Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JURNAL BERKALA EPIDEMIOLOGI


Jilid 8 Nomor 1 (2020) 42-49 DOI:
10.20473/jbe.v8i12020. 42-49 p-ISSN:
2301-7171 ;e-ISSN: 2541-092X Situs web:
http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/
Surel:jbe@fkm.unair.ac.id

HUBUNGAN AKSES AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN KEJADIAN DIARE


DI JAWA TIMUR
Hubungan antara Akses Air Minum dan Sanitasi Layak dengan Kejadian Diare di Jawa Timur

Ilham Dwi Prakoso


Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,
ilham.dwi.prakoso-2015@fkm.unair.ac.id
Penulis Koresponden: Ilham Dwi Prakoso, ilham.dwi.prakoso-2015@fkm.unair.ac.id , Departemen
Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, 60115,
Indonesia

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Sejarah Artikel: Latar belakang: Diare masih menjadi masalah kesehatan utama di
Diterima April, 4th, Formulir Revisi 2019 Indonesia. Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua tertinggi angka
Juli, 3rd, 2019 Diterima Januari, 17th, kejadian diare setelah Jawa Barat yaitu mencapai 1.048.885 penderita.
2020 Dipublikasikan online, 28 Januari
Faktor penyebab penyakit diare yang paling dominan adalah air dan
th, 2020
jamban keluarga.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara akses air minum dan sanitasi yang layak dengan
Kata kunci:
kejadian diare di Jawa Timur.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
akses air minum;
akses sanitasi; observasional dengan desain penelitian korelasional. Populasi yang
diare; digunakan adalah seluruh penderita penyakit diare yang ditangani oleh
Jawa Timur masing-masing kabupaten di Provinsi Jawa Timur tahun 2017. Metode
pengambilan sampel menggunakan data agregat jumlah kasus diare
Kata Kunci: yang ditangani dan jumlah penduduk yang memiliki akses air minum dan
akses air minum; sanitasi yang layak per kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur
akses sanitasi layak; berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2017. Variabel yang
diare; diteliti adalah jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum (layak),
jawa timur
jumlah masyarakat yang memiliki akses fasilitas sanitasi layak (jamban
sehat), dan jumlah kasus diare yang ditangani di Provinsi Jawa Timur,
dengan teknik analisis berupa korelasi pearson. Hasil: Penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara penduduk yang memiliki
akses air minum yang tidak memadai (p = 0,00) yang memiliki hubungan
kuat sebesar 0,48 (cukup kuat) dan juga ada hubungan antara penduduk
dengan akses fasilitas sanitasi yang tidak memadai (tidak memiliki
jamban sehat) (p = 0,00) yang memiliki hubungan kuat sebesar 0,53
(cukup kuat).Kesimpulan: Ada hubungan antara akses air minum dan
sanitasi yang tidak layak dengan kejadian diare di Jawa Timur.

©2020 Jurnal Berkala Epidemiologi. Diterbitkan oleh Universitas Airlangga.


Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC-BY-SA
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Cara Mengutip (APA):Prakoso,
ID (2020). Hubungan antara ABSTRAK
akses air minum dan sanitasi Latar Belakang: Diare masih menjadi masalah kesehatan utama
dengan kejadian diare di Jawa
di Indonesia dan Provinsi Jawa Timur memiliki angka kejadian
Timur.Jurnal Berkala
diare tertinggi kedua setelah Jawa Barat. Faktor yang paling
Epidemiologi, 8(1), 42-49.
https://dx.doi.org/10.20473/
dominan berkontribusi dalam kejadian diare adalah ketersediaan
jbe.v8i12020.42-49 air dan jamban keluarga.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
43 dari 49 Ilham Dwi Prakoso /Jurnal Berkala Epidemiologi,8 (1) 2020, 42 – 49

