Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan dan fasilitas kesehatan sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan pasal 43 ayat (3) serta Undang Undang No. 36 tahun
2006 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang antara lain diukur dengan Indek
Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah suatu komponen
utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk
pendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Selain itu, tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat dan
tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata juga merupakan salah
satu indikator “kesehatan” yang merupakan bagian dari Visi Indonesia 2020 yaitu “
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, demokratis, adil, sejahtera, maju,
madiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara”.

Sehubungan dengan hal itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang sertinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, peningkatan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional.
Upaya untuk peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa
upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara beransur-ansur berkembang kearah
keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat
secara luar yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan paragdima baru dalam
pembangunan kesehatan sebagaimana diusung oleh Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang
kesehatan , yaitu paragdima sehat. Paragdima ini melihat persolan kesehatan sebagai suatu
faktor utama dan investasi berharga yang pelaksanaannya lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif tanpa pengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Puskemas memberikan pelayanan pada semua lapisan dan golongan masyarakat. Mulai
dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kelompok anak sangat memelukan
perhatian khusus, karena anak merupakan masa depan suatu bangsa. Sebagai calon generasi
penerus bangsa , kualitas tumbuh kembang balita perlu mendapat perhatian serius yaitu
mendapat gizi yang baik,stimulasi yang memadai seta terjangkau oleh pelayanan kesehatan
berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan


atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2001 tentang perlindungan anak , anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Periode tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode yaitu: masa prenatal ( masa
janin dalam kandungan), masa bayi ( umur 0-11 bulan), masa anak dibawah lima tahun ( anak
balita, umur 12-59 bulan), dan masa anak prasekolah ( anak umur 60-72 bulan).

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 1


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu:Kebutuhan fisik- biomedis ( ASUH), Kebutuhan emosi/ kasih sayang
(ASIH),dan Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH). Stimulasi mental merupakan cikal bakal
untuk proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (Asah) ini
merangsang perkembangan mental psikososial: kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan
ditemukannya secara dini penyimpangan/ masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi
akan lebih mudah dilakukan. Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan
oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa: deteksi dini
penyimpangan pertumbuhan, deteksi dini penyimpangan perkembangan, dan deteksi dini
penyimpangan mental emosional.
Puskesmas Lintau Buo I mengangkat inovasi “ Puskesmas Sayang Anak dengan peran
serta kader “ untuk tahun 2016 ini. Program anak merupakan program essensial di puskesmas,
namun penulis mengangkat inovasi “ Puskesmas Sayang Anak dengan peran serta kader”
karena rendahnya pencapaian target dari program anak pada tahun 2015. Sehingga perlu
digiatkan berbagai kegiatan di program anak, sehingga dapat mengangkat pencapaian target
program pada tahun 2016.Berbagai upaya dilakukan untuk Puskesmas sayang anak ini. Di mulai
dari melengkapi sarana dan prasarana puskesmas, diantaranya khusus poli anak sehat
( imunisasi), poli anak sakit , ruangan konsultasi KTA (Kekerasan Terhadap Anak) dan PKPR ,
ruang bermain anak, dan Pojok ASI. Dilakukan beberapa sosialisasi mengenai program anak
dimulai dari lintas program, lintas sektor, dan mayarakat umum.
Kader sebagai perpanjangan tangan pelayanan kesehatan di masyarakat perlu untuk
mengetahui mengenai beberapa program anak. Sehingga kader dapat menbantu tenaga
kesehatan/ penanggung jawab wilayah untuk melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kader
diberikan pelatihan mengenai Stimualsi Deteksi Dini dan Intervensi tumbuh Kembang Anak, dan
pencegahan, dampak dari aspek mental akibat KTA/P. Dengan di latihkan kader SDIDTK dan
peduli KTA ini, diharapkan dapat membantu meningkatkatkan pencapai program anak.
Hasil dari Inovasi “ Puskesmas Sayang Anak dengan peran serta kader ini “ adalah
dengan meningkatkan capaian program anak di tahun 2016, dan hasil evaluasi pencapaian
program untuk bulan januari dan februari 2017 ini, juga meningkat.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 2


1.2 TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang kegiatan yang biasa dilakukan penulis di Puskesmas baik sebagai
Kepala UPT Puskesmas maupun sebagai Dokter Umum di Puskesmas.

1.2.2. Tujuan Khusus

A. Mengetahui analisa situasi Puskesmas Lintau Buo I


B. Mengetahui tugas kepala UPT Puskesmas Lintau Buo I
C. Mengetahui kegiatan sebagai dokter umum di Puskesmas Lintau Buo I
D. Mengetahui kegiatan Inovasi Puskesmas Lintau Buo I.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 3


BAB II

ANALISA SITUASI

2.1. SEJARAH SINGKAT PUSKESMAS

Pusat kesehatan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan nama Puskesmas, adalah
unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai unit
fungsional pelayanan kesehatan terdepan dalam unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan
kabupaten, tugasnya adalah sebagai penyelenggara upaya kesehatan seperti melaksanakan
upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus penyakit diwilayah kerjanya,
secara terpadu dan terkoordinasi.

Puskesmas telah menjadi tonggak periode perjalanan Dinas Kesehatan kabupaten di


Indonesia. Konsep puskesmas sendiri diterapkan di indonesia pada tahun 1969. Sebelum
konsep Puskesmas diterapkan, dalam rangka memberikan pelayanan terhadap masyarakat,
maka dibangunlah Balai pengobatan (BP) dan Balai Kesehatan Ibu dan anak (BKIA), yang
tersebar dikecamatan-kecamatan.

Puskesmas Lintau Buo I, merupakan salah satu puskesmas tertua di kabupaten Tanah
Datar, yang berdiri pada tahun 1972, terletak di Jorong Nusa Indah Kenagarian Lubuk Jantan
kecamatan Lintau Buo Utara. Puskesmas Lintau Buo I adalah puskesmas rawat inap, dengan
luar wilayah kerja 28.920 km dan jumlah penduduk 19.459 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas
Lintau Buo I terdiri dari 4 nagari dan 31 jorong.

UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I merupakan puskesmas pemerintah yang
bersifat non profit, memberikan jasa pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan,
gawat darurat dan home care serta melakukan managemen puskesmas, pelayanan kesehatan
masyarakat esensial yang meliputi pelayan promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan ibu anak dan KB, pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit, pelayanan penunjang dan administrasi keuangan, pelayanan penunjang meliputi
laboratorium, rekam medik, Gizi dan Farmasi.

2.2 PROFIL WILAYAH

Puskesmas Lintau Buo I terletak di Jorong Nusa Indah, Kenagarian Lubuk Jantan,
Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar berjarak + 44 Km dari pusat Kabupaten
(Batusangkar). Berdiri tahun 1972 diatas tanah seluas 2912 M 2 dengan luas bangunan 720 M2
dan dengan ruang rawat inap. Luas wilayah kerja 28.920 Km 2 dan jumlah penduduk 18.892 jiwa,
dengan batas – batas sebagai berikut:

Sebelah utara berbatas dengan nagari Batu Bulek ( Wilayah Kerja Puskesmas Lintau Buo III)
Sebelah Selatan berbatas dengan nagari Buo ( Wilayah Kerja Puskesmas Lintau Buo II)
Sebelah Barat berbatas dengan wilayah kerja Puskesmas Tanjung emas.
Sebelah Timur berbatas dengan Wilayah kerja Kumanis

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 4


Gambar. Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Lintau Buo I

UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I memiliki wilayah kerja yang terdiri dari 4 nagari.

No Nagari Jorong

1 Lubuk jantan 1. Nusa Indah


2. Seroja
3. Cempaka
4. Melur
5. Kamboja
6. Dahlia
7. Melati
8. Teratai
9. Kenanga
10. Mawar I
11. Mawar II
2 Tepi Selo 1. Kota
2. Tengah Padang
3. Padang Lawe
4. Kubang Koto
5. Kajai
6. Limau Manis
7. Durian Bangko
8. Mudik Lindan
9. Gelanggang
10. Ujung tanah
3 Balai Tengah 1. Kubang kaciak
2. Ampera
3. IV Korong
4. Tanjung ambacang
5. Bawah Balai
6. Kota
7. Bodi
4 Batu Bulek 1. Aur Duri
2. Simpang
3. Pasa
laweh

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 5


Keadaan geografis wilayah kerja Puskesmas Lintau Buo I sebagian bukit – bukit dengan
ketinggian 700 M sampai 1.187 M, Suhu udara 18 ºC sampai 27 ºC,Curah hujan 1.800
mm/tahun. Iklim tropis dilalui oleh dua aliran sungai yaitu Batang Sinamar di sebelah timur dan
Sungai Tampo disebelah barat. Semua wilayahnya dapat dilalui oleh kendaraan roda 2 dan roda
4 dengan jarak tempuh terjauh yaitu Jorong Mawar I, Mawar II dan Jorong Kenanga. Dimana ke
3 Jorong tersebut termasuk wilayah terpencil, jarak dari ke 3 jorong ke pusat kecamatan ± 30
menit dengan kendaraan roda 2. Wilayah Kerja Puskesmas Lintau Buo I terdiri dari 31 jorong
dalam 4 Nagari.

