Makalah Kelompok 3 Harta Dalam Perspektif Islam
Makalah Kelompok 3 Harta Dalam Perspektif Islam
Makalah Kelompok 3 Harta Dalam Perspektif Islam
Diajukan Sebagai
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Lidiya Afrila 2151020342
M. Redo Saputra 2151020350
M. Alghi Fari 2151020376
Dosen Pengampu:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa
penulis sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah mengenai “Ayat-Ayat Tentang
Harta Dalam Perspektif Islam” sebagai tugas mata kuliah Tafsir Ayat Ekonomi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Mendapatkan harta sesuai dengan aturan Islam adalah harus dengan cara
halal dan legal. Perdagangan yang tidak ada penipuan, pertanian yang dikeluarkan
zakatnya, industri yang menguntungkan banyak pihak, dan lain-lain yang menjadi
penyebab kebahagiaan manusia, merupakan contoh representatif mendapatkan
harta dengan cara yang halal dan legal. Dalam konteks pembahasan ini, al-Qur’an
menegaskan bahwa di samping manusia dianjurkan untuk mencari harta dengan
cara halal, ia juga dianjurkan untuk tidak mencari atau memperoleh harta dengan
cara yang batIl (haram).1
Persoalan dalam harta batil ini tidak mesti membicarakan esensi yang
terkandung dalam harta tersebut, namun juga berkaitan dengan jalan yang ditempuh
untuk mendapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit manusia yang
mendapatkan harta dengan cara batil, seperti bandar perjudian, hasil pencurian dan
perampokan, penipuan dalam perdagangan seperti mengurangi timbangan,
memakan riba, korupsi, kolusi dan masih banyak lagi yang lainnya.
1
QS. al-Nisa’ [4]: 29
1
maka seluruh isinya adalah sumber kebenaran. Di dalamnya terkandung berbagai
penjelasan yang berkenaan dengan seluruh segi kehidupan manusia. Dari
masalahmasalah peribadatan ( 'ubudryyah) hingga masalah mu 'dmalah antara
seorang hamba dengan hamba lainya.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
Pembahasan
2.1 Harta Dalam Prespektif Islam
2.1.1 Pengertian Harta
Harta dalam bahasa arab disebut al-mal atau jamaknnya al-amwal. Harta
(al-mal) menurut kamus Al-muhith tulisan Alfairuz Abadi, adalah
Sedangkan harta menurut istilah syariah adalah setiap-tiap apa yang dapat
dimanfaatkan menurut cara-cara yang dibenarkan syariah, seperti jual beli, sewa
menyewa, pinjam meminjam, pemanfaatan (konsumsi), dan hibah.3 Nasrun Haroen
menjelaskan harta adalah segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika
diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dapat
dimanfaatkan.4
Berdasarkan pengertian tersebut maka seluruh apapun yang digunakan
manusia dalam kehidupan dunia baik merupakan harta, uang, tanah, kendaraan,
rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikanan-
kelautan, dan pakaian termasuk dalam kategori al amwal (harta kekayaan).
2
M. Solahuddin, Azas-Azas Ekonomi Islam, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2007, h.40
3
M. Husain Abdullah, Dirasat fi Al Fikr Al Islami , h. 54
4
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Patama, 2007 , h. 73
4
dalam memanfaatkan segala kemampuannya dan mengeksploitasi sumberdaya-
sumberdaya alam tersebut sehingga gagal mendapatkan kemakmuran dan kejayaan
sebagai mana dijanjikan Allah Swt.5
Kehadiran harta benda tidak bisa dicapai oleh seseorang kecuali
dengan usaha yang kuat, karena itu Allah Swt, menerangkan tentang harta tersebut
dan sebagai karunia dari Allah Swt, dan mengajak umat manusia untuk berusaha
dalam menggapainya.6
يب
ٌ َص ِ علَ ٰى بَ ْعض ۚ ِل ِلر َجا ِل نَ ض ُك ْم ض َل ه
َ َّللاُ بِ ِه بَ ْع َو َال تَتَ َمنه ْوا َما فَ ه
ۗ ض ِل ِه سبْنَ ۚ َوا ْسأَلُوا ه
ْ ََّللاَ ِم ْن ف َ َيب ِم هما ا ْكت
ٌ ص ِ َاء ن ِ س َ َِم هما ا ْكت
َ ِسبُوا ۖ َو ِللن
ع ِلي اما َ َّللاَ َكانَ ِب ُك ِل
َ ش ْيء ِإ هن ه
5
Ruqaiyah Waris Masqood, Harta dalam Islam, Jakarta : Lintas Pustaka, 2003,h. 6
6
Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam, Semarang: Kalam
Mulia, 1987, h. 39
7
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, Bandung : CV.Penerbit Diponegoro, 2003, h.
