ANALISIS KREDIT
Kelompok 10 Kelas A :
FAKULTAS EKONOMI
2021
LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA
Likuiditas (liquidity) adalah kemampuan untuk mengonversikan aset menjadi kas atau
memperoleh kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Jangka pendek adalah periode
hingga satu tahun atau didefinisikan sebagai siklus operasi normal perusahaan (periode waktu
yang mencakup siklus pembelian, produksi, penjualan, dan penagihan).
Jika perusahaan gagal untuk memenuhi kewajiban saat ini, maka keberlangsungan
usahanya diragukan. Dilihat dari sisi ini, seluruh ukuran analisis lainnya menjadi kurang penting.
Ketika pengukuran akuntansi mengasumsikan keberadaan yang tak terbatas dari suatu
perusahaan, analisis harus selalu menilai validitas dari asumsi ini menggunakan ukuran likuiditas
dan solvabilitas.
Modal kerja secara luas juga digunakan sebagai ukuran likuiditas. Modal kerja (working
capital) yang didefinisikan sebagai kelebihan aset lancar atas liabilitas jangka pendek. Modal
kerja merupakan ukuran yang penting atas aset likuid yang mencerminkan pengaman bagi
kreditor. Modal kerja juga penting sebagai ukuran atas cadangan liquid yang tersedia untuk
memenuhi kontinjensi dan ketidakpastian terkait arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan.
Aset lancar (current assets) adalah kas dan aset lainnya secara wajar diharapkan dapat:
(1) direalisasikan sebagai kas, atau (2) dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun (atau dalam
siklus operasi normal dari suatu perusahaan jika lebih dari satu tahun). Akun-akun laporan posisi
keuangan dimasukkan sebagai aset lancar adalah kas, efek yang dapat diperdagangkan yang
jatuh tempo pada tahun fiskal berikutnya, piutang usaha, persediaan, dan biaya dibayar dimuka.
Liabilitas jangka pendek (current liabilities) adalah kewajiban yang diharapkan akan
dipenuhi dalam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya satu tahun. Liabilitas jangka pendek
biasanya mencakup utang usaha, wesel bayar, pinjaman bank jangka pendek, utang pajak, biaya
yang masih harus dibayar, dan bagian lancar dari utang jangka panjang.
Analisis harus menilai apakah seluruh kewajiban saat ini dengan kemungkinan besar
dibayar dengan segera mungkin telah dilaporkan pada liabilitas jangka pendek. Jika tidak
dimasukkan dalam liabilitas jangka pendek maka akan mengurangi manfaat analisis modal kerja.
Berikut tiga hal umum yang perlu diperhatikan :
Perjanjian pinjaman dan indenture obligasi atau kontrak obligasi seringkali berisi
ketentuan untuk mengelola tingkat modal kerja minimum. Analisis keuangan menilai besaran
modal kerja untuk keputusan dan rekomendasi investasi. Instansi pemerintah menghitung jumlah
modal kerja keseluruhan untuk tindakan kebijakan dan peraturan. Selain itu, laporan keuangan
yang dipublikasikan membedakan antara aset lancar dan tidak lancar dengan liabilitas jangka
pendek ataupun jangka panjang sebagai respons atas kebutuhan penggunaan lainnya.
Ukuran relative yang umumnya digunakan dalam praktik adalah rasio lancar.
Aset Lancar
Rasio lancar =
Liabilitas Jangka Pendek
Relevasi Rasio Lancar
Alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup
kemampuannya untuk mengukur :
Cakupan liabilitas jangka pendek. Semakin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap
liabilitas jangka pendek, semakin besar jaminan yang kita miliki bahwa liabilitas jangka
pendek yang akan dibayarkan.
Penyangga (buffer) saat terjadi kerugian. Semakin besar buffer, semakin kecil risiko. Rasio
lancar menunjukkan margin of safety yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar
nonkas ketika airnya aset tersebut dilepas atau dilikuiditas.
Cadangan dana likuid. Rasio lancar sangat relevan sebagai ukuran margin of safety terhadap
ketidakpastian dan guncangan arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan guncangan, seperti
pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat sewaktu-waktu dan tanpa diperkirakan
menurunkan arus kas.
Keterbatasan Rasio Lancar
Langkah pertama dalam mengevaluasi secara kritis rasio lancar sebagai alat analisis
likuiditas dan solvabilitas jangka pendek adalah dengan menguji nilai pembilang maupun
penyebutnya. Jika kita mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan untuk memenuhi arus kas
keluar dengan kecukupan arus kas masuk, termasuk cadangan untuk penurunan arus kas masuk
yang tidak terduga atau kenaikan arus kas keluar.
Rasio lancar adalah ukuran statis atas sumber daya yang tersedia pada suatu waktu
tertentu untuk memenuhi kewajiban lancar. Cadangan saat ini atas sumber daya kas tidak
memiliki hubungan logis atau sebab akibat terhadap arus kas masuk di masa mendatang.
Walaupun arus kas masuk di masa mendatang merupakan indikator terbesar dari likuiditas. Arus
kas masuk ini tergantung pada faktor-faktor yang tidak tercakup dalam rasio, seperti penjualan,
pengeluaran kas, laba, dan perubahan kondisi usaha.
