Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN TEORI 1.

Mengkafani Jenazah Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut: , , ) ( Artinya: Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mashab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya. (H.R Bukhari) Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah: 1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat. 2. Kain kafan hendaknya berwarna putih. 3. 4. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu. 5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

2. Hukum Mengkafani Mayit.

Allah telah mengistimewakan bani Adam dari yang lainnya yaitu dengan syariat penyelenggaraan jenazah berupa upacara pemakaman jasad mereka. Maka setelah mayit muslim dimandikan, ia wajib dikafani dengan sesuatu yang menutupi seluruhjasadnya. Dengan demikian hokum mengkafani mayit adalah fardhu kifayah bagi kaum muslimin yang ditinggalkan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Mushab bin Umair salah seorang syuhada pada perang uhud, dikafani dengan kain kafan pendek, kemudian Rasulullah memerintahkan para sahabatmenutup kepala, badan , dan kedua kakinya dengan tumbuh-tumbuhan idzkhir. (Diriwayatkan Al-Baihaqi, Ad- Daruquthni, dan Imam Syafii. Sanad hadits ini baik).

3. Ketentuan Dalam Mengkafani.

:
Dari hadits diatas bahwasanya dapat diketahui kain kafan untuk mayat laki-laki adalah terdiri dari 3 lapis, karena Rasulullah dikafani dangan 3 lapis kain putih terbuat dari kapas dan tanpa ada baju gamis, atau sorban di dalamnya. Kecuali orang yang sedang ihram, ia dikafani dangan pakaian ihramnya, tidak diberi wangi-wangian, dan kepalanya tidak ditutup, agar ia tetap dalam keadaan ihram, karena Rasulullah bersabda tentang orang yang jatuh dari hewan kendaraannya pada hari Arafah kemudian meninggal dunia Mandikanlah dia dengan air dan kapur barus, kafani dengan kedua pakaiannya, jangan tutup kepalanya karena ia dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah. (Muttafaqun Alaih) Sedangkan kain kafan untuk mayat wanita terdiri dari 5 lapis, karna pada masa hidupnya wanita lebih banyak membutuhkan kain untuk menutup auratnya maka begitu juga ketika matinya.

4. Proses Pengkafanan. a. Tata cara Mengkafani Setelah selesai memandikan, kita persiapkan peralatan untuk megkafani jenazah. Peralatan tersebut di antaranya kain kafan yang putih bersih, untuk laki-laki tiga lembar kain dan untuk wanita lima lembar. Selain itu kita siapkan juga kapas, kapur barus halus, minyak wangi, dan keperluan lainnya. Pertama, kita potong kain kafan sesuai dengan panjang jenazah ditambah sekitar tiga jengkal atau 70 cm untuk tempat mengikat. Untuk jenazah laki-laki, tiga lembar sama panjang sedangkan untuk wanita dua lembar sama panjang, satu lembar kain panjang (bawahan), satu lembar baju, dan satu lembar kerudung. Atau tiga lembar sama panjang, satu lembar baju panjang/ gamis dan satu lembar kerudung (semuanya lima lembar). Selanjutnya kita sediakan lima helai atau lebih (yang penting ganjil) tali pengikat yang dibuat atau dipotong dari setiap sisi kain kafan. Setelah itu lalu kita bentangkan kain kafan satu per satu di atas dipan/ keranda/tikar dengal tempat untuk posisi kepala mengarah kiblat. Jangan lupa, di bawah kain-kain tersebut sudah diletakkan tali pengikatnya. Lalu kita taruh kapas di atas kafan terutama untuk bagian dubur dan taburi kain kafan itu dengan kapur barus halus dan minyak wangi secukupnya. Setelah semua siap, kita pun bisa mengangkat jenazah dan meletakkan di atasnya. Kita lapisi bagian qubul, seluruh persendian, luka-luka (kalau ada) dengan kapas yang sudah ditaburi kapur barus halus, lalu lipat selembar demi selembar, dimulai dapi bagian kanan jenazah. Lalu kita ikat jenazah dengan ikatan yang mudah dibuka di bagian sebelah kiri dengan tujuan agar pengubur mudah melepaskan ikatan tersebut di dalam liang lahat.

b. Cara mengikat tali-tali pengikat pada kain kafan.

1. Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala mayyit dan sisa kain bagian atas yang lebih itu dilipat kewajahnya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri. 2. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri. 3. Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu diperhatikan, mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur.

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa tali pengikat kain kafan itu di buka saat jenazah sudah dimasukan kedalam liang lahat. Hal ini sesuai dengan keterangan dari ulamamdalam kitab Fiqhus sunnah oleh Syaikh Sayyid Sabiq, beliau menyebutkan: Dianjurkan ketika menguburkan jenazah, menumpukan jasadnya pada bagian tubuh sebelah kanan dan menghadapkan wajahnya kearah kiblat. Lalu bagi yang meletakkan jenazah keliang lahat hendaklah sambil berdoa: dan melepas tali pengikat kain kafan. Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mayat laki-laki a. b. c. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut. e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.

f.

Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

2. Untuk mayat perempuan Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari: a. c. e. a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha. Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu: Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus. b.
c.

b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala. d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya. Pakaikan sarung. Pakaikan baju kurung. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang. Pakaikan kerudung. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

d.
e.

f.
g.

h.
i.

5. Kesimpulan. Dari keterangan diatas maka dapat kita jadikan bantahan terhadap syubhat yang menyebutkan bahwa jenazah seseorang yang tidak dibuka tali kafannya akan menyebabkan jasadnya tidak tenang di alam kubur dan menyebabkan bangkitnya arwah kembali ke dunia untuk meminta tolong kepada orang yang ditinggalkannya untuk membuka ikatan tali kafannya.

Jelas hal tersebut merupakan sebuah khurafat yang tidak ada landasannya dalam Quran dan Sunnah. Lalu bagaimanakah tanggapan kita atas permasalahan seputar kain kafan yakni, bolehkah kain kafan berjahit?, dan apa hokum dari melepas tali pengikat kain kafan saat penguburan jenazah? Bisa ditarik kesimpulan, bahwa kain kafan itu tidak berjahit, dan terdapat pengecualian dalam hal ini yaitu pada orang yang terbunuh dimedan peperangan, mereka tidak dikafani sebagaimana orang biasa, mereka dikafani dengan pakaian yang mereka kenakan, Adapun tali pengikat pada mayit, dari kesimpulan diatas, hendaklah ketika mayit itu dikafani, lalu diikat pada bagian- bagiannya, hendaklah tidak mengikatnya terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur ketika wajah mayit dihadapkan ke arah kiblat Reference: Minhajul Muslim : Abu Bakar Al-Jazair. Bimbingan Praktis Penyelenggaraan& Fiqhu Sunnah : Sayyid Sabiq. & jenazah : Abdurrahman bin Abdullah bin Al- Ghaits

Anda mungkin juga menyukai