03 / Mei 2013
Lilik Yuliwantoro
an_thoro@yahoo.co.id
Universitas Muhammadiyah Purworejo
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Seperti halnya pembelajaran bahasa lainnya, pembelajaran bahasa Jawa
terpusat pada pencapaian empat keterampilan berbahasa bagi siswa, yakni
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut,
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 35
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
menurut Tarigan (2008: 01) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi sehingga tidak dapat diabaikan salah satunya.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 23-24 Februari 2012 terhadap guru
mata pelajaran bahasa Jawa mengenai proses pembelajaran membaca geguritan
yang dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo, peneliti
memperoleh simpulan bahwa pembelajaran membaca geguritan pada kelas VIII A
masih berlangsung secara tradisional, yakni guru menjelaskan maksud atau isi
geguritan, menjelaskan teknik membaca geguritan, yang dilanjutkan siswa
disuruh maju satu persatu untuk membaca geguritan yang ada dalam lembar kerja
siswa (LKS) sebagai bahan penilaian. Pembelajaran semacam ini membuat siswa
kurang termotivasi untuk belajar dan cenderung membosankan.
Dalam pembelajaran membaca geguritan, media pembelajaran yang dapat
dipilih adalah media audio visual. Anderson (dalamWaryanto, 2011: 6)
mengemukakanbahwa media video adalahmerupakanrangkaiangambarelektronis
yang disertaiolehunsursuara audio jugamempunyaiunsurgambar yang
dituangkanmelalui pita video (video tape). Media audio visual, menurut hemat
peneliti, sangat relevan dengan pembelajaran membaca geguritan karena
membaca geguritan memerlukan contoh-contoh berupa suara (audio) yang dapat
menunjukkan intonasi dan jeda, juga berupa gambar bergerak (visual) yang
menunjukkan ekspresi dan mimik saat membaca geguritan.
Seiring perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi,
pembelajaran di era modern ditandai dengan penggunaan berbagai macam media
pembelajaran sebagai alat bantu guru agar pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien. Efektif karena mempercepat pemahaman dan kemampuan
siswa, dan efisien karena tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Namun
dalam prakteknya guru bahasa Jawa di SMP Negeri 37 Purworejo masih jarang
dalam menggunakan media tersebut.
Atas dasar tersebut di atas, sebagai salah satu sumbangan pemikiran dalam
upaya meningkatkan keterampilan membaca geguritan pada siswa kelas VIII A
SMP Negeri 37 Purworejo, peneliti melakukan penelitian berjudul “Peningkatan
Keterampilan Membaca Geguritan dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas
VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013”.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 36
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 37
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
tembang utawa syair. (Istilah “geguritan” berasal dari kata “gurita”, kata
“gurita” terbentuk dari kata “gerita”; kata “gerita” dasarnya “gita” yang artinya
“tembang” atau “syair”).
Pendapat Subalidinita di atas mengungkapkan bahwa geguritan
merupakan salah satu bentuk syair atau puisi. Akan tetapi, geguritan bukanlah
puisi yang terikat oleh aturan-aturan baku, melainkan puisi bebas sehingga
Subalidinita menyebutnya “syair Jawa gagrag anyar” atau puisi Jawa bentuk
baru. Geguritan adalah salah satu jenis puisi Jawa, yakni puisi Jawa modern.
Pada intinya, geguritan adalah jenis puisi bebas, yakni bebas dalam hal bentuk
maupun isinya
3. Unsur-Unsur Geguritan
Tema yang menjadi unsur mental dalam sebuah puisi Jawa modern
dapat ditemui melalui makna keseluruhan puisi yang diproses lewat analisis
pada setiap unsur pembangunnya. Karsono (2001: 10-41), menyatakan bahwa
unsur-unsur pembangun puisi terdiri dari aspek pengujaran, aspek bunyi, aspek
peruangan, dan aspek kebahasaan.