Liabilitas jangka pendek merupakan fokus dari rasio lancar. Liabilitas ini merupakan
sumber kas yang sama halnya dengan piutang dan persediaan yang menggunakan kas. Liabilitas
jangka pendek terutama ditentukan oleh penjualan, dan kemampuan perusahaan untuk
memenuhinya saat jatuh tempo merupakan objek dari ukuran modal kerja. Misalnya, karena
pembelian menyebabkan peningkatan utang usaha merupakan fungsi dari penjualan, maka utang
usaha bervariasi terhadap penjualan. Selama penjualan cenderung konstan atau meningkat,
pembayaran liabilitas jangka pendek merupakan aktivitas pendanaan kembali. Dalam kasus ini,
komponen rasio lancar memberikan pengakuan yang kecil (jika ada) atas aktivitas tersebut atau
dampaknya terhadap arus kas masa depan. Selain itu, liabilitas jangka pendek yang dimasukkan
dalam perhitungan rasio lancar tidak mencakup pengeluaran kas prospektif contohnya adalah
komitmen tertentu dalam kontrak konstruksi, pinjaman sewa, dan pensiun.
1. Likuiditas tergantung pada besarnya arus kas prospektif dan pada tingkat kas dan setara kas
yang lebih rendah.
2. Tidak ada hubungan langsung antara saldo akun modal kerja dengan kemungkinan pola arus
kas masa depan.
3. Kebijakan manajerial mengenai piutang dan persediaan terutama diarahkan pada pemanfaatan
aset yang efisien dan menguntungkan serta yang kedua berdasarkan likuiditas.
Kesimpulan ini bukan pertanda yang baik bagi rasio lancar sebagai suatu alat analisis.
Alasan penggunaan rasio lancar agar mudah dipahami, mudah dihitung, dan ketersediaan
datanya. Penggunaan hasil ini juga berasal dari kecenderungan kreditor (terutama bankir)
memandang situasi kredit sebagai kondisi yang menjadi pilihan terakhir. Likuiditas merupakan
kesiapan dan kecepatan aset lancar yang dapat dikonversi menjadi kas dan sejauh mana konversi
ini menyebabkan penurunan nilai aset lancar. Penggunaan yang relevan atas rasio lancar adalah
hanya untuk mengukur kemampuan aset lancar dalam melunasi liabilitas jangka pendek.
Analisis Komparatif
Menganalisis tren pada rasio lancar seringkali dapat memberikan penerangan. Namun,
perubahan rasio lancar dari waktu ke waktu harus diinterpretasikan dengan hati-hati. Perubahan
rasio ini tidak selalu menunjukkan perubahan likuiditas atau kinerja operasi. Misalnya, selama
masa resensi, perusahaan kemungkinan tetap melanjutkan pembayaran liabilitas jangka pendek
sementara persediaan dan piutang menumpuk, sehingga menyebabkan peningkatan rasio lancar.
Sebaliknya, pada periode yang menguntungkan, kenaikan utang pajak dapat menurunkan rasio
lancar. Pengembangan perusahaan yang sering menyertai keberhasilan operasi dapat
menyebabkan kebutuhan modal kerja yang lebih besar. "pemerasan kemakmuran" dalam
likuiditas ini menurunkan rasio lancar dan merupakan hasil pengembangan perusahaan yang tak
diiringi dengan peningkatan modal kerja.
Manajemen Rasio
Aturan praktis ( rule of thumb) sering diterapkan jika rasio lancar sebesar 2:1 atau lebih
baik, maka perusahaan secara finansial dapat dikatakan sehat, sedangkan jika rasio lebih rendah
dibandingkan 2:1 maka mencerminkan peningkatan risiko likuiditas. Aturan 2:1 berarti bahwa
terdapat $2 aset lancar yang tersedia untuk setiap $1 liabilitas jangka pendek, atau jika dipandang
dari sudut pandang lainnya, nilai aset lancar dapat berkurang sebesar 50% saat likuidasi dan
masih dapat menutup liabilitas jangka pendek. Rasio lancar yang jauh lebih tinggi dari 2:1
walaupun mengimplikasikan cakupan yang sangat tinggi atas liabilitas jangka pendek, juga dapat
menandakan penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan mengurangi tingkat imbal hasil.
Evaluasi rasio lancar dengan menggunakan berbagai aturan tak tertulis lainnya cenderung
diragukan karena dua alasan berikut :
1. Kualitas aset lancar dan komposisi liabilitas jangka pendek lebih penting dalam mengevaluasi
rasio lancar (misalnya, dua perusahaan dengan rasio lancar yang sama persis dapat
menunjukkan rasio yang berbeda secara substansial karena keragaman dalam kualitas
komponen modal kerja).
2. Kebutuhan modal kerja dapat bervariasi tergantung pada kondisi industri dan jangka waktu
siklus perdagangan neto perusahaan.
Analisis Siklus Perdagangan Neto
Ilustrasi 1
Keuangan dari Technology Resource untuk akhir tahun ke-1
Piutang usaha dilaporkan dalam dolar penjualan dibagi dengan penjualan per hari,
persediaan dilaporkan pada biaya perolehan dibagi dengan beban pokok penjualan
per hari, dan utang usaha dilaporkan dalam dolar pembelian dibagi dengan
pembelian per hari. Oleh karena itu, sementara ukuran hari dinyatakan dengan
basis yang berbeda, estimasi siklus perdagangan neto berdasarkan pada basis yang
konsisten. Semakin panjang siklus perdagangan neto, semakin besar kebutuhan
modal kerjanya.