analisis adanya hubungan antara akses air minum dan sanitasi layak
dengan kejadian diare di Jawa Timur.Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan desain studi korelasi.
Populasi yang digunakan yaitu orang yang menderita penyakit diare
yang ditangani setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2017. Penelitian ini data sekunder yaitu profil kesehatan
semua Jawa Timur tahun 2017. Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah variabel bebas yaitu jumlah penduduk yang memiliki akses
air minum (layak) dan jumlah penduduk yang memiliki akses fasilitas
sanitasi layak (jamban sehat) serta variabelnya adalah jumlah kasus
yang ditangani di Provinsi Jawa Timur. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji korelasi pearson.Hasil: Penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penduduk yang
memiliki akses air minum tidak layak dengan kejadian diare (p = 0,00)
dengan kuat hubungan sebesar 0,48 (cukup kuat). Penduduk dengan
akses fasilitas sanitasi tidak layak (tidak memiliki jamban sehat) juga
berhubungan dengan kejadian diare (p = 0,00) dengan kuat
hubungan sebesar 0,53 (cukup kuat)Kesimpulan: Ada hubungan
yang cukup kuat antara akses air minum dan sanitasi tidak layak
dengan kejadian diare di Jawa Timur.

©2020 Jurnal Berkala Epidemiologi. Penerbit Universitas Airlangga.


Jurnal ini dapat diakses secara terbuka dan memiliki lisensi CC-BY-SA
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

PENGANTAR Penyakit diare di Indonesia termasuk dalam


kategori penyakit endemik. Hal ini menjadi bukti
Sebagian besar masalah kesehatan masyarakat nyata bahwa prevalensi diare setiap tahunnya
terkait dengan penyakit menular dan salah satunya masih sangat tinggi dan berpeluang
masih terfokus pada diare. Diare merupakan penyakit menimbulkan wabah (KLB) yang dapat
yang terjadi hampir di semua negara berkembang, mengakibatkan kematian (Kemenkes RI, 2015).
salah satunya Indonesia. Diare juga merupakan Pada tahun 2016, Indonesia mengalami KLB
penyakit menular dan termasuk dalam penyakit penyakit diare yang terjadi di tiga provinsi, tiga
berbasis lingkungan. Kondisi iklim, topografi, dan kabupaten/kota, dengan total 198 penderita
geografis, serta kepadatan penduduk merupakan dan enam kasus meninggal dunia. Case Fatality
faktor penyebab sanitasi dan kondisi air minum yang Rate (CFR) penyakit diare di Indonesia mencapai
tidak memadai yang berdampak pada munculnya 3,04%, sehingga diare masih dinyatakan sebagai
penyakit, seperti diare, di Indonesia (Lestari & Dyah, masalah kesehatan masyarakat utama di
2017). Indonesia (Kemenkes RI, 2017).
Diare didefinisikan sebagai peningkatan Angka kesakitan dan kematian akibat diare di
frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari Indonesia masih sangat tinggi. Diperkirakan lebih
dan juga dengan konsistensi tinja encer lebih dari dari 1,34 miliar orang menderita penyakit diare
saat kondisi normal. Diare dapat terjadi karena dan 3,20 juta di antaranya meninggal setiap tahun.
infeksi dari virus, bakteri, atau parasit. Diare dapat Setiap anak rata-rata mengalami 3,33 kejadian
menyerang orang dewasa dan anak-anak. Jika diare dalam setahun. Selain itu diare juga
tidak segera ditangani pada kelompok rentan menyebabkan 80% kasus kematian pada anak usia
diare akan menyebabkan kematian terutama pada kurang dari dua tahun (Lestari & Dyah, 2017).
anak-anak (Lestari & Dyah, 2017).
Diare tidak hanya terjadi di negara Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di
berkembang tetapi juga terjadi di negara maju. Indonesia dengan angka kejadian diare yang sangat
Meskipun negara maju telah meningkatkan besar terutama di Jawa Timur. Pada tahun 2017, Jawa
kesehatan dan sistem ekonomi masyarakatnya, Timur menempati urutan kedua tertinggi angka
namun angka kejadian diare masih tinggi kejadian diare dengan total 1.048.885 kasus
(Fatmawati, Arbianingsih, & Musdalifah, 2015). (Kemenkes RI, 2018).
44 dari 49 Ilham Dwi Prakoso /Jurnal Berkala Epidemiologi,8 (1) 2020, 42 – 49

