Anda di halaman 1dari 5

WOC PJR

Etiologi
etiologi

PJR
Etiologi terpenting dari penyakit Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) Keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi
jantung reumatik adalah demam merupakan penyakit jantung didapat yang sering endokardium dan miokardium melalui suatu proses ’autoimunne’ yang
ditemukan pada anak. menyebabkan kerusakan jaringan. Inflamasi yang berat dapat
reumatik
Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup melibatkan perikardium. Valvulitis merupakan tanda utama reumatik
jantung yang menetap akibat demam reumatik akut karditis yang paling banyak mengenai katup mitral (76%), katup aorta
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), (13%) dan katup mitral dan katup aorta (97%).
Pemeriksaan penunjng aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak
pernah menyerang katup pulmonal.
Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis
1. Pemeriksaan Lab atau insufisiensi atau keduanya.
2. RO (pembesaran Jantung)
3. EKG menunjukan arithmia Streptococcus beta hemolyticus grup A Insidens tertinggi ditemukan
4. ECHO ( menunjukkan pembersaran jantuung dan lesi pada anak berumur 5-15 tahun

Tubuh mengeluarkan antibody berlebihan tidak


dapat membedakan antibody dan antigen
Komplikasi

Reaksi autoimun terhadap infeksi Streptokokus


1. Gagal jantungg secara hipotetif akan menyebabkan kerusakan
2. Pankarditis jaringan atau manifestasi demam rematik
3. Pneumonia rematik
4. Emboli paru jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri,
5. Kelainan katup peradangan pada lapisan jantung khususnya
6. Infark jantung mengenai endotel katup
peningkatan kontraksi miokardium,

tidak sempurnanya daun katup mitral menutup pada saat sistolik sehingga
mengakibatkan penurunan suplai darah ke aorta dan aliran darah balik dari jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri,
ventrikel kiri ke atrium kiri

hipertrofi dinding ventrikel dan dinding atrium,


Penurunan curah jantung
Hipertermi jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri,

edema intertisial paru


Pola nafas tidak efektif penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa
dispneu
darah
hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel
Intoleransi aktivitas kanan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke
gagal jantung kanan
paru-paru
Peradangan membrane sinovial Peradangan kulit dan jaringan
v
v

poliarthitis Bercak merah


persendian persendian

Nyeri Akut Kerusakan integritas


kulit
persendian
Gejala
Terdiri dari mayor dan
minor penatalaksanaan

1. Demam, (minor ) 1. tirah baring ( table 1)


2. Pemusnahan streptokokus dan pencegahan
2. Poliatritis migrans (mayor)
 Benzatin penicillin G dengan dosis 0,6-1,2 juta U I.M.
3. nyeri persendian,  Jika alergi terhadap benzatin penicillin G dapat diberi eritromisin
4. dyspneu, 40mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis selama 10 hari atau penisilin V 4x250 mg
5. chorea, p.o. selama 10 hari.
6. erythema marginatum, nodul subkutan, 3. Pengobatan anti nyeri dan anti radang ( table 2)
dan adanya tanda gagal jantung seperti
mudah lelah, pembesaran jantung,
7. takikardia, Intoleransi aktifitas
8. bunyi jantung S3 Gallop,
9. ronkhi basah halus di basal paru dan SLKI : Curah JantungSetelah dilakukan
dyspneu d’effortt
10. Bukti infeksi streptococcus beta
hemolyticus grup A sebelumnya (45 hari
terakhir). Kultur hapusan tenggorok atau asuhan keperawatan selama …. X …,
rapid test antigen streptococcus beta
hemolyticus grup A hasilnya positif
11. Peningkatan titer serologi
antibodi streptococcus beta hemolyticus diharapkan masalah penurunan curah jantung
grup A
dapat teratasi dengan kriteria hasil:-Kekuatan
nadi perifer (3) sedang-Takiikardia (3) sedang-
Edema (4) cukup menurun-Tekanan darah (4)
cukup membai