Mata Pencarian terbanyak bertani dan berternak (80%) dengan hasil pertanian seperti :
padi, karet, coklat, kulit manis, dan sayur-sayuran. Mata pencarian lainnya berdagang, PNS,
pegawai swasta, dll.

Untuk mencapai lokasi Puskesmas Lintau Buo I cukup mudah, karena berada di jalur
lintas Kabupaten 50 kota-Sijunjung. Dari arah kota Batusangkar menuju Puskesmas Lintau Buo I
bisa melewati 2 jalur, yaitu melewati puncak pato dan melewati setangkai. Kalau dari kota
Batusangkar ke Puskesmas lintau I melewati puncak pato, menempuh jarak ± 27 km dengan
waktu ± 45 menit. Sesampai di simpang Balai Tengah ± 1 km melewati jalan raya balai tengah-
setangkai, ada simpang 3, belok ke kiri, ± 170 meter dari simpang tersebut posisi Puskesmas
Lintau Buo I . Dimana Puskesmas Lintau Buo I sejajar dengan SMP I Lintau dan bersebelahan
dengan Taman Makam Pahawan Nusa Indah. Kalau dari Simpang Setangkai, Kec Lintau Buo
menuju Puskesmas Lintau Buo I menempuh jarak ± 13 km melewati jalan raya Setangkai- Balai
Tengah.

Akses ke Puskesmas Lintau Buo I dapat dilalui oleh kendaraan roda empat maupun roda
dua. Lingkungan Puskesmas Lintau Buo I cukup aman, masyarakat ikut berperan serta dalam
menjaga keamanan lingkungan, tingkat kriminalitas rendah dan suhu politik stabil.

Keterjangkauan Puskesmas Lintau Buo I dari sasaran penduduknya (Konsumen) sudah


sangat baik. Jarak terjauh konsumen ke tempat pelayanan bisa dijangkau dalam waktu 30
menit, sehingga kemudahan konsumen untuk menggunakan layanan Puskesmas Lintau Buo I
dapat terjamin.

2.3. DATA DEMOGRAFI

Jumlah penduduk diwilayah kerja UPT Puskesmas Wilayah kerja Lintau Buo I adalah
19.259 jiwa dan jumlah kepala keluarga 5411 KK dengan distribusi per jorong terlihat pada rabel
dibawah ini:

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 6


Tabel 2.1
Distribusi Penduduk Per Jorong
UPT Puskesmas Wilker Lintau Buo I tahun 2016
No Nama jorong Laki- perempuan Jumlah Jumlah KK
laki penduduk
1. Aur Duri 581 542 1123 306
2. Simpang 244 222 466 141
3. Pasar senin 436 428 864 260
4. Kubang kaciak 139 155 294 87
5. Ampera 197 216 414 128
6. IV Korong 312 312 624 174
7. Tj. Ambacang 209 197 406 115
8. Bawah balai 112 124 236 70
9. Kota Balai tengah 130 140 270 69
10 Bodi 160 155 315 94
11. Tangah padang 317 312 629 180
12. Kota tepi selo 494 543 1037 330
13. Padang laweh 85 90 175 48
14. Kubang koto 63 86 149 47
15. Kajai 430 389 819 214
16. Limau manis 135 145 280 80
17. Durian bangko 107 109 216 63
18. Mudik lindan 216 220 436 123
19. Gelanggang 164 180 344 101
20. Ujung tanah 183 191 374 109
21. Nusa indah 295 309 604 178
22. Cempaka 473 472 945 256
23. Melur 443 464 907 250
24. Dahlia 895 836 1731 453
25. Melati 339 325 664 190
26. Seroja 635 602 1237 333
27. Kamboja 378 353 731 203
28. Teratai 254 274 528 158
29. Kenanga 280 265 545 148
30. Mawar I 641 613 1254 287
31. Mawar II 446 397 843 216

Tabel. 2.2.
PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 7
Sasaran Bayi, Balita, Apras, Bumil, Bufas dan Lansia UPT Puskesmas Wilker Lintau Buo I
Tahun 2016
No. Sasaran Jumlah
1. Bayi 332
2. Balita 1241
3. Apras 520
4. Bumil 347
5. Bufas 332
7. Lansia 2497

2.4. DATA SOSIO EKONOMI

Secara umum mata pencarian penduduk diwilayah kerja Puskesmas Lintau Buo I adalah:

 Bertani
 Pedagang
 Pegawai negeri sipil/POLRI/ TNI
 Karyawan swasta

2.5. DATA JAMINAN KESEHATAN


Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Lintau Buo I sudah menjadi peserta BPJS
kesehatan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.3.
Jumalh peserta BPJS Kesehatan
UPT Puskesmas Wilker Lintau Buo I

No. Jenis kepesertaan BPJS kesehatan Jumlah

1. PBI APBD 2643

2. PBI APBN 5771

3. ASKES SOSIAL PNS 1531

4. BPJS MANDIRI 871

Jumlah 10816

2.6. DATA SOSIO BUDAYA


Sarana pendidikan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Lintau Buo I sebagai berikut:

Tabel 2.4.
PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 8
Data Sekolah
UPT Puskesmas Wilker Lintau Buo I tahun 2016

No. Nama Sekolah Jumlah

1. Paud 6

2. Taman kanak-kanak 10

3. Sekolah dasar (SD) 20

4. SLTP 4

5. SLTA 2

2.7. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI

UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I merupakan Unit Pelaksana Teknis Puskesmas
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar yang di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah
No. 4 tahun 2009 tanggal 23 Januari 2009 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Puskesmas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar dan merupakan unsur pelaksana
pengembangan fungsi teknis kesehatan diwilayah kecamatan Lintau Buo Utara dan pelaksana
urusan operasional Dinas Kesehatan dilapangan.

Puskesmas Lintau Buo I mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis kesehatan


diwilayah kecamatan yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat dan
melaksanakan kegiatan untuk mendukung pelaksanaan tugas dinas dalam melaksanakan tugas
UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I memiliki fungsi sbb:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama diwilayah kerjanya


b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama diwilayah kerjanya

Dalam melaksanakan fungsinya UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I memiliki
kewenangan sbb:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan


analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 9


d. Menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan
pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait.
e. Melakukan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis
masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
g. Memantau Pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses mutu, dan cakupan
pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan
terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
j. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
Struktur organisasi UPT Puskesmas Wilayah kerja Lintau Buo I terdiri dari:

a. Kepala Puskesmas.
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
c. Penanggung Jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
d. Penanggung Jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium.
e. Penanggung jawab Jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan.

2.8. SARANA DAN PRASARANA


2.8.1. Ketenagaan yang ada di UPT Puskesmas Wilayah Kereja Lintau Buo I
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2015 tentang Puskesmas
maka kondisi kecukupan ketenagaan menurut jenis tenaga yang ada di UPT Puskesmas Wilayah
Kerja Lintau Buo I adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5.

