Anda di halaman 1dari 6

225

TATA KELOLA PELABUHAN SUNGAI

Vico Axnur
FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293

Abstract: Duku River Port is the gateway to the arrival or mobilization of the community from and
to Pekanbaru and to other areas in Riau Province. The management of Duku River Port as the gate
of the area has not yet been accompanied by the optimization of authority and action. This study
tries to see the not yet optimal governance of the port from different perspectives of political and
government perspective. So the focus is on aspects of the implementation of management and
aspects of government action. This study bases itself on the theoretical assumptions of good
governance with the intent to see the management of Sungai Duku port as a series of actions by the
Government in improving services to the community and providing value added benefits. This study
uses a qualitative approach as an effort to trace various supporting data and analyzed by descriptive
analysis method. This study concludes that (1) the governance of Sungai Duku port is faced with
regulatory issues in which the siting is not clear and the role of local government, as well as on
issues of weak control over port activities and poor supervision. Furthermore, (2) the actor’s actions
in managing the Duku port can be seen from the actions of the port authority whose actions should
be based on regulatory mechanisms established by the central government, whereas the actions of
private actors are limited by the non-commercial port status.

Abstrak: Pelabuhan Sungai Duku merupakan pintu gerbang kedatangan atau mobilisasi masyarakat
dari dan ke Pekanbaru maupun menuju daerah lainnya yang ada di Provinsi Riau. Pengelolaan
Pelabuhan Sungai Duku sebagai gerbang daerah itu nyatanya belum dibarengi oleh optimalisasi
wewenang dan tindakan. Studi ini mencoba melihat belum optimalnya tata kelola pelabuhan itu
dari sudut pandang yang berbeda yaitu sudut pandang politik dan pemerintahan. Sehingga yang
menjadi fokusnya adalah pada aspek pelaksanaan pengelolaan dan aspek tindakan pemerintah. Kajian
ini mendasarkan diri pada asumsi teoritik tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)
dengan maksud untuk melihat pengelolaan pelabuhan Sungai Duku sebagai rangkaian tindakan
oleh Pemerintah dalam meningkatkan layanan kepada masyarakat dan memberikan nilai tambah
kemanfaatannya. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai upaya penelusuran berbagai
data pendukung dan dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Studi ini menyimpulkan bahwa
(1) Tata kelola pelabuhan Sungai Duku dihadapkan pada persoalan pengaturan yang didalamnya
belum jelas duduk dan peran pemerintah daerah, juga pada persoalan lemahnya pengendalian
terhadap aktifitas pelabuhan serta lemahnya pengawasan. Selanjutnya (2) tindakan aktor dalam
pengelolaan pelabuhan Sungai Duku dapat dilihat dari tindakan otoritas pelabuhan yang setiap
tindakannya harus mendasar pada mekanisme regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,
sedangkan tindakan aktor swasta dibatasi oleh status pelabuhan yang non komersil.
Kata Kunci: tata kelola, pelabuhan sungai, transparasi, akuntabilitas

PENDAHULUAN tercatat 400-600 orang menggunakan jasa


Peningkatan akfitias pelabuhan mestinya pelabuhan Sungai Duku sebagai sarana trans-
diperkuat oleh dukungan infrastruktur pela- portasi perairan yang memanfaatkan armada
buhan. Selain itu, keterpaduan sistem infor- speedboat milik swasta, aktivitas ini semakin
masi dan aksesibiliti pelabuhan juga diperlu- melonjak hingga30% yakni 520-780 orang
kan guna mendorong peningkatan kualitas pada hari libur.
pelayanan aktifitas pelabuhan Sungai Duku. Peningkatan aktivitas pelabuhan se-
Keterpaduan antara sarana utama, sarana pen- harusnya dipandang sebagai potensi meng-
dukung dan sistem informasi menjadikan geliatnya perekonomian sehingga secara spe-
kawasan pelabuhan semakin diminati sebagai sifik kawasan pelabuhan mendapatkan per-
alternatif transportasi maupun kunjungan wisata. lakuan khususnya dari alokasi anggaran guna
Menurut data dari Dinas Perhubungan peningkatan kualitas pelayanan baik kepada
Kota Pekanbaru dari Januari 2014 hingga De- pengunjung maupun penyedia jasa trans-
sember tahun 2016, rata-rata pada hari biasa portasi. Persoalannya, peningkatan kualitas