SIKI :Perawatan jantung


Observasi
1.Identifikasi gejala penurunan curah jantung
2.Monitor tekanan darah
3.monitor keluhan nyeri dada
4.monitor nilai laboratorium
Terapeutik
5.Posisikan pasien semi fowler atau fowler
Kerusakan intergritas kulit
Pola nafas tidak efektif Nyeri akut SIKI
SIKI Siki Setelah melakukan pengkajian selama 3 × 24 jam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Setelah dilakukan tindakakn keperawtan di hrapkan integritas kulit / jaringan meningkat, dengan kriteria
3x24 jam masalah gangguan pola napas nyeri berkurang dengan kriteria hasil hasil
tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. keluhan nyeri menurun 1. Hidrasi cukup meningkat
1. Dispnea dari skala 1 meningkat menjadi 2. meringis menurun 2. Perfusi jaringan cukup meningkat
skala 5 menurun Observasi 3. Kerusakan jaringan cukup menurun
2. Penggunaan otot bantu napas dari skala 1 4. Kerusakan lapisan kulit cukup menurun
1. Identifikasi
meningkat menjadi skala 3 sedang 5. Sensasi cukup membaik
lokasi,Karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas
3. Frekuensi napas dari 1 memburuk menjadi 6. Tekstur cukup membaik
, intensitas nyeri.
skala 5 membaik
SLKI
Terapeutik SLKI
1. Berikan tehnik non farmakologis untuk Observasi
Observasi
mengurangi rasa nyeri( mis, Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
TENS,hypnosis akupresure, terapi musik, Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
usaha napass
biofeedback, terapi pijat, aroma peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
terapi,tehnik imajinasi penurunan mobilitas)
mengi, wheezing, ronkhi kering)
terbimbing,kompres hangat/dingin, terapi Terapeutik
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
bermain) 1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
Terapeutik
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,
1. Pertahankan kepatenan jalan napas nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan ,
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw- jika perlu
kebisingan) 3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
thrust jika curiga trauma survikal) Edukasi selama periode diare
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Gunakan produk berbahan petrolium  atau minyak
3. Berikan minuman hangat 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
pada kulit kering
4. Berikan oksigen, jika perlu nyeri
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
hipoalergik pada kulit sensitive
Kolaborasi 3. Ajarkan tehnik non farmakologis untuk
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator , mengurangi rasa nyeri
kering
ekspektoran, mukolitik, jika perlu Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi pemberian analgesik,jika perlu
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin,
serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal
30 saat berada diluar rumah
Penurunan curah jantung
SIKI
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x 24 jam masalah terhadap curah
jantung dapat diatasi dengan indicator :

1. Kekuatan nadi perifer (4)


2. Palpitasi (3)
3. Tekanan darah (5) Termoregulasi
SLKI SLKI
Observasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, diharapkan termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, 1. Menggigil menurun.
peningkatan CVP)
2. Kulit merah menurun.
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
3. Pucat menurun.
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat) 4. Suhu tubuh membaik.
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik) jika perlu 5. Suhu kulit membaik.
4. Monitor intake dan output cairan SIKI
5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen Intervensi Utama Manajemen Hipertermia :
7. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, 1. Monitor suhu tubuh.
presivitasi yang mengurangi nyeri) 2. Sediakan lingkungan yang dingin.
8. Monitor EKG 12 sadapan 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi) 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh .
10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP, 5. Berikan cairan oral.
NTpro-BNP) 6. Anjurkan tirah baring.
11. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas 7. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena.
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau Regulasi Temperatur :
posisi nyaman
1. Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi.
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten, sesuai indikasi 3. Monitor warna dan suhu kulit.
4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup 4. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
sehat 5. Kolaborasi pemberan antipiretik, jika perlu.
5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk memperthanakan saturasi oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Anda mungkin juga menyukai