Kecukupan Ketenagaan sesuai Permenkes 75 tahun 2015


di UPT PuskesmasWilayah Kerja Lintau Buo I Tahun 2015

No Jenis Tenaga Standar Tenaga Yang Ada Ket

1. Dokter Umum 2 2 1.Merangkap Ka.UPT

2. Dokter Gigi 1 1 Sudah Mencukupi

3. Kesmas 1 0 Belum mencukupi

4. Bidan 7 3 Belum mencukupi

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 10


5. Perawat 8 7 Belum Mencukupi,1 Honda

6. Sanitasi 1 1 Sudah Mencukupi

7. Labor 1 1 Sudah mencukupi

8. Gizi 2 1 Belum Mencukupi

9. Farmasi 2 1 Belum Mencukupi

10. ADM 2 1 Merangkap Ka.TU

11. Perawat gigi 2 1 Belum Mencukupi

12. Rekam medik 1 1 Sudah Mencukupi

13. Bidan Desa 6 1 orang PTT

14. Sopir 1 1 Sudah mencukupi, honda

15. K3 1 1 Sudah mencukupi

16 Penjaga malam 1 1 Sudah mencukupi

Tabel 2.6.
Ketersediaan Tenaga pada Berbagai Jenis Pelayanaan yang ada
di UPT Puskesmas Wilayah kerja Lintau Buo I
No Jenis Pelayanan Penanggung Jawab Pendidikan
1. UKP
-Poli Umum dr. Mila Harmades S1 Kedokteran
Elpiwanis, A.Md DIII Keperawatan
-Poli Gigi drg. Desi Ferawati S1 Kedokteran gigi
Betri Diana Putri, AMKG DIII Kep.Gigi
-Poli KIA Dr. Sri Nurul Huda S1 Kedokteran
Aslami, Amd. Keb DIII Kebidanan
-KB Giana Oktaviani, Amd. Keb DIII Kebidanan
-Gawat Darurat Eva Gusnita DI Kebidanan
-Imunisasi Lise Noviyanti, Amd.Kep DIII Keperawatan
-Konsultasi Gizi Hari Endonika, Amd. Kep DIII Keperawatan
-Konsultasi sanitasi Maslina DI Gizi
Kamarudin D1 Kesling
2 UKM Esensial
- Promkes Ns. Rika Fitriani, S.Kep Profesi/S1 Kep

- Kesling Kamarudin D1 Kes. Lingkungan

- KIA (Ibu) Aslami, Amd. Kep DIII Kebidanan

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 11


- KIA (Anak) Giana Oktaviani, Amd.Keb DIII Kebidanan
- KB Eva Gusnita D1 Kebidanan
- Gizi Maslina DI Gizi
- P2P Wira Dyna. AMK DIII Keperawatan
3 UKM pengembangan dan
penunjang
Posbindu-PTM Syofianti, AMK D III Keperawatan
Posyandu Lansia Eva Gusnita D I Kebidanan
Posyandu Balita Ns. Rika Fitriani, S.Kep Profesi/S1Kep.
PKPR Aslami, Amd. Keb D III Kebidanan
UKK Kamaruddin D I Kes. Lingkungan
Prolanis Syofianti, AMK D III Keperawatan
Saka Bakti Husada Ns. Rika Fitriani, S.Kep Profesi/S1Kep
Kesehatan Olah raga. Hari Endonika, Amd. Kep D III Keperawatan
UKS drg. Desi Ferawati S1 Kedokteran gigi
UKGMD drg. Desi Ferawati S1 Kedokteran gigi
Laboratorium Efri Yetti D I Analis Kesehatan
Perkesmas Syofianti, AMK D III Keperawatan
Obat-obatan Nona Andrio, S. Farm, Apt Apoteker
Ambulance Dolin SD

4 Pelayanan Kesehatan
masyarakat di satelit
- Pustu Balai Tengah Masnida, AMd. Keb DIII Kebidanan
- Pustu Tuanku Amir Sri Purwaningsih, Amd.Keb DIII Kebidanan
- Polindes Aur Duri Basrida, Amd.Keb DIII Kebidanan
- Polindes Seroja Nita Kurniati, Amd. Keb DIII Kebidanan
- Polindes Melati Nora Eka Safitri, Amd, Nila Nila DIII Kebidanan
- Polindes LNP Yulia ningsih, Amd.Keb DIII Kebidanan
Polindes Kajai Helda Syafni, Amd.Keb DIII Kebidanan

Untuk menjamin agar mutu jasa pelayanan yang diberikan baik, maka UPT Puskesmas
Wilayah Kerja Lintau Buo I telah menyusun beberapa Standar Pelayanan Operasional maupun
protap, termasuk Standar Pelayanan Administratif dengan berpedoman kepada Standar Profesi
dan Standar lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah. Standar Pelayanan ini disusun bersama
oleh dokter dan tenaga kesehatan yang ada di UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I untuk
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta situasi dan kondisi
puskesmas.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 12


2.8.2. Tanah dan Bangunan yang ada di Puskesmas Lintau Buo I

Tabel 2.7.
Kondisi Luas Tanah Sarana Pelayanan Kesehatan
di Wilayah Kerja Lintau Buo I Tahun 2016

Tanah Luas (M2) Keterangan

Puskemas 2912

Pustu Balai Tangah 110

Pustu Tuanku Amir 296

Polindes Aur Duri 108

Polindes seroja 135

Polindes melati 42 PNPM

Polindes Mawar I 135

Polindes Mawar II 63

Polindes Melur 63

Polindes Lareh Nan Panjang 108

Polindes Kajai 96 PNPM

Polindes kamboja 100 PNPM

Polindes Limau Manih 98 PNPM

Pada Minggu tanggal 13 November 2016, Puskesmas Lintau Buo I mendapatkan hibah tanah dari perantau
setempat yaitu Bpk. H. Bustamam (Sederhana Group) seluas 2114 m² seharga Rp.720 juta rupiah.

Foto. Tanah Hibah yang diberikan oleh Bpk. H. Bustamam

2.8.3. Kendaraan Bermotor yang ada di Puskesmas Lintau Buo I

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 13


Tabel 2.8.
Kondisi Kendaraan Bermotor
di Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I Tahun 2016

Kendaraan Bermotor Kondisi Keterangan

Ambulance B 1565 SHX Baik APBN 2012

Sepeda Motor BA 4679 ZQ Rusak ringan APBD

Sepeda Motor BA 5494 EF Rusak ringan APBD

Sepeda Motor BA 7931 EF Baik APBD

Sepeda Motor BA 7585 EF Baik APBD

Sepeda Motor BA 2875 E Baik

Pada bulan Februari 2017, Puskesmas Lintau Buo I mendapatkan tambahan 1 unit mobil
ambulance B 1833 SHX ( APBN 2016)

Foto. Ambulance Puskesmas Lintau Buo I

3.8.4 Peralatan Medis


Tabel 2.8.
Kondisi Peralatan Medis
di Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I Tahun 2016

Jenis Alat Medis Kecukupan Menurut Keterangan


Permenkes 75 tahun
2014

Set Pemeriksaan Umum Cukup

Set Tindakan Gawat Darurat Cukup

Set Pemeriksaan kesehatan Ibu Cukup

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 14


Set Pemeriksaan Kesehatan Anak cukup

Set Pelayanan KB Cukup

Set Imunisasi Cukup

Set Obstetri dan Ginekologi Cukup

Set Insersi dan Ekstraksi AKDR Cukup

Set Resusitasi Bayi Cukup

Set Perawatan Pasca Persalinan Cukup

Set Kesehatan Gigi dan Mulut Cukup

Set Promosi Kesehatan Tidak Cukup

Set ASI Cukup

Set Laboratorium Cukup

Set Farmasi Tidak Cukup

Set Rawat Inap Tidak Cukup

Set Sterilisasi Tidak Cukup

Set Puskesmas Keliling Tidak Cukup

Set Pemeriksaan Pustu Tidak cukup

Set PerKesMasy Tidak cukup

KIT UKS Cukup

KIT UKGS Cukup

KIT Imunisasi Cukup

KIT Bidan Tidak Cukup

KIT Posyandu Tidak Cukup

KIT Kesehatan Lingkungan Tidak Cukup

2.9. VISI DAN MISI PUSKESMAS

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan, sedangkan Misi merupakan sesuatu yang harus
diemban atau dilaksanakan sesuai dengan visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 15


Visi Puskesmas Lintau Buo I
“ Terwujudnya Masyarakat Wilayah Kerja Lintau Buo I yang Berperilaku Sehat, Mandiri,
berkualitas dan Berkeadilan”

Misi Puskesmas Lintau Buo I:

1. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat.


2. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.

Motto Puskesmas Lintau Buo I


“Melayani Dengan sepenuh Hati”

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 16


BAB III

KEGIATAN DI PUSKESMAS

3.1. SEBAGAI KEPALA UPT PUSKESMAS

3.1.1. KEGIATAN RUTIN

Sebagai kepala UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lintau Buo I penulis melakukan
manajemen puskesmas yang terdiri dari:

a. Manajemen operasional puskesmas


b. Manajemen obat
c. Manajemen keuangan
d. Manajemen alat
e. Manajemen SDM

3.1.1.1. Manajemen Operasional Puskesmas

Dalam melaksanakan manajemen operasional puskesmas terdiri dari:

A. P1 (Perencanaan Puskesmas)
Ada 2 macam perencanaan di Puskesmas, yaitu:
a. RUK (Rencana Usulan kegiatan)
Puskesmas merumuskan intervensi dalam bentuk membuat
Rencana Usukan kegiatan yang akan menjadi jenis kegiatan lengkap dengan
rincian anggaran.
RUK kemudian diajukan ke Dinas kesehatan Kabupaten untuk
dibahas, ini akan menentukan berapa persen budget yang disetujui,
sehingga masih ada rencanan kegiatan yang harus dicarikan anggarannya.
Bila paket anggaran hanya membiayai sebagian, maka dilakukan perubahan
perencanaan. Skala prioritas untuk memilih kegiatan kesehatan dan
menunda kegiatan yang belum dapat dibiayai.
b. RPK (Rencana Pelaksanaan kegiatan)
Setelah paket anggaran diketahui dan dilakukan penyesuaian
perencanaan maka langkah selanjutnya adalah menyusun RPK berupa
jadwal kegiatan yang mencakup : waktu, jenis kegiatan, sasaran , tempat,
pelaksanan, dan penanggung jawab. Jadwal ini penting untuk memantau
proses implentasi kegiatan kesehatan.

