Anda di halaman 1dari 84

1

MODUL
DASAR SISTEM KONTROL / PRATIKUM

Disusun oleh : Ir. Sulaiman, MT

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS BINA DARMA
2

BAB.I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakanag.

Sistem kontrol adalah sebuah kumpulan atau susunan komponen-komponen alat yang

saling terhubung dan membentuk satu kesatuan untuk mengendalikan mengatur, dan

memerintah keadaan dari suatu mekanisme tertentu. Industri sistem kontrol merupakan

sebuah sistem yang meliputi pengontrolan variabel-variabel seperti temperatur (temperature),

tekanan (pressure), aliran(flow), tingkat (level), dan kecepatan (speed). Variabel-variabel ini

merupakan keluaran yang harus dijaga tetap sesuai dengan keinginan yang telah ditetapkan

terlebih dahulu oleh operator yang disebut dengan setpoint (respon sistem yangdiinginkan)

dan plant (obyek yang dikontrol). Untuk mengimplementasikan teknik sistem kontrol (System

Control Engineering) dalam industri diperlukan banyak keahlian atau keilmuan seperti

dibidang teknologi mekanik (mechanicalengineering), teknik listrik (electrical engineering),

elektronik (electronics) dan sistem pneumatik (pneumatic system). Secara umum sistem

kontrol dibagi menjadi dua yaitu :

1. Sistem kontrol open loop ( Sistem control terbuka )

2. Sistem kontrol close loop. ( Sistem control tertutup )

1. SISTEM KONTROL OPEN LOOP

Sistem kontrol lup terbuka adalah suatu sistem yang keluarannya tidak mempunyai

pengaruh terhadap aksi kontrol. Artinya, sistem control yang keluarannya tidak dapat

digunakan sebagai umpan balik ( feedback ) dalam masukan dan ketepatan hasil

keluarannya bergantung pada kalibrasi. Lihat gambar 1.


3

Gambar 1. Sistem Kontrol Open Loop

Dari gambar 1. Dapat diuraikan persamaan sebagai berikut :

1. Input R yang merupakan fungsi laplace di injeksikan pada rangakaian


penjumlahan.
2. Output rangkaian penjumlahan menghasilkan kesalahan ( Error = hasilnya tidak
sesuai yang diharapkan ). Hal ini dapat disebabkan karena reangkaian
penjumlahan salah pendeteksi input R (s).
3. Input Error diinjeksikan pada rangakaian control agar outputnya dapat
menghasilkan hasil yang sesuai yang diharapkan.

C(s) = R(s).Gc(s).G(s)

C(s) = Gc(s).G(s)
R(s)

A. Contoh kontrol terbuka .dg sistem digital

1.
1 1 1

1 Y=1
1

2.
1 1

0
0 0
1 Y= 1
1 0 0 1

1 1
4

B. Contoh kontrol pada rangkaian listrik

5Ω A 10 Ω B 5Ω
C
IT I2
15 V
10Ω 5Ω 5Ω
I1 I3 I4

Hitung perbandingan : VCD dg VIN

Solusi :

1. 10 // 5 = 3,33 Ω

2. ( 3,33 + 10 ) //10 = 5,71 Ω

3. Tahanan total eqivalen = 5,71 + 5 = 10,71 Ω

Aus total = IT

IT = VIN / RT = 15 / 10,71 = 1,4 Amper

VAD = 15 – ( 1,4 x 5 ) = 8 V

I1 = VAD / 10 = 0,8 A

VBD = VAD – ( 10 x I2 )

I2 = IT – I1 = 0,6 A

Maka : VBD = 2 Volt

I3 = VBD / 5 = 0,4 A

VCD = VBD - ( 5 x I4 )

I4 = I2 – I3 = 0,2 A

Shg : VCD = 1 Volt

Maka perbandingan antara tegangan : VCD dg VIN = 1/ 15


5

C.Hitung tegangan input VIN agar

VCD = 5 Volt

P 5Ω A 10 Ω B 5Ω
C
IT I2
VIN
10Ω 5Ω 5Ω
I1 I3 I4

Solusi :

I4 = ICD = VCD / 5 = 1 A

VBC = I4 x 5 = 5 V

VBD = VBC + VCD = 10 V

I3 = VBD / 5 = 2 A

I2 = I 3 + I 4 = 3 A

VAB = 10 x I2 = 30 V

VAD = VAB + VBD = 40 V

I1 = VAD / 10 = 4 A

IT = I 1 + I 2 = 7 A

Maka VIN = VPD + VAD

= 5 IT + 40 = 75 Volt

Dalam suatu sistem kontrol terbuka, yang keluarannya tidak dapat dijadikan umpan

balik, maka untuk setiap masukan yang acuannya berhubungan dengan operasi pada sisitem

control terbuka dengan ketetapan sistem tergantung kalibrasi. Adapun kelemahan dari system

ini adalah bila terjadi gangguan (error ) baik gangguan internal maupun gangguan eksternal,
6

maka keluaran system tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Sistem ini hanya

dapatdigunakan jika hubungan antara masukan dan keluaran diketahui dan tidak terdapat

gangguan internal maupun eksternal.

Sistem kontrol tertutup

Sistem kontrol lup tertutup adalah sistem kontrol yang keluarannya mempunyai

pengaruh langsung pada aksi pengontrolan dan juga merupakan sistem kontrol berumpan

balik (feedback).

Keuntungan system kontrul tertutup adalah :

a. Keuntungan dari control system tertutup ini adalah tidak memerlukan operator

untuk melakukan koreksi variabel-variabel kontrolnya karena dilakukan secara

otomatis.

b. Bias memberikan koreksi saat ada gangguan pada system control Dengan

demikian keluaran akan selalu dipertahankan berada pada kondisi stabil sesuai

dengan setpoint yang ditentukan. Lihat gambar 2.

c.

G(s) G(s) C(s)


R(s) + E x
Kontroller Plant

X H(s)
Sensor

H(s)

Dari gambar 2. Dapat dibuat persamaan :

X = ( R (s ) – x H ( s ) ) G (s) ……………….. ( 2 )

= ( R (s) G (s) – x H (s) G (s)

X + XH(s)G(s) = R(s)G(s)
7

X ( 1 + H(s)G(s) ) = R(s)G(s)

R(s)G(s)
X =
( 1 + H(s)G(s) )

C(s) = XG(S) ……………………. ( 3 )

R(s)G(s)
C(s) = G(s)
( 1 + H(s)G(s) )
Maka :

C(s) G2(S)
=
R(S) ( 1 + H(s)G(s) )

Dalam sistem ini sensor bekerja sebagai operator dengan fungsi :

1. Menjaga sistem agar tetap pada keadaan yang diinginkan. ketika terjadi

perubahan pada system. Dengan cara melakukan pengaturan sehingga sistem

bekerja pada keadaan yang diinginkan.

Hal inilah yang membedakan dengan sistem kontrol lup terbuka yang keluarannya

tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan, dimana keluaran tidak diukur atau

diumpan–balikkan untuk dibandingkan dengan masukan.Sistem kontrol lup tertutup

mempunyai kelebihan dari sistem kontrol lup terbuka yaitu penggunaan umpan–balik

yang membuat respon sistem relative kurang peka terhadap gangguan eksternal dan

perubahan internal pada parameter sistem dan mudah untuk mendapatkan

pengontrolan plant dengan teliti,

Elevator

Lift. Lift atau Elevator adalah alat angkut transportasi vertikal yang mempunyai

gerakan periodik dan digunakan untuk mengangkut (menaikkan/menurunkan) orang atau

barang melalui suatu guide rail vertical (jalur rel vertikal), umumnya digunakan digedung-

gedung bertingkat tinggi. Saat ini, elevator sudah menjadi bagian integral dari infrastruktur

logistik sebuah gedung.


8

Perencanaa Elevator

1. Kapasitas ruang yang dibutuhkan

Kapasitas ruangan harus diperhatikan sesuai dengan kebutuhan konsumen

2. Kenyamanan dan kesehatan ruangan elevator

Kenyamanan dan kesehatan ruangan elevator haruslah didesain sesuai kebutuhan

konsumen

3. Keamanan

Ruangan elevator harus aman dari kegiatan konsumen yang ada didalamnya.

4. Kontinyuitas

Kontinyuitas electrical engineering harus baik dalam melayani konsumen.

Komponen Utama Lift

Mesin pengangkat (hoisting machines),

Bagian bagian Mesin pengangkat

1. Motor listrik dengan transmisi menggunakan gear atau gearless.

2. Sistem Rem (Brake System)

Rem menggunakan sistem arus listrik dimana kontrol rem saling mengunci

(interlock) secara elektris dengan sirkuit kontrol motor listrik, rem hanya bekerja

untuk memegang kabin lift pada saat lift sudah berhenti.

3. Katrol (sheaves) terbuat dari besi cor.

4. Kawat penggantung (ropes) berfungsi untuk kabin lift & counter weight yang terbuat

dari baja berpilin.

5. Rel penuntun (guide rails) berfungsi untuk kabin lift & counter weight dipasang

menggunakan bracket dan terikat kuat pada struktur bangunan.

6. Beban pengimbang (counterweight) Terbuat dari balok besi tuang yang dipasang

tersusun pada kerangka baja berfungsi sebagai beban pengimbang sangkar mampu
9

memberi keseimbangan sebesar berat kabin lift kosong ditambah 40% – 45% berat

beban maksimum.

7. Sepatu Penuntun (guide metal shoe), terpasang kuat pada bagian atas dan bawah

kabin lift serta counterweight.

8. Buffer, terpasang dibawah sangkar lift & counterweight.

9. Sangkar Lift Penumpang (Elevator Car)

Rangka Sangkar Elevator dibuat dari profil baja yang dicat anti karat. Pada rangka ini

terdapat paling sedikit empat buah sliding type guide shoes, dimana dua buah terletak

pada bagian atas sangkar dan yang lain pada bagian bawah sangkar tepat guide

rail.lantai sangkar terbuat dari plat baja yang dicat anti karat. bagian bawah dilapisi

peredam suara. Ukuran dan kekuatan sesuai kapasitas angkut dinding sangkar terbuat

dari plat baja yang dicat, stainless steel hairline finish atau bahan lain yang dipakai &

dibuat sesuai disain arsitektur.bagian luar dilapisi peredam suara. langit-langit sangkar

terbuat dari plat baja yang dicat anti karat.