225
226 Jurnal Demokrasi & Otonomi Daerah, Volume 16, Nomor 3, September 2018, hlm. 165-256

layanan seperti peningkatan kualitas sarana (1) Pelabuhan laut lokal yang diselenggarakan
dan prasarana yang memudahkan orang untuk oleh Pemerintah (Unit Pelaksana Teknis/
mengetahui informasi pelayaran, informasi Satuan Kerja Pelabuhan) sebagaimana ter-
trayek, kondisi cuaca hingga yang paling spe- cantum dalam Lampiran I Keputusan ini, di-
sifik aspek insurance. serahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
Mengenai klasifikasi atau hierarki pela- di lokasi pelabuhan laut tersebut berada, se-
buhan, sebenarnya PP No. 69/2001 telah dibuat bagai tugas desentralisasi; (2) Pelabuhan laut
pengaturan yang jelas. Pelabuhan dibagi men- regional yang diselenggarakan oleh Peme-
jadi 3 (tiga) jenis, yaitu pelabuhan nasional rintah (Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja
dan internasional yang dikelola PT Pelindo; Pelabuhan) sebagaimana tercantum dalam
pelabuhan regional yang dikelola pemerintah Lampiran II Keputusan ini, dilimpahkan
propinsi; dan pelabuhan lokal yang pengelo- kepada Pemerintah Propinsi di lokasi pelabu-
laannya diserahkan kepada pemerintah kabu- han laut tersebut berada, sebagai tugas deko-
paten dan kota. Jika klasifikasi semacam ini sentrasi. Yang berbeda dalam SK Menteri
dapat dilaksanakan secara konsisten, akan Perhubungan No. KM 56/2002 tersebut adalah
memperjelas pembagian kewenangan dan kenyataan bahwa Propinsi hanya menerima
mekanisme hubungan antara Pusat – Propinsi pelimpahan kewenangan pengelolaan Pela-
– Kabupaten/Kota. Namun dalam prakteknya, buhan Regional sebagai tugas dekonsentrasi.
tidak ada kriteria yang jelas untuk memasuk- Padahal dalam UU No. 22/1999 dan PP No.
kan suatu pelabuhan ke dalam kategori nasio- 25/2000, sudah jelas diatur bahwa Propinsi
nal/internasional, regional, atau lokal. Demi- sebagai daerah otonom memiliki kewenangan
kian halnya dengan Pelabuhan Sungai Duku dalam pengelolaan Pelabuhan Regional. Ini
yang semestinya merupakan pelabuhan lokal berarti bahwa Pengelolaan Pelabuhan Regio-
pada kenyataannya dikategorikan sebagai pe- nal tersebut seharusnya adalah merupakan
labuhan regional yang berarti masih dalam ke- tugas desentralisasi. Apabila yang dimaksud
wenangan Dishub Riau dan pengawasannya dengan SK Menteri Perhubungan tersebut
dilakukan oleh Kanwil Dephub Riau. adalah pelimpahan kewenangan dalam bidang
Kondisi demikian tentu tidak baik se- pengelolaan Pelabuhan Regional sebagai tugas
bagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan dekonsentrasi; maka seharusnya ditetapkan
pelabuhan. Pemicunya tidak lain adalah rebu- bukan kepada Propinsi, akan tetapi seharusnya
tan hak pengelolaan pelabuhan. Sebanyak 57 kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah
kabupaten/kota sepakat untuk merebut penge- Pusat di Daerah.
lolaan pelabuhan dari PT Pelindo, setelah Dalam perspektif administrasi pemerin-
gugatan uji materiil (judicial review) terhadap tahan, kekeliruan dalam pembuatan keputusan
PP No 69/2001 tentang pelaksanaan teknis ke seperti tersebut di atas dapat berakibat mun-
pelabuhanan yang telah dikabulkan oleh MA. culnya tuntutan hukum tata usaha negara (TUN),
(Kompas, 11/8/2004). sebagai sebuah kelalaian dalam menjalankan
Mengenai penyerahan kewenangan atau administrasi negara. Di sisi lain, terlepas dari
desentralisasi pengelolaan pelabuhan kepada masalah hukum, pelimpahan wewenang se-
Propinsi, Kabupaten dan kota, ditetapkan ber- bagai tugas dekonsentrasi kepada Propinsi
dasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubu- (baca seharusnya: Gubernur sebagai Wakil
ngan No. KM 56/2002, tanggal 29 Agustus Pemerintah Pusat di Daerah) dalam Penge-
2002, Tentang Pelimpahan/penyerahan Penye- lolaan Pelabuhan, tampaknya memiliki alasan-
lenggaraan Pelabuhan Laut (Unit Pelaksana alasan tertentu yang dalam SK tersebut tidak
Teknis/Satuan Kerja) Kepada Pemerintah Pro- jelas disebutkan. Kecuali desentralisasi ke-
pinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam wenangan pengelolaan pelabuhan lokal kepada
Pasal 1 Keputusan tersebut ditetapkan sebagai Kabupaten/Kota, disertai alasan pengambilan
berikut: keputusannya sebagaimana tertuang dalam
Tata Kelola Pelabuhan Sungai (Axnur) 227

