Kisi Fikih
Kisi Fikih
Mengkafani mayat
11. Talak dan Rujuk d. Ditinjau dari segi boleh atau tidaknya rujuk
Talak adalah makruh. Akan tetapi hukum tersebut 1. Talak raj’i yaitu Talak yang dijatuhkan suami
dapat berubah dalam kondisi-kondisi tertentu. Berikut kepada istri dimana istri boleh dirujuk kembali
penjelasan ringkasnya: sebelum masa iddah berakhir.
a. Hukum Talak menjadi wajib, bila suami istri sering 2. Talak bain, yaitu talak yang menghalangi suami
bertengkar dan tidak dapat didamaikan yang untuk rujuk kembali kepada istrinya. Talak bain ini
mengakibatkan rusaknya kehidupan ruamh tangga. terbagi menjadi dua:
b. Hukum Talak menjadi sunnah, jika suami tidak a) Talak bain kubra, yaitu Talak tiga
sanggup memberi nafkah. b) Talak bain sugra
c. Hukum Talak menjadi haram, jika dengan Talak yang menyebabkan istri tidak boleh dirujuk,
terjadinya talak antara suami istri akan mendatangkan akan tetapi ia boleh dinikahi kembali dengan akad dan
madharat yang lebih besar bagi kedua belah pihak mas kawin baru, dan tidak harus dinikahi terlebih
(suami istri). dahulu oleh laki-lak lain, seperti talak dua yang telah
habis masa iddahnya.
Macam-macam Talak
a. Ditinjau dari proses menjatuhkannya. Rujuk
1) Talak dengan ucapan Rujuk adalah kembalinya suami kepada istrinya yang
Talak dengan ucapan terbagi menjadi dua: telah dicerai, bila istrinya masih dalam masa iddah.
a) Sarih (tegas), yaitu mengungkapkan lafaz} t}alak Hukum Rujuk
yang tidak mungkin Hukum asal rujuk adalah boleh (jaiz), kemudian dapat
dipahami makna lain kecuali talak. Seperti ungkapan berkembang sesudai dengan keadaan yang mengiringi
seorang suami keapada istri yang ia Talak, “Engkau proses rujuk tersebut. Berikut rangkuman hukum
sudah berpisah denganku”. rujuk:
b) Sindiran, yaitu mengungkapkan satu lafaz yang a. Haram, apabila rujuk mengakibatkan kerugian atau
memiliki kemungkinan makna talak atau yang lainnya. kemadharatan di pihak istri.
Seperti ungkapan seorang suami kepada istri yang ia b. Makruh, apabila bercerai lebih bermanfaat daripada
talak, "Pulanglah engkau ke rumah orang tuamu". rujuk.
Talak dengan sindiran harus disertai niat men T}alak. c. Sunnah, apabila rujuk lebih bermanfaat dibanding
2) Talak dengan tulisan meneruskan perceraian
3) Talak dengan isyarat. Jenis Talak ini hanya berlaku d. Wajib, hukum ini dikhususkan bagi laki-laki yang
bagi orang yang tidak dapat berbicara atau menulis. beristri lebih dari satu jika salah seorang di Talak
sebelum gilirannya disempurnakan.
b. Ditinjau dari segi jumlahnya
1. Talak satu, yaitu talak satu yang pertama kali 12. Cara menghitung waris
dijatuhkan suami kepada istriya.
2. Talak dua yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada 13. Sumber Hukum Muttafaq (Disepakati)
istrinya untuk yang kedua kalinya. • Al-qur’an
3. Talak tiga ialah talak yang dijatuhkan suami kepada − Al-Qur’an menurut bahasa dari kata يَ ْق َر-َقَ َر أ
istrinya untuk yang ketiga kalinya قرْ أَنًا- أartinya bacaan atau yang dibaca.