Penyakit diare sangat erat kaitannya dengan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah
sanitasi yang tidak sehat dan pola higiene yang kasus diare yang ditangani dan ditemukan di Provinsi
buruk. Oleh karena itu, penyakit diare juga dapat Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota.
disebabkan oleh jarak sumber air minum, Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
ketersediaan, dan kepemilikan jamban yang tidak terdapat pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
sehat (Melvani, Zulkifli, & Faizal, 2019). Penelitian Tahun 2017 dengan teknik pengumpulan data yaitu
yang dilakukan oleh Rohmah & Syahrul (2017) total sampling.
menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya diare Variabel yang digunakan dalam penelitian
antara lain sanitasi lingkungan, kondisi jamban, dan ini adalah variabel Responsive yaitu jumlah
Sarana Air Bersih (SAB). Penelitian lain milik Evayanti, kasus diare yang ditemukan dan ditangani.
Purna, & Aryana (2014) juga menyatakan bahwa Sedangkan variabel prediktornya adalah jumlah
ketersediaan air bersih dan pembuangan tinja yang penduduk yang memiliki akses air minum dan
dilakukan sembarangan merupakan faktor paling sanitasi yang tidak layak di setiap kabupaten/
dominan yang dapat menyebabkan diare. kota di Provinsi Jawa Timur yang tercatat di
Faktor sanitasi lingkungan seperti kepemilikan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun
jamban memiliki hubungan yang erat dengan 2017. Jumlah penduduk yang memiliki akses air
kejadian diare. Hal ini dikarenakan masih banyak minum yang aman dikelompokkan menjadi dua
masyarakat di Indonesia yang belum memiliki kategori. Kategori tersebut dikatakan “layak” jika
jamban, sehingga pencemaran air sangat mudah kabupaten/kota memiliki nilai cakupan 70%, dan
terjadi. Hal ini juga menjadi faktor penyebab diare, dikatakan “tidak layak” jika memiliki <70%. Akses
karena jika terus berlanjut akan meningkatkan risiko sanitasi dilihat berdasarkan kepemilikan jamban
diare. Apalagi ada juga orang yang seenaknya sehat penduduk di Provinsi Jawa Timur. Akses
membuang sampah pada tempatnya. Jika hal ini sanitasi juga dikategorikan menjadi dua
terus terjadi, maka akan berdampak serius terhadap kategori yaitu “layak”, jika kabupaten/kota
lingkungan, seperti pencemaran air, dan akibatnya memiliki nilai cakupan 70%, dan “
dapat mencemari atau menurunkan kualitas air
minum rumah tangga, dan pada akhirnya dapat Analisis penelitian ini menggunakan uji
menimbulkan penyakit (Nurfita, 2017). Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui data
Dalam hal ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji
Timur telah mengupayakan berbagai cara untuk korelasi Pearson untuk melihat hubungan
menekan angka kejadian diare, yaitu dengan antara variabel dependen dengan variabel
mengakses penyediaan air minum (baik) dan independen. Syarat uji korelasi pearson adalah
mengakses fasilitas sanitasi yang layak (WC sehat) data harus berdistribusi normal dengan
bagi seluruh penduduk yang tinggal di Jawa Timur. menggunakan uji normalitas yaitu uji
Pada tahun 2017, terdapat 6.330 penyedia air minum Kolmogorov-Smirnov.
yang memadai untuk seluruh masyarakat di Provinsi
Jawa Timur. Selain itu, ada juga empat kabupaten/ HASIL
kota yang masyarakatnya tidak lagi melakukan buang
air besar sembarangan, antara lain Kabupaten Gambaran Umum Kasus Diare Di Setiap
Pacitan, Magetan, Ngawi, dan Madiun. Namun tidak Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun
menutup kemungkinan masih ada sebagian 2017
masyarakat yang belum memiliki akses air minum Diare digolongkan sebagai penyakit menular.
yang layak atau akses sanitasi yang layak (Dinas Penyakit diare biasanya dapat dicegah dan diobati
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018). dengan pemberian Oral Rehydration Salts (ORS)
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dan pemberian cairan infus. Jumlah kasus diare
sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan yang ditemukan di Jawa Timur pada tahun 2017
antara penduduk dengan akses jalan pintas air minum yang sangat tinggi. Pada tahun 2017, daerah yang
tidak memadai dan akses sanitasi yang tidak layak (tidak termasuk dalam lima kabupaten dengan jumlah
memiliki jamban yang baik) dengan kejadian diare di Jawa Timur kasus diare tertinggi di Provinsi Jawa Timur adalah
pada tahun 2017. Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Kabupaten
Jember, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten
METODE Pasuruan. Kasus diare umumnya ditemukan di
pemukiman padat penduduk atau di daerah yang
Penelitian ini menggunakan desain penelitian sulit akses air minum dan sanitasi yang layak,
observasional analitik dengan desain penelitian korelasional. karena daerah tersebut tergolong kumuh, dan ini
45 dari 49 Ilham Dwi Prakoso /Jurnal Berkala Epidemiologi,8 (1) 2020, 42 – 49

