Anda di halaman 1dari 10

1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Persaingan Bisnis


Persaingan usaha (bisnis) adalah istilah yang sering muncul dalam
berbagai literatur yang menuliskan perihal aspek hukum persaingan bisnis.
Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition yang artinya
persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi.
Persaingan adalah ketika organisasi atau perorangan berlomba untuk
mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat
survei, atau sumber daya yang dibutuhkan. Secara umum persaingan bisnis
adalah perseteruan atau rivalitas antara pelaku bisnis yang secara independen
berusaha mendapatkan konsumen dengan menawarkan harga yang baik
dengan kualitas barang atau jasa yang baik pula.
Persaingan juga merupakan kenyataan hidup dalam dunia bisnis, sifat,
bentuk, dan intensitas persaingan yang terjadi dan cara yang ditempuh oleh
para pengambil keputusan stratejik untuk menghadapi para tingkat yang
dominan mempengaruhi tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Dalam persaingan kita mengenal istilah “pesaing” yaitu perusahaan
yang menghasilkan atau menjual barang atau jasa yang sama atau mirip
dengan produk yang kita tawarkan. Pesaing suatu perusahaan dapat
dikategorikan pesaing yang kuat dan pesaing yang lemah atau ada pesaing
yang dekat yang memiliki produk yang sama atau memiliki produk yang
mirip.
Dalam kamus manajemen persaingan bisnis terdiri dari:
Persaingan sehat (healthy competition) adalah persaingan antara
perusahaan-perusahaan atau pelaku bisnis yang diyakini tidak akan menuruti
atau melakukan tindakan yang tidak layak dan cenderung mengedepankan
etika-etika bisnis.
Persaingan gorok leher (cut throat competition). Persaingan ini
merupakan bentuk persaingan yang tidak sehat, dimana terjadi perebutan
2

pasar antara beberapa pihak yang melakukan usaha yang mengarah pada
menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan, sehingga salah satu
tersingkir dari pasar dan salah satunya menjual barang di bawah harga yang
berlaku di pasar.

2.2. Pihak-pihak Yang Bersaing


Manusia merupakan perilaku dan pusat pengendalian bisnis. Bagi
seorang muslim, bisnis yang dilakukan adalah dalam rangka memperoleh dan
mengembangkan harta yang dimilikinya. Harta yang diperolehnya adalah
rizki yang diberikan Allah SWT. Tugas manusia adalah berusaha sebaik-
baiknya, salah satunya dengan jalan bisnis. Tidak ada anggapan rizki yang
diberikan Allah akan diambil oleh pesaing. Karena Allah telah mengatur hak
masing-masing sesuai usahanya.
Keyakinan ini dijadikan landasan sikap tawakal setelah manusia
berusaha sekuat tenaga. Dalam hal kerja, Islam memerintahkan umatnya
untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Dengan landasan ini persaingan tidak
lagi diartikan sebagai usaha mematikan pesaing lainya, tetapi dilakukan untuk
memberikan sesuatu yang terbaik dari usaha bisnisnya

2.3. Segi Cara Bersaing


Berbisnis adalah bagian dari muamalah, karenanya bisnis tidak lepas
dari hukum-hukum yang mengatur muamalah. Karenanya, persaingan bebas
yang menghalalkan segala cara merupakan praktik yang harus dihilangkan
karena bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah islami.
Dalam berbisnis setiap orang akan berhubungan dengan pihak-pihak
lain, seperti rekanan bisnis dan pesaing bisnis. Rasulullah SAW memberikan
contoh bagaimana bersaing dengan baik. Ketika berdagang, Rasul tidak
pernah melakukan usaha untuk menghancurkan pesaingnya. Walaupun ini
tidak berarti Rasulullah berdagang seadanya tanpa memperhatikan daya
saingnya. Yang beliau lakukan adalah memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya dan menyebutkan spesifikasi barang yang dijual dengan jujur
3

termasuk jika ada cacat pada barang tersebut Dalam berbisis, harus selalu
berupaya memberikan pelayanan terbaik, namun tidak menghalalkan segala
cara.