− Dari ketiga definisi pengertian tersebut dapat
c. Ditinjau dari segi keadaan istri ditarik sebuah kesimpulan bahwa
− al-Qur’an merupakan kalam Allah Swt. yang − Secara bahasa ijma’ ( ) االجماعberarti sepakat
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, atau konsensus dari sejumlah orang terhadap
dengan menggunakan bahasa Arab, yang sesuatu.
penukilannya disampaikan secara mutawatir, − ijma’ yang didasarkan atas kesepakatan para
dari generasi ke generasi, hingga sekarang mujtahid. Kesepakatan yang berasal dari
ini. selain mujtahid tidak dinamakan ijma’.
− Isi kandungan al-Qur’an meliputi : − Yang menjadi rukun dalam ijma’ harus satu,
1) Tauhid yaitu kesepakatan ulama’, apabila tidak ada
2) Ibadah kesepakatan maka itu bukan ijmak’.
3) Janji dan ancaman − Syarat-syarat:
4) Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan 1) Haruslah orang yang melakukan ijma’ itu
akhirat dalam jumlah banyak, dan tidal dikatakan
5) Riwayat dan cerita (qishah umat ijma’ apabila hanya satu orang mujtahid
terdahulu). 2) Seluruh mujtahid menyetujui hukum
− Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama syara’ yang telah mereka putuskan dengan
dalam Islam dan menempati kedudukan tidak memandang negara, kebangsaan dan
pertama dari sumber-sumber hukum Islam golongan mereka
yang lain, ia merupakan aturan dasar yang 3) Mujtahid yang melakukan kesepakatan
paling tinggi. mestilah terdiri dari berbagai daerah Islam.
− Pedoman Al-qur’an: 4) Kesepakatan itu haruslah dilahirkan oleh
1) Tidak memberatkan ( عدَم ْال َح َرج
َ ) dari masing-masing mereka secara tegas
2) Meminimalisir beban terhadap peristiwa itu, baik lewat perkataan
3) Berangsur angsur dalam menetapkan maupun perbuatan
hukum 5) Kesepakatan hendaklah dilakukan oleh
• Al-Hadist mujtahid yang bersifat dan menjauhi halhal
− Hadis menurut bahasa mempunyai beberapa yang bid’ah:
pengertian, yaitu baru ( ) جديد, dekat )قري, dan 6) Hendaklah dalam melakukan ijma’
berita ()خبر mujtahid bersandar kepada sandaran huku
− Segala sesuatu yang disandarkan kepada yang disyari’atkan baik dari nash maupun
Nabi Saw. baik berupa perkatan, perbuatan, qiyas
ketetapan (taqrir) dan sebagainya. − Macam-macam:
− Macam-macam: Dilihat dari cara memperolehnya:
1) Hadis qauliyah (perkataan) 1) Ijma’ sharih adalah kebulatan yang
2) Hadis fi’liyah (perbuatan) dinyatakan oleh mujtahidin (para mujtahid)
3) Hadis taqririyah (ketetapan) 2) Ijma’ sukuti, yaitu kebulatan yang
− Fungsi hadis terhadap al-quran: dianggap seorang mujtahid mengeluarkan
1) Bayanut taqrir: menetapkan dan pendapatnya dan diketahui oleh mujtahidin
menguatkan atau menggarisbawahi suatu lainnya, tetapi mereka tidak menyatakan
hukum yang ada dalam al-Qur’an, sehingga persetujuan atau bantahannya.
hukum hukum itu mempunyai dua sumber,
yaitu ayat yang menetapkannya dan hadis Dilihat dari penunjuk:
yang menguatkannya. Contoh: hadis tentang 1) Ijma’ qat’i dalalah terhadap hukumnya;
penetapan bulan dengan kewajiban puasa di artinya, hukum yang ditunjuk sudah dapat
bulan Ramadhan. dipastikan kebenarannya, atau bersifat qat’i
2) Bayanut tafsir: menjelaskan atau memberi sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi dan
keterangan menafsirkan dan merinci redaksi tidak perlu diijtihadkan kembali.