Ketinggian tidak kurang dari 2,3 m dimana terdapat pintu darurat yang hanya bisa

dibuka dari atas sangkar dan dilengkapi safety switch sehingga lift tidak beroperasi selama

pintu tersebut dibuka terdapat penerangan normal & darurat dengan sumber daya dari batere

yang akan menyala pada saat listrik utama padam.

Penggerak pintu sangkar adalah motor listrik yang dilengkapi dengan alat pengatur

kecepatan. Indikator Sangkar, Integrated dengan Sangkar Operating Panel dilengkapi

dengan penunjuk arah pergerakan sangkar. Indikator posisi sangkar dan bel. Sangkar

Operating Panel Terbuat dari Stainless Steel Plate dengan hairline finish atau sesuai

pesanan. Terdiri atas peralatan sebagai berikut : Push button untuk setiap lantai Push button

untuk membuka pintu Push button untuk emergency stop On-Off switch untuk lampu

penerangan On-Off switch untuk exhaust fan Key-switch untuk independent operation
10

Lampu dan buzzer tanda kelebihan penumpang Push button untuk intercom Plat nama pabrik

pembuat.

Magnetic Landing Device, berfungsi untuk memberhentikan sangkar lift pada setiap

lantai yang dituju dengan toleransi +/- 5 mm dari lantai yang bersangkutan. Landing Door

Mempunyai tipe dan dimensi yang sama dengan pintu sangkarnya. Dilengkapi dengan wide

jamb atau narrow jamb. Terbuat dari plat baja yang dicat, Stainless Steel Hairline Finish

atau bahan lain yang dipakai & dibuat sesuai disain Arsitektur. Dilengkapi kunci pembuka

secara manual dengan interlock secara elektris dan mekanis serta dilengkapi alat penutup

otomatis dengan weight closer. Door Sills dan Toe Guards Terletak dibawah pintu, terbuat

dari Extruded Alumunium yang didudukkan pada beton yang telah disediakan.

Konstruksi Lift

Gambar 2.3 Konstruksi Lift

Top Clearance (F) : jarak ruang bebas yang aman antara bagian paling atas sangkar

dengan ‘plafond’ ruang luncur jika ada orang diatas sangkar. Pit Depth (E): kedalaman dari
11

pit (bagian bawah ruang luncur/sumuran). Jamb : kusen pintu lift. Ada narrow jamb dan

wide jamb. Main Rail : rel pemandu agar sangkar bisa bergerak vertikal tidak berayun dan

sebagai sarana untuk pengereman darurat. Counterweight Rail : rel untuk memandu jalannya

bobot imbang. Rail Bracket : braket untuk memasang rel. Rail Gauge (RG) : jarak ujung rel

ke ujung rel yang lain.

Counterweight : bobot imbang untuk mengimbangi berat sangkar. Sangkar : sangkar

tempat pengangkut penumpang naik dan turun. Overhead (C): jarak dari lantai teratas

dengan ‘plafond’ ruang luncur. Sill : profil alumunium dibawah pintu lift (Cage Door dan

Hall Door). Cage Door : pintu sangkar lift. Hall Door atau Landing Door : pintu luar atau

pintu lantai. Hall Lantern : lampu kedip yang menunjukkan kedatangan lift atau arahnya.

Traveling Distance (D) : jarak gerak dari lantai paling bawah sampai lantai paling atas dalam

kondisi operasi normal. Door Height (G) : tinggi pintu lift. Main sheave : roda utama yang

ada pada mesin dan motor lift.

Macam pada Peralatan dan Pengaman Lift

Ada banyak alat pengaman yang dipasang pada konstruksi lift,

1. Circuit Breaker, berfungsi : memutuskan sumber tenaga listrik dari panel induk (sub

panel) ke panel kontrol lift. Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih

(over current).

2. Governor, berfungsi : memutuskan aliran listrik ke panel kontrol lift jika governor

mendeteksi over speed pada traffic lift atau roda pulley governor. Menjepit kawat sling

governor (catching). Secara mekanik bandul governor akan menjepit kawat sling

governor (rope governor) dan dengan terjepitnya sling ini, maka sling ini akan menarik

safety wedge pada unit safety gear yang terletak di bawah car lift dan akan mencengkram

rail untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift.


12

3. Upper Final Limit Switch, berfungsi : merupakan double protection untuk menghentikan

operasi lift jika limit switch atas gagal beroperasi.

4. Lower Final Limit Switch, berfungsi : merupakan double protection untuk menghentikan

opersi lift jika limit switch bawah gagal beroperasi.

5. Upper Limit Switch, berfungsi : menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai

tertingginya.

6. Lower Limit Switch, berfungsi : menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai

terendahnya.

7. Emergency Exit (manhole), berfungsi : untuk evakuasi penumpang dari dalam sangkar

melalui manhole pada saat situasi darurat. Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar

bagian atas, jika pintu ini terbuka lift otomatis akan berhenti.

8. Emergency Light, berfungsi : sebagai lampu darurat jika terjadi pemadaman sumber

listrik. Lampu ini menyala secara otomatis dan dapat bertahan rata-rata sampai dengan

15 menit.

9. Safety Gear/Safety Wedge, berfungsi : melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail

jika governor mendeteksi terjadinya over speed.

10. over speed. Lock Out, berfungsi : terletak di sisi atas dari pintu luar lift yang

memungkinkan untuk di buka jika ingin melakukan pertolongan darurat pada

penumpang.

11. Door Lock Switch, berfungsi : mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi

(running). Pintu hanya dapat di buka setelah sangkar berhenti.

12. Interphone, berfungsi : alat komunikasi penumpang dengan petugas teknisi (building

maintenance) di ruang mesin atau ruang kontrol atau ruang security jika terjadi

pemdaman listrik atau hal emergency.


13

13. Safety Shoe, berfungsi : mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan

membuka kembali jika mendeteksi sesuatu. Photocell dapat di gunakan secara bersamaan

safety shoe ini.

14. Weighing Device (pendeteksi beban), berfungsi : untuk memberikan mengaktifkan

buzzer alarm pada saat mendeteksi beban sangkar yang berlebih. Jika weighing device ini

aktif, pintu lift akan tetap terbuka sampai dengan sangkar berkurang bebannya. Apron,

berfungsi : mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang luncur lift) pada

saat penumpang mencoba keluar ketika lift berhenti.

15. Buffer, berfungsi : jika sangkar atau counterweight (beban penyeimbang) bergerak ke

arah paling bawah, maka buffer akan mengurangi terjadinya shock (guncangan).

Cara Kerja Elevator

Geared Traction Machines

Geared Traction Machines digerakkan oleh motor listrik AC atau DC. Mesin engarah

menggunakan roda gigi cacing untuk mengontrol pergerakan sangkar mekanis lift dengan

menggulung tali baja lebih dari satu alur pengarah yang terpasang pada gearbox dan

digerakkan oleh motor dengan kecepatan tinggi.

Mesin Traksi dengan Roda Gigi

Sesuai dengan namanya, disain motor listrik ini menggerakkan sebuah gear type

reduction unit yang memutar hoisting sheave. Walaupun lebih lambat dibanding gearless

elevator, gear reduction memberikan keunggulan yaitu memerlukan motor dengan tenaga

yang lebih kecil untuk memutar sheave. Elevator ini bergerak dengan kecepatan 350 sampai

500 kaki per menit (1.75 sampai 2.5 meter per detik) dan mengangkut beban sampai 30.000

pound (13.600 kg). Rem yang dikendalikan dengan listrik antara motor dan reduction unit

menghentikan elevator, dengan menahan sangkar lift di lantai yang dikehendaki.

Gearless Traction Machines


14

Gearless Traction Machines kecepatan rendah (Low RPM), torsi tinggi didukung oleh

motor listrik AC atau DC. Dalam kasus ini, alur pengarah secara langsung menempel pada

ujung motor. Elevator semacam ini bergerak dengan kecepatan lebih dari 500 kaki per menit

(2,54 meter per detik).

Pada Gearless Traction Machine, kawat baja pilin yang disebut hoisting rope

dihubungkan dengan bagian atas sangkar lift dan dililitkan pada drive sheave di dalam alur

khusus. Ujung yang satu lagi dari tiap kabel dihubungkan dengan sebuah counterweight yang

turun naik di jalur angkat guide rail-nya sendiri. Gabungan berat sangkar lift dan

counterweight menekan kabel ke dalam drive sheave grooves, dengan demikian memberikan

daya tarik yang diperlukan pada saat sheave berputar.eknologi gearless ini memungkinkan

adanya gedung tertinggi di dunia saat ini. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah

dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor.

 SENSOR

Sensor adalah perangkat yang digunakan untuk mendeteksi perubahan besaran fisik

seperti tekanan, gaya, besaran listrik, cahaya, gerakan, kelembaban, suhu, kecepatan dan

fenomena-fenomena lingkungan lainnya. Setelah mengamati terjadinya perubahan, Input

yang terdeteksi tersebut akan dikonversi mejadi Output yang dapat dimengerti oleh manusia

baik melalui perangkat sensor itu sendiri ataupun ditransmisikan secara elektronik melalui

jaringan untuk ditampilkan atau diolah menjadi informasi yang bermanfaat bagi

penggunanya.

Sensor pada dasarnya dapat digolong sebagai Transduser Input karena dapat

mengubah energi fisik seperti cahaya, tekanan, gerakan, suhu atau energi fisik lainnya

menjadi sinyal listrik ataupun resistansi (yang kemudian dikonversikan lagi ke tegangan atau

sinyal listrik
15

 Klasifikasi Jenis-jenis Sensor

Sensor-sensor yang digunakan pada perangkat elektronik pada dasarnya dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu :

1. Sensor Pasif dan Sensor Aktif

2. Sensor Analog dan Sensor Digital

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai kedua klasifikasi sensor tersebut.

1.Sensor Pasif dan Sensor Aktif

Sensor Pasif (Passive Sensor) . Sensor Pasif adalah jenis sensor yang dapat

menghasilkan sinyal output tanpa memerlukan pasokan listrik dari eksternal.

Contohnya Termokopel (Thermocouple) yang menghasilkan nilai tegangan sesuai

dengan panas atau suhu yang diterimanya.


16

1.2. Sensor Aktif (Active Sensor)

Sensor Aktif adalah jenis sensor yang membutuhkan sumber daya eskternal untuk dapat

beroperasi. Sifat fisik Sensor Aktif bervariasi sehubungan dengan efek eksternal yang

diberikannya. Sensor Aktif ini disebut juga dengan Sensor Pembangkit Otomatis (Self

Generating Sensors).