B. P2 ( Penggerakkan dan Pelaksanaan)


Implementasi, pergerakan dan pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai
dengan RPK yang telah disusun. Pada tahap ini banyak kiat yang harus ditempuh
tiap petugas ,karena dengan kegiatan yang sama, tetapi model implementasinya
mungkin berbeda antara puskesmas yang satu dengan puskesmas lainnya.
Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan
aktualisasi dari perencanaan (RPK). Puskesmas diharapkan mampu berinovasi
dalam pelaksanaan kegiatan sehingga tercapai visi kecamatan sehat.
PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 17
Penyelenggaraan penggerakkan pelaksanaan kegiatan puskesmas melalui
instrumen lokakarya mini Puskesmas yang terdiri dari:
a. Lokakarya Penggalangan Kerja sama Tim
Penggalangan peningkatan kerjasama tim, dalam rangka peningkatan
kerjasama atar petugas untuk meningkatkan fungsi puskesmas yang
dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun
b. Lokakarya Penggalangan Kerja sama lintas sektor
Penggalangan ini dilakukan di awal tahun dan hanya 1 (satu) kali dalam 1
tahun melibatkan lintas sektor terkait di kecamatan dengan merumuskan
rencana kerja tahunan dan triwulan.
c. Lokakarya mini bulanan
Alat untuk menggerakkan, pelaksanaan kegiatan bulanan dan sebagai
monitoring kegiatan bulanan puskesmas. Lokakarya ini melibatkan lintas
program inter puskesmas sebagai tanggung jawab Puskesmas dan petugas
Pustu, Polindes (Bidan desa).
d. Lokakarya Triwulan lintas sektoral
Dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan
puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral untuk mencari dukungan
terhadap pemecahan masalah yang ditemui selama kegiatan dalam
mewujudkan visi Puskesmas.

C. P3 ( Pengendalian, Pengawasan dan penilaian)


Untuk terlaksananya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah diterapkan Puskesmas
yakni:
a. Pemantauan wilayah setempat
Pemantauan Wilayah setempat (PWS) dilakukan untuk setiap program
Puskesmas yang telah dicapai pada bulan yang lalu pada setiap desa di
wilayah kerja puskesmas dibandingkan dengan rencana bulan lalu.
Kekurangan pencapaian dijadikan tambahan rencana / target berikutnya.
b. Pencapaian kinerja puskesmas
Ruang lingkup penilaian kinerja meliputi penilaian manajemen Puskesmas
pencapaian hasil (out put) dan mutu pelayanan (outcome) dari bagian
Puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten. Hasil kegiatan
puskesmas yang diperhitungkan meliputi kegiatan yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya, baik itu kegiatan yang
dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung. Komponen input,
sumber daya dan lingkungan tidak menjadi variabel penilaian dalam proses
perhitungan karena tidak ada pembobotan. Penilaian kinerja diperhitungkan
hasil kegiatan tahun yang lalu yang dicapai oleh puskesmas bersama
jaringannya.
c. Penilaian akhir Puskesmas
Penilaian akhir puskesmas mempunyai 3 kelompok, yaitu:
 Penilaian hasil pencapaian cakupan kegiatan pelayanan kesehatan.
 Penilaian mutu pelayanan kesehatan
 Penilaianm kinerja puskesmas hasil manajemen puskesmas

Penilaian ditetapkan dengan angka untuk tingkat Puskesmas yaitu:


PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 18
 Cakupan pelayanan
Kelompok I: tingkat pencapaian cakupan hasil 91%
Kelompok II: tingkat pencapaian hasil 81-90%
Kelompok III: tingkat pencapaian hasil <80%
 Cakupan mutu pelayanan kesehatan dan manjemen
Kelompok I: nilai rata-rata >8,5%
Kelompok II: nilai rata-rata 5,5-8,4%
Kelompok III: nilai rata-ratat <5,5%

3.1.1.2. Manajemen Obat


Manajemen obat yang dilaksanakan di puskesmas Lintau Buo I terdiri dari
perencanaan Kebutuhan Obat, penerimaan obat, penyimpanan obat, distribusi
obat. Dalam penyusunan kebutuhan obat menggunakan sistem LPLPO
berdasarkan pemakaian dan pola penyakit.

3.1.1.3. Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan memegang peranan yang sangat penting, karena
merupakan energi dari suatu organisasi. Untuk itu dalam manajemen keuangan
Puskesmas merencanakan pendapatan dan kebutuhan dana. Pengeloaan
keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku.

3.1.1.4. Manajemen Alat


Sumber daya yang berkualitas dan jumlah yang cukup merupakan faktor
penting dalam penggerakkan suatu organisasi. Untuk itu Puskesmas Lintau Buo I
melakukan majemen SDM dengan penyusunan perencanaan kebutuhan SDM
baik kualitas maupun peningktan kualitas SDM

3.1.2. BLUD (BADAN LAYANAN UMUM DAERAH ) UPT PUSKESMAS LINTAU BUO I

Agenda reformasi di bidang keuangan negara salah satunya adalah perubahan


dari penganggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja. Dengan berbasis
kinerja arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input tetapi pada
output. Pendekatan penganggaran berbasis kinerja sangat diperlukan bagi satuan kerja
pemerintah daerah yang memberikan pelayanan kepada public dengan cara
mewiraswastakan pemerintahan ( enterprising the goverment) yang telah diatur dalam
UU No. 17/2003 tentang keuangan negara. Selanjutnya dengan pasal 68 dan pasal 69,
UU No. 1/2004 tentang pembendaharaan Negara, instansi pemerintah yang tugas pokok
dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola
pengeloaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan
efektivitas.

Sebagai intitusi pelayanan publik, ini merupakan peluang bagi puskesmas untuk
berkiprah lebih baik bukan hanya output berupa pelayanan kesehatan bermutu tetapi
juga bersinergi untuk memperbaiki mutu input yang selama ini masih dinilai kurang.

Peningkatan pendapatan dan pembiayaan yang dikelola oleh Puskesmas dengan


diterapkannya program JKN di Indonesia bagi Puskesmas yang belum menerapkan tata
kelola keuangan BLUD ternyata dengan aturan ketentuan pengelolaan keuangan yang
berlaku pada saat ini ternyata belum secara maksimal dapat dimanfaatkan oleh
PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 19
puskesmas secara maksimal dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di
puskesmas, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sisa dana kegiatan tahun sebelum dan
dana tersebut tidak dapat dipakai awal tahun dan hanya dapat dimanfaatkan puskesmas
pada proses perubahan anggaran

Berbagai aturan tentang pelaksanaan kegiatan JKN baik aturan yang diterbitkan
oleh kementrian kesehatan, kementrian dalam negeri ataupun surat edaran KPK tentang
pelaksanaan progran=m JKN mengamanatkan agar puskesmas sebainya menerapkan
Pola Pengeloalaan keuangan (PPK) BLUD agar dalam pengelolaan keuangannya
Puskesmas memilki fleksibilitas dalam memanfaatkan dana yang diterima.

Untuk itu maka Puskesmas Lintau Buo I sudah mempersiapkan diri untuk
menjadi Puskesmas BLUD sehingga lebih fleksibel dalam pengelolaan keuangannya.

