Anda di halaman 1dari 44

[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

ISBN: 978-602-6864-10-9

PETUNJUK TEKNIS

TEKNOLOGI BUDIDAYA
KEDELAI PADA LAHAN SAWAH
DI PROVINSI MALUKU UTARA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2018

i
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Petunjuk Teknis

Teknologi Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah Di


Provinsi Maluku Utara

Cetakan 2018
Hak cipta dilindungi undang-undang
@Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara, 2018
ISBN: 978-602-6864-10-9

Penanggung Jawab:
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Penyusun:
Yopi Saleh
Novendra Cahyo Nugroho
Yayat Hidayat

Desain Sampul:
Yopi Saleh

Diterbitkan oleh:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Komplek Pertanian Kusu No. 1, Oba Utara, Kota Tidore


Kepulauan – Provinsi Maluku Utara
Fax. : (021) 29490482
Email : bptp.malut@yahoo.com
Website : www.malut.litbang.pertanian.go.id

ii
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

PETUNJUK TEKNIS

TEKNOLOGI BUDIDAYA
KEDELAI PADA LAHAN SAWAH
DI PROVINSI MALUKU UTARA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2018

iii
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

iv
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

KATA PENGANTAR

Pemerintah bertekad meningkatkan produksi pangan


(padi, jagung dan kedelai) guna mencapai swasembada
pangan. Sasaran produksi secara nasional pada tahun 2018
untuk kedelai 2,90 juta ton dengan rata-rata provitas 1,69 t/ha.
Salah satu kendala pengembangan kedelai adalah terbatasnya
lahan. Optimalisasi lahan yang perlu dilakukan adalah melalui
peningkatan indeks pertanaman (IP). Upaya peningkatan IP
pada lahan sawah salah satunya dapat ditempuh melalui
pergiliran tanaman di lahan sawah padi dengan palawija, salah
satunya adalah kedelai.
Inovasi teknologi mengenai Budidaya Kedelai sudah
banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian Kementerian
Pertanian. Penderasan diseminasi inovasi teknologi ini sangat
diperlukan guna mempercepat terwujudnya swasembada
pangan berkelanjutan.
Buku ini merupakan salah satu upaya Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Maluku Utara dalam mendiseminasikan
hasil-hasil inovasi teknologi budidaya kedelai pada lahan sawah
di Provinsi Maluku Utara dalam upaya mendorong petani dan
masyarakat untuk mengoptimalkan lahan sawah yang ada
untuk meningkatkan IP melalui pergiliran tanaman padi dengan
kedelai. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam
penyusunan buku petunjuk teknis ini.

Sofifi, 15 Mei 2018


Kepala Balai,

Dr. Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si

v
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

vi
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

DAFTAR ISI

Hal.
KATA PENGANTAR ................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................... x

1 PENDAHULUAN .................................................... 1
2 VARIETAS UNGGUL .............................................. 2
3 PERSIAPAN LAHAN ............................................... 8
4 PENANAMAN ........................................................ 9
5 PEMUPUKAN ........................................................ 12
6 PENGAIRAN ......................................................... 15
7 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT .................. 16
8 PANEN DAN PASCA PANEN ................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................... 32

vii
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 1. Varietas Grobogan .................................. 2
Gambar 2. Varietas Panderman ............................... 3
Gambar 3. Varietas Anjasmoro ................................ 4
Gambar 4. Varietas Kaba ........................................ 5
Gambar 5. Varietas Gepak Kuning ........................... 5
Gambar 6. Varietas Tanggamus ............................... 6
Gambar 7. Model saluran air jarak 3 m ..................... 9
Gambar 8. Petani membuat lubang dengan cara
tunggal .................................................. 10
Gambar 9. Petani sedang menanam menggunakan
mulsa jerami .......................................... 11
Gambar 10. Tanaman kedelai yang menggunakan
pupuk NPK + pupuk organik (jerami
fermentasi) ............................................ 15
Gambar 11. Tanaman kedelai yang telah diairi ........... 16
Gambar 12. Ulat grayak (Spodoptera litura) ............... 17
Gambar 13. Gejala serangan ulat grayak dan Imago
(kupu-kupu) ulat grayak ......................... 17
Gambar 14. Telur Kupu-Kupu Ulat Grayak .................. 18
Gambar 15. (a) Ulat Penggerek polong (H. armigera)
dan (b) Imago/Kupu-kupu H. armigera .... 19
Gambar 16. Gejala serangan penggerek polong pada
kedelai .................................................. 19
Gambar 17. (a) Ulat penggerek polong (E. zinckenella)
dan (b) Imago/Kupu-kupu ...................... 21
Gambar 18. Serangga dewasa Pengisap polong
(Riptortus linearis F) ............................... 22

viii
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Hal.
Gambar 19. Serangga Dewasa Kepik Hijau ( Nezara
viridula) ................................................. 23
Gambar 20. Serangga dewasa/imago lalat kacang
(Agromyza phaseoli) ............................... 24
Gambar 21. Penyakit karat pada kedelai .................... 27
Gambar 22. Gejala penyakit virus kedelai (SMV) pada
daun dan biji ......................................... 30