al-Qur’an yang bersifat global (umum). 2).Ijma’ zanni dalalah terhadap hukumnya;
3) Bayanut tasyri’: menetapkan hukum yang artinya, hukum yang dihasilkannya
tidak dijelaskan oleh al-Qur’an. Contoh pada kebenarannya bersifat relatif atau masih
masalah zakat, al-Qur’an tidak secara jelas bersifat dugaan. Karena itu, masih terbuka
menyebutkan berapa yang harus dikeluarkan untuk dibahas lagi dan tertutup kemungkinan
seorang muslim dalam mengeluarkan zakat ijtihad lainnya, hasil ijtihadnya bukan
fitrah. merupakan pendapat seluruh ulama mujtahid.
• Ijmak • Qiyas
− bahasa qiyas diartikan dengan mengukur • Istihsan
sesuatu dengan sesuatu yang lain − menurut bahasa mempunyai arti
− qiyas ialah menghubungkan atau ”menganggap baik”
memberlakukan ketentuan hukum, sesuatu 1) Menguatkan qiyas khafi atas qiyas jali.
persoalan yang sudah ada ketetapannya di Contohnya wanita yang sedang haid boleh
dalam nash kepada persoalan baru karena membaca al-Qur’an berdasarkan istihsan dan
keduanya mampunyai persamaan ‘illat. haram menurut qiyas.
− Rukun qiyas: Qiyas: wanita haid itu diqiyaskan kepada
1) Adanya pokok junub dengan illat sama-sama tidak suci.
2) Adanya cabang Orang junub haram membaca al-Qur’an,
3) Adanya ketetapan maka orang haid juga haram membaca al-
4) Adanya kesamaan sifat Qur’an.
− Macam-macam: Istihsan : haid berbeda dengan dengan junub,
1) Qiyas Aula yaitu apabila illat mewajibkan karena haid waktunya lama sedang junub
adanya hukum dan keadaan far’un lebih waktunya sebentar, maka wanita haid tidak
utama mendapatkan hukum (tersebut) dapat melakukan ibadah dan tidak mendapat
daripada ashl. Contoh; mengqiyaskan pahala, sedangkan laki-laki dapat beribadah
memukul orang tua dengan mengatakan “ah” setiap saat.
kepada keduanya adalah haram hukumnya 2) Ketentuan hukum kuliy (umum) kepada
karena sama-sama menyakiti. ketentuan hukum juz’i (khusus), kebolehan
2) Qiyas MuSawi yaitu apabila ‘illat dokter melihat aurat wanita dalam proses
mewajibkan adanya hukum dan keadaan pengobatan. Contohnya: menurut kaidah
far’un sama dengan ashl untuk mendapatkan umum seseorang dilarang melihat aurat orang
hukum. Contoh; mengqiyaskan membakar lain. Tapi, dalam keadaan tertentu seseorang
harta anak yatim dengan memakannya harus membuka bajunya untuk di diagnose
tentang haram hukumnya dengan ‘illat rusak penyakitnya. Maka, untuk kemaslahatan
dan habis orang itu, menurut kaidah istihsan seorang
3) Qiyas dilalah yaitu apabila illat yang ada dokter dibolehkan melihat aurat wanita yang
menunjukkan kepada hukum, tetapi tidak berobat kepadanya.
mewajibkannya. Contoh; mengqiyaskan − Ulama yang menerima: Jumhur Malikiyah
harta anak kecil dengan harta orang yang dan Hanabilah, Hanafiyah
sudah baligh dalam hal wajib membayar − Ulama yang menolak: Ulama Syafi’iyah
zakat dengan ‘illat samasama berkembang • Istishab
dan bertambah − menjadikan hukum yang telah tetap pada
4) Qiyas syabah yaitu qiyas yang keadaan masa lampau terus berlaku sampai sekarang
far’un padanya bolak balik antara dua ashl karena tidak diketahui adanya dalil yang
lalu ia dihubungkan dengan ashl yang lebih merubahnya.
