Balqis laily B. M.Ridho S Carissa Chosiafillah G. M.Yoesoef Dewari Kisam Rizneni Arbaiti Hukum mengkafani jenazah adalah fardhu kifayah bagi orang yang masih hidup. Dalil Hukum Mengkafani Jenazah § Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ia menceritakan:
“Pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah
lalu menyebutkan kisah tentang salah seorang sahabatnya yang meninggal dan dikafani dengan kain yang tidak menutupi seluruh badannya, kemudian dikuburkan di malam hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menguburkannya di malam hari sebelum dishalatkan, kecuali jika keadaannya sangat terpaksa, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian mengkafani saudaranya, maka hendaknya ia memperbagus kafannya.” [802.1] Sekurang-kurangnya satu lapis kain yang menutup seluruh tubuhnya. Mengkafaninya sesudah dimandikan. Diutamakan kain yang digunakan berwarna putih. Bagi laki-laki disunahkan 3 lapis kain terdiri dari kain sarung dan dua lapis yang menutup seluruh tubuhnya. bagi perempuan disunahkan 5 lapis kain Terdiri dari kain basahan (kain bawah), selembar kerudung (tutup kepala), selembar baju kurung dan tiga lapis yang menutup seluruh tubuh. Kecuali orang yang sedang ihram, ia dikafani dangan pakaian ihramnya, tidak diberi wangi-wangian, dan kepalanya tidak ditutup, agar ia tetap dalam keadaan ihram. Menggunakan kain yg bersih dan baik serta menutupi seluruh tubuh. Memberikan wangi-wangian Tidak berlebih-lebihan dalam kain kafan. Menaburi kain kafan dengan kapur. Hendaknya kain kafan yang terbaik diletakkan di bagian atas. Kain kafan yang digunakan hendaklah kain kafan yang dibeli dari harta si jenazah. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari melunaskan hutangnya, menunaikan wasiatnya dan membagi harta warisannya. Jika si jenazah tidak memiliki harta, maka keluarganya boleh menanggungnya. Apabila si jenazah tidak ada yang menanggung maka diambilkan dari baitul maal. Pertama siapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk mengkafani jenazah (kain kafan dan lain-lain). Kemudian sobek bagian tepi/pinggir kain kafan tersebut, setelah itu potong kain kafan tersebut (potong kain kafan sesuai dengan panjang jenazah dan kondisi badan jenazah ditambah sekitar tiga jengkal atau 70 cm untuk tempat mengikat.). Lalu buatlah bajunya, kain sarungnya, cawatnya serta sorban bagi mayat laki-laki atau kerudung bagi mayat perempuan. Disunnahkan pada pertama kali menyobek kain tersebut membaca doa yaitu membaca : (Allahummaj’al libaasahu (ha) ‘anil kariim wa adkhilhu (ha) Ya Allahu ta’ala birahmatikal Jannata yaa arhamarraahimiin. Untuk jenazah laki-laki, tiga lembar kain sama panjang untuk wanita dua lembar kain sama panjang, satu lembar kain panjang (bawahan), satu lembar baju, dan satu lembar kerudung. Atau tiga lembar sama panjang, satu lembar baju panjang/ gamis dan satu lembar kerudung(semuanya lima lembar). Selanjutnya sediakan lima helai atau lebih (yang penting ganjil) tali pengikat yang dibuat atau dipotong dari setiap sisi kain kafan. Setelah itu lalu kita bentangkan kain kafan satu per satu di atas dipan/ keranda/tikar tempat untuk mengkafani jenazah. posisi kepala mengarah kiblat. Jangan lupa, di bawah kain-kain tersebut sudah diletakkan tali pengikatnya. Lalu kita taruh kapas di atas kafan terutama untuk bagian dubur dan taburi kain kafan itu dengan kapur barus halus dan minyak wangi secukupnya. Setelah semua siap, jenazah dapat diangkat dn diletakkan diatas kain kafan tersebut. Kedua tangan diletakkan di atas dadanya dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri dan diluruskan menurut lambung (rusuknya). lapisi bagian qubul, seluruh persendian, luka-luka (kalau ada) dengan kapas yang sudah ditaburi kapur barus halus, Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua matanya, kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat sujudnya, yaitu dahinya, hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua telapak kakinya, dan juga pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta pusarnya. Dan diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah. Setelah selesai, lipat selembar demi selembar kain kafan, dimulai dari bagian kanan jenazah. Lalu ikat jenazah dengan ikatan yang mudah dibuka di bagian sebelah kiri dengan tujuan agar pengubur mudah melepaskan ikatan tersebut di dalam liang lahat. 1. Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala jenazah dan sisa kain bagian atas yang lebih itu dilipat kewajahnya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri. 2. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri. 3. Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu diperhatikan, mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur. Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa tali pengikat kain kafan itu di buka saat jenazah sudah dimasukan kedalam liang lahat. Hal ini sesuai dengan keterangan dari ulama dalam kitab Fiqhus sunnah oleh Syaikh Sayyid Sabiq, beliau menyebutkan: ”Dianjurkan ketika menguburkan jenazah, menumpukan jasadnya pada bagian tubuh sebelah kanan dan menghadapkan wajahnya kearah kiblat. Lalu bagi yang meletakkan jenazah keliang lahat hendaklah sambil berdo’a” Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kamu dalam mengurusi jenazah, karena jika ia termasuk jenazah yang shalih, berarti kamu menyegerakan kebaikan baginya. Tetapi jika ia tidak termasuk jenazah yang shalih (buruk), berarti kamu meletakan keburukan dari pundakmu." (HR. Muttafaq ‘alaih)