ix
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 1. Acuan pemupukan nitrogen pada kedelai di
lahan sawah ................................................. 13
Tabel 2. Acuan pemupukan fosfor pada kedelai di lahan
sawah .......................................................... 13
Tabel 3. Acuan pemupukan kalium pada kedelai di
lahan sawah ................................................. 13

x
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

xi
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

1. PENDAHULUAN

Selain beras dan jagung, kedelai merupakan salah satu


komoditi pangan utama di Indonesia. Kebutuhan terhadap
komoditas kedelai ini terus meningkat dari tahun ke tahun
karena mempunyai banyak fungsi, baik sebagai bahan pangan
utama, pakan ternak, maupun sebagai bahan baku industri
skala besar hingga kecil atau rumah tangga. Kedelai merupakan
sumber protein nabati dengan kandungan protein 39% dan
harganya relatif murah yang dapat terjangkau oleh masyarakat
luas (Setyono, 2016).
Dari aspek sumber daya lahan (biofisik lahan dan
iklim), pengembangan kedelai dapat diarahkan pada wilayah
yang berpotensi tinggi, baik pada lahan sawah maupun lahan
kering (BBSDLP, 2008). Kedelai pada umumnya dapat ditanam
pada lahan sawah baik sawah tadah hujan, sawah semi
intensif, maupun pada sawah irigasi teknis. Lahan sawah
tersebut, ada yang ditanami dua kali dan ada juga satu kali
dalam setahun. Kendala utama penanaman kedelai terutama
adalah kondisi iklim yang tidak menentu dan tingginya
serangan hama dan penyakit. Perubahan iklim yang secara
tiba-tiba akan mengganggu pertumbuhan dan produksi kedelai.
Kedelai merupakan tanaman yang sangat peka pada curah
hujan yang tinggi dan kekeringan yang berkepanjangan. Ada
beberapa varietas yang toleran terhadap kekeringan dan
genangan.

1
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

2. VARIETAS UNGGUL

A. Varietas Unggul Umur Genjah


Varietas kedelai yang berumur genjah (< 80 hari) antara
lain : Gepak Ijo (76 hari), Gepak Kuning (73 hari),
Grobogan (76 hari), Baluran (80 hari), Argomulyo (80
hari), Leuser (78 hari), dan Malabar (70 hari).

Gambar 1. Varietas Grobogan

B. Varietas Unggul Umur Sedang

Varietas kedelai umur sedang (81-89 hari) antara lain :


Burangrang (82 hari), Sinabung (88 hari), Kaba (85 hari),
Tanggamus (88 hari), Sibayak (89 hari), Lawit (84 hari),
Menyapa (85 hari), Ijen (83 hri), Panderman (85 hari),
dan Rajabasa (85 hari), Gumitir (81 hari), Argopuro (84
hari), Detam-1 (84 hari), Detam-2 (82 hari).

2
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 2. Varietas Panderman

C. Varietas Unggul Umur Dalam


Varietas kedelai umur dalam (90> hari) antara lain :
Arjasari (98 hari), Seulawah (93 hari), Merubetiri (95
hari), Anjasmoro (92 hari), Mahameru (94 hari), Nanti (91
hari), Manglayang (92 hari), dan Ratai (90 hari).

D. Varietas Unggul Biji Besar


Varietas kedelai biji besar antara lain : Grobogan (18
g/100 biji), Arjasari (19,2 g/100 biji), Argopuro (17,80
g/100 biji), Gumitir (15,75 g/100 biji), Rajabasa (15
g/100 biji), Panderman (18 g/100 biji), Baluran (15 g/100
biji), Anjasmoro (15,3 g/100 biji), Mahameru 16,5 g/100
biji), Burangrang (17 g/100 biji), Detam-1 (14,84 g/100
biji) dan Argomulyo (16,0 g/100 biji).

3
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 3. Varietas Anjasmoro

E. Varietas Unggul Biji Sedang


Varietas kedelai biji sedang antara lain : Detam-2 (13,54
g/100 biji), Ratai (10,5 g/100 biji), Ijen (11,23 g/100 biji),
Merubetiri (13 g/100 biji), Lawit (10,5 g/100 biji), Sibayak
(12,5 g/100 biji), Nanti (11,5 g/100 biji), Tanggamus
(11,0 g/100 biji), Kaba (10,37 g/100 biji), dan Sinabung
(10,68 g/100 biji).

Gambar 4. Varietas Kaba

4
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

F. Varietas Unggul Biji Kecil


Varietas kedelai biji kecil antara lain : Gepak Ijo (6,82
g/100 biji), Gepak Kuning (8,25 g/100 biji), Seulawah
(9,5 g/100 biji), dan Menyapa (9,1 g/100 biji).

Gambar 5. Varietas Gepak Kuning

G. Varietas Unggul Untuk Lahan Kering Masam


Varietas unggul baru yang adaptif pada lahan kering
masam antara lain : 1) Varietas Tanggamus dengan
potensi hasil 2,8 t/ha, tahan rebah, dan tidak mudah
pecah, 2) Varietas Nanti dengan potensi hasil 2,50 t/ha,
tahan rebah, dan tidak mudah pecah, 3) Varietas Ratai
dengan potensi hasil 2,70 t/ha, dan agak tahan rebah, 4)
Varietas Seulawah dengan potensi hasil 2,50 t/ha dan
agak tahan rebah, dan Varietas Rajabasa dengan potensi
hasil 3,90 t/ha, tahan rebah, dan adaptif pada lahan
kering masam.

