Anda di halaman 1dari 19

STUDI PEMANFAATAN KONTAINER SEBAGAI RUMAH HUNIAN

SEMENTARA PASCA BENCANA

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Strata-1 pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas Padang

Oleh:

KHARREL DWI PUTRA


1110922089

Pembimbing:

BENNY HIDAYAT Ph.D


TAUFIKA OPHIYANDRI Ph.D

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak


besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai, kekeringan, kebakaran liar dan
wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya
adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang
disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam.
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan
angin puting beliung. Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di
kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan
kekuatan yang berbeda-beda. Laporan Bencana Asia Pasifik 2010 menyatakan
bahwa masyarakat di kawasan Asia Pasifik 4 kali lebih rentan terkena dampak
bencana alam dibanding masyarakat di wilayah Afrika dan 25 kali lebih rentan
daripada di Amerika Utara dan Eropa.
Contoh bencana alam yang terjadi di Indonesia adalah gempa bumi dan
tsunami yang terjadi di Aceh pada Desember 2004 silam. Gempa dengan kekuatan
9,1 hingga 9,3 skala richter ini merupakan gempa terbesar ketiga yang pernah
tercatat di seismograf. Dan juga disusul oleh gelombang tsunami dengan
ketinggian mencapai 30 meter yang menenggelamkan banyak pemukiman tepi
pantai.
Pada Mei 2006 juga terjadi gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Gempa bumi tersebut
berkekuatan 5,9 pada skala richter sedangkan United States Geological Survey
melaporkan bahwa gempa terjadi sebesar 6,2 pada skala richter. Gempa tersebut
diikuti dengan beberapa kali gempa susulan yang meyebabkan gedung-gedung
sekitar lokasi gempa rusak parah.

1
Sedangkan di Sumatera Barat sangat rawan terjadinya bencana alam,
misalnya gempa bumi yang terjadi pada tahun 2009. Gempa yang terjadi pada saat
itu berkekuatan 7,6 skala richter di lepas pantai Sumater Barat tepat nya tanggal
30 September 2009. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di
Sumatera Barat. Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat
gempa ini yang tersebar di 3 kota dan 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka
berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang. Sedangkan 135.448 rumah
rusak berat, 65.380 rusak sedang dan 78.604 rusak ringan. (bnj,2009)
Selain itu, bencana yang kerap terjadi di Sumatera Barat adalah banjir
bandang dan juga tanah longsor. Banjir dan tanah longsor ini desebabkan oleh
hujan yang deras yang berlangsung lama atau terus menerus selama beberapa hari.
Misalnya longsor yang terjadi di Agam pada bulan Januari 2013 yang memakan
korban sebanyak 12 orang tewas. (bbc,2013)
Baru-baru ini juga terjadi banjir disertai longsor di beberapa daerah di
Sumatera Barat, yakni Kota Solok, Kabupaten Agam dan Kabupaten 50 Kota.
Bencana alam ini terjadi pada Jumat 5 Februari lalu yang merendam 36 rumah di
Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Tanjung Harapan dan Kelurahan Karambie,
Kota Solok. Sementara di Kabupaten Agam terjadi longsor yang menutup akses
jalan Bukittinggi-Lubuk Sikaping dengan panjang material longsor 15 meter
setinggi 2,5 meter. Juga banjir dan longsor yang terjadi di Solok Selatan yang
merendam ribuan rumah di tiga kecamatan dan longsor yang menyebabkan 6
orang tewas tertimbun. (Akbar,2016)
Sehubungan dengan rentannya Indonesia terutama Sumatera Barat terjadi
bencana alam, sangat berdampak buruk bagi masyarakat Sumatera Barat.
Masyarakat yang tertimpa bencana seperti gempa bumi, banjir dan tanah longsor
selain harus kehilangan keluarga dan kerabat mereka juga harus pindah atau
mengungsi ke tempat yang aman.
Tempat aman yang dimaksudkan disini adalah seperti rumah hunian
sementara (Huntara) bagi para pengungsi tersebut, terutama bagi warga yang
kurang beruntung secara ekonomi termasuk pengrajin, buruh atau petani.
(Indonesian Fair Trade,2015) Hunian disini merupakan tempat tinggal seperti
rumah yang dapat ditempati selama bencana alam terjadi. Rumah hunian