2.Sensor Analog dan Sensor Digital

Berikut ini adalah jenis-jenis sensor berdasarkan sifat Analog atau Digitalnya.

2.1.Sensor Analog

Sensor Analog adalah sensor yang menghasilkan sinyal output yang kontinu atau

berkelanjutan.  Sinyal keluaran kontinu yang dihasilkan oleh sensor analog ini sebanding

dengan pengukuran. Berbagai parameter Analog ini diantaranya adalah suhu, tegangan,

tekanan, pergerakan dan lain-lainnya. Contoh Sensor Analog ini diantaranya adalah

akselerometer (accelerometer), sensor kecepatan, sensor tekanan, sensor cahaya dan sensor

suhu.

2.2.Sensor Digital

Sensor Digital adalah sensor yang menghasilkan sinyal keluaran diskrit. Sinyal diskrit

akan non-kontinu dengan waktu dan dapat direpresentasikan dalam “bit”. Sebuah sensor

digital biasanya terdiri dari sensor, kabel dan pemancar. Sinyal yang diukur akan diwakili

dalam format digital. Output digital dapat dalam bentuk Logika 1 atau logika 0 (ON atau

OFF). Sinyal fisik yang diterimanya akan dikonversi menjadi sinyal digital di dalam sensor

itu sendiri tanpa komponen eksternal. Kabel digunakan untuk transmisi jarak jauh. Contoh

Sensor Digital ini diantaranya adalah akselerometer digital (digital accelerometer), sensor

kecepatan digital, sensor tekanan digital, sensor cahaya digital dan sensor suhu digital.

Jenis jenis sensor

a. Akselerometer (Accelerometer)
17

Sensor Akselerometer adalah sensor yang mendeteksi perubahan posisi, kecepatan,

orientasi, goncangan, getaran, dan kemiringan dengan gerakan indra. Akselerometer analog

ini dapat digolongkan lagi menjadi beberapa yang berbeda berdasarkan variasi konfigurasi

dan sensitivitas. Berdasarkan pada sinyal keluaran, Akselerometer analog menghasilkan

tegangan variabel konstan berdasarkan jumlah percepatan yang diterapkan pada

Akselerometer. Selain Akselerometer Analog, Akselerometer ini juga digital.

b. Sensor Cahaya (Light Sensor)

Sensor Cahaya atau Light Sensor adalah Sensor analog yang digunakan untuk

mendeteksi jumlah cahaya yang mengenai Sensor tersebut. Sensor cahaya analog ini dapat

diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenis seperti foto-resistor, Cadmium Sulfide (CdS),

dan fotosel.

Light dependent resistor atau LDR dapat digunakan sebagai sensor cahaya analog

yang dapat digunakan untuk menghidupkan dan mematikan beban secara otomatis

berdasarkan intensitas cahaya yang diterimanya.  Resistansi LDR akan meningkat apabila

intensitas cahaya menurun. Sebaliknya, Resistansi LDT akan menurun apabil intensitas

cahaya yang diterimanya bertambah.

Contoh rangkaian sensor LDR

Rangkaian saklar otomatis

Pada rangkaian yang akan disajikan yaitu rangkaian dengan sensor LDR sebagai

sensor utama, IC komparator sebagai pembanding nilai tegangan, yang akan diteruskan ke

actuator relay. yg terhubung dengan lampu 220 V


18

RANGKAIAN SENSOR LDR


UTK MENGAKTIFKAN SAKLAR
SECARA OTOMATIS DG BEBAN
LAMPU

:IC LM358 dapat diganti dengan IC komparator lainnya yang equivalent seperti lm258,

lm2904, dan lain sebagai.

 Pada relay harus diberikan komponen elektronika : diode yang berfungsi sebagai free

wheeling tegangan

 Nilai yang dibandingkan yaitu nilai resitansi yang terhubung pada kaki no.2 dan no.3

LM358 IC

 Pada transistor BC548 juga dapat diganti dengan transistor yang equivalent dengan

transistor ini

c. Sensor Suara (Sound Sensor)

Sensor Suara adalah Sensor analog yang digunakan untuk merasakan tingkat suara.

Sensor suara analog ini menerjemahkan amplitudo volume akustik suara menjadi tegangan

listrik untuk merasakan tingkat suara. Proses ini memerlukan beberapa sirkuit, dan

menggunakan mikrokontroler bersama dengan Mikrofon untuk menghasilkan sinyal output

analog.
19

Rangkaian ini dapat digunaka untuk mengkatifkan lampu dc dengan sinyal suara

Utk mengaktifkan lampu AC dg sinyal suara


20

d. Sensor Tekanan (Pressure Sensor)

Sensor Tekanan atau Pressure Sensor adalah Sensor yang digunakan untuk mengukur

jumlah tekanan yang diterapkan pada sebuah sensor. Sensor tekanan akan menghasilkan

sinyal keluaran analog yang sebanding dengan jumlah tekanan yang diberikan. Sensor

piezoelektrik adalah salah satu jenis sensor tekanan yang dapat menghasilkan sinyal tegangan

keluaran yang sebanding dengan tekanan yang diterapkan padanya.

Gambar sensor tekanan


21

e. Sensor Suhu (Temperature Sensor)

Ada berbagai jenis sensor suhu yang digunakan untuk aplikasi yang berbeda.Salah

satu Sensor Suhu adalah Termistor, yaitu resistor peka termal yang digunakan untuk

mendeteksi perubahan suhu. Apabila Suhu meningkat, resistansi listrik dari termistor akan

meningkat juga. Sebaliknya, jika suhu menurun, maka resistansi juga akan menurun.

Bentuk fisik sensor suhu


22

Rangkaian sensor suhu

f. Sensor Ultrasonik (Ultrasonic Sensor)

Sensor Ultrasonik adalah jenis sensor non-kontak yang dapat digunakan untuk

mengukur jarak serta kecepatan suatu benda. Sensor Ultrasonik bekerja berdasarkan sifat-

sifat gelombang suara dengan frekuensi lebih besar daripada rentang suara manusia. Dengan

menggunakan gelombang suara, Sensor Ultrasonik dapat mengukur jarak suatu objek (mirip

dengan SONAR). Sifat Doppler dari gelombang suara dapat digunakan untuk mengukur

kecepatan suatu objek.

Gambar sensor Ultrasonik

Sensor Ultrasonik terdiri dua bagian yaitu :

1. Transmitter

Transmitter adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemancar gelombang ultrasonik

dengan frekuensi tertentu (misal, sebesar 40 kHz) yang dibangkitkan dari sebuah osilator.

Untuk menghasilkan frekuensi 40 KHz, harus di buat sebuah rangkaian osilator dan keluaran

dari osilator dilanjutkan menuju penguat sinyal. Besarnya frekuensi ditentukan oleh

komponen RLC / kristal tergantung dari disain osilator yang digunakan. Penguat sinyal akan
23

memberikan sebuah sinyal listrik yang diumpankan ke piezoelektrik dan terjadi reaksi

mekanik sehingga bergetar dan memancarkan gelombang yang sesuai dengan besar frekuensi

pada osilator.

Gambar rangkaian dasar dari transmitter ultrasonik

2. Receiver

Receiver terdiri dari transduser ultrasonik menggunakan bahan piezoelektrik, yang

berfungsi sebagai penerima gelombang pantulan yang berasal dari transmitter yang dikenakan

pada permukaan suatu benda atau gelombang langsung LOS (Line of Sight) dari transmitter.

Oleh karena bahan piezoelektrik memiliki reaksi yang reversible, elemen keramik akan

membangkitkan tegangan listrik pada saat gelombang datang dengan frekuensi yang resonan

dan akan menggetarkan bahan piezoelektrik tersebut.


24

Gambar rangkaian dasar receiver sensor ultrasonik

g.. Sensor Kelembaban (Humidity Sensor)

Sensor Kelembaban atau Humidity Sensor merupakan sensor yang digunakan untuk

mendeteksi tingkat kelembaban suatu lokasi. Pengukuran Tingkat Kelembaban ini sangat

penting untuk pengamatan lingkungan di suatu wilayah, diagnosa medis ataupun di

penyimpanan produk-produk yang sensitif.

Gambar sensor kelembaban tanah dan arduino

j. Sel Beban (Load Cell)

Sensor load cell adalah jenis sensor beban yang banyak digunakan untuk mengubah

beban atau gaya menjadi perubahan tegangan listrik. Perubahan tegangan listrik tergantung

dari tekanan yang berasal dari pembebanan. Pada sensor load cell terdapat strain gauge yaitu

komponen elektronika yang digunakan untuk mengukur tekanan. Strain gauge

dikonfigurasikan menjadi rangkaian jembatan wheatstone. Jembatan wheatstone terdiri dari

empat buah resistor yang dirangkai seri dan paralel.


25

Gambar 2. Konstruksi Sensor Load Cell

Sensor load cell terbuat dari bermacam-macam bahan seperti alumunium, baja, stainless steel.

Pada gambar . sensor load cell terdapat strain gauge yang dikonfigurasikan seperti rangkaian

jembatan wheatstone. 

Gambar (a) Strain Gauge pada sensor Load Cell; (b) Strain Gauge disusun dalam Jembatan

Wheatstone

 Polaritas Load Cell

Gambar . Polaritas sensor Load Cell


26

Prinsip Kerja Sensor Optocoupler

Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter dan

receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya terpisah. Biasanya

optocoupler digunakan sebagai saklar elektrik, yang bekerja secara otomatis. Optocoupler

atau optoisolator merupakan komponen penggandeng (coupling) antara rangkaian input

dengan rangkaian output yang menggunakan media cahaya (opto) sebagai penghubung..

Optocoupler sendiri terdiri dari 2 bagian, yaitu transmitter (pengirim) dan receiver

(penerima). 1. Transmitter Merupakan bagian yang terhubung dengan rangkaian input atau

rangkaian kontrol. Pada bagian ini terdapat sebuah LED infra merah (IR LED) yang berfungsi

untuk mengirimkan sinyal kepada receiver. Pada transmitter dibangun dari sebuah LED infra

merah. Jika dibandingkan dengan menggunakan LED biasa, LED infra merah memiliki

ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak. Cahaya yang dipancarkan oleh LED infra

merah tidak terlihat

Receiver Merupakan bagian yang terhubung dengan rangkaian output atau rangkaian

beban, dan berisi komponen penerima cahaya yang dipancarkan oleh transmitter. Komponen

penerima cahaya ini dapat berupa photodioda atapun phototransistor. Pada bagian receiver

dibangun dengan dasar komponen phototransistor. Phototransistor merupakan suatu

transistor yang peka terhadap tenaga cahaya. Suatu sumber cahaya menghasilkan energi

panas, begitu pula dengan spektrum infra merah. Karena spekrum infra mempunyai efek

panas yang lebih besar dari cahaya tampak, maka phototransistor lebih peka untuk

menangkap radiasi dari sinar infra merah.