5
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 6. Varietas Tanggamus

H. Varietas Unggul Toleran/Tahan Terhadap


Serangan Hama dan Penyakit
Varietas unggul baru yang tahan/toleran terhadap hama :
1) Gepak Ijo tahan terhadap serangan ulat grayak, Aphis
sp, dan penggulung daun, dan Phaedonia sp, 2) Gepak
Kuning agak tahan terhadap ulat grayak, Aphis sp,
penggulung daun, dan Phaedonia sp, 3) Detam-2 agak
tahan terhadap pengisap polong, 4) Detam-1 agak tahan
terhadap pengisap polong, 5) Argopuro agak tahan
terhadap lalat kacang, pengisap polong, ulat grayak, 6)
Rajabasa tahan terhadap penyakit karat daun, 7) Ratai
agak tahan terhadap penyakit karat daun, 7) Panderman
agak tahan terhadap ulat grayak, 8) Ijen agak tahan
terhadap ulat grayak, 9) Anjasmoro moderat terhadap
karat daun, 10) Mahameru moderat terhadap karat daun,
11) Nanti tahan terhadap penyakit karat, 12) Tanggamus
moderat terhadap penyakit karat daun, 13) Kaba agak
tahan terhadap karat daun, 14) Sinabung agak tahan

6
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

terhadap penyakit karat daun, 15) Burangrang toleran


terhadap penyakit karat daun, 16) Argomulyo toleran
terhadap penyakit karat daun, 17) Pangrango tahan
terhadap karat daun.

I. Varietas Unggul Tahan Naungan


Varietas unggul baru yang adaptif pada lahan yang
ternanungi antara lain: 1) Dena-1 dengan potensi hasil
2,90 t/ha, toleran hingga naungan 50%, dan 2) Dena-2
dengan potensi hasil 2,80 t/ha, sangat toleran naungan
50%.

J. Varietas Unggul Tahan Kekeringan


Varietas unggul baru yang tahan kekeringan antara lain:
1) Detam-4 Prida dengan potensi hasil 2,90 t/ha,
berumur genjah (+ 76 hari), 2) Detam-3 Prida dengan
potensi hasil 3,20 t/ha, berumur genjah (+ 75 hari), 3)
Dering-1 dengan potensi hasil 2,80 t/ha, toleran
kekeringan selama fase reproduktif.

K. Varietas Unggul Kedelai Hitam


Beberapa diantara varietas unggul kedelai hitam
diantaranya adalah: 1) Cikuray yang memiliki keunggulan
lain, yaitu agak tahan karat, tahan rebah, polong tidak
mudah pecah; 2) Mallika dengan potensi hasil 2,3 t/ha;
3) Detam-1 dengan potensi hasil 2,5 t/ha dan memiliki

7
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

biji besar, protein tinggi (45%); 4) Detam-2 dengan


potensi hasil 2,5 t/ha, protein sangat tinggi (46%) dan
toleran kekeringan; 5) Detam-3 dengan potensi hasil 3,2
t/ha dan umur tanaman 75 HST; serta 6) Detam-4
dengan potensi hasil 2,9 t/ha dan umur tanaman 76 HST.

3. PERSIAPAN LAHAN

 Tanah bekas penanaman padi tidak perlu diolah (tanpa


olah tanah = TOT), namun jerami padi perlu dipotong
pendek. Untuk memberantas gulma perlu disemprot
dengan herbisida kontak atau sistemik.
 Saluran drainase/irigasi dibuat dengan kedalaman 25-30
cm dan lebar 20-30 cm setiap 3-4 m dengan panjang 10-
15 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan sehingga
terbentuk bedengan. Apabila tanahnya telah mengering
dan banyak ditumbuhi gulma, lahan perlu sedikit diolah
dengan mencangkul pada barisan tanam selebar cangkul
sekitar 5-10 cm. Saluran ini berfungsi mengurangi
kelebihan air bila lahan terlalu becek, dan sebagai saluran
irigasi pada saat tanaman perlu tambahan air
(Balitbangtan, 2011).

8
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 7. Model saluran air jarak 3 m

4. PENANAMAN

 Benih kedelai ditanam dengan tugal. Pada kondisi musim


kemarau, sebaiknya lubang tanam lebih dalam untuk
menghindari kekeringan, sedangkan pada musim hujan
lubang tanam sebaiknya lebih dangkal untuk menghindari
pembusukan akar akibat tanah becek.
 Kebutuhan benih : 25-40 kg, tergantung dari ukuran biji.
Semakin besar ukuran biji sebanyak banyak benih yang
dibutuhkan, sebaliknya semakin kecil ukuran biji semakin
sedikit kebutuhan benih.