2
sementara sangat penting karena menjadi tempat berlindung untuk masyarakat
yang terkena dampak bencana alam selagi di rekonstruksinya rumah hunian tetap.
Fungsi pembangunan rumah hunian sementara (Huntara) adalah untuk
tempat tinggal sementara bagi para korban yang rumahnya rusak dan tidak bisa
ditinggali. (Dukuh Institute,2016) Penggunaan material yang ada dan mudah
didapat serta dilakukan secara gotong-royong membuat proses pembuatan huntara
tidak membutuhkan waktu lama agar para korban di tempat pengungsian bisa
segera pindah ke hunian yang lebih layak.
Pembangunan rumah huntara mempertimbangkan beberapa aspek, dimana
pada saat transisi ini para pengungsi diharapkan dapat berangsur memulihkan
kesehatan jiwa dan fisik serta kegiatan ekonominya yang terhenti pada saat
bencana terjadi. Rumah hunian sementara sebaiknya dapat memfasilitasi akan
kebutuhan tersebut, sehingga para pengungsi bisa beraktifitas sebagaimana
mestinya dan tetap dapat memenuhi kebutuhan ekonominya.
Terkait rumah hunian sementara, Di Sumatera Barat pasca gempa
September 2009 bambu dijadikan sebagai material pembangunan huntara.
(Seta,2009) Ada tiga macam ukuran rumah bambu yang akan didirikan, yakni
4m×4m, 4m×4,5m, dan 4m×6m. Huntara ini rencana dibangun di Kota Padang,
Kota Pesisir Selatan, Kabupaten Pariaman, dan Kabupaten Agam. Proses
pembangunan rumah bambu hanya membutuhkan waktu hingga satu setengah
hari.
Ada juga desain huntara untuk korban gempa di Kota Padang dengan
menggunakan konsep Green Building. Konstruksi bangunan yang menggunakan
sistem Knock-down, maksudnya adalah konstruksi nya mudah dibongkar sesuai
dengan kebutuhan. Dengan menggunakan material yang ramah lingkungan seperti
kayu dan triplek. (Riandito,2009)
Berdasarkan hal diatas, pembangunan rumah hunian sementara berbahan
baku material kayu, triplek, bahkan bambu. Karena pengerjaan dengan
menggunakan material tersebut yang mudah didapatkan dan murah menjadi
pilihan sebagai material huntara. Dan juga tidak membutuhkan waktu lama dalam
pengerjaannya.

3
Berhubungan dengan keefektifitasan pengerjaan huntara tersebut pada saat
sekarang ini ada juga yang memanfaatkan peti kemas atau kontainer sebagai
material untuk hunian atau rumah. (Otakku,2008) Rumah kontainer merupakan
tempat tinggal atau rumah yang berbahan baku utama dari kontainer bekas.
Kontainer dapat dimodifikasi dan digabungkan untuk membuat unit rumah.
Kecenderungan ini dipicu oleh masalah lingkungan. Kontainer yang
digunakan untuk transportasi barang dengan menggunakan kapal, bisa
menimbulkan masalah. Masalahnya biaya pembuatan kontainer baru adalah lebih
murah daripada mengirimkan kembali kontainer-kontainer tersebut dalam keadaan
kosong. Kontainer yang dipakai untuk mengirim barang ini jelas akan bertumpuk
tanpa kembali ke tempat atau negara asalnya. Penggunaan kontainer bekas
diharapkan dapat mengembangkan nilai dari green construction, karena dari
penggunaan kontainer bekas atau mendaur ulang kontainer yang sudah terpakai.
(Mitraadmin,2015)
Rumah yang terbuat dari kontainer bekas ini pada awalnya hanya
digunakan sebagai gudang dan mess pekerja proyek sementara. Sejalan dengan itu
mulai dibuat juga ruang kantor dari kontainer bekas hingga berlanjut pada rumah
kontainer untuk hunian dan ada juga yang memanfaatkan kontainer bekas menjadi
kedai kopi atau kafe.
Sehubungan dengan daerah Padang merupakan daerah yang rawan
bencana alam seperti gempa, tsunami, tanah longsor, banjir bandang dan
sebagainya maka timbul pertanyaan penulis, apakah kontainer dapat dimanfaatkan
sebagai rumah hunian sementara pasca bencana ?
Oleh karena itu, dibutuhkan studi dalam pemanfaatan kontainer sebagai
rumah hunian sementara pasca bencana. Hal inilah yang melatar belakangi tema
penulisan tugas akhir ini.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari studi ini adalah untuk :


1. Mengetahui potensi pemakaian kontainer sebagai rumah hunian sementara
pasca bencana.

4
2. Membuat desain rumah kontainer sebagai rumah hunian sementara pasca
bencana.