Rangkaian Optocoupler
27

Prinsip kerja dari rangkaian optocoupler adalah : Jika S1 terbuka maka LED akan

mati, sehingga phototransistor tidak akan bekerja. Jika S1 tertutup maka LED akan

memancarkan cahaya, sehingga phototransistor akan aktif. Jika diantara phototransistor dan

LED terhalang maka phototransistor tersebut akan off sehingga output dari kolektor akan

berlogika high. Sebaliknya jika diantara phototransistor dan LED tidak terhalang maka

phototransistor dan LED tidak terhalang maka, phototransistor tersebut akan menjadi on

sehingga output-nya akan berlogika low. Ditinjau dari penggunaanya, fisik optocoupler dapat

berbentuk bermacam-macam. Bila hanya digunakan untuk mengisolasi level tegangan atau

data pada sisi transmitter dan sisi receiver, maka optocoupler ini biasanya dibuat dalam

bentuk solid (tidak ada ruang antara LED dan phototransistor). Sehingga sinyal listrik yang

ada pada input dan output akan terisolasi. Dengan kata lain aplikasi optocoupler ini dipakai

sebagai optoisolator jenis IC.


28

 Sensor kecepatan

Gambar Tachometer digital

Kerja Sensor Kecepatan :

Proses penginderaan sensor kecepatan adalah proses kebalikan dari sebuah motor,

dimana sebuah poros/object yang berputar pada suatu generator bakal menghasilkan sebuah

tegangan yang seimbang dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar tidak jarang pula

diukur dengan memakai sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul ketika

medan magnetis terjadi

 Sensor Infra merah

Sensor Infrared adalah komponen elektronika yang dapat mendeteksi benda ketika

cahaya infra merah terhalangi oleh benda. Sensor infared terdiri dari led infrared sebagai

pemancar dan fototransistor sebagai penerima cahaya infra merah

Led infrared sebagai pemancar cahaya infra merah merupakan singkatan dari Light

Emitting Diode Infrared yang terbuat dari bahan Galium Arsenida (GaAs) dapat

memancarkan cahaya infra merah dan radiasi panas saat diberi energi listrik
29

Fototransistor sebagai penerima cahaya infra merah merupakan tranduser yang dapat

mengubah energi cahaya infra merah menjadi arus listrik

Rangkaian dasar sensor infrared common emitter yang menggunakan led infrared dan

fototransistor dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar. Sensor infra merah common Emittor

Tujuan dari control system ini adalah untuk mendapat suatu nilai optimasi dari proses.
Fungsi dari control system adalah
1. Sebagai alat pengukuran
2. Sebagai alat perhitungan dan pencatatan
3. Sebagai alat pembanding
4. Sebagai alat reparasi.
Persaratan dari alat pengukuran adalah :
a. Harus mempunyai ketelitian yang tinggi
b. Harus mempunyai harga yang konstan pada selang waktu yang ditentukan.
c. Harus mempunyai harga yang variatif dalam suatu proses yang tertentu.
d. Harus mempunyai perbandingan yang constant antara dua variabel.
Control syatem dapat dikelompokan menjadi :
A. Control dengan menggunakan operator ( manual or otomatis )
B. Control terbuka dan tertutup
30

C. Control yang kontinyu ( analog ) dan diskontinyu ( diskrit = digital )


D. Control dengan menggunakan servo motor yang dilengkapi dengan regulator
E. Control dengan meninjau sumber penggerak yang terdiri dari :
a. Control menggunakan elektris
b. Control menggunakan Phenuematis ( udara )
c. Control dengan menggunakan hydrolis ( cairan )
d. Control menggunakan gaya mekanis

Dalam dunia industri control yang sering digunakan adalah control elektris dan ontrol
phenuematis, control campurannya.
Control diatas mempunyai keuntungan seperti :
a. Daya yang digunakan kecil
b. Dapat menggunakan remote control
c. Responcenya cepat
d. Ukuran dari peralatan copntrolnya dapat dibuat lebih fleksibel.
A. Control system manual dan otomatis
Yaitu control system yang dilakukan oleh operator dan oleh mesin.
Contoh Control system menggunakan operator
1. Potensiometer radio dan TV
2. Terang gelap TV
3. Kran air
4. Speedometer
Contoh Control system otomatis
1. MCB, Relay
2. Thermostat ( control suhu )
3. Liquid Valve
B. Control system terbuka dan tertutup
Control system ditinjau dari hubungan besaran output dan input dapat dibagi menjadi
:a. Control sistem dengan rangkaian terbuka
b. Control system dengan rangkaian tertutup
Keterangan :
a. Control system dengan Rangkaian terbuka ( open loop ) adalah control system yang
besaran output tidak memberi respon kepada besaran input,sehingga variabel control tidak
dapat dibandingkan dengan harga yang diinginkan.
31

Contoh : 1. Kendaraan bermotor yang tidak mempunyai indicator kecepatan


( speedometer )
2. Pemakaian daya listrik yang tidak mempunyai KWH mater.
b. Control system dengan rangkaian tertutup ( closed loop )
Control system dengan rangkaian tertutup adalah control system yang besaran
outputnya memberi respon terhadap besaran input.
Contoh : 1. Mobil yang mempunyai speedometer
2. Pemakaian daya listrik yang mempunayai KWH meter.
C. Control system Analog
Pada sistim kendali analog, pengendali terdiri dari peranti-peranti dan rangkaian-

rangkaian analog, yakni, amplifier-amplifier linier. Sistim-sistim kendali mula-mula

merupakan sistim-sistim analog disebabkan karena hanya teknologi elektronika analog yang

tersedia pada saat itu.

Pada sistim kendali analog, perubahan yang terjadi pada set-point atau sinyal

feedback diindera secara langsung, selanjutnya amplifier mengatur dan menyesuaikan

keluarannya

Gambar kontrol analog ( DAC )

D. Kontrol digital

Pada sistim kendali digital, pengendali menggunakan suatu rangkaian digital. Dalam

banyak kasus, rangkaian digital dimaksud adalah suatu komputer, biasanya berbasiskan

mikroprosesor atau mikrokontroler (pengendali-mikro).

. Sistim digital hanya mengambil untuk keadaan input pada selang waktu tertentu

dalam proses scan dan memberikan output terbaru kemudian. Jika terjadi perubahan input
32

setelah proses scan, maka perubahan ini tidak terdeteksi hingga pada pada proses scan

berikutnya. Fenomena ini merupakan hal mendasar yang membedakannya dari sistim kendali

analog yang secara kontinyu menanggapi setiap perubahan input yang terjadi. Namun bagi

kebanyakan sistim kendali digital, waktu scan sangat singkat (< 1/1000 detik) dibandingkan

dengan waktu tanggapan bagi proses yang dikendalikan sehingga untuk seluruh tujuan

praktis, tanggapan pengendali terlihat terjadi dengan cepat dan dengan segera.

Sistim kendali digital pada awalnya harus mengubah data input analog menjadi

bentuk digital sebelum dapat digunakan. Hal yang sama berlaku juga pada bagian output,

dimana pengendali digital harus mengubah sinyal output digital menjadi bentuk analog.

Gambar dibawah ini sistim kendali digital ( ADC )

Gambar Kontrol ADC

Control system ditinjau dari kekontinyuan dalam proses dapat dibagi menjkadi :
a. Control system proporsional ( sebanding )
Artinya adalah besaran output sebanding dengan error
Contoh: 1. Control uap melalui katup
2.Kontrol daya listrik pada jaringan transmisi
b. Control system yang integral
Artinya control system yang basaran output selalu berubah selama terjadi kesalahan.
Contoh : 1. Kontrol level air dalam tangki
2.Kontrol pemakaian daya listrik dirumah perbulan
33

c. Control system differensial


d. Kontrol system yang merupakan gabungan antara point a,b, dan c
D. Control system digital ( diskrit )
Control ini terbagi atas :
1.Control dua posisi
Adalah system control yang menggunakan dua terminal yang saling berlawanan.
( positif dan negative )
Contoh :1. Relay, thermostat, saklar yang bersifat osilasi

Rele

Sakar ganda

Sakar tukar

Saklar silang
34

Simbol saklar dan stop kontak

2. Control dengan posisi ganda


Adalah control yang menggunakan dua terminal tapi tidak berlawanan ( positif atau negative
saja )
Contoh : 1. saklar pemilih ( saklar ganda )
Control secara floating
Control system dengan menggunakan rangkaian servo motor dan regulator.
Control system ini akan menghasil besaran keluaran yang diinput dari rangkaian servo
motor ( input + noise ) dan outputnya adalah rangkaian regulator ( untuk menghilangkan
noise ) sehingga besaran autput akan berubah dari besaran input.
Contoh
35

a. B A
Servo

A/B = 1 ( tanpa noise artinya A = B )

Noise

Servo

b. B A
Regulator
or

B–A
= Fungsi regulator = 0 ( karena B – A = 0 dari gambar a )
Noise

Konfigurasi system control


Elemen elemen system kontrol tertutup dapat dilihat pada gambar 1.