9
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 8. Petani membuat lubang dengan cara tunggal

 Perlakuan benih dengan carbosulfan (10 g Marshal 25


ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg benih) untuk
mengendalikan lalat bibit dan hama lain (Balitkabi, 2015).
 Perlakuan benih dengan pupuk hayati sumber rhizobium
bagi lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami
kedelai, 20 g sumber rhizobium/kg benih.
 Jarak tanam : 40 cm x 25 cm atau 40 cm x 20 cm atau 40
cm x 15 cm atau 40 cm x 10 cm tergantung dari tingkat
kesuburan tanah dan umur tanaman. Semakin tinggi
kesuburan tanah, sebaiknya jarak tanam yang digunakan
yang lebih renggang begitu pula sebaliknya semakin
rendah tingkat kesuburan tanah sebaiknya menggunakan
jarak tanam yang lebih rapat. Begitu pula pada umur
varietas, varietas yang umur pendek (genjah), sebaiknya
menggunakan jarak tanam yang lebih rapat (40 cm x 10
cm), varietas yang umur sedang sebaiknya menggunakan

10
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

jarak tanam yang sedang (40 cm x 15 cm), dan varietas


yang umur dalam (umur panjang), jarak tanam yang
digunakan lebih renggang (40 cm x 25 cm).

Gambar 9. Petani sedang menanam menggunakan mulsa


jerami

 Pada lahan sawah tadah hujan, sebaiknya penanaman


dilakukan tidak lebih dari 7 hari setelah panen padi. Hal ini
dilakukan untuk memanfaatkan kelembaban tanah untuk
perkecambahan benih. Pada kondisi tanah kering, ada
beberapa cara yang sering dilakukan petani antara
membuat alat tugal yang dilengkapi dengan penampungan
air. Alat ini cukup efektif untuk membantuk biji
berkecambah pada kondisi tanah kering. Lubang yang
dibuat pada musim kemarau sebaiknya lebih dalam. Hal ini
dimaksudkan untuk memperdalam perakaran tanaman
sehingga terhindar dari kekeringan. Sedangkan lubang
tanam yang dibuat pada musim hujan sebaik lebih

11
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

dangkal. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari


pembusukan akar akibat kelembaban yang terlalu tinggi.
Cara kedua yang dapat dilakukan bila menanam dimusim
kemarau adalah merendam benih sebelum ditanam (3-8
jam) tergantung dari kondisi kadar air benih kedelai.

5. PEMUPUKAN

Kedelai mempunyai sifat tidak responsif terhadap


pemupukan. Pemupukan pada kedelai disesuaikan dengan
ketersediaan pupuk organik dan anorganik di wilayah setempat.
Kedelai yang ditanam setelah padi sawah umumnya tidak
memerlukan banyak pupuk. Untuk lahan sawah bekas
pertanaman padi, berikut ini beberapa rekomendasi pemupukan
yang bisa disesuaikan dengan kondisi setempat:

1. Pupuk N diberikan dalam bentuk pupuk Urea, pupuk P


diberikan dalam bentuk pupuk tunggal SP-36, dan pupuk K
diberikan dalam bentuk pupuk tunggal KCl. Berikut ini
Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan tanaman
kedelai pada tipe agroekologi lahan sawah (Balitkabi,
2015):

12
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Tabel 1. Acuan pemupukan nitrogen pada kedelai di lahan


sawah
Dosis Acuan Pemupukan (kg
Kadar Urea/ha)
Kelas Hara Tanpa
Pakai
Status Terekstrak Jerami
Pakai Pupuk
Hara %N dan
Jerami Kandang
(Kjeldahl) Pupuk
(2 t/ha)
Kandang
Rendah < 0,2 50-75 50 25
Sedang 0,2-0,5 25-50 25 0-25
Tinggi >0,5 0 0 0

Tabel 2. Acuan pemupukan fosfor pada kedelai di lahan


sawah
Dosis Acuan Pemupukan (kg SP-
Kadar Hara
36/ha)
Kelas Ekstrak
Tanpa Pakai
Status HCl 25%
Jerami dan Pakai Pupuk
Hara (mg P2O5/
Pupuk Jerami Kandang
100 g)
Kandang (2 t/ha)
Rendah < 20 75-100 75-100 50-75
Sedang 20-40 50-75 50-75 0-50
Tinggi >40 0-25 0-25 0

Tabel 3. Acuan pemupukan kalium pada kedelai di lahan


sawah
Dosis Acuan Pemupukan (kg
Kadar Hara
KCl/ha)
Kelas Ekstrak
Tanpa Pakai
Status HCl 25%
Jerami dan Pakai Pupuk
Hara (mg K2O/
Pupuk Jerami Kandang
100 g)
Kandang (2 t/ha)
Rendah < 10 100 75-100 75
Sedang 10-20 100 75 50
Tinggi >20 0 0 0

