.
Misalnya, orang Minang kawin dengan orang Jawa.
c. Perkawinan Campuran Antar Tempat (Interlocaal) Mengatur hubungan hukum
(perkawinan) antara 2 orang yang masing-masing tunduk kepada peraturan hukum
agama yang berlainan. Misal Orang Islam dengan orang Kristiani.
2.2 Percampuran dua budaya pernikahan
Perkawinan Etnis Mandailing dan Minangkabau Di NagariSontang
Akulturasi budaya dapat terjadi pada setiap lapisan masyarakat, termasuk pada
masyarakat campuran. Akulturasi dapat terjadi karena adanya komunikasi antar budaya
yang terjadi dalam masyarakatMandailing dan Minangkabau di nagari Sontang Cubadak
Kabupaten Pasaman.
Nagari Sontang Cubadak merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kabupaten
Pasaman. Sebanyak 99% masyarakat nagari Sontang Cubadak beragama Islam, sebagian
besar penduduknya merupakan masyarakat Mandailing. Selain itu terdapat juga suku-suku
lain seperti Suku Minangkabau, Suku Jawa dan Suku Batak. Banyaknya suku yang ada di
daerah tersebut membuat daerah ini berpotensi mengalami akulturasi budaya.
Masyarakat Mandailing di nagari Sontang Cubadak saat ini lebih dominan
menggunakan adat danlamaran sampai pada tahap menetap setelah menikah. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Nurjannah (2016) menjelaskan bahwa perkawinan antar etnis
yang dilakukan merupakan faktor migrasi, interaksi sosial dan perkawinan campuran.
Dalam perkawinan masyarakat di Desa Jeget Ayu Kabupaten Aceh Tengah terdapat
akulturasi budaya pada perkawinan antara masyarakat Jawa dan Gayo, akulturasi terlihat
dalam perkawinan yang memakai adat Jawa namun tetap dipandu menggunakan bahasa
Gayo. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis telah melakukan penelitian
dengan judul “Akulturasi budaya pada Perkawinan Masyarakat Mandailing Dengan
Masyarakat Minangkabau Di Nagari Sontang Cubadak”.
Akulturasi yang terjadi antara masyarakat Mandailing dan Minangkabau terjadi
karena adanya perkawinan antar etnis di nagari Sontang cubadak. Proses ini sudah
berlangsung lama yaitu sejak kerajaan Sontang Cubadak berdiri pada tahun 1570 M.
Membutuhkan waktu yang lama bagi masyarakat untuk sampai pada tahap akulturasi,
karena mereka harus melakukan penyesuaian dengan budaya baru, sehinga lambat laun
tanpa disadari mereka telah menggabungkan budaya masingmasing. Akulturasi yang
terlihat dari masyarakat Mandailing dan Minangkabau terlihat dari proses perkawinan
dimana penggunaan adat Minangkabau tampak dalam beberapa acara seperti dalam
penggunaan pakaian adat serta beberapa unsur Minangkabau dalam dekorasi saat
pernikahan. Terkait akulturasi budaya pada perkawinan antar etnis di Indonesia, terdapat
beberapa literatur yang dapat dijadikan sebagai literasi seperti pada penelitian yang
dilakukan oleh Marestiana (2013) terdapat akulturasi budaya pada perkawinan anatar Etnis
Sunda dan etnis Jawa.
2.3 Prosesi Perkawinan Masyarakat di Nagari Sontang Cubadak.
Akulturasi terjadi setelah melewati proses yang panjang. Akulturasi budaya
menunjuk pada perilaku individu atau kelompok individu yang berinteraksi dengan budaya
tertentu. Dalam hal ini budaya Mandailing berinteraksi dengan budaya Minangkabau dan
terjadinya perkawinan antara etnis Mandailing dan Minangkabau yang mejadi titik tolak
terjadinya akulturasi sampai saat ini.
a. Lamaran dan Batimbang Tando
Lamaran atau istilah dalam bahasa Mandailing manyapai boru adalah prosesi
keluarga dari calon mempelai laki-laki yaitu anggota keluarga yang di tuakan melakukan
lamaran ke rumah calon mempelai perempuan dengan membawa sirih, pinang, rokok dan
tembakau. Keluarga laki-laki yang datang disambut oleh keluarga perempuan. Batimbang
tando merupakan bentuk akulturasi budaya antara masyarakat Mandailing dan
Minangkabau di nagari Sontang Cubadak, karena masyarakat Mandailing di Sumatra Utara
tidak melakukan prosesi batimbang tando. Masyarakat Mandailing di nagari Sontang
Cubadak melakukan prosesi ini sebelum melakukan perkawinan, hal ini merupakan hal
yang penting bagi masyarakat Mandailing dalam acara ini pihak keluarga laki-laki datang
kerumah calon mempelai perempuan dengan membawa barang yang akan saling ditukar.
Barang yang akan ditukar seperti keris atau kain sarung dan baju.

Berikut gambar saat prosesi lamaran dan batimbang tando

b. Duduk Sarumah
Duduak sarumah merupakan acara yang dilakukan untuk membahas perkawinan
yang akan berlangsung dengan mengumpulkankeluarga, lalu setelah itu mengumpulkan
orang yang dituakan seperti ninik mamak, hatobangon dan urang sakampung untuk
memahas waktu pernikahan.
c. Malam Bainai
Malam berinai, merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya yang terjadi antara
masyarakat Mandailing dan Minangkabau. Berianai dilakukan pada malam hari sebelum
pernikahan dilangsungkan. Pada malam ini calon mempelai perempuan akan di inai di kuku,
telapak tangan dan jarinya, hal ini dilakukan bersama teman-temannya anak gadis dari
keluarga atau temanteman dekatnya. Acara ini merupakan acara yang di adopsi dari budaya
masyarakat Minangkabau, adat Melayu dan India. Jadi akulturasi tidak hanya dari unsur
Minangkabau tapi juga unsur budaya lain. Berikut gambar dari acara bainai dalam acara
adat di nagari Sontang Cubadak:

Gambar 2 Bainai
d. Akad Nikah
Proses paling penting dan merupakan acara inti dari semua proses yang dilakukan.
Pada umumnya acara akad nikah di nagari Sontang Cubadak sama dengan akad nikah pada
umumnya dilaksanakan di Rumah mempelai wanita atau dilaksanakan di Kantor Urusan
Agama setempat. Sebelum acara ini dilakukan maka maraplai akan dijempt untuk dibawa
ke tempat akad nikah dilakukan. Yang menjemputnya ialah pihak kelurga mempelai
perempuan seperti bibi, kakak atau saudara yang lainnya. Berikut contoh acara akad nikah
di nagari Sontang Cubadak.
Gambar. 3 Akad
e. Bersanding Di Pelaminan
Prosesi bersanding di pelaminan dilakukan setelah acara akad nikah. Acara ini
merupakan acara yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Masyarakat Mandailing di
nagari Sontang Cubadak menggunakan dekorasi dan adat Minangkabau dalam acara resepsi
pernikahan. Pakaian adat yang digunakan masyarakat Mandailing saat prosesi resepsi
pernikahan ialah pakaian adat Minangkabau. Hal ini memang sudah lama terjadi akibat
adanya perkawinan campuran. Dalam prosesi ini pengantin biasanya memakai tiga atau
empat stel baju. Dua baju yang digunakan ialah baju khas Minangkabau seperti baju sunting
warna merah dan baju Minangkabau motif dan warna lainnya. Selain itu ada juga beberapa
pengantin Mandailing yang memakai baju khas Tapanuli Selatan. Dan baju lain ialah baju
modern sesuai pilihan pengantin. Dekorasi dalam pernikahan ialah dekorasi modern dan
memasukkan beberapa unsur Minangkabau. Berikut gambar dalam acara bersanding di
pelaminan:

Gambar. 4 Bersanding di Pelaminan


f. Maradat
Maradat merupakan acara adat yang dilakukan masyarakat Mandailing setelah acara
resepsi dilakukan. Pada acara maradat ini semua tokoh adat akan berkumpul dirumah
pengantin untuk melakukan prosesi adat yang dipimpin oleh Ninik Mamak. Dalam acara ini
kedua pengantin akan diberi nasehat untuk bekal dalam menjalankan kehidupan rumah
tangganya kedepan. Acara ini dilangsungkan setelah Maghrib dan selesai sebelum sholat
Isya dimulai. Berikut gambar acara maradat dalam masyarakat Mandailing di Nagari
Sontang Cubadak:

Gambar. 5 Maradat
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkawinan masyarakat Mandailing sejalan
dengan eksistensi teori akulturasi. Akulturasi budaya yang terlihat dari prosesi diatas
dimana masyarakat Mandailing di nagari Sontang Cubadak mengadopsi beberapa budaya
luar salah satunya ialah Minangkabau, namun dalam setiap prosesi yang digunakan bahasa
yang digunakan ialah bahasa Mandailing.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis data secara deskriftif, maka dapat
disimpulkan bahwa proses akulturasi budaya antara masyarakat Mandailing dan
Minangkabau di nagari Sontang Cubadak terlihat dari proses perkawinan masyarakat
Mandailing yang mengadopsi beberapa budaya adat Minangkabau.Akulturasi budaya
disebabkan adanya interaksi antar budaya, migrasi dan perkawinan antar etnis di masa lalu.
Dalam prosesi perkawinan masyarakat Mandailing tidak memeliki konsistensi yang
jelas dalam adat perkawinannya, namun terlihat cenderung menggunakan adat
Minangkabau seperti tradisi batimbang tando,malam bainai, dan bersanding di pelaminan,
namun dalam setiap prosesi bahasa Mandailing adalah bahasa yang digunakan dan beberapa
unsur Mandailing masih digunakan.

3.2 Saran

kami sadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari katasempurna, dan
masih terdapat banyak kesalahan.Maka dari itu kami mohon kritik dan sarannya kepada
para pembaca gunauntuk meningkatkan pengetahuan kami untuk memperbaiki makalah
kami dimasa mendatang.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah kelompok ini mengenai Tata Rias Pengantin Tapanuli Selatan. Tugas ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah “Tata Rias Pengantin Indonesia”. Terimakasih penulis hanturkan
kepada Ibu dosen Irmiah Nurul Rangkuti,M.Pd dan Ibu dosen Astrid Sitompul,M.Pd, selaku
dosen pengampu mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia yang telahmemberikan banyak
bimbingan dan member arahan kepada penulis dalam penyusunan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan makalah mengenai Tata Rias Pengantin Tapanuli Selatan ini kiranya
dapat memberikan kontribusi postif bagi pembaca setelah membaca makalah ini dapat
menambah wawasan pembaca untuk lebih memperdalam mata kuliah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Demikianlah penulis perbuat, jika ada kekurangan kiranya pembaca
dapat memakluminya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tapanuli selatan
2.2 Busana dan Perlengakapan Pengantin Wanita Tapanuli Selatan
2.3 Sanggul dan Ornamen Kepala Pengantin Wanita Tapanuli Selatan
2.4 Make Up Pengantin Wanita Tapanuli Selatan

2.5 Busana dan Perlengakapan Pengantin Pria Tapanuli Selatan

2.6 Make Up Pengantin Pria Tapanuli Selatan

2.7 Hasil Wawancara atau Observasi Bersama Harpi


2.8 Foto Pengantin Tapanuli Selatan

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tata rias wajah (bahasa Inggris;make up)adalah kegiatan mengubah penampilan dari
bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah make up lebih
sering ditujukan kepada pengubahan bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh
bisa dihias (makeup).
Berbicara tentang pernikahan, Indonesia sebagai Negara yang memiliki beragam suku
dan budaya juga mempunyai tata cara adat tersendiri mengenai pernikahan. Pelaksanaan
pernikahan secara adat biasanya unik dan berbeda satu sama lain. Selain proses upacara
adatnya, busana pengantin juga berbeda-beda disetiap daerah, yang memiliki cirri khas dan
makna tersendiri.
Pengantin Tapanuli Selatan menggunakan pakaian adat yang didominasi warna merah,
keemasan dan hitam. Pengantin pria menggunakan penutup kepala yang disebut ampu-
mahkota yang dipakai raja-raja Mandailing di masa lalu, baju godang yang berbentuk jas,
ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua pisau kecil disebut bobat, gelang polos
di lengan atas warna keemasan, serta kain sesamping dari songket Tapanuli.Sedangkan,
pengantin wanita memakai penutup kepala disebut bulang bewarna keemasan dengan
beberapa tingkat,penutup daerah dada yaitu kalung warna hitam dengan ornament
keemasan dan dua lembar selendang dari kain songket, gelang polos dilengan atas bewarna
keemasan, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua pisau kecil dan baju kurung
dengan bawahannya songket.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini mengenai Tata Rias Pengantin Tapanuli
Selatan, yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia.
2. Dapat mengetahui informasi mengenai kebudayaan dari Tapanuli Selatan khususnya
pada Tata Rias Pengantin Tapanuli Selatan.
3. Dapat mempraktekkan bagaimana proses kerja pelaksanaan tata rias pengantin
Tapanuli Selatan.
4. Menyalurkan informasi kepada para pembaca mengenai kebudayaan serta tat arias
pengantin Tapanuli Selatan.
5. Dapat sebagai acuan untuk pembaca yang ingin mendalami mengenai kebudayaan
serta tat arias pengantin Tapanuli Selatan.

1.3 Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini juga memiliki beberapa manfaat, yaitu :
1. Untuk menambah wawasan mengenai tat arias pengantin Tapanuli Selatan.
2. Untuk mengetahui banyak hal dalam kebudayaan Tapanuli Selatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses kerja tat arias pengantin Tapanuli Selatan serta
dapat mengetahui mengenai acccesoris serta pakaian pengantin adat Tapanuli Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tapanuli Selatan


Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia,
ibukotanya ialah Sipirok. Kabupaten ini awalnya merupakan kabupaten yang cukup luas dan
beribu kota di Padang Sidempuan. Daerah-daerah yang telah berpisah dari kabupaten Tapanuli
Selatan adalah Kabupaten Mandailing Natal, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Padang Lawas
Utara dan Kabupaten Padang Lawas. Budaya Tapanuli Selatan banyak dipengaruhi dan
didominasi oleh suku Batak. Dominasi Suku Batak membuat budaya di Tapanuli Selatan
mempunyai cirri khas tersendiri. Tetapi, sebagian besar masyarakat Tapanuli Selatan beragam
Islam sehingga nuansa keislaman sangat terasa. Saat acara pernikahan atau prosesi adat lainnya
akan sangat terasa nilai yang terkandung dalam agama Islam. Berikut beberapa proses adat
pernikahan cirri khas Tapanuli Selatan.

a. Mangairit Boru dan Manulak Sere. Adat ini wajib dilakukan dalam memilih pasangan
hidup sebelum dilakukan acara pernikahan. Pihak keluarga lelaki menyelidi asal usul
gadis yang akan dilamar agar tidak keliru memilih pasangan hidup. Setelah dipastikan
belum ada yang melamar kemudian dilakukan pertemuan dan musyawarah. Dalam
musyawarah itu dibahas waktu melamar, jumlah mas kawin dan hantaran lamaran.
b. Mangalehan Mangan. Sebelum menuju ke acara pernikahan, maka orang tua dari pihak
perempuan wajib menggelar acara untuk melepas putrinya dengan memberikan suapan.
Tradisi ini sebagai symbol pengasuhan terakhir dari orang tua kepada putrinya yang
akan menjadi mempelai pengantin. Acara ini hanya dilakukan oleh pihak mempelai
perempuan saja.
c. Mangalap Boru. Pihak mempelai lelaki beserta keluarganya datang ke kediaman
mempelai perempuan yang dipimpin oleh ketua adat. Mas kawin beserta hantaran
lamaran dibawa untuk diserahkan kepada pihak mempelai perempuan. Rombongan
mempelai laki-laki melakukan acara ketuk pintu dengan mengucapkan salam. Setelah
diterima barulah dilakukan acara yang sacral, yaitu ijab Kabul. Pakaian adat baru dipakai
setelah acara ijab Kabul selesai dan kedua pasangan sah menjadi suami istri.

Tidak hanya acara perkawinan saja yang masih sampai saat ini. Masih ada acara-acara adat
Tapanuli Selatan yang masih lestari hingga kini. Umumnya upacara adat ini Tapanuli Selatan
dimulai sejak mengandung, melahirkan,menyapih,pengobatan penyakit,mencegah malapetaka
dan upacara kematian. Masyarakat Tapanuli Selatan setia menjaga adat istiadat yang menjadi
kekayaan budaya Nusantara ini, mesi sudah berada di zaman yang serba modern ini.

2.2 Busana dan Perlengakapan Pengantin Wanita Tapanuli Selatan

a. Baju Wanita

Baju yang digunakan oleh pengantin wanita Tapsel terbuat dari bahan beludru bewarna
hitam, memakai hiasan tabor tabor berbentuk segitiga yang terbuat dari lempengan warna emas,
model baju bentuk kurung longgar tanpa kupnat, untuk bagian depan leher atau kerah memiliki
sedikit belahan, sedangkan bagian belakang dapat memakai resleting atau boleh memakai
kancing sampai bawah, panjang baju lebih kurang 10cm dibawah lutut termasuk hiasan dari
simata-mata bewarna merah, putih, dan hitam dengan motif hiasa raga-raga,ruang-ruang dan
bindu (motif khas Tapanuli Selatan) diatas simata-mata diberi bis bewarna emas sebanyak 2
baris sedangkan diujung lengan baju dibuat seperti akan bawa baju.

b. Kain

Kain yang dipakai pengantin wanita untuk bawahan adalah kain sarung bewarna merah
yang ditenun didaerah Tapanuli Selatan. Cara memakaikan kainnya yaitu kepala kain persis
berada ditengah tengah bagian depan kain dililitkan dari kiri kekanan dengan ketinggian
menutupi mata kaki kemudian dirapikan dan diberi konset.
c. Selempang

Selempang terbuat dari tenunan sipirok sebanyak 2 lembar cara memakaikan nya
diletakkan dibahu kiri dan kanan kemudian disilangkan di dada dan punggung sehingga ujung
selempang bertemu pada sisi pinggul kiri dan kanan.

 Selempang yang berada disebelah kanan bermakna kahaggi


 Selempang yang berada disebelah kiri bermakna mora
 Sedangkan sudut bagian bawah melambangkan anak boru
d. Sandal

Bentuk sandal yang dipakai adalah model pansus yang tertutup dibagian depan
dan terbuka pada bagian belakang, sandal memiliki tumit yang rendah dan bewarna hitam.

e. Kalung
Selanjutnya perhiasan-perhiasan yang dipakai adalah gonjong atau kalung yang
terbuat dari kain beludru bewarna hitam yang ditaburi dengan lempengan emas berbentuk
pucuk rebung dan bulat-bulat melambangkan homat dan ramah tamah kepada setiap
manusia. Dibagian depan dan belakang berbentuk kepala gajah dan ekor tergulung kepala
melambangkan kekuatan dan dibawah gajah meong kembali dilambangkan cahaya sinar
bulan.
f. Bobat atau Tali Pinggang

Bobat atau tali pinggang terbuat dari lempengan perak yang disambung-sambung
dilapisi dengan warna emas berbentuk lonjong sedang kepalanya juga berbentuk lonjong
tapi dengan ukuran lebih besar ini melambangkan keagungan.

g. Horis
Horis atau keris paruh onggang dipakaikan 2 buah setelah memakai tali pinggang,
yaitu horis yang bentuknya melengkung diselipkan disebelah kiri pusat sedang harus
dahulu berbentuk cabang diselibkan disebelah kanan pusat sehingga gagang horis
bertemu saling berpotongan melambangkan kebranian dan ketegaran untuk
mempertahankan martabat dan kehormatan keluarga .
h. Puttu

Puttu atau gelang yang terbuat dari lempengan bewarna emas. Gelang ini dipakai
kan diatas digunakan sebanyak dua, masing masing satu disetiap siku gelang pertama
tersebut puttu daboru dipakai di lengan kanan sedangkan yang satu lagi tidak terlalu
polos disebut puttu dalahi yang dipakai dengan kiri melambangkan keut uhan rumah
tangga.
i. Gelang

Gelang terbuat dari lempengan bewarna emas dipakai dipergelangan tangan kanan
dan kiri sebagai hiasan. Gelang ini dipakaikan disebelah kanan dan sebelah kiri pada
pengantin perempuan maupun laki-laki. Tetapi gelang tersebut memiliki 2 macam bentuk
yaitu yang berukir dan yang tidak berukir atau polos, biasanya untuk pemakaian gelang
berukir pada pengantin perempuan letaknya disebelah kanan pada lengan dan untuk yang
gelang tidak berukir atau polos dipakaikan disebelah kiri. Sedangkan pada laki-laki
gelang yang memiliki ukiran diletakkan disebelah kiri agar bertemu dengan pengantin
perempuan dan yang gelang tidak berukir atau polos itu diletakkan disebelah kanan.
j. Sasilon sere

Sasilon sere atau kuku yang terbuat dari lempengan bewarna emas dan berbentuk
kuku panjang, dipakai dijari manis dan jari tengah melambangkan agar pengantin
mendapat harta kekayaan yang melimpah.
k. Bulang

Bulang terbuat dari bahan dasar emas sepuhan atau bahkan logam. Bulang sendiri
memiliki makna lambang kemuliaan dan merupakan simbol struktur kemasyarakatan.
Berbeda dengan perempuan, laki-laki Mandailing menggunakan penutup kepala yang
bentuknya khas. Penutup kepala pakaian adat Sumatera Utara ini disebutHiasan kepala
yang menyerupai tanduk kerbau ini terdiri dari beberapa tingkat. Konon, tinggi
rendahnya bulang menunjukkan jumlah hewan yang disembelih saat upacara adat.
l. Haronduk

Pengantin wanita memegang haronduk lengkap dengan perlengkapan sirih pada


waktu di pelaminan, dan pada saat keberangkatan pengantin disandang dengan tangan
sebelah kiri.
2.3 Sanggul dan Ornamen Kepala Pengantin Wanita Pengantin Tapanuli Selatan

Sanggul khas untuk pengantin wanita Tapsel memakai bulang.Bulang tersebut dari
lempengan yang dilapisi dengan warna emas terdiri dari tingkat 1,2, dan 3.