Transduser input H2

+ +
A GV G1 G2 B
- +

Rangkaian penjumlahan /
pengurangan H1

Gambar.1

Keterangan :
1. A = Input ; B = Output
2, GV , G1 , G2 = Elemen forward
3. H1, H2 = Elemen feedback ( umpan balik )

Rangkaian penjumlahan dan Pengurangan

1. Rangkaian penjumlahan

A + Y
36

=
B+

2. Rangkaian pengurangan

A+ A-B =A + (- B )

B_

Transfer Function ( Fungsi Alih )


Adalah perbandingan antara nilai outpt terhadap nilai input
Peninjauan fungsi alih pada :
1. Control terbuka
Adalah suatu rangkaian control yang tidak mempunyai rangkaian umpan balik
( f eedback )
Contoh 1

A Y = AB
B

Y = AB
Output
Fungsi alih =
Input

Y/X=G

Contoh 2

X + Y
G1 G2
Y/X=?
37

Solusi :
Selesaikan setiap harga komponen yang belum diketahui

X XG 1

X + Y
G1 G2

Maka :

Y = XG1G2

Y / X = G1 G2

2. Kontrol tertutup
Adalah rangkaian control yang mempunyai nilai umpan balik

Contoh 1 :

X – YH1 ( X – YH1 )G1

X + Y
G1 G2
-
YH1

H1

Maka :

Y = ( X – YH1 )G1G2

Y = XG1G2 – YH1G1G2

Y + YH1G1G2 = XG1G2
38

Y ( 1 + H1G1G2 ) = XG1G2

G1G2
Y/X=
( 1 + H1G1G2 )

Contoh 2 :

X – mH1
Mis : m

X + Y
G1 G2
-
mH1

H1

Persamaan 1 :

m = ( X – mH1 ) G1

m = XG1 – mH1G1

m + mH1G1 = XG1

m ( 1 + H1G1 ) = XG1

XG1
m=
( 1 + H1G1 )

Persamaan 2 :

Y = mG2
39

XG1
Y= G2
( 1 + H1G1 )

Maka :

G1G2
Y/X =
( 1 + H1G1 )

Dengan menggantikan komponen forward dan feedback dengan angka angka maka dapat
dilihat pada contoh berikut :
Contoh 1 :

X + Y
10 20
-

0,5

Hitung harga X bila Y = 200

Solusi :

X – 0,5m Mis : m

X + Y
10 20
-
0,5 m

0,5

Persamaan 1 :

m = ( X – 0,5m ) 10

m = 10 X – 5m
40

m + 5m = 10 X

6m = 10 X

m = 10 X / 6

Persamaan 2 :

Y = 20 m

Y = 20 (10 X / 6 )

200 = 200 X / 6

X= 6

TANGGAPAN WAKTU SISTEM

Alih bentuk Laplace dari tanggapan sebuah system terhadap sebuah Masukan yang
khusus adalah :

Y(s)=P(s)X(s) ( LAPLACE )

Bila sarat awalnya adalah nol maka alih bentuk Inversnya adalah :

y(t)=£ -1
[P(s)X(s)] ( INVERSE LAPLACE )

y ( t ) biasanya ditentukan dengan mencari kutup kutup dari P ( s ) dan X ( s ) dan


menghitung residu dikutup tersebut ( bila tidak ada kutup yang sama ), maka y ( t )
tergantung pada kutup dan nol nol dari masukannya.
Residu tersebut dapat ditentukan secara grafik dengan sebuah peta kutup nol dari
Y ( s ). Yang disusub dari peta kutup nol dari P ( s ) dengan menambah kutup dan nol nol
dariu X ( s ). Perhitungan grafis untuk residu tersebut kemudian dilaksanakan seperti yang
diuraikan terdahulu.
Tanggapan frekuensi system
Tanggapan pada keadaan mantap pada sebuah system terhadap masukan sinus dapat
ditentukan dari fungsi alih . Untuk hal khusus sebuah masukan fungsi tangga dengan
amplitude A, yang disebut dengan masukan DC. Alih bentuk Laplace dari keluaran system
adalah :
41

Y(s)=P(s) A/s
Jika system stabil maka tanggapan keadaan mantapnya merupakan sebuah fungsi tangga
dengan amplitude AP ( 0 ) karena harga ini adalah harga residu pada kutup masukan . Jadi
amplitude isarat masukannya dikalikan dengan P ( 0 ) untuk menentukan amplitude
keluarannya. Karena P ( 0 ) adalah Gain DCdari sistem itu.
Untuk system yang tak stabil seperti Integrator dengan P ( s ) = 1 / s , tidak selalu ada
tanggapan keadaan mantap. Jika masukan pada Integrator adalah fungsi tangga maka
keluarannya adalah suatu tanjakan yang tak terbatas, untuk keadan seperti ini maka integrator
disebut mempunyai Gain DC yang tak terbatas.
Tanggapan keadaan mantap dari sebuah system yang stabil terhadap sebuah masukan :adalah

x = A Sin ωt,
yss = A | P ( jw ) |Sin ( wt + Ф )

Dengan :

| P ( jw ) | = P ( jw )

Ф = Arc P ( jw ), dan P ( jw ) = P ( s )

Tanggapan frekuensi system dapat dibuat dengan grafis.

Contoh : 1
Pada system dibawah ini :
Hitung : Ф

1
P(s)=
(s+1)(s+2)

Solusi :
Untuk menyelesaikan fungsi diatas maka harus dibuat grafik :

jw
42

j1
√5 √2
26,60 450

-2 -1 τ

1
| P ( jw ) | =
(s+1)(S+2)

1
| P ( j1 ) | =
( j1 + 1 ) ( j1 + 2 )

1
=
√2 √5

= 0,316

Sudut Ø = arc P ( j1 ) = - 26,6 – 45 = - 71,6 0

Contoh : 2

Dengan soal diatas tentukan bagaimana tenggapan frekuensi :untuk masing masing

frekuensi (ω ) = 0 ; 0,5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 8

Solusi :

Tanggapan frekuensi

Ω 0 0,5 1 2 4 8
P(jw) 0,5 0,433 0,316 0,158 0,054 0,015
ArcP(jw) 0 -40,60 -71,60 -108,50 -129,40 -158,90

Cara menghitung Sudut P (jw)


a. untuk w = 0,5
jw

j 0,5

β α
43

-2 -1 τ

Tan α = 0,5 / -1 = -0,5


α = Tan -1 – 0,5
= - 26,56 0
Tan β = 0,5 / -2 = - 0,25
β = -14,03 0
ArcP(j0,5) = -26,56 – 14,03 = -40,59 0

b. untuk w = 2

jw

j2

β α

-2 -1 τ

Tan α = 2/-1 = -2
α = Tan-1 -2
= -63,430
Tan β = 2/-2= -1
β = Tan-1 -1
= - 45 0
P(j2) = -63,43 – 45 = - 108,43 0

Kurvanya : ω
8
P(jw)

0,5 -158,9
……………………………

Arc P(jw)
0 8
ω
Contoh 3 :
Pada rangkaian dibawah ini :
44

R1

C
V1 R2 V0

Hitung : Fungsi alih ( V0 / V1 )

Solusi :

Persamaan arus :

IC1 + IR1 = IR2

d
C ( V1 – V0 ) + ( V1 – V0 )/ R1 = V0 / R 2
dt

Bentuk Laplace dari persamaan dibawah ini ( dengan persaratan awalnya adalah nol ):

CS ( V1(s) - V0 (s) )+ (V1(s) – V0(s) = V0(s) / R2


R1

CS V1(s) - CS V0 (s) + (V1(s) – V0(s) = V0 / R2


R1
CS V1(s) + V1(s) / R1 = V0 (s) / R2 + CS V0 (s)+ V0 (s) / R1

V1(s) [ CS + 1 / R1 ]

Fungsi alih :
CS + 1 / R 1 s+a
V0(s) / V1(s) = =
CS + 1 / R 1 + 1 / R 2 s+b

Dengan :
a = 1/ R1C ; b = 1 / R2C

Contoh 4 :
Pada rangkaian dibawah ini tentukan fungsi alih :
45

R1

V1 V0

R2
I

Solusi :
t
IR1 + (1/C) ∫ I dt + IR2 = V1
0
Bila : R1 = R2 = 10 Ω

C = 100 µ F = 100 x 10 -6
F

V1 = 12 Cos ωt

t = 0 – 5 detik
f = 50 Hz

Hitung : I

Solusi :
5
10 I + 1/ ( 10 – 4 ) ∫ I dt + 10 I = 12 Cos 2.π 50. 5
0
I = - 0,0015 A

Dalam bentuk Laplace :

( R1 + R2 + 1 / Cs ) I(s) = V1(s)
V0 (s) = ( R2 + 1 / Cs ) I ( s )

V0 (s) R2 + 1/Cs a(s+b)


= =
V1 (s) R1 + R2 + 1/Cs b(s+a)

Dengan :
1 1
a= ;b=
46

( R1 + R 2 ) C R2 C

Kestabilan system
Kestabilan system ditentukan oleh tanggapan terhadap masukan atau gangguan,
dengan kata lain kestabilan adalah system tetap dalam keadaan diam bila tidak dirangsang
oleh sumber luar dan akan kembali diam bila rangsangan dihilangkan.
Atau bila akar akar persamaan dari system semuanya bernilai negative.
1. Kestabilan Nycuist
Sistem akan stabil bila akar akar persamaan karakteristik adalah nol.

Contoh 1 :
R - CH

+
R G C
-
CH

Apakah system ini stabil ?

Solusi .

C = ( R – CH ) G

= RG – CHG

C + CHG = RG

C ( 1 + HG ) = RG

Persamaan karakteristik loop tertutup bila :

C ( 1 + HG ) = RG = 0
C ( 1 + HG ) = 0
( 1 + HG ) = 0
Bila :
G= 2/s(s+3)
H=1
Maka :

( 1 + 1 ( 2 / s ( s + 3 ))) = 0

( 1 + 1 ( 2 / ( s2 + 3s ))) = 0
47

( 1 + 2 / ( s2 + 3s )) = 0

( (s2 +3s + 2 / s2 + 3s )) = 0

S2 + 3s + 2 = 0

- b ± √ b2 – 4 ac
S1, 2 =
2a

- 3 ± √ 9 – 4. 1.2
S1, 2 =
2.1

-3 ±√1
S1, 2 =
2

-3 ±1
S1, 2 =
2

S1 = -2 / 2 = - 1

S2 = -4 / 2 = -2

Karena semua akarnya adalah negative maka system ini stabil


KESTABILAN ROUTH
Routh dapat menentukan kestabilan dari system yang mempunyai persamaan orde n.
Persamaan orde n :

a n s n + an-1 s n-1 + ……+ a1s + a0 = 0

Dengan menggunakan tabel Routh :

sn an an-2 an-4 ………


sn-1 an-1 an-3 an-5 ………
. b1 b2 b3
. c1 c2 c3
48

Dengan :
an, an-1, ……merupakan koofisien dari persamaan karakteristik

an-1 an-2 - an an-3


b1 =
an-1

an-1 an-4 - an an-5


b2 =
an-1

b1 an-3 - an-1 b2
c1 =
b1

b1 an-5 - an-1 b3
c2 =
b1

Contoh : 1
Dari persamaan ini tentukan apakah system stabil :

s3 – 6 s2 + 12 s + 8 = 0

Solusi :
Dengan menggunakan tabel Routh :

s3 1 12 0
S2 -6 8 0
S -13,33 0
S0 8

Cara menghitung :
S3 = Pangkat ke n
1 = an =koofisien dari s3
12 = an-2 = koofisien dari s

0 = an-4
= koofisien dari s -1
S2 = pangkat n-1
49

6 = an-1 = koofisien dari s2


8 = an-3 = koofisien dari s0
- 72 / 6 = b1
an-1 an-2 - an an-3
b1 =
an-1

-6.12 – 1.8
= = - 72- 8 / 6 = - 13,33
6

b1 an-3 - an-1 b2
c1 =
b1

-13,33 (8) - 6. 0
C1 = =8
-13,33

Karena ada perubahan tanda PADA KOLOM 2 di tabel , maka semua akar dari persamaan
mempunyai akar P0SITIF, artinya system TIDAK STABIL
Contoh 2:
Apakah system ini stabil dengan menggunakan metoda Routh .