Kondisi tersebut sangat mudah membuka celah bagi penyakit antara jumlah penduduk dan akses air minum
menular (Tabel 1). dan sanitasi yang tidak layak dengan kejadian
Pada tahun 2017, Provinsi Jawa Timur memiliki diare di Provinsi Jawa Timur dilakukan uji
6.330 penyedia air minum dengan kualitas yang normalitas. Hasil uji normalitas variabel
cukup untuk digunakan. Hal ini dapat menjadi penduduk dengan akses air minum (tidak
langkah pemerintah untuk meminimalisir kejadian layak) menggunakan uji statistik yaitu
diare. Kabupaten/kota di Jawa Timur yang sudah Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa
dalam kategori layak (>70%) sebesar 73%. Sedangkan data berdistribusi normal, dengan nilai
kabupaten/kota di Jawa Timur yang masih dalam signifikansi p = 0,06; p>0,05, sehingga asumsi
kategori kurang baik (<70%) adalah sebesar 27% terpenuhi dan dapat dilanjutkan dengan
(Tabel 2). melakukan uji korelasi Pearson (Tabel 3).
Hasil uji normalitas variabel jumlah penduduk
Tabel 1 dengan akses sanitasi tidak layak (tidak memiliki
Lima Daerah dengan Jumlah Kasus Diare jamban sehat) dengan menggunakan uji statistik
Terbanyak Di Setiap Kabupaten/Kota Provinsi kolmogorov smirnov menunjukkan bahwa
Jawa Timur Tahun 2017 kesalahan berdistribusi normal, dengan nilai
Kabupaten/Kota Kasus Diare Pangkat signifikansi p = 0,27; p>0,05, sehingga asumsi
kota surabaya 77617 1 terpenuhi dan dapat dilanjutkan dengan
Kabupaten Malang 69568 2 melakukan uji korelasi Pearson (Tabel 3).
Kabupaten Jember 65615 3
Kabupaten Sidoarjo 58959 4 Tabel 3
Kabupaten Pasuruan 43343 5 Hasil Uji Normalitas Penduduk dengan Akses Air
Minum dan Sanitasi Tidak Layak
Pada tahun 2017, pembangunan sanitasi di Jawa Kategori Hasil
Timur telah menunjukkan kemajuan yang signifikan, Air Minum yang Tidak Layak
namun tidak menutup kemungkinan ditemukannya n 38
sejumlah daerah yang masih tergolong rendah, Kolmogorov-Smirnov Z 1.36
terutama dalam hal penyediaan sanitasi yang layak. asim. Sig.(2-ekor) 0,06
Kabupaten/kota di Jawa Timur yang termasuk dalam Sanitasi yang Tidak Layak
kategori layak (>70%) adalah sebesar 78%. n 38
Sedangkan kabupaten/kota di Jawa Timur yang Kolmogorov-Smirnov Z 1.01
termasuk dalam kategori tidak layak (< 70%) sebesar asim. Sig.(2-ekor) 0.27
22% (Tabel 2). Kasus Diare Ditangani
n 38
Meja 2 Kolmogorov-Smirnov Z 1.03
Persentase Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur asim. Sig.(2-ekor) 0.24
berdasarkan Akses terhadap Air Minum dan Sanitasi n
Variabel F % Hasil analisis uji korelasi pearson
Akses untuk Minum menunjukkan signifikansi 0,00 dengan = 0,05
Air artinya terdapat hubungan yang signifikan
Bisa dilakukan 28 73% antara jumlah penduduk yang memiliki akses
tidak mungkin 10 27% air minum (tidak layak) dengan jumlah kasus
Akses Sanitasi diare yang ditemukan di Jawa Timur tahun 2017.
Bisa dilakukan 30 78% kekuatan korelasi variabel sebesar 0,48 yang
tidak mungkin 8 22% berarti hubungan kedua variabel cukup kuat.
Total 38 100.00 Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah
penduduk dengan akses berkelanjutan
Hubungan Masyarakat Yang Tidak Layak terhadap air minum yang tidak memadai juga
Akses Air Minum dan Sanitasi Dengan meningkatkan jumlah kasus diare yang
Jumlah Kasus Diare Yang Ditangani Di ditemukan di Provinsi Jawa Timur (Tabel 4).
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 Hasil analisis uji korelasi pearson
Persyaratan atau asumsi korelasi Pearson menunjukkan signifikansi 0,00 dengan = 0,05
yaitu data harus berdistribusi normal. artinya ada hubungan yang signifikan antara
Sebelum mengetahui hubungan jumlah penduduk dengan akses fasilitas
sanitasi yang tidak layak (tidak sehat
46 dari 49 Ilham Dwi Prakoso /Jurnal Berkala Epidemiologi,8 (1) 2020, 42 – 49