 Tingkat 3 disebut bulang horbo dipakaikan oleh orang yang berketurunan bangsawan.
 Tingkat 2 disebut bulang hembeng dipakai oleh orang kebanyakan yaitu rakyat yang
masih ada hubungan keturunan dari orang bangsawan.
 Tingkat 1 bulang ini dipakai oleh kebanyakan orang yang tidak mempunyai hubungan
dan sangkut paut dengan orang bangsawan .
Namun pada masa sekarang ini sudah ada bulang tingkat 5,7 dan 9 orang yang
memakainya pun tidak dibeda-bedakan lagi dengan melambangkan kebesaran dan
kebangsawanan bulang ini mempunyai rantai yang tergantung pada bulang melambangkan
pernyataan maupun pesan bahwa apabila seseorang sudah memakai bulang berarti sudah
dituakan adat. Oleh sebab itu penglihatan sudah terbatas harus menjaga martabat dan wibawa
dalam berkeluarga, motif-motif daun melambangkan kesuburan atau masyarakat. Banyak pada
zaman dahulu kala yang memakai adalah orang bangsawan dan dipakai pada saat mengadakan
pesta adat atau horja godang tetapi pada saat sekarang ini sudah di pakai walau hanya
melaksanakan pesta kecil tanpa melalui upacara adat.
Adapun dalam pemasangan sanggul pada pengantin wanita Tapanuli Selatan yaitu
dengan memperhatikan ukuran besar sanggul dengan bentuk kepala model/klient yang
dijadikan pengantin Tapanuli Selatan serta memiliki lebar sanggul yang seimbang atau
harus kelihatan sedikit dari tampak depan . Ketinggian dari pembuatan sanggul juga harus
diperhatikan dengan tidak lewat dari 2-3 ukuran jari tangan dari batas pertumbuhan rambut
di kepala belakang.
Adapun Langkah pembuatan sanggul pengantin wanita Tapanuli Selatan, yaitu :
1. Pertama-tama menyisir rambut disisir ke arah belakang untuk menghilangkan
kekusutan rambut selanjutnya membagi rambut bagian depan dibagi dari ujung
telinga bagian kiri ke ujung telinga bagian kanan turun dari top crown lebih
kurang 5 jari rambut bagian belakang diikat atau di konde kemudian diikatkan
cemara sepanjang lebih kurang 100 cm.
2. Rambut bagian depan dibagi menjadi 3 bagian 2 bagian disamping kiri dan kanan
dan 1 bagian tengah rambut, bagian tengah disisir kebelakang disatukan dengan
ikatan konde.
3. Pembentukan Sanggul :
 Cemara yang diikatkan pada konde sisir dengan rapi agar serat rambut kelihatan
searah lalu cemara sedikit agak dipilin supaya kelihatan sanggul senyawa.
 Tangan kiri berada di bawah ikatan cemara lalu rambut ditekuk ke arah atas sisa
rambut dililitkan ke ikatan konde ditarik ke tengah dan bentuknya agak menonjol
sedikit ke atas kemudian sanggul dirapikan bentuk bulat pada tengahnya dan agak
lonjong sedikit ke atas besar sanggul disesuaikan dengan bentuk wajah.
 Mengetatkan sanggul setelah sanggul dirapikan kemudian diberi hairspray lalu
diketatkan dengan jepit harnal atau jepit lidi setelah sanggul rapi dan ketat lalu
dipasang ornamen selengkapnya.
 Ornamen sanggul yang berada ditengah-tengah dipakaikan paku palu sebanyak 5,7,
dan 9 buah kemudian diberi harnet Batak, harnet yang lubangnya agak kecil
gunanya untuk menjaga agar paku-paku tidak jatuh tangkai jarunjung dipasang
diatas sanggul anatara sanggul dengan kepala suri-suri dibelakang tangkai jarunjung
lalu diperkuat dengan harnal pada keduanya , jagar jagar diselipkan sisi kanan kiri
bulang.
4. Pemakaian Bulang
 Cara pemakaian bulang adalah bulang diukur persis ditengah kening posisi bulang
simetris diatas alis pertemuan rantai yang terdapat pada bulang berada pada
tengah-tengah antara kedua alis mata tali bulang diikat kearah belakang dibawah
ikatan rambut kemudian diikat kencang-kencangnya gunanya agar bulang tidak
oleng atau longgar kemudian rambut diatas kiri kanan telinga di sasak dan
dirapikan dibawa kearah belakang sehingga tali bulang tertutup lalu dijepit.
 Terakhir, pakaikan baju dan aksesoris pengantin Tapanuli Selatan.

2.4 Make Up Pengantin Wanita Tapanuli Selatan


Make Up yang digunakan pada pengantin wanita Tapsel sama seperti dengan
pengantin lainnya dalam hal pemberian kosmetik mulai dari awal hingga akhir, tetapi ada
juga yang menjadi perbedaan dalam make up pengantin wanita Tapanuli Selatan yaitu
mengenai :
1. Foundation
Foundation yang digunakan pengantin tapsel mengikuti warna kulit, dinaikan 1 tingkat
dari warna kulit.

2. Blush on
Blush on yang digunakan pengantin tapsel yaitu merah samar (pink kemerahan /
dominan warna merah ).

3. Eye liner & alis


Eyeliner seperti pengantin lainnya atau bewarna hitam pekat , dan untuk penggunaan
warna alis menggunakan warna coklat kehitaman.

4. Eyeshadow
Pada kelopak mata berwarna merah dengan bauran warna emas [dominan warna merah] ,
sudut mata bewarna cokelat kehitaman.

5. Lipstik

Pada lipstik menggunakan warna merah cerah / merah darah.


Selain yang dipaparkan diatas , make up pengantin Tapsel sama seperti
pengaplikasian kosmetik pada pengantin lainnya.

2.5 Busana dan Perlengakapan Pengantin Pria Tapanuli Selatan

Pada pengantin pria Batak Tapsel :

A. Baju godang (Baju kebesaran)

baju godang (baju kebesaran) atau baju teluk belanga berbentuk jas tutup dari bahan beludru
warna hitam, sebagai simbol keagungan.dipadankan dengan celana panjang hitam.

B. Kain

Kain sesamping dari songket Sipirok. Sama seperti pengantin wanita.


C. Keris
Dua buah keris pun terselip pada pending bobat yang ada dibalik lipatan kain sesamping.

D. Ulos gondang

Ulos gondang tersampir di bahu kanan, menambah gagah sang raja sehari.

E. Ampu

Ampu digunakan oleh para raja Mandailing dan Angkola. Warna hitam yang terdapat pada
Ampu memiliki fungsi magis sedangkan warna emas menunjukkan simbol kebesaran.
2.6 Make Up Pengantin Pria Tapanuli Selatan

Adapun cara pengaplikasian serta rangkaian kosmetik yang digunakan pada


pengantin pria Tapsel sama halnya dengan pengantin pria lainnya, seperti dalam hal
pemakaian kosmetik, yaitu :
1. Miccelar water

Berguna untuk membersihkan wajah secara keseluruhan dengan mengaplikasikannya


dengan menggunakan kapas.
2. Bedak Tabur

Setelah wajah lembab, berikan sentuhan bedak tabur, aplikasikan secara tipis-tipis dan
merata dengan menggunakan spons wajah atau kuas aplikator.
3. Pewarna Bibir (Liptint/Lipstick)

Kemudian berikan sentuhan liptin atau pewarna bibir agar tampak lebih segar dan tidak
pucat, gunakan warna liptin sesuai dengan warna bibir klient atau 1 tingkat diatas warna
bibir (warna nude).Aplikasikan secara tipis dan merata.
2.7 Hasil Wawancara atau Observasi
Bersama Harpiyaitu Pimpinan Ibu Juraida , LKP NOVA TUP NOVA (point yang
didapatkan )

1. Bagaimana upacara pernikahan adat tapsel ?

Jawab : 1. Ada nya merisik ( perkenalan antara pihak laki-laki bertemu dengan pihak perempuan)

2. Upa-upa ( dimana seorang wanita yang diurus dengan orang tua nya setelah

mencapai pernikahan)
2. Perbedaan antara pengantin Tapsel dengan pengantin Mandailing ?

Jawab : Perbedaan yeng pertama Tata rias pengantin Tapsel , kain tenunan sipirok, selendang
atau selempang menggunakan ulos sipirok yang kecil, tetapi kalau tata rias pengantin
mandailing tenunan sipirok boleh digunakan, stel selendang selempangnya boleh menggunakan
songket batu bara tetapi kalau tapsel tidak diperbolehkan, dan dibajunya untuk pakaian adat
mandailing bajunya berwarna merah seperti adat padang, tetapi kalau tapsel tidak boleh berubah
warna harus tetap menggunakan warna hitam memakai lempengan emas-emasan berbentuk
segitiga, sedangkan mandailing lempengan emas-eamasn berbentuk bulat memakai semata mata.

Perbedaan ke dua itu untuk sanggulnya hampir sama kalau tapsel pakunya ditengah cepolan
yang ditusuk palling banyak 5 buah, sedangkan mandailing pakunya dikelilingin dibagian
luarnya sebanyak 11 buah. Sendalnya tertutup bagian depannya dan terbuat dari baldu warna
hitam dan diberi hiasan semata mata. Keterampilan itu membuat burangir untuk satu pinggang
atau piring disusun berisi sirih bertemu uran ditutup dengan pinggan kaca yang ditutup berwarna
kuning yang tengkurap disusun 5 lembar disusun 3 yang telungkup sisusun 4 lembar. Dan
ditengah disusun seperti takir untuk perlengkapan sirih ditambah lagi hiasan daun tembakau
diikat dengan bernang yang berwarna merah, hitam, kuning (seperti tangkal anak bayi) ditambah
pinang bulat untuk burangir laki-laki untuk adat tapsel.

3.Untuk ciri khas make up atau riasannya ?

1. Foundation
Foundation yang digunakan pengantin tapsel mengikuti warna kulit, dinaikan 1 tingkat
dari warna kulit.
2. Blush on
Blush on yang digunakan pengantin tapsel yaitu merah samar.
3. Eye liner & alis
Eyeliner seperti pengantin lainnya, dan untuk penggunaan warna alis menggunakan
warna coklat kehitaman.
4. Eyeshadow
Pada kelopak mata bergerak berwarna merah dan putih keemasan, pada sudut mata
berwarna kehitaman.
5. Lipstik

Pada lipstik menggunakan warna merah cerah .


4.Bagaimana perkembangan tata rias pengantin tapsel masa ke masa ?

Jawab : Perkembangan pengantin tata rias pengantin tapsel dari masa ke masa sudah banyak
mengalami perubahan, apalagi pada pelaminan nya. Majunya zaman membuat pengantin
tapanuli selatan termodifikasi tetapi tidak lepas pakemnya tetap 70% yang modifikasi hanya 30%.

2.8 Foto Pengantin Tapanuli Selatan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemakaian adat Tapsel
yaitu bagaimanakah bentuksimbol-simbol yang terdapat dalam tekspangupapada upacara pernikahan
masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan, apafungsi simbolik yang terdapat dalam teks
pangupa, dan apasaja makna-makna simbol yang terdapat dalam teks pangupa
pada upacara pernikahan adat masyarakat etnis Angkola. Tata rias dan tata busa pakem yang digunakan
sampai sekrang adalah memberikan hal positif dalam kehidupan, yang artinya untuk warna eyeshadow
yang berwarna merah ynag melambangkan keberanian mencari boru-boru batak, warna coklat kehitaman
untuk merangkai hal-hal mistik yang mungkin terjadi pasca saat proses pernikahan, warna emas
menggambarkan kemegahan dan keagungan.

3.2 Saran
Adapun yang dapat kami ambil sebagai saran dalam pembuatan makalah tata rias pengantin
Tapanuli Selatan ini adalah masih ada acara-acara adat Tapanuli Selatan yang masih lestari
hingga kini. Umumnya upacara adat ini Tapanuli Selatan dimulai sejak mengandung,
melahirkan,menyapih,pengobatan penyakit,mencegah malapetaka dan upacara kematian.
Masyarakat Tapanuli Selatan setia menjaga adat istiadat yang menjadi kekayaan budaya
Nusantara ini, mesi sudah berada di zaman yang serba modern ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://sumut.indozone.id/life/M7s0Qy/mengenal-budaya-pernikahan-daerah-tapanuli-selatan
https://www.popbela.com/beauty/make-up/gracekelly/makeup-pengantin-adat-batak
https://heikamu.com/rias-pengantin-mua-tapanuli-terbaik/
https://lifestyle.kompas.com/read/2011/11/25/18144086/busana.pengantin.aliya.megah.taat.pake
m.adat?page=all
https://www.weddingku.com/blog/busana-pengantin-batak-mandailing
https://lifestyle.okezone.com/read/2017/09/10/194/1773126/okezone-week-end-megah-dan-
sarat-akan-keindahan-ciri-khas-busana-pengantin-batak
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia,


ibukotanya ialah Sipirok. Kabupaten ini awalnya merupakan kabupaten yang cukup luas dan
beribu kota di Padang Sidempuan. Daerah-daerah yang telah berpisah dari kabupaten Tapanuli
Selatan adalah Kabupaten Mandailing Natal, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Padang Lawas
Utara dan Kabupaten Padang Lawas. Budaya Tapanuli Selatan banyak dipengaruhi dan
didominasi oleh suku Batak. Dominasi Suku Batak membuat budaya di Tapanuli Selatan
mempunyai cirri khas tersendiri. Tetapi, sebagian besar masyarakat Tapanuli Selatan beragam
Islam sehingga nuansa keislaman sangat terasa. Saat acara pernikahan atau prosesi adat lainnya
akan sangat terasa nilai yang terkandung dalam agama Islam. Berikut beberapa proses adat
pernikahan cirri khas Tapanuli Selatan.

TATA RIAS DAN TATA BUSANA ADAT TAPSEL MODIFIKASI


Makna dari busana dan aksesoris pengantin wanita dan pria pada tata rias pengantin
Tapanuli Selatan, setiap busana dan aksesoris yang di gunakan memiliki makna yang berbeda
beda. Mulai dari makna baju basiba secara keseluruhan memiliki makna bahwa seorang wanita
mampu menyandang dan mendukung segala kebaikan, lemah lembut, anggun, berwibawa dan
bersopan santun serta mampu membina dan mendidik anak cucunya kelak. Modifikasi busana
yang dapat dilakukan dalam tata rias pengantin Tapsel ialah menggunakan kebaya yang
berwaran merah dan penggunaan baju bludru yang telah diberikan payet dengan berbagai motif
yang bertujuan untuk memperindah busana pengantin mandailing. Selain itu Khongidar
(2011 :79-84) menjelaskan bahwa Proses tata rias wajah pengantin meliputi pelembaban,
pengaplikasi foundation, bedak bubuk, bedak padat dilanjutkan dengan perona pipi serta
pemasangan bulu mata atas, bulu mata bawah, pengenerapan eye shadow ( warna coklat gelap
pada ujung mata dan warna emas kekuningan pada kelopak mata bergerak) , pengolesan mascara,
eyeliner, pembentukan alis, dan pengetrapan perona bibir. Untuk itu tata rias pengantin adat
Mandailing modern modifikasi dikreasikan pada sisi busana, yaitu dengan baju bludru warna
merah berpayet. Pemakaian sanggul diganti dengan menggunakan hijab. Untuk make up, pada
riasan mata menggunakan eyeshadow berwarna coklat yang dibaur dengan warna hitam
ditambahkan dengan warna merah dibagian depan dan pada kelopak mata bergerak diberikan
warna silver.
Berikut adalah langkah tata rias adat Tapsel modifikasi.
1. Membersihkan wajah klien dengan menggunakan milk cleanser.
2. Mengaplikasikan toner, pelembab dan base make up (primer).
3. Mengaplikasikan foundation dengan warna 1 tingkat lebih terang dari warna kulit.
4. Mengaplikasikan shading dan cream blush warna merah
5. Mengaplikasikan bedak tabur dan bedak padat.
6. Membentuk alis dengan bentuk melengkung indah.
7. Dilanjut dengan mengaplikasikan eyeshadow berwarna coklat yang dibaur dengan warna
hitam ditambahkan dengan warna merah dibagian depan dan pada kelopak mata bergerak
diberikan warna silver.
8. Memasang bulu mata atas dan bawah. Kemudian mengaplikasikan eyeliner dan maskara.
9. Penambahan shading dan blush on dengan warna merah. Dengan terakhir menggunakan
lipstik berwarna merah.
Adapun langkah menggunakan busana adat Tapsel modifikasi antara lain.
1. Menggunakan songket terlebih dahulu.
2. Menggunakan kain selayar panjang berpayet pada bagian belakang.
3. Dilanjut dengan menggunakan baju tradisional bludru warna merah adat Mandailing
yang sudah dimodifikasi, dengan menambahkan payet dengan motif beragam serta payet
yang menjuntai pada bagian bawah baju untuk menambah keindahan busana.
4. Kemudian memakaikan ulos silang yang berwarna merah.
5. Menggunakan kalung bulan suri yang berwarna hitam dan emas.
6. Selanjutnya memasang gelang hissik atau gelang motif.
7. Memasang tali pinggang bobat dan keris
8. Selanjutnya dengan memasang bulang dengan tidak menggunakan sanggul yang
digantikan dengan menggunakan hijab modern.
9. Menggunakan sepatu modern warna hitam dan emas.
Demikian adalah penggunaan dan pengaplikasian tata rias pengantin adat Tapsel modifikasi
yang dapat dilakukan tanpa mengurangi esensi tradisional pada pengantin tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN

SEJARAH MELAYU DELI


Menurut Hikayat Deli, seorang pemuka Aceh bernama Muhammad Dalik berhasil
menjadi laksamana dalam Kesultanan Aceh. Muhammad Dalik, yang kemudian juga dikenal
sebagai Gocah Pahlawan dan bergelar Laksamana Khuja Bintan (ada pula sumber yang mengeja
Laksamana Kuda Bintan), adalah keturunan dari Amir Muhammad Badar ud-din Khan, seorang
bangsawan dari Delhi, India yang menikahi Putri Chandra Dewi, putri Sultan Samudera Pasai.
Dia dipercaya Sultan Aceh untuk menjadi wakil bekas wilayah Kerajaan Haru yang berpusat di
daerah Sungai Lalang-Percut.

Dalik mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan Aceh pada
tahun 1632. Setelah Dalik meninggal pada tahun 1653, putranya Tuanku Panglima
Perunggit mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 1669 mengumumkan memisahkan
kerajaannya dari Aceh. Ibu kotanya berada di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Sebuah pertentangan dalam pergantian kekuasaan pada tahun 1720 menyebabkan


pecahnya Deli dan dibentuknya Kesultanan Serdang. Setelah itu, Kesultanan Deli sempat
direbut Kesultanan Siak dan Aceh.

Masyarkat Melayu Deli memiliki 27 rangkaian tata cara perkawinan adat yang terdiri dari:
Merintis
Risik kecil
Jamu sukat
Risik besar
Meminang
Naik emas
Ikat janji
Akad nikah
Malam berhinai curi
Malam berhinai kecil
Malam berhinai besar
Mengantar pengantin laki-laki
Hempang pintu
Bersanding
Tepung tawar
Tepung tawar
Cemetuk
Makan nasi hadap-hadapan
Serah terima pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan
Mandi berdimbar
Sembah keliling
Malam bersatu
Naik halangan (naik lepas pantang)
Meminjam kedua pengantin oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan
Memulangkan kedua pengantin kembali oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga
pengantin perempuan
Naik sembah besar
Pengantin pindah ke rumah sendiri

BUSANA

Baju kurung adalah salah satu pakaian adat masyarakat Melayu di Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand bagian selatan. Baju kurung sering diasosiasi dengan
kaum perempuan. Ciri khas baju kurung adalah rancangan yang longgar pada lubang lengan, perut, dan dada. Pada
saat dikenakan, bagian paling bawah baju kurung sejajar dengan pangkal paha, tetapi untuk kasus yang jarang ada
pula yang memanjang hingga sejajar dengan lutut. Baju kurung tidak dipasangikancing, melainkan hampir serupa
dengan t-shirt. Baju kurung tidak pula berkerah, tiap ujungnya direnda. Beberapa bagiannya sering dihiasi sulaman
berwarna keemasan.

Baju Kurung Perempuan dan Laki-laki


Baju kurung sebenarnya merupakan jenis pakaian yang dipakai oleh laki-laki maupun perempuan. Namun sekarang
ini ada kecenderungan untuk mengaitkan baju kurung hanya dengan kaum perempuan. Di Malaysia, baju kurung
untuk laki-laki dikenal dengan sebutan "baju Melayu". Di Indonesia, baju kurung untuk laki-laki disebut sebagai
"teluk belanga". Ini adalah salah kaprah, karena "teluk belanga" sendiri adalah salah satu varian dari baju kurung
selain baju kurung cekak musang. Baju kurung untuk laki-laki dipakai dengan pasangan celana dan kain samping.

Ada beberapa jenis pakaian lain yang lazim dipakai bersamaan dengan baju kurung.
Kelengkapan
1. Sarung

Baju kurung biasanya dipasangkan dengan sarung, dan sarung itu sendiri dikenakan dengan ikatan "ombak
mengalun" yaitu lipatan kain yang berlipit-lipit (berombak-ombak). Lipatan ini ada di bagian kiri atau kanan badan.

2. Kain Dagang

Kain dagang adalah kain sarung yang digunakan sebagai kerudung di saat bepergian. Ini dimaksudkan untuk
melindungi diri dari terik matahari. Apabila berada di dalam ruangan, maka kain dagang diikatkan pada pinggang
atau disangkutkan di lengan.

3. Selendang
Selendang biasanya disampirkan di bahu. Jika sedang memakai kain dagang, alih-alih memakai selendang panjang
biasanya yang dipakai adalah kain mantul. Kain mantul adalah semacam selendang pendek bersulam, disampirkan
di bahu apabila sedang memakai kain dagang sebagai kelengkapan baju kurung.

1. Celana

Bagi lelaki, baju kurung biasa dipasangkan dengan celana panjang yang disebut seluar.

Jenis seluar yang digunakan:

 Seluar panjang; celana panjang yang jatuh di atas pergelangan kaki.


 Seluar Aceh; celana yang jatuhnya di atas betis, sedikit di bawah lutut.
 Seluar katuk; celana yang jatuhnya di atas lutut.
 Seluar sampit; celana yang jatuhnya di paha.
Jika lelaki memakai baju kurung dengan sarung saja tanpa memakai celana, maka ini disebut dengan istilah
"ketumbing". Biasanya jenis pemakaian ini hanya untuk di dalam rumah atau bisa juga untuk ke masjid atau surau.

2. Kain Samping

Kain samping adalah kain sampingan yang dipakai bersama-sama dengan baju dan celana.

Terdapat beberapa cara untuk memasang kain samping:

a. Ikatan Pancung

Cara memakai kain samping yang menggunakan kain lepas. Kain dililitkan di pinggang dan sebelum sampai ke
ujung kain, kain ini "dipancung", yaitu kain disemat sambil membiarkan ujung kain terkulai ke bawah.

b. Ikatan Kembung

Ini adalah cara memakai kain samping yang biasa dipakai oleh mempelai laki-laki dalam acara pernikahan adat
Melayu. Kata "kembung" berasal dari kesan menggembung saat memakai ikatan ini. Kain sarung ditarik ke bagian
tengah atau tepi badan untuk kemudian diikat dan disimpul dalam berbagai macam cara agar melekat di pinggang.

c. Ikatan Lingkup

Ini adalah cara memakai kain samping yang paling sering dipakai orang. Kain sarung digulung ke atas dan dilingkup
ke bagian depan atau bagian samping. Mirip dengan cara memakai sarung untuk keperluan sehari-hari.

PERHIASAN / ASKSESORIS
Sebagai atribut untuk melengkapi pakaian adat Melayu pada bagian leher dan dada biasanya
tergantung kalung bercorak rantai mentimun, sekar sukun, rantai serati, mastura, gogok rantai
lilit, rantai panjang dan tanggang, walaupun dewasa ini sudah sangat jarang dijumpai. Gelang
juga dipakai pada kaki. Pengantin wanita juga memakai gelang kerukut yang beraneka
jenis,seperti gelang tepang, gelang kana, gelang ikal dan keroncong. Pada jari terpasang aneka
ragam cincin, seperti cincin genta, cincin bermata, cincin patah biram, dan cincin pancaragam.
Sebagai alas kaki dipakai selop bertekad yaitu sejenis sandal bersulam corak-corak keemasan.
Bagian pinggang dihiasi dengan bengkong dan pending.

Kaum pria adat Melayu memakai pakaian adat dengan atribut pelengkapnya yang terdiri dari,
penutup kepala, yaitu tengkulok yang terbuat dari kain songket, kain bertabur atau
destar. Tengkulok adalah lambang kebesaran dan kegagahan seorang pria Melayu. Penutup
kepala yang sejak dahulu dipakai disebut destar. Destar terbuat dari rotan yang berbentuk
parabola, berlapis tiga dan dibalut dengan beludru atau kain berwarna kuning. Baju adat yang
dipakai kaum pria Melayu Sumatera Utara adalah teluk belanga yang terdiri atas baju berkrah
kocak musang, berseluar (celana panjang) bersamping. Teluk belanga terbuat dari kain yang
bermutu seperti satin dan sutra.