2.4. Objek Yang Dipersaingkan


Beberapa keunggulan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya
saing adalah :
2.4.1. Produk
Produk yang dipersaingkan baik barang dan jasa harus halal.
Spesifikasinya harus sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen
untuk menghindari penipuan, kualitasnya terjamin dan bersaing.
2.4.2. Harga
Bila ingin memenangkan persaingan, harga produk harus kompetitif.
Dalam hal ini, tidak diperkenankan membanting harga untuk
menjatuhkan pesaing.
2.4.3. Tempat
Tempat yang digunakan harus baik, sehat, bersih dan nyaman, dan
harus dihindarkan dari hal-hal yang diharamkan seperti gambar porno,
minuman keras dan sebagainya untuk sekedar menarik pembeli.
2.4.4. Pelayanan
Pelayanan harus diberikan dengan ramah, tapi tidak boleh dengan cara
yang mendekati maksiat.
2.4.5. Layanan purna jual
Ini merupakan servis yang akan melanggengkan. Akan tetapi ini
diberikan dengan cuma-cuma atau sesuai akad

2.5. Landasan Syariah Persaingan Bisnis


Strategi bersaing dalam pandangan syariah dibolehkan dengan kriteria
bersaing secara baik. Salah satunya dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah ayat 148 tentang anjuran berlomba dalam kebaikan :
4

Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia


menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam
berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam kandungan ayat Al-Qur’an diatas dijelaskan bahwa persaingan


untuk tujuan kebaikan itu diperbolehkan, selama persaingan itu tidak
melanggar prinsip syariah. Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, ketika
berdagang Rasul tidak pernah melakukan usaha yang membuat usaha
pesaingnya hancur, walaupun tidak berarti gaya berdagang Rasul seadanya
tanpa memperhatikan daya saingnya. Yang beliau lakukan ialah memberikan
pelayanan sebaik-baiknya dan menyebutkan spesifikasi barang yang dijual
dengan jujur, termasuk jika ada kecacatan pada barangnya.
Secara alami, hal-hal seperti ini ternyata dapat meningkatkan kualitas
penjualan dan menarik para pembeli tanpa menghancurkan pedagang lainnya.
Hendaknya kaum muslimin tetap berusaha keras sebaik mungkin dengan
penuh tawakal kepada Allah SWT, hanya mengharapkan ridha-Nya dan apa
yang dilakukan semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Ayat tersebut juga
menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim perlu berlomba-lomba dalam
mengerjakan kebaikan. Termasuk untuk bertransaksi ekonomi berdasarkan
syariah Islam maka berarti melakukan kebaikan yaitu menegakkan kebenaran
agama.
Di dalam surat yang lain, Al-Qur’an juga memperingatkan kepada
para pesaing untuk tidak menjadikan dirinya serakah, dengan berlomba-
lomba untuk mendapatkan keuntungan duniawi sebanyak- banyaknya. Karena
sikap demikian akan menjadikan manusia lalai dan lengah. Hal ini Allah
nyatakan di dalam surat At-Takatsur ayat 1-5:

Artinya : Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk


ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu). Dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin.
5

Dalam ayat yang telah disebutkan diatas Allah memperingatkan secara


keras agar meninggalkan persaingan semacam itu. Bahkan secara berulang-
ulang Allah tegaskan untuk meninggalkan persaingan tersebut. Kalimat
seperti ini mengandung nilai ancaman yang sangat keras guna mencegah dan
mencela perbuatan.
Dari penjelasan di atas, jelaslah terlihat bahwa konsep persaingan
bisnis berbasis Qur’ani adalah sebuah konsep persaingan yang menganjurkan
para pebisnis untuk besaing secara positif (fastabiqul khairat) dengan
memberikan konstribusi yang baik dari bisnisnya bukan untuk menjatuhkan
pebisnis lainnya dan menganjurkan pebisnis untuk tidak merugikan dan
memudharatkan pebisnis lainnya. Selain itu, Al-Qur’an juga memberikan
konsep untuk tidak melakukan persaingan dalam hal mendapatkan kekayaan
sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan nilai-nilai Islami. Karena hal itu
akan membuatnya lalai hingga lupa dengan kewajibannya sebagai hamba
Allah. Oleh karena itu, penting sekali bagi pebisnis Muslim untuk memahami
konsep persaingan yang dianjurkan Islam agar tidak terjatuh persaingan yang
tidak sehat.

2.6. Etika Persaingan dalam Ekonomi Islam


Pada dasarnya tetap memiliki prinsip kebebasan dalam melakukan
kegiatan muamalah (perekonomian) termasuk didalamnya kegiatan
persaingan. Dalam persaingan dibutuhkan etika atau norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat bisnis, sehingga persaingan yang terjadi sesuai
dengan syariat islam. Dalam menjalankan perdagangan diperbolehkan
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, dalam islam bukan hanya
mencari keuntungan tetapi keberkahan.
Dalam ajaran islam, setiap muslim yang ingin berbisnis maka
dianjurkan untuk selalu melakukan hal-hal sebagai berikut :
2.6.1. Melakukan persaingan yang sehat
Baik itu dalam bentuk tidak diperbolehkan menawar barang
yang sedang ditawar oleh orang lain, tidak diperbolehkan membeli
6

barang pedagang yang dari kampung yang belum tahu harga pasar,
tidak diperbolehkan pura-pura menawarkan harga barang dengan
harga tinggi
untuk mengelabui pembeli yang lain. Hal ini berpedoman pada firman
Allah dalam surat Al-Mutaffifin ayat 1-3:

Artinya : Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi.

Yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di sini ialah


orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang.
2.6.2. Kejujuran
Sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha
senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya. Dalam jual beli
diperlukan adanya kejujuran. Ketika kita memilki sifat jujur, maka
orang lain akan menaruh kepercayaan pada kita dan dia tidak perlu
terlalu khawatir berbisnis dengan kita. Banyak sekali orang yang
berhasil dalam dunia bisnis karena sifat jujur yang mereka miliki. Hal
ini berpedoman pada surat Al-Anfal: 58

Artinya : Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan
dari suatu golongan, Maka kembalikanlah perjanjian itu
kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.

2.6.3. Keterbukaan
Pada zaman sekarang ini, ketika manusia yang satu dengan
manusia yang lain sulit sekali saling percaya, apa lagi dalam masalah
yang berkaitan dengan keuangan, maka setiap usaha yang ingin
menjalin kerja sama dituntut untuk terbuka. Terbuka dalam arti bahwa
memiliki laporan keuangan yang jelas atas usaha yang dimiliki
dimana laporan keuangan tersebut bisa diaudit oleh pihak-pihak
7

terkait. Dalam sifat terbuka inilah yang merupakan salah satu kunci
sukses keberhasilan. Hal ini berpedoman pada surat Al-Ahzab: 70

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar.

2.6.4. Keadilan
Salah satu bentuk sederhana dalam berbisnis yang berkaitan
dengan keadilan adalah tidak menambah atau mengurangi berat
timbangan dalam jual beli. Hal ini berpedoman pada surat Al-Isra:35

Artinya : Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan
timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Dalam konsep Ekonomi Islam penentuan harga dilakukan oleh


kekuatan-kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan penawaran.
Dalam konsep islam pertemuan permintaan dan penawaran tersebut
haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasakan
terpaksa untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut.
Konsep persaingan bisnis secara syariah adalah persaingan
yang menganjurkan para pebisnis untuk bersaing secara positif dengan
memberikan kontribusi yang baik dari bisnis untuk menjatuhkan
pebisnis lainnya dan menganjurkan pebisnis untuk tidak merugikan
dan memudaratkan pebisnis lainnya. Ada beberapa persaingan bisnis
yang dilarang dalam persaingan yaitu sebagai berikut:
2.6.4.1. Melakukan penipuan
Penipuan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya, yaitu penipuan harga dari sebuah produk sebenarnya
dengan maksud mengelabui pembeli dan penipuan dari
penyerahan barang yaitu tidak menempati janjinya.
2.6.4.2. Menggunakan Combe
Combe merupakan lawan dari penjual agar berpura-
8

pura melakukan penawaran dengan harga tinggi sehingga


orang lain tertarik untuk menawarnya.
2.6.4.3. Pemberian harga diatas harga pasar
Pemberian harga diatas harga pasar akan
menimbulkan distrosi bagi perekonomian, hal ini
menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran, kelebihan ini
kemungkinan besar tidak akan diserap oleh konsumen
disebabkan harga terlalu tinggi. para pengusaha yang
memberikan harga diatas harga pasar dikarenakan
ketidaktahuan konsumen dengan harga sebenarnya.
2.6.4.4. Pemberian harga dibawah harga pasar
Pemberian harga dibawah harga pasar akan
menimbulkan distrosi bagi perekonomian, hal ini
menyebabkan banyak permintaaan sebab konsumen membeli
harga lebih murah dari yang seharusnya. Untuk mendapatkan
konsumen yang banyak maka para pengusaha rela
memberikan harga dibawah harga pasar.
2.6.4.5. Tas’ir (Penetapan Harga)
Tas’ir yaitu penetapan harga standar pasar yang
ditetapkan oleh pemerintah atau yang berwenang, untuk
disosialisasikan secara paksa kepada masysrakat dalam jual
beli. Tas’ir merupakan salah satu praktek yang tidak
dibolehkan oleh syariat islam, pemerintah atau yang memiliki
otoritas ekonomi tidak memiliki hak dan wewenang untuk
menentukan harga tetap sebuah komoditas, kecuali
pemerintah telah menyediakan pada para pedagang jumlah
yang cukup untuk dijual dengan menggunakan harga yang
ditentukan, atau melihat dan mendapatkan kezaliman-
kezaliman didalam sebuah pasar yang mengakibatkan
rusaknya mekanisme pasar yang sehat.
9