S3 + 3 s2 + 3s + 1 + k = 0
Solusi :
an = 1 ; an-2 = 3 ; an-4 = 0

an-1 = 3 ; an-3 = 1 + k ; an-5 = 0

b1 = (3. 3 – 1.( 1 + k ) ) / 3 = (8 – k ) / 3

b2 = (3 . 0 – 1 . 0 ) / 3 = 0
50

c1 = ( ( 8 – k ) / 3 ) ( 1 + k ) – 3 . 0 ) / ( 8 – k ) / 3

= ( ( 8 + 7k – k2 ) / 3 ) / ( 8 – k ) / 3 = ( 8 + 7 k - k 2 ) / ( 8 – k )

=(k+1)(8–k)/ (8–k)

=k+1

Dalam tabel Routh :

S3 1 3 0
S2 3 (1+k) 0
S1 (8–k)/3 0
S0 1+k

Karena akarnya adalah negative ( tidak ada perubahan tanda pada kolom 2 ) maka
system stabil

KESTABILAN HURWITZ
Kestabilan menurut Hurwitz adalah dengan menggunakan determinan yang dibentuk
dari koofisien persamaan karakteristik.
Misal koofisien pertama an ( positif ) maka determinan ∆ i untuk i = 1 , 2, 3,… n – 1,
dibentuk sebagai determinan minor utama dari determinan.
Determinan itu adalah :

∆1 = an - 1

an - 1 an - 3
∆2 = = (an – 1 ) (a n – 2 ) - ( an ) ( a n – 3 )

an an-2

an - 1 an – 3 an - 5
51

∆3 = an an–2 an – 4

0 an - 1 an - 3

Sistem akan stabil bila akar persamaan karakteristikadalah negative, jika ∆i > 0 (∆ i
lebih besar dari nol ) , untuk i = 1 ,2, ….n

Contoh :

Apakah system stabil dengan menggunakan metoda Hurwitz

S 3 + 8 s2 + 14 s + 24 = 0
Solusi :

∆1 = an – 1 = 8

an - 1 an - 3
∆2 = = (an – 1 ) (a n – 2 ) - ( an ) ( a n – 3 )

an an-2

= 8. 14 – 1 . 24 = 88

an - 1 an – 3 an - 5

∆3 = an an–2 an – 4

0 an - 1 an - 3

8 24 0 8 24

= 1 14 0 1 14

0 8 24 0 8

= ( 2688 + 0 + ) ) – ( 0 + 0 + 576 ) = 2112


52

Kontrol sinyal suara pada speaker.

Untuk memudahkan dalam memahami cara kerja rangkaian maupun dasar- dasar

perencanaan dapat terciptanya alat, maka perlu penjelasan dan uraian- uraian teori

penunjang untuk alat.

Perlatan yang digunakan.

Gambar rangkaian pengeras sinyal suara

1.Resitor
Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan
arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya sesuai
dengan arus yang mengalirinya, berdasarkan hukum Ohm:
Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan
merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari
bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari
paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat
diboroskan. Karakteristik lain termasuk dan induktansi.
53

Gambar 2.1 Resistor


(a) Bentuk Fisik Resistor
(b) Simbol Resistor
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan
sirkuitcetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain
sirkuit, resistor harus cukup besar secara fisik agar tidak menjadi terlalu panas saat
memboroskan daya.
Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering
digunakan. Ini terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor.
Dua pita pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan
pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat
merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang pita kelima menunjukkan koefisien
suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga
digit resistansi.
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di
lapisan deplesi.
2. Dioda Zener
Dioda Zener adalah dioda yang memiliki karakteristik menyalurkan arus listrik
yang mengalir kearah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas
tegangan breakdown atau tegangan zener. Ini berlainan dari dioda biasa yang hanya
menyalurkan arus listrik ke satu arah .
Dioda biasa tidak akan mengijinkan arus listrik untuk mengalir secara
berlawanan jika dicatu balik (reverse biased) dibawah tegangan breakdown-nya. Jika
melampui batas tegangan breakdownnya, dioda biasa akan menjadi rusak karena kelebihan
arus listrik yang menyebabkan panas..
Sebenarnya tidak ada perbedaan struktur dasar dari zener dengan dioda, tetapi
dengan memberikan jumlah doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N, ternyata
tegangan breakdown dioda dapat dengan cepat tercapai. Jika pada dioda biasanya baru
terjadi breakdown pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada puluhan atau
satuan volt.
54

(a) (b)

Gambar 2.12 Dioda Zener (a)


Simbol Zener
(b) Struktur Zener
Inilah karakter dioda zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju, maka
zener biasanya digunakan pada bias negatif (reverse bias).
3. LED
LED adalah kepanjangan dari Light Emitting Dioda (dioda pemancar
cahaya). Dioda ini akan mengeluarkan cahaya apabila diberi tegangan sebesar 1.8
V dengan arus 1.5 mA. Led banyak digunakan sebagai lampu indikator dan
peraga (display).

Gambar 2.13 LED

4. Transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisator tegangan, dan modulator sinyal.
55

Gambar 2. 14 Transistor
Transistor dapat berfungsi seperti kran listrik berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET) dan memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari
sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di
satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar melalui 2 terminal lainnya. Dalam
rangkaian analog transistor dapat digunakan sebagai amplifier (penguat), sedangkan
dalam rangkaian digital transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Tipe-tipe Transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor modern ada dua tipe dasar transistor, yaitu transistor
bipolar atau BJT (Bipolar Junction Transistor) dan transistor unipolar atau FET (Field
Effek Transistor
Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya
menggunakan dua polaritas pembawa muatan (elektron dan hole) untuk membawa arus
listrik. Sedangkan tansistor unipolar atau FET hanya menggunkan satu jenis pembawa
muatan (elektron atau hole) tergantung dari tipenya.

P-
PNP
channel

N-
NPN
channel

Gambar Simbol Transistor

Secara umum, transistor dapat dibedakan menjadi beberapa kategori ;


a. Materi semikonduktor : germanium, silikon, galium arsenide
b. Kemasan fisik : through hole metal, through hole plastic, surface mount, dll
56

c. Tipe : UJT, BJT, JFET, MOSPET, IGBT, HBT, MISPET,VMOSPET,


MESPET.
d. Polaritas : NPN atau N-channel, PNP atau P-channel
e. Maksimum kapasitas daya : low power, medium power, high power
f. Maksimum frekuensi kerja : low, medium, atau high frequency, RF transistor,
Microwave, dll
g. Aplikasi : amplifier, saklar, general purpose, audio, tegangan tinggi dll.

Transistor Efek Medan ( FET )

Transistor efek medan (Field Effect Transistor/FET) adalah perangkat terkendali

tegangan, yang berarti karakteristik keluaran dikendalikan oleh tegangan masukkan. Adapun

untuk transistor bipolar adalah perangkat terkendali arus.Ada dua jenis FET yaitu JFET

(Junction Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect

Transistor).
57
58

5. IC (Integrated circuit)
Sirkuit terintegrasi atau yang biasa disebut sebagai IC merupakan komponen
elektronika yang terbuat dari puluhan, ratusan, hingga ribuan transistor, resistor,
dioda serta komponen elektronika lainnya. Kumpulan komponen-komponen tersebut
dikemas dengan sedemikian rupa hingga ukurannya tidak terlalu besar.
59

IC dibuat dengan tujuan tertentu, misalnya untuk penguat audio, regulator tegangan,
penerima gelombang radio .
Jenis-jenis IC
Berdasarkan cara pembuatannya IC terbagi menjadi dua kategori yaitu hybrid dan
monolithic. IC hybrid bisa juga disebut miniatur elektonika dimana didalamnya terdapat
transistor, dioda, kapasitor, resistor, bahkan koil yang dirangkai secara kompak pada
papan PCB ( Printed Circuit Board) yang kemudian dienkapsulisasi menggunakan
bahan epoxy. Contohnya pada IC penguat audio “ STK ”.

Gambar 2.16 IC “ STK ”

Sekarang IC hybrid sudah jarang ditemukan karena ukurannya yang dianggap masih
terlalu besar untuk perangkat elektronika yang ada sekarang, dan kemudian IC jenis
monolithic mulai menggeser keberadaan IC hybrid ini dengan ukuran yang jauh lebih
kecil. Pada IC monolithic semua komponen (transistor, dioda, resistor, dan sebagainya)
ditempatkan pada plat silikon yang sangat kecil dan kemudian dienkapsulisasi
menggunakan plastik atau keramik.