Untuk melengkapi baju adatnya masyarakat Melayu Sumatera Utara menggunakan alas kaki
berupa selop sewarna dengan baju. Pada leher pria digantungkan beberapa hiasan rantai. Lengan
atasnya mengenakan kilat bahu dan sidat sebagai lambang keteguhan hati. Pada bagian pinggang
dipakai bengkong dan pending. Pada pinggang depan sebelah kanan disisipkan sebilah keris
yang bergagang emas. Keris dianggap sebagai lambang kegagahan dan kemampuan menghadapi
masadepan yang penuh tantangan.
LANGKAH-LANGKAH
Bagi yang penasaran dengan makeup tradisional Melayu atau akan menggunakannya di hari pernikahan, penerapan

beberapa elemen makeup wajib hukumnya. Kamu bisa menggunakan primer, foundation, concealer, dan baru

kemudian memulaskan bedak serta menggunakan eyeshadow.

Pada bagian mata, di samping menggunakan eyeshadow, Kamu bisa semakin menegaskannya dengan bulu mata

palsu dan maskara serta eyeliner. Memilih bulu mata yang tebal disertai maskara untuk mempertegas makeup mata

merupakan pilihan tepat jika dipadukan bersama garis eyeliner di mata.

Saat ini tren membuat alis bukan lagi menipis atau melengkung, namun cenderung lurus atau agak rata dengan

tampilan alis rapi. Kamu bisa memilih pensil alis yang senada dengan warna alis asli. Jangan lupa untuk merapikan

hasil polesan pensil alis dengan sikat agar lebih memberikan kesan rapi.

Terakhir, makeup tradisional Melayu pada area bibir bisa memoleskan warna bibir sesuai dengan selera dan

kesesuaian dengan gaun. Jika gaun bernuansa kalem maka polesan lipstik pada bibir cukup menggunakan warna

nude. Sementara warna pakaian merah merona akan lebih cocok dengan lipstik merona juga.
D. Langkahkerja

No. Proseskerja Waktu

1. Melakukanpersiapanareakerja 15menit
d. Ruangandalamkeadaanbersihdansteril
e. Menempatkanalatsesuaidenganungsidan
kegunaannya.
f. Menyusunalat,bahandanlenansertakosmetikd
enganrapi

2. Persiapanpribadi 10menit
f. Melepaskanperhiasan
g. Memakaipakaiankerjayangbersihdanrapi
h. Mengikatrambut
i. Menggunakansepatutumitrendah
j. Lakukansanitasitangan

3. Persiapanmodel 10menit
c. Melepaskanperhiasan
d. Mempersiapkanklienmenggantibusanadengan
Kamisol
4. Aplikasiproseskerjamakeupantaralain:
±50menit
n. Bersihkanwajahterlebihdahulumenggunakanmi
lkcleanser

o. Aplikasikanprimerpadawajahklien

p. Aplikasikanfoundationyangsudahdimixpadawaja
hklien, dan foundationnya satu tingkat lebih cerah
dariataulebihgelapdariwarnakulitklien

q. Aplikasikanconcelearpadawajah

r. Aplikasikancounterpadawajahklienyangingindi
shading

s. Aplikasikanbedaktaburpadawajahklien

t. Gambaralisklienmenggunakanpensilalislaluisial
is, untuk membuat bentuk alis lebih tegas
dapatmembuatnyamenggunakanconcealer

u. Aplikasikaneyeshadowsesuaidenganwarnayan
gakan digunakan (adat karo warna merah,
kuningkeemasan,dancoklatataubirukegelapan)

v. Bingkaimatamenggunkaneyeliner

w. Untuk membuat bulumata lentik, jepit bulu mata


dangunakanmascara.Lalutambahkanmenggunaka
nbulumatapalsu.

x. Aplikasikan blush on pada pipi klien dan


jugahighlihtherpadabagianyanginginditonj
olkan

y. Aplikasikanpensilbibiruntukmempertegasbentu
kbibir, lalu isi menggunakan lipstick dengan
warnayangsesuai.

z. Laluaplikasikansettingsprayuntukmengsetmakeup
yangdigunakan.
HASIL
BAB I
PENDAHULUAN
TATA RIAS PENGANTIN ADAT MELAYU MODIFIKASI
Suku Deli atau Melayu Deli adalah salah satu Suku Melayu resmi mayoritas kebanyakan
terdahsyat kehebatan terbesar secara resmi dari mereka tinggal membasiskan berdomisili berasal
dari Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Suku Melayu Deli dapat ditemui di daerah pesisir
timur Sumatera Utara, pinggiran Sungai Deli, Deli Tua, Deli Serdang dan Labuhan Deli, Deli
Serdang. Di Medan, mereka banyak menempati daerah pinggiran kota. Populasi mereka
diperkirakan lebih dari 600 ribu orang. Masyarakatnya terkenal dengan seni berpantun Suku
Melayu yang terkenal sampai saat ini. Suku Melayu Deli berada tempat tinggal saat ini berasal
dari Istana Maimun. Perkawinan merupakan salah satu tahap inimasi dalam daur kehidupan
manusia yang sangat penting. Melalui perkawinan seseorang akan mengalami peruabahan status,
yakni dari status bujangan menjadi berkeluarga, dan dengan demikian pasangan tersebut akan
diakui dan diperlukan sebagai anggota penuh dalam masyarakat.

A. TAHAP MERIAS WAJAH


1. Pembersihan
 Tuangkan susu pembersih/ cream pada wajan kecil lalu pembersihan keseluruh
wajah dan leher dengan gerakan lembut
 Setelah itu diangkat dengan tisu diberikan penyegar face tonic atau astringent
sesuai dengan jenis kulit lalu ditepuk tepuk keseluruh wajah

2. Merias wajah
 Setelah dilakukan pembersihan berikan pelembab atau moisturizer terutama bagi
kulit kering
 Memberikan primer
 Mengaplikasikan foundation sesuai dengan warna kulit klien dengan bantuan
cushion spons
 Melakukan countour pada bagian tulang pipi dan hidung
 Aplikasikan concelear pada bawah mata ,dahi dan bawah hidung
 Aplikasikan creamblush berwarna pink
 Mengaplikasikan bedak tabur
 Lalu gambar alis menggunakan pensil alis kemudian bagian dalam alis diisi dengan
pomade alis
 Mengaplikasikan eyeshadow berwarna merah bata dan pada sudut mata bergerak
eyeshadow berwarna cokat tua, lalu aplikasiakn sedikit concealer dan set
menggunakan bedak tabur untuk menciptakan cut crease, lalu berikan eyeshadow
glitter warna putih
 Lalu aplikasikan bulu mata palsu dan berikan maskara agar bulu mata terlihat lebih
lentik lalu aplikasikan eyeliner
 Lalu aplikasikan bluson powder berwarna pink
 Lalu aplikasikan highliter
 Lalu aplikasikan lipstick dengan teknik ombre ,warna pertama adalah warna oink
nude lalu warna kedua berwarna merah maron dari modofikasi yang telah dibuat
kita bebas mengaplikasihkan warna lipstik yang kita inginkan.
 Lalu langkah selanjutnya mengenakan busana dan aksesoris
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk riasan wajah pengantin melayudeli paken untuk bagian merias kelopak pada
kelopak mata bergerak diberikan warna terang,dan pada sudut mata bagian luar
diberiakan warna gelap, higlight atau di bawah alis diberikan warna terang. Riasan mata
pada kelopak berwarna orange, sudut mata dibaurkan warna cokelat dan hijau tua,dan
highlight berwarna kuning keemasan.. dan pada bagian high light berwarna kuning
keemasan. Dan blush on menggunakan warna orangr.

Dan untuk riasan pengantin melayu deli modifikasi sendiri menggunakan


Mengaplikasikan eyeshadow berwarna merah bata dan pada sudut mata bergerak
eyeshadow berwarna cokat tua, lalu aplikasiakn sedikit concealer dan set menggunakan
bedak tabur untuk menciptakan cut crease, lalu berikan eyeshadow glitter warna putih.
Dan untuk bagian bluss on di beri warna pink dan juga untuk warna lipstik modifikasi
dengan teknik ombre ,warna pertama adalah warna oink nude lalu warna kedua berwarna
merah maron dari modofikasi yang telah dibuat kita bebas mengaplikasihkan warna
lipstik yang kita inginkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. KAJIAN TEORI

Masyarakat Aceh sebagai salah satu masyarakat yang kental dengan budaya Sejarah
islami.Menunjukkan bagaimana rakyat Aceh menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dan
ulama mendapat tempat yang terhomat. Salah satu penghargaan atas keistimewaan Aceh pada
bidang syariat Islam, yang diperjelas dengan Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan Keistimewaan Aceh. Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh, tercantum bahwa bidang al-syakhsiyah (masalah kekeluargaan,
seperti perkawinan, percermian, warisan, perwalian, nafkah, pengasuh anak dan harta
bersama),mu'amalah (masalah tatacara hidup sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari,
seperti jual-beli, sewa-menyewa, dan pinjam-meminjam), dan jinayah (kriminalitas) yang
didasarkan atas syariat Islam diatur dalam qanun/peraturan daerah (perda).

Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan bagi daerah Aceh untuk mengatur


kehidupan masyarakat sesuai dengan ajaran Islam. Sekalipun demikian, pemeluk agama lain
dijamin untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Inilah corak sosial budaya
masyarakat Aceh, dengan Islam sebagai agama mayoritas tetapi provinsi ini memiliki keragaman
agama. Kekhasan adat Aceh terletak pada nafas Islam yang terkandung didalamnya dan senyawa
dengan stuktur dan kultur bangsa Indonesia dalam wadah Bhineka Tunggal Ika yang merupakan
aset nasional yang perlu dilestarikan. Pelestariannya amat tergantung pada sikap dan perilaku
para pengikut dan pemakainnya terutama kaum muda sebagai generasi penerus

B. Sejarah Adat Kebudayaan Aceh


Aceh adalah salah satu suku bangsa asal di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Di sana
mereka tersebar di Kabupaten: Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, sebagian Aceh T'imur, sebagian
Aceh Barat, sebagian Aceh Selatan, Kota Banda Aceh, dan Kota Sabang. Mereka menyebut
dirinya "Ureueng Aceh" yang berarti "Orang Aceh".Pada masa lampau, Aceh adalah sebuah
kerajaan Islam yang besar di Nusantara ini. Kerajaan ini pernah berkuasa sampai ke Pariaman
(DaerahMinangkabau), bahkan sampai ke Malaka, sehingga terlihat adanya persamaan
kebudayaan dan tata rias pengantin Aceh daerah pesisir dengan kebudayan dan tata rias
pengantin Melayu, Minangkabau dan juga adanya pengaruh dari Arab, China, Eropa serta
Hindu/Hindia. Hal ini terjadi karena pengaruh latar belakang keturunan serta hubungan dagang
dengan suku-bangsa tersebut.
C. Adat Istiadat Daerah Aceh Besar
Adat istiadat daerah Aceh Besar mengandung pengertian kebiasaan turun temurun yang
sudah membudaya pada suatu masyarakat, sehingga menjadi kebiasaan yang mentradisi dan
menjadi suatu norma yang dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat. Menurut Koentjaraningrat,
“setiap masyarakat terikat suatu sistem adat istiadat tertentu, yaitu suatu komplek norma-norma
yang dianggap ada di atas manusia yang hidup bermasyarakat”. Adat itu tumbuh dan
berkembang dari kebiasaan yang hidup dilakukan berulang kali dan bila ia sudah berkembang
seperti normatif, maka ia dirasakan sebagai hukum yang perlu dipatuhi.
Adat istiadat yang berkembang di Daerah Istimewa Aceh Besar pada Umumnya dipengaruhi
oleh ajaran Islam, sebab adat Aceh merupakan manifestasi pengalaman ajaran Islam dalam
segala aspek kehidupan masyarakat Aceh Besar yang bernuansa Islami.Hukum Islam dan adat
melekat kuat menjadi suatu kebiasaan. Begitu eratnya hubungan antara adat dan agama
menyebabkan lahirnya ungkapan yang populer dikalangan masyarakat yang berbunyi:
“Adat bak Pou temeureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Kanun bak Putroe Phang, Reusam bak
Laksamana.Hukom ngon Adat Lagee zat ngoen sipheuet.
Maksudnya: Hukum agama ditangan ulama, hak membuat undang-undang ditangan Putroe
Phang sebagai lambang dari Rakyat, Kekuasaan rakyat dalam keadaan perang ditangan
Laksamana. Hukum (agama) dengan adat seperti zat dengan sifatnya”.

D. Pengertian dan Ruang Lingkup Adat Upacara Perkawinan


Sebelum dijelaskan pengertian dan ruang lingkup adat perkawinan, terlebih dahulu akan
dijelaskan pengertian dan ruang lingkup adat istiadat. Adat adalah kebiasaan secara turun
temurun. Adat istiadat mengandung pengertian kebiasaan turun temurun yang sudah
membudaya pada suatu masyarakat, sehingga menjadi kebiasaan yang mentradisi dan menjadi
suatu norma yang dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat. Dari kutipan diatas dapat
dipahami bahwa adat istiadat merupakan suatu tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah
terjadi turun temurun pada suatu komunitas masyarakat. Lain daerah lain pula adatnya, keaneka
ragaman (variasi) adat adalah suatu daerah dengan daerah lainnya mungkin muncul, antara lain
daripada perbedaan pandangan hidup masyarakat yang membentuk kebiasaan tadi.
Adat istiadat perkawinan adalah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan dalam upacara
perkawinan.Pemuka adat dalam perkawinan berperan sebagai orang yang mengatur dan
mengkoordinir upacara perkawinan.Peranan pemuka adat dalam upacara perkawinan sangat vital,
tanpa pemuka adat tidak ada orang yang mengatur dan bertanggung jawab dalam sebuah upacara
perkawinan.Oleh sebab itu “keberadaan pemuka adat dalam suatu wilayah mutlak diperlukan
untuk mengkoordinir upacara perkawinan”. Adat istiadat perkawinan merupakan kebiasaan-
kebiaasaan yang dilestarikan secara turun temurun yang berhubungan dengan proses perkawinan
di Aceh Besar. Dalam adat-istiadat perkawinan, pemuka adat berperan memberikan masukan-
masukan tentang proses upacara adat perkawinan dilaksanakan. Sebagai orang yang dianggap
mengetahui adat istiadat setempat, keberadaan pemuka adat menjadi orang yang membimbing
dan mengarahkan upacara perkawinan sesuai dengan adat istiadat setempat.Adat sebelum
perkawinan merupakan ketentuan yang berhubungan dengan perkawinan, tetapi tidak masuk
dalam upacara perkawinan.Dalam hal ini yang termasuk adat sebelum perkawinan adalah tujuan
perkawinan, perkawinan ideal dan pembatasan jodoh, syarat-syarat kawin dan pemilihan jodoh.
a) Tujuan Perkawinan menurut Adat
Merupakan suatu kebutuhan yang bersifat naluriah bagi setiap makhluk hidup.Pada dasarnya
perkawinan berfungsi untuk mengatur kelakuan manusia dan kebutuhan biologisnya, untuk
menyambung keturunannya.Agar semuanya dapat berjalan dengan baik dan selaras dengan
keinginan manusia, maka dibuatlah bermacam-macam aturan yang kemudian menjadi adat
tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Masyarakat Aceh Besar dalam menyelenggarakan
perkawinan mempunyai tujuan sebagai berikut:
 Untuk memenuhi kebutuhan biologis
 Untuk melaksanakan perintah agama
 Untuk memenuhi adat
 Tujuan yang bersifat ekonomi
 Tujuan untuk mempererat silaturrahmi
 Tujuan untuk mencari ketenangan hidup

E. Perkawinan Ideal dan Pembatasan Jodoh


Pada suku bangsa Aceh Besar mengenal adanya perkawinan yang ideal dan pembatasan
jodoh.Perkawinan yang ideal adalah perkawinan yang lebih disukai, walaupun merupakan suatu
keharusan.Pembatasan jodoh yang terdapat pada masyarakat Aceh Besar menyebabkan
masyarakat harus kawin diluar batas lingkungan tertentu (eksogami).Masyarakat Aceh Besar
mempunyai pantangan untuk tidak melakukan perkawinan dengan suatu keluarga. Masyarakat
Aceh Besar pada umumnya beragama islam, sangat mematuhi ajaran islam tentang perkawinan.
Karenanya, perkawinan antara seorang laki-laki dengan anak saudara laki-laki ayahnya yang
perempuan tidak boleh terjadi karena menurut islam orang tersebut saudara. Disamping
perkawinan itu, perkawinan dengan saudara kandung sendiri sangat dilarang dan tidak dapat
dibenarkan menurut agama, sedangkan perkawinan yang ideal adalah perkawinan yang seagama.
Pembatasan jodoh lainnya sangat berhubungan dengan kepercayaan.Seperti telah disebutkan
diatas, bahwa masyarakat Aceh Besar menganut agama Islam yang fanatik.Perkawinan dengan
orang di luar agama Islam (tidak seiman) sangat dilarang dan di anggap membuat aib atau malu
keluarga dan seluruh kampong, kecuali jika yang dikawini itu seorang muallaf (telah
mengucapkan kalimat syahadat).Biasanya, sanksi yang diberikan, orang yang bersangkutan tidak
diakui lagi oleh orang tua dan keluarganya serta dikucilkan dari kehidupan
masyarakat.Perkawinan yang ideal bagi masyarakat Aceh adalah perkawinan yang dilakukan
dengan orang yang kedudukannya setara atau seimbang. Perkawinan yang setara kedudukannya
itu di lingkungan masyarakat Aceh Besar bukan berarti keduanya harus berasal dari keturunan
bangsawan, tetapi dapat saja mereka yang akan melangsungkan perkawinan berasal dari orang
yang mempunyai kedudukan yang sama dalam hal kemampuan sosial dan ekonomi. Perkawinan
ini juga sangat ditentukan oleh akhlak dari masing-masing calon pengantin.

F. Bentuk Perkawinan
Pada dasarnya hanya ada satu bentuk perkawinan yang terpuji menurut adat yaitu
perkawinan dengan peminangan, terutama bagi para gadis dan jejaka. Pihak keluarga pria
mengirim utusan sebagai wakil orang tuanya untuk meminang anak gadis dari keluarga lain.
Pinangan dilakukan secara adat.Jika sudah ada kata sepakat, maka ditentukan oleh kedua belah
pihak hari pelaksanaan perkawinan bertempat di rumah orang tua gadis, yang dipimpin oleh
keuchik atau pemangku adat.Setelah perkawinan selesai, untuk sementara pengantin bertempatan
tinggal di rumah orang tua dara baro (pengantin perempuan).
Bentuk perkawinan yang lain jarang terjadi. Bentuk perkawinan yang lain antaranya, kawin
lari. Perkawinan ini terjadi karena apabila orang tua kedua belah pihak tidak setuju atas
percintaan anak-anak mereka.Misalnya, karena tidak seagama, bertabiat buruk atau tidak sopan,
baik pria maupun gadis, sedangkan keduanya sudah saling mencintai dan sudah memutuskan
untuk kawin. Secara diam-diam keduanya melarikan diri ketempat lain untuk menghadapi
pegawai KUA agar mau menikahkan mereka. Sesuai dengan perintah agama, kedua harus
dinikahkan, agar tidak berbuat zina.Masyarakat tidak mempermasalahkan orang yang kawin lari
karena tidak melanggar ketentuan agama.Hanya saja, untuk sementara waktu keduanya belum
direstui oleh orang tua kedua belah pihak. Apabila mereka sudah mempunyai anak, hidup
bahagia, dan datang kepada orang tua masing-masing untuk minta maaf, mereka akan direstui
sebagai suami istri. Perkawinan ini jarang terjadi dan tidak dilazimi oleh adat.

G. Syarat-Syarat Perkawinan
Sebelum melakukan perkawinan, seseorang terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan. Syarat-syarat kawin dalam agama islam, diantaranya harus ada wali, ada
yang menerima nikah, ada saksi dan mahar. Dengan kata lain, perkawinan islam yaitu perjanjian
antara pengantin laki-laki dan wali pengantin perempuan, disaksikan oleh sedikit-dikitnya dua
orang di mana ijab-qabul disebutkan dan mas kawin ditentukan.
Pada masyarakat Aceh Besar syarat-syarat perkawinan dapat digolongkan ke dalam bentuk
mas kawin atau mahar. Syarat-syarat lain yang menetukan seorang boleh melakukan perkawinan
yaitu orang tersebut harus sudah dewasa. Di daerah Aceh Besar, pemuda dianggap dewasa, jika
sudah berumur 18-22 tahun atau akil baliq. Biasanya, dalam umur ini, pemuda-pemuda Aceh
Besar melakukan perkawinan untuk pertama kalinya, sedangkan gadis dianggap sudah dewasa
jika sudah berumur 16-20 tahun atau sudah mendapat haid pertama. Inisiatif untuk melakukan
perkawinan datangnya dari pihak pemuda, sedangkan wanita hanya menerima saya. Dalam hal
ini timbul istilah “kon mon mita tima” yang artinya bukanlah sumur mencari timba, tetapi
sebaliknya. Menurut masyarakat Aceh pada umumnya, sebelum melakukan perkawinan, orang
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan lancar, karena akan mendapat
mendapat malu nanti, bilamana ia di malam-malam bulan Ramadhan (puasa) tidak dapat
turut bersama-sama dengan kawan-kawannya sekampung untuk melakukan pengajian Al-
qur`an (tadarus) yang disebut “meudaruih” oleh orang aceh.Meudaruih ini dipentingkan
dikampung-kampung.pemuda yang bersangkutan merasa dirinya tersendiri. Bilamana
tidak dapat turut meudaruih istimewa bukan dikampungnya sendiri
2. Dapat mengerjakan sembahyang lima waktu, sembahyang jum’at, sembahyang Hari
Raya Idul Fitri dan Idul Adha. begitu juga perintah-perintah agama isalam
lainnya,seterusnya ia harus pula mengetahui kewajiban-kewajiban ini diwajibkan juga
supaya wanita-wanita yang akan kawin mengetahuinya.Pria dan wanita diadatkan agar
menunjukkan muka-manis,lemah -lembut dan sebagainya dalam pergaulan hidup mereka
selaku suami-istri .Sifat sabar harus juga dimiliki sang suami dan sang istri.
3. Mengetahui adat sopan-santun dalam pergaulan sehari-hari dengan masyarakat seperti:
 Bilamana berbicara dengan orang yang lebih tua umurnya/terhormat diharuskan
mempergunakan kata-kata yang wajar dengan sikap lembah lembut.
 Menghormati orang yang dilawannya bercakap itu;
 Dalam pembicaraan-pembicaraan dirapat-rapat tidaklah menghina orang lain, tidak
memotong pembicaraan atau menentangnya dengan perkataan-perkataan yang kasar.
 Berbicara,jikalau sudah dapat kesempatan yang diberikan oleh rapat.
 Berjalan dengan membungkuk sedikit dan meminta ma`af kepada orang-orang lain
yang telah lebih dahulu duduk dari padanya,bilamana ia melalui hadapan mereka
itu,sambil mengisyaratkan dengan lengan kanannya.
 Berusaha mengambil tempat yang tidak akan dipindahkan orang.
 Tetap memberikan salam kepda orang-orang yang telah lebih dahulu berkumpul
disesuatu rapat/pertemuan atau kenduri.
 Berusaha untuk tidak kentut dalam sesuatu majelis.
 Tidak mengeluarkan angin via mulut (geureu ob) dikala makan bersama-sama dengan
orang lain.
 Tidak bercakap-cakap terkecuali karena perlu,dalam waktu makan bersama/kenduri