jamban) terhadap jumlah kasus diare yang kematian akibat diare (Dinkesprov Jawa Timur,
ditemukan di Provinsi Jawa Timur tahun 2017. 2018).
Kekuatan korelasi kedua variabel sebesar 0,53 Sebagai masyarakat yang berwawasan
berarti hubungan kedua variabel tersebut cukup kesehatan, sudah sepatutnya kita wajib memahami
kuat. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya apa saja manfaat jamban sehat dan bagaimana cara
jumlah penduduk dengan akses fasilitas sanitasi merawatnya. Persyaratan jamban dinyatakan sehat
yang tidak layak (tidak memiliki jamban sehat) juga antara lain tidak mencemari sumber air, tidak
meningkatkan jumlah kasus diare yang ditemukan mencemari tanah sekitar, tidak berbau, tidak
di Provinsi Jawa Timur (Tabel 4). terjangkau serangga, mudah dibersihkan,
penerangan cukup, lantai kedap air, ventilasi baik,
Tabel 4 serta dilengkapi dinding dan atap pelindung.
Hasil Uji Korelasi Pearson Antara Masyarakat yang Sehingga kondisi tersebut dapat menekan penularan
Tidak Layak Akses Air Minum dan Sanitasi dengan penyakit (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018).
Kasus Diare Ditemukan Di Provinsi Jawa Timur Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
Tahun 2017 tahun 2017, penularan kasus diare di Jawa Timur
Akses ke umumnya terjadi di wilayah yang tergolong permukiman
Diobati Sehat
Bisa dilakukan padat penduduk. Daerah-daerah tersebut meliputi
Diare Akses Jamban
Air minum Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota
Pearson 0,48 0,53 Surabaya, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten
Korelasi Malang. Daerah-daerah tersebut tergolong daerah
Sig.(2-ekor) 0.00 0.00 perkotaan, kumuh, dan padat penduduk di Provinsi Jawa
n 38 38 Timur yang belum memenuhi syarat kesehatan. Apalagi
mayoritas masyarakat yang masih membuang
DISKUSI kotorannya pada tempatnya akan berdampak serius
terhadap air, tanah, dan polusi. Selain itu, udara dapat
Gambaran Kejadian Diare di Setiap Kabupaten/ mencemari atau menurunkan kualitas air minum rumah
Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 tangga.
Penyakit diare di Indonesia termasuk dalam Kepadatan penduduk dapat menjadi penyebab
kategori penyakit endemik yang berpotensi masalah tersendiri karena mempengaruhi
menimbulkan KLB. Pada tahun 2015 terjadi 18 KLB ketersediaan sanitasi dan penggunaan air bersih.
diare di Indonesia. Wabah dengan jumlah penderita Kondisi ini juga bisa menjadi pemicu timbulnya
terbanyak terdapat di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk, seperti
dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian diare. Di sisi lain, kehidupan penduduknya terus
30 orang (CFR 2,47%) (Rahmadian, Ketaren, & Sirait, menurun baik kesehatannya maupun kehidupan
2017). sosialnya yang terus terjepit jauh di bawah garis
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa kemiskinan (Rospita, Tahlil, & Mulyadi, 2017).
Timur bersama lintas sektor berupaya meningkatkan Penularan penyakit diare dapat melalui
derajat kesehatan masyarakat dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja
menyelenggarakan kegiatan kesehatan dasar dan baik secara langsung maupun tidak langsung
penyehatan lingkungan yang bertujuan untuk melalui perantara vektor mekanis, seperti lalat.
meminimalkan risiko penyakit akibat sanitasi Lingkungan juga memiliki peluang dalam
lingkungan yang buruk, seperti diare (Timur, Dinas membentuk pola penyakit, baik lingkungan fisik,
Kesehatan Provinsi Jawa, 2018). biologis, maupun sosial ekonomi. Selain itu, faktor
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perilaku, tingkat pendidikan, dan pengetahuan,
gejala peningkatan frekuensi buang air besar serta tingkat pendapatan penduduk suatu daerah
(BAB) menjadi lebih dari tiga kali sehari dengan juga berperan penting dalam membangun
konsistensi tinja encer yang dapat disertai darah lingkungan yang baik dan layak bagi seluruh
atau lendir. Jawa Timur merupakan provinsi masyarakat dalam rangka mewujudkan hidup
dengan kejadian diare terbesar di Indonesia. sehat (Duwila, Trijoko , Lanang, & Astorina, 2018).
Kejadian diare di Jawa Timur dapat disebabkan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meliyanti
oleh berbagai faktor risiko yaitu keterbatasan (2016) yang menyatakan bahwa ada beberapa
sumber konsumsi air minum dan jamban sehat. faktor risiko yang memiliki hubungan erat dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengadakan terjadinya diare antara lain ketersediaan jamban
kegiatan pengendalian penyakit diare yang yang sehat, dan konsumsi air minum yang layak.
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
47 dari 49 Ilham Dwi Prakoso /Jurnal Berkala Epidemiologi,8 (1) 2020, 42 – 49