Pasal 4 SK Menteri Perhubungan No. KM 56/ nyajian laporan tersebut. Data tersebut mung-
2002. kin berasal dari naskah wawancara, catatan
Jika dicermati lebih dalam anatomi per- lapangan, videotape, dokumen pribadi, cata-
masalahannya, sesungguhnya daerah tidak tan atau memo, dan dokumen resmi lainnya
memiliki alasan yang kuat untuk mengambil (Moleong, 2001).
alih pelabuhan. Artinya, argumen yang mendu-
kung pengelolaan pelabuhan oleh Pemda, HASIL DAN PEMBAHASAN
sangatlah lemah karena hanya mengandalkan Pelabuhan merupakan salah satu mata
pada basis yuridis berupa Putusan MA yang rantai transportasi yang menunjang roda per-
mengabulkan uji materiil terhadap PP No 69/ ekonomian negara dan daerah. Perindustrian,
2001, namun kurang meyakinkan dari segi pertambangan, pertanian dan perdagangan
urgensi, efektivitas dan manfaat pengambil- pada umumnya membutuhkan jasa transportasi
alihan pengelolaan tersebut bagi masyarakat termasuk jasa pelabuhan sebagai rantai distri-
daerah. Sebaliknya, pemerintah Provinsi me- busi produk yang dihasilkan. Dengan demikian
miliki alasan pembenar untuk mengelola pela- dapat dilihat bahwa kompleksnya perenca-
buhan, namun terbentur oleh dasar hukum yang naan suatu pelabuhan.
lemah. Kewenangan pengelolaan pelabuhan Tindakan Para Aktor dalam Tata Kelola
bukan termasuk kewenangan yang dikecuali- Pelabuhan Sungai
kan sebagaimana diatur dalam pasal 7 UU No Otoritas Pelabuhan
22/1999. Dengan ketidakjelasan tersebut me- Jika merujuk pada regulasi yang ada ter-
ngakibatkan daerah tidak bisa mendapatkan utama UU Kepelabuhanan dan UU Pelayaran,
pemasukan dari sektor kelautan yang secara sejatinya UU tersebut telah mensyaratkan tim-
nyata dijamin Undang-Undang. bulnya inovasi dari otoritas pelabuhan khusus-
Lebih lanjut peran Pemda dalam bidang nya pengembangan Otoritas Pelabuhan untuk
pelabuhan laut sebagaimana diatur dalam UU mengawasi dan mengelola operasi dagang
No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran disebut- dalam setiap pelabuhan. Tanggung-jawab uta-
kan bahwa pemerintah daerah tidak hanya ma mereka adalah untuk mengatur, memberi
sebagai pelaksana (membangundan meng- harga dan mengawasi akses ke prasarana dan
operasikan), tetapi berkewenangan mengelola layanan pelabuhan dasar termasuk daratan dan
pelabuhan laut, yaitu jenis pelabuhan pe- perairan pelabuhan, alat-alat navigasi, kepan-
ngumpan, dan pelabuhan sungai/danau (pela- duan (pilotage), pemecah ombak, tempat pe-
buhan Sungai Duku termasuk dalam jenis su- labuhan, jalur laut (pengerukan) dan jaringan
ngai/danau itu). jalan pelabuhan.
Di Pelabuhan Sungai Duku terdapat dua
METODE buah gedung kantor, gedung yang pertama
Penelitian ini menggunakan pendekatan berfungsi untuk mengawasi jalannya aktfitas
penelitian kualitatif, yang dimaknai sebagai kerja di Pelabuhan yang diisi oleh Pegawai
suatu metode dalam meneliti status sekelom- Dinas Perhubungan bagian laut atau sungai
pok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu yang bertugas mengawasi pelaksanaan akti-
sistem pemikiran ataupun suatu kelas. Peng- fitas kerja para buruh (Porter) di Pelabuhan.
gunaan metode penelitian kualitatif ini berupa Mereka bertanggung jawab terhadap keber-
studi kasus dengan analisis deskriptif. Data hasilan perwujudan sistem transportasi sungai.
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan Gedung kantor yang kedua yakni terletak di
bukan angka-angka. Selain itu, semua yang di- lantai atas juga berfungsi sebagai tempat pe-
kumpulkan berkemungkinan menjadi kunci ngawasan yang diisi Dinas Perhubungan yang
terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan de- mengawasi turun naiknya para penumpang.
mikian, laporan penelitian akan berisi kutipan- Mengenai penyerahan kewenangan atau
kutipan data untuk memberi gambaran pe- desentralisasi pengelolaan pelabuhan kepada
228 Jurnal Demokrasi & Otonomi Daerah, Volume 16, Nomor 3, September 2018, hlm. 165-256