Gambar 2.17 IC Jenis Hybrid


Perbedaan antara jensi hybrid dan monolithic yaitu pada IC monolithic komponen
seperti kapasitor dan koil tidak dapat dimasukkan kedalamnya , jadi untuk menambahkan
60

komponen tersebut ditambahkanlah kaki- kaki diluar enkapsulisasi untuk menghubungkan


komponen tersebut dengan komponen yang ada didalam IC.
Identifikasi kaki-kaki IC
Pada umumnya IC memiliki jumlah kaki lebih dari tiga buah. Untuk
mengidentifikasi kaki-kaki pada IC dengan cara melihat tanda khusus yang diberikan pada
IC. Tanda khusus tersebut bisa berupa titik, logo perusahaan, lengkungan .
Pada gambar (a) kaki pertama terletak pada kaki paling kiri dengan IC menghadap
kedepan dan biasanya jika IC dikemas seperti pada gambar ( a) maka kaki pertama
selalu paling sebelah kiri, kaki kedua dan seterusnya berada pada samping kanannya.
Pada gambar (b) kaki pertama selalu ada pada sebelah kiri dan kaki terahir berada pada
sebelah kanan tanda setengah lingkaran, untuk kaki kedua, ketiga dan seterusnya
berada dibawahnya. Sedangkan pada gambar (c) kaki pertama berada pada tempat
dimana tanda lingkaran berada yakni pada pojok kiri atas dengan posisi IC menghadap
keatas.
IC
IC diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu analog, digital, dan campuran (analog dan
digital dalam satu IC). Pada IC analog aplikasinya lebih ditujukan pada pengolahan
sinyal-sinyal analog seperti operational amplifier (Op-Amp), penguat audio, regulator
audio, regulator tegangan dan sebagainya.Pada IC digital diperuntukkan untuk mengolah
sinyal-sinyal digital dimana didalamnya terdapat berbagai macam gerbang logika, flip-flop,
multiflexer, dan lainnya. Sedangkan klasifikaasi terahir yaitu IC campuran yaitu gabungan
rangkaian analog dan digital sehingga IC ini mampu mengolah kedua sinyal tersebut
didalamnya. Contoh dari jenis IC ini adalah ADC (Analog Converter Digital) yang
merupakan penerjemah sinyal analog ke bentuk sinyal digital. Dan DAC (Digital Analog
Converter) yang merupakan kebalikan dari ADC yaitu menerjemahkan sinyal digital ke
bentuk analog.

IC LM 324
IC LM 324 merupakan IC operational amplifier (Op-Amp). IC ini mempunyai 4 buah
op-amp yang berfungsi sebagai komparator. IC ini mempunyai tegangan kerja antara +5V
sampai dengan +15V untuk Vcc dan -5V sampai -15V untuk –Vcc. IC ini biasanya
difungsikan sebagai amplifier, komparator, osilator, rectifier dan lain lain. Adapun definisi
dari masing-masing pin IC LM 324 adalah sebagai berikut.
a. Pin 1,7,8,14 (Output) Merupakan sinyal output.
61

b. Pin 2,6,9,13 (Inverting Input) Semua sinyal input yang berada di pin ini akan
mempunyai output yang berkebalikan dari input.
c. Pin 3,5,10,12 (Non-inverting input) Semua sinyal input yang berada di pin ini akan
mempunyai output yang sama dengan input (tidak berkebalikan).
d. Pin 4 (+Vcc) Pin ini dapat beroperasi pada tegangan antara +5 Volt sampai +15 Volt.
e. Pin 11 (-Vcc) Pin ini dapat beroperasi pada tegangan antara -5 Volt sampai -15 Volt.

Gambar 2.19 IC LM 324


62

Gambar 2.20 Koneksi Pin IC LM 324

IC ULN 2803
IC ULN 2803 ULN2803 ini digambarkan sebagai "driver 8-baris". Ini erarti
bahwa ia memiliki sirkuit untuk mengontrol delapan baris output individu, masing-masing
bertindak independen dari yang lain. Output dari ULN2803 adalah "terbalik" artinya
masukan tinggi pada output menjadi rendah pada keluarannya. IC ini dapat berfungsi
sebagai relay, menghidupkan atau mematikan sinyal dengan tingkat yang lebih tinggi
dari sisi yang berlawanan. ULN 2803 umumnya memiliki output kurang lebih 50V/
500mA, sehingga dapat beroperasi pada beban kecil secara langsung. IC ini dapat juga
digunakan untuk mengoperasikan satu buah atau lebih kumparan relay.
IC ULN 2803 memiliki 18 pin dan dan mencakup 8 transisitor yang terintegrated
didalamnya. Pin 1 sampai 8 menerima sinyal tingkat rendah, pin 9 adalah ground, dan pin
10 umumnya untuk sinyal tingkat tinggi dan umumnya disambungkan dengan positif
tegangan yang dihubungkan dengan kumparan relay. Pin 11 sampai dengan 18 adalah
output

(a) (b)
63

Gambar 2.21 IC ULN 2803


(a) Bentuk Fisik IC ULN 2803 (b)
Koneksi pin IC ULN 2803

6 Relay
Relay adalah saklar yang dioperasikan secara elektrik. Relay biasanya
menggunakan medan magnet dan sebuah kumparan untuk membuka dan menutup satu atau
beberapa kontak saklar pada saat relay dialiri arus. Pada dasarnya relay terdiri dari
beberapa lilitan kawat yang terlilit pada suatu inti besi lunak berupa magnet yang menarik
atau menolak suatu pegas sehingga kontak pun menutup atau membuka. Relay
mempunyai anak kontak yaitu NO (Normally Open) dan NC (Normally Closed).
Relay sering digunakan baik pada industri, otomotif, ataupun perangkat elektronika
lainnya. Relay berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik yang
dikontrol dengan memberikan tegangan dan arus tertentu pada koilnya. Simbol relay yang
ditunjukkan pada gambar 2.15 DPDT (Double Pole Double Throw) dan SPDT (Single Pole
Double Throw) adalah dua diantara beberapa jenis kontaktornya. Pole adalah kontak yang
bergerak, sedangkan Throw adalah kontak yang diam. Normally Closed (NC) menunjukkan
bahwa kontak tersebut saat keadaan normalnya terhubung dengan pole. Sedangkan
Normally

Opened (NO) saat keadaan normallya tidak terhubung dengan pole.

Gambar 2.22 Simbol Relay


64

Gambar 2.23 Bentuk Fisik Relay

PERCOBAAN 1

CONTROL TEGANGAN I

DENGAN OP-AMP

Penamaan penguat operasional memang cocok karena penguat ini dapat digunakan

untuk operasi matematika. Pada eksperimen sebelumnya telah kita lihat bagaimana opamp
65

berfungsi sebagai penguat atau secara matematika sebagai pengali. Pada bagian ini akan kita

pelajari op-amp sebagai operasi matematika penjumlah dan pengurang. Untuk operasi

penjumlah, masukan tak membalik dari op-amp dihubungkan dengan tanah sedangkan

tegangan masukan yang akan dijumlah diumpankan pada masukan membalik. Pada operasi

pengurangan atau penguat diferensial, dengan mengumpankan isyarat pada masukan tak-

membalik dan membalik akan didapat selisih keduanya.

TUJUAN

1. Menyusun rangkaian op-amp sebagai rangkaian penjumlah.

PERALATAN

􀀀 Resistor : 22 k, 20 k, 10 k

􀀀 Potensiometer: 10 k atau 20k

􀀀 IC Op-amp : mA741 C

􀀀 Osiloskop

􀀀 Multimeter

􀀀 Pembangkit isyarat AC (Function Generator- FG)

􀀀 Pencatu daya : ±15 V DC

JALANNYA PERCOBAAN

1. Susun rangkaian op-amp integrator seperti terlihat pada gambar 1. Pencatu daya μA741

dibuat dengan memasang sumber DC variabel.

2. Buatlah rangkaian isyarat masukan sinusosida V 1 dan V 2 dengan menggunakan rangkaian

pembagi tegangan dengan sumber isyarat AC dari function generator (FG) pada frekuensi

1 kHz seperti terlihat pada gambar 2. Ra dan Rb diambil dari sebuah potensiometer. Ukurlah

dengan osiloskop dan amati bagaimana V 1 (Ch.1) dan V 2 (Ch.2) berubah dengan adanya

perubahan pada Ra dan Rb. Atur amplitudo sumber (FG) dan Ra dan Rb agar dapat

menghasilkan V 1 = V 2 = 40 mVp-p.
66

3. Hubungkan sumber x dan y pada rangkaian gambar 1. ke sumber V 1 dan V 2 pada

rangkaian gambar 2. Buatlah sketsa bentuk gelombang V 1 (Ch.1), V2 (Ch.1) dan keluaran

V0 (Ch.2),

GAMBAR PERCOBAAN

V2

Y 2K2 22K
2 +vcc
X 22K - 7 6
3 + 4 - vcc

V0 10K
V1
Gbr.1. Rangkaian Op-Amp sbg penjumlah
67

HASIL PENGAMATAN

1. Bentuk gelombang pada Oscilloscope 2. Pada Sumber input

Time / div = …………….


Volt / div = …….
V1 = ……. VPP
V2 = ……..VPP

Pada Sumber output


Time/div = ……. ; VOUT = …….. VPP
Volt/div = …..

3. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk berbagai variasi V1 dan V2 sehingga V1 < V2 dan V1 > V2

Serta catat pada table1.1

Tabel . 1

NO V1 P - P ( Volt ) V2 P – P ( Volt ) V0 P-P ( Volt )

TUGAS

1. Hitung harga tegangan V0 bila tegangan V1 dan V2 = 9 Volt

2. Bila V0 = - 40 volt dan V1 = 12 V . Hitung tegangan V2


68

PERCOBAAN 2

KONTROL TEGANGAN II

DENGAN OP-AMP

TUJUAN

1. Menyusun rangkaian op-amp sebagai rangkaian pengurang

PERALATAN

􀀀 Resistor : 22 kW, 20 kW, 10 kW

􀀀 Potensiometer: 10 kW atau 20kW

􀀀 IC Op-amp : μA741

􀀀 Osiloskop

􀀀 Multimeter

􀀀 Pembangkit isyarat AC (Function Generator- FG)

􀀀 Pencatu daya : ±15 V DC


69

JALANNYA PERCOBAAN

1. Susun rangkaian op-amp pengurang ( Diferensiator ) seperti terlihat pada gambar 3.

Pencatu daya μA741 dibuat dengan memasang sumber DC variabel.

V2 22K

Y - VCC +
2K2

VCC - 22K
2K2
V0
V1 Gambar.3.Rangkaian Pengurang
2. Buatlah rangkaian isyarat masukan menggunakan rangkaian pembagi tegangan seperti

gambar 4. dengan sumber isyarat AC dari function generator (FG) pada frekuensi 1

kHz. Seperti halnya ada langkah 2, Ra dan Rb diambil dari sebuah potensiometer.

Periksalah dengan osiloskop dan amati bagaimana V1 (Ch.1) V2 (Ch.2) berubah

dengan adanya perubahan pada Ra dan Rb. Atur amplitudo sumber (FG) dan Ra dan

Rb agar dapat menghasilkan V1 > V2 dan V1 < V2 .