4. Unsur Unsur dalam Membaca Geguritan
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah
berarti “tengah”, “perantara”, atau”pengantar”. Dalambahasa Arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan
pesan-pesan pengajaran (Arsyad 2003: 3-4). Media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 38
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
D. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Oktober
tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 37 Purworejo
yang beralamat di desa Pekacangan, Bener, Purworejo. Penelitian ini merupakan
penelitian pembelajaran membaca geguritanmenggunakan media audio visual
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan diharapkan kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik. Pada penelitian ini penulis menggunakan
instrumen tes unjuk kerja (performance) dan nontes sebagai penilaian. Subjek
penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo yang
terdiri atas 25 siswa. Objek penelitian ini adalah keterampilan membaca
geguritan, perilaku dan sikap siswa pada saat berkelompok menentukan
penjedaan, nada dan suasana serta makna pada teks geguritan, serta pembelajaran
membaca geguritan menggunakan media audio visual, yaitu video seorang ahli
yang dalam membaca geguritan didepan penonton.Pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data,
yaitu pengamatan (observasi), wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
Suharsimi Arikunto (2010: 203). Dengan kata lain, instrument ini merupakan alat
bantu dalam penggunaan metode penelitian. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan instrument berupa tes penilaian unjuk kerja (performance) praktek
membaca geguritan di depan kelas.
Teknik analisis data penelitian ini adalah teknik analisis deskriptifkualitatif
dan teknik analisis deskriptif kuantitatif.Teknik analisis deskriptif kualitatif
merupakan teknik analisis data untukmenggambarkan suatu keadaan.Tujuannya
adalah untuk membuat deskripsi,gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual,
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 39
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
NP=
Keterangan:
NP : Nilaidalampersen
R : Skor yang diperolehsiswa (skorkumulatif) SM : Skormaksimal
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 40
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Dari tabel di atas, terlihat bahwa pada semua aspek penilaian, skor rata-
rata siswa terus mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I, sampai siklus II.
Padaa spek kelancaran, skorsiklus I meningkat 0,4 dari skor prasiklus, dan pada
siklus II meningkat lagi sebesar 0,64 dari siklus I. Pada aspek konsentrasi, skor
siklus I meningkat sebesar 0,64 dari skor prasiklus, dan meningkat lagi sebesar
0,4 pada siklus II. Pada aspek mimic wajah, skor siswa meningkats ebesar 0,52
pada siklus I dan meningkat lagi sebesar 0,24 pada siklus II. Dengan demikian,
aspek-aspek penghayatan dalam membaca geguritan terus mengalami peningkatan
setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual.
Dari aspek-aspek penguasaan teknik vokal yang meliputi kejalasan
ucapan, intonasi, dan nada, secara berurutan naik 0,64, 0,44, dan 0,56 pada siklus
I, dan meningkat lagi 0,24, 0,44, dan 0,08 pada siklus II. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual
meningkatkan kemampuan penguasaan teknik vokal siswa.
Aspek terakhir, yakni aspek penampilan yang terbagi ke dalam aspek
gerak tubuh dan penguasaan panggung pun meningkat dari prasiklus atau dari
keterampilan siswa sebelum diterapkan media dengan media audio visual. Pada
aspek gerak tubuh, siklus I meningkat sebesar 0,56 dari skor prasiklus dan
meningkat lagi sebesar 0,52 pada siklus II. Pada aspek penguasaan panggung,
skor siswa meningkat sebesar 0,52 dari siklus I dan meningkat lagi sebesar 0,4
pada siklus II.
Secara keseluruhan atau dari skor akumulasi seluruh aspek, skor prasiklus
sebesar 18,8 meningkat sebesar 3,92 menjadi 22,72 padasiklus I dan meningkat
lagisebesar 2,92 menjadi 25,64 padasiklus II. Adapun peningkatan rata-rata nilai
akhir siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawahi
ni.
Peningkatan Nilai Rata-Rata Keterampilan Membaca Geguritan dari Prasiklus,
Siklus I, sampai Siklus II
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 41
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Dari diagram di atas, terlihat nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah
sebesar 58,7 dan pada siklus I menjadi 71,1. Dengandemikian,
terjadipeningkatansebesar 12,4%. Padasiklus II, meningkatlagimenjadi 80,1 yang
artinyaterjadipeningkatannilaisebesar 9%.