Pengurangan pada jumlah hari penjualan dalam piutang (number of day's sales in
receivable) atau biaya penjualan dalam persediaan akan menurunkan kebutuhan
modal kerja. Peningkatan pada jumlah hari pembelian secara kredit yang diterima
dari pemasok akan menurunkan kebutuhan modal kerja. Kebutuhan modal kerja
ditentukan oleh kondisi dan praktik industri. Perbandingan dengan menggunakan
rasio lancar dalam industri, dan analisis kebutuhan modal kerja dengan
menggunakan ukuran siklus perdagangan neto berguna untuk menganalisis
kecukupan modal kerja suatu perusahaan.
Kas dan setara kas merupakan aset lancar yang paling likuid. Bagian ini akan membahas ukuran
likuiditas dengan menggunakan rasio berbasis kas.
Rasio lain yang mengukur kecukupan Kas adalah rasio kas terhadap liabilitas jangka pendek
(cash to current liabilities ratio).
Rasio ini mengukur ketersediaan kas untuk membayar kewajiban saat ini. Ini merupakan
uji yang berat dengan mengabaikan sifat pendanaan ulang aset lancar dan liabilitas jangka
pendek. Ini suplemen rasio kas terhadap aset lancar dalam mengukur ketersediaan kas dari sudut
pandang yang berbeda.
Ukuran terkait adalah perputaran utang usaha. Ukuran ini dihitung sebesar beban
pokok penjualan dibagi rata-rata utang usaha. Rasio ini mengindikasikan kecepatan
perusahaan dalam membayar pembelian kreditnya.
Ukuran Likuiditas Tambahan
a. Komposisi Aset Lancar
Komposisi asset lancar merupakan indikator likuiditas modal kerja,
Ilustrasi:
Tahun Tahun
Aset Lancar ke-1 ke-2
Kas $30,000 30% $20,000 20%
Piutang Usaha 40,000 40 30,000 30
Persediaan 30,000 30 50,000 50
Total asset lancar $100,000 100% $100,000 100%
d. Fleksibilitas Keuangan
Fleksibilitas keuangan merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mengambil langkah-langkah untuk melawan gangguan tak terduga dalam arus dana. Hal
tersebut dapat berarti kemampuan untuk meminjam dari berbagai sumber untuk
meningkatkan modal ekuitas, untuk menjual dan menarik kembali asset, atau untuk
menyesuaikan tingkat dan arah operasi untuk memenuhi perubahan keadaan. Kapasitas
perusahaan dalam meminjam tergantung pada faktor profitabilitas, stabilitas, ukuran,
posisi, industry, komposisi asset dan struktur modal.
e. Diskusi dan Analisis Manajemen
Dilakukan jika terjadi kekurangan likuiditas yang material, teridentifikasi,
manajemen harus membahas tindakan yang telah atau akan dilakukan untuk memperbaiki
kekurangan tersebut.
f. Analisis Bagaimana-Jika
Analisis bagaimana-jika merupakan teknik yang berguna untuk melihat dampak
perubahan kondisi atau kebijakan terhadap sumber daya perusahaan.
Dasar-Dasar Solvabilitas
Analisis solvabilitas melibatkan beberapa elemen utama, salah satunya adalah analisis
struktur modal. Struktur modal merujuk pada pendanaan perusahaan. Pendanaan dapat berasal
dari modal ekuitas yang relatif permanen hingga sumber pendanaan jangka pendek yang lebih
temporer dan berisiko. Setelah memperoleh pendanaan, perusahaan akan menginvestasikan pada
berbagai asset. Asset merepresentasikan sumber keamanan sekunder bagi pemberi pinjaman dan
dapat berasal dari pinjaman yang dijamin oleh asset tertentu hingga asset yang tersedia sebagai
pengamanan umum untuk kreditor tidak terjamin.
Elemen kunci solvabilitas jangka panjang lainnya adalah laba atau kemampuan
menghasilkan laba. Yang menunjukan kemampuan berulang untuk menghasilkan kas dari
operasi. Laba merupakan sember kas yang paling diinginkan dan diandalkan untuk pembayaran
jangka panjang atas bunga dan pokok utang. Arus laba yang stabil merupakan ukuran penting
atas kemampuan perusahaan untuk meminjam pada saat kekurangan yang dapat membantu
perusahaan untuk bangit dari masalah keuangan.
Struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan utang pada perusahaan yang sering
diukur dalam hal besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan dan
resiko kebangkrutan tergantung pada sumber pendanaan dan jenis maupun jumlah berbagai aset
yang dimilikinya.
Ekuitas merujuk pada modal risiko (risk capital) suatu perusahaan. Karakteristik modal
ekuitas mencakup imbal hasil yang tidak pasti atau tidak ditentukan dan tidak memiliki pola
pembayaran kembali. Modal ekuitas biasanya bersifat permanen, kegigihan dalam masa
kesulitan dan tidak memiliki persyaratan dividen yang bersifat wajib.
Berbeda dengan modal ekuitas, modal utang (debt) jangka pendek maupun jangka
panjang harus dilunasi. Semakin lama jangka waktu pelunasan (repayment period) utang dan
semakin kecil tuntutan ketentuan pelunasannya, maka semakin mudah bagi perusahaan untuk
melunasi modal utang. Utang harus dilunasi pada waktu yang telah ditentukan tanpa melihat
kondisi keuangan perusahaan. Kegagalan dalam membayar pokok pinjaman dan bunga biasanya
berujung pada proses hukum.
Bagi investor, utang mencerminkan risiko kerugian investasi mereka dengan diimbangi
potensi laba dari leverage keuangan. Leverage keuangan adalah penggunaan utang untuk
meningkatkan laba. Bagi kreditor, meningkatnya modal ekuitas lebih diutamakan sebagai
perlindungan terhadap kerugian pada saat kesulitan. Penurunan modal ekuitas sebagai bagian
proporsional dari pendanaan perusahaan menurunkan perlindungan kreditor terhadap kerugian
dan berdampak pada meningkatnya risiko kredit.