4. Sehat jasmani dan rohani.


Persyaratan terakhir untuk sahnya perkawinan, disamping harus ada wali juga harus
ada taklik.Taklik artinya ikrar yang harus diucapkan oleh pria waktu dinikahkan oleh
wali.Sedangkan wali ini ada dua macam, yaitu wali nasab dan wali hakim. Wali nasab
adalah orang tua (ayah kandung) dari dara baro dan wali hakim adalah orang lain yang
dikuasakan untuk menikahkan (keuchik atau pegawai KUA). Dahulu petugas yang
menikahkan orang di aceh di sebut teuku meunasah( teungku sagoe`), seperti yang telah di
terangkan bahwa cara pernikahan di aceh wali dari pihak perempuanlah yang memberikan
kuasa kepada teuku meunasah. Teungku meunasah ini bertindak sebagai wakil. Suatu
perkawinan tidak di angggap sah apabila perkawinan ini tidak di saksikan oleh dua orang
sanksi yang cakap dan sopan. Dahulu pernikahan di aceh di lakukan di meunasah dari
kampung calon isteri, orang menikah di meunasah sehari atau lebih sebelum di lakukannya
pengantaran linto baro ke rumah istrinya, tempatnya bukan saja di meunasah tapi juga di
seuramoe( serambi muka`) dari rumah calon dara baro`, yaitu sebelumnya di undang
kenduri, di mana linto dengan dara baro duduk bersanding.
Jika seorang wanita yang menikah adalah janda ia sudah mempunyai wewenang
untuk mencari wali sendiri (jidong wali keudroe`). Pemilihan hakim bebas tapi di aceh dapat
di tandai dengan penunjukan teungku meunasah karena itu sudah menjadi adat negeri.
Teungku meunasah tidak akan melanjutkan perkawinan dari seorang gadis yang tidak ada
walinya, hal ini di sampaikan nya dahulu kepada uleebalang untuk mendapat penggurusan.
Wali dari gadis sebelum memasuki meunasah sudah di kuasakannya kepada teungku
meunasah dengan mengucapkan perkataan yang mengandung maksud bahwa ia mengangkat
teungku tersebut sebagai wakilnya untuk mengawinkan anak perempuannya atau lainnya
dengan linto yang ada yang akan datang, dan teungku meunasah menjawab insyaalah.
Sebelum perkawinan dimulai, antara orang-orang tua dari kedua belah pihak mengadakan
pembicaraan non-formal.Setelah ada kata sepakat, orang tua pihak laki-laki secara resmi
mengutus seorang yang dituakan untuk mewakili sebagai seulangke. Jabatan seulangke ini
dahulu dianggap terpandang, karena orangnya di samping harus tahu adat-istiadat, harus
tahu pula hukum-hukum islam, khususnya mengenai hukum perkawinan. istimewa yang
berkenaan dengan soal perkawinan.derajat kebangsaannya harus serupa dengan derajat
kebangsaan dari pria yang akan di kawinkan,sebab dikala menentukan sang pria menolak
untuk kawin,seulangke itu harus menjadi penggantinya, hal yang serupa ini amat jarang
terjadi di aceh.seulangke harus cerdas ,tidak dapat ditipu orang dan tangkas dalam
pembicaraan-pembicaraan . Untuk jerih payahnya seulangke mendapat hadiah dari orang
yang mempergunakan tenanganya sebanyak satu ringgit aceh untuk setiap bungkal
maskawin yaitu 25 ringgit aceh. Sebelum seulengke itu diutus kepihak wanita maka pihak
orang tua dari pria berikhtiar untuk mengetahui apakah perkawinan itu akan berbahagia
kelak bagi anaknya.
Mengenai hal ini didatanginya orang-orang yang berpengetahuan dalam hal
dimaksud yang disebut orang aceh “phaj”.jika bahagia,barulah maksudnya(mengawinkan
anaknya) itu diteruskan.jika tidak maka diadakan perobahan nama dari pihak pria atau pihak
wanita atas persetujuan orangtuany, .guna kebahagian mereka kelak. bilamana tidak
mendapat persetujuan dari pihak wanita,maka perkawinan dimaksud tidak jadi di
teruskan.sebagai kecualinya ada juga orang tua yang menyerahkan hal perkawinan itu ke
pada allah saja. Bagi masyarakat Aceh jiname (mas kawin atau mahar) merupakan syarat
mutlak bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan. Hal ini sesuai dengan aturan
dalam agama islam di mana pihak pengantin laki-laki diharuskan membayar sejumlah uang
kepada kepada calon istrinya. Jiname (mas kawin atau uang mahar) tersebut kemudian
menjadi hak istri dan tidak diperuntukkan keluarganya. Jumlah Jiname tersebut biasanya
ditentukan menurut jumlah Jiname dari kakak-kakaknya yang terdahulu. Apabila anak yang
akan dinikahkan itu anak pertama, maka ukuran Jiname menurut kebiasaan yang berlaku
dalam kerabat yang disesuaikan dengan tingkat sosial ekonominya. Biasanya Jiname
berkisar dari 5 sampai dengan 25 mayam mas 24 karat.Emas 24 karat adalah emas 90%
sampai 97%.
Dalam adat aceh dahulu telah menetapkan banyaknya mas kawin sampai yang
serendah rendahnya, yaitu: anak perempuan dari seorang anak tuanku adalah sebanyak 500
ringgit aceh( sekati mas), anak perempuan dari ureeng ulee (orang terkemuka ) yaitu
100ringgit( 4 bungkus emas). Anak perempuan darii orang pertenggahan seperti teugku
meunasah, imuem dan lain lainnya yaitu 50 ringgit aceh ( 2 bungkus emas), mas kawin dari
rakyat umum adalah 25 ringgit aceh( 1 bungkus emas ), dan anak perempuan yang sangat
miskinn orng tuanya adalah dua tahil saja. Mas kawin seperti yang di uraikan di atas
biasanya untuk perkawinan dengan seorang gadis. Dalam hal lain lain, misalnya kawin
dengan janda, besarnya jelamee (mahar) itu menurut persetujuan kedua belah pihak( di
bawah tangan). Mas kawin di bayar ketika berlangsungnya pernikahan. Saat ini penentuan
jiname tidak lagi dengan jumlah ringgit, tetapi telah diganti dengan sejumlah emas atau
dengan dengan uang yang dengan harga emas.Bahkan ada pula golongan orang-orang kaya
tertentu yang Jiname nya hanya berwujud kitab Suci Al-Qur’an dan seperangkat
kelengkapan shalat.

H. Upacara Peresmian Perkawinan


Beberapa hari sebelum diadakan peresmian perkawinan, kerabat kedua belah pihak tampak
sibuk mempersiapkan kebutuhan kebutuahan upacara.Oleh karena itu, masa peresmian sering
pula di sebut dengan meukeureuja. Tempat tempat menerima tamu di buat di muka rumah
yang di sebut dengan seung(tenda). Dapur untuk memasak di buat di belakang atau di
samping rumah, agar jangan kelihatan oleh tamu tamu undangan.
Suatu kebiasaan bagi masyarakat aceh, sebelum pesta perkawinan di langsungkan
terlebih dahulu 3 hari 3 malam atau 7 hari 7 malam di adakan upacara meugaca atau boh
gaca(berinai). Bagi pengantin laki laki dan perempuan di rumahnya masing masing.Tampak
kedua belah tangan dan kaki pengantin di hiasi olleh inai. Selama upacara boh gaca pada
malamnya di adakan malam pertunjukan kesenian seperti tari rebana, hikayah, pho, silat dan
meuhaba atu kaba(cerita dongeng).

I. Intat linto Baro


Setelah selesai menerima tamu tamu undangan di rumah masing mmasing maka di
lanjutkan dengan upacara intat linto(antar pengantin lakin laki ke rumah dara baro (pengantin
perempuan). Pakaian kebesaran adat aceh menghiasi linto baro, Baju dan celana panjang
berpola hitam di atasnya di lilit dengan kain sarung, sebilah rencong di pingggang dan kupiah
meukeutop, merupakan pakaian kebesaran ada perkawinan aceh. Setelah selesai linto baro
berpakaian, ia di iringi oleh rombongan dengan di panyungi oleh teman teman sejawatnya,
menuuju ke rumah dara baro. Busana Pengantin Laki-laki (Peukayan Linto Baro) Busana yang
dikenakan oleh pengantin laki-laki terdiri atas: tutup kepala/kopiah (kupiah meukeutob), baju
(bajee), celana (siluweue) kain sarung/songket (ija krong ),senjata, sepatu dan hiasan-hiasan
(aksesoris) lain. Rombongan di pimpin oleh keuchik dan seulangke. Tuerut pula rombongan
untuk menyelasaikan masalah masalah yang penting seperti untuk membawa barang yang
akan di persembahkan kepada dara baro. Barang barang bawaan ini di sebut dengan
peuneuwo.Barang barang ini biasanya di masukkan ke dalam sebuah dulang.
Menjelang rombongan tiba di rumah dara baro seseorang diantaranya mengucap shalawat, lalu
pengikut rombongan mengikutinya dengan serempak tiga kali berturut turut. Salah seorang
pihak keluarga pengantin perempuan dengan di dampingi oleh beberapa orang kawan datng
menjemput linto baro sambil sepeuk breuh padee (menabur beras padi). Kemudian linto baro
di bimbing oleh salah seorang wanita tua untuk di bawa ke ruang muka, sebelum linto baro
duduk di pelaminan.Tempat duduk sementara di ruang muka ini, sudah di sediakan sebuah
tilam (kasur) bersualam benang emas, bantal dan kipas terletak di samping nya.Rombongan
linto yang perempuan masuk ke dalam rumah penganten, dan yang laki laki di terima dalam
sebuah seung (tenda) di muka rumah.Tidak berapa lama rombongsn di persilahkan makan,
yang di sebut dengan idang bu bisan.Kata bisan adalah untuk pangggilan anatara mertua
dengan mertua.Setelah rombongan selesai makan baru diadakan perkawinan.
Sekarang kita lihat bahwa pakaian dara baro telah mendapat perobahan sedikit,yaitu:
 Baju beledru/sutera berlengan panjang,berwarna kuning ,merah dan sebagainya.
 Kain selendang yang terbuat dari benang emas.
 Celana plang (belang) yang berujung benag sutera atau benang emas sebagai variasi
pada kedua belah kakinya.
 Kain sarung dari sutera yang berbunga benang emas (kasap) yang disebut ija
lamgugob atau langgi.

Perhiasan emas yang dipakai ialah :


 Gelang kaki berkepala emas
 Gelang tangan emas
 Sawek emas diujung legan baju
 Putjok dari emas diataas sawek
 Pada leher dikenakan israfi emas
 Kerunjong dari emas dipakaikan diatas siku-siku tangan,serupa gelang
 Di dada dikenakan kanceng emas euntuek emas
 Untuk menutup baju dipakaikan keupah atau meulu dari emas
 Di leher pinggir kerah baju dipakaikan klah takue emas
 Didada ditambah dengan simplaih emas yang berbunga
 Di pinggang di kenakan peudeng emas
 Dileher ditambahkan manik-manik emas
 Dibelakang pada leher baju dipakaikan tundjong emas
 Di dahi dikenakan patham dhoe emas
 Di rambut dikenakan dua bungong tadjok dari emas dan bungong got-got (kembang
gojang)
 Di dekat ruas p (didekatnya) dikenakan bungong preuk-preuk emas
 Dirambut bagian muka dipakaikan ajeum gumpak dari emas sementara pada
 lengan ujung baju dipakaikan juga putjok reubong emas
 Pada kedua belah telinga di pakaikan subang emas atau kerabu

J. TATA RIAS, BUSANA DAN KELENGKAPAN PENGANTIN ACEH BESAR

Seorang penata rias pengantin, sebelum bekerja harus sudah mempersiapkan seluruh
perlengkapan merias sebaik mungkin.Hal ini dilakukan untuk mencapai hasil yang memuaskan,
khususnya ketika sedang menempuh ujian praktek. Pada waktu mempersiapkan
perlengkapan/sarana merias yang perlu diperhatikan adalah kebersihan, cara mengatur alat
kosmetik, busana dan lain-lain, sehingga terlihat rapi dan efisien ketika pelaksanaan merias
dilakukan untuk itu diperlukan nampan yang beralaskan kain putih yang diletakkan di atas meja
yang dialasi kain putih pula.

1. Persiapan alat, bahan dan lenan Pengantin Aceh Besar


a. Alat-alat yang diperlukan
 Meja kerja pendek ukuran 125 cm x 60 cm Kursi pendek (dingklek)
 Tikar atam permadani
 Alas meja putih
 Nampan sebanyak 3 4 buah beserta alas kain putihnya
 4 Kapas dan tissue
 Tempat sampah bertutup
 Temput kapas
 Tempat tissue
 Tempat sisir/sikat
 Tempat jepitun/hurnal
 Gunting
 Jaram dan benang
 Handuk kecil
 Tanjung
 Sarung dan lain-lain.
b. Kosmetik yang diperlukan
 Susu pembersih sesuai jenis kulit model Pyar sesuai jenis kulit model
 Pelembab
 Foundation (alas bedak)
 Pas Tongkat/penutup tongkat (dempul)
 Bedak powder
 Bedak padat
 Bayangan mata (bayangan mata)
 Pensil alis
 Sikat mata (pelapis mata)"Maskara
 Pemerah pipi
 Minyak bibir
 Pemerah bibir (lipstick)
 Lip liner (garis bibir)
 Sikat wajah
 Sikat alis
 Kapas dan tissue
 Mangir untuk tangan dan kaki
c. Perlengkapan Menata Rambut :
 Sisir sikat
 Karet gelang
 Semprotan rambut
 Jepitan bebek/pingkel
 Hairnet
 Hairnal dan karet gelang
 Tali hitam/tali sepatu
 Cemara yang panjangnya kurang lebih 80 cm yang tebal
 Tangkai daun pisang kurang lebih satu jengkal panjangnya
d. Busana dan Perlengkapannya:
 Sichueweu meutunjong (celana panjang Aceh)
 Seulop meukasap (sendal/selop berkasap)
 Baje neukasap (baju Aceh)
 Ija krong sungket (Kain sarung songket Aceh)
 Tali dan peniti
 Kuepiah meukeutup (kopiah untuk pengantin pria) Tampok keupiah (puncak di atas
kopiah meuketop)
 Tangkulok
 Tusuk-tusuk kopiah (hiasan kopiah)
 Sipatu (sepatu)
 Bungkoh ronub
 Ranub
2. PROSES KERJA
1. Persiapan area kerja
 Mengecek tempat praktek (dalam keadaan baik atau tidak)
 Mengecek air dan keran (apabila air tidak mengalir dengan lancar sebaiknya
menampung air kedalam ember terlebih dahulu)
 Ruang praktek dalam keadaan rapi, bersih dan teratur
 Mengecek aliran listrik
 Menyusun meja rias dengan rapi
2. Persiapan pribadi
 Melepas persiapan yang ada ditangan
 Memotong kuku tangan jika dirasa terlalu panjang
 Mencuci tangan dengan sabun antiseptic
 Menggunakan sepatu yang terbuat dari bahan karet dan tidak bertumit tinggi
 Mengikat rambut (untuk rambut panjang)
3. Persiapan model/klient
 Melepas aksesoris/perhiasan
 Memakai handuk dan cape pemangkasan
4. Mengisi lembar kerja analisa dan menganalisis
 Nama :
 Umur :
 Jenis kulit :
 Pekerjaan :
 Kelembaban kulit :
 Tolus/Tugor(kekenyalan kulit) :
 Penyakit kulit :

5. Proses Make up
 Memakaikan klien kamisol dan rambut juga dirapikan dengan pemberian
hairbando kemudian lakukan pembersihan pada wajah dengan susu pembersih,
mulai pembersihan dari keseluruhan wajah hingga leher.

 Bersihkan dengan tissue, dan berikan face tonic atau toner.


 Selesai melakukan pembersihan wajah. Tahap selanjutnya wajah diberikan
pelembab
 Lalu aplikasikan alas bedak atau foundation merata keseluruhan wajah dan leher.
Ratakan menggunakan kuas foundation tau dengan beauty blender. Selanjutnya
dalah melakukang pembentukan shading pada hidung.

 Setelah hidung kelihatan mancung dan rapi selanjutnya adalah pengaplikasian


blush on dalam dan dilanjutkan dengan contur pada rahang wajah.
 Pemberian concelear pada bagian wajah yg ingin ditutupi, misalnya di bawah
mata atau juga pada bekas bekas jerawat. Kemudian diberikan bedak tabur.

 Pembentukan alis. Bentuk alis klien sesuai dengan bentuk wajah dan warna
rambutnya. Setelah dibentuk menggunakan pensil alis rapikan menggunakan
concelar.

 Selanjutnya merias kelopak mata warna yang digunakan adalah pada kelopak
matabergerak warna yg di gunakan merah,pada bagian luar sudut mata coklat
kehitaman. dan pada bagian high light berwarna kuning keemasan. Kemudian
Pemberian eyeliner dan bulu mata.

 Pemberian blush on luar untuk mempertegas blush on yang sebelumnya kita


aplikasikan.
 Pengaplikasian lispstik. Membingkai bibir terlebih dahulu sebelum pemberian
lipstick dan selanjutnya berilah lipstick berwarna merah cabe.
 Pemberian bedak tabur dan highlighter pada bagian wajah yg ingin ditonjolkan,
seperti tulang hidung, pipi dahi dibawah bibir dll.

6. Penataan Rambut Sebelum menata rambut kita harus terlebih tahu cara membuat
gedebok pisang untuk sanggul cakceng ini, berikut adalaha langkah kerjanya :
 Potong tangkai daun pisang kira kira sejengkal tangan kita, disini kita
menggunakan tangkai daun pisang agar lebih pas dan tidak kebesaran.

 Gunakan 2 tangkai daun p[isang dan kemudian gabungkan menjadi satu diikat
dengan tali.
 Setelah kedua tangkai menyatu bungkus tangkai dengan irisan daun pandang
dengan bantuan hairnet.

Menata rambut dikerjakan segera setelah riasan selesai. Rambut disisir rapi ke
arah puncak kepala tanpa sasakan dan diikat dengan karet gelang Setelah itu
ikatkan cemara Sanggul Cakceng dengan tali hitam pada ikatan rambut tadi:
Sanggul ini dibuat dengan meletakkan tangkai daun pisang di bagian atas, lalu
cemara dan rambut model dililitkan membentuk angka delapan. Ujung cemara
harus berakhir di sebuah kanan bagian atas.Kanan melambangkan bahwa tujuan
hidup adalah menuju pada kebaikan dan kebenaran, sedangkan atas bermakna,
baltwa kebaikan itu harus berada di atas segalanya, juga memberi makna
keberhasilan dan peningkatan, Sanggul ini disebut sanggul cak ceng yang berarti
sanggul tarik (ketat). Pada masa lalu sanggul seperti itulah yang sering dipakai,
tetapi untuk smat ini orang lebih suka memakai sanggul meukipah yang
bentuknya menyerupai kipah (kipas) dan disasak agar lebih rapi.. Ciri-ciri sanggul
cak ceng
 Rambut tidak disasak
 Sanggal melintang di puncak kepala
 Sanggal berbentuk angka delapan memanjang ke samping dan pelepah pisangnya
kelihatan di bagian kiri dan kanan
 Besar sanggul disesuaikan dengan bentuk kepala dan tubuh. Setelah sanggul
terbentuk, dirapikan dan diberi harnet dan hair spray.
 Sanggul cakceng bagian kanan lebih besar. Satu langkah selanjutnya adalah
memasang bunga jeunpa meususon (cempaka bersusun dua lapis) yang
disuntingkan di bagian depan sanggul, bungong tajok menutupi pelepah pisang
yang menonjol di kiri kanan sanggul. Rampoe teusok dililitkan pada sekeliling
sanggul, membentuk angka delapan. Satu untai melati juga dipasang mengikuti
bentuk sanggul, mengelilingi bungong tajok. Kemudian untaian rampoe yang
panjangnya (0 cm dipasang di depan sanggul yang ujung-ujungnya dibiarkan
berjuntai sampai ke kanan kiri kuping. Setelah itu, preuk-preuk yang panjangnya
kurang lebih 25 cm dipasang di belakang bagian bawah sanggul untuk menutupi
pertumbuhan anak rambut dan tengkuk sebanyak lima atau enam untai.
Sedangkan tiga untai preuk-preuk dipasangkan di atas sanggul berjuntai ke
belakang. Yang terakhir adalah memasang jeumpa meususon mengelilingi sanggu!
sampai bertemu dengan jumpa meususon yang dipasang di atas sanggul.

Cara Pasang Perhiasan Kepala

 Pertama patam dhoe diikat ke belakang kepala dengan tali hitan yang dialasi
melati. Patam dhoe ini dipasang sebelum memasang bunga bungalpreuk-
preuk
 Bungong Ok 1-3 tangkai yang bentuknya menyerupai bungong jeumpa
(bunga cempaka), bungong kepula (bunga tanjung) dapat dipakai 1-3 tangkai
bunga tanjung 5 atau 7 bunga pada bagian belakangnya. Bunga cempaka lebih
ditonjolkan karena dapat memberi kesan khas Aceh.
 Aynum gumbak dipasang di kiri kanan sanggul pada ujung pelepah pisang
dalam jumlah satu-satu, dua-dua atau tiga-tiga untai.
 Rungong tajak meuh dipasang sebagai penutup tangkai ayeum gumbak, 1-3
kiri dan kanan.
 Bungong got-got atau kembang goyang dipasang di belakang bungong
sebanyak 7 tangkai pada baris pertama, yang 5 tangkai menghadap lurus ke
depan sedangkan yang sebelah kiri dan 1 sebelah kanan menghadap ke depan
ke samping.
 Barisan kedua 5 tangkai, menghadap lurus ke belakang 3 tangkai sedangkan
kiri kanan satu tangkai menghadap ke samping barisan ketiga 3 tangkai
menghadap ke belakang lurus tangkai yang dipasang seperti di atas.
 Semua ini melambangkan luhur dalam menuju cita-cita tidak pernah
melupakan apa yang ada di sekeliling kita dan usul kita.
7. Busana
Dalam kebudayaan Aceh sesuatu yang selalu berkaitan dengan ajaran Agama
Islam, misalnya untuk memulai sesuatu yang dimulai dengan membaca
Basmallah.Demikian pula halnya ketika memakai busana dan perhiasan, diawali dengan
membaca Basmallah dan pemakaiannya dimulai dari kanan.
Calon dara baro memakai busana pengantin adat Aceh, dimulai dengan memakai
celana, kemudian selep/sandal, baju dan sarung dipakai berakhir di kanan dan dapat
kurang lebih 3 jari dari sebelah kanan dan tepmya dibuat lipit-lipit selebar ± 4 jari; tinggi
kain kurang 15 atau jari 10 cm di bawah lutut Memakai celana dan kain harus lebih tali
agar kuat, kemudian pakai tali pinggang di atas kain, kemudian pakai klah takulceukok,
ganceng pun cak tudong/bak dokma, talo sususon lhee, jeureumo, tab gule, simplah meuli
ikai, ajimat meuraket, sawek, gleung puta gadong, gleung pucok reubong, (semua gelang
tersebut dapat dipakai salah satu atau lebih)

Gambar pengantin aceh pakem.


8. Berkemas
 Membersihkan area kerja
 Merapikan alat, bahan/lenan dan kosmetik
BAB I

PENDAHULUAN

SEJARAH ACEH BESAR

Masyarakat Aceh sebagai salah satu masyarakat yang kental dengan budaya Sejarah
islami. Menunjukkan bagaimana rakyat Aceh menjadikan Islam sebagai pedoman hidup
dan ulama mendapat tempat yang terhomat. Salah satu penghargaan atas keistimewaan
Aceh pada bidang syariat Islam, yang diperjelas dengan Undang-undang Nomor 44
Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Keistimewaan Aceh. Selanjutnya dalam Undang-
Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, tercantum bahwa bidang al-
syakhsiyah (masalah kekeluargaan, seperti perkawinan, percermian, warisan, perwalian,
nafkah, pengasuh anak dan harta bersama),mu'amalah (masalah tatacara hidup sesama
manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti jual-beli, sewa-menyewa, dan pinjam-
meminjam), dan jinayah (kriminalitas) yang didasarkan atas syariat Islam diatur dalam
qanun/peraturan daerah (perda).

Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan bagi daerah Aceh untuk mengatur


kehidupan masyarakat sesuai dengan ajaran Islam. Sekalipun demikian, pemeluk agama
lain dijamin untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Inilah corak sosial
budaya masyarakat Aceh, dengan Islam sebagai agama mayoritas tetapi provinsi ini
memiliki keragaman agama. Kekhasan adat Aceh terletak pada nafas Islam yang
terkandung didalamnya dan senyawa dengan stuktur dan kultur bangsa Indonesia dalam
wadah Bhineka Tunggal Ika yang merupakan aset nasional yang perlu dilestarikan.
Pelestariannya amat tergantung pada sikap dan perilaku para pengikut dan pemakainnya
terutama kaum muda sebagai generasi penerus.

ADAT PERNIKAHAN ACEH BESAR


Sebelum dijelaskan pengertian dan ruang lingkup adat perkawinan, terlebih dahulu akan
dijelaskan pengertian dan ruang lingkup adat istiadat. Adat adalah kebiasaan secara turun
temurun. Adat istiadat mengandung pengertian kebiasaan turun temurun yang sudah
membudaya pada suatu masyarakat, sehingga menjadi kebiasaan yang mentradisi dan
menjadi suatu norma yang dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat. Dari kutipan
diatas dapat dipahami bahwa adat istiadat merupakan suatu tradisi atau kebiasaan-
kebiasaan yang sudah terjadi turun temurun pada suatu komunitas masyarakat. Lain
daerah lain pula adatnya, keaneka ragaman (variasi) adat adalah suatu daerah dengan
daerah lainnya mungkin muncul, antara lain daripada perbedaan pandangan hidup
masyarakat yang membentuk kebiasaan tadi.
Adat istiadat perkawinan adalah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan dalam upacara
perkawinan. Pemuka adat dalam perkawinan berperan sebagai orang yang mengatur dan
mengkoordinir upacara perkawinan. Peranan pemuka adat dalam upacara perkawinan
sangat vital, tanpa pemuka adat tidak ada orang yang mengatur dan bertanggung jawab
dalam sebuah upacara perkawinan. Oleh sebab itu “keberadaan pemuka adat dalam suatu
wilayah mutlak diperlukan untuk mengkoordinir upacara perkawinan”. Adat istiadat
perkawinan merupakan kebiasaan-kebiaasaan yang dilestarikan secara turun temurun
yang berhubungan dengan proses perkawinan di Aceh Besar. Dalam adat-istiadat
perkawinan, pemuka adat berperan memberikan masukan-masukan tentang proses
upacara adat perkawinan dilaksanakan. Sebagai orang yang dianggap mengetahui adat
istiadat setempat, keberadaan pemuka adat menjadi orang yang membimbing dan
mengarahkan upacara perkawinan sesuai dengan adat istiadat setempat. Adat sebelum
perkawinan merupakan ketentuan yang berhubungan dengan perkawinan, tetapi tidak
masuk dalam upacara perkawinan. Dalam hal ini yang termasuk adat sebelum
perkawinan adalah tujuan perkawinan, perkawinan ideal dan pembatasan jodoh, syarat-
syarat kawin dan pemilihan jodoh.
a) Tujuan Perkawinan menurut Adat
Merupakan suatu kebutuhan yang bersifat naluriah bagi setiap makhluk hidup. Pada
dasarnya perkawinan berfungsi untuk mengatur kelakuan manusia dan kebutuhan
biologisnya, untuk menyambung keturunannya. Agar semuanya dapat berjalan dengan
baik dan selaras dengan keinginan manusia, maka dibuatlah bermacam-macam aturan
yang kemudian menjadi adat tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Masyarakat
Aceh Besar dalam menyelenggarakan perkawinan mempunyai tujuan sebagai berikut:
• Untuk memenuhi kebutuhan biologis
• Untuk melaksanakan perintah agama
• Untuk memenuhi adat
• Tujuan yang bersifat ekonomi
• Tujuan untuk mempererat silaturrahmi
• Tujuan untuk mencari ketenangan hidup

BUSANA MODIFIKASI ACEH BESAR

Pakaianadat Aceh adalahbudayaasli Indonesia yang harussama – samakitalestarikan.


Karenapakaiankhas Aceh memilikinilaisejarah yang tidakternilaiharganya.

Sebagaiwarganegara yang baiksudahsemestinyakitamengenaliapasajanamapakaianadat Aceh.


Pakaiansaatdipakai acara pesta, saat acara negaradansaat acara sehari –
hari.Untunglahdenganadanya media internet, mengenalipakaiankhas
Tanah Rencong jadikianmudah.Tinggalketik kata
kuncimakadalamwaktutidaksampaihitungandetikmunculbanyakpilihaninformasiterkaitbudayada
npakaiancirikhas Aceh.

Tentusangatnaifjikasampaisaatinimasihada orang yang belummengetahunama –


namapakaiantradisional Aceh. Entahdimanasalahnya, kitatidaktahupasti.Yang
pastidanharusdilakukanadalahmencaritahu.

Peranpemerintahdalammensosialisasikandanmelestarikanbudayalokal Aceh
memangcukupstrategisdandiharapkanterusdigencarkankampanyenyadalamrangkanmenjagabuda
ya Indonesia darigempuranbudayaasing yang kianmasif.

Sebagai Blogger, kami sudahmelakukanuntukmenjagabudaya Indonesia. Apa yang sudah kami


lakukan? Tidakbanyak, kami hanyasudahmendokumentasinnyapada blog ini.Apasaja yang
sudahdidokumentasikan? Tidakbanyak, ada pakaianadatJawa Tengah, pakaianadat
Kalimantan dan pakaianadatJawa Barat dan lain – lain. Kami
yakininimasihkurangdanuntukkedepanakanditambahterus. Mohondoanya.

BerikutPakaianAdat Aceh Yang PerluDiketahui:


1. BajuMeukeusah
BajuMeukeusah via bersiap.com
Bajuadat Aceh Meukeusahadalahbajuhalusnanmahal yang terbuatdarihasiltenunan. Baju Aceh
iniumumnyamemilikiwarnadasarhitam, warnainimemilikisimbolkebesarandalamadat Aceh.

Padabajuadat Aceh MeukeusahAndabisamelihatsulamanbenangemassepertipadakerahbaju


China.Bagiankerahdenganbentukinidiperkirakanadakarenapenyatuanbudayaacehdanbudaya
China dalamhalbusanaolehsejumlahpelautdan juga pedagangdari China di masa lalu.

2. CelanaSileuweu

CelanaSileuweu
via cacunnes.com
Samasepertibajuadat Aceh, celanapanjang yang dikenakanpadapakaianadat Aceh untuklaki-laki
juga berwarnahitam.Akan tetapi, celanaataudalam Bahasa Aceh
disebutSileuweuinidibuatdaribahankainkatun.BeberapasumbermenyebutnamacelanainiadalahCel
anaCekakMusang. CelanakhasdariadatMelayu.

Sebagaipenambahkewibawaan,
celanacekakmusangdilengkapidenganpenggunaansarungdarikainsongketberbahan
sutra.KainsarungsepertiIjaLamgugap,
IjasangketatauIjakronginiakandiikatkankebagianpinggangdenganbataspanjanglututatausekitar 10
cm di ataslutut.

3. TutupKepalauntukBajuAdat Aceh

M
eukotop via rumahulin.com
Pengaruhbudaya Islam dalamadat Aceh juga
terasadenganadanyakopiahsebagaipenutupkepalapelengkappakaianadat
Aceh.KopiahinibernamaMeukeutop.

Meukotopmerupakankopiahberbentuklonjongkeatas,
kopiahinidilengkapiolehlilitanTangkulok.Lilitaniniterbuatdaritenunan sutra berbahanemas yang
berbentukbintangsegi 8.AndabisamelihatbagaimanabentukMeukotoppadagambar di bawahini.

4. SenjataTradisionaldalamPakaianAdat Aceh
Samasepertikebanyakanpakaianadatdariprovinsilainnya, pakaianadat Aceh juga
dilengkapidenganpenggunaannsenjatatradisionalsebagaipelengkap.

Rencongmerupakansenjatatradisional Aceh yang biasanyadiselipkankebagianlipatansarungatau


di bagianpinggang.Padabagiangagangataukepalarencongakanmenonjolkeluar.

5. BajuKurung
BajuKurung via Blogger
Bajuatasanuntukwanitaadalahbajukurunglenganpanjang.Bajuinimemilikikerahdan motif
sulamanbenangemas yang khassepertibaju China.Adapundaribentuknya,
bajuiniterbilanggomborpanjanghinggapingguluntukmenutupseluruhlekukdanaurattubuhdarisipe
makainya.Dari bentukdanmotifnyatersebut,
menunjukanbahwabajuiniadalahhasilperpaduanbudayaMelayu, Arab, danTionghoa.

6. CelanaCekakMusang
CelanaMusang via WordPress
Secaraumum, celana yang dikenakanpadapakaianadat Aceh untukpriadanwanitasamasaja.
CelanaCekakmusangdilengkapidenganlilitansarungsepanjanglututsebagaipenghiasnya. Kita
akandenganmudahmelihatwanita Aceh
menggunakancelanainiterutamasaatadapertunjukantarisaman.

AKSESORSIS/PERHIASAN

SesuaidenganjulukanSerambiMekkah yang di sandangnya, pakaianadatdariProvinsi Aceh


untukwanitasebisamungkindibuatmenutupseluruhauratnya, termasukpadabagiankepalanya.

Bagiankepalawanita Aceh ditutupdengankerudungbertahtakanbunga-bungasegar yang


disebutPathamDhoi.

Kepaladanbagiantubuhlainnya juga akandilengkapidenganberagampernikperhiasanseperti

TusukSanggul

Anting
Gelang

Kalung

Songket
Langkah-langkah
No. NamaAlat Jumlah Gambar

1. SponsFoundation 1

2. Powderpuff 1

3. Spongepuff 1

4. KuasMakeup 1set

5. Penjepitbulumata 1
E. LENANYANGDIGUNAKAN

No. NamaBahan Jumlah Gambar

Tissue

1. 1

2. Kapas 1

3. HairBando 1

4. BajuKerja 1
F. KOSMETIK

No. NamaKosmetik Jumlah Gambar

1. EyeLipMake– Secukupnya
upRemover

2.

CleansingMilk Secukupnya

3. Primer Secukupnya

4. Foundation Secukupnya

5. BedakTabur Secukupnya
6. BedakPadat Secukupnya

7. Pensilalis Secukupnya

8. Eyeshadow Secukupnya

9. Eyeliner

10. Mascara
11. Concealer

12. Counter

13. Lipstick

14. Blushon

15. Highlighter
16. Bulumata

17. Settingspray

G. Langkahkerja

No. Proseskerja Waktu

1. Melakukanpersiapanareakerja 15menit
g. Ruangandalamkeadaanbersihdansteril
h. Menempatkanalatsesuaidenganungsidan
kegunaannya.
i. Menyusunalat,bahandanlenansertakosmetikd
enganrapi

2. Persiapanpribadi 10menit
k. Melepaskanperhiasan
l. Memakaipakaiankerjayangbersihdanrapi
m. Mengikatrambut
n. Menggunakansepatutumitrendah
o. Lakukansanitasitangan

3. Persiapanmodel 10menit
e. Melepaskanperhiasan
f. Mempersiapkanklienmenggantibusanadengan
Kamisol

4. Aplikasiproseskerjamakeupantaralain:
±50menit
aa. Bersihkanwajahterlebihdahulumenggunakanmilk
cleanser

ab. Aplikasikanprimerpadawajahklien

ac. Aplikasikanfoundationyangsudahdimixpadawajahk
lien,
danfoundationnyasatutingkatlebihcerahdariataulebi
hgelapdariwarnakulitklien

ad. Aplikasikanconcelearpadawajah

ae. Aplikasikancounterpadawajahklienyangingindis
hading

af. Aplikasikanbedaktaburpadawajahklien

ag. Gambaralisklienmenggunakanpensilalislaluisialis
,
untukmembuatbentukalislebihtegasdapatmemb
uatnyamenggunakanconcealer

ah. Aplikasikaneyeshadowsesuaidenganwarnayanga
kandigunakan (adatkarowarnamerah,
kuningkeemasan,dancoklatataubirukegelapan)

ai. Bingkaimatamenggunkaneyeliner

aj. Untukmembuatbulumatalentik,
jepitbulumatadangunakanmascara.Lalutambahkan
menggunakanbulumatapalsu.

ak. Aplikasikan blush on pada pipi kliendan


jugahighlihtherpadabagianyanginginditonjol
kan
al. Aplikasikanpensilbibiruntukmempertegasbentuk
bibir, laluisimenggunakan lipstick
denganwarnayangsesuai.

am. Laluaplikasikansettingsprayuntukmengsetmakeup
yangdigunakan.

HASIL
DAFTAR PUSTAKA

https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr9Illuzpdh1k4A8AhXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zA
zEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1637367535/RO=10/RU=https%3a%2f%2fid.wikiped
ia.org%2fwiki%2fSejarah_Aceh/RK=2/RS=.8V9fRaq10y0veIW0mZ7Boo_.f8-
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr4xJyjzpdhaIAA_RhXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9z
AzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1637367587/RO=10/RU=https%3a%2f%2fbajuadat
radisional.blogspot.com%2f2019%2f08%2fpakaian-adat-aceh-
modifikasi.html/RK=2/RS=He2Son_UfnZhJXFUxnd7OlcH1_E-
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr4xJyjzpdhaIAA_xhXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9z
AzIEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1637367587/RO=10/RU=https%3a%2f%2fborneoch
annel.com%2fpakaian-adat-aceh%2f/RK=2/RS=L00M5QAZd61W.ktAbQRTKOPuJI0-
BAB I
PENDAHULUAN

LatarBelakang

Pernikahan adat Sunda merupakan salah satu tradisi upacara perkawinan yang bersifat
ritualistik sebagaimana halnya aspek-aspek kehidupan lain dalam sistem kebudayaan tersebut.
Prosesi yang dilakukan sebagai rangkaian upacara perkawinan tersebut menghadirkan
sejumlah makna melalui simbol budaya yang mewakili norma-norma budaya dan oleh karena
itulah sering pula disebut dengan perkawinan adat. Pada prosesi pernikahan adat Sunda
misalnya terdapat berbagai rangkaian aktivitas komunikasai yang melibatkan banyak simbol
baik berupa tindakan atau komunikasi nonverbal yang digunakan pada saat prosesi pernikahan,
maupun bahasa verbal melalui kata-kata dalam bentuk syair atau tembang. Semua simbol ini
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam keseluruhan prosesi pernikahan adat Sunda,
sebagaimana pula pada pernikahan adat yang dapat ditemui pada sistem
budaya yang lain. “Pernikahan adat Sunda ini lebih disederhanakan, sebagai berikut akibat
percampuran dengan ketentuan syariat islam dan nilai-nilai “kepraktisan” dimana “sang
penganten” ingin lebih sederhana dan tidak bertele-tele. Adat yang biasanya dilakukan meliputi :
acara pengajian, siraman
(sehari sebelumnya acara “seren sumeren”) calon pengantin. Kemudian acara sungkeman,
“nincak endog” (menginjak telur), “meuleum harupat” (membakar lidi tujuh buah).
“meupeuskeun kendi” (memecahkan kendi dan sawer)”.

TAHAP PERSIAPAN
1. Persiapan AreaKerja

 Mengecek tempat praktek (dalam keadaan baik atautidak)


 Mengecek air dan keran (apabila air tidak mengalir dengan lancar sebaiknya
menampungair kedalam ember terlebihdahulu)
 Ruang praktek dalam keadaan rapi, bersih danteratur
 Mengecek aliranlistrik
 Menyusun meja rias denganrapi

2. Persipan alat dan bahan sertaperlengkapannya

 Meja dankursi
 Cermin
 Nampan ataubaki
 Cape
 Hairbando
 Kuasset
 Gunting
 Sponslatex
 Sponsbedak
 Bulu matapalsu
 Sisirsasak
 Sikatrambut
 Pincurl
 Jepit lidi
 Harnal
 Harnet
 Cemara tanpa tulang 1 buah Cemaracawing
3. Persiapankosmetik

 Pembersih dan penyegarwajah


 Foundation, bedak tabur,dan bedakpadat
 Eye shadow, baseshadow
 Pensilalis
 Eyeliner
 Maskara
 Pemerah pipi atau blushon
 Lipstick
 Finishingtouch

4. Persiapan busana danperhiasaan

 Kalung lakilaki

 Kerabu
 Tibododo

 Kembang Goyang 5Buah

 PenutupSanggul
 Gelang

 BrosBaju

 Selop
5. Persiapan model/ calonpengantin

 Model atau pengantin dipersialahkan duduk di tempat yg telahdipersiapkan


 Model atau pengantin mengenakan busana yg mudah dilepas (kancing depan/belakang yg
dapatdi lepas lewat bawah)
 Mengenakancape
 Menggunakan penutupkepala
 Merapikanalis
 Membersihkanwajah
 Merapikanrambut

6. Persiapanpribadi

 Menjaga kebersihan diri dengan mandi dan memaaki deodorant agar tidak baubadan.
 Tangan dan kuku dalam keadaan bersih dan kuku tidak bolehpanjang.
 Menjaga bau mulut sebaiknya menggunakanmasker.
 Menggunakan busana yg bersih rapi dan sopan.
 Mengunakan riasan wajah yg sederhana danserasi.
 Tepatwaktu.
 Ramah dansopan.
 Percaya diri, terampil, dan cekatan dalampekerjaan.

TATA RIAS WAJAH, SANGGUL, BUSANA, SERTA PEHIASAN PENGANTIN


WANITA SUNDASIGER
1. Tahapan meriaswajah

a. Pembersihan

 Tuangkan susu pembersih/ cream pada wajan kecil lalu pembersihan keseluruh wajah
danleher dengan gerakanlembut.

 Setelah itu diangkat dengan tisu diberikan penyegar face tonic atau astringent sesuai
dengan jenis kulit lalu ditepuk tepuk keseluruhwajah.
b. Meriaswajah

 Setelah dilakukan pembersihan berikan pelembab atau moisturizer terutama bagi kulitkering
 Pengaplikasianprimer

 Lakukan pembentukan alis menggunakan pensilalis.

 Rapikan alisyang sudah dibentuk menggunakan consealer. Dirapikan dan dibentuk


dengan bagus danrapi.
 Lalu pengaplikasian alas bedak atau foundation pada seluruh wajah danleher.

 Setelah itu, ratakan menggunakan Beautyblender.

 Aplikasikan concealer dibawah mata kanan dan kiri, pertengahan mata dan kening dan
ditulang hidung
 Lalu ratakan dengan beautyblender.

 Aplikasikan contour powder padahidung

 Kemudian berikan bedak tabur atau loose powder secara perlahan diwajahmodel.
 Memberi eyeshadow pada mata. Baurkan Warna hijau di daerah mata bergerak
kemudianpada ekor mata ditimpa lagi mengunakan eyeshadow berwarnacoklat.

 Pembuatan cut crease hanya dibagian kelopak mata dengan menggunakan consealer.
Lalu,ditimpa lagi menggunakan eyeshadow berwarnashimmer.

 Lakukan pembentukan eyeliner dimatamodel.


 Pemasangan Bulumata

 Aplikasikan blush on di pipimodel

 Kemudian aplikasikan lipstick berwarnamerah.


 Tidak lupa aplikasikan jugahighlight

2. Tahapan pembuatanbusana

 Bentuk dan lilitkan kain wirong dipinngang

 Kenakan kebaya pengantin sunda padamodel


2. Tahapan Merias Rambut atau Membentuk Sanggul
 Terlebih dahulu rambut disisir menggunakan sisirbesar.
 Kemudian bagi rambut dari belakang telinga kanan sampai belakang telingakiri
 Rambut bagian belakangdiikat
 Setelah itu, rambut bagian depan dibagi menjadi3
 Rambut bagian kanan dan kiri dijepit,
 Pertama rambut bagian tengah di sasak section persection
 Kemudian dilanjutkan sasakan rambut dibagian kiri dan kananrambut
 Setelah selesai menyasak rambut, lakukan pemberian hairspray dari arah belakang rambut
dan depan rambut agar rambut tahan lama, kemudian bawa rambut kebelakang degan
menggunakan sisir penghalussasak.
 Pada rambut bagian belakang di ikat menjadi satu, lalu pasangkan cemara tidakbertulang
 Rapikan sasakan bagian tengah puncak kepala tadi hingga menutupi cemara bagian
ujungdekat ikatanrambut.
 Jepit rambut menggunakan harnal dan jepit lidi agar lebihrapi
 Pasangkan hairnet agar rambut tampak rapi. Lalu semprotkanhairspray.
 Ambil Sedikit rambut di daerah jambang untuk di bentuk kembang turi sebagaipemanis.
 Kemudian kembang turi yang sudah dibentuk diseprotkanhairspray.

Cara memasang perhiasan kepala


 Letakkan Lalaran diatas sanggul kemudian jepit ujungnya agar tidaklepas.
 Setelah itu, pasangkan siger dikepala model kemudian dikaitkan agar kencang dan tidaklepas.
 Pemasangan kembang goyang 5 buah. 3 kembang goyang dihadapkan kedepan dan
2kembang goyang dihadapkankebelakang.
 Pasangkan penutup sanggul dari roncean melati kemudian rapikan dan jepit agar tidaklepas.
 Kemudian, pasangkan kerabu yang tidak transparan ke telingamodel.
 Lalu pasangkan juga bros yang tidak transparan di kebayamodel.
 Bentuk daun sirih agar membentuk bangun datar laying-layang kemudian tempelkan
ditengah kening.
 Lakukan pemasangantibododo.
 Yang terakhir, pasangkan gelang yang berada dilengan
7. Busana pengantin Sunda
Kebaya merupakan busana tradisional yang dikenakan oleh pengantin wanita adat Sunda.
Kebaya ini memberikan identitas kepribadian seorang wanita yang cantik, anggun, serta
menjunjung etika dan nilai tradisional budaya daerah. Sementara itu, rok yang biasa dikenakan
bermotif motif sidomukti, lereng eneng, atau mega mendung. Motif sidomukti biasanya
dikenakan oleh pengantin laki-laki maupun wanita pada acara perkawinan, yang dinamakan
sebagai sawitan (sepasang). "Sido" berarti terus-
menerusatau"menjadi"dan"mukti"berartihidupdalamkebahagiandanberkecukupan.Jadi,sidomukti
dapat dimaknai sebagai harapan akan masa depan yang baik dan penuh kebahagian antarkedua
mempelai. Motif lereng eneng melambangkan jalan kehidupan setelah menikah yang sangat
panjang dan penuh rintangan, sedangkan motif mega mendung bercerita tentangkehidupan.
Pengantin Sunda laki-laki memakai jas buka prengwadana yang menjadi busana utama.
Jas buka prengwadana ini memberi makna kebijaksanaan kaum pria yang mampu
membimbing anggota keluarganya. Penutup kepala yang dikenakan oleh sang pria
dinamakan bendo. Bendo memberi makna bahwa kedudukan kedudukan pengantin pria
sebagai kepala rumah tangga adalah dengan mengayomi seluruh anggota keluarganya,
sedangkan keris yang disematkan di area pinggang dianggap senjata pusaka yang
melambangkan kehidupan keluarga agar terhindar dari bahaya.

KESIMPULAN

Perkawinan adalah ikatan yang sangat penting, karena mengatur dan menata pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, dengan ijab kabul supaya pergaulannya
syah. Dari perkawinan ini akan mendapatkan anak keturunan yang menjadi harapan setiap
pasangan suami istri, sebab anak merupakan kelanjutan keturunan yang akan memberi
pengaruh terhadap kehidupan umat di masa yang akan datang.