Untuk BLUD ini, puskesmas Lintau Buo I telah mebuat 4 dokumen yaitu:

1. RSB ( Rencana Strategi Bisnis)


RSB berisi tentang perencanaan strategis program kegiatan dan penganggaran.
RSB ini berisi perencanaan puskesmas untuk 5 tahun kedepan yang berpedoman
kepada pencapaian progran dan pendapatan keuangan psukesmas 5 tahun
sebelumnya.
2. Pola Tata kelola
Pola tata kelola merupakan peraturan internal satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) atau unit kerja yang akan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK)
BLUD. Selanjutnya dalam pasal 31 dan 32 permendagri Nomor 61 tahun 2007
disebutkan, BLUD beroperasi berdasarkan pola tata kelola atau peraturan internal,
yang memuat antara lain:
1. Struktur organisasi: menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsu,
tanggung jawab, dan wewenang dalam organisasi.
2. Prosedur kerja: menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi
jabatan dan fungsi dalam organisasi
3. Pengelompokn fungsi yang logis : menggambarkan pembagian yang jelas dan
opeasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan
prinsip pengendalian intern dalam rangka efektifitas pencapaian organisasi.
4. Pengelolaan sumber daya manusia: merupakan peraturan dan kebijakan yang
jelas mengenai sumber dayay manusi yang berorientasi pada pemenuhan
secara kuantitatif dan kualitatif/ sesuai dengan kompetensi, untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif dan produktif.
3. SPM
Standar pelayanan minimal memberikan panduan dan arah yang jelasdalalm
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan standar pelayanan minimal bidang
kesehatan di Puskesmas Lintau Buo I ini bertujuan untuk menyamakan visi serta
pemahaman yang sama sebagai pelaku pelayan kesehatan di wilayak kerja
Puskesmas tentang denifisi operasional, indikator kinerja, ukuran/satuan, rujukan
(buku pedoman, strandar teknis), target nasional untuk tahun 2015 sampai dengan
tahun 2019.
4. Laoporan Keuangan

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 20


Pembuatan dokumen-dokumen ini melibatkan seluruh staf puskesmas dalam
opengumpulan data dan kelengkapan, setra dibawah bimbingan dari dinas kesehatan
kabupaten tanah datar.

Dokumen-dokumen yang telah dibuat tersebut diajukan ke tim penilai


kabupaten.Pada tahap awal Puskesmas Lintau Buo I baru mendaptkan hasil 67 denga
kriterian BLUD bertahap. Kemudian dilakukan perbaikan dokumen sesuai dengan petunjuk
Yang diberikan oleh tim prnilai. Hasil penilaian terakhir Puskesmas Lintau Buo I
mendapatkan nilai 84,5 dengan kriteria BLUD penuh.

Tahun 2017 ini, puskesmas Lintau Buo I sudah dapat melaksanakan BLUDnya, namun
masih terhalang dengan pembuatan RBA, dan sekarang Puskesmas sedang menyusun RBA
tahun 2017. Diharapkan RBA ini dapat diselesaikan dengan cepat sehingga BLUD puskesmas
bisa segera dijalankan.

3.1.3. AKREDITASI PUSKESMAS

Akreditasi puskesmas yaitu pengakuan terhadap puskesmas yang diberikan oleh


lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh mentri setelah
dinilai bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut memenuhi standar pelayanan
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah ditetapkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan secara berkesinambungan.

Dalam pelaksanaan akreditasi dilakukan penilaian terhadap manajemen


puskesmas, penyelenggaraan progran kesehatan dan pelayanan klinis dengan
menggunakan standar akreditasi yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan republik
indonesia.

Adapun keuntungan pelaksanaan akreditasi bagi FKTP (puskesmas) adalah:

1. Memberikan keunggulan kompetitif


2. Menjamin pelayanan kesehatan primer yang berkualitas
3. Meningkatkan pendidikan pada staf
4. Meningkatkan pengelolaan resiko
5. Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf
6. Meningkatkan reabiliatas dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian, dan
konsistensi dalam bekerja
7. Meningkatkan keamanan dalam bekerja

Keuntungan pelaksanaan akreditasi puskesmas bagi masyarakat ( pengguna jsa ) adalah:


1. Memperkuat kepercayaan masyarakat
2. Adanya jaminan kualitas.

Puskesmas lintau Buo I adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten Tanah Datar
yang sudah dilakukan penilaian akreditasi oleh tim surveyor akreditasi pada tanggal 13-
15 November 2016, dengan Akreditasi Dasar.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 21


Foto. Penilaian akreditasi oleh surveyor pada pokja admen

Foto. Penilaian akreditasi oleh surveyor pada pokja UKM

Foto. Penilaian akreditasi oleh surveyor pada pokja UKP

3.2. SEBAGAI DOKTER UMUM PUSKESMAS

Sebagai dokter umum di puskesmas penulis bertugas memberikan pelayanan rutin di


Poli dan rawat inap Puskesmas setiap harinya. Pelayanan tersebut meliputi:

 Pelayanan kesehatan umum

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 22


Foto. pelayanan poli umum

 Tindakan medis gawat darurat kepada pasien dengan status emergensi

Foto. pelayanan kasus emergensi

 Melakukan piket jaga IGD 3 kali seminggu

Foto. Melakukan piket jaga IGD

 Melakukan Pelayanan untuk pasien rawat inap.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 23


Foto. Melakukan visite pasien rawat inap

 Pelayanan kesehatan jiwa pada pasien dengan keluahan kejiwaan.

Foto. Melakukan home visite pasien jiwa


 Pelayanan kesehatan remaja pada remaja

 Pelayanan kesehatan anak pada anak

Foto. Kegiatan pelayanan kesehatan anak di poli anak

 Konsultasi kesehatan terhadap pasien sesuai dengan keluhan pasien untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang permasalahan kesehatan

 Rujukan pasien kerumah sakit sesuai dengan kondisi pasien agar terjamin keselamatan jiwa
pasien

 Penguji kesehatan, otopsi, dan visum sesuai dengan SOP agar didapatkan akurasi kondisi
kesehatan pasien

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 24


 Penyuluhan kepada masyarakat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan.

Foto. Penyuluhan deteksi dini kanker

 Menjadi tim tenaga kesehatan di posko kesehatan saat acara tertentu

Foto. Menjadi tenaga tim kesehatan saat kunjungan wakil presiden tahun 2016

 Menjadi narasumber di bidang kesehatan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki

Foto. Menjadi narasumber mengenai “ Akibat Narkoba dari Segi Kesehatan”

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 25


Foto. Menjadi Narasumber topik
“ Pengaruh negatif kekerasan terhadap anak terhadap mental”

 Berkoordinasi dan bekerjasama dengan pemegang program lainnya dalam kelancaran


terlaksananya program puskesmas seperti program kesling, UKS dan UKGS, posyandu,
posbindu PTM, P2P dan lain-lain

Foto. Melaksanakan puskesmas keliling di jorong Mawar

Foto. Melakukan pemeriksaan IVA

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 26


Foto. penyuluhan kesehatan reproduksi

3.3. SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Sebagai anggota masyarakat, penulis juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti
pada PKK Nagari dan PKK Kecamatan, penulis berada di POKJA 4 kepengurusan, begitu juga
pada kegiatan Badan Kontak Majlis Taqlim di Kecamatan Lintau Buo Utara. Penulis juga menjadi
pengurus Organisa Profesi IDI yaitu di bidang P2KB. Selain itu penulis juga menjadi pengurus di
PMI (Palang Merah Indonesia) Kecamatan Lintau Buo Utara

Foto. Pelantikkan pengurus IDI periode 2016-2019

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 27


BAB IV

INOVASI

PUSKESMAS SAYANG ANAK DENGAN PERAN SERTA KADER

4.1. PENGERTIAN ANAK, KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK DAN STIMULASI
TUMBUH KEMBANG

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan


atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Selain itu keluarga juga mengharapkan
anaknya kelak bertumbuh dan berkembang (sehat fisik, mental/kognitif, dan sosial), dapat
dibanggakan, serta berguna bagi nusa dan bangsa. Sebagai aset bangsa, anak harus menjadi
perhatian sejak mereka masih di dalam kandungan sampai mereka menjadi manusia dewasa.

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi,


biokimia, dan fisiologi yang terjadi secara konsepsi sampai maturitas/dewasa. Banyak orang
menggunakan istilah “tumbuh” dan kembang secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar.
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan berbeda, tetapi saling berkaitan dan
sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sementara itu, perngertian mengenai
pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya


jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel organ, maupun individu. Anak tidak dapat
bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan
otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak anak mempunyai kapasitas lebih besar
untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik
maupun secara mental. Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat, ukuran
panjang, umur tulang, dan tanda-tanda sek sekunder.
2. Perkembangan ( development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktus dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan/ maturitas. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 28


tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar:

1. Kebutuhan fisik- biomedis ( ASUH)


Meliputi pangan/ gizi, perawatan kesehatan dasar ( iminusasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/ anak yang teratur, pengobatan kalau sakit), papan/pemukiman yang
layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kebugaran jasmani, rekreasi,
dan lain-lain
2. Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH)
Hubungan yang penuh kasih sayang, erat, mesra dan selaras antara ibu/ pengasuh dan
anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal, baik fisik,
mental maupun psikologis.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses baelajar (pendidikan dan pelatihan)
pada anak. Stimulasi mental (Asah) ini merangsang perkembangan mental psikososial:
kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativiytas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya.