Motivasi untuk Modal Utang
Dari sudut pandang pemegang saham, utang adalah sumber pendanaan eksternal yang
lebih disukai karena dua alasan berikut :
1. Bunga atas sebagian utang adalah tetap dan memberikan biaya bunga kurang dari imbal
hasil atas aset operasi neto, kelebihan imbal hasil adalah untuk keuntungan investor
ekuitas.
2. Bunga adalah beban yang dapat dikurangkan terhadap pajak, sedangkan dividen tidak
dapat dikurangkan terhadap pajak.
Konsep Leverage Keuangan
Perusahaan biasanya menggunakan pendanaan utang ekuitas dan kreditor biasanya tidak
bersedia memberikan pendanaan tanpa perlindungan yang diberikan oleh pendanaan ekuitas.
Leverage keuangan merujuk pada jumlah pendanaan utang dalam struktur modal perusahaan.
Ilustrasi 2
Salah satu alasan untuk posisi utang yang menguntungkan adalah pengurangan pajak
bunga.
Ilustrasi 3
Untuk menggeneralisasi dari ilustrasi tersebut : 1) bunga dapat dikurangkan dari pajak,
sedangkan dividen tunai untuk pemegang ekuitas tidak dapat dikurangkan, 2) karena bunga dapat
dikurangkan dari pajak, maka laba yang tersedia untuk pemegang efek dapat menjadi lebih besar,
dan 3) tidak adanya pembayaran atas bunga dapat menyebabkan kebangkrutan, sedangkan tidak
adanya pembayaran atas dividen tidak menyebabkan kebangkrutan.
Posisi utang jangka panjang dapat menghasilkan manfaat lainnya bagi pemegang ekuitas.
Sebagai contoh, perusahaan yang sedang tumbuh dapat menghindari dilusi laba per saham
melalui penerbitan utang. Selain itu, jika tingkat suku bunga meningkat, perusahaan dengan
leverage yang membayar dengan tingkat suku bunga tetap yang lebih rendah akan lebih
menguntungkan dibandingkan pesaingnya yang tanpa leverage. Begitupun sebaliknya. Pada
akhirnya, saat masa inflasi, liabilitas moneter menghasilkan keuntungan dari tingkat harga.
Pengukuran dan pengungkapan akun liabilitas (utang) dan ekuitas pada laporan keuangan
diatur berdasarkan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Hubungan antara liabilitas dan modal ekuitas merupakan faktor penting dalam menilai
solvabilitas jangka panjang. Keberadaan liabilitas tidak sepenuhnya dicerminkan pada laporan
keuangan, dan terdapat pos yang terkait dengan pendanaan yang klasifikasi akuntansi sebagai
utang atau ekuitas tidak harus diterima begitu saja dalam analisis.
Salah satu pertanyaan penting adalah apakah pajak tangguhan diperlakukan sebagai
liabilitas, ekuitas, atau sebagai bagian utang dan bagian ekuitas. Jawabannya tergantung dari sifat
tangguhan, pengalaman di masa lalu dari akun tersebut, dan kemungkinan pembalikan di masa
depan. Perlu diakui bahwa pada situasi normal, pajak tangguhan akan membalik dan menjadi
utang ketika ukuran perusahaan menurun. Jika pembalikan di masa depan memiliki
kemungkinan sangat kecil, maka pajak tangguhan harus dianggap sebagai pendanaan jangka
panjang dan diperlakukan sebagai ekuita. Namun, jika kemungkinan pelunasannya cukup tinggi,
maka pajak tangguhan harus diperlakukan seperti liabilitas jangka panjang.
Sewa Operasi
Disyaratkan bahwa sebagian besar pendanaan sewa jangka panjang yang tidak dapat
dibatalkan disajikan sebagai utang. Namun, perusahaan memiliki peluang tertentu untuk struktur
sewa dengan tujuan menghindari pelaporannya sebagai utang. Sewa operasi seharusnya diakui
pada laporan posisi keuangan untuk tujuan analitis, sehingga meningkatkan aset tetap dan
liabilitas.
Terdapat beberapa manajer yang berusaha untuk menurunkan nilai utang yang dilaporkan
dan seringkali menggunakan cara baru yang terkadang kompleks. Beberapa caranya termasuk
penjualan piutang, pengaturan pendanaan di luar laporan posisi keuangan dengan memanfaatkan
entitas bertujuan khusus (special purpose entities-SPE) dan investasi metode ekuitas. Kritis
dalam membaca catatan dan komentar manajemen dapat memberi petunjuk tentang pos liabilitas
yang tidak tercatat.
Liabilitas Kontinjensi
Kepentingan Nonpengendali
Utang yang dapat dikonversi biasanya dilaporkan di antara liabilitas (atau sebagai pos
yang terpisah dari daftar utang maupun ekuitas). Jika hal konversi menunjuka utang ini akan
dikonversi menjadi saham biasa, maka utang tersebut dapat diklasifikaikan sebagai ekuitas untuk
tujuan analisis struktur modal.
Saham Preferen
Kebanyakan saham preferen tidak mensyaratkan kewajiban untuk membayar dividen atau
pembayaran kepada kembali pokok. Karakteristik itu mirip dengan ekuitas. Namun, saham
preferen dengan persyaratan penebusan wajib mirip dengan utang dan harus dianggap sebagai
utang dalam analisis.