441
5
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang
lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,
dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”.8
Menurut para fuqaha harta terdiri dari beberapa bagian, tiap-tiap bagian
memiliki ciri khusus dan hukumnya tersendiri, pembagian harta tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:9
1) Mal Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawim
a) Mal Mutaqawwim Mal Mutaqawwim yaitu sesuatu yang boleh
diambil manfaatnya menurut syara’. Harta yang termasuk
mutaqqawim ini ialah semua harta yang baik jenisnya maupun cara
memperolehnya dan pengunaannya. Misalnya, kerbau halal dimakan
oleh umat Islam, tetapi kerbau tersebut disembelih tidak sah menuru
syara’, misalnya dipukul hingga mati, maka daging kerbau tersebut
tidak bisa dimanfaatkan karena cara penyembelihannya batal menurut
syara’.
b) Ghair Mutaqawim Ghair Mutaqawim yaitu sesuatu yang tidak boleh
diambil manfaatnya menurut syara’. Harta ghair mutaqawim ialah
kebalikan dari harta mutaqawim, yakni yang tidak boleh diambil
manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
pengunaannya. Misalnya babi termasuk harta Gahir mutaqawim,
karena jenisnya.
2) Mal Mistli dan Mal Qimi
a) Harta Mistli yaitu benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-
kesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagiannya ditempat yang lain
tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai.
8
Ibid., h. 66
9
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 19
6
b) Harta Qimi yaitu benda-benda yang kurang dalam
kesatuankesatuaanya, karenanya tidak dapat berdiri sebagian ditempat
sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.
3) Harta Istihlak dan Harta Isti’mal
a) Harta istihlak yaitu sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaannya dan
manfaatnya secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya. Harta
istihlak terbagi dua, ada yang istihlak hakiki dan istihlak haquqi. Harta
istihlak hakiki ialah suatu benda yang menjadi harta yang secara jelas
nyata zatnya habis sekali digunakan. Misalnya korek api, bila dibakar
maka habislah harta yang berupa kayu itu. Istihlak haquqi ialah harta
yang sudah habis nilainya bila telah digunakan, tetapi zatnya masih
tetap ada. Misalnya uang yang digunakan untuk membayar utang,
dipandang habis menurut hokum walaupun uang tersebut masih utuh,
hanya pindah kepemilikannya.
b) Harta Isti‟mal yaitu sesuatu yang bisa digunakan berulang kali dan
materinya tetap terpelihara.
4) Harta Manqul dan Harta Ghair Manqul
a) Harta Manqul yaitu segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak)
dari satu tempat ke tempat yang lain. Seperti emas, perak, perunggu,
pakaian, kendaraan dan lain-lain.
b) Harta Ghair manqul yaitu sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan
dibawa dari satu tempat ketempat yang lain. Seperti kebun, rumah,
pabrik, sawah dan yang lainnya yang termasuk ghair manqul karena
tidak dapat dipindahkan, dalam hukum perdata positif digunakan
istilah benda bergerak dan benda tetap.
5) Harta Ain dan Harta Dayn
a) Harta ain ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian,
beras, kendaraan (mobil) dan yang lainnya.
b) Harta dayn yaitu sesuatu yang berada dalam tangung jawab. Seperti
uang berada dalam tangung jawab seseorang.
6) Mal al-ain dan Mal al-naf’i (manfaat)
7
a) Harta aini yaitu benda yang memiliki nilai dan bentuk (berwujud),
misalnya rumah, ternak dan yang lainnya.
b) Harta nafi‟I ialah a‟radl yang berangsur-rangsur tumbuh menurut
perkembangan masa, oleh karena itu mal al-naf‟i tidak berwujud dan
tidak mungkin disimpan.
7) Harta Mamluk, Mubah, Mahjur
a) Harta Mamluk ialah sesuatu yang masuk ke bawah milik, milik
perorangan maupun milik badan hukum, seperti pemerintah dan
yayasan.
b) Harta Mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,
seperti air pada mata air, binatang buruan darat, laut, pohon-pohon
dihutan dan buah-buahannya.
c) Harta Mahjur ialah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan
memberikan kepada orang lain menurut syari’at, adakalanya benda itu
benda wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat
umum, seperti jalan raya, mesjid-mejid, kuburan- kuburan dan
lainnya.
8) Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
a) Harta yang dapat dibagi (mal qabil li al-qismah) ialah harta yang tidak
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-
bagi, misalnya beras, tepung.
b) Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al-qismah) ialah harta
yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta
tersebut dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja, mesin dan yang
lainnya.
9) Harta pokok dan harta hasil (buah)
Harta pokok ialah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.
Harta pokok disebut juga modal, misalnya uang emas dan yang
lainnya, contoh harta pokok dan harta hasil seperti bulu domba
dihasilkan dari domba, maka domba merupakan harta pokok dan
bulunya merupakan harta hasil, atau kerbau yang beranak, anaknya
8
dianggap sebagai tsamarah dan induknya yang melahirkannya disebut
harta pokok.
10) Harta Khas dan Am
a) Harta Khas ialah harta pribadi yang tidak bersekutu dengan yang lain,
tidak boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b) Harta Am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh diambil
manfaatnya10. Atau harta yang boleh diambil manfaatnya oleh
seseorang atau kelompok akan tetapi dilarang menguasainya secara
pribadi.11
10
Hendi Suhendi. Ibid., h. 19-27
11
M. Solehuddin. Op. cit., h. 98
9
ِ ش الهذِينَ لَ ْو تَ َر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِريهةا
ضعَافاا خَافُوا َ َو ْليَ ْخ
سدِيداا َ َّللاَ َو ْل َيقُولُوا قَ ْو اال
علَ ْي ِه ْم فَ ْل َيتهقُوا ه
َ
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anakanak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.12
ََصيبَ َك ِمن
ِ نس نَ َ اخ َرة َ ۖ َو َال ت ِ ٱل َءْ هار َوٱ ْبت َ ِغ فِي َما ٓ َءات َ ٰى َك ه
َ ٱَّللُ ٱلد
َ َٱَّللُ ِإلَي َْك ۖ َو َال تَب ِْغ ْٱلف
سادَ فِى سنَ ه َ ٱلدُّ ْنيَا ۖ َوأ َ ْحسِن َك َما ٓ أ َ ْح
َٱَّللَ َال يُ ِحبُّ ْٱل ُم ْف ِسدِين ض ۖ ِإ هن ه ِ ْٱْل َ ْر
12
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 66
13
Ibid., h. 66
10
2.3 Redaksi Dan Terjemahan Ayat-Ayat Tentang Harta dan
Hukumnya
1. Q.S. at-Taghabun (64):14;
ْ َعد ًُّوا لَ ُك ْم ف
ۚ احذَ ُرو ُه ْم ِ يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا ِإ هن ِم ْن أَ ْز َو
َ اج ُك ْم َوأَ ْو َال ِد ُك ْم
ور َر ِحي ٌمٌ ُغف َ ََّللاصفَ ُحوا َوتَ ْغ ِف ُروا فَإِ هن ه ْ ََوإِ ْن تَ ْعفُوا َوت
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-
anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.1 Maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka)
Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
ْٱل َما ُل َو ْٱل َبنُونَ ِزينَةُ ْٱل َح َي ٰوةِ ٱلدُّ ْن َيا ۖ َو ْٱل ٰ َب ِق ٰ َيتُ ٱل ٰ ه
ص ِل ٰ َحتُ َخي ٌْر
ِعندَ َر ِب َك ثَ َواباا َو َخي ٌْر أَ َم اًل
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan.
11
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
) ث ُ هم َك هًل٣( َف ت َ ْعلَ ُمون َ ) َك هًل٢( ) َحت ه ٰى ُز ْرت ُ ُم ْٱل َمقَا ِب َر١( أ َ ْل َه ٰى ُك ُم ٱلت ه َكاث ُ ُر
َ س ْو
)٤( َف ت َ ْعلَ ُمون َ س ْو َ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam
kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
14
Ibn Ashur, at-Tahrir wa at-Tanwir . Juz. XV:130
12
2. Q.S. at-Taghabun (64):15;
Menurut H}adith Riwayat Ata’ bin Yasar dan Ibnu Abbas r.a. ayat
tersebut turun di Madinah mengenai kasus Auf bin Malik al-Ashja’iy yang memiliki
keluarga dan anak, pada saat ada perint perang, dia selalu ditangisi dan diratapi oleh
anak dan keluarganya, sehingga hal ini menghalangi dia menunaikan tugas perang,
kasus ini lalu disampaikan kepada Nabi saw, maka turunlah ayat tersebut.7
Ayat ini tidak ada riwayat sabab nuzulnya, tetapi dari sisi
muna>sabah atau korelasinya dengan ayat sebelumnya antara lain; ayat 45
menyebut tentang perumpaan kehidupan dunia yang fana, yang akan tiada arti dan
lenyap, demikian juga harta kekayaan dan harta benda yang dibanggakan di dunia.