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita ( bawah 5 tahun) lebih plastis.
Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih
terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnyta, otak balita lebih peka
terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak
adekuat, kurang stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh
karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap
lingkungan dan masa ini berlangsung sebagai masa keemasan ( golden period), jendela
kesempata (window of opportunity) dan masa kritis (critical period).

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 kembang pada
seorang anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpangan tidak semakin
berat. 6 tahun agar nak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mugkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh
kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan lingkungan
rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 29


Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang
diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita dilakukan pada masa kritis . melakuakn stimulasi yang memadai artinya
merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak.
Melakukan deteksi penyimpangan tumbuh kembang artinya melakuak skrining atau mendeteksi
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap
keluhan orangtua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan
memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh

4.2. PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN ANAK DI UPT PUSKESMAS LINTAU BUO I

4.2.2. Kegiatan Program Kesehatan Anak di Puskesmas Lintau Buo I

1. DDTK
Adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan di tingkat puskesmas :
 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) dilakukan pada bayi dan baduta (0-24 bulan)
dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun dan usia 24-72 bulan dilakukan 2 kali dalam
setahun.

2. MTBM danm MTBS


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia
0-59 bulan (balita). Dalam perkembangannya MTBS juga mencakup Manajemen Terpadu
Balita Muda (MTBM) umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
3. PKPR
Merupakan pelayanan konseling kepada semua remaja yang memerlukan konseling
yang kontak dengan petugas kesehatan. Membina 1 sekolah dan memerlukan KIE 2 kali
setahun.
4. SHK

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 30


Kegiatan skrining yang dilakukan pada bayi baru lahir pada usia 48 s/d 72 jam untuk
mengetahui hipotiroid kongenital. Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab
seorang anak mengalami keterbelakangan mental dan bertubuh cebol.
5. Kelas balita
Kelas Ibu Balita merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0-5
tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan
pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya
dibimbing oleh fasilitator dengan menggunakan buku KIA.
Kelas Ibu Balita dibagi berdasarkan kelompok umur balita : 0-1 tahun, 1-2 tahun dan
2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya 15 orang/kelas. Lama kegiatan 20-60 menit atau
disesuaikan dengan kondisi setempat. Frekuensi pertemuan sebanyak 3 kali.
6. Penanganan KTA
Kekerasan terhadap anak dan perempuan sering kali terjadi, di wilayah kerja
Puskesmas Lintau Buo I masih ada terjadi. Puskesmas Lintau Buo I ditunjuk sebagai salah
satu puskesmas mampu KTA dan satu orang dokter serta satu orang bidan sudah dilatih
pada tahun 2016. Dalam penanganan kasus KTA/P tersebut Puskesmas bekerjasama
dengan Kepolisian serta P2TP2A.

4.2.1. Pencapaian Program Kesehatan Anak

Tabel.4.1.
Pencapaian Program Kesehatan Anak Tahun 2015
No Kegiatan Capaian Sasaran Persentase
1 Kunjungan Neonatus Lengkap 212 332 63,85%
2 DDTK I Bayi 212 332 63,85%
3 DDTK 4 Bayi 276 332 83,13%
4 Kunjungan Bayi 276 332 83,13%
5 DDTK I Balita 201 1241 16,19%
6 DDTK II Balita 233 1241 18,77%
7 Apras DDTK I 66 520 12,69%
8 Apras DDTK II 91 520 17,5%
9 MTBS 843 843 100%
10 MTBM 212 332 63,85%
11 Kasus KTA 0 0 0

Tabel 4.2.
Pencapaian Program Kesehatan Anak Tahun 2016
No Kegiatan Capaian Sasaran Persentase
1 Kunjungan Neonatus Lengkap 275 332 82,8%

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 31


2 DDTK I Bayi 275 332 82,8%
3 DDTK 4 Bayi 303 332 91,26%
4 Kunjungan Bayi 303 332 91,26%
5 DDTK I Balita 492 1241 39,64%
6 DDTK II Balita 392 1241 31,58%
7 Apras DDTK I 279 520 53,65%
8 Apras DDTK II 213 520 40,96%
9 MTBS 911 911 100%
10 MTBM 275 332 82,8%
11 Kasus KTA 0 0 0
Tabel 4.3.
Pencapaian Program Kesehatan Anak
Bulan Januari S/D Februari Tahun 2017
No Kegiatan Capaian Sasaran Persentase
Jan s/d Feb Jan s/d Feb
1 Kunjungan Neonatus Lengkap 33 55 60%
2 DDTK I Bayi 33 55 60%
3 DDTK 4 Bayi 44 55 80%
4 Kunjungan Bayi 44 55 80%
5 DDTK I Balita 77 207 37,2%
6 DDTK II Balita 94 207 45,41%
7 Apras DDTK I 39 87 44,83%
8 Apras DDTK II 34 87 39,08%
9 MTBS 126 126 100%
10 MTBM 33 55 60%
11 Penanganan KTA 0 0

4.3. DASAR KEGIATAN

Puskesmas Lintau Buo I menjadikan” Puskesmas Sayang Anak Dengan Peran Serta
Kader” sebagai Inovasi karena:

1. Pencapaian beberapa program anak masih jauh dari target.

Pada saat lokakarya mini puskesmas awal tahun puskesmas analisis data tahun
2015, didapatkan bahwa pencapaian puskesmas pada program anak jauh dari target.

Penyebab rendahnya pencapaian program anak:

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 32


1. Kurangnya pengertian petugas mengenai Definisi Operasional (DO) masing-masing
kegiatan.
2. Petugas kurang mengerti cara menggunakan SDIDTK
3. Petugas memiliki tugas rangkap
4. Kurangnya masyarakat untuk ke Posyandu

Solusi dari penyebab masalah tersebut adalah:

1. Melakukan refresing ilmu bagi perugas kesehatan


2. Melakukan sosialisasi tentang tumbuh kembang anak
3. Melakukan pelatihan kader posyandu
4. Melakukan pelatihan guru PAUD
5. Melakukan sosialisasi ke posyandu dan kegiatan masyarakat.

2. Berbagai pelatihan mengenai program anak sudah banyak diikuti oleh petugas di
Puskesmas Lintau Buo I, yaitu:
a. Pelatihan SDIDTK dan Pijat Bayi
Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 8-10 agustus 2016 di Dinas Kesehatan
kabupaten Tanah Datar.

b. Pelatihan MTBM dan MTBS Bagi Tenaga kesehatan Puskesmas


Pelatihan MTBM dan MTBS dilaksanakan pada tanggal 11-13 Agustus 2016 di
Dinas Kabupaten Tanah Datar, yang diikuti oleh dokter puskesmas dan pemegang
program anak di puskesmas.

c. Orientasi Penanganan KTA/KTP


Pelatihan dilaksanankan pada tanggal 30 Agustus 2016 – 3 September 2016 di
Hotel Ibis Padang, yang diikuti oleh 1 orang dokter puskesmas, 1 orang bidan
puskesmas dan 1 orang pemegang program anak di Dinas Kabupatenm Tanah Datar.

Foto. Orientasi Pencegahan dam Penanganan KTA/KTP(Tgl 30 Agustus-3 September 2016)

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 33


d. Pelatihan Pelaksanaan Manajemen Asfiksia dan BBLR pada bayi Baru Lahir
Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar.

3. Meningkatnya kasus KTA/P (Kekerasan Terhadap anak)


Kasus kekerasan terhadapt anak meningkat jumlahnya dimana tahun 2015 sebanyak 3
orang dan tahun 2016 sebanyak 7 orang . Penanganan kasus kekerasan terhadap anak ini
lebih banyak akibat kekerasan fisik dan pelecehan seksual.

4. Hasil survei cepat terhadap pengetahuan masyarakat mengenai tumbuh kembang dan
kekerasan terhadap anak.
Dari survey yang dilakukan terhadap 100 orang responden, didapatkan bahwa
masih banyak orang tua tidak paham akan tumbuh kembang, SDIDTK dan kekerasan
terhadap anak.

5. Adanya dokter umum di Poli Anak


Sejak tahun 2015, dokter umum di Puskesmas Lintau Buo I, bertambah menjadi 2
orang. Biasanya yang menjadi penanggung jawab poli adalah bidan sekarang dokter umum.

6. Anak merupakan Generasi Penerus bangsa, jika anak mendapatkan pelayanan yang baik
dimulai dari masa kehamilan, pertumbuhan dan perkembangannya, maka akan
mengasilkan generasi yang baik untuk masa depan bangsa.