Suatu ukuran umum atas risiko keuangan perusahaan adalah komposisi struktur modal.
Analisis komposisi (composition analysis) dilakukan dengan membuat laporan persentase per
komponen (common-size statements) dan bagian liabilitas dan ekuitas pada laporan posisi
keuangan. Diilustrasikan analisis common-size untuk perusahaan Tennesse Teletech, Inc.
keunggulan analisis common-size atas struktur modal adalah pengungkapan besaran relatif
sumber pendanaan bagi sebuah perusahaan. Terlihat bahwa pendanaan utaa Tennesse Teletech
berasal dari saham biasa (35,6%) dan saham preferen (17,8%), serta liabilitas (41,2%) dan
sejumlah kecil saldo laba perusahaan (4,5%). Analisis common-size juga memberikan
perbandingan langsung antarperusahaan yang berbeda. Variasi dari analisis common-size adalah
melakukan analisis dengan menggunakan rasio. Variasi lainnya berfokus hanya pada sumber
pendanaan jangka panjang, tidak termasuk liabilitas jangka pendek.
35.56%
22.22%
17.78%
1 2 3 4 5 6
Ukuran Struktur Modal untuk Analisis Solvabilitas
Rasio struktur modal merupakan alat lain untuk analisis solvabilitas. Ukuran rasio
struktur modal mengaitkan komponen struktur modal satu dengan lainnya.
Raio komprehensif tersedia untuk mengukur hubungan antara total utang (utang
lancar/jangka pendek + utang jangka panjang + liabilitas lain sebagaimana ditentukan oleh
analisis seperti pajak tangguhan dan saha preferen ditukar) dan total modal [total utang + ekuitas
pemegang saham (termasuk saham preferen)]. Rasio total utang terhadap total modal (total
debt to total capital-ratio)- juga dsebut sebagai rasio total utang, dinyatakan sebagai berikut
(dalam bentuk rasio contohnya 0,57 atau sebagai pembentuk utang 57% dari modal perusahaan) :
Total Utang
Total Modal
Rasio total utang terhadap modal ekuitas (total debt to equity capital ratio) dinyatakan
sebagai berikut :
Total Utang
Ekuitas pemegang saham
Rasio utang jangka panjang terhadap modal ekuitas (long-term debt to equity capital
ratio) mengukur hubungan utang jangka panjang (biasanya semua liabilitas tak lancar/jangka
panjang) terhadap modal ekuitas. Rasio yang melebihi 1:1 mengindikasikan pendanaan utang
jangka panjang lebih besar dibandingkan modal ekuitas. Dihitung sebagai berikut :
Utang jangka panjang
Ekuitas pemegang saham
Rasio utang yang jatuh tempo dalam jangka waktu relatif pendek terhadap total utang
merupakan indikator penting dari kas jangka pendek dan kebutuhan pendanaan perusahaan.
Utang jangka pendek, sebagai lawan utang jangka panjang atau kebutuhan dana pelunasan
obligasi (sinking fund), adalah indikator ketergantungan perusahaan terhadap pendanaan jangka
pendek. Utang jangka pendek biasanya tergantung pada perubahan yang sering terjadi pada
tingkatan suku bunga.
Analisis common-size dan rasio struktur modal umumnya mengukur risiko struktur
modal perusahaan. Semakin tinggi proporsi utang, semakin besar beban bunga tetap dan
pembayaran kembali utang, serta semakin besar kemungknan insolven selama periode penurunan
laba atau masa sulit. Analisis harus mengungkapkan bahwa utang merupakan bagian penting dari
kapitalisasi, maka analisis lebih lanjut diperlukan.
Analisis likuiditas jangka pendek juga penting karena sebelum menilai solvabilitas jangka
panjang harus yakin terhadap kelangsungan hidup keuangan perusahaan dalam jangka waktu
dekat. Uji analitis tambahan penting mencakup pengujian jatuh tempo utang, biaya bunga, dan
faktor-faktor risiko yang dikenakan. Faktor terakhir mencakup stabilitas laba atau persistensi
laba perusahaan, kinerja industri, dan komposisi aset.
Analisis komposisi aset (asset composition analysis) merupakan alat penting dalam
menilai eksposur risiko struktur modal perusahaan. Komposisi aset biasanya dievaluasi dengan
menggunakan laporan common-size dari saldo asset.
Analisis Common-Size dari
Komposisi Aset Tennese Teletech
10.6%
16.7%
16.4%
18.9%
11.9%
25.5%
1 2 3 4 5 6
CAKUPAN LABA
Salah satu keterbatasan ukuran struktur modal adalah ketidakmampuannya berfokus pada
ketersediaan arus kas untuk melunasi utang perusahaan. Saat utang dilunasi, ukuran struktur
modal biasanya membaik, sementara kebutuhan kas tahunan untuk membayar bunga atau dana
pelunasan obligasi (sinking fund) cenderung tetap atau meningkat. Keterbatasan ini menyoroti
peranan penting dari cakupan laba (earnings coverage) suatu perusahaan, atau kekuatan
menghasilkan laba (earning power), sebagai sumber pembayaran bunga dan pokok pinjaman.