Propinsi, Kabupaten dan kota, ditetapkan pelabuhan laut sebagaimana diatur dalam UU
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhu- No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran disebut-
bungan No. KM 56/2002, tanggal 29 Agustus kan bahwa pemerintah daerah tidak hanya
2002, Tentang Pelimpahan/penyerahan Pe- sebagai pelaksana (membangundan meng-
nyelenggaraan Pelabuhan Laut (Unit Pelaksana operasikan), tetapi berkewenangan mengelola
Teknis/Satuan Kerja) Kepada Pemerintah pelabuhan laut, yaitu jenis pelabuhan pengum-
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. pan, dan pelabuhan sungai/danau (pelabuhan
Dalam perspektif administrasi pemerin- Sungai Duku termasuk dalam jenis sungai/danau
tahan, kekeliruan dalam pembuatan keputusan itu).
seperti tersebut di atas dapat berakibat mun-
culnya tuntutan hukum tata usaha negara (TUN), Peran Aktor Swasta dalam Pengelolaan
sebagai sebuah kelalaian dalam menjalankan pelabuhan Sungai
administrasi negara. Di sisi lain, terlepas dari Untuk menerapkan tata kelola Pelabuhan
masalah hukum, pelimpahan wewenang se- Sungai Duku dengan penerapan prinsip good
bagai tugas dekonsentrasi kepada Propinsi (baca governance sulit untuk direalisasikan meng-
seharusnya: Gubernur sebagai Wakil Peme- ingat status Pelabuhan yang bukan tergolong
rintah Pusat di Daerah) dalam Pengelolaan pelabuhan komersil (diusahakan oleh PT. Pe-
Pelabuhan, tampaknya memiliki alasan-alasan lindo), dengan status non komersil itu tentu
tertentu yang dalam SK tersebut tidak jelas saja peran sektor swasta dalam pengelolaan
disebutkan. Kecuali desentralisasi kewena- pelabuhan mutlak tidak ada peran karena swasta
ngan pengelolaan pelabuhan lokal kepada Ka- hanya sebatas pemanfaat/pengguna jasa laya-
bupaten/Kota, disertai alasan pengambilan nan pelabuhan dengan melakukan kegiatan
keputusannya sebagaimana tertuang dalam sewa menyewa tempat yang disediakan oleh
Pasal 4 SK Menteri Perhubungan No. KM 56/ otoritas pelabuhan maupun sebagai penyedia
2002. jasa transportasi.
Jika dicermati lebih dalam anatomi per- Status Pelabuhan Sungai Duku sebagai
masalahannya, sesungguhnya daerah tidak pelabuhan non komersil dan dikelola langsung
memiliki alasan yang kuat untuk mengambil oleh Pemerintah mempersempit peran stake-
alih pelabuhan. Artinya, argumen yang men- holder lain (masyarakat dan swasta) untuk me-
dukung pengelolaan pelabuhan oleh Pemda, ngambil peran dalam peningkatan kapasitas
sangatlah lemah karena hanya mengandalkan dan kualitas layanan pelabuhan. Hampir semua
pada basis yuridis berupa Putusan MA yang aspek layanan pelabuhan dikendalikan oleh
mengabulkan uji materiil terhadap PP No 69/ otoritas pelabuhan, pada akhirnya sektor swasta
2001, namun kurang meyakinkan dari segi tidak dapat berperan sama sekali dalam mem-
urgensi, efektivitas dan manfaat pengambil- berikan masukan guna pengembangan pela-
alihan pengelolaan tersebut bagi masyarakat buhan.
daerah. Pemerintah daerah perlu mencari solusi
Sebaliknya, pemerintah Provinsi memi- atas persoalan tersebut dengan melibatkan
liki alasan pembenar untuk mengelola pelabu- berbagai stakeholder terkait dalam pelaksa-
han, namun terbentur oleh dasar hukum yang naan pembangunan, misalnya pihak swasta,
lemah. Kewenangan pengelolaan pelabuhan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
bukan termasuk kewenangan yang dikecuali- dan Non Governmental Organisation (NGO),
kan sebagaimana diatur dalam pasal 7 UU No serta dan lain-lain. Keterlibatan berbagai pi-
22/1999. Dengan ketidakjelasan tersebut me- hak ini memiliki peran penting untuk mem-
ngakibatkan daerah tidak bisa mendapatkan bantu pemerintah mengingat tidak semua akti-
pemasukan dari sektor kelautan yang secara vitas pembangunan mampu dikerjakan oleh
nyata dijamin Undang-Undang. pemerintah sendiri terutama dalam hal keter-
Lebih lanjut peran Pemda dalam bidang sediaan skill SDM dan finansial sehingga
Tata Kelola Pelabuhan Sungai (Axnur) 229