13
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Apabila pupuk majemuk terpaksa harus digunakan,


sebaiknya berpatokan pada kadar N dimana dosis pupuk
majemuk yang diberikan dihitung berdasarkan kebutuhan
N tanaman kedelai. Konsekuensinya adalah masih perlu
menambahkan pupuk tunggal yang mengandung P dan K
untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Alternatif lain
adalah membuat pupuk majemuk NPK dengan formulasi 5-
15-10 (Sumber : Balittanah, 2007).
2. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani adalah
terbatasnya ketersediaan pupuk tunggal di lapangan,
sehingga kebutuhan unsur hara tanaman dapat dipenuhi
dengan pemberian pupuk majemuk NPK Phonska (Palobo
et al., 2016). Pemupukan dengan pupuk NPK phonska,
dosis pemupukan 200-250 kg/ha tergantung dari tingkat
kesuburan tanah. Pemberian pupuk diberikan secara
larikan atau ditabur diantara barisan tanaman dengan
waktu aplikasi pemupukan saat berumur 7-10 hari setelah
tanam (HST) sekaligus. Setelah ditaburi pupuk segera
diairi untuk menghindari terjadi kekeringan tanaman akibat
reaksi pupuk. Bisa juga pemberian pupuk dilakukan setelah
tanaman diairi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kekeringan tanaman akibat penggunaan pupuk.
3. Penentuan dosis pemupukan spesifik lokasi ditetapkan
berdasarkan uji tanah di laboratorium atau uji cepat
menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) untuk

14
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

mengetahui kadar hara dalam tanah yang dianalisa. Pupuk


diberikan secara ditugal di sebelah lubang tanam atau
disebar merata pada saat tanah masih lembab. Berikan
pupuk Urea dan KCl sebanyak 2 kali yaitu 2/3 dosis pada
saat tanam atau 7-10 hari setelah tanam, 1/3 dosis lainnya
pada umur 14 hari setelah tanam. Sedangkan pupuk SP-36
diberikan sekaligus sebagai pupuk dasar pada saat tanam.

Gambar 10. Tanaman kedelai yang menggunakan pupuk NPK +


pupuk organik (jerami fermentasi)

6. PENGAIRAN

Pada awal pertumbuhan (15-21 hst), saat berbunga (umur 25-


35 hari), dan saat pengisian polong (umur 55-70 hari)
tanaman kedelai sangat peka terhadap kekurangan air. Pada
fase tersebut tanaman harus diairi apabila tidak turun hujan.
Pada saat pemberian air, untuk mempercepat peresapan air
keseluruh bagian sawah, maka sebagian saluran air ditutup.

15
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 11. Tanaman kedelai yang telah diairi

7. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

A. Pengendalian Hama Tanaman Kedelai


1. Ulat Grayak (Spodoptera litura L)
Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) ulat grayak
berwarna coklat (Gambar 13) meletakkan telur secara
berkelompok, setiap kelompok telur terdiri dari 30-700
butir yang ditutupi bulu-bulu berwarna merah kecoklatan.
Telur akan menetas 3 hari. Ulat yang baru keluar
berkelompok di permukaan daun dan memakan epirdermis
daun, sedangkan ulat tua memakan seluruh bagian daun
kecuali tulang daun, sehingga daun-daun yang terserang
dari jauh terlihat berwarna putih (Gambar 14). Ulat grayak
aktif pada malam hari. Kepompong terbentuk di dalam

16
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

tanah. Setelah 9-10 hari, kepompong akan berubah


menjadi ngangat dewasa (kupu-kupu).

Gambar 12. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gambar 13. Gejala serangan ulat grayak dan Imago (kupu-


kupu) ulat grayak

Ambang ekonomi ulat grayak (Spodoptera litura L.) : 1)


Intensitas kerusakan baru sebesar 12,5% pada umur 20
HST dan lebih dari 20% pada umur tanaman lebih 20 HST,
2) Pada fase vegetatif ditemukan 10 ekor ulat instar 3
pada 10 rumpun tanaman, 3) Pada fase pembungaan
ditemukan 13 ekor ulat instar 3 pada 10 rumpun tanaman,
dan 4) Pada fase tanaman pengisian polong ditemukan 26
ekor ulat instar 3 pada 10 rumpun tanaman.

17
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 14. Telur Kupu-Kupu Ulat Grayak

Pengendalian: 1) tanam serempak dengan selisih waktu


relatif pendek (kurang dari 10 hari); 2) pemantauan secara
rutin dan pemusnahan kelompok telur dan ulat; 3)
penyemprotan insektisida setelah mencapai ambang
kendali; 4) penyemprotan NPV (dari 25 ulat yang sakit
dilarutkan dalam 500 l air untuk satu hektar; 5) pemakaian
feromonoid seks 6 perangkap per hektar; dan 6) serbuk
biji mimba 10/g/l.

2. Penggerek polong (Helicoperpa armigera)


Serangga dewasa atau kupu-kupu (H. armigera)
meletakkan telur secara terpencar satu per satu pada
daun, pucuk atau bunga pada malam hari. Telur berwarna
kuning muda, bisanya diletakkan pada tanaman yang
berumur 2 minggu. Periode telur 2-5 hari. Ulat muda
makan jaringan daun, sedangkan ulat instar yang lebih tua
memakan bunga, polong muda, dan biji. Warna ulat
bervariasi, hijau kekuning-kuningan, hijau coklat atau agak
kecoklatan. Kepompong terbentuk di dalam tanah setelah

18
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

12 hari. Gejala serangan yang biasa dicirikan dengan


kepala dan bagian tubuhnya masuk kedalam polong.
Selain makan polong, ulat muda juga menyerang daun-
daun dan bunga.