Ukuran cakupan laba berfokus pada hubungan antara beban tetap terkait utang dengan
ketersediaan laba perusahaan untuk melunasi beban tersebut. Peraturan Securities and Exchange
Commission (SEC) mengharuskan rasio laba terhadap beban tetap akan diungkapkan pada
prospektus seluruh efek utang yang telah terdaftar. Ukuran rasio laba terhadap beban tetap
(earnings to fixed charges ratio) umumnya sebagai berikut :
Pembedaan antara laba yang ditentukan dengan menggunakan akuntansi akrual dan arus
kas dari operasi sangat penting karena beban utang tetap dibayarkan dengan kas bukan laba.
Analisis harus mengakui bahwa laba neto yang belum disesuaikan tidak selalu merupakan
ukuran yang baik dalam mengukur ketersediaan kas untuk beban tetap. Penggunaan laba sebagai
perkiraan kas dari aktivitas operasi terkadang dapat dilakukan, tetapi di sisi lain hal tersebut
dapat mengakibatkan kesalahan dalam menentukan jumlah yang tersedia untuk membayar beban
tetap. Pendekatan untuk mengatasi permasalahan ini tidak melalui generalisasi, tetapi dengan
melakukan analisis secara hati-hati atas pos pendapatan dan beban nonkas yang membentuk laba.
Bunga yang Timbul. Merupakan beban tetap yang paling langsung dan jelas yang timbul dari
utang. Jumlah beban bunga dapat diperkirakan dengan mengacu pada pengungkapan wajib atas
bunga yang dibayarkan pada laporan arus kas. Beban bunga berbeda dengan bunga yang
dibayarkan karena : 1) perubahan utang bunga, 2) bunga yang dikapitalisasi akan dinetokan, 3)
amortisasi diskon dan premium.
Bunga Implisit dalam Kewajiban Sewa. Pada saat sewa dikapitalisasi, bagian bunga dari
pembayaran sewa dimasukkan dalam beban bunga pada laporan laba rugi, sedangkan sebagian
saldonya biasanya dianggap sebagai pembayaran kewajiban pokok. Perlu diingat bahwa sewa
jangka panjang mencerminkan kewajiban tetap yang harus diakui dalam menghitung rasio laba
terhadap beban tetap.
Persyaratan Dividen Saham Preferen dari Entitas Anak dengan Kepemilikan Saham
Mayoritas. Persyaratan ini dianggap sebagai beban tetap karena memiliki prioritas di atas
distribusi laba untuk entitas induk. Po-pos yang akan atau telah dieliminasi dalam konsolidasi
seharusnya tidak dianggap sebagai beban tetap. Perlu diingat bahwa seluruh biaya tetap yang
tidak dapat dikurangkan terhadap pajak harus disesuaikan terhadap pajak. Penyesuaian untuk
menghitung jumlah bruto adalah sebagai berikut :
Rasio laba terhadap beban tetap berdasarkan laba. Diasumsikan jika rasio berada pada
tingkat yang memuaskan, perusahaan dapat mendanai kembali kewajiban yang jatuh
tempo. Jadi, mereka tidak perlu melunasi dengan dana yang tersedia dari laba.
Jika perusahaan memiliki rasio utang terhadap ekuitas yang memadai, maka perusahaan
seharusnya dapat meminjam kembali jumlah yang sama untuk pembayaran kewajiban
pokok.
Memasukkan pembayaran kewajiban pokok dapat menyebabkan perhitungan ganda.
Misalnya, dana yang dapat dipulihkan oleh penyusutan digunakan untuk pelunasan utang.
Jika laba mencerminkan pengurangan atas penyusutan, maka beban tetap seharusnya
tidak memasukkan pembayaran kewajiban pokok. Ada beberapa dukngan terhadap
pendapat jika utang digunakan untuk memperoleh aset tetap yang dapat disusutkan dan
jika terdapat hubungan antara pola penyusutan dan pembayaran kewajiban pokok.
Pengakuan bahwa penyusutan dapat dipulihkan jika hanya terdapat operasi yang
menguntungkan atau setidaknya titik impas. Oleh karena itu, validitas pendapatan ini
dipengaruhi kondisi tersebut. Pengakuan definisi laba pada rasio laba terhadap beban
tetap yang menekankan kas dari operasi sebagai dana yang tersedia untuk menutupi
beban tetap. Pengggunaan konsep ini menghapuskan masalah perhitungan ganda karena
beban nonkas seperti penyusutan akan ditambahkan kembali pada laba neto dalam
perhitungan cakupan laba.
Masalah memasukkan persyaratan pembayaran kembali utang sebagai beban tetap adalah
bahwa tidak semua perjanjian utang menyediakan penyisihan dana atau kewajiban
pembayaran kembali yang sama. Setiap alokasi arbriter dari utang antarperiode akan
tidak realistis dan mengabaikan perbedaan pada tekanan sumber daya kas dari
pembayaran kembali utang aktual antarperiode. Salah satu solusi terletak pada analisis
persyaratan pembayaran kembali utang secara cermat, dimana analisis ini digunakan
sebagai dasar penentuan dampak persyaratan terhadap solvabilitas jangka panjang.
Memasukkan penyisihan dana atau persyaratan pembayara kembali lebih awal dalam
beban tetap merupakan salah satu cara untuk mengakui kewajiban ini. cara lainnya yaitu
menggunakan persyaratan pembayaran kembali utang selama periode 5 hingga 10 tahun
ke depan dan mengaitkannya dengan dana setelah pajak yang diperkirakan tersedia dari
operasi.
Jaminan Pembayaran Beban Tetap. Jaminan pembayaran beban tetap dari entitas anak yang
tidak dikonsolidasikan atau entitas yang tidak terafiliasi harus ditambahkan pada beban tetap jika
pembayaran terkait jaminan ini tak dapat dihindari.