bahwa faktor risiko penyakit diare yang sering tidak hubungan di antara minum air
diteliti adalah faktor lingkungan seperti fasilitas konsumsi dan kejadian diare (p = 0,42). Adapun
air bersih dan kepemilikan jamban. penelitian lain yang juga tidak sejalan adalah
penelitian Aini, Raharjo, & Budiyono (2016) yang
Hubungan Ketidaklayakan Akses Air dilakukan di Puskesmas Banyuasin Kabupaten
Minum dan Sanitasi dengan Kejadian Diare Purworejo yang daerahnya merupakan daerah
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 perbukitan, sehingga sumber air minumnya
masyarakat disana yang paling banyak
Hasil analisis uji korelasi pearson dimanfaatkan berasal dari mata air (47,54%),
menunjukkan bahwa terdapat hubungan sumur gali (26,21%), air minum dalam kemasan
yang cukup kuat antara penduduk yang (12,51%), PDAM (8,87%), dan sungai (5%), dan
memiliki akses air minum yang tidak layak hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada
dengan jumlah kasus diare yang ditemukan di hubungan antara jenis sumber air minum
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017. air dengan kejadian diare (p = 0,141).
minum, maka jumlah kasus diare juga Membuang tinja di sembarang tempat juga bisa
semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. berisiko penyebaran penyakit yang lebih kompleks.
Hasil analisis uji korelasi pearson juga Penularan penyakit yang berasal dari feses dapat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan melalui berbagai media seperti air, tanah, kontak
yang cukup kuat antara penduduk yang langsung dengan benda yang telah terkontaminasi
memiliki akses fasilitas sanitasi yang tidak feses, atau melalui vektor seperti lalat. Pengelolaan
layak dengan jumlah kasus diare yang tinja dan jamban yang tidak tepat akibat
ditemukan di Provinsi Jawa Timur pada tahun pertambahan penduduk akan meningkatkan risiko
2017. Artinya semakin banyak masyarakat terjadinya diare. Persyaratan jamban sehat antara
yang memiliki akses tidak layak. fasilitas lain jamban yang tidak mencemari sumber air, tidak
sanitasi, jumlah kasus diare juga meningkat. mencemari tanah di sekitarnya, tidak berbau, tidak
Air minum yang sehat adalah air yang tidak dapat dijangkau serangga, mudah dibersihkan,
berwarna, jernih, tidak berasa, dan tidak berbau. Air memiliki penerangan yang cukup, memiliki lantai
minum yang sehat juga tidak mengandung patogen dan kedap air, memiliki ventilasi yang baik dan dilengkapi
bakteri yang berbahaya bagi kesehatan manusia. dengan dinding dan atap pelindung (Fatmawati,
Kriteria air minum yang ideal adalah tidak mengandung Arbianingsih, & Musdalifah, 2015).
bahan kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak Hasil penelitian lain yang dilakukan pada
korosif, dan tidak meninggalkan endapan pada seluruh orang tua yang memiliki balita di Puskesmas
jaringan distribusi. Dengan demikian, sebagai bagian Bulu Lor Kota Semarang menyatakan bahwa
dari keselamatan di bidang kesehatan dalam konsumsi ada hubungan antara kepemilikan jamban
air minum, analisis kualitas air diperlukan untuk sehat dengan kejadian diare (p = 0,03). Jamban
mengetahui tingkat konsumsi yang layak dan kebutuhan merupakan komponen penting yang harus ada
konsumsi air minum penduduk (Fatmawati, di setiap rumah. Jamban digunakan sebagai
Arbianingsih, & Musdalifah, 2015). tempat pembuangan tinja. Kepemilikan jamban
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sari, merupakan upaya manusia untuk menjaga
(2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan kesehatan dengan menjadikan lingkungan
antara sumber air minum yang dikonsumsi tempat tinggalnya sehat dan sebagai upaya
dengan kejadian diare (p = 0,01). Selanjutnya pencegahan penyakit akibat pencemaran tinja
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian seperti diare (Nurfita, 2017).
Langit, (2016) yang menunjukkan bahwa ada Penelitian lain yang juga sejalan dengan
hubungan antara kondisi sarana penyediaan air penelitian ini adalah penelitian Oktariza,
bersih dengan kejadian diare pada balita (p = 0,00). Suhartono, & Dharminto (2018) yang
Penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian melakukan penelitian terkait dengan
ini adalah penelitian Nurpauji, Nurjazuli, & Yusniar gambaran kondisi sanitasi lingkungan rumah
(2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan dengan kejadian diare pada balita di
antara jenis sumber air minum dengan kejadian Puskesmas Buayan Pusat (Puskesmas
diare dengan risiko 2,25 (p = 0,00). ; PR = 2,25; 95% Buayan) di Kabupaten Kebumen menyatakan
CI = 1,25-4,04). Namun hasil penelitian ini tidak bahwa ada hubungan antara kondisi jamban
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dengan kejadian diare (p = 0,01). Kondisi toilet
Sukardi, Yusran, & Tina (2016) yang menyatakan merupakan faktor risiko terjadinya diare (PR =
bahwa terdapat 2,23; CI 95% = 1,32-3,77).
48 dari 49 Ilham Dwi Prakoso /Jurnal Berkala Epidemiologi,8 (1) 2020, 42 – 49