Gambar 15. (a) Ulat Penggerek polong (H. armigera) dan (b)
Imago/Kupu-kupu H. armigera

Gambar 16. Gejala serangan penggerek polong pada kedelai

Pengendalian: 1) tanam serempak dengan selisih waktu


relatif pendek (kurang dari 10 hari); 2) pergiliran tanaman;
3) penyemprotan insektisida setelah mencapai ambang
kendali; 4) penyemprotan NPV (dari 25 ulat yang sakit
dilarutkan dalam 500 l air untuk satu hektar; 5) tanaman
perangkap jagung 3 jenis umur: genjah, sedang dan
panjang; dan 6) pelepasan parasitoid Trichograma spp.

19
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

3. Penggerek polong kedelai (Etiella zinckenella)


Penggerek polong kedelai (E. zinckenella Treitschke) di
Indonesia dikenal dua jenis yaitu E. zinckenella dan E.
hobsoni. Kedua jenis penggerek polong ini mudah
dibedakan dengan melihat tanda garis putih pada sayap
depan bagian pinggir imago E. zinckenella. Imago E.
zinckenella meletakkan telur pada polong tanaman pukul
15.00-03.00 WIB dan terbanyak pada pukul 18.00-21.00
WIB. Sedangkan E. hobsoni meletakkan telur pada pukul
12.00-23.59 WIB dan terbanyak pada pukul 15.00-17.59
WIB (Tengkano et al., 1995 dalam Baliadi et al., 2008).

Imago penggerek polong dapat ditemukan dipermukaan


pertanaman kedelai sejak pembungaan sampai menjelang
panen. Telur dapat dijumpai pada daun, bunga, batang,
dan polong. Telur dan larva dapat dijumpai pada polong
muda sampai tua baik pada batang bagian atas, tengah,
maupun bawah.

Pengendalian dengan menggunakan insektisida dilakukan


bila ditemukan 2 ulat/tanaman atau bila tingkat serangan
mencapai >2,5%. Jenis insekitisida yang dapat digunakan
antara lain: Insektisida yang berbahan aktif permetrin,
Sipermetrin, dll. Selain itu, pengendalian bisa dilakukan

20
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

melalui pergiliran tanaman, tanam serempak,dan


pelepasan parasitoid Trichograma spp.

Gambar 17. (a) Ulat penggerek polong (E. zinckenella) dan (b)
Imago/Kupu-kupu

4. Kepik Polong/Kepik Coklat (Riptortus linearis)


Serangga dewasa dari kepik polong ini mirip dengan
walang sangit, berwarna coklat, dengan garis putih
kekuningan di sepanjang sisi badannya. Panjang tubuh 14-
16 cm, telurnya diletakkan secara berkelompok di atas
permukaan daun dengan dua baris. Setelah 6-7 hari, telur
menetas menjadi kepik muda yang mirip dengan semut
berwarna merah. Siklus hidup kepik polong mulai dari telur
sampai menjadi dewasa sekitar 29 hari.

Gejala serangan, kepik muda dan dewasa mengisap cairan


polong dan biji dengan cara menusukkan stilet-nya pada
kulit polong dan terus ke biji, kemudian mengisap cairan
biji. Serangan terjadi pada fase perkembangan biji dan
pertumbuhan polong menyebabkan polong dan biji
menjadi kempis, kemudian mengering dan polong gugur.

21
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 18. Serangga dewasa Pengisap polong


(Riptortus linearis F)

Pengendalian: 1) tanam serempak dengan selisih waktu


relatif pendek (kurang dari 10 hari); 2) pergiliran tanaman;
3) penyemprotan insektisida setelah mencapai ambang
kendali; dan 4) penanaman tanaman perangkap Sesbania
rostrata.

5. Kepik Hijau (Nezara viridula) Pengisap Polong


Hama kepik hijau merupakan hama polyphagus yang
dapat menyerang beberapa jenis tanaman antara lain :
padi, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, kapas, dll.
Telurnya diletakkan secara berkelompok di atas
permukaan daun bagian atas, bawah, polong, dan batang
tanaman dengan rata-rata 80 butir. Telur menetas setelah
5-7 hari. Satu ekor serangga dewasa mampu meletakkan
telur sekitar 1.100 telur. Nimfa yang baru keluar

22
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

bergerombol berwarna coklat kemerahan dan selanjutnya


berwarna hitam keputihan.

Kepik mulai datang di pertanaman pada saat menjelang


pembungaan. Nimfa dan dewasa merusak polong dan biji
dengan cara menusuk dan mengisap cairan polong dan biji
pada semua stadia pertumbuhan. Kerusakan yang
diakibatkan oleh pengisap polong adalah penuruan hasil
dan kualitas biji. Pengendalian dengan menggunakan
insektisida direkomendasikan bila mencapai ambang
kendali yaitu : 1) bila mencapai intensitas kerusakan >2%
dan 2) bila ditemukan 1 pasang imago/serangga dewasa
pada 20 rumpun tanaman.