banyak persamaannya dengannya. Contoh − Macam-Macam:
;hamba sahaya yang cacat karena kejahatan 1) Istishab al-‘Adam yaitu tidak adanya suatu
orang lain, apakah dalam masalah wajib hukum yang ditiadakan oleh akal
dhaman (ganti rugi), ia diqiyaskan dengan berdasarkan asalnya dan tidak pula
orang merdeka karena sama-sama anak ditetapkan oleh syara’. Contohnya : shalat
Adam atau diqiyaskan dengan benda karena yang keenam itu tidak ada, diwajibkan sholat
harta milik. Persamaannya dengan harta lebih lima waktu alam sehari semalam.
banyak dari pada persamaannya dengan 2) Istishab umum atau nash sampai datang
orang merdeka, karena ia dapat dijual, dalil yang merubahnya berupa mukhasish
dipusakai, dihibahkan dan diwakafkan atau nasikh.
5) Qiyas adna yaitu qiyas yang far’unnya 3) Istishab hukum yang ditunjukkan oleh
lebih rendah kedudukannya dari pada ashl syara’ tetapnya dan kekalnya karena ada
untuk mendapatkan hukum (yang sama). sebabnya. Contohnya: seorang wanita
Contoh; mengqiyaskan perhiasan perak bagi menjadi halal bagi seorang laki-laki sebab
laki-laki dengan perhiasan emas tentang adanya akad nikah yang sah, dan hukum halal
haram hukumnya, dengan ‘illat berbangga- terus berlaku selama tidak ada hukum yang
bangga. merubahnya, misalnya talak, fasakh dan
sebagainya.
Sumber Hukum Mukhtalaf (Tidak disepakati)
4) Istishab keadaan ijma’ atas sesuatu hukum mendatangkan madharat dan menghilangkan
(untuk terus berlaku) pada tempat yang kemaslahatan.
diperselisihkan. Contohnya: sebagian ulama − Urf shahih dapat dijadikan hujjah sedangkan
mengatakan, bahwa orang shalat dengan urf fasid tidak
tayammum kemudian saat sedang shalat tiba- • Sadzudz Dzariah
tiba dijumpainya air, maka shalatnya batal. − menutup jalan atau mencegah hal-hal yang
− Ulama yang Menerima: Ulama Malikiyah, bisa membawa atau menimbulkan terjadinya
Syafi’iyah, Hanabilah, Zhahiriyah, Syi’ah kerusakan
− Ulama yang ditengah-tengah: Ulama − Pengelompokkan: Hal 43
Hanfiyyah − Ulama yang menerima: Imam Malik
− Ulama yang menolak: Ulama Mutakallimin − Ulama yang menolak: Imam Abu Hanifah
• Maslahah Mursalah dan Imam Syafi’i
− maslahah yang tidak ada dalil syara’ datang • Syar’u Man Qablan
untuk mengajuinya dan menolaknya − syari’at yang diturunkan Allah kepada umat
− Ulama yang menolak: Jumhur ulama sebelum umat Nabi Muhammad Saw.
− Ulama yang menerima: Imam Malik, Imam − Macam-macam:
Syafi’i 1) Dinasakh syariat kita (syariat Islam).
− Syarat: Tidak termasuk syariat kita menurut
1) Maslahah itu harus jelas dan pasti, bukan kesepakatan semua ulama. Contoh : Pada
hanya berdasarkan anggapan atau perkiraan. syari’at nabi Musa As. Pakaian yang terkena
2) Maslahah itu bersifat umum, bukan untuk najis tidak suci, kecuali dipotong apa yang
kepentingan pribadi. kena najis itu.