Dengan demikian, penerapan media audio visual mampu meningkatkan
keterampilan siswa dalam membaca geguritan siswa kelas VIIIA SMP N 37
Purworejo tahun ajaran 2012/2013. Dengan peningkatan tersebut, rumusan
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan media audio visual
dapat meningkatkan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII SMP N 37
Purworejo tahun ajaran 2012/2013 diterima.
Hasil Observasi siswa
Freku- Persentase
No. Aspek yang diamati
ensi Positif Negatif
1 Siswasiapmengikutipembelaja
25 0 100 0
ran
2 Siswaaktifbertanyadanmembe
rikantanggapandalam proses 10 15 40 60
Aspekpositif
pembelajaran
3 Siswaantusiasdanseriusdalamk
25 0 100 0
egiatanmembacageguritan
4 Siswamemperhatikanpembaca
angeguritandari media audio 25 0 100 0
visual denganserius
5 Siswaaktifdalamkegiatankelo
25 0 100 0
mpok
6 Siswakeluarkelasdenganteman 25 0 100 0
Aspek
negati
Siswamengantukatautidur di
f
7 0
25 100 0
dalamkelas
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 42
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
8 Siswabanyakberguraudanberbi
25 0 100 0
carasendiri
9 Cara duduksiswa yang
25 0 100 0
kurangsopan di dalamkelas
10 Siswamakan di
dalamkelasselamapembelajara 25 0 100 0
nberlangsung
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diperoleh informasi bahwa
pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo
mengalami peningkatan kearah yang positif serta diperoleh dari hasil waancara
media audio visual sangat membantu dalam proses pembelajaran membaca
geguritan. Data observasi menunjukkan bahwa perilaku siswa dari semua aspek
yang diamati secara keseluruhan (25 siswa/100%), berperilaku positif kecuali
pada aspekaktivitas bertanya yang baru ditunjukkan oleh 10 siswa atau 40% yang
aktif, sementara 15 siswa lainnya atau 60% masihpasif. Namun secara
keseluruhan semua siswa sudah menunjukkan hal positif ke arah yang lebih baik
setelah digunakannya media audio visual dalam pembelajaran membaca geguritan
di kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013.
F. SIMPULAN
1. Penerapan pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual pada
siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo berlangsung selama dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II dan tiap siklus terbagi menjadi dua pertemuan. Dalam
setiap siklus dilakukan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Prasiklus dilakukan untuk menetahui kemampuan
awal siswa dalam membaca geguritan sebelum menggunakan media audio
visual. Pada siklus I untuk mengetahui kemampuan keterampilan membaca
geguritan dengan menggunakan media audio visual. Siklus II untuk
mengetahui peningkatan keterampilan membaca geguritan setelah
menggunakan media audio visual. Berdasarkan refleksi pada siklus II sebagai
kegiatan paling akhir dalam pembelajaran, diperoleh hasil bahwa penerapan
media audio visual berhasil mengubah aktivitas siswa menjadi lebih baik,
selain itu juga meningkatkan nilai tes dan skor siswa dalam membaca
geguritan;
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 43
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
G. SARAN
1. Guru hendaknya memanfaatkan aneka media pembelajaran, termasuk media
audio visual, dalam pembelajaran apapun, khususnya dalam pembelajaran
membaca geguritan mengingat media audio visual, selain memudahkan atau
meringankan tugas guru di dalam kelas, juga mengefektifkan pembelajaran
karena mampu menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi serta minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran;
2. siswa selalu mengasah keterampilan dalam hal berbahasa Jawa dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari agar kebudayaan Jawa dapat
lestari dan tidak punah karena pengaruh zaman. Bagi peneliti lain, penelitian
ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dalam, tentunya dengan menciptakan inovasi baru, baik dalam metode
pembelajaran yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maupun dalam hal
media yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Saputra, H. Karsono. 2001. Puisi Jawa: Struktur dan Estetika. Jakarta: Wedatama
Widya Sastra.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 45