Gambar 19. Serangga Dewasa Kepik Hijau ( Nezara viridula)

6. Lalat Kacang (Agromyza phaseoli Tryon)


Serangga dewasa meletakkan telurnya pada kotiledon dan
ada juga pada daun pertama dan kadang-kadang pada
daun tua, tetapi yang selalu terjadi adalah pada daun
muda. Telur menetas menjadi larva pertama, larva ini

23
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

menggerek ke dalam kotiledon menuju pangkal daun.


Kemudian larva ini melanjutkan ke bagian kutikula dan
pangkal batang memakan dan jaringan tanaman menjadi
rusak.

Pengendalian: 1) tanam serempak dengan selisih waktu


relatif pendek (kurang dari 10 hari); 2) pergiliran tanaman;
3) penyemprotan insektisida lalat bibit setelah mencapai
ambang kendali pada 7-10 HST dan 10-50 HST; 4) tanam
varietas toleran (Galunggung, Kerinci, Tidar); 5) daerah
endemis perlu perlakuan benih dengan insektisida
carbosulfan; dan 6) pemberian mulsa jerami (5-10 t/ha)
untuk bertanam kedelai setelah padi sawah.

Gambar 20. Serangga dewasa/imago lalat kacang


(Agromyza phaseoli)

B. Pengendalian Penyakit Tanaman Kedelai


1. Penyakit Busuk Akar
Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur yang
menyerang biji sebelum dan sesudah munculnya

24
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

dipermukan tanah. Pembusukan pada akar dan batang


menyebabkan tanaman menjadi layu pada saat
perkecambahan dan tanaman dewasa. Gejala yng
terjadi pada tanaman dewasa yaitu pertama daun
pinggirnya menjadi kuning dan selanjutnya menjadi
layu. Penyakit busuk akar ini dapat dikendalikan dengan
menggunakan fungisida yang berbahan aktif Mankozeb,
Metil tiofanat, Klorotalonil, dan Benomil.

2. Penyakit Busuk Batang


Penyakit busuk batang ini disebabkan oleh cendawan
Sclerotium rolfsii Sacc. Cendawan ini menyerang
tanaman muda sehingga dikenal sebagai penyakit
tanaman muda atau penyakit pembibitan walaupun
pada kondisi tertentu dan lingkungan yang
memungkinkan patogen ini dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman dewasa pada bagian daun
bahkan polong kedelai.

Gejala penyakit busuk batang tanaman yang sakit


menunjukkan gejala penyakit berupa nekrosis pada
jaringan floem pada pangkal batang. Nekrosis terjadi
pada pangkal batang dekat permukaan tanah. Pada
tanaman sakit yang menunjukkan gejala layu,
pangkalnya berubah warna menjadi coklat kemerahan.
Apabila tanaman sakit ini dibiarkan terus pada tanah
dalam kondisi lembab, maka dalam waktu 5-6 hari akan

25
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

muncul miselium dipermukaan tanah membentuk kipas.


Pada kurung waktu 5-6 hari kemudian berikutnya akan
muncul Sclerotium muda berwarna putih yang
kemudian semakin gelap dengan bertambahnya umur
dan akhirnya berwarna coklat kemerahan pada kondisi
matang.

Pengendalian penyakit ini dapat digunakan fungisida


Mankozeb, Metil tiofanat, Klorotalonil, dan Benomil.
Penggunaan Trichoderma sp sebagai model
pengendalian menggunakan jamur antagonis yang
efektif dan aman dari pengaruh dampak lingkungan.

3. Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi)


Epidemi diperparah dengan panjangnya waktu daun
dalam kondisi basah dengan temperatur kurang dari 28
o
C. Perkembangan spora dan penetrasi spora
membutuhkan air bebas dan terjdi pada suhu 8-28 oC.
Uredia muncul 9-10 hari setelah infeksi dan
urediniospora diproduksi setelah 3 minggu. Pada
kondisi lembab yang panjang dan periode dingin
dibutuhkan untuk menginfeksi daun-daun dan
sporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh
hembusan angin pada waktu hujan. Patogen ini tidak
ditularkan melalui benih.

26
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gejala timbul pada daun pertama berupa bercak-bercak


yang berisi uredia (badan buah yang memproduksi
spora). Bercak ini berkembang ke daun-daun di atasnya
dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama
terdapat pada permukaan bawah daun. Warna berupa
coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak
umumnya bersudut banyak berukuran sama (1 mm).
Bercak ini juga terlihat pada bagian batang dan tangkai
daun.

Gambar 21. Penyakit karat pada kedelai

4. Penyakit Bercak, Bercak Biji, dan Hawar Daun


(Cercospora kikuchii)
Gejala pada daun, batang, dan polong sulit dikenali
sehingga pada polong yang normal mungkin bijinya
sudah terinfeksi. Gejala awal pada daun timbul saat
pengisian biji dengan kenampakan warna ungu, ungu
muda yang selanjutnya menjadi kasar, kaku, dan
berwarna ungu kemerahan. Bercak berbentuk

27
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

menyudut sampai tidak beraturan dengan ukuran


beragam dari sebuah titik sebesar jarum sampai
menjadi 10 mm dan menyatu menjadi bercak yang
lebih besar. Gejalanya mudah diamati pada biji yang
terserang yaitu timbul bercak warna ungu. Biji
mengalami diskolorasi dengan warna yang bervariasi
dari merah muda atau ungu pucat sampai ungu tua dan
berbentuk titik sampai titik beredar dan membesar.