3) Hukum yang ditetapkan berdasarkan 2) Dianggap syariat kita melalui al-Qur’an
maslahah ini tidak bertentangan dengan dan al-Sunnah. Ini termasuk syariat kita atas
hukum atau prinsip yang telah ditetapkan kesepakatan ulama. Contoh : Perintah
dengan nash atau ijma’. menjalankan puasa
• Urf 3) Tidak ada penegasan dari syariat kita
− Urf menurut bahasa artinya adat kebiasaan apakah dinasakh atau dianggap sebagai
− Macam-macam: syariat kita
1) Segi Sifatnya: − Sebagian ulama seperti Imam Abu hanifah,
a) ‘Urf amaliy, yaitu ‘urf yang didasarkan Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam
kepada praktik atau perbuatan yang berlaku Ahmad bin Hamba : ”syariat untuk umat
dalam masyarakat secara terus-menerus. sebelum kita juga berlaku untuk syariat kita”.
Contohnya, berbagai transaksi yang • Mahzab Shahabi
dilakukan oleh masyarakat dengan cara − Pendapat sahabat Rasulullah Saw.
tertentu. − Macam-macam:
b) ‘Urf qauliy atau disebut juga ‘urf lafdzi 1) Perkataan sahabat terhadap hal-hal yang
yaitu kebiasaan masyarakat dalam tidak termasuk objek ijtihad.
menggunakan lafal atau ungkapan dan 2) Perkataan sahabat yang disepakati oleh
ucapan tertentu. Contohnya, kata atau sahabat yang lain.
ungkapan “ “ الولدuntuk menyatakan anak 3) Perkataan sahabat yang tersebar di antara
laki-laki para sahabat yang lainnya dan tidak diketahui
ada sahabat yang mengingkarinya atau
2) Segi Wujudnya: menolaknya
a) ‘Urf shahih (baik), yang telah diterima oleh − Ulama yang Menerima: Imam Maliki, Abu
masyarakat secara luas, dibenarkan oleh Bakar Ar-Razi, Abu Said sahabat Imam Abu
pertimbangan akal sehat membawa kebaikan Hanifah, begitu juga Imam Syafi’i dalam
dan kemaslahatan, menolak kerusakan, dan qaul qadimnya, termasuk juga Imam Ahmad
tidak menyalahi ketentuan nash al-Qur’an Bin Hanbal
dan as-Sunnah. Sebagai contoh Hadiah − Ulama yang menolak: jumhur Asya’riyah
bukan maskawin untuk Wanita dan Mu’tazilah, Imam Syafi’i dalam qaul
b) ‘Urf fasid, yaitu adat istiadat yang tidak jadidnya (baru) juga Abu Hasan al-Kharha
baik, yang bertentangan dengan nash al- dari golongan Hanafiyah
Qur’an dan as-Sunnah serta kaidah-kaidah
agama, bertentangan dengan akal sehat, 14. Hubungan Konsep Ijtihad dan bermahzab
• Ijtihad adalah pengerahan daya nalar secara e. Al-Ibahah (mubah)
maksimal
• Usaha ijtihad dilakukan oleh orang yang
telah mencapai derajat tertentu di bidang
keilmuan yang disebut faqih;
• Produk atau yang diperoleh dari usaha ijtihad
itu adalah dugaan yang kuat tentang hukum
syara’ yang bersifat amaliah;
• Usaha ijtihad ditempuh melalui cara-cara
istinbath.
• Para mujtahid yang mendapatkan pahala
adalah yang benar-benar mempunyai
keahlian dan memenuhi syarat untuk
melakukan ijtihad. Bagi mereka yang tidak
memiliki keahlian melakukan ijtihad, maka
haruslah taqlid atau mengikuti pendapat yang • Hukum Wadh’I yang menyebabkan ada atau
telah ditetapkan oleh para imam mazhab. tidak adanya hukum taklifi disebut hukum
• Dari penjelasan hakikat taqlid yang wadh’i. Ada 5:
merupakan kriteria dari taqlid dan a. Sebab
dihubungkan pula dengan ijtihad dan b. Syarat
mujtahid, maka terlihat ada tiga lapis umat c. Mani (penghalang)
Islam sehubungan dengan pelaksanaan 1) Mani’ terhadap hukum, yaitu sesuatu yang
hukum Islam atau syara’, yaitu: ditetapkan oleh syari’at yang menjadi
1. Mujtahid, yaitu orang yang mempunyai pendapat penghalang bagi hukum. Contohnya haid
yang dihasilkan melalui ijtihadnya sendiri, beramal bagi wanita yang menjadi mani’
dengan hasil ijtihadnya dan tidak mengikuti hasil (penghalang) untuk melaksanakan shalat.