2.7. Dampak Persaingan Bisnis


Sebagaimana diketahui, dalam dunia bisnis seorang pebisnis (wira
usaha) nampaknya tidak dapat terpisahkan dari aktivitas persaingan. Dengan
kata lain aktivitas bersaing dalam bisnis antara pebisnis satu dengan pebisnis
yang lain tidak dapat dihindarkan.Persaingan dalam usaha dapat berimplikasi
positif, sebaliknya, dapat menjadi negatif jika dijalankandengan prilaku
negatif dan sistem ekonomi yang menyebabkan tidak kompetitif.
2.7.1. Dampak positif dari persaingan :
2.7.1.1. Terjadinya peningkatan kualitas produk,
2.7.1.2. Lebih terjamin ketersediaan produk,
2.7.1.3. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia,
2.7.1.4. Terjadinya kewajaran harga karena efisiensi,
2.7.1.5. Meningkatkan kualitas dan
2.7.1.6. Meningkatnya teknologi.
2.7.2. Dampak negatif dari persaingan :
2.7.2.1. Kemungkinan terjadinya pelanggaran etika bisnis,
2.7.2.2. Kesulitan tumbuhnya bisnis pemula,
2.7.2.3. Terjadinya perang harga yang merugikan bagi semua
pesaing,
2.7.2.4. Menghasilkan bisnis monopoli dalam persaingan yang liar.
Dari sisi manfaat, persaingan dalam dunia usaha adalah cara yang
efektif untuk mencapai pendayagunaan sumber daya secara optimal. Dengan
adanya rivalitas akan cenderung menekan ongkos-ongkos produksi sehingga
harga menjadi lebih rendah serta kualitasnya semakin meningkat. Bahkan dari
itu persaingan dapat menjadi landasan fundamental bagi kinerja di atas rata-
rata untuk jangka panjang dan dinamakannya keunggulan bersaing yang
lestari (sustainable competitive advantage) yang dapat diperoleh melalui tiga
strategi genetik, yakni keunggulan biaya, deferensiasi, dan fokus biaya.1
Dalam praktek non ekonomi bahwa persaingan memiliki aspek positif,

1
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di Indonesia,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Ed. 1, h.1.
10

ada tiga argumen yang mendukung dalam bidang usaha. Pertama, dalam
kondisi penjual maupun pembeli terstruktur secara teoritis (masing-masing
berdiri sendiri sebagai unit-unit terkecil dan independen) yang ada dalam
persaingan, kekuatan ekonomi menjadi tersebar dan terdesentralisasi. Dengan
demikian, pembagian sumber daya alam dan pemerataan pendapatan akan
terjadi secara mekanik, terlepas dari campur tangan kekuasaan pemerintah
maupun pihak swasta yang memegang kekuasaan.
Kedua, berkaitan erat dengan hal di atas, sistem ekonomi pasar yang
kompetitif akan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan, ekonomi secara
impersonal, bukan melalui personal pengusaha atau birokrat. Dalam keadaan
seperti ini, kekecewaan politis masyarakat yang usahanya terganjal keputusan
pengusaha maupun penguasa tidak akan terjadi. Dengan kalimat yang lebih
sederhana, dalam kondisi persaingan jika seorang warga masyarakat terpuruk
dalam bidang usahanya, ia tidak akan selalu merasa sakit karena jatuh bukan
karena kekuasaan person tertentu, melainkan karena sesuatu proses yang
mekanistik (permintaan-penawaran).
Hal seperti itu bisa dipastikan tidak akan terjadi dalam hal seseorang
jatuh akibat keputusan pengusaha dan penguasa yang memegang dominasi
ekonomi.
Ketiga, kondisi persaingan juga berkaitan erat dengan kebebasan
manusia untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha. Pada
dasarnya setiap orang akan mempunyai kesempatan yang sama untuk
berusaha sehingga hak setiap manusia untuk mengembangkan diri menjadi
terjamin. Persaingan bertujuan untuk efisiensi dalam menggunakan sumber
daya, memotivasi untuk sejumlah potensi atau sumber daya yang tersedia.
Dari uraian di atasmenunjukan bahwa persaingan akan mendorong
pebisnis untuk lebih baik dengan berupaya ekstra. Tanpa persaingan, mereka
tidak dapat mengukur kemampuan mereka. Dalam skala bisnis, persaingan
membuat perekonomian suatu negara semakin makmur.

Anda mungkin juga menyukai