Beban Tetap Lainnya. Pembayaran bunga dan persyaratan pembayaran kewjaiban pokok
merupakan beban tetap yang paling berkaitan langsung dengan utang, sehingga tidak ada alasan
untuk membatasi analisis solvabilitas jangka panjang atas biaya dan komitmen ini. Analisis
menyeluruh atas beban tetap harus memasukkan seluruh kewajiban pembayaran sewa jangka
panjang, dan terutawa sewa yang harus dipenuhi dalam sewa yang tidak dapat dibatalkan. Oleh
karen itu, sewa ini dapat dihentikan ketika perusahaan menghadapi tekanan keuangan. Analisis
harus mengevaluasi seberapa penting unsur sewa ini langsung terkait denga utang, tetapi
dianggap komitmen jangka panjang yang bersifat tetap, adalah kontrak pembelian jangka
panjang yang tidak dapat dibatalkan dan jumlahnya melebihi kebutuhan normal.
Rumus konvensional untuk menghitung rasio laba terhadap beban tetap yang telah diadopsi SC
sebagai berikut :
Setiap komponen dari rasio ini diberi tanda a-h dan lebih lanjut dijelaskan sebagai herikut.
a) Laba sebelum pajak dari operasi sebelum dihentikan, pos luar biasa, dan dampak
kumulatif perubahan akuntansi.
b) Beban bunga dikurangi bunga yang dikapitalisasi.
c) Biasanya termasuk dalam beban bunga.
d) Sewa pendanaan yang dikapitalisasi sehingga bunga implisit dalam komponen sudah
termasuk dalam beban bunga. Namun, bagian bunga dari sewa operasi jangka panjang
dimasukkan dengan asumsi bahwa banyaknya sewa operasi jangka panjang tidak berbeda
jauh dengan kriteria sewa modal, tetapi memiliki karakteristik transaksi pendanaan.
e) Mengecualikan semua pos-pos yang dieliminasi saat konsolidasi. Jumlah dividen
dinaikkan menjadi laba sebelum pajak yang dibutuhkan untuk membayar dividen
tersebut.
f) Berlaku untuk perusahaan non-utilitas. Jumlah ini jarang diungkapkan.
g) Kepentingan nonpengendali atas laba entitas anak dengan kepemilikan saham mayoritas
yang memiliki beban tetap dapat dimasukkan ke dalam laba.
h) Termasuk baik yang dibebankan maupun yang dikapitalisasi.
Untuk memudahkan penyajian, dua pos (provisi atau penyisihan) tidak dimasukkan dari rasio di
atas, tetapi pos tersebut seharusnya dicerminkan dalam rasio jika ada:
1. kerugian pada entitas anak dengan kepemilikan saham mayoritas harus dipertimbangkan
secara lengkap saat menghitung laba.
2. kerugian investasi pada entitas anak dengan kepemilikan saham kurang dari 50%
dihitung dengan metode ekuitas tidak harus dimasukkan dalam laba, kecuali perusahaan
menjamin utang entitas anak tersebut.
Terakhir, SEC mensyaratkan bahwa jika rasio laba terhadap beban tetap kurang dari 1, jumlah
laba yang tidak mencukupi untuk menutup beban tetap harus dilaporkan.
Pembilang dalam rasio ini terkadang disebut sebagai laba sebelum bunga dan paja atau EBIT
(earnings before interest and taxes), sehingga rasio ini disebut EBIT/l. Ka jumlah kali perolehan
bunga merupakan ukuran yang disederhanakan. Rasio mengabaikan sebagian besar penyesuaian,
baik dari sisi pembilang maupun seperti pembahasan pada rasio laba terhadap beban tetap.
Meskipun perhitungannya sederhana, rasio ini berpotensi menyesatkan dan tidak seefektif alat
analisis seperti rasio laba terhadap beban tetap.
Perhatian terhadap ukuran cakupan laba merupakan hal yang masuk akal karena kreditor
menempatkan kepercayaan yang besar pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya dan melanjutkan operasi. Kenaikan tingkat yield atas utang jarang mengompensasi
risiko hilangnya pokok pinjaman yang diberikan kreditor Jika kemungkinan perusahaan
memenuhi kewajibannya melalui operasi yang dilanjutkan tidak tinggi, maka risiko bagi kreditor
cukup besar.
PERINGKAT UTANG
Sistem untuk peringkat utang efek yang komprehensif dan komek ditetapkan dalam
perekonomian dunia. Peringkat yang tersedia dan beberapa perusahaan penelitian investasi
terkemuka: Mood Standard & Poor's (S&P), Duff and Phelps, dan Fitch Ratin Beberapa institusi
keuangan juga mengembangkan peringk mereka sendiri.
PERINGKAT KREDIT OBLIGASI
Peringkat kredit obligasi merupakan ungkapan gabungan dari penilaian mengenai kelayakan
kredit penerbit obligasi dan kualitas efek tertentu yang dinilai. Peringkat mengukur risiko kredit
di mana risiko kredt merupakan probabilitas perkembangan yang tidak menguntungkan untuk
kepentingan kreditor. Penilaian kelayakan kredit dinyatakan dengan sejumlah simbol yang
mencerminkan tingkat risiko kredit. Secara khusus, ada empat peringkat teratas dari Standard &
Poor's.
AAA : Obligasi dengan peringkat AAA merupakan obligasi tingkat tertinggi. Obligasi ini
memiliki tingkat perlindungan tertinggi untuk pokok pinjaman dan bunga. Di pasar, obligasi ini
bergerak sesuai dengan tingkat suku bunga dan memberikan keamanan maksimal.
