Anda di halaman 1dari 4

Tax Learning  

Show All Tax Learning

Jatuh Tempo Pelaporan Pajak

Pendahuluan

Berdasarkan Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak


(DJP) Tahun 2012, bahwa pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 Wajib Pajak (WP) terdaftar yang
memiliki kewajiban Surat Pemberitahuan (SPT)
mengalami peningkatan yang cukup besar, terutama dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Akan tetapi WP
yang melapor SPT tidak sebanding dengan WP yang
terdaftar, WP yang melapor SPT kurang lebih hanya
setengah dari WP yang terdaftar. Rasio kepatuhan WP
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1 Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT

Sumber: Diolah kembali oleh penulis (Laporan Tahunan DJP Tahun 2012)

Sesuai dengan data dari Laporan Tahunan DJP Tahun 2012, telah kita ketahui bahwa sudah banyak WP
yang terdaftar tetapi tidak melapor SPT. Pengetahuan dan pemahaman tentang pajak dapat menjadi
alasan atas ketidakpatuhan WP, walaupun WP pada umumnya mengenal dan tahu tentang pajak, tetapi
masih belum tahu terkait dengan hak dan kewajiban sebagai WP, termasuk kewajiban dalam
melaporkan SPT.

Dalam hal melaporkan SPT, WP perlu mengetahui tanggal jatuh tempo pelaporan pajak agar dalam
pelaksanaannya tepat pada waktunya. Setiap jenis pajak mempunyai tanggal jatuh tempo yang
berbeda-beda, maka perlu diketahui tanggal jatuh tempo setiap jenis pajak, WP yang tidak melaporkan
pajak dianggap sebagai WP tidak patuh dan akan dikenakan sanksi atas keterlambatan atau sengaja
tidak melaporkan SPT.

Batas Waktu Penyampaian SPT


Batas Waktu penyampaian SPT secara umum yang diatur dalam Undang-Undang KUP adalah :
1. SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
2. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;
3. SPT Tahunan PPh WP Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 184/PMK.03/2007 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PMK Nomor 80/PMK.03/2010 bahwa pelaporan pajak mempunyai batas tanggal
jatuh tempo. Berikut ini adalah rincian jenis pajak dan batas jatuh tempo dalam penyampaian SPT:
Sesuai dengan Pasal 8 PMK Nomor 184/PMK.03/2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK
Nomor 80/PMK.03/2010 bahwa batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu
atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Hari libur nasional sebagaimana dimaksud di atas termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

Contoh Kasus
PT. IMA bermaksud melakukan pelaporan SPT PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak September 2014 yang
jatuh tempo pelaporan adalah hari Sabtu, 20 September 2014. Berdasarkan ketentuan PMK No.
184/PMK.03/2007, pelaporan SPT tersebut masih diperbolehkan pada hari Senin, 22 September 2014.
Meskipun lewat dari tanggal jatuh tempo yang sebenarnya, PT. IMA tidak dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar Rp. 100.000,-.

Pelaporan Wajib Pajak Kriteria Tertentu


Berdasarkan Pasal 3 ayat (3a) UU KUP, dimungkinkan terhadap WP dengan kriteria tertentu untuk
melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) SPT Masa. WP dengan kriteria tertentu tersebut yang
dapat:
1. Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak sekaligus dengan syarat
pembayaran seluruh pajak yang wajib dilunasi menurut SPT Masa tersebut dilakukan sekaligus
paling lama dalam Masa Pajak yang terakhir, dan/atau
2. Menyampaikan SPT Masa selain yang disebutkan pada nomor 1 unntuk beberapa Masa Pajak
sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masing-masing Masa Pajak dilakukan sesuai batas
waktu untuk Masa Pajak yang bersangkutan.

Kemudian dalam peraturan pelaksana PMK Nomor 182/PMK.03/2007 dalam Pasal 1 disebutkan bahwa WP
dengan kriteria tertentu dapat menyampaikan 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa yang meliputi beberapa Masa
Pajak sekaligus. Kriteria WP tersebut adalah WP usaha kecil atau WP di daerah tertentu.

1. WP usaha kecil tersebut adalah:


Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan kegiatan usaha atau melakukan pekerjaan bebas
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri;dan
Menerima atau memperoleh peredaran usaha dari kegiatan usaha atau penerimaan bruto
dari pekerjaan bebas dalam Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp 600.000.000,00.
Wajib Pajak Badan
Modal Wajib Pajak 100% dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;
Menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari
Rp900.000.000,00.
2. WP di daerah tertentu adalah WP yang tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan
usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak

Sanksi Keterlambatan Penyampaian SPT


Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 10 ayat (1) UU KUP, apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu
pelaporan pajak atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, WP akan dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar:

Pengecualian Pengenaan Sanksi Denda Penyampaian SPT


Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UU KUP, WP yang dikecualikan dari pengenaan sanksi denda
karena terlambat atau tidak menyampaikan SPT adalah :

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;


b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak tinggal lagi di
Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;
atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penutup
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu sangatlah penting, karena keterlambatan
pelaporan SPT tidak ada toleransi, maka banyak orang menyebutkan Time is Money. Menunda pelaporan
SPT sama saja merugikan WP tersebut, kerugian tersebut berupa cost compliance yang lebih tinggi, cost
compliance tersebut terdiri dari direct money cost, time cost dan psychology cost. Direct Money cost
yang dimaksud adalah sanksi yang diterima WP atas keterlambatan peleporan SPT yang mengakibatkan
WP membayar lebih besar dari yang seharusnya, Time cost yang dimaksud adalah waktu yang terbuang
sia-sia seperti kendala teknis di bidang perbankan, off-line, kemacetan di jalan, dan kendala lainnya,
dan psychology cost yang dimaksud adalah beban pikiran dari WP, atas keterlambatan atau sengaja
tidak melapor SPT yang mengakibatkan denda bahkan penjara.

Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara
Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan
Pembayaran Pajak.
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 182/PMK.03/2007 tentang Tata Cara
Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Yang Dapat
Melaporkan Beberapa Masa Pajak Dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa

Anda mungkin juga menyukai