Sedangkan menurut penelitian Duwila, REFERENSI


Trijoko, Lanang, & Astorina (2018) yang
melakukan penelitian dengan responden dari Aini, N., Raharjo, M., & Budiyono. (2016).
masyarakat desa pesisir Kecamatan Mangoli Hubungan kualitas air minum dengan
Timur Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi kejadian diare pada balita di wilayah kerja
Maluku Utara tentang pemetaan sanitasi Puskesmas Banyuasin Kecamatan Loano.
dasar penyakit diare menyatakan bahwa ada Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4
ada hubungan antara kualitas masing-masing (1), 399–406.
sanitasi dasar yaitu jamban, tempat sampah, Duwila, F., Trijoko, Lanang, H., & Astorina, N.
dan Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) (2018). Pemetaan sanitasi dasar dengan
dengan kejadian diare di Desa Waitina (p = penyakit diare pada masyarakat desa
0,00). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan pesisir Kecamatan Mangoli Timur
dengan penelitian Langit (2016) yang Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku
melakukan penelitian di Puskesmas Rembang Utara tahun 2018.Jurnal Kesehatan
dan menyatakan tidak ada hubungan antara Masyarakat (e-Journal),6(6), 119–127.
kondisi jamban dengan kejadian diare (p = Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2018).Timur
1.00). Profil Kesehatan Provinsi Jawa 2017. Surabaya:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Keterbatasan Penelitian Evayanti, NKE, Purna, IN, & Aryana, IK
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu (2014). Faktor-faktor yang berhubungan
variabel prediktor dan variabel respon yang dalam dengan kejadian diare pada balita yang
penelitian ini merupakan data agregat, sehingga peneliti berobat ke Badan Rumah Sakit Umum
hanya dapat menunjukkan hubungan antar variabel Tabanan.Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4
secara statistik dan matematis. (2), 134–139.
Fatmawati, Arbianingsih, & Musdalifah. (2015).
KESIMPULAN Faktor yang mempengaruhi kejadian diare
anak usia 3-6 tahun di TK Raudhatul Athfal
Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Kabupaten Alauddin Makassar.Jurnal Keperawatan
Jember, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Islam,1(1), 21–32.
Pasuruan merupakan lima wilayah tertinggi dengan Langit, LS (2016). Hubungan kondisi sanitasi
jumlah kasus diare terbanyak di Provinsi Jawa Timur dasar rumah dengan kejadian diare pada
pada tahun 2017. Terdapat hubungan yang kuat dan balita di wilayah kerja Puskesmas Rembang
positif antara penduduk dengan akses air minum dan 2.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4
sanitasi fasilitas dengan jumlah kasus diare yang (2), 160–165.
ditemukan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini Lestari, DRW, & Dyah, Y. (2017). hubungan
membuktikan bahwa semakin banyaknya masyarakat antara pengetahuan dan kebiasaan
yang memiliki akses berkelanjutan terhadap sanitasi pengasuhan pengasuh dengan kejadian
yang tidak memadai (jamban sehat) dan air minum diare pada balita.Jurnal Pendidikan
juga akan meningkatkan jumlah kasus diare yang Kesehatan,2(1), 39–46.