20K 20K

FG
V1 V2
10K 10K

Gambar 4. Rangkaian input utk Rangkaian


Pengurang
70

1. Hubungkan x dan y pada rangkaian gambar 3. ke sumber V 1 dan V 2 seperti pada

rangkaian gambar 4. Buatlah sketsa bentuk gelombang V1 (Ch.1), V2 (Ch.1) dan

keluaran V0 (Ch.2) untuk kasus V1 > V2 . Hubungkan x dan y pada rangkaian gambar

3. ke sumber V1 dan V2 pada rangkaian gambar 4.. Buatlah sketsa bentuk gelombang

V1 (Ch.1), V2 (Ch.1) dan keluaran V0 (Ch.2) untuk kasus V1 > V2 sertaV1 < V2

HASIL PENGAMATAN

Buat dan catat hasil pengukuran gelombang pada Oscilloscope

V1 = ……. Vpp

; V2 =

……..Vpp ; V0

= …….Vpp

Time/div =

……..;

Time/div = …. ; Time/div = ….

Volt/div = ……. ; Time/div = …. ; Volt/div = ……….

TUGAS

1. Hitung harga tegangan V0 bila tegangan V1 dan V2 = 6 Volt

2. Bila V0 = - 60 volt dan V2 = 12 V . Hitung tegangan V1


71

PERCOBAAN 3

PENGONTROLAN ANGKA DESIMAL SATU DIGIT

Dengan kemajuan teknologi dibidang informasi maka kita sangat terbantukan untuk

berinovasi dibidang elektronika, untuk itu pada tampilan ini akan dibuat rangkaian untuk

mengontrol angka decimal satu digit

TUJUAN PERCOBAAN

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mahir merangkai pengontrolan angka decimal

satu digit

PERALATAN

1. Power supply 0 – 18 volt

2. IC 7447

3. Seven segment

4. Resistor 220 Ω ( 7 BUAH )

5. Project Board

6. Kabel pejal ( 2 meter )

JALANNYA PERCOBAAN
72

1. Buat rangkaian seperti pada gambar 5

2. Berikan tegangan pada VCC IC 7447 dan seven segmen sebesar 5 volt

3. Hubungkan masing masing ground IC 7447 dan seven segment dengan ground

power supply.

4. Tampilkan angka 0 – 9 dengan memberi input pada bilangan biner DCBA

Contoh untuk menampilkan angka 5 , maka input DCBA bernilai 0101

5. Lakukan untuk menampilkan angka angka yang lain

6. Catatan untuk angka biner 0 maka diberi tegangan 0 volt, sedangkan untuk angka

biner 1 diberikan tegangan 5 volt

220Ω

D SEVEN
C IC744 SEGMEN
B 7 T
A

Gambar.5. Rangakaian control angka decimal 1 digit

Gambar. 6. IC7447 Gambar. 7. Seven segment


73

HASIL PENGAMATAN

1. Buat rangkaian untuk menampilkan angka 0 – 9

2. Ukur tegangan untuk per segment masing masing tampilan angka 0 – 9

3. Ukur arus untuk persegment masing masing tampilan angka 0 – 9

4. Tampilkan bentuk gelombang persegment masing masing tampilan angka 0 – 9

Buat dan catat hasil pengukuran gelombang pada Oscilloscope

Vol/div = ……

Time/div = …..
74

TUGAS

1. Buat rangkaian control untuk menampilkan angka decimal dua digit

PERCOBAAN 4

KONTROL TEGANGAN AC KE DC ( KONVERTER )

Rangkaian control tegangan AC ke DC bermanfaat untuk menentukan besar tegangan

yang diinginkan. Untuk mendapatkan besar tegangan yang diinginkan maka harus paham

tentang fungsi dari masing masing peralatan yang digunakan dan paham cara merangkai

peralatan dan berinovasi untuk memecahkan masalah harga yang diinginkan.

TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat membuat dan

memahami serta berinovasi tentang rangkaian cont rol tegangan AC ke DC .

PERALATAN

1. Sumber tegangan AC / jaringan PLN

2. Projec Board

3. Transformator ( Trafo ), 1 A ; 220/ 4,5 – 18 Volt

4. Dioda, IN4001 ( 4 buah )

5. Kapasitor, 470 μF , 25 V

6. Kabel serabut dan inti tunggal ( 2 meter )

7. Beban DC ( motor DC, lampu )


75

JALANNYA PERCOBAAN

1. Buat rangkaian seperti pada gambar. 8

220V 9V

TRAF
O D1 D3 470μF

D2 D4

Gambar. 8. Rangkaian control tegangan AC ke DC

2. Hubungkan tegangan 9 V skunder trafo ke rangkaian diode

3. Hubungkan kapasitor 470 μF ke output rangkaian diode

4. Ukur tegangan AC pada skunder trafo dengan voltmeter

5. Ukur tegangan DC pada output diode dengan voltmeter

6. Ukur tegangan pada output diode dengan Oscilloscope

7. Bandingkan hasil pengukuran tegangan dengan voltmeter dan Oscilloscope

8. Bebani rangkaian output diode dengan motor DC

9. Ukur masing masing tegangan seperti pada point 4 - 7

HASIL PENGAMATAN

1. Buat hasil pengukuran tanpa beban pada point 4 sampai 7 pada table berikut

Tegangan AC Tegangan DC Tegangan DC

N0 ( Voltmeter ) ( Voltmeter ) ( Oscilloscope ) Keterangan


76

2. Buat hasil pengukuran berbeban pada point 4 sampai 7 pada table berikut

Tegangan AC Tegangan DC Tegangan DC

N0 ( Voltmeter ) ( Voltmeter ) ( Oscilloscope ) Keterangan

TUGAS

Buat rangkaian control tegangan dengan menggunakan dua diode dan amati tegangan pada

kondisi tanpa beban dan berbeban


77

PERCOBAAN 5

KONTROL TEGANGAN DC KE AC

Rangkaian control tegangan DC ke AC bermanfaat untuk menentukan besar tegangan

yang diinginkan. Untuk mendapatkan besar tegangan yang diinginkan maka harus paham

tentang fungsi dari masing masing peralatan yang digunakan dan paham cara merangkai

peralatan dan berinovasi untuk memecahkan masalah harga tegangan yang diinginkan.

Jika Anda sering bepergian untuk camping atau mobile kemana saja yang pada

saat itu anda membutuhkan sumber listrik untuk menunjang pekerjaan anda, maka

Rangkaian inverter 12V to 220V ini akan sangat membantu anda. untuk membuat

rangkaian ini bekerja dibutukan tegangan 12 Volt yang berasal dari aki kering.

sedangkan daya keluaran dari rangkaian ini tergantung dari transistor Q1 dan Q2

yang digunakan serta besarnya transformator T1 yang dipakai. secara umum inverter

sederhana ini dapat menangani beban hingga +/- 500 Watt.

TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat membuat dan

memahami serta berinovasi tentang rangkaian control tegangan DC ke AC .

PERALATAN

1. Trafo 220/12 V

2. Dioda IN4007 ( 2 X)

3. Resistor 220 Ω ; 330 Ω ; 820 Ω ; 390 Ω


78

4. Kapasitor 2200 μF ; 25 V.

5. Transistor T1 . IRF 540 ( 2 X )

JALANNYA PERCOBAAN

1. Buat rangkaian seperti pada gambar

2.

Komponen:
T
R1,R2 = 10 Ohm, 5 Watt

R3,R4 = 180 Ohm, 1 Watt

C1,C2 = 68 uF, tantalum

D1,D2 = IN 5401

Q1,Q2 = 2N3055

TRAFO CT : 220 / 12 V

PENGAMATAN

1. Ukur tegangan masing masing komponen

2. Buat analisa ttg perubahan DC ke AC


79

3. Ukur tegangan DC dan AC ke Oscilloscope

4. Berikan kesimpulan dari hasil pengukuran

PERCOBAAN 6

KONTROL LED BERJALAN

Hasil percobaan .
80

PERCOBAAAN 7

LED AC
81

PERCOBAAN 8

CARA MENENTUKAN PIN TRANSISTOR

Gambar 1.Transistor NPN

Caranya :

1. a. Hubungkan kaki 1 ( + ) dan kaki 2 ( - ) tester menunjukan nilai 0

b. Kemudian polaritas Tester dibalik dan menunjukan nilai

maksimum.

2. a. Hubungkan kaki 1 ( + ) dan kaki 3 ( - ) tester menunjukan nilai 0

b. Polaritas dibalik, tester menunjukan nilai 0

3. a. Hubungkan kaki 2 ( + ) dan kaki 3 ( - ) tester menunjukan nilai

maksimum

b, Polaritas dibalik, tester menunjukan nilai 0


82

Artinya dengan nilai seperti diatas maka kaki 2 = B dan type Transistor NPN

Gambar 2 tipe PNP

Caranya :

1.a . Hubungkan kaki 1 ( + ) dan kaki 2 ( - ) tester menunjukan nilai maks

b. Kemudian polaritas Tester dibalik dan menunjukan nilai 0

2.a.. Hubungkan kaki 1 ( + ) dan kaki 3 ( - ) tester menunjukan nilai 0

b.. Polaritas dibalik, tester menunjukan nilai 0

3.a. Hubungkan kaki 2 ( + ) dan kaki 3 ( - ) tester menunjukan nilai maksimum

b, Polaritas dibalik, tester menunjukan nilai maks

Artinya dengan nilai seperti datas maka kaki 2 = B dan type Transistor PNP
83

: Menentukan terminal C dan E pada transistor NPN

Caranya :

a. Hubungkan kaki 1( + ) dan kaki 3 ( - )

b. Hubungkan kaki 1 dan 2 dengan Resistor tertentu ( KΩ ), maka nilai maks

Sehingga kaki 1 = C dan kaki 3 = E

TIPE NPN DENGAN KAKI . CBE

Cara menentukan terminal C dan E pada type PNP

1. Hubungkan kaki 1(+) dan kaki 3 (_)

2. Hubungkan kaki 2 dan 3 dengan Resistor, maka nilainya maks.

Sehingga kaki 1 = E dan kaki 3 =C

Gambar 4. Tipe PNP dengan kaki E, B dan C (Sentuh dua pin dengan jari

basah)

Jika setelah melakukan pengecekan ada yang tidak sesuai dengan salah

satu gambar kemungkinan transistor mengalami short, jika belum


84

yakin bisa menggunakan alat test kaki transistor yang lain seperti ESR

meter.

Anda mungkin juga menyukai