Saran

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembac
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah

Pernikahan adat Sunda merupakan salah satu tradisi upacara perkawinan yang bersifat
ritualistik sebagaimana halnya aspek-aspek kehidupan lain dalam sistem kebudayaan tersebut.
Prosesi yang dilakukan sebagai rangkaian upacara perkawinan tersebut menghadirkan
sejumlah makna melalui simbol budaya yang mewakili norma-norma budaya dan oleh karena
itulah sering pula disebut dengan perkawinan adat.

Tata rias pengantin di setiap daerah memiliki pakem dan tata cara adat istiadat yang
berbeda, seiring berkembangnya zaman, busana pengantin telah mengalami banyak
perkembangan dari pakemnya. Model busana selalu berubah setiap waktu, termasuk model
berbusana pengantin muslim. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap tata riasnya yang juga
harus mengacu pada syariat islam, khususnya pada tata rias
yang dilengkapi dengan kerudung atau jilbab. Pada tata rias pengantin muslim seluruh tubuh
tertutup kecuali wajah dan telapak tangan. Menurut Riefky (2012:15), tata rias pengantin
merupakan karya seni budaya yang berkembang di dalam sebuah kelompok masyarakat dan
keberadaanya selalu dicoba untuk dilestarikan. Sebagai sebuah karya seni, tata rias pengantin
juga mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan lingkungan dan hidup manusia
itu sendiri.

Tata rias pengantin modifikasi adalah mengubah atau mengadakan perubahan pada
tata rias pakem namun masih mengandung unsur tradisional, sedangkan tata rias pakem
adalah tata rias yang digunakan dengan gaya dan tradisi masing-masing, disetiap daerah
berbeda-beda. Contohnya bisa menggunakan hijab pada pengantin modifikasi.
Busana dan Perhiasan

1. Busana Pengantin Wanita Modren Berhijab, Selayar, Kain Penutup Kepala, Tali
Pinggang

2. Tibododo, Lalaran

3. Kembang Goyang
4.Gelang

5.Sepatu High heels

6.Mahkota Siger Sunda

Make Up

- Membersihkan wajah menggunakan micelar water

- Setelah dilakukan pembersihan berikan pelembab atau moisturizer terutama bagikulit kering

- Mengaplikasikan foundation kemudian di ratakan menggunakan spons

- Menggunakan concealer, contour


- Membentuk alis

- Merapikan alis menggunakan naturactor

- Pengaplikasian bedak padat dan bedak finishing

- Pengaplikasian eyeshadow berwarna peach sebagai dasar setelah itu membuat cut crease ,
isi cut crease menggunakan warna keemasan, pada ujung mata beri warna coklat tua

- Pada bagian bawah mata aplikasikan juga eyeshadow berwarna coklat

- Menggunakan eyeliner pada mata klien

- Pemasangan bulu mata sebanyak 2 lapis

- Pengaplikasian blush on berwarna peach atau pink kemerahan

- Mengaplikasikan celak pada bawah mata berwarna silver

- Pasang bulu mata pada bagian bawah mata

- Membentuk bibir menggunakan lip liner kemudian menggunakan lipglos

- Pengaplikasian lipstik berwarna nude

- Pengaplikasian highlitter

Tahapan Pemakaian Hijab

- Pertama sisir rambut model dengan rapi lalu ikat menjadi satu

- Setelah rambut diikat satu kemudian rambut dikepang dan digulung dijepit menggunakan
kep lidi

- Pasang sanggul ukel tekuk dan dipasang dengan menggunakan harnal besar

- Lilitkan hijab pada bagian depan

- Hijab yang dipergunakan sebanyak 2


Cara memasang aksesoris

- Letakkan Lalaran diatas sanggul kemudian jepit ujungnya agar tidak lepas.
- Setelah itu, pasangkan siger dikepala model kemudian dikaitkan agar kencang dan

Tidak lepas.
-Pemasangan kembang goyang 7 buah.
- Pasangkan penutup sanggul dari roncean melati kemudian rapikan dan jepit agar

Tidak lepas.
- Bentuk daun sirih agar membentuk bangun datar laying-layang kemudian tempelkan

ditengah kening.
-Lakukan pemasangan tibododo.
- Pasangkan gelang yang berada di lengan

- Memasang Tali pinggang dan selayar panjang


BAB I
PENDAHULUAN

A. Sejarah rias pengantin Yogyakarta


Seni melukis wajah atau merias sudah lama tumbuh, sejarah mengatakan bahwa pada
masa dinasti mataram terbentuklah sebuah perjanjian, Perjanjian Giyanti, yang berisi tentang
pemisahan daerah kekuasaan menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam perjanjian itu juga disebutkan bahwa Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat berhak atas pusaka budaya, Paes Ageng. Sehingga Kasunanan
Surakarta Hadiningrat membuat paes yang hampir mirip dengan nama Paes Solo Basahan.
Karena berasal dari akar yang sama tidak terlalu membuat perubahan yang drastis, perbedaan
ada di Paes Ageng yang lebih runcing dibanding Paes Solo Basahan yang agak membulat.

Di Yogyakarta terdapat 6 jenis tata rias dan busana yaitu Yogya Paes Ageng, Yogya Paes
Ageng Jangan Menir, Yogya Paes Ageng Kanigaran, Yogya Puteri, Yogya Puteri Kasatriyan
Ageng Malem Selikuran, dan Yogya Puteri Kasatriyan. Sementara di Solo terdapat Solo
Basahan dan Solo Puteri.

Jika dicermati, sesungguhnya pembagian di atas lebih cocok untuk pengklasifikasian


tata busananya, sedangkan untuk riasan adat Yogyakarta jelas terlihat pada
bentuk cengkorongan paes(pola rias) dan pemakaian prada (serbuk emas). Yogya Paes Ageng,
Yogya Paes Ageng Jangan Menir, Yogya Paes Ageng Kanigaran memakai prada di tepi paes,
sementara Yogya Puteri, Yogya Puteri Kasatriyan Ageng Malem Selikuran, dan Yogya Puteri
Kasatriyan membentuk cengkorongan paesyang melengkung lembut tanpa
bubuhan prada. Sama-sama mempunyai bentuk cengkoronganyang agak membulat seperti
Paes Yogya Puteri, Paes Solo Basahan mempunyai sedikit perbedaan yang terletak pada
hiasan ronce melati pager timun, sementara untuk Paes Ageng di Yogyakarta membentuk
gulungan panjang yang disebut gajah ngoling.

Di samping itu pula, di antara Paes Solo Basahan dan Paes Solo Putri terdapat
perbedaan padapidih yang dipakai.Jika umumnya pidih yang dipakai berwarna hitam, lain
halnya dengancengkorongan Paes Solo Basahan yang menggunakan pidih berwarna hijau.
Pada Paes Solo Putri,cengkorong diisi dengan pidih/lotho berwarna hitam.
B. Perbedaa rias Yogyakarta dengan yang lain
Paes Solo memiliki ujung yang tumpul dan cenderung membentuk huruf U.
Sedangkan paes ageng Jogya memiliki ujung yang cenderung runcing; seperti perpaduan
antara huruf U dan V.Perbedaan kedua dalam paes Solo dan paes Ageng itu adalah bentuk
sanggul.Sederhananya, sanggul pernikahan adat Solo terlihat lebih lebar.Salah satu artis
Indonesia yang menikah denga menggunakan paes Solo ini adalah Dian Sastrowardoyo.

Sedangkan untuk sanggul untuk paes ageng, semua rambut diikat kebelakang untuk di
cepol.Anisa Pohan dan Siti Ruby Aliya Rajasa adalah dua public figure yang menikah dengan
menggunakan paes ageng.

Disisi lain, ada beberapa pihak yang menyebutkan bahwa perbedaan kedua paes
ternyata tidak hanya sesederhana itu, Ladies, Situs krisnawedding.blogspot.com, contohnya,
menyebutkan bahwa kedua corak juga dibedakan berdasarkan fungsinya.Dua riasan ini wajar
terlihat mirip karena memiliki akar kebudayaan yang sama. Namun, sebenarnya perbedaan
inibisa dilihat dari bentuk cengkorongan paes, mulai
daribentuk penunggul atau gajahan, pengapit, penitis, dan godheg.Pertama yang membuat
kedua paes ini beda adalah bagian tengahnya. Pada pengantin Yogyakarta pola riasan di
tengah dahi memiliki bentuk yang mirip dengan daun sirih, titik tengahnya runcing.
Sedangkan pada pengantin Solo, bentuknya setengah bulatan telur bebek, biasanya disebut
dengan gajahan.

Pengapit pada pola rias baik ala Solo maupun Yogya berbentuk sama yaitu ngundup kanthil,
namun penitis dua tradisi ini ternyata berbeda. Di Yogyakarta, penitis memiliki bentuk seperti
potongan daun sirih, namun volumenya lebih kecil daripada penunggul, ujungnya juga
runcing layaknya pada bagian tengah. Sedangkan di Solo bentuknya mirip dengan setengah
bulatan telur ayam.

Godheg pada pengantin Yogyakarta memiliki bentuk seperti pada ujung mata pisau
sedangkan pada pengantin Solo bentuknya layaknya kuncup turi atau ngundup turi. Hal lain
yang sebenarnya paling menyolok adalah penggunaan serbuk emas atau biasa disebut dengan
prada yang ditaburkan di tepian paes. Hal ini bisa ditemui di beberapa riasan Yogyakarta
seperti Paes Ageng Jangan Menir dan Paes Ageng Kanigaran.
PENGANTIN YOGYAKARTA PUTERI

Pengantin Yogya Puteri berkebaya pakem menggunakan make-up warna klasik,


misalnya cokelat, hitam, dan emas dengan garis eyeliner dan alis bentuk biasa. Menggunakan
paes yang diisi dengan pidih warna hitam dengan bentuk cengkorongan paes Yogyakarta
Puteri, serta dipasang cithak yang terbuat dari daun sirih yang digunting berbentuk wajik
yang diletakkan di dahi, sedikit di atas antara dua alis.

Sanggul ukel tekuk dengan sunggar dan lungsen (sambungan) dari rambut depan untuk
mengikat sanggul. Bunga untaian melati (roncen usus), ceplok (bunga mawar bahan beludru
warna merah) di sanggul dan sepasang jebehan (3 rangkaian mawar bahan beludru warna
merah) di kanan kiri yang tampak dari depan, dan sebaran pelik (guntingan kertas putih
dengan kelopak empat, yang ditusukkan dengan jarum pentul ke sanggul) menyebar di
sanggul.

C. Riasan,aksesoris dan makna

Tahap-Tahap Merias Wajah dan Makna Filosofinya

1. Ratusan

Pemberian wewangian tradisional pada rambut dan kadang bagian intim kewanitaan agar
harum.

2. Halup-Halupan (cukur/ kerik rambut)


Pembersihan wajah pengantin dengan cara mencukur rambut halus yang tumbuh di
dahi atau memotong rambut menjuntai ke dahi sehingga wajah tampak bersih dan siap untuk
dibuat pola wajah.

3. Cengkorongan

Pembuatan pola wajah Paes Ageng gaya Yogyakarta. Penentuan bentuk dan
pembuatan cengkorong ini dikerjakan dengan pensil yang hasil akhirnya berupa gambar
samar-samar / tipis.

Cengkorong meliputi:

Citak pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada pangkal hidung
di antara dua alis yang memiliki makna bahwa citak sebagai reflesi mata Dewa Syiwa yang
merupakan pusat panca indra sehingga menjadi pusat keseluruhan ide atau
pikiran. Panunggul, pangapit, panitis, godeg.

Panunggul dibuat di atas citak, ditengah-tengah dahi, berbentuk meru (gunung)


melambangkan Trimurti (tiga kekuatan dewa yang manunggal). Ditengah-tengah panunggul
diisi hiasan berbentuk capung atau kinjengan, yaitu seekor binatang yang selalu bergerak
tanpa lelah dengan harapan agar pengantin selalu ulet dalam menjalani
hidup.Panunggul berasal dari kata tunggal, yaitu terkemuka atau tertinggi, mengandung
makna dan harapan agar seorang wanita ditinggikan atau dihormatiPengapit terletak di kiri
kanan panunggul berbentuk seperti meru (gunung) namun langsingPenitis terletak di antara
pengapit dan godheg.Pengapit, penitis, godheg dibuat sebagai keseimbangan wajah, maka
diletakkan simetris dengan panunggul.

Alis dibuat berbentuk menjangan ranggah (tanduk rusa). Rusa merupakan simbol
kegesitan, dengan demikian kedua pengantin diharapkan dapat bertindak cekatan, trampil,
dan ulet dalam menghadapi persoalan rumah tangga

Daerah sekeliling mata dibiarkan tidak terjamah oleh boreh, diberi gambaran yang
disebut jahitan. Untuk membentuk mata lebih tajam dan anggun sehingga orang-orang akan
mengaguminya.

4. Kandelan
Setelah cengkorongan selesai dibuat sesuai pola dasar dan tampak pantas (layak), baru
kemudian paes wajah diselesaikan dengan menebalkan garis-garis yang samar menjadi
paesan dadi (paes jadi)

5. Dandos

Selesai kandelan, dilanjutkan dengan dandos jangkep pengantin (pengantin berdandan


lengkap) yang meliputi sanggul pengantin, perhiasan pengantin, kain pengantin, baju
pengantin, dan dandosan (berbusana) lain selengkapnya

a. Hiasan Sanggul.

Tata rambut pengantin dibuat seperti bokor tengkurap sehingga dinamakan bokor
mengkurep.Sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan ditutup rajut bunga melati.
Perpaduan daun pandan dan bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius,
sehingga pengantin diharapkan dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.

Gelung bokor mengkurep disempurnakan lagi dengan jebehan, yaitu 3 bunga korsase
warna merah-kuning-biru (hijau) yang dirangkai menjadi satu dan dipasang di sisi kiri -
kanan gelung.Tiga warna bunga itu melambangkan Trimurti (dewa Syiwa-Brahma-Wisnu).

Ditengah sanggul dihias dengan bunga merah disebut ceplok, dan di kiri – kanan
ceplok itu disematkan masing-masing satu bros emas permata

Pada bagian bawah agak ke arah kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk
belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa
pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat
dalam menjalani hidup yang sakral.

b. Asesoris Paes Ageng

Perhiasan yang dipergunakan pengantin putri disebut pula dengan nama raja keputren.
Semua terbuat dari emas bertahtakan berlian yang dirancang dengan seni tinggi dan sangat
halus. Satu set perhiasan ini berupa :
Cunduk Menthul

5 tangkai bunga dipasang di atas sanggul menghadap belakang, menggambarkan


sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan lima hal yang
menjadi dasar kerajaan Mataram Islam saat itu, yaitu sholat 5 waktu seperti yang tercantum
dalam Al-Quran

Pethat/sisir berbentuk gunung

Hiasan berupa sisir terbuat dari emas diletakkan di atas sanggul berbentuk seperti
gunung, sebagai simbol kesakralan.Sehingga Pengantin diharapkan dapat menunjukkan
kesakralan/ kesucian.Dalam mitologi Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek
moyang dan tempat tinggal para dewa serta pertapa.

Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun)

Melambangkan 3 tingkatan kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal. Hal


ini dihubungkan dengan konsepsi Jawa tentang alam baka, alam antara, dan alam fana

Gelang Binggel Kana

Berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang melambangkan kesetiaan tanpa batas

Kelat Bahu (perhiasan pada pangkal lengan)

Berbentuk seekor naga, kepala dan ekornya membelit.Melambangkan bersatunya pola


rasa dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam hidup.Dalam mitologi Jawa, Naga
merupakan hewan suci yang dipercaya menyangga dunia.

Centhung (berbentuk gerbang)

Perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan diatas dahi pada sisi kiri
dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin putri telah siap memasuki pintu gerbang
kehidupan rumah tangga

Cincin

Menurut beberapa serat yang ditulis sejak jaman Sultan Agung seperti serat Centhini,
serat Wara Iswara (Sunan PB IX) ditulis bahwa para putri tidak diperkenankan memakai
cincin di jari tengah. Karena sebagai simbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik
Tuhan. Cincin di jari manis sebagai simbol untuk senantiasa bertutur kata manis. Cincin di
jari kelingking simbol untuk selalu trampil dan giat dalam mengerjakan pekerajaan rumah
tangga. Cincin di ibu jari sebagai simbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan
ikhlas dan terbaik

D. BUSANA JOGJA PUTRI

BusanaJogjaPutribiasadikenakanuntukUpacaraSepasaran, yaitu 5 hari


(dalamBahasaJawa :sepasar) setelahUpacaraPanggih. Sehingga, busanaini
disebutBusanaCorakSepasaran.Padazamandahulu, busanainidipakaiolehputra-
putriDalemketikaberkunjungkekediamanGubernurBelanda.Yaituharike 5 – 35
setelahUpacaPanggih.

Kain Dodot/Kampuh berukuran 4 – 5 meter dengan lebar 2-3 meter.Motif batik yang
sering digunakan adalah Sido Mukti, Sido Asih, Semen Rama, Truntum. Motif -motif
tersebut mempunyai makna filosofi yang sangat bagus berupa harapan akan berlangsungnya
kehidupan rumah tangga yang kekal, saling berbagi dan mengisi dengan cinta kasih dan
harapan akan dikaruniai hidup sejahtera.

Selain kain panjang, pengantin putri memakai pakaian dalam dan selendang kecil
(udet) berupa kain sutra motif cinde.Konon motif ini merupakan lambang sisik naga, yaitu
simbol kekuatan. Sumber lain mengatakan bahwa motif cinde sebagai penghormatan kepada
Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran (dewi padi).

E. langkah langkah riasan pengantin


1. Oleskan bedak warna kuning kehijau-hijauan ke seluruh wajah, termasuk bawah mata
dan bibir, dan di samping tulang hidung. Setelah itu, aplikasikan bedak padat dan
bedak tabor ke seluruh wajah. Tepuk-tepuk hingga halus dan rata.
2. Aplikasikan eyeliner pensil di bagian bawah mata

3. Aplikasikan eyeliner cair di atas eyeliner pensil

4. Aplikasikan eyeliner membentuk segi tiga di sudut mata, lalu teruskan hingga garis
kelopak mata
5. Baurkan dengan menggunakan kuas agar terlihat lebih natural

6. Beri perona mata warna ungu di atas garis kelopak mata


7. Aplikasikam highlight warna muda di bawah tulang alis

8. Dengan menggunakan spons, berikan perona mata warna ungu di bagian bawah mata

9. Aplikasikan perona mata warna baga pada kelopak mata

10. Aplikasikan perona mata coklat tua, lalu baurkan warna di ujung mata. Setelah, itu,
aplikasikan lem bulu mata pada kelopak mata warna perona mata lebih menempel
11. Aplikasikan perona mata warna coklat tua pada kelopak mata

12. Lukis alis membentuk busur melengkung

13. Baurkan warna dari sudut dalam ke arah bawah hidung untuk membentuk bayangan
hidung

14. Baurkan warna pada alis agar terkesan lebih natural

15. Aplikasikan lem bulu mata di atas garis bulu mata atas
16. Pasang bulu mata imitasi
17. Aplikasikan eye liner cair di atas garis bulu mata imitasi. Setelah itu, aplikasikan
perona pipi pada tulang pipi.

18. Membentuk segi tiga, aplikasikan perona mata warna perak di sudut dalam mata

19. Aplikasikan eye liner warna hijau di garis bulu mata atas dan bawah dan eye liner cair
di sudut dalam atas mata

20. Pasang bulu mata imitasi di garis bulu mata bawah


21. Aplikaskan lip liner untuk membuat garis bibir

22. Sapukan lipstick warna merah sirihdi bagian dalam atas dan bawah bibir. Gunakan
kuas bibir agar terlihat rapi.

23. Buat cengkorongan paes. Setelah selesai, pasang di tengah-tengah dahi


24. Setelah selesai memasang aksesoris rambut, aplikasikan lip gloss pada bibir

Step Membuat Paes Merias Dahi dan Membuat Cengkorongan Paes :

Membuat penunggul.Penunggul terletak di tengah-tengah dahi.Bentuknya seperti potongan


sirih, ujungnya runcing dan sedikit melengkung. Cara membuatnya :

1. Tarik garis lurus dari ujung hidung ke tengah-tengah dahi sampai pertumbuhan
rambut. Beri tanda.
2. Letakkan 3 jari membujur di atas tanda tersebut, lalu beri tanda di batas kiri dan
kanannya
3. Ukur 3 jari melintang di atas pangkal alis, lalu beri tanda di tengahnya
4. Hubungkan garis tengah tersebut dengan tanda di kiri dan kanan pertumbuhan rambut
yang telah dibuat sebelumnya
Membuat penitis.Penitis terletak di sebelah luar pengapit dan tepat di atas
godheg.Bentuknya seperti potongan daun sirih, lebih kecil dari pada penunggul, dengan
ujung yang runcing dan sedikit melengkung. Cara membuatnya :

1. Sebelum membuat penitis, ukur 3 jari membujur ke kiri dan kanan penunggul. Beri
tanda.
2. Dari titik tersebu, ukur masing-masing 2,5 jari membujur untuk menentukan lebar
penitis. Beri tanda
3. Dari ujung hidung, tarik garis ke atas menuju ke titik tengah ukuran 2,5 jari. Beri
tanda
4. Untuk menentukan ujung penitis ukur 1 ibu jari di atas lengkungan alis. Beri tanda.
Hubungkan ujung penitis dengan tanda di kiri dan kanan pada pertumbuhan rambut
yang telah dibuat sebelumnya
Membuat pengapit.Pengapit bentuknya seperti kudup kantil.Bagian ujungnya sedikit runcing.
Cara membuatnya :

1. Dari ujungnya hidun, tarik garis ke atas menuju ke tengah-tengah bagian kosong
antara penunggul dan penitis. Beri tanda
2. Letakkan 1 jari membujur di antara tanda tersebu. Beri tanda di kiri dan kanannya
3. Untuk menentukan ujung pengapit, beri titik di tengah-tengah ujung penunggul dan
penitis, lalu tarik sedikit ke dalam
4. Hubungkan ujung pengapit dengan tanda di kiri dan kanan pertumbuhan rambut yang
telah di buat sebelumnya
Membuat godheg.Godheg berbentuk mangot (ujung pisau dapur), semakin ke bawah semakin
mengecil. Cara membuatnya:

1. Dari titik pangkal penitis, letakkan 1 jari membujur, lalu beri tanda di sisi kirinya
2. Dari tanda tersebut, ukur 1,5-2 jari untuk lebar pangkal godheg. Beri tanda
3. Dari depan telinga, ukur 2 jari. Beri tanda. Untuk menentukan ujung godheg, ukur 1-2
jari dari depan telinga, lalu beri tanda. Dari tanda ini, ukur 1 jari ke bawah, lalu beri
tanda
4. Hubungkan ujung godheg ke tanda-tanda di garis pertumbuhan rambut yang telah di
buat sebelumnya
5. Pasang jebehan. Cara pemasangan :
 Pasang jebehan sritaman di kiri dan kanan sanggul
 Letak jebehan kiri dan kanan harus seirama dengan bentuk sanggul sehingga
terlihat sepi
 Pangkal bunga bagian atas diletakkan di bawah sunggar dan diusahakan hanya
terlihat sedikit dari depan
6. Pasang sisir gunungan. Cara pemasangan :
 Pasang sisir gunungan tegak lurus, tepat berada di tengah-tengah antara kepala
dari sanggul
 Sisir gunungan dipasang menghadap ke arah belakang
 Letaknya berada di atas sanggul. Jarak antara pangkal sisir gunungan dengan
pangkal jebehan lebih kurang 2 jari.
7. Pasang sebuah mentul. Cara pemasangan :
 Pasang mentul (1 buah) di atas sanggul, tepat di depan sisir gunungan
 Mentul dipasang menghadap ke arah belakang
 Letak mentul di depan sisir gunungan
 Karena hanya berjumlah satu buah, ukuran mentul harus besar
8. Setelah memasang subang, pasang roncen usus-usus di bagian samping kiri dan kanan
sanggul. Cara pemasangan :
 Pangkal roncen usus-usus berada di bagian atas
 Dipasang membujur ke bawah secara simetris kiri dan kanan
9. Pasang jala rambut pada sanggul menutupi rancen usus-usus, agar sanggul rapi
10. Pasang sebuah ceplok. Cara pemasangan :
 Pasang ceplik di tengah-tengah sanggul, agak ke atas sedikit
 Ceplok dipasang di atas jala rambut
11. Pasang pelik. Cara pemasangan :
 Awali dengan pemasangan pelik di kanan kiri lungsen dan lekukan ukel
 Pemasangan pelik dilakukan dengan cara menyebar rata mengikuti irama
sanggul, tidak simetris, dan acak
 Arah mekar pelik ke belakang sanggul
Step Membuat Sanggul, Pemasangan Bunga, dan Aksesori

1. Bagi rambut dibagi 3 bagian, yaitu bagian depan kiri, bagian depan kanan, dari bagian
belakang. Tahan rambut bagian depan kiri dan kanan dengan jepit bebek. Ikat rambut
bagian belakang
2. Sasak rambut bagian depan kiri dan kanan. Ambil sejumpur rambut di ubun-ubun
sebagai lungsen
3. Rapikan rambut yang telah di sasak dengan menyisirnya ke arah belakang kemudian
tahan ke belakang menggunakan jepit bebek
4. Pasang sanggul di belakang kepala. Arahkan lungsen tepat di tengah sanggul. Semat
kuat-kuat agar bisa menahan sanggul
5. Setelah sunggar terbentuk dari sanggul terpasang isi cengkorongan paes dengan pidih.