ditemukan di Provinsi Jawa Timur. Meliyanti, F. (2016). faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada
KONFLIK KEPENTINGAN balita.Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah,1(2), 9–
15.
Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan dalam Melvani, RP, Zulkifli, H., & Faizal, M. (2019).
penelitian ini. Analisis faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare balita di Kelurahan Karyajaya
PENGAKUAN Kota Palembang.JUMANTIK: Jurnal Ilmiah
Penelitian Kesehatan,4(1), 57–68.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas https://doi.org/10.30829/jumantik.v4i1.4052
Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai penyedia data Kementerian Kesehatan RI. (2015).kesehatan indonesia
yang akan digunakan dalam penelitian ini serta semua profil 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
pihak lain dalam hal dukungan finansial. Kementerian Kesehatan RI. (2017).kesehatan indonesia
profil 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2018).kesehatan indonesia
profil 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
49 dari 49 Ilham Dwi Prakoso /Jurnal Berkala Epidemiologi,8 (1) 2020, 42 – 49

Nurfita, D. (2017). faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian diare
pada balita di Puskesmas Bulu Lor Kota
Semarang.Kes Mas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 11(2), 149-154.
https://doi.org/10.12928/kesmas.v11i2.7139
Nurpauji, SV, Nurjazuli, & Yusniar. (2015).
hubungan jemis sumber air, kualitas
bakteriologis air, personal hygiene dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Lamper Tengah Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3
(1), 569–578.
Oktariza, M., Suhartono, & Dharminto. (2018).
Gambaran kondisi sanitasi lingkungan rumah
dengan kejadian diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Buayan Kabupaten
Kebumen.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal),6(4), 476–484.
Rahmadian, S., Ketaren, O., & Sirait, A. (2017).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare di Puskesmas Perwatan
Ngkeran Kabupaten Aceh Tenggara pada
tahun 2017.Jurnal Ilmiah Simantek,1(3), 64–
79.
Rohmah, N., & Syahrul, F. (2017). hubungan
kebiasaan cuci tangan dan penggunaan
jamban sehat dengan kejadian diare balita.
Jurnal Berkala Epidemiologi,5(1), 95–106.
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i1
Rospita, Tahlil, T., & Mulyadi. (2017). Upaya
pencegahan diare pada keluarga dengan
pendekatan pendekatan terencana teori
perilaku.Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1),
50–59.
Sari, DM (2016). hubungan sumber air minum
terhadap kejadian diare pada keluarga.TRIK:
Tunas-Tunas Riset Kesehatan,6(4), 194– 198.

Sukardi, Yusran, S., & Tina, L. (2016). faktor-


faktor yang berhubungan dengan kejadian
diare pada balita umur 6-59 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Poasia tahun 2016.Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 3
(1), 1–12.
https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-
b-000238666

Anda mungkin juga menyukai