8
4. Q.S.an-Nisa’ (4): 5;
Ayat ini juga tidak memiliki sabab nuzul, dengan mengkaji ayat
sebelum dan sesudanya, maka dapat dipahami, bahwa harta adalah modal
kehidupan bagi kelayakan pihak yang berhak dan membutuhkan perlindungan atas
martabat dan harkat penghidupan.
Setiap yang kita nikmati adalah nikmat dari Allah yang kelak akan
ditanya dan dimintai pertanggungjawaban. Mulai dari kesehatan, waktu, harta
hingga anak-anak. Jangan sampai nikmat-nikmat itu justru melalaikan dari akhirat.
Melalaikan dari beribadah kepada Allah. Karena jika sampai demikian, nerakalah
tempatnya.
13
2.5 Konsep Kepemilikan Harta Dalam Islam
2.5.1 Pengertian konsep kepemilikan dalam Islam
Dalam fiqh muamalah Milk didefenisikan sebagai Kekhususan
terhadap pemilik suatu barang menurut syara’ untuk bertindak secara bebas
bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada penghalang syar’i. Makna yang
sama juga dijelaskan oleh Rawwas Qal’ah Jie bahwa kepemilikan berarti hubungan
syariah antara manusia dengan sesuatu (harta) yang memberikan hak mutlak kepada
orang itu untuk melakukan pemanfaatan (tasharruf) atas sesuatu itu dan mencegah
15
orang lain untuk memanfaatkannya. Apabila seseorang telah memiliki suatu
benda yang sah menurut syara’, maka orang tersebut bebas bertindak terhadap
benda tersebut, baik akan dijual maupun akan digadaikan, baik dia sendiri maupun
dengan perantara orang lain.16
15
Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah Al Fuqaha`, h. 352
16
Yusuf Qordawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta : Gema Insani Pers, 1997, h. 70
17
Mustafa Ahmad al-Zarqa’, al Madkhal al Fiqh al „Amm, Beirut: Jilid I, Darul Fikr, 1968, h. 240
18
Wahbah al Zuhaily, al Fiqh al Islamy wa Adillatuh, Juz 4, h. 57
14
2) Keistimewaan dalam bertasarruf. Tasarruf adalah : “Sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang berdasarkan iradah (kehendak) nya dan syara’
menetapkan batasnya beberapa konsekwensi yang berkaitan dengan hak”.19
Menurut hukum dasar harta sah dimiliki, kecuali harta yang telah
dipersiapkan untuk umum, misalnya wakaf dan fasilitas umum. Dalam hal ini ada
tiga macam model kepemilikan yaitu :
19
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Konstektual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h.
55
20
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000, h.5
21
M. Faruq an Nabahan, Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta : UII Press, 2000, h. 39
15
diterjemahkan ke dalam konsep pembangunan, maka pembangunan pertama
bertujuan menghapus kemiskinan. Karena tidak sesuai dengan kemanusiaan yang
adil dan beradab. Untuk itu prinsip kemanusiaan dirumuskan menjadi pasal 27 ayat
2 UUD 1945 yaitu setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
sesuai dengan kemanusiaan.Dalam hal ini terkait adanya dibolehkannya hak milik.
Adapun cara perolehan hak milik itu telah diatur dalam pasal 584
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata ( KUHPdt ), yaitu dengan cara pemilikan.