Pengantin putri. Perlengkapan busana untuk Pengantin Putri Corak Yogya Puteri :

a. Kain pradan
b. Kebaya
c. Selop atau alas kaki
Motif kain yang dapat dipakai untuk corak Yogya Puteri :

 Kain Sidamukti
 Kain Sidaasih
 Kain Sidaluhur
 Kain Nitik Simbar Lintang
 Kain Parang Kusuma
 Kain Semen Rama
 Kain Gandasuli
 Kain Semen Raja
 Kain Nitik Cakar Ayam
Warna baju yang dapat dipakai untuk corak Yogya Puteri :

 Merah tua
 Biru tua
 Hijau tua
Perhiasan yang harus disediakan untuk pengantin putri corak puteri :

1. Satu pasang suweng tretes permata untuk dipakai pada telinga


2. Satu buah kalung tretes permata untuk dipakai sebagai kalung pada leher
3. Satu pasang gelang permata untuk dipakai pada pergelangan tangan
4. Satu pasang cincin permata untuk dipakai pada jari manis kanan dan kiri
5. Tiga buah bros utuk dipakai pada kebaya
6. Satu buah sisir gunungan untuk dipakai di atas sanggul
7. Sebuah mentul untuk dipakai di atas sanggul
8. Ceplok untuk dipasang di tengah-tengah sanggul
9. Jebehan untuk dipasang di kiri dan kanan sanggul
10. Pelik sebagai hiasan sanggul
Perhiasan yang harus disediakan untuk pengantin puteri corak Kesatrian Ageng Malem
Selikuran:

1. Satu pasang suweng tretes permata untuk dipakai pada telinga


2. Satu buah kalung tretes permata untuk dipakai sebagai kalung pada leher
3. Satu pasang gelang permata untuk dipakai pada pergelangan tangan
4. Satu pasang cincin permata untuk dipakai pada jari manis kanan dan kiri
5. Tiga buah bros untuk dipakai pada kebaya
6. Satu buah sisir gunungan untuk dipakai pada sanggul
7. Sebuah mentul untuk dipakai di atas sanggul
8. Ceplok untuk dipasang di tengah-tengah sanggul
9. Jebehan untuk dipasang di kiri dan kanan sanggul
10. Pelik sebagai hiasan sanggul
Pengantin Pria Perlengkapan busana untuk Pengantin Pria Corak Yogya Puteri :

a. Kain yang coraknya sama dengan pengantin puteri


b. Baju sikepan bordiran/bludiran
c. Lonthong, kamus timang, dan lerep.
d. Dua buah bara
e. Blangkon dengan aksen bulu burung kuntul (bangau putih)
f. Kuluk kanigaran (sejenih kopiah berwana hiam dengan pelisir atau garis-garis warna
keemasan)
g. Selop atau alas kaki
Pengantin Pria Perlengkapan busana untuk Pengantin Pria Corak Kasatriyan Ageng Malem
Selikuran :

a. Kain yang coraknya sama dengan pengantin puteri


b. Baju sikepn bordiran/bludiran
c. Lonthong, kamus timang, dan lerep
d. Dua buah bara
e. Kuluk kanigaran
f. Selop atau alas kaki
Perhiasan yang harus disediakan untuk Pengantin Pria :

a. Kalung panjang atau korset (rantai jam) dan satu buah bros (hiasan yang dipasang di
kalung korset)
b. Satu buah cincin
c. Satu pasang sumping
d. Satu buah keris bronggoh
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah
Asaltatacaraperkawinanadatjawaadalahdarikeraton. Pada
mulanyahanyakeluargakeratonlah yang mempunyaihakuntukmelaksanakan
upacarapernikahandengantatacaraadattersebut. Namunsejakadanyaakulturasi
budayadengan agama islam, khususnya di KeratonYogyadan Solo, tatacara
penikahanadatmulaiberbaurantarabudayahindudanislam. Mulaisaatitulahtata
carapernikahanadatdikenalolehmasyarakatluas di luarkeraton. Hinggasaatini,
secaraturuntemuruntatacaraupacarapernikahanterus di lestarikan, tentunya
denganpertimbanganwaktu, kesempatandan dana acara-acara adattersebutdiadakan
penyesuaian-penyesuaian.
Meskihampirsetiapharikitasaksikanupacaradanpestapernikahan, namun
ternyatatidakmudahuntukmenyelenggarakannya. Tahap demi tahap yang harus
dilaluisertamempersiapkanpernak-pernikalatupacaraadat yang mengandungnilai-
nilai ritual tersendirimerupakan"tugas" yang tidakbisadianggapremehuntuk
menyambuthajatkeluargaini. Sebagaisuatuperistiwa yang diharapkanhanyaterjadi
sekaliseumurhidup, semuacalonpengantintentumengharapkan agar semua
rangkaianupacaraitubisaberlangsungsukses. Keterbatasantempatdanpengetahuan
tentangupacaraadatseringkalimenjadialasanutamakeluargauntuk
menyelenggarakanpernikahan di sebuahgedungpertemuandenganmelibatkan
wedding organizer.
TAHAP-TAHAP PERNIKAHAN JAWA
yangpertamaadalahKeluargacalonmempelaipriamendatangi (ataumengirimutusan)
kekeluargacalonmempelaiperempuanuntukmelamarputrikeluargatersebutmenjadiistrip
utramereka. Biasanyakeluargadaricalonmempelaiperempuan yang
mempunyaihakmenentukanlebihbanyak, karenamerekalah yang
biasanyamenentukanjenispernikahannya. Setelahdicapai kata
sepakatolehkeduabelahpihak orang tuatentangperjodohanputra-putrinya,
makadilakukanlah ‘serah-serahan’ ataudisebutjuga ‘pasojtukon’.
HiasanPernikahan (PasangBlektepeAtauTarup)
: Tahapanlengkap pernikahanadatjawa yang keduaadalah, Seharisebelumpernikahan,
biasanyagerbangrumahpengantinperempuanakandihiasijanurkuningsebagai Persiapan
pernikahan yang terdiridariberbagaimacamtumbuhandandaun-daunan:
– 2 pohonpisangdengansetandanpisangmasakpadamasing-masingpohon,
melambangkansuami yang akanmenjadikepalarumahtangga yang baik.
– TebuWulungatautebumerah, yang berartikeluarga yang mengutamakanpikiransehat.
– CengkirGadingataubuahkelapamuda, yang
berartipasangansuamiistriakansalingmencintaidansalingmenjagaidanmerawatsatusama
lain.
– Berbagaimacamdaunsepertidaunberingin, daun mojo-koro, daunalang-alang,
dadapserep,
sebagaisimbolkeduapengantinakanhidupamandankeluargamerekaterlindungdarimarab
ahaya.

UpacaraSiraman
Tahapanlengkap pernikahanadatjawa yangketigaadalahmaknaupacarasiramanini,
secarasimbolismerupakan Persiapanpernikahan danpembersihandirilahirbatinkeduacal
onmempelai yang dilakukandirumahmasing-masing. Jugamerupakan media
permohonandoarestudari para pinisepuh
Banyakhal yang harusdipersiapkansebelum acara dimulai:
– Tempat air dariperungguatautembaga yang berisi air daritujuhmata air.
– Kembangsetamanyaitubunga-bungasepertimawar, melati, cempaka, kenanga, yang
ditaruh di air.
– Aroma limawarna yang digunakansebagaisabun.
– Sabuncucirambuttradisionaldariabudarimerang, santan, dan air asamJawa.
– Gayung yang berasaldarikulitkelapasebagaiciduk air.
– Kursi yang dilapisitikar, kainputih, dedaunan, kainlurikuntuktempat duduk
pengantinselamaprosesiberlangsung.
– Kainputihuntukdipakaiselamaupacarasiraman.
– Baju batik untukdipakaisetelahuparacasiraman.
– Kendi.
– Sesajian.
Siramandilakukanpertama kali olehorangtuacalonpengantin, dilanjutkanoleh para
pinihsepuh, danterakhirolehibucalonmempelaimempelaiputri, menggunakankendi
yang kemudiandipecahkankelantaisembarimengucapkan, “Saiki wispecahpamore”
(“Sekarangsudahpecahpamornya”).

DodolDawet
Tahapanlengkap pernikahanadatjawa yangkelima, Prosesiinimelambangkan agar
dalamupacara pernikahan yang akandilangsungkan, dikunjungi para tamu yang
melimpahbagaicendoldawet yang laristerjual. dalamupacaraini,
ibucalonmempelaiputribertindaksebagaipenjualdawet,
didampingidandipayungiolehbapakcalonmempelaiputri, sambilmengucapkan :
“Laris…laris”. ‘Jualdawet’ inidilakukandihalamanrumah.
UpacaraMidodareni
Tahapanlengkap pernikahanadatjawa yang keenam, Acara
inidilakukanpadamalamharisesudahsiraman. Midodarenberartimenjadikan sang
pengantinperempuansecantikdewiWidodari. Pengantinperempuanakantinggal di
kamarnyamulaidari jam enam sore sampaitengahmalamdanditemaniolehkerabat-
kerabatnya yang perempuan.
Tahapanlengkap pernikahanadatjawa yangketujuh, Pernikahan,
merupakanupacarapuncak yang dilakukanmenurutkeyakinan agama sicalonmempelai.
Bagipemeluk Islam, pernikahanbisadilangsungkan di masjid atau di
kediamancalonmempelaiputri. Bagipemeluk Kristen
danKatolik, persiapanpernikahan bisadilangsungkan di gereja.
Ketikapernikahanberlangsung, mempelaiputratidakdiperkenankanmemakaikeris.
Setelahupacarapernikahanselesai, barulahdilangsungkanupacaraadat, yakniupacara
‘panggih’ atau ‘temu’.

BUSANA BAJU WANITA


PENGATIN SOLO MODIFIKASI DAN PERHISAN

SEPATU PENGATIN MODIFIKASI


SANGGUL

PERHIASAN

KalungSusun Kembanggoyang, anting, gelang


besertapernak Pernik lainnya
BAJU PENGANTIN LAKI LAKI

MAKEUP.
Makeup yang digunakanpengatinputrimodif
samasepertidenganpengantinlainnyadalamhalpemberiankosmetiknamunhal di
kikeningdiberipaes.
1. Faundation 2. Bllushon

5. PensilAlis 6. Eyebrow Pomade

7. Bronzer 8. Eyeshadow Palle


9. primer 10. lipstik

11. paes hitam contur pallate


MakeUp

-Membersihkanwajahmenggunakanmicelarwater

-Setelahdilakukanpembersihanberikanpelembabataumoisturizerterutamabagikulitkering

-Mengaplikasikanfoundationkemudiandiratakanmenggunakanspons

-Menggunakanconcealer,contour

-Membentukalis

-Merapikanalismenggunakannaturactor

-Pengaplikasianbedakpadatdanbedakfinishing

-
Pengaplikasianeyeshadowberwarnapeachsebagaidasarsetelahitumembuatcutcrease,isicutcrea
semenggunakanwarnakeemasan,padaujungmataberiwarnacoklattua

-Padabagianbawahmataaplikasikanjugaeyeshadowberwarnacoklat

-Menggunakaneyelinerpadamataklien

-Pemasanganbulumatasebanyak2lapis

-Pengaplikasianblushonberwarnapeachataupinkkemerahan

-Mengaplikasikancelakpadabawahmataberwarnasilver

-Pasangbulumatapadabagianbawahmata

-Membentukbibirmenggunakanliplinerkemudianmenggunakanlipglos

-Pengaplikasianlipstikberwarnanude

-Pengaplikasianhighlitter
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengantin atau aslinya penganten berasal dari kata pinanganten. Pinaganten berasal dai dua
suku kata yaitu pinang dan ganten Pinang dan ganten merupakan pepatah Jawa yang artinga
sama dengan "asam di gunung garam di laut. akhimya bertemu di belana". Pinang atau
jambe adalah sebuah pohon yang tinggi. Ganten ter diri atas sirih atau kapur sirih. Sirih
merupakan tanaman yang merambat ke, tanah, di tempat yang rendah. Akhirnya pinang
dan ganten ini bertemu dalam suatu pengunyahan sehagai ganten atau makan sirih. Pada
awalnya hanya para keluarga bangsawan yang diperkenankan memakai busana pengantin
ini, terutama jenis tata rias pengantin Solo basahan. Namun saat ini masyarakat umum
sudah dapat ikut mengenakannya. Meskipun demikian tetap ada beberapa bagian busana
dan adat yang tidak boleh disamakan dengan masyarakat umum dan kalangan bangsawan.
Salah satunya untuk busana tata rias Solo basahan hagi putra putri kerajaan berwama biru
sedangkan untuk umum berwama hijau.

Sejarah Pengantin Adat Solo Puti


Keraton surakarta atau Solo merupakan pusat kebudayaan Jawa (kejawen), karena pada masa
itu dalam keraton berkembang berbagai macam seni budaya. Hal ini menyebabkan
kebudayaan
keraton Surakarta dijadikan patokan bagi masyarakat terutama di provinsi Jawa Tengah.
Salah
satu keraton dengan gaya tata rias pengantin yang khas adalah keraton Surakarta atau Solo.
Terdapat dua jenis pengantin Solo yang dikenal oleh masyarakat, yaitu pengantin Solo Putri
dan pengantin Solo Basahan. Tata rias pengantin tersebut merupakan tata rias pengantin yang
dipergunakan dalam lingkungan Keraton kesunanan Surakarta.
Tata rias ini awalnya hanya dipergunakan di lingkungan Keraton saja namun sekarang
banyak
masyarakat yang menggunakannya untuk melestarikan peninggalan yang ada di Jawa. Tata
rias
pengantin Solo yang diketahui dan banyak digunakan masyarakat adalah tata rias pengantin
Solo Putri Dan Solo Basahan. Tata rias pengantin Solo Putri dirias menggunakan alas bedak
dengan nuansa kuning sesuai dengan ciri khas pengantin Jawa. Pada pengantin wanita Solo
Putri ini disebut hiasan dahi yang biasanya disebut dengan paes yang berwarna hitam.
Sedangkan pengantin Solo Basahan, menggunakan busana dodotan hanya digunakan oleh
kerabot keraton. Pembeda dari riasan yang lain adalah paes berwarna hijau dan alis berbentuk
menjangan meranggah. Terciptanya busana pengantin solo putri diperkirakan setelah adanya
Perjanjian Giyanti dimana waktu itu seluruh gaya busana dari Keraton Surakarta Hadiningrat
dibawa ke Keraton Yogyakarta Hadiningrat sebagai hadiah dari Susuhan Paku Buwono II
kepada putranya, Pangeran Mangkubumi. Setelah peristiwa itu, Keraton Surakarta
Hadiningrat
membuat desain (gagrak) baru dengan pola bergaya barat. Biasanya busana baru ini kita
kenal
dengan nama beskap, langenharjan, baju teni.

Tata Busana Pengantin Putri


Busana dan perlengkapan yang disediakan:
Sebuah baki besar yang diberi alas untuk mengatur pakaian pengantin yang terdiri dari:
a. Kain batik: kain batik untuk pengantin adalah kain batik dengan motif khusus, yaitu
Sido Mukti, Sido Mulyo, Sido Asih yang berbentuk pradan atau tidak pradan,
tergantung selera. Kain batik itu sudah di wiru dengan wiru (lipatan pada bagian
depan kain) selebar kira-kira 2 jari. Sered (pinggiran) pada kain hendaknya dilipat
dua kali agar supaya sered itu tidak kelihatan. Banyaknya wiron (wiru) berkisar antara 9, 11,
atau 13, menurut panjangnya lain. Jumlah harus ganjil . makin banyak
jumlah wironnya makin baik.
b. Kebaya panjang: biasa kebaya panjang dibuat dari bahan bludru warna hitam, hijau,
biru, merah, ungu, coklat dan lain-lain menurut selera masing-masing. Kebaya
berhiaskan sulaman atau bordir benang emas, manik. Sulaman berwarna keemasan
c. Selop: biasanya selop pengantin terbuat dari bahan bludru dengan warna senada
dengan kebaya pengantin atau terbuat dari bahan yang sama dengan kebaya.
Bentuk selop, pada bagian depan tertutup, tumit tingg, diselaraskan dengan bentuk
tubuh
d. Setagen: pilih setagen yang agak panjang agar dapat mengikat pinggangdan perut
dengan kuat dan rapi. Sebaiknay stagen terbuat dari bahan yang tebal.
e. Strepless/long torso: biasanya dipilih long torso (kutang panjang) berwarna hitam,
seyogyanya ritsluiting (leregan) tidak kelihatan dari depan. Apabila long torso itu
menggunakan leregan pada bagian depan, harus ditutup dengan angkin yang
warnanya serasi dengan kebaya.
f. Sediakan pula peniti dan jepitan wiron
Aksesoris
Ciri khas pengantin bukan hanya pada tata rias wajah maupun sanggulnya,
tetapi juga pada perhiasan yang dikenakannya.
a. Cunduk mentul: jumlahnya 7 buah, di pasang dengan diatur seperti kipas mekar,
menghadap kedepan
b. Bros gelung (simyok): juga disebut ceplok gelung, dipasang di bagian tengah
sanggul.
c. Tanjungan: jumlahnya 6 buah, dipasang pada sebelah kiri dan kanan sanggul
masing-masing 3 buah atau sokan. Sokan terdiri dari 2 buah cara memasangnya satu
dibelah kiri dan satu lagi disebelah kanan
d. Sintingan: sintingan terdiri dari 2 bunga kantil, dipasang dengan cara diselipkan
pada rambut sebelah kiri sanggul di belakang telinga
e. Cunduk jungkat: dipasang diarah depan atas, di ubun-ubun antara 3 jari dari pangkal
gajahan
f. Centung: sejak memasang cunduk jungkat, perhiasan dipakaian dari arah depan.
Demikian pula centung, dipasang pada pangkal pengapit di sebelah kiri dan kanang.
Tiba dada: tiba dada bawang sebungkul asalah rangkaian bunga melati yang
dipasang di atas sanggul disebelah kanan, ditusuk kedalam sampai kedalam sampai
terpasang dengan kuat, agar tak mudah jatuh. Sisa bunga diletakkan teturai pada
dada sebelah kanan. Untuk memudahkan cara menggunakan kain dan kebaya,
sebelum berbusana. Bunga tiba dada sementara diletakkan di atas sanggul dan
ditusuk. Nanti setelah pengantin selesai berbusana, dilepas dan terurai kembali.
h. Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun), melambangkan 3 tingkatan kehidupan
manusia dari lahir, menikah, meninggal.
i. Gelang Binggel Kana, berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang
melambangkan kesetiaan tanpa batas
Cengkerongan Paes
a. Bentuk gajahan: berbentuk setengah bulatan ujung telur bebek, letaknya ditengah
tengah dahi di atas pangkal alis antara kurang lebih 3 jari di atas alis
b. Bentuk pengapit: berbentuk ngundup kantil, seperti kuncul bunga kantil, letaknya
di kanan kiri gajahan. Ujung pengapit menghadap pankal alis
c. Penitis: bebentuk setengah bulatan ujung telur ayam, ujung penitis menghadap
kesudut alis
d. Godeg: berbentuk ngundup turi, seperti kuncup turi
Makna Tata Rias Pengantin Solo Putri
1. Tata Rias Wajah
a. Bedak bewarna kuning: Memunculkan aura pengantin
b. Alis berbentuk mangot: Pengantin cantik seperti bidadari
c. Eye shadow bewarna coklat hijau: Kesuburan, mampu membangun keluarga
yang makmur dan sejahtera
d. Riasan bibir merah merah keorayean: Pengantin cantik seperti bidadari
e. Blosh on merah merona :Pengantik cantik seperti bidadari
f. Paes
Gajahan: Pengantin wanita harus menjadi manusia berilmu untuk
mampu menghadapi dunia
Pengapit: Mampu membedakan baik dan buruk
Penitis: Mampu memilih yang tepat
Godeg: Memiliki keturunan untuk meneruskan ilmu dan kehidupan
Warna hitam :Kesempurnaa
2. Penataan Rambut
a. Sanggul bangun tulak: Penolak balak
b. Sunggar: Selalu mendengar nasehat yang baik
c. Aksesoris
7 buah cunduk mentul: Mendapat pertolongan dari Tuhan

6 buah tunjungan: Kesucian seorang perempuan


2 buah sokan: Pelindung dari bahaya tak terlihat
Centung: Kesucian wanita
Cunduk jungkat Kesucian wanita
d. Roncean melati
Tibo dodo bawang sebungkul: Cahaya yang diberikan Tuhan harus
diresapi dan dirasakan di dada
Bunga mawar: Pengantin wanita harus mampu mengharumkan nama
baik
Sintingan: Kesetiaan pada suami
Sisir atau keket: Kesetiaan pada suami
e. Busana
Kebaya bludru bermotif merak: Kecantikan
Jarik
1. Sido mukti: Harapan kehidupan mulia
2. Sido asih: Saling mengasihi dan menghormati
3. Wiron: Saling mencintai dengan pasangannya
4. Aksesoris Kejayaan: kekayaan

1. Kain Batik dengan motif khusus yaitu


Sido Mulyo, Sido Mukti dan Sido Asih.
2. Kain Panjang, biasanya disebut kebaya
panjang terbuat dari bahan bluru warna
hita, hijau, biru, merah, ungu, coklat dan
lain-laina
.3. Stagen, kain panjang yang digunakan
untuk mengikat perut dengan kuat dan rapi
4. Long Torso/ Kamisol, kutang panjang
berwarna hitam, ritsluiting tidak boleh
kelihatan dari depan.
5. Selop, biasanya terbuat dari bahan bludru
dengan warna yang senada dengan kebaya
pengantin.
6. Peniti, untuk menjepit wiron
G. Alata, bahan dan kosmetik Sanggul Bangun Tulak
1. Irisan daun pandan, sebagai bahan utama
untuk pembetukan sanggul, cara
pembuatannya dengan mengiris daun
pandan terlebih duluhu, lalu letakkan
irisan daun pandan kedalam hairnet dan
susun secara memanjang, dengan panjang
dua jengkal atau 30 cm, disesuaikan besar
kepala pengantin. Usahakan irisan daun
pandan yang disusun di hairnet padat agar
sanggul Bangun Tulak dapat kokoh.
2. Hair Piece, rambut sintetis yang
digunakan sebagai penambah rambut
apabila rambut pengantin tidak panjang.
3. Hair Spray, sebagai pengeras rambut
4. Harnal, untuk menjepit rambut seperti
hairpiece, lungsen dan cemara5.
Jepit lidi, untuk menjepit rambut
6. Pingkel, menjepit rambut saat sedang
ditata.
7. Hairnet, unutk merapikan dan menopang
rambut agar tidak berantakan.
8. Karet gelang, unutk mengikat rambut.9.
Sisir Sasak
10. Sisir Penghalus Sasak
H. Aksesoris