ijtihad lainnya.ini yang disebut mujtahid muthlaq. 2) Mani’ terhadap sebab, yaitu suatu
2. Muqallid, yaitu orang yang tidak mampu penghalang yang ditetapkan oleh syari’at
menghasilkan pendapatnya sendiri, karena itu ia yang menjadi penghalang berfungsinya
mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sebab. Contohnya berhutang menjadi mani’
kekuatan dan dalil dari pendapat yang diikutinya itu. (penghalang) wajibnya zakat pada harta yang
3. Muttabi’, yaitu orang yang mampu menghasilkan dimiliki.
pendapat, namun dengan cara mengikuti metode dan d. Azimah dan Rukhshah
petunjuk yang telah dirintis oleh ulama sebelumnya. Azimah adalah hukum yang berkaitan
Mujtahid dalam peringkat mujtahid muntasib, dengan perbuatan mukallaf tanpaadanya
mujtahid mazhab, mujtahid murajjih, dan mujtahid uzur. Contohnya kewajiban sholat lima
muwazin. waktu sejak semula dan berlaku untuk setiap
mukallaf dalam berbagai keadaan
15. Konsep Al-hakim, al-hukmu, al-mahkum fih, al-
mahkum alaih Rukhshah adalah hukum yang berkaitan
a. Al-Hakim dengan suatu perbuatan karena adanya uzur
Sumber hukum syari’at bagi semua perbuatan sebagai pengecualian dari azimah, contoh
mukallaf adalah Allah Swt. Pencipta hukum yaitu shalat bagi seorang musafir, memakan
Allah Swt. daging binatang buas dalam keadaan
terpaksa.
b. Al-Hukmu e. Sah dan batal
• Hukum menurut bahasa adalah menetapkan
sesuatu terhadap sesuatu. C. Makhkum Fih adalah perbuatan orang mukallaf
yang berkaitan dengan hukum syara’, yaitu wajib,
• Hukum taklifi adalah hukum yang
sunah, haram, makruh dan mubah. atau disebut obyek
mengandung tuntutan untuk mengerjakan
hukum
dengan tuntutan pasti. Ada 5:
a. Al-Ijab (wajib)
d. Mahkum Alaih
b. An-Nadb (sunah)
c. At-Tahrim (haram) • orang mukallaf yang dibebani hukum syara’
d. Al-Karahah (makruh) atau disebut subyek hukum.
• Pembebanan hukum syara:
a. Bahwa orang mukallaf itu harus memiliki 20. Macam-macam Bayyan
kesanggupan untuk memahami khitab a. Bayan dengan perkataan
(seruan) Allah Swt. yang dibebankan atas b. Bayan dengan Perbuatan
dirinya. c. Bayan dengan Isyarat
b. Orang mukallaf itu mempunyai d. Bayan dengan Meninggalkan Sesuatu
kemampuan untuk menerima pembebanan e. Bayan dengan Diam
hukum taklif, terdiri 2 macam:
1. ahliyatul wujub, yaitu kemampuan
menerima hak dan kewajiban. Dibagi
menjadi dua yaitu Ahliyatul wujub kurang
sempurna dan sempurna
2. ahliyatul ‘ada’, yaitu kecakapan bertindak.
Kecakapan bertindak haruslah dilihat dari
segi kepantasan seseorang untuk dinilai sah
segala ucapan dan perbuatannya. Terbagi
menjadi 3: Tidak memiliki ahliyatul ada’
sama sekali, Ahliyatul ada’ kurang sempurna,
Ahliyatul ada’ kurang sempurna.