Jamur Cercospora kikuchii ini menghasilkan spora yang


melimpah pada suhu 23-27 oC dalam waktu 3-5 hari
pada jaringan yang terinfeksi termasuk biji. Penyakit ini
tidak menurunkan hasil secara langsung, tetapi
menurunkan kualitas biji dengan adanya bercak ungu
yang kadang-kadang mencapai 50% permukaan biji.
Inokulum pertama dari biji atau jaringan tanaman
terinfeski yang berasal dari pertanaman sebelumnya. Di
lapangan dengan temperatur 28-30 o
C disertai
kelembaban tinggi cukup lama akan memacu
perkembangan penyakit bercak dan hawar daun.
Infeksi penyakit meningkat dengan bertambah
panjangnya periode embun dan pada varietas yang
berumur pendek gejala penyakit akan lebih berat.

28
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

5. Penyakit Virus Mosaik (SMV)


Tulang daun pada yang masih muda menjadi kurang
jernih. Selanjutnya daun berkerut dan mempunyai
gambaran mosaik dengan warna hijau gelap di
sepanjang tulang daun. Tepi daun sering mengalami
klorosis. Tanaman yang terinfeksi SMV ukuran bijinya
mengecil dan jumlah biji berkurang sehingga hasilnya
turun. Bila penularan virus terjadi pada tanaman muda,
penurunan hasil berkisar 50-90%.

Siklus hidup penyakit dan Epidemiologi SMV dapat


menginfeksi tanaman kacang-kacangan: kedelai,
buncis, kacang hijau, kacang panjang, kapri, dan orok-
orok. Virus SMV tidak aktif pada suhu 55-70 oC dan
tetap efektif pada daun kedelai kering selama 7 hari
pada suhu 25-33 oC. Partikel SMV sukar dimurnikan
karena cepat mengalami degregasi. Pengendalian yang
dapat dilakukan adalah : 1) menanam varietas tahan
atau toleran, 2) Mengendalikan vektornya termasuk
jenis kutu-kutu (Aphis sp), dan 3) mengendalikan jenis
tanaman inang lainnya termasuk jenis kacang-kacangan
lainnya.

29
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Gambar 22. Gejala penyakit virus kedelai (SMV) pada daun dan
biji

8. PANEN DAN PASCA PANEN

1. Panen
Panen dilakukan apabila semua daun tanaman telah
rontok, polong berwarna kuning/coklat, dan telah
mengering. Panen dilakukan dengan memotong pangkal
batang pakai sabit. Hindari panen dengan cara mencabut
tanaman untuk menghindari tercampurnya hasil panen
dengan tanah. Perontokan dapat dilakukan dengan
menggunakan Power Threser (Perontok dengan
menggunakan mesin) atau dengan cara manual pakai
kayu. Perontokan dengan cara manual sebaiknya
menggunakan kayu yang tidak bersegi untuk menghidari
pecahnya biji akibat pukulan kayu.

2. Pasca Panen
Biji yang sudah dibersihkan , kemudian dijemur selama 3-
5 hari tergantung dari kondisi cuaca. Untuk penyimpanan
biji sebaiknya menggunakan karung plastik dengan kadar

30
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

10-12%. Hal ini dimaksudkan supaya dapat bertahan


lama dan tidak mudah diserang oleh hama dan penyakit.
Biji yang mau dijadikan benih sebaiknya kadar airnya
berkisar 9-10% dan disimpan dalam wadah yang tertutup
seperti jergen atau drum untuk benih jumlah yang
terbatas. Sedangkan benih yang jumlahnya banyak
sebaiknya dikemas menggunakan plastik dengan
ketebalan 0,2 mm kemudian dimasukkan ke dalam
karung.

31
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011.


Pedoman Umum PTT Kedelai. Cetakan ketiga: April 2011.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. 2008. Potensi dan Ketersediaan Lahan Untuk
Pengembangan Kedelai di Indonesia. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 1, 2008. Bogor.
Balai Penelitian Tanah. 2007. Rekomendasi Pemupukan
Tanaman Kedelai Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan.
Balittanah. Bogor.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2016.
Deskripsi Varietas Unggul Aneka Kacang dan Umbi. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2015.
Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai
Agroekosistem. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Malang.
Baliadi, Y., W. Tengkano, dan Marwoto. 2008. Penggerek
polong kedelai, Etiella zinckenella Treitschke (Lepidoptera ;
Pyralidae) dan strategi pengendaliannya di Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian, Volume : 27, Nomor ; 4
Palobo, F., E. Ayakeding, M. Nunuela, dan Marwoto. 2016.
Pengaruh Waktu Aplikasi Pupuk NPK Phonska terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2016: 198-
206.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2006.
Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Kedelai.
Identifikasi dan Pengendaliannya. Badan Litbang
Pertanian. Kementerian Pertanian.
Setyono, Budi. 2016. Kajian Ekonomi Usahatani Kedelai di
Gungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Prosiding Seminar

32
[ Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah di Provinsi Maluku Utara]

Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2016:


293-300.

33

Anda mungkin juga menyukai