1. Cunduk Mentul
2. Bros
4. Sintingan
5. Cunduk Jungkat
6. Centung
8. Tiba Dada/Tibo Dodo
9. Gelang
10. KalungProses Tata Rias Pengantin “Solo Putri”

1. Bersihkan wajah dengan susu pembersih


2. Aplikasikan primer
3. Aplikasikan foundation bewarna kuning
4. Aplikasikan bedak tabur bewarna kuning
5. Aplikasikan bedak padat
6. Membentuk alis dengan bentuk melengkung indah dengan warna coklat
7. Beri hightliter pada bawah alis dengan warna kuning keemasan
8. Aplikasikan eyesedow bewarna coklat tua,kemudian beri warna hijau dau pada kelopak
mata bergerak dan warna coklat tua dibaur diujung mata
9. Aplikasikan eyeliner
10. Aplikasikan bulu mata
11. Apliikasikan shading pipi, rahang dan hidung
12. Aplikasikan blush on bewarna merah
13. Aplikasikan lipstik bewarna merah cabe

Cara membuat cengkorongan paes:


1. Bentuk gajahan:
Beri tanda pada tengah dahi diukur dari tengah hidung yang panjangnyan 2-3 jadi dari alis
dan
besarnya 4 jari, gajahan berbentuk setengah bulatan ujung telur bebek
2. Pengapitt
Beri jarak kurang lebih ½ jari dari gajahan yang sudah dibuat kemudian beri tanda dengan
besar
2 jari , pengapit berbentuk NGUNDUP KANTIL(seperti bunga kantil) ujung pengapit
menghadap pangkkal alis
3. PenitisBeri jarak kurang lebih ½ jari dari pengapit kemudian beri tanda dengan besar 1,1/2
jari, penitis
berbentuk setengah bulatan ujung telur ayam, ujung penitis menghadap ke sudut alis
4. Godeg
Godeg dengan ukuran 1 jari yang batas panjangnya hingga ke ujung telinga, godeg berbentuk
ngudup turi (seperti bunga turi)
5. Pengisian pidih dilakukan setelah penataan rambut
Proses Penataan Rambut “Sanggul Bangun Tulak”
1.Bagi rambut klien menjadi 2 bagian. Bagian depan dijepit dengan pingkel yang berguna
untuk membuat sunggar dan bagian belakang diikat menjadi satu ikatan namun tidak
digulung digunakan untuk menutupi irisan daun pandan yang akan ditempelkan pada
rambut.
2.Pada bagian depan rambut ditengahnya diambil sedikit selebar 3 jari sebagai lungsen
digunakan untuk membentuk sanggul Bangun Tulak. Gulung dan jepit dengan rapi.
3.Lanjut dengan menyasak rambut klien, usahakan sasakan yang dibuat padat dan tidak
kopong. Rapikan menggunakan sisir penghalus sasak & beri hairspray setelah disasak
sedikit saja agar sasakan lebih kokoh. Selanjutnya dengan membentuk sunggar. Pastikan
pembuatan sunggar rapi, padat dan kokoh.
4.Kemudian setelah selesai membentuk sunggar, tempelkan irisan daun pandan yang telah
dibuat sebelumnya membentuk huruf U terbalik, dijepit dengan menggunakan harnal dan
jepit lidi. Keduanya dapat digunakan secara bersamaan agar irisan daun pandan tidak
goyang.
5.Setelah itu, rambut bagian belakang yang telah diikat dan disisakan dibagain belakang
digunakan untuk menutupi rambut klien, nah jika rambut klien terlalu sedikit atau tipis
dapat ditambahkan hairpiece.
6.Untuk menutupi bagian irisan daun pandan, bagi ikatan rambut menjadi 3 bagian (atas, kiri
dan kanan). Mulai menutupi irisan daun pandan pada bagian sebelah kiri, rambut
diarahkan dari bawah terlebih dahulu dan sisa rambut diarahkan keatas menutupi irisan
daun pandan. Lakukan hal yang sama pada sebelah kanan. Agar rambut tidak lepas dan
berantakan jepit menggunakan jepit lidi. Untuk membuat mata sipit pada sanggul, rambut
yang disisakan pada bagain tengah menutupi irisan daun pandan namun pada bagian
tengah, samping kiri dan kanan irisan daun pandan tidak ditutupi seluruhnya agar irisan
daun pandan terlihat sedikit seperti mata sipit. Setelah itu berikan hairnet, pastiakn hainet
diberikan dengan ketat agar sanggul tidak goyang. Hal ini dibuat agar dapat disusun
roncean bunga melati yang disebut bangun tulak pada sisi samping kiri dan kanan.
7.Setelah itu, buatkan lungsen yang telah disisakan sebelumnya dibagian depan tengah
rambut. Rapikan dan tarik kebelakang membelah sanggul Bangun Tulak. Bentuk sanggul
sendiri seperti kupu-kupu dan sering dikatakan “Ngupu”
8. Rapikan serat-serat rambut dan berikan hairspray agar rambut terlihat natural.
9. Isi cengkorongan dengan pidih sehingga terbentuk paes pengantin Solo Putri.
Proses Pemakaian Baju dan Aksesoris.

1.Wiru/Wiron : memakai wiru/wiron dengan posisi kaki rapat dan 1kaki maju kedepan.
Kemudian pakaikan wiru/wiron dilitlit hingga menjadi rok dan yang bagian depan yang
berwiron posisinya ditengah,jika sudah rapi dan tidak ada lagi kain yg menonjol pada
bagian perut,ikat bagian pinggang pengantin agar wiru/wiron tidak jatuh.
2. Stagen : Memakaikan stagen yaitu pada bagian pinggang dililit hingga sampai perut
dengan ketat kemudian kancing dengan peniti.
3. Lontorso/Kamisol : Memakaikan pengantin lontorso (kamisol) agar bentuk badan
pengantin lebih terlihat langsing.
4. Kebaya Bludru & Beff : Memakaikan kebaya bludru pada pengantin dan bagian
tengahnya memakai beff dengan mengaitkan beffnya menggunkan peniti.
5. Selop : Memakai selop tertutup dan berbahan bludru seperti kebaya yang dipakai oleh
pengantin.
Proses Pemakain Aksesoris.
1. Memasangkan cunduk menthul pada sanggul klien sebanyak 7 buah.
2. Memasangkan bros pada bef yang berbentuk seperti kebaya kutu baru, pemasangan
bros sebanyak tiga buah dengan jarak masing-masing 3 jari.
3. Memasangkan gelang, kalung, cincin dan anting-anting.
4. Memasangkan cunduk jungkat ditengah paes gajahan tepat pada ubun-ubun.
5. Memasangkan centung, letaknya diantara paes pengapit dan penitis.
6. Pasangkan simyok berada ditengah anatar melati bangun tulak.
7. Tanjungan atau sokan masing-masing disebelah kanan dan kiri sanggul bangun tulak
8. Tibo dodo Bawang Sebungkul dipasang pada sebelah kanan.
9. Sintingan atau Pengasih dipasang sebelah kiri namun panjangnya atau peletakkannya
tidak boleh lebih dari bahu.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Hakikat Modifikasi Hijab Dan Busana Pengantin Solo


Sejarah tata rias dalam kehidupan manusia telah dimulai sejak 6000 tahun yang lalu,
dan dilakukan oleh hampir oleh setiap masyarakat di dunia. Penelitian arkeologi pada
peninggalan bersejarah peralatan tata rias (kosmetik) menunjukkan bahwa bangsaMesir dan
Yunani kuno adalah yang pertama kali mengunakannya. Pada awal perkembangan kosmetik,
bangsa Mesir kuno menggunakan minyak jarak sebagai balsem pelindung, sedangkan
bangsa Romawi memanfaatkan campuran dari lilin sarang lebah,minyak zaitun dan sari
mawar sebagai krim pelindung kulit.Pada umumnya tata rias adalah suatu kegiatan
memadukan unsur-unsur senidalam mewujudkan keindahan pada penampilan seseorang
dengan mempergunakan bahan-bahan kosmetika tertentu (Irtawidjajanti : 2011). Rias wajah
bukan merupakansuatu hal baru, karena sejak ribuan tahun yang lalu sudah dikenal dan
diterapkankhususnya oleh kaum wanita, di mana setiap bangsa memiliki standar tertentu
akan articantik. Tata rias adalah seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan
wajah peran sesuai dengan tuntutan lakon. Selain itu tata rias adalah suatu ilmu
yangmempelajari tentang seni mempercantik diri sendiri atau orang lain
denganmenggunakan kosmetika. Pemakaian kosmetika untuk tata rias sendiri telah
dikenalsejak jaman dahulu, di mana kata kosmetikos bearti keterampilan berhias.Sementara
itu di jaman modern seperti sekarang ini konsep cantik dengan makeup sudah bergeser
menjadi cantik dengan memiliki tubuh yang sehat, berpenampilancantik, menarik serta
tampil muda. Fungsi pokok rias adalah mengubah watak seseorang, baik dari segi fisik, psikis,
dan sosial. Fungsi bantuan rias adalah untuk memberikantekanan terhadap perannya.
Sementara itu tujuan dari tata rias yaitu untuk memperelokdan mempercantik wajah dan
tubuh, baik dengan kosmetik maupun dengan bantuan bedah plastik. Tata rias pengantin
harus memiliki kekuatan untuk merubah wajah lebih berseri dan tampak istimewa dengan
tetap mempertahankan kecantikan alami yang bersifat personal. Make up pengantin
biasanya digunakan warna-warna yang kuat/tebal.Memakai foundation yang tebal, dilapisi
dengan bedak tabur dan padat, memakai eyeshadow yang mengkilap, rouge dan lipstik yang
menyala / warna-warna pastel. Menurut(Sayoga, 1984) tata rias pengantin adalah suatu
kegiatan tata rias wajah pada pengantinyang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang
ada dan menutupi kekurangan wajah pengantin. Menurut Sugiarto (Saryoto:2003 ), tata rias
pengantin adalah suatu kegiatantata rias wajah pada pengantin, yang bertujuan untuk
menonjolkan kelebihan yang adadan menutupi kekurangan pada wajah pengantin. Tata rias
pengantin di Keraton Kesunanan Surakarta dipilih berdasarkan uwoh pangolahing budi.
Gaya tata rias ini bentuk, warna, maupun cara penggunaannya dilandasi dengan lampah
batin(Himbokusumo, 1990: 1)
B.Makna Hijab
Hijab berasal dari kata hajaban yang arinya menutupi atau benda yang menutupi
sesuatu.Maka istilah hijab maknanya sangat luas. Dengan demikian hijab muslimah,
adalahsegala hal yang menutupi hal-hal yang dituntut untuk ditutupi bagi seorang
Muslimah.Jadi hijab muslimah bukan sebatas yang menutupi kepala, atau menutupi rambut,
ataumenutupi tubuh bagian atas saja. Namun hijab muslimah mencakup semua
yangmenutupi aurat, lekuk tubuh dan perhiasan wanita dari ujung rambut sampai
kaki.Menurut Muhammad Nasruddin, bahwa hijab bukanlah berupa pakaian wanita,akan
tetapi apa saja yang menutupi atau memisahkannya berupa tembok, kain korden atau yang
serupa. Dalam kamus arab, hijab jama’nya “hujubun” artinya penutup,tabir,tirai, layar,
sekat.Penyebutan Pengertian Hijab dalam Al-Qur’an dan Hadis .Sebagaimana diperjelas
dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi tentang hijab, antara lain. Firman Allah swt,dalam surat Al-
A’raf ayat 46.Dan diantara keduanya ( penghuni surga dan neraka) ada batas: dan diatas
A’raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari duagolongan itu dengan
tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:“Assalamu'alaikum”. Mereka
belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera(memasukinya)” (QS. Al-A’raf: 46).

Firman Allah dalam surat Al Israa’ ayat 45 “Dan apabila kamu membaca Al-Qur’anniscaya
kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat,suatu dinding yang tertutup”(QS.Al-Isra: 45)Firman Allah swt, dalam surat Al-Ahzab
53.“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi),maka
mintalah dari belakang tabir.Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dari hatimereka”.
(QS.Al-Ahzab:53) Firman Allah SWT dalam surat Shaad ayat 31-32.(Ingatlah)ketika di
pertunjukkan kepadanya kuda kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepatwaktu berlari
pada waktu sore. Maka ia berkata” sesungguhnya aku menyukai terhadapkesenangan
terhadap barang yang baik (kuda), sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu
hilang dari pandangan.”(QS.Shaad: 31-32). Firman Allah SWT dalam surat Fushilat ayat 5.
Mereka reka berkata: “hati kami berada dalam ketutupan (yangmenutupi) apa yang kami
seru kami kepadanya, dan ditelinga kami ada sumbatan dan diantara kami dan kamu ada
dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja pula)”.(QS Fushilat:5) Firman
Allah swt dalam surat Asy-Syura ayat 51 Dan tidak ada bagi seorang manusia bahwa Allah
berkata- kata dengan perantara wahyu ataupun di belakang tabir atau mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu di wahyukan kepadanyadengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia maha tinggi lagi maha bijaksana.” (QS.Asy-Syura:51)Indonesia saat ini
adalah Negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia dan juga termasuk kiblat fashion
muslimah dunia. Dalam tata rias pengantin solo putriawalnya tidak terdapat unsur
muslimah sama sekali sehinggan pada awalnya wanitamuslimah yang akan memakai busana
pengantin adat solo putri harus berfikir kembali,tetapi saat ini sudah banyak sekali inovasi
yang dilakukan para penata rias pengantin solo putri ini dengan menutup sanggul
menggunakan bahan-bahan tertentu tanpa mengubah bentuknya.
Tata Rias Pengantin Solo PutriTata rias pengantin wanita Solo Putri laksana putri raja dengan
paes hitam pekat menghiasi dahi. Rias rambut dengan ukel besar laksana bokor mengkureh
(bokortengkurep), berhias ronce melati tibo dodo, diperindah perhiasan cundhuk sisir
dancundhuk mentul di bagian atas konde. Sentuhan modifikasi pengantin Solo Putri dapat
dilihat dari gaya berbusana yang menggunakan kebaya panjang lace. Mulanya hanyakebaya
panjang lace warna putih, namun sekarang banyak pengantin Solo Putrimenggunakan
kebaya lace aneka warna. Riasan Solo Putri sering dikenakan oleh warga Solo dan Jawa
Tengah. Untuk pengantin perempuan mengenakan kebaya yangdipasangkan dengan kain
batik sebagai bawahannya. Kebaya tersebut memiliki model befatau kutu baru, serta
berpotongan panjang hingga selutut pengantin. Kebaya yangdigunakan lazimnya terbuat
dari beludru warna hitam, hijau, biru, merah, ungu, ataucoklat. Material beludru yang
digunakan bisa menambah kesan glamor dan elegan bagi pengantin yang mengenakannya.
Sementara, untuk kain bawahan batik yang digunakan biasanya merupakan motif khusus,
yaitu Sido Mukti, Sido Mulyo, dan Sido Asih, sertadiwiru atau terdapat lipatan pada bagian
depan kain, berkisar 9, 11, atau 13 lipatan.Sehingga saat pengantin wanita berjalan, wiru
akan melambai laiknya ekor burungmerak.Untuk riasan Solo Putri, memiliki ciri khas
tertentu antara lain paes hitam pekatdan cundhuk metul yang jumlahnya sekira 7-9 buah
yang menadakan pertolongan dariYang Maha Kuasa. Jumlah cundhuk metul tersebut juga
memiliki makna tersendiri.Misalnya, jumlah tujuh diartikan sebagai pertolongan,
sementara,jumlah sembilan melambahkan jumlah wali songo. Selain itu, riasan Solo Putri
juga disertai cundhuk sisirdan ronce melati tibo dodo atau untaian bunga melati yang
panjang menjuntai hingga ke bagian dada wanita. Bentuk sanggulnya adalah konde bokor
tengkurep yang ditutup dengan racik melati miji timun atau rajutan daun pandan dan melati.
C.Aksesories kepala
1.Cunduk Mentul

Cunduk mentul adalah atribut yang letaknya di kepala yang


menjulang tinggi ke atas. Cunduk mentul biasanya terdiri dari
5 sampai 7 bulatan. Meskipun pada dasarnya cunduk mentul
dapat berjumlah 1, 3, 5, 7 atau 9 dengan makna yang berbeda.
Cunduk mentul yang jumlahnya satu sebagai simbol atas
keesaan Tuhan. Berjumlah tiga sebagai simbol trimurti.Jika
berjumlah 5, adalah simbol rukun Islam. Jika berjumlah 7
sebagai simbol pertolongan karena tujuh dalam bahasa jawa
adalah “pitu” yang dipercaya sebagai simbol “pitulungan”.
Terbanyak berjumlah 9, sebagai simbol walisongo. Selain itu, cunduk mentul seharusnya dipasang
menghadap belakang. Sebagai simbol bahwa perempuan harus cantik saat terlihat dari depan
maupun belakang.
2.Gunungan

Gunungan juga diletakkan di kepala dan berbentuk seperti gunung. Bentuk gunung ini memiliki
makna bahwa gunung dipercaya oleh masyarakat terdahulu sebagai tempat yang sakral dan tempat
bernaungnya para dewa. Simbol ini diletakkan di kepala perempuan menandakan bahwa perempuan
harus juga dihormati oleh suaminya.

D.Busana
Busana pengantin adat Solo Putri untuk pengantin perempuan terdiri dari kebaya yang digunakan
sebagai baju atasan dan kain batik sebagai samping atau rok. Kebaya yang dikenakan oleh pengantin
wanita adalah kebaya panjang hingga lutut yang terbuat dari bahan beludru hitam. Penggunaan
bahan beludru untuk kebaya menambah kesan glamour dan elegan bagi pengantin, sedangkan
samping atau rok yang dipakai pengantin wanita menggunakan kain batik dengan motif Sido Mukti,
Sido Mulyo, atau Sido Asih yang diwiron (dilipat). Busana pengantin adat Solo Putri pada pengantin
pria mengenakan Beskap Langen Harjan, berupa kemeja berkerah dan bermanset yang dipadu
dengan batik bermotif sama dengan busana pengantin wanita yaitu Sido Mukti, Sido Mulyo, dan Sido
Asih. Perhiasan yang dikenakan pengantin pria berupa bros yang dipakai pada kerah dada sebelah
kiri dan memakai kalung karset atau kalung ulur dengan bros kecil di bagian tengah yang disebut
singetan. Ujung karset ditarik ke kiri dan diselipkan pada saku beskap sebelah kiri. Di bagian
pinggang, terdapat sabuk dan boro yang terbuat dari bahan cinde. Sebagai lambang kegagahan,
pengantin pria mengenakan keris berbentuk Ladrang dan diberi bunga kolong keris. Keris Ladrang
memiliki ukiran di tangkai yang disebut pendok dan diberi perhiasan berbentuk lingkaran bulat
seperti cincin disebut selut dan mendak. Keris ini diselipkan di bagian belakang sabuk. Proses
modifikasi dalam pembuatan busana pengantin adat Solo Putri dilakukan dengan mengadaptasi
beberapa bagian busana pengantin wanita adat Solo Putri dan mengubahnya menjadi tampilan yang
lebih praktis. Identifikasi masalah yang didapat yaitu bagaimana upaya panggung.
BAB
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemakaian adat
pengantin di wilayah Indonesia yaitu bagaimanakah bentuk simbol-simbol yang terdapat dalam
upacara adat pernikahan disetiap suku yang berbeda di wilayah Indonesia.,serta memiliki fungsi
simbolik, dan makna-makna simbol yang terdapat pada upacara pernikahan adat di wilayah Indonesia.
Tata rias dan tata busa pakem dan modifikasi yang digunakan sampai sekarang adalah
memberikan hal positif dalam kehidupan, melalui simbol pakaian, make up serta upacara adatnya
dimana semua memiliki simbol , makna, filosofi yang berbeda di setiap suku bangsa di Indonesia.

B. Saran
Adapun yang dapat diambil sebagai saran dalam pembuatan makalah tata rias
pengantin Indonesia ini adalah masih ada acara-acara adat yang masih lestari hingga
kini. Umumnya upacara adat ini Indonesia dimulai sejak mengandung,
melahirkan,menyapih,pengobatan penyakit,mencegah malapetaka dan upacara
kematian.
Masyarakat Indonesia setia menjaga adat istiadat yang menjadi kekayaan
budaya Nusantara ini, meski sudah berada di zaman yang serba modern ini.Untuk itu,
marilah kita lestarikan budaya kita agar tidak tertinggal oleh zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Aprilia (2015). Tata Rias Pengantin Bugis-Makasar. Jakarta: PT.Gramedia


Pustaka Utama
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT.Rhineka Cipta.
Chitrawati,S.(1993). Dasar – Dasar Trampil Tata Rias Rambut. Jakarta: PT.Karya
Utama
Depdiknas, (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Dewi Apriyanti (2015). Tata Rias Pengantin Bugis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
Hj. Tienuk Riefki, dkk.(2008). Kasatrian Ageng Selikuran & Kasatrian Ageng
Tata Rias Pengantin. Yogyakarta: Kanisius
Hj.. Abadi. S, (2011). 33 Sanggul Daerah Indonesia. Jakarta: Meutia Cipta Sarana
Dan Persatuan Ahli Kecantikan & Pengusaha Salon Indonesia “Tiara
Kusuma”
Kusuma (2011). 33 Sanggul Daerah Indonesia. Jakarta:PT.Percetakan Penebar
Swadaya
Kusumadewi, dkk.(1999). Pengetahuan Dan Seni Tata Rambut Modern. Jakarta:
PT.Carina Indah Utama
Kusumawardani. (2003). Modul Penataan Rambut. Malang: Tim Fakultas
Universitas Negeri Malang.
Leighbody. (1968). Hasil Belajar Psikomotor. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
M. Deddy. (2009). Kreasi Tata Rambut Pengantin. Jakarta: PT.GramediaPustaka
Utama.
Puspoyo, Widjanarko, Endang. (1995). Petunjuk Praktis Untuk Pratata Dan
Penataan Rambut. Jakarta: PT.Gramedia
Rostamailis, dkk.(2008). Tata Kecantikan Rambut Jilid II. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Rostamailis, dkk.(2008). Tata Kecantikan Rambut Jilid III. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Ryan.(1980). Keterampilan Belajar Mengajar. Bandung : CV.Alfabeta
Santoso, Tien.(1999). Sejarah Penganten Daerah Indonesia (Diktat). Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Simpson. (1959). Keterampilan (skill). Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada
Sudijono, Anas. (2014). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.Raja
Simpson. (1959). Keterampilan (skill). Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada
Sudijono, Anas. (2014). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada
Sugiyono.(2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Penataan Rambut. Jakarta: PT.Gramedia
Rostamailis, dkk.(2008). Tata Kecantikan Rambut Jilid II. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Rostamailis, dkk.(2008). Tata Kecantikan Rambut Jilid III. Jakarta: Departemen

Anda mungkin juga menyukai