perlu keterlibatan pihak swasta. Bentuk kerja- lebih dari itu sebagaimana telah dijelaskan
sama yang melibatkan pihak swasta ini dikenal dalam bab pendahuluan bahwa pengelolaan
dengan public private partnership (PPP). pelabuhan bukan sekedar aktifitas transportasi
Lebih lanjut ada tiga hal yang mendorong dan pelayanan namun juga sistem yang ada
pemerintah untuk melakukan kerjasama pe- secara keseluruhan.
merintah dan swasta public private partner- Merujuk pada Peraturan Pemerintah No-
ship (PPP) karena masalah keterbatasan dana, mor 61 tahun 2009 Tentang Kepelabuhan
efisiensi dan efektivitas pemerintahan, dan Pasal 1, pelabuhan dimaknai sebagai tempat
pertanggungjawaban pemerintah kepada mas- yang terdiri atas daratan dan/atau perairan
yarakat. Sebagai suatu daerah yang baru ber- dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kembang tentunya pemerintah daerah tidak kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengu-
dapat mengandalkan sumber daya yang ada sahaan yang dipergunakan sebagai tempat
(keuangan dan SDM). Disini pemerintah daerah kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/
butuh menarik pihak swasta untuk melakukan atau bongkar muat barang, berupa terminal
investasi tidak hanya dalam bentuk dana tetapi dan tempat berlabuh kapal yang di lengkapi
juga peningkatan skill SDM nya untuk mem- dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
bangun dan memelihara infrastruktur yang pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
belum dan sudah tersedia dalam rangka me- serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
nyejahterakan masyarakat. antar moda transportasi. Maka berkaitan de-
ngan itu, Pelabuhan Sungai Duku adalah tipe
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tata pelabuhan penumpang (naik/turun penum-
Kelola Pelabuhan Sungai pang).
Pelabuhan sebagai salah satu unsur da-
lam penyelenggaraan pelayaran memiliki pe- SIMPULAN
ranan yang sangat penting dan strategis se- Tata kelola pelabuhan Sungai Duku di-
hingga penyelenggaraannya dikuasai oleh Pe- pengaruhi oleh aspek pengaturan (regulasi) ya-
merintah dan pembinaannya dilakukan oleh ng di dalamnya tidak menjelaskan secara tegas
pemerintah pada berbagai tingkatan (Peme- posisi kewenangan tata kelola pelabuhan oleh
rintah Pusat dan Daerah) dalam rangka menun- Pemerintah Pusat atau Daerah. Pengelolaan
jang, menggerakkan dan mendorong penca- Pelabuhan dibagi dalam dua otoritas yaitu oto-
paian tujuan nasional, menetapkan wawasan ritas pelabuhan (aspek keamanan dan kese-
nusantara serta memperkukuh pertahanan na- lamatan pelabuhan) serta otoritas kesyah-
sional. Pembinaan pelabuhan yang dilakukan bandaran yang menaungi aspek kelaiklautan.
oleh pemerintah meliputi aspek pengaturan, Adanya dua otoritas dalam satu tempat tentu
pengendalian dan pengawasan. Aspek pe- berdampak pada tumpangtindihnya kegiatan
ngaturan mencakup perumusan dan penentuan yang akan dilaksanakan (harmonisasi dan sink-
kebijakan umum maupun teknis operasional. ronisasi peraturan). Selain aspek pengaturan,
Aspek pengendalian mencakup pemberian juga diketahui aspek pengendalian sebagai
pengarahan, bimbingan dalam pembangunan faktor yang mempengaruhi tata kelola Pela-
dan pengoperasian pelabuhan. Sedangkan as- buhan Sungai Duku. Aspek pengendalian me-
pek pengawasan dilakukan terhadap penye- nyangkut kegiatan pemberian pengarahan dan
lenggaraan kepelabuhanan. bimbingan dalam pembangunan, aspek ini
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat tidak berjalan karena Pelabuhan Sungai Duku
bahwa kapasitas sumber daya manusia dalam tidak dianggap sebagai prioritas kedatangan
menggerakkan aktifitas pelabuhan menjadi masyarakat. Terakhir adalah aspek penga-
faktor utama geliat aktifitas pelabuhan. Geliat wasan yang meliputi pengawasan operasional
aktifitas pelabuhan tidak hanya menyangkut pelabuhan dan pengawasan kelaiklautan. As-
moda transportasi yang disediakan saja namun pek ini walaupun tidak optimal namun masih
230 Jurnal Demokrasi & Otonomi Daerah, Volume 16, Nomor 3, September 2018, hlm. 165-256

