Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan Klarifikasi Praktikum Farmasetika

Dibuat oleh: Delly Ramadon, M.Farm., Ph.D., Apt.

A. Diagram penentuan jenis sediaan cair berdasarkan kelarutan obat

B. Dosis

1. Dosis Lazim/Usual Dose: takaran obat yang diberikan secara umum dan dapat menyembuhkan
penderita. Dosis lazim ini sebagai pedoman kandungan obat setiap bentuk sediaan.

Pada jurnal: Cukup ditulis saja berapa Dosis Lazimnya, boleh dihitung dosis lazim pemakaian,
namun pada tabel ditulis dosis lazim bukan dosis maksimum.

2. Dosis Maksimum/Takaran Maksimum: takaran terbesar yang dapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.

Pada jurnal: Wajib ditulis dan dihitung untuk setiap obat, baik dosis pemakaian, maupun persen
pemakaian. Apabila ada obat yang bekerja sinergis (efek sama), reseptor sama atau turunan bahan
lain, misalnya: (1) Atropin sulfat dengan Tinctur Belladonnae; (2) Codein HCl dengan morfin HCl;
(3) Efedrin HCl dengan Efetonin HCl; (4) Kafein dengan Teofilin dengan Theobromine, maka
harus dihitung DM gabungan dengan menjumlahkan persen pemakaian masing-masing. Jika hasil
penjumlahan dosis gabungan > 100% = Overdosis (dosis diturunkan atau dapat mengubah aturan
pakai dengan usul). Jika hasil penjumlahan < 100% = tidak overdosis (aman digunakan).

1
Ringkasan Klarifikasi Praktikum Farmasetika
Dibuat oleh: Delly Ramadon, M.Farm., Ph.D., Apt.

C. Cara Menghitung Dosis

Obat yang memiliki dosis maksimum pada FI III, maka wajib dihitung dosis maksimumnya hingga
persen pemakaian. Berikut adalah cara menghitung dosis maksimum obat keras.

1. Berdasarkan Usia
a. Rumus Young (Untuk Anak usia < 8 tahun)
𝑛
𝑇𝑀 𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = × 𝑇𝑀 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 (𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
𝑛 + 12

b. Rumus Dilling (Untuk Anak usia ≥ 8 tahun)


𝑛
𝑇𝑀 𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = × 𝑇𝑀 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 (𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
20

c. Rumus Fried (Untuk bayi, usia dalam bulan)


𝑛
𝑇𝑀 𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = × 𝑇𝑀 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 (𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)
150

2. Berdasarkan Berat Badan


a. Rumus Termich
𝑛
𝑇𝑀 𝐵𝐵 = × 𝑇𝑀 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 (𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐼𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 68 𝑘𝑔)
70

3. Cara menghitung persentase dosis


a. Persentase TM 1 kali pakai
𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝
𝑇𝑀 1𝑥 = × 100%
𝑇𝑀 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖

b. Persentase TM 1 hari pakai


𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝
𝑇𝑀 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 = × 100%
𝑇𝑀 𝑆𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖

• Ukuran sendok pada sediaan cair:


– Sendok teh (cth) = 5 ml
– Sendok makan (C) = 15 ml
– Sendok bubur (Cp) = 8 ml
– Sendok kecil (sk) = 5 ml

2
Ringkasan Klarifikasi Praktikum Farmasetika
Dibuat oleh: Delly Ramadon, M.Farm., Ph.D., Apt.

• Rumus:
𝑛 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑜𝑘 × 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑜𝑘 × 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
n 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏

𝑛 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑜𝑘 × 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑜𝑘 × 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 × 𝐵𝐽 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


n 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 =
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏

Ket:
n = banyaknya pemakaian
BJ sediaan à 1 g/ml jika pembawa air, Jika digunakan sirup, dihitung persentase sirup.
Kadar sirup < 1/6 bagian (16,67%) à BJ 1 g/ml
Kadar sirup ≥ 1/6 bagian (16,67%) à BJ 1,3 g/ml

Pada resep sediaan cair, jika di dalam resep tidak disebutkan satuannya, maka wajib menggunakan
satuan gram, misal:
R/ Paracetamol 1
Ephedrin HCl 0,2
M f Potio 20 Maka sediaan dibuat 20 gram
S tdd cth I

Catatan:
- Mahasiswa harus mengusulkan apabila ingin mengubah satuan menjadi ml (jika diperlukan)
- Atau mengusulkan BJ sediaan adalah 1 g/ml.

D. Ketentuan Jumlah PGA (Pulvis Gummi Arabicum) untuk Emulsi

• Bila tidak dinyatakan lain (jenis minyaknya) maka emulsi dengan gom arab, jumlah gom arab
yang digunakan setengah (1/2) dari jumlah minyak.
• Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 x berat gom, diaduk keras dan cepat sampai
berwarna putih, lalu diencerkan sisa airnya.
• Untuk bahan-bahan berikut:
– Lemak-lemak padat: PGA sama banyak dengan lemak padat.
Cara pembuatan: Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air
panas sebanyak 1,5 x berat gom. Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh
cera, oleum cacao, paraffin solid.
– Minyak atsiri: PGA sama banyak dengan minyak atsiri.

3
Ringkasan Klarifikasi Praktikum Farmasetika
Dibuat oleh: Delly Ramadon, M.Farm., Ph.D., Apt.

– Minyak lemak: PGA ½ kali berat minyak.


– Kecuali Oleum Ricini hanya 1/3 nya saja. Contoh: Oleum amygdalarum. (Air untuk PGA =
2,5 x berat PGA)
– Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom
(Jumlah gom arab = ½ x minyak lemak + sama banyak bobot minyak asiri + sama banyak
bobot zat padat).
– Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom yang
digunakan ¾ x bahan obat cair.
– Balsam-balsam à Jumlah gom 2x jumlah bahan.
– Oleum lecoris aseli
Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

E. Cara Menghitung Bahan dalam Resep

1. 2. 3. 4.
R/ Camphora 1% R/ Talcum 20 R/ Talcum 20 R/ Camphora 2%
Talcum ad 20 Contin Adde Talcum 20
Camphora 1% Camphora 2%

– Kata kunci: – Kata kunci: – Kata kunci: – Kata kunci: tidak ada
Ad (hingga) Contin (mengandung) Adde (tambahkan) Ad / Contin / Adde
– Maka persentasi dihitung – Maka persentasi dihitung – Maka Camphora – Maka prinsip sama
terhadap total sediaan (ad terhadap total sediaan (20 ditambahkan di luar dengan Adde.
20 g) g) bobot 20 g. – Maka Camphora
ditambahkan di luar
bobot 20 g.
– Camphora = – Camphora = Talcum 20 g ~ 98% Talcum 20 g ~ 98%
1/100 x 20 g = 0,2 g 1/100 x 20 g = 0,2 g Camphora 2% Camphora 2%
– Talcum = 20 g – 0,2 g = – Talcum = 20 g – 0,2 g =
19,8 g 19,8 g Camphora = Camphora =
– Bobot sediaan = 20 g – Bobot sediaan = 20 g 2/98 x 20 g = 0,408 g 2/98 x 20 g = 0,408 g
Talcum = 20 g Talcum = 20 g
Bobot sediaan = 20,408 g Bobot sediaan = 20,408 g

Anda mungkin juga menyukai