3. Melakukan analisis kelayakan rumah kontainer sebagai rumah hunian


sementara.

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberikan referensi
kepada pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan
rumah hunian sementara bagi korban bencana alam.

1.3 Batasan Masalah

Pada penulisan tugas akhir ini penelitian hanya terbatas pada :


1. Perbandingan biaya dengan memakai luasan yang sama dengan rumah
konvensional (36m²).
2. Mengetahui biaya siap pakai kontainer sebagai rumah hunian
sementara.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, batasan
masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Berisikan tentang dasar-dasar teori dan peraturan yang digunakan
dalam analisis struktur.
BAB III : Metodologi Penelitian
Berisikan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian ini.
Daftar Kepustakaan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana
2.1.1 Definisi
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), bencana adalah
suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian
secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan
lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi
kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Lebih lanjut, menurut Parker (1992), bencana adalah sebuah kejadian yang
biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula
didalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu
respon dari masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk
memberikan antusiasme yang bersifat luas.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkunga, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. (UU No.24 tahun 2007).

 Bencana di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,
tanah longsor, banjir dan angin puting beliung. Sekitar 13 persen
gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia
berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan
kekuatan yang berbeda-beda. (Natural Disaster Preparedness and
Education for Sustainable Development,2011)
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004
yang memakan korban jiwa di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara
memaksa diadakannya upaya cepat untuk mendidik masyarakat

6
agar dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi
bencana alam.
Laporan PBB memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta jiwa
terkena dampak bencana alam di Indonesia dari tahun 1980 sampai
2009. Dari laporan yang sama Indonesia dapat peringkat 4 sebagai
salah satu negara yang paling rentan terkena dampak bencana alam
di Asia Pasifik dari tahun 1980-2009. (Kuntjoro,2010)
Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Resiko
Bencana juga memberikan peringkat yang tinggi untuk Indonesia
pada level pengaruh bencana terhadap manusia, peringkat 3 dari
153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.
(Kuntjoro,2010) Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih
lemah dalam kewaspadaan resiko bencana dan kecakapan
manajemen bencana.
Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bencana yang sering
terjadi di Indonesia dari hingga 2016 adalah angin puting beliung
sebanyak 81 kejadian, diikuti bencana banjir 56 kejadian dan
longsor 29 kejadian.
 Bencana di Sumatera Barat
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Sumatera Barat rentang tahun 1987 hingga 2016
bencana banjir dan tanah longsor terjadi sebanyak 39 kejadian,
gempa bumi sebanyak 59 kejadian, dan angin puting beliung
sebanyak 96 kejadian.
Gempa bumi yang kerap terjadi di Sumatera Barat disebabkan
oleh lokasi Sumatera Barat yang berada di tumbukan antara
lempeng Samudra Hindia dengan Asia. Pergerakan antar 2 lempeng
tersebut yang mengakibatkan terjadinya gempa. (Badan Geologi
Departemen ESDM)
Selain gempa bumi, di Sumatera Barat juga sering terjadi
banjir bandang. Hal ini diduga kuat karena aktifitas penebangan liar

7
di perbukitan sekitar lokasi banjir, (Ruslan,2012) akibatnya ketika
terjadi hujan deras yang berlangsung lama tidak ada pohon-pohon
yang menahan air hujan.
2.1.2 Jenis Bencana
Menurut UU No.24 tahun 2007 ada beberapa jenis bencana,
diantaranya:
 Bencana alam adalah becana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, genung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
 Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat dan teror.
 Kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan
melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu
kejadian.
 Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng
bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan.
 Letusan gunung berapi merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Bahaya letusan gunung api
dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat,
lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
 Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa

8
yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa
bumi.
2.1.3 Dampak bencana
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada
bidang ekonomi, soisal dan lingkungan. Kerusakan insfrastruktur dapat
mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup
kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan
komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya
hutan yang melindungi daratan.
Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling
besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan
lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung
meletus. (Natural Disaster Mitigation and Relief: vol 61,2011) Dalam
hitungan detik dan menit, jumlah besar luka-luka yang sebagian besar
tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera
dari fasilitas kesehatan yang sering kali tidak siap, rusak, runtuh karena
gempa.
Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang
signifikan pada komunita manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa
ada peringata terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain
terutama gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat atau topan.
Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam.
Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen darurat
menyebabkan kerugian dalam bidan keuangan, struktural dan korban jiwa.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia untuk
mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya.
Menurut Bankoff (2003): “bencana muncul bila bertemu dengan
ketidakberdayaan”. Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat
berubah menjadi bencana alama apabila manusia tidak memiliki daya
tahan yang kuat.

9
2.2 Hunian Sementara
2.2.1 Definisi
Tempat hunian atau penampungan merupakan unsur penting yang
menentukan kehidupan masyarakat pada tahap awal suatu bencana, selain
untuk mempertahankan kehidupan, juga untuk menyediakan keamanan
dan keselamatan pribadi, serta perlindungan dari adanya gangguan iklim
serta dari kemungkinan gangguan kesehatan dan penyakit.
Tempat penampungan sementara adalah cara bagaimana suatu
tempat penampungan dibangun, bahan-bahan yang digunakan, serta
kebijakan-kebijakan yang mendukungknya, harus dengan layak
memungkinkan kesesuaian identitas budaya dan keseragaman setempat.
Aspek utama yang harus diperhatikan adalah ketersediaan berbagai
pelayanan, sarana serta material dan infrastruktur, ketersediaan akses, serta
kesesuaian dengan budaya. (Suherwan,2011)
2.2.2 Jenis
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 7 tahun 2008 bantuan penampungan atau hunian
sementara diberikan dalam bentuk tenda-tenda, barak atau gedung fasilitas
umum/sosial, seperti tempat ibadah, gedung olahraga, balai desa, dan
sebagainya, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat tinggal
sementara.
2.2.3 Standar
Standar minimal bantuan (Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 7 tahun 2008):

 Berukuran 3 meter persegi per orang.

 Memiliki persyaratan keamanan dan kesehatan.

 Memiliki aksesibititas terhadap fasilitas umum.

 Menjamin privasi antar jenis kelamin dari berbagai kelompok usia.

2.3 Kontainer

10
2.3.1 Definisi
Kontainer adalah peti, botol, dan sebagainya yang dibuat untuk
menyimpan sesuatu (Reader’s Dictionary, AS Hornby EC Parnwell,
Oxford University/PT. Indira, Jakarta. 1972). Sedangkan kontainer yang
lazim dipergunakan untuk menyimpan dan mengangkut sesuatu, menurut
ISO (International Standard Organization) disebut Freight Container dan
istilah sehari-hari disebut Petikemas.
2.3.2 Standar
 Berat
Berat maksimum peti kemas muatan 20 kaki adalah
24.000 kg, dan untuk 40 kaki (termasuk high cube container),
adalah 30.480 kg. Sehingga berat muatan bersih yang bisa
diangkut adalah 21.800 kg untuk 20 kaki, 26.680 kg untuk 40
kaki.
 Ukuran
Ukuran peti kemas standar yang digunakan ditampilkan
dalam tabel berikut:

Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

11
2.3.3 Jenis Kontainer
Berbagai variasi bentuk peti kemas digunakan untuk barang-barang
yang spesifik namun menggunakan ukuran yang standar untuk
mempermudah handling dan perpindahan moda angkutan.
Jenis peti kemas :
 Peti kemas barang umu untuk diisi kotak-kotak, karung, drum,
palet dls, jenis yang paling banyak digunakan.
 Peti kemas tangki yaitu tangki baja yang dibangun di dalam
kerangka kontainer digunakan untuk mengangkut tangki yang
didalamnya diisi barang-barang yang berbahaya, misalnya gas,
minyak, bahan kimia yang mudah meledak.
 Peti kemas yang berventilasi untuk barang organil yang
membutuhkan ventilasi.
 Peti kemas generator.
 Peti kemas berpendingin yang digunakan untuk mengangkut
barang-barang yang memerlukan suhu dingin, misalnya untuk
jenis sayur-sayuran, daging dan lain-lain.
 Peti kemas yang dilengkapi dengan isolasi.
 Peti kemas dengan pintu samping digunakan untuk
mengangkut muatan yang ukurannya tidak memungkinkan
dimasukan dari pintu belakang peti kemas. Jadi semua sisi peti
kemas harus dibuka, misalnya alat-alat berat.
 Collapsible ISO.
2.3.4 Harga Kontainer
Harga kontainer bekas dalam kondisi 80% ukuran 40 kaki atau 12
meter berkisar antara Rp. 15.000.000 hingga Rp. 19.000.000.
(Mitraadmin,2015)

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir (Flow Chart)

Mulai

Studi Literatur

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Kontainer sebagai Hunian


Sementara

Merencanakan Anggaran Biaya

Perbandingan Biaya

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Penyusunan Tugas Akhir

3.2 Studi Literatur


Tahap awal yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah
mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan topik tugas akhir. Pada
tahap ini, penulis mengumpulkan referensi yang didapat dari beberapa jurnal,
buku, artikel, dan situs-situs di internet.

13
Hasil dari studi literatur ini adalah terkumpulnya referensi yang sesuai
dengan perumusan masalah. Tujuannya adalah sebagai dasar teori dalam
penyusunan tugas akhir. Data yang didapatkan dari studi literatur tersebut
berguna untuk menambah pemahaman terhadap penelitian dan sebagai
pedoman dalam menganalisis data.

3.3 Perumusan Masalah


Setelah mendapatkan referensi, selanjutnya menentukan tujuan
penelitian. Dimaksudkan agar mengetahui target-target yang harus dicapai
dari penelitian ini dan manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian.
Lalu membatasi masalah-masalah yang akan diidentifikasi agar
pembahasan dari penelitian ini tidak menjurus kemana-mana.
Hal yang harus dibatasi, antara lain:
 Penelitian hanya membandingkan biaya dengan memakai luasan
yang sama dengan rumah konvensional (36m²).
 Mengetahui biaya siap pakai kontainer sebagai rumah hunian
sementara.
Dari hasil penelitian ini dapat diidentifikasi apakah kontainer layak
dijadikan untuk hunian sementara dan seberapa besar potensi pemakaian dari
kontainer ini sebagai hunian sementara.

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas akhir
ini menggunakan metode wawancara. Responden yang di wawancarai dalam
tugas akhir ini merupakan pekerja yang ada di tempat pengepulan kontainer.
Tempat yang dimaksud adalah DEPO Pelabuhan Teluk Bayur, Padang.
Tujuan dari wawancara tersebut agar pengambilan data akurat dan jelas,
tidak menyimpang dari tujuan. Pengambilan data juga bisa didapatkan pada
studi literatur yang berasal dari berbagai sumber, seperti buku, artikel, jurnal,
media, maupun penelitian orang lain tentang pemanfaatan kontainer sebagai
hunian sementara pasca bencana.

14
Dari wawancara diharapkan data-data yang dibutuhkan untuk
penelitian.
Data yang dikumpulkan berupa:
 Tipe kontainer
 Harga kontainer
 Ukuran kontainer

3.5 Desain Kontainer sebagai Hunian Sementara


Dari data yang terkumpul, setelah itu bisa mendesain kontainer menjadi
hunian sementara. Kontainer didesain dengan luasan yang sama dengan rumah
konvensional pada umumnya.
Desain disini tujuannya bagaimana menjadikan kontainer sebagai
hunian yang nyaman untuk ditempati dan tidak monoton dari segi tampilan
luar.

3.6 Merencanakan Anggaran Biaya


Dari data yang didapatkan lalu dihitung rencana anggaran biaya yang
diperlukan untuk membangun rumah kontainer di jadikan sebagai hunian
sementara.
Mengatahui waktu yang diperlukan dalam pembangunan rumah
kontainer. Bagaimana mobilisasi kontainer dari pelabuhan ke lokasi proyek.