AA : Obligasi dengan peringkat AA juga memenuhi syarat sebagai obligasi berkualitas tinggi
dan sebagian besar hanya sedikit berbeda dengan obligasi AAA. Harga i jenis obligasi jenis ini
juga bergerak seiring dengan pasar uang jangka panjang
A : Obligasi dengan peringkat A dikategorikan sebagai tingkat menengah ata Obligasi jenis ini
memiliki kekuatan investasi yang memadai, tidak tetapi terbebas dari dampak buruk perubahan
kondisi ekonomi dan perdagan Bunga dan pokoknya dianggap aman. Obligasi ini umumnya
mencerminkan kurs uang pada perilaku harganya dan untuk beberapa kondisi ekonomi.
BBB : Obligasi dengan peringkat BBB, atau kategori tingkat menengah, merupaka batas antara
obligasiyangaman dengan obligasi yang didominasi unsurspekulasi Obligasi ini memiliki
cakupan aset yang cukup dan biasanya dilindung tingkat laba yang memuaskan. Obligasi ini
rentan terhadap perubahan kondisi terutama kelesuan ekonomi, dan membutuhkan pemantauan
terus-menerus Di pasar, obligasi jenis ini lebih responsif terhadap kondisi usaha dan
perdagangan dibandingkan dengan tingkat suku bunga. Obligasi ini merupakan tingkat terendah
yang biasanya memenuhi kualifikasi untuk investasi bank komersial.
Terdapat pilihan peringkat yang lebih rendah, yaitu BB, tingkat menengah ke bawah hingga agak
spekulatif; B, sangat spekulatif; dan D, obligasi gagal bayar. Alasan utama mengapa efek utang
secara luas diberi peringkat sedangkan efek ekuitas tidak adalah karena lebih banyak kesamaan
pendekatan dan homogenitas ukuran analitis dalam menganalisis kelavakan kredit dibandingkan
menganalisis kinerja pasar efek mendatang. Perjanjian yang lebih luas ini mengenai apa vang
diukur dalam analisis risiko kredit telah menghasilkan pencrimaan dan ketergantungan pada
peringkat kredit yang ekuitas di masa diterbitkan untuk beberapa tujuan. triteria untuk
menentukanperingkattertentutidak pernahdapatdidefinisikansecara tepat. Kriteria ini melibatkan
faktor-faktor kuantitatif (analisis rasio dan komparatif) lan kualitatif (posisi pasar dan kualitas
manajemen). Lembaga pemeringkat utama enalak untuk mengungkapkan bauran faktor-faktor
yang tepat dalam menentukan neringkat (yang biasanya keputusan komite). Mereka ingin
menghindari argumentasi vengenai validitas faktor kualitatif dalam penentuan peringkat.
Lembaga pemeringkat ini menggunakan teknik analisis yang dibahas dalam buku ini. Berikut ini
penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan peringkat berdasarkan sumber-sumber yang
dipublikasikan dan dari pembahasan dengan para pejabat lembaga pemeringkat.
ALTMAN Z-SCORE
Mungkin model kesulitan keuangan yang paling terkenal adalah Altman Z-score. Altman Z-scorc
menggunakan berbagai rasio untuk menghasilkan alat prediksi kesulitan. Altman Z-score
menggunakan teknik statistik (analisis diskriminan berganda-multiple discriminant analysis)
untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linear dengan beberapa variabel
penjelas. Alat prediksi ini mengklasifikasikan atau memprediksikan kemungkinan bangkrut atau
tidaknya suatu perusahaan. Lima rasio keuangan yang digunakan dalam Z-score adalah X1 :
Modal kerja/'Total aset, X2 = Saldo laba/Total aset, X3= Laba sebelum bunga dan pajak/ Tatal
aset, X4 = Ekuitas pemegang saham/Total liabilitas, dan X5 = Penjualan/Total aset. Kita dapat
melihat bahwa X1, X2, X3 X4 dan X5 masing-masing mencerminkan likuiditas, (2) usia
perusahaan dan profitabilitas kumulatif, (3) profitabilitas, (4) struktur keuangan, dan (5) tingkat
perputaran modal. Altman Z-score dihitung sebagai berikut.
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5
Z-score yang kurang dari 1,20 menunjukkan probabilitas kebangkrutan yang tinggi,
sedangkan nilaiZ-score di atas 2,90 mengindikasikan probabilitas kebangkrutan vang rendah.
Angka antara 1,20 dan 2,9 berada pada wilayah abu-abu atau ambigu.
MODEL KESULITAN KEUANGAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Upaya penelitian mengidentifikasi peran yang berguna untuk rasio dalam memprediksi kesulitan
keuangan. Namun, kita tidak dapat menggunakan model ini atau model lainnya tanpa
mengetahui dan melakukan analisis secara kritis atas fundamental perusahaan. Tidak terdapat
bukti yang menunjukkan bahwa perhitungan Z-score merupakan ukuran terbaik untuk
menganalisis solvabilitas jangka panjang, dibandingkan penggunaan alat analisis yang dijelaskan
dalam buku ini secara terintegrasi. Kita sebaiknya menyadari bahwa penggunaan rasio sebagai
pemprediksi kesulitan keuangan akan lebih baik jika dilengkapi dengan analisis yang kuat atas
laporan keuangan. Bukti hanya menunjukkan jika Z-score merupakan alat yang baik untuk
penyeleksian, pengawasan dan pengarah perhatian pada area tertentu.