4.4. TUJUAN KEGIATAN


Kegiatan Puskesmas Sayang Anak dengan peran serta kader ini bertujuan untuk
memberikan pelayanan maksimal terhadap anak, mulai dari kader sampai tenaga kesehatan di
Puskesmas, sehingga setiap anak mendapatkan haknya dalam pelayanan kesehatan. Disamping
itu program pokok puskesmas targetnya tercapai sesuai dengan sasaran.

4.5. PELAKSANAAN KEGIATAN


4.5.1. Pendukung Kegiatan

Program ini bisa berjalan di Puskesmas Lintau Buo I karena berbagai faktor:

1. Tersedianya tenaga kesehatan yang sudah banyak mendapatkan pelatihan.


Tenaga kesehatan di Puskemas Lintau Buo I , sudah banyak mendapatkan
pelatihan mengenai program anak ini, yaitu:
 Pelatihan MTBS/ MTBM, sudah diikuti oleh 1 orang dokter umum, 5 orang bidan
PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 34
 Pelatihan SDIDTK dan Pijat Bayi, sudah diikuti oleh 1 orang dokter umum dan 2
orang bidan.
 Orientasi penatalaksanaan KTA/KTP sudah diikuti oleh 1 orang dokter , dan 1
orang bidan.
 Pelatihan Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir, sudah di ikuti oleh 1 orang
dokter umum, dan 5 orang bidan.

2. Tersedianya sarana dan prasarana pemeriksaan yang memadai

Puskesmas Lintau Buo I memiliki sarana dan prasarana pemeriksanaan untuk


anak yang cukup memadai, yaitu:

 Tersedianya ruangan khusus poli anak.


Disini untuk pemeriksaan anak sakit dan anak sehat dibedakan ruangannya.

Foto. Poli anak

Foto. Ruang imunisasi

 Tersedianya tempat bermain anak


Tempat bermain anak ini merupakan sumbangan dari perantau setempat Bpk. H.
Bustamam .

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 35


Foto. Tempat bermain anak

 Tersedianya ruangan konseling PKPR dan KTA/KTP

Foto. Ruang konseling PKPR dan KTA/KTP

 Pojok ASI

Foto.Pojok ASI

Dalam mendapatkan pelayanan kesehatanan anak diloket, anak diberikan


nomor antrian yang berbeda, sehingga jika pasien banyak bisa anak dapat
didahulukan.

3. Adanya dokter spesialis anak untuk rujukan berkelanjutan


Jika ada pasien anak yang perlu rujukan, puskesmas lintau buo I mempunyai
alur rujukan berkelanjutan ke dokter spesialis anak.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 36


4.5.2. Sosialisasi pada Saat lokmin Puskemas

Saat lokmin awal tahun puskesmas, penulis dan pemegang program memberikan
pengarahan kembali mengenai definisi operasional dari masing-masing kegiatan program
anak.Bulan Agustus setelah melakukan pelatihan penulis mensosialisasikan keseluruh staf
bagaimana Stimulasi Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak , cara mengunakan KPSP
( Kuesioner Pra Skrining Perkembangan), KMME ( Kuesioner Masalah mental Emosional), CHAT (
Checlist for Autism in Toddlers) dan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)

Foto. Sosialisasi stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak

Pada bulan September dilakukan sosialisasi mengenai penatalaksanaan kasus kekerasan


terhadap anak dan perempuan kepada seluruh staff puskesmas.

4.5.3. Pembuatan Media Promosi


Agar program ini berjalan lebih baik dan lebih mudah diketahui oleh masyarakat umum,
maka kami membuat beberapa leaflet yaitu:
1. Leaflet sarana dan prasarana puskesmas

2. Leaflet tentang stimulasi tumbuh kembang anak

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 37


3. Leaflet tentang tumbuh kembang

4. Leaflet tentang tumbuh kembang anak

5. Leaflet tentang pencegahan kekerasan terhadap anak

4.5.4. Sosialisasi pada pertemuan Lintas Sektoral


PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 38
Pada saat pertemuan Lintas Sektoral dilakukan sosialisasi mengenai:
1. Tumbuh kembang anak,
2. Bagaimana Stimulasi Deteksi dan Intervensi DiniTumbuh Kembang Anak (SDIDTK)
3. Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak

Pertemuan lintas sektoral ini dihadiri oleh camat, walinagari, Kepala Jorong, PKK
Kecamatan, PKK Nagari, Bundo Kanduang, dan tokoh masyarakat.

Foto. Sosialisasi lintas sektoral mengenai Stimulasi Deteksi dan intervensi Dini tumbuh
Kembang anak

Foto. Sosialisasi lintas sektoral


“pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuan”

4.5.5. Sosialisasi saat penyuluhan di Puskesmas


Setiap hari Sabtu Minggu I dan Minggu III setiap bulannya, di Puskesmas Lintau Buo I
dilakukan penyuluhan ke pada pasien yang datang. Salah satu materi penyuluhannya adalah
tumbuh kembang , stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang dan pencegahan, penanganan
KTA.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 39


Foto. Memberikan penyuluhan di Puskesmas Lintau Buo I

4.5.6. Sosialisasi Saat penyuluhan di Lapangan


Kegiatan rutin turun ke lapangan di puskesmas Lintau buo I antara lain, posyandu balita,
posyandu lansia, posbindu PTM, kelas Ibu hamil, Kelas balita UKS, UKS, UKGS serta kegiatan
lainnya. Pada setiap kesempatan turun lapangan ini maka seluruh staff puskesmas lintau Buo I
memberikan sosialisasi mengenai tumbuh kembang anak, stimulasi deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak, dan penanganan dan pencegahan KTA

Foto. Penyuluhan di lapangan

4.5.7. Penanganan kasus KTA


Pada tahun 2016 ada 7 kasus yang dilakukan penanganan kekerasan terhadap anak
yaitu:
 2 (Dua) kasus karena kekerasan fisik ( penganiayaan oleh orang dewasa)
Penangganan yang dilakukan di puskesmas adalah mengobati luka akibat
penganiayaan, dan membuatkan visumnya. Kemudian berkoordinasi dengan P2TP2A
untuk dilakukan pembinaan oleh psikolog.
 2(Dua) kasus karena pelecehan seksual
Penanganan yang dilakukan oleh puskesmas hanyalah memberikan surat rujukan
untuk diperiksa oleh spesialis kandungan. Penanganan selanjutnya berkordinasi
dengan P2TP2A.
PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 40
 3 (Tiga) kasus karena pengabaian
Pengabaian dilakukan oleh orang tua dengan membiarkan anaknya membawa
kendaraan motor, padahal anak tersebut belum mempunyai SIM.Sehingga terjadi
kecelakaan lalu lintas yangmenyebabkan kematian .

4.5.8. Pemberdayaan kader


Kegiatan pemberdayaan kader terdiri dari:
1. Pelatihan kader
Pelatihan ini diikuti oleh 1 orang kader setiap posyandu dan 1 orang stiap guru
PAUD. Dimana jumlah kader yang dilatih adalah 50 orang kader ( 44 orang dari kader
posyandu dan 6 orang tadi guru PAUD). Pelatihan dilakukan pada bulan September
2016 .
Pada pelatihan ini, para kader diberi pengetahuan pengenai tumbuh kembang anak,
stimulasi deteksi dini dan intervensi tumbuh kembang anak, dan pencegahan,
penanganan KTA.
Kader diajarkan tentang jadwal Deteksi Dini tumbuh Kembang Anak sesuai dengan
umur, diajarkan cara menggunakan KPSP ( Kuesioner Pras Skrining
Perkembangan).Kader diharapkan dapa melakukan pemeriksaan DDTK di Posyandu dan
Paud sesuai dengan jadwal, dan melaporkan hasilnya kepada penanggung jawab
posyandu. Kader dapat merujuk jika ada kelainan tumbuh kembang sesuai dengan alur
rujukan. Untuk kasus kekerasan terhadap anak , jika ada kasus kader melaporkan ke
puskesmas. Kader juga diajarkan untuk membuat APE ( Alat Peraga Edukatif) sederhana
yang tidak mengeluarkan biaya yang banyak.

Foto. Pelatihan kader dan guru Paud mengenai


Stimulasi dan deteksi Dini Tumbuh kembang anak

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 41


Foto. Memberikan materi tentang tumbuh kembang,
SDIDTK, penggunaan KPSP

Foto. Pelatihan kader tentang pencegahan dan


dampak mental kekerasan terhadap anak

2. Pelaksanaan SDIDTK oleh kader di posyandu


Seluruh kader yang dilatih SDIDTK melakukan DDTK di Posyandu masing-masing
sesuai dengan umur anak. Kader melaporkan ke penanggung jawab posyandu tentang
hasil dari DDTK dan melakukan pengisian dikohor. Jika ada anak yang tidak sesuai
dengan perkembangan maka dilakukan rujukan ke Puskesmas, sesuai dengan alur
rujukan yang telah ada.