3.7 Perbandingan Biaya


Dari hasil anggaran biaya yang sudah direncanakan dapat dibandingkan
rumah hunian biasa dengan rumah kontainer. Kelebihan dan kekurangan dari
berbagai segi penggunaan material, biaya yang diperlukan, kebihan dan
kekurangan menggunakan kontainer sebagai material rumah hunian
sementara.

3.8 Kesimpulan dan Saran


Pada kesimpulan dan saran ini memberikan kesimpulan dan saran yang
baik untuk penelitian ini maupun untuk penelelitian selanjutnya.

15
3.9 Jadwal Pengerjaan Tugas Akhir
Pengerjaan Tugas Akhir direncanakan dilakasanakan selama 8 bulan
dengan rincian pengerjaan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Pengerjaan Tugas Akhir


Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur
Penyusunan Laporan
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab III Metodologi Penelitian
Pengumpulan Data
Desain Kontainer
Merencanakan Anggaran Biaya
Perbandingan Biaya
Penyusunan Laporan
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab V Kesimpulan dan Saran
Seminar Hasil
Sidang Tugas Akhir

16
DAFTAR PUSTAKA

Harris, B. (2003). What is a Natural Disaster?. [Online]. http://www.wisegeek.org/what-


is-a-natural-disaster.htm, [10 Agustus 2011]

Kuntjoro, I. (2010). Natural disaster in Indonesia: Strengthening disaster preparedness.


[Online]. http://www.eastasiaforum.org/2010/11/17/natural-disasters-in-indonesia-
strengthening-disaster-preparedness/, [10 Agustus 2011]

Paris, R. Lavigne, F. Wassimer P. & Sartohadi J. (2007). “Coastal sedimentation


associated with the December 26, 2004 tsunami in Lhok Nga, west Banda Aceh (Sumatra,
Indonesia)”. Marine Geology (Elsevier) 238 (1-4): 93-106.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0025322706003653

Walton, M. (2005). “Scientists Sumatra quake longest ever recorded”. [Online].


http://edition.cnn.com/2005/TECH/science/05/19/sumatra.quake/index.html, [20 Mei
2005]

Bnj. (2009). “1.117 Orang Meninggal akibat Gempa Padang”. Kompas.com.


http://regional.kompas.com/read/2009/10/15/1023516/1.117.orang.meninggal.akibat.gem
pa.padang. [27 Maret 2016]

“Longsor di Sumatera Tewaskan 12 Orang”. BBC INDONESIA.


http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2013/01/130127_longsor_sumatera. [27
Januari 2013]

Akbar, M. (2015). “Bencana Alam di Padang Menigkat Selama 2015”. Republika, 22


Desember 2015. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/12/22/nzrls2336-
bencana-alam-di-padang-meningkat-selama-2015.

“Program Tempat Hunian Sementara”. Indonesian Fair Trade, 2015.


http://pekerti.com/id/proyek/program-tempat-hunian-sementara/.

Dukuh Institute. Workshop Internasional: Huntara. http://dukuhinstitute.com/capacity-


building/workshop-internasional-huntara/, [5 Maret 2016]

Seta, R. (2009). “Dua Ribu Rumah Bambu Untuk Sumatera Barat”. Ideaonline, 23
Oktober 2009. http://www.ideaonline.co.id/iDEA2013/Kabar/Info-Properti/Dua-Ribu-
Rumah-Bambu-Untuk-Sumatera-Barat.

Riandito, A. (2009). “Desain Hunian Sementara Korban Gempa di Padang dengan


Konsep Green Building”. Digiarch, 2 November 2009.
http://riandito.blogspot.co.id/2009/11/desain-hunian-sementara-korban-gempa-di.html.

Otakku. (2008). “Bangunan dari kontainer yang semakin naik daun”. Otakku, 3
September 2008. http://www.otakku.com/2008/09/03/shipping-container-homes/.

Mitraadmin. (2015). “Rumah Kontainer”. Mintra Kontainer Indonesia, 13 Mei 2015.


https://kontainerknockdown.wordpress.com/2015/05/13/rumah-container/.

Maramis, N. (2013). “Pengertian Bencana Menurut Para Ahli”.


http://niia1993.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-bencana-menurut-para-ahli.html.

17
Data dan Informasi Bencana Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
[Online]. http://dibi.bnpb.go.id/

18

Anda mungkin juga menyukai