Tata cara dan ketentuan lain mengenai perolehan hak milik diatur lebih lanjut dalam
pasal 585 – 624 KUHP. 22
Cara memperoleh hak milik atas kebendaan bergerak
yang semula bukan milik siapapun juga, cara memperoleh hak milik binatang
buruan atau perikanan, cara mendapat hak milik atas sesuatu harta karun dan
seterusnya.23
يب
ٌ َص ِ علَ ٰى بَ ْعض ۚ ِل ِلر َجا ِل نَ ض ُك ْم ض َل ه
َ َّللاُ ِب ِه بَ ْع َو َال تَتَ َمنه ْوا َما فَ ه
ۗ ض ِل ِه سبْنَ ۚ َوا ْسأَلُوا ه
ْ ََّللاَ ِم ْن ف َ َيب ِم هما ا ْكت
ٌ َص ِ اء ن ِ س َ َِم هما ا ْكت
َ ِسبُوا ۖ َو ِللن
ع ِلي اما َ َّللاَ َكانَ ِب ُك ِل
َ ش ْيء ِإ هن ه
22
Adijani al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia: Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997,h. 18
23
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab UU Hukum Perdata (Terjemahan), Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, 1974, Cet.ke-6, h. 168-169
16
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang
lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,
dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”.24
Firman Allah Swt, dalam surat Al-Qashas ayat 73 :
۟ ُوا ِفي ِه َو ِلت َ ْبتَغ
وا ِمن ۟ ُار ِلت َ ْس ُكن
َ َو ِمن هرحْ َم ِت ِهۦ َج َع َل لَ ُك ُم ٱله ْي َل َوٱلنه َه
َض ِل ِهۦ َولَ َعله ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون
ْ َف
Artinya : Dan Karena rahmat-Nya, dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-
Nya. 25
Sebagaimana firman Allah Swt dalam suart Al-Ahqaaf ayat 19:
ْ ع ِملُوا ۖ َو ِلي َُوفِيَ ُه ْم أ َ ْع َمالَ ُه ْم َو ُه ْم َال ي
َُظلَ ُمون ٌ َو ِل ُكل دَ َر َج
َ ات ِم هما
Artinya : “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa
yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”.26
24
Deperteman Agama RI, Op.cit, h. 66
25
Ibid, h. 315
26
Ibid, h. 402
17
oleh orang lain (seperti sewa) ataupun karena dikonsumsi
untuk dihabiskan zatnya seperti dibeli barang tersebut.
27
Solahuddin,M, Op.cit, h. 66
28
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007, h. 43
18
pokok kehidupan (qiyaman) untuk manusia, karena itu ia harus dikembangkan, ia
harus produktif dan menghasilkan keuntungan, sehingga biaya hidup hendaknya
diambil dari hasil atau keuntungan pengelolaan harta pokok tersebut Meski
demikian dalam pandangan al-Qur'an, modal tidak boleh menghasilkan dari dirinya
sendiri, tapi hasilnya haruslah dari usaha baik manusia, karena itu riba dan perjudian
dilarang. Dan salah satu ditetapkannya kadar tertentu dari zakat terhadap uang
walau tidak dimanfaatkan, adalah dalam rangka mendorong aktivitas ekonomi,
perputaran dana, serta sekaligus mengurangi spikulasi dan penimbunan. Harta harus
berfungsi sosial, ia harus menjadi media yang membangun hubungan timbal balik
yang harmonis sebagaimana spirit dalam Q.S. al-Hasyr:7;
19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Harta ialah seluruh apapun yang digunakan manusia dalam kehidupan
dunia baik merupakan harta, uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan,
perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikanan-kelautan, dan
pakaian termasuk dalam kategori al amwal (harta kekayaan). Ada tiga
pembagian harta, yaitu (a) Mal Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawim, (b) Mal
Mistli dan Mal Qimi, (c) Mal Istihlak dan Mal Isti‟mal, (d) Harta Manqul dan
Harta Ghair Manqul, (e) Harta Ain dan Harta Dayn, (f) Mal al-ain dan Mal al-
naf’i (manfaat), (g) Harta Mamluk, Mubah, Mahjur, (h) Harta yang dapat dibagi
dan tidak dapat dibagi, (i) Harta pokok dan harta hasil (buah), (j) Harta Khas dan
Am.
20
DASTAR PUSTAKA
Ahmad al-Zarqa’, Mustafa, al Madkhal al Fiqh al „Amm, Beirut: Jilid I, Darul Fikr,
1968
Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007
K. Lubis, Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000
Mannan, M. Abdul, Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1993
Qordawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta : Gema Insani Pers, 1997
21
Solahuddin, M. , Azas-Azas Ekonomi Islam, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2007
Waris Masqood, Ruqaiyah, Harta dalam Islam, Jakarta : Lintas Pustaka, 2003
22