Foto. Kader melakukan KPSP bayi

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 42


Foto. DDTK pada bayi dan anak

Alur Rujukan

3. Evaluasi Kader
Kader memberikan laporan setiap bulannya ke penanggung jawab posyandu, begitu
juga dengan guru Paud memberikan laporannya setiap 3 bulan. Puskesmas Lintau Buo I
bekerjasama dengan perantau/ swadana masyarakat untuk kader yang lengkap
melaksanakan DDTK akan diberikan Alat Pemainan Edukasi (APE) di posyandu mereka.
Dimana alat tersebut diberikan secara gratis oleh perantau untuk posyandu.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 43


Foto. APE ( Alat Permainan edukatif)

Untuk anak yang dirujuk di puskesmas dilakukan intervensi terlebih dahulu, jika tidak
ada perbaikan maka dilakukan rujukan ke rumah sakit/ dokter spesialis anak.

Foto. simulasi pijat bayi

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 44


4.5.9. Mengadakan survey cepat tentang tumbuh kembang dan Kekerasan terhadap anak

Kami mengadakan survey cepat pada bulan November 2016 untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat khusunya orang tua tentang tumbuh kembang anak dan pengertian
kekerasan terhadap anak.

Hasil penelitian diperoleh setelah dilakukan penyebaran angket di posyandu-posyandu


di wilayah kerja Puskeamas Lintau Buo I. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 100
orang tua yang terdiri dari 35 orang tua dari Nagari Lubuk jantan, 25 orang tua dari nagari Tepi
selo ,25 orang tua dari nagari Balai Tengah dan 15 orangtua dari Nagari Batu Bulek .

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada saat dilakukan survey cepat di
wilayah Kerja Puskesmas Lintau Buo I

Diagram 1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Saat dilakukan Survey Cepat Pada
Wilayah Kerja Puskesmas Lintau Buo I

Berdasarkan analisis data dari 100 orang tua di wilayah kerja Lintau Buo Iyang
menjadi responden diketahui yang berusia < 20 tahun sebanyak 8 orang, 20-30 tahun
sebanyak 39 orang, 30-40 tahun sebanyak 41 orang dan >40 tahun sebanyak 12 orang.

b. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang tahap-tahap


tumbuh kembang anak.
Diagram 2.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat pengetahuan tentang tahap-tahap
tumbuh kembang anak.
PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 45
Berdasarkan analisa data distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
mengenai tahap-tahao tumbuh kembang anak, dari 100 respon 44 orang tau dan mengerti
tahao tumbuh kembang anak, 53 orang tau dan tidak mengerti dan 3 orang tidak tau dan
tidak mengerti tahap tumbuh kembang anak.

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai Stimulasi


Deteksi Dini dan Intervensi Tumbuh kembang anak.

Diagram 3.
Distribusi Frekensi Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan mengenai Stimulasi
Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan didapatkan bahwa dari 100 orang tua, 43
orang tidak tau tentang Stimulasi Deteksi Dini dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak, 51
orang tau namun tidak mengerti, dan 6 orang tau dan mengerti apa itu SDIDTK

d. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan mengenai pengertian dan jenis


kekerasan terhadap anak.

Diagram 4.
Distribusi frekuensi responden Berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai pengertian
dan jenis kekerasan terhadap anak

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 46


Berdasarkan analisis data yang dilakukan didapatkan distribusi pengetahuan
mengenai pengertian dan jenis kekerasan terhadap anak, dari 100 responden 96 orang
mengetahui pengertian dan tidak tau jenis-jenis kekerasan terhadap anak, sedangkan 4
orang tau pengertian dan jenis-jenis kekerasan terhadap anak.

4.6.PERMASALAHAN

Adapun beberapa permasalahan yang penulis temukan saat melakukan program


inovasi ini adalah:

1. Belum semua kader mampu bekerja maksimal untuk melakukan SDIDTK dan pencegahan
kekerasan terhadap anak.
2. Kurangnya APE (alat Permainan Edukasi) di posyandu posyandu.
3. Ada 2 jorong yang berada didaerah terpencil, dan tidak memiliki bidan desa, sehingga sulit
untuk memantau kerja kader.
4. Masih banyak masyarakat yang malu untuk melaporkan jika ada kasus kekerasan terhadap
anak disekitarnya, dengan alasan aib keluarga.
5. Ada orang tua yang tidak menerima anaknya kalau mengalami kelainan tumbuh kembang
dan tidak mau untuk dirujuk di rumah sakit/ dokter spesialis anak karena terkendala biaya,
khususnya bagi yang tidak memiliki kartu BPJS

4.7.PEMECAHAN MASALAH

1. Lebih memaksimalkan evaluasi kader sehingga kendala-kendala yang ditemukan


dilapangan dapat dicarikan jalan keluarnya.
2. Sarana dan prasarana di posyandu lebih ditingkatkan dengan menambah APE (Alat
Permaiana Edukasi) melalui swadaya masyarakat , dan mengajarkan kader bagaimana
cara membuat APE yang mudah tanpa mengeluarkan biaya.
3. Petugas puskesmas melakukan kunjungan rutin ke 2 jorong yang terpencil tersebut, agar
kader dapat terpantau dengan baik.
4. Lebih meningkatkan sosiaalisasi mengenai dampak negatif di bidang kesehatan
kekerasan terhadap anak.
5. Bekerjasama dengan berbagai lintas sektoral dalam pelaksanaan program anak ini.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 47


BAB V

PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dalam melaksananakan tugas sehari-hari sebagai Kepala UPT Puskesmas,maka kegiatan
utama meliputi P1 atau perencanaan, P2 atau pelaksanaan dan pengorganisasian, dan P3 atau
pengawasan, pengendalian, dan penilaian. Dalam pelaksanaannya tentu membutuhkan
koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program. Hasil dari koordinasi ini dapat dilihat salah
satunya dari keberhasilan pencapaian program inovasi puskesmas Lintau Buo I yaitu Puskesmas
sayang anak dengan inovasi kader.

Berdasarkan hasil pencapaian program anak yang telah dibahas dimuka dapat
disimpulkan bahwa pencapiannya meningkat dari tahun 2015, tahun 2016 dan pada bulan
januari sampai dengan februari tahun 2017. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian program yang
yang tahun 2015 sangat jauh dibawah target, ditahun 2016 sudah hampir mencapai target, dan
di 2017 rekapan bulan januari dan februari sudah bagus pencapaiannya dari target program.

Hal ini tidak telepas dari koordinasi dengan lintas sektoral seperti pihak kecamatan
melalui PKK kecamatan dan nagari, PMPKB, lintas sektoral lainnya, koordinasi dengan lintas
program seperti program KB,KIA, Gizi dan kesling. Disamping itu, keberhasilan program ini
tercapai karena dibentuknya kegiatan inovasi melalui pemberdayaan kader dimasing-masing
posyandu yang bertugas melakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang
anak di posyandu, pencegahan kekerasan terhadap anak.

Penulis optimis dengan adanya inovasi Puskesmas Sayang anak dengan peran serta
kader ini, maka program anak di Puskesmas Lintau Buo I akan berjalan dengan baik, sehingga

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 48


untuk tahun 2017 ini pencapaiannya di atas target. Semua anak yang berada di willayah
Puskesmas Lintau Buo I, mendapatkan semua haknya dalam pelayanan kesehatan.

Dalam menjalankan program ini masih ditemukan beberapa kendala, tetapi dalam
perencanaan program dan kegiatn yang lebih baik, maka kendala-kendala tersebut akan bisa
diatasi sehingga pelayanan di program anak dapat maksimal dan lebih baik.

5.2. SARAN

a. Agar pelaksanan program di puskesmas lebih optimal perlu meningkatkan kerjasama lintas
program dan sektor
b. Mengingat program anak merupakan program esensial, maka inovasi Puskesmas sayang
anak dapat menjadi inovasi setiap puskesmas
c. Untuk meningakatka pengetahuan mengenai pelaksanaan program anak, perlu dilakukan
pelatihan setiap tahunnya.
d. Monitoring dan evaluasi program dapat dilakukan dari tingkat pusat sampai daerah.

PUSKESMAS LINTAU BUO I KABUPATEN TANAH DATAR 49

Anda mungkin juga menyukai