diselenggarakan karena menyangkut keamanan Otonomi Daerah dan Implikasinya,


dan keselamatan pengguna jasa layanan Total Media, Yogyakarta
pelabuhan dan transportasi. Joko Widodo, 2001, Good Governance :
Tindakan aktor dalam tata kelola Pela- Telaah dari Dimensi : Akuntabilitas dan
buhan Sungai Duku dilihat dari dua peran aktor Kontrol Birokrasi pada Era
yaitu otoritas pelabuhan dan aktor swasta. Desentralisasi dan Otonomi Daerah,
Peran otoritas pelabuhan tentu merujuk pada Insan Cedekia: Surabaya.
peraturan perundang-undangan yang ada yaitu Karhi S Nisjar, 1997, Beberapa Catatan
undang-undang pelayaran dan undang-undang Tentang Good Governance, dalam Jurnal
kepelabuhanan. Penetapan Pelabuhan Sungai Administrasi dan Pembangunan, Jakarta.
Duku sebagai pelabuhan non komersil yang Khairul Ikhwan Damanik et. al., 2010, Otonomi
pengusahaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Etnonasionalisme, Dan Masa
memperkecil peluang pengembangan pelabu- Depan Indonesia, Yayasan Pustaka Obor
han oleh swasta. Timbulnya opsi perubahan Indonesia, Jakarta
status pelabuhan menjadi Badan Layanan Latif Adam dan Inne Dwiastuti (Jurnal
Umum (BLU) belum ditanggapi secara pasti Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2),
oleh Pemko Pekanbaru karena Pemko tidak Desember 2015) Membangun Poros
memprioritaskan Pelabuhan Sungai Duku. Maritim Melalui Pelabuhan.
Terkait dengan status non komersial itu, tentu Lexi J Moleong, 2001.Metode Penelitian
saja peran sektor swasta terbatas hanya pada Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung
penyediaan layanan transportasi bukan pada M. Finsa Bagus Prastantio dan M. G. Wi Endang
pengelolaan Pelabuhan. Terbatasnya peran N. P. Analisis Good Corporate Governance
swasta dalam pengelolaan berdampak pada Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan
lambatnya geliat perkembangan pelabuhan (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia II
baik khususnya dari sisi ekonomis. (Persero) Cabang Palembang).
Noer Fauzi dan R. Yando Zakaria, 2000,
DAFTAR RUJUKAN Mensiasati Otonomi Daerah, Konsorsium
Bagir Manan, 2001, Menyongsong Fajar Pembaruan Agraria Bekerjasama dengan
Otonomi Daerah, PSH FH-UII, INSIST “Press”, Yogyakarta
Yogyakarta Radityo Pramoda, Armen Zulham, dan Yesi
Diana Halim K, 2004, Hukum Administrasi Dewita Sari. Kebijakan Penetapan
Negara, Ghalia Indonesia, Bogor Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
H. M. Busrizalti, 2013, Hukum Pemda Bitung Sebagai Kawasan Inti Minapolitan